Anda di halaman 1dari 2

Follow The Money

Teknik follow the money pertama adalah melihat naluri penjahat. Tanpa disadari,
naluri ini akan meninggalkan jejak berupa gambaran mengenai arus uang. Teknologi
informasi merupakan factor penting dalam teknik follow the money.
Naluri penjahat
Dalam kejahatan, pelaku berusaha memberi kesan tidak terlibat atau memberikan
alibi dan identitas palsu lainnya. Identitas orang lain ini terlihat dalam dokumen
penting seperti perjanjian yang nantinya akan dipakai oleh penyidik sebagai barang
bukti. Sehingga identitas asli pelaku sama sekali tidak tampak. Kalau identitas
pelaku terlanjur muncul dalam dokumen, pelaku berupaya menghancurkan
dokumen tersebut. Pelaku kejahatan berusaha memberi kesan bahawa dia tidak ada
di TKP ketika kejahatan berlangsung.
Dalam melakukan fraud, motifnya adalah mendapatkan uang, untuk dirinya, orang
lain atau organisasi. Meski pelaku memberi kesan bahwa ia tidak terlibat, harus ada
aliran uang menuju tempat tujuan akhir. Naluri pelaku fraud inilah yang mendasari
teknik audit investigative follow the money.
Dana mengalir bertahap dan berakhir di satu atau beberapa tempat tujuan akhir
inilah yang memberi petunjuk kuat mengenai pelaku fraud. Mengikuti jejak yang
ditinggalkan aliran dana inilah yang dilakukan penyidik dalam teknik follow the
money. Teknik follow the money juga membawa hasil baik bagi KPK dalam berbagai
aliran dana ke anggota DPR, partai politik, dan pihak lain.

Kriminalisasi dari Pencucian Uang


Pola perilaku kejahatan dengan menjauhkan uang dari perilaku dan perbuatannya
melalui cara placement, layering, integration. Tindak pidana ini diatur dalam UU no
15 Tahun 2002 tentang pencucian uang dan telah diubah dengan UU no 25 Tahun
2003. Dengan diperlakukannya pencucian uang sebagai tindakan criminal maka
banyak kasus kejahatan dapat diproses melalui kejahatan utamanya. Undangundang tentang pencucian uang mendorong teknik investigasi follow the money,
walaupun sebelum keluarnya undang-undang tersebut penyidik telah menggunakan
teknik tersebut kalau naluri penjahat mengarah kepada penyembunyian kejahatan.

Terorisme dan Pencucian Uang


Beberapa kejadian terorisme dicurigai didanai dari beberapa kelompok yang
disinyalir menyetujui perbuatan terorisme. Kelompok tersebut menjadi penghubung

antara jaringan terorisme dan menghimpun sumber dana yang berada di dalam
maupun luar negeri. Dari kutipan diatas terlihat ada hubungan antara terorisme
sebagai kejahatan utama dengan pencucian uang. Uang dalam kasus ini digunakan
untuk mendanai tindak pidana utamanya. Oleh karena itu pencucian uang dalam
terorisme disebut reverse money laundering atau pencucian uang terbalik.
Money Laundering (ML) dan Reverse Money Laundering (RML)
ML : Predicate crime Uang (hasil kejahatan) Pencucian uang
RML : Uang (untuk mendanai kejahatan) Pencucian uang Predicate crime

Kegiatan terorisme pascapenyerangan gedung WTC di NY (2001) didanai oleh


jaringan terorisme menggunakan yayasan dengan kegiatan social keagamaan.
Dalam mentransfer dana, teroris menghindari system perbankan dikarenakan
adanya pemberantasann pencucian uang berskala global. Dalam perkembangan
berikutnya digunakan kurir yang membawa uang ke Negara di mana terorisme akan
berlangsung. Pencucian uang yang lebih sulit ditelusuri adalah dengan menghindari
transaksi perbankan karena harus melaporkan transaksi yang mencurigakan kepada
otoritas. Salah satu cara pemindahan dana dikenal dengan nama hawala. Hawala
adalah system kuno untuk mentransfer uang atas dasar saling mempercayai. Tak
ada kontrak atau perjanjian hokum. Penerima dana mendapat kode diatas kertas
yang disobek menjadi dua, sebagai bukti/tanda untuk dibayarkan. System hawala
ini merupakan ancaman bagi pemerintah karena berada di luar jangkauan saluran
resmi yang diatur. Pemerintah khawatir system ini digunakan oleh penjahat,
termasuk teroris.

Kewajiban Melapor bagi Penyelenggara Negara

Anda mungkin juga menyukai