Anda di halaman 1dari 6

Fraud

A. Pohon Fraud
Menurut The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), fraud merupakan
perbuatan - perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan
tertentu (manipulasi atau memberikan laporan keliru terhadap pihak lain) dilakukan orang-
orang dari dalam atau luar organisasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi ataupun
kelompok yang secara langsung atau tidak langsung merugikan pihak lain. The Association of
Certified Fraud Examiners (ACFE), menggambarkan occupational fraud dalam bentuk fraud
tree sebagai berikut:

Gambar 1
Fraud Tree
B. Jenis-jenis Kecurangan (Fraud)
1. Korupsi (Corruption)
Definisi corruption menurut Amundsen adalah sebuah penyakit kanker yang
menggerogoti budaya, politik, tatanan ekonomi masyarakat, dan menghancurkan fungsi
organ vital.Transparency International menjelaskan korupsimerupakan salah satu tantangan
terbesar di dunia. Singleton dan Singleton menjelaskan cabang dari korupsi sebagai
berikut:
a. Benturan Kepentingan (Conflict of Interest). Konflik kepentingan terjadi ketika seorang
karyawan, manajer, atau eksekutif memiliki kepentingan ekonomi atau pribadi yang
tidak diungkapkan dalam transaksi yang berdampak negatif terhadap perusahaan.
Konflik kepentingan terdiri dari tiga mikrokategori: skema pembelian, skema
penjualan, dan skema lainnya. Perbedaan antara konflik kepentingan dan corruption
fraud lainnya adalah kenyataan bahwa fraudster (orang yang melakukan fraud)
menggunakan pengaruhnya (misalnya, menyetujui faktur atau tagihan) untuk
kepentingan pribadinya.
b. Penyuapan (Bribery). Penyuapan merupakan sebuah upaya untuk memberikan suatu
penawaran, pemberian, penerimaan, atau permohonan sesuatu dengan tujuan untuk
mempengaruhi pembuat keputusan dalam memutuskan keputusan bisnis.
c. Pemberian Ilegal (Illegal Gratuities). Mirip dengan suap, tetapi dengan pemberian
ilegal tidak ada maksud untuk mempengaruhi keputusan bisnis. Misalnya, orang yang
memiliki pengaruh diberikan hadiah yang mahal, liburan gratis, dan sebagainya untuk
mempengaruhinya dalam membuat keputusan negosiasi atau bisnis, tetapi hadiah
dilakukan setelah kesepakatan ini tercapai.
d. Pemerasan Secara Ekonomi (Economic Extortion). Pada dasarnya, pemerasan ekonomi
adalah kebalikan dari suap. Karyawan menuntut pembayaran dari vendor karena
beranggapan bahwa atas jasanya, vendor dapat secara mulus masuk di perusahaan.
2. Penyimpangan Asset (Asset Misappropriation)
Asset misappropriation dalam bahasa sehari-hari disebut pencurian (Tuanakotta,
2010). Dalam fraud tree disebutkan ada 3 jenis tindakan dari asset misappropriation yaitu
pada cash, fraudulent disbursement dan non-cash. Penyimpangan pada cash yang sering
terjadi adalah larceny dan skimming. Larceny merupakan pencurian yang terjadi pada saat

