D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK 4
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi yang membahas tentang Sejarah Mahkamah
Konstitusi.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga Makalah Hukum Acara Mahkamah Konstitusi yang
membahas tentang Sejarah Mahkamah Konstitusi ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.
Medan, 14 Oktober 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian BAPMI
B. Alternatif Penyelesaian Melalu BAPMI
C. Sejarah Pendirian BAPMI
D. Cara Penyelesaian Sengketa dalam BAPMI
E. Arbiter BAPMI
F. Berbagai Peraturan Arbitrase BAPMI
G. Kewenangan BAPMI
H. Prosedur dalam BAPMI
I. Biaya Berperkara dalam BAPMI
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sehingga dari paparan latar belakang di atas, penulis tertarik untk menggali lebih
dalam mengenai Mahkamah Konstitusi ini, baik itu mengenai sejarah terbentuknya,
wewenangnya, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan Mahkamah Konstitusi. Untuk
lebih detail lagi mengenai Mahkamah Konstitusi ini akan dipaparkan dalam bab
selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
1
C.F. Strong, Konstitusi-Konstitusi Politik Modern, (Bandung: Nusa Media, 2011), h 24
2
Tim Penyusun Buku Lima Tahun MK, Lima Tahun Menegakkan Konstitusi, (Jakarta: Sekretariat Jendral
dan Kepanitraan Mahkamah Konstitusi, 2008), h 13
1. Apa pengertian dari Mahkamah Konstitusi?
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mahkamah Konstitusi
Secara terminologi Mahkamah Konstitusi terdiri dari dua kata, yang mana Mahkamah
yang berarti badan atau tempat memutuskan hukum atas suatu perkara atau pelanggaran,
Sedangkan istillah Konstitusi berasal dari kata constituter (Prancis), constitution
(Inggris), constitutie (Belanda) yang berarti membentuk suatu negara, menyusun suatu
aturan tentang ketatanegaraan. Jadi secara umum dapat diartikan Mahkamah Konstitusi
adalah Lembaga yang berwenang memutus perkara yang berkaitan dengan susunan
ketatanegaraan.
Mahkamah Kon stitusi merupakan lembaga tinggi negara yang keberadaan dan
wewenang nya diamatkan oleh undang-undang dasar 1945 lebih lanjut dalam undang-
undang No.24/2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Mahkamah konstitusi memiliki 4
wewenang dan 1 kewajiban berdasarkan pasal 24C ayat 1 dan 2 UUD 1945. 4
Wewenang MK adalah mengadili dalam tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
bersifat final untuk menguji Undang-undang terhadap UUD, Memutus sengketa
kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD, memeutus
pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
Sedangkan kewajiban MK adalah memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai
dugaan pelanggaran oleh presiden dan atau wakil presiden menurut UUD3.
Sejarah Judicial Review pertama kali timbul dalam praktik hukum di Amerika Serikat
melalui putusan Supreme Court (MA) Amerika Serikat dalam perkara “Marbury vs
3
Ibid h 13
Madison” pada 1803 meskipun ketentuan Judicial Review tidak tercantum dalam UUD
Amerika Serikat, Supreme Court Amerika Serikat membuat sebuah putusan yang ditulis
Ketua Supreme Court John Marshall dan didukung empat Hakim Agung lainnya yang
menyatakan bahwa pengadilan berwenang membatalkan Undang-Undang yang
bertentangan dengan konstitusi4.
Di Austria, pemikiran Kalsen mendorong dibentuknya suatu lembaga yang diberi nama
Verfassungsgerichtshoft atau MK yang berdiri sendiri diluar Mahkamah Agung, sering
disebut The Kalsenian Model. Gagasan ini diajukan ketika Kalsen diangkat sebagai
anggota lembaga pembaharu konstitusi Austria (Chanclery) pada 1919-1920 dan
diterima dalam konstitusi 1920. Inilah Mahkamah Konstitusi pertama didunia. Model
ini menyangkut hubungan antara prinsip Supremasi Konstitusi (The Principle of the
Supremacy of the Constitution) dan prinsip Supremasi Parlemen (The Principle of the
Supremacy of the parlement)5.
Ide Hans Kalsen mengenai pengujian Undang-Undang diatas sejalan dengan gagasan
yang pernah dikemukakan Moh. Yamin dalam sidang BPUPKI. Ia mengusulkan
seharusnya Balai Agung diberi wewenang “Membanding” Undang-Undang. Namun
Usulan Moh. Yamin disanggah Soepomo dengan alasan kewenangan hakim untuk
pengujian Undang-Undang bertentangan dengan konsep Supremasi Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan sebagai negara yang baru merdeka belum
memiliki ahli-ahli mengenai hal tersebut serta pengalaman mengenai Judicial Review,
Akhirnya ide pengujian Konstitusionalitas Undang-Undang yang diusulkan Moh.
Yamin tersebut tidak diadopsi dalam UUD 1945.
Pada masa reformasi, dengan TAP MPR No.III/MPR/2000, MPR diberi kewenangan
untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar. Namun hal ini tidak
4
Tim Penyusun Buku Lima Tahun MK, Lima Tahun Menegakkan Konstitusi, (Jakarta: Sekretariat Jendral
dan Kepanitraan Mahkamah Konstitusi, 2008), h 3
5
Tim Penyusun Buku Lima Tahun MK, Lima Tahun Menegakkan Konstitusi, (Jakarta: Sekretariat Jendral
dan Kepanitraan Mahkamah Konstitusi, 2008), h 3
dapat disebut sebagai judicial review mengingat bahwa MPR tidak termasuk dalam
cabang kekuasaan Yudisial6.
Namun, hingga tidak berlakunya ketetapan tersebut, MPR belum pernah melaksanakan
pengujian karena memang tidak ada mekanisme yang memungkinkan melaksanakan
pengujian konstitusionalitas Undang-Undang.
Seiring dengan momentum perubahan Undag-Undang Dasar pada era reformasi, ide
pembentukan Mahkamah Konstitusi atau MK di Indonesia diterima sebagai mekanisme
untuk mengontrol Konstitusionalitas Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar.
Selain itu, pembentukan MK juga didorong oleh alasan sebagai berikut
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Semula kekuasaan kehakiman hanya terdiri atas MA. Sesudah perubahan ketiga UUD
1945, pelaksanaan kekuasaan kehakiman dilakukan oleh dua buah mahkamah. Salah
satu perbedaan antara MA dan MK sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman pada MA
terdapat dibawahnya badan peradilan dalam lingkungan peradilan umum, agama,
militer, dan tata usaha negara, sebaliknya pada MK dibawahnya tidak terdapat badan
peradilan lain
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Tim Penyusun Buku Lima Tahun MK, Lima Tahun Menegakkan Konstitusi, 2008,
Jakarta:Sekretariat Jendral dan Kepanitraan Mahkamah Konstitusi.
B. Internet
http://cunseondeok.blogspot.com/2015/05/mahkamah-konstitusi.html [Diakses
pada 12 November 2018]