1
uang diterima tetapi uang tersebut disimpan sendiri dan tidak dimasukkan ke dalam
perusahaan. Skimming adalah pencurian uang dengan cara membuat suatu transaksi yang
fiktif terkait penjualan atau lainnya. Pada non-cash juga terdapat larceny, artinya pencurian
barang pada saat transaksi seperti penjualan dan pengiriman dengan kuantitas yang salah.
Misuse atau penyalahgunaan cenderung pada penggunaan aset perusahaan untuk keperluan
pribadi. Skema fraudulent disbursements seperti penyaluran dana dari rekening perusahaan
untuk tujuan kecurangan tetapi terlihat seperti cara yang normal.
3. Fraudulent Statements
Jenis fraud ini sangat dikenal para auditor yang melakukan audit. Menurut
Tuanakotta, fraud ini berupa salah saji baik yang disengaja maupun tidak disengaja.
Singleton dan Singleton menjelaskan jenis-jenis fraudulent statements adalah sebagai
berikut:
a. Timming Differences (Improper Treatment of Sales). Ada berbagai cara untuk membuat
skema timing differences, yang bertujuan untuk membesar-besarkan pendapatan pada
suatu periode fiskal. Salah satu caranya adalah untuk mendorong untuk melebihkan
persediaan yang ada dan kelebihan tersebut dianggap sebagai penjualan sehingga
seolah-olah persediaan dan penjualan tampak lebih besar.
b. Pendapatan Fiktif (Fictitious Revenue). Pendapatan fiktif diciptakan dengan mencatat
penjualan yang tidak pernah terjadi. Kecurangan ini dapat melibatkan pelanggan nyata
atau pelanggan fiktif. Hasil akhir dari kecurangan ini adalah peningkatan pendapatan
dan keuntungan.
c. Penyembunyian Hutang (Conceled Liabilities). Salah satu cara untuk membuat skema
fraud ini adalah hanya menunda pencatatan hutang di akhir tahun periode fiskal
sehingga tahun berjalan akan memiliki biaya yang lebih kecil, dan mencatat hutang
pada bulan pertama tahun fiskal berikutnya.
d. Pengungkapan Yang Tidak Memadai (Inadequate Disclosure). Perusahaan tidak
mengungkapkan atas laporan keuangan secara cukup dengan maksud untuk
menyembunyikan fraud yang terjadi. Kecurangan ini dilakukan dengan cara tidak
memberikan informasi yang cukup terhadap apa yang terjadi di perusahaan kepada
pengguna laporan keuangan dengan maksud untuk menutupi bahwa seolah-olah
perusahaan dalam keadaan yang baik.

2
e. Peniliaian Aset Yang Tidak Memadai (Improper Asset Valuation). Kecurangan ini
dilakukan dengan meningkatkan nilai dari asset (seperti piutang, persediaan, aset
jangka panjang), mengkapitalisasi biaya, atau dengan mengurangi akun pengurang
(seperti cadangan kerugian piutang, depresiasi) sehingga aset akan menunjukan nilai
yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai yang sebenarnya.

C. Fraud di Institusi Keuangan


Beberapa contoh fraud yang terjadi di institusi-institusi keuangan antara lain:
1. Menarik dana nasabah tanpa sepengetahuan pemilik melalui slip penarikan kosong yang
sudah ditanda tangani nasabah.
2. Menarik uang kas nasabah secara berulang-ulang hingga miliaran rupiah.
3. Pencarian deposito milik nasabah oleh pengurus tanpa sepengetahuan pemiliknya.
4. Pemberian kredit dengan dokumen dan jaminan fiktif.
5. Membuat laporan hasil survey fiktif, tidak melakukan survey.
6. Memanipulasi datan dan/atau dokumen pengajuan kredit nasabah.
7. Uang hasil penagihan tidak disetor ke teller, atau disetor ke teller dengan jumlah nominal
tidak sesuai dengan hasil tagihan.
8. Unit barang tarikan tidak diserahkan ke kantor/perusahaan.

D. Kasus-kasus
1. Kasus Fraud Bank Mandiri
Bank Syariah Mandiri, harus tertimpa kasus fraud yang boleh dibilang paling
primitif yaitu kredit fiktif dengan memalsukan dokumen-dokumen utama. Karena kasus itu,
anak usaha bank terbesar di Indonesia itu harus menanggung potensi kerugian yang
mencapai Rp102 miliar.
Manajemen kemudian bergerak cepat dengan mengumumkan kejadian itu kepada
publik. Dalam jumpa pers yang dilakukan Kamis pekan terakhir bulan lalu manajemen
BSM menyatakan kasus penyaluran kredit fiktif di cabang Bogor memang sengaja
dilakukan oleh tiga orang pejabatnya. Indikasi ini ditemukan karena adanya kejanggalan
berupa tidak terjadinya pengerjaan proyek pembangunan perumahan sebagaimana yang
diajukan oleh debitur, tetapi dana tetap dicairkan dengan lancar. “Ketiganya dengan
sengaja tidak mematuhi aturan internal perusahaan,” ujar Sulistio Konsultan Hukum BSM.

3
Analisis:
Dari kasus diatas dapat dikatakan kasus fraud tersebut masuk dalam collusion
karena kecurangan dilakukan lebih dari satu orang dengan cara bekerja sama dengan tujuan
unuk menguntungkan orang orang terkait. Penyelesaian kasus diatas telah di selesaikan
oleh perusahaan dengan cara memecat tiga pejabatnya yang telah terbukti terlibat dalam
penyaluran kredit fiktif untuk pembelian lahan dan pembangunan perumahan di kawasan
Bogor itu. Tiga pejabat itu adalah Kepala Cabang Utama Bank Syariah Mandiri Bogor,
berinisial MA, yang dipecat tertanggal 4 Oktober 2013. Kemudian, Kepala Cabang
Pembantu Bank Syariah Mandiri Bogor berinisial HH tercatat dipecat 1 Desember 2012,
dan Accounting Officer Bank Syariah Mandiri Bogor, bernisial JL dipecat tanggal 1
November 2012. Perbedaan dalam penjatuhan sanksi pemecatan, ada yang pada 2012 dan
2013 dikarenakan JL dan HH melarikan diri ketika pemeriksaan internal masih
berlangsung.

2. Kasus Fraud Audit pada Bank BRI


Kepala Unit Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kecamatan Tapung Raya, Kabupaten
Kampar, Riau, Masril, ditahan oleh Kepolisian Resor Kampar karena melakukan transfer
fiktif sebesar Rp1,6 miliar. Kasus transfer fiktif ini dilaporkan oleh Kepala BRI Kabupaten
Kampar, Sudarman dan seorang pegawai di BRI Rustian Marta. Pencatatan palsu dalam
pembukuan atau laporan maupun dokumen kegiatan usaha. Laporan atau transaksi rekening
bank yang dilakukan tersangka sebesar Rp1,6 miliar itu tanpa disertai uangnya. Hanya
dalam catatan ada transfer uang, faktanya fiktif. Seperti dilansir detikcom, kronologi
transfer fiktif ini bermula pada Rabu (23/02) lalu.
Saat tim pemeriksa internal dari BRI Cabang Bangkinang, Ibukota Kabupaten
Kampar melakukanpemeriksaan ke Unit BRI Tapung, ditemukan kejanggalan transaksi.
Hasil pemeriksaan itu menyebutkan, adanya kejanggalan antara jumlah saldo neraca
dengan kas tidak seimbang. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, adanya pembukaan
setoran kas sebanyak Rp1,6 miliar. Uang sebanyak itu diketahui ditransfer dari BRI Unit
Pasir Pangaraian II ke Unit BRI Tapung.

4
Analisis:
Dari kasus diatas dapat dikatakan kasus fraud tersebut masuk dalam collusion
karena kecurangan dilakukan lebih dari satu orang dengan cara bekerja sama dengan tujuan
unuk menguntungkan orang orang terkait. Pada kasus ini adanya kejanggalan antara jumlah
saldo neraca dengan kas tidak seimbang. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut,
adanya pembukaan setoran kas sebanyak Rp1,6 miliar. Akhirnya tim pemeriksaan internal
BRI mencium kasus ini dan melaporkannya. Hal ini tidak dapat dibiarkan begitu saja. Oleh
sebab itu tersangka diancam hukuman 10 tahun kurungan ditambah denda.

Anda mungkin juga menyukai