Anda di halaman 1dari 13

MAHKAMAH KONSTITUSI, KOMISI YUDISIAL, DAN KOMISI PEMBERANTASAN

KORUPSI

Disusun oleh:

Nama Kelompok 6 : 1. Binsar Manurung


2. Ersyah Tria Meisadel
3. Frades Al-Vizan
4. Hanifah Florencia
5. Jufita Ceria Kencana
6. Nayya Erian Hidayah
Kelas : XII MIPA 3
Mata Pelajaran : PPKN

Guru Pembimbing :
Lianah, S.pd

SMA NEGERI 01 BENGKULU SELATAN


TAHUN PELAJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Mahkamah Konstitusi, Komisi
Yudisial, dan Komisi Pemberantasan Korupsi" dengan tepat waktu. Makalah disusun
untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran PPKN. Selain itu, makalah ini bertujuan
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Lianah selaku guru Mata Pelajaran
PPKN. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu Selatan, September 2023


Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar.........................................................................................................................2
Daftar Isi.............................................................................................................................. 3
BAB I Pendahuluan............................................................................................................. 4
A. Latar Belakang Penelitian..................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah................................................................................................. 5
BAB II Pembahasan.............................................................................................................6
A. Mahkamah Konstitusi............................................................................................6
B. Komisi Yudisial..................................................................................................... 9
C.Komisi Pemberantasan Korupsi.............................................................................10
BAB III Penutup..................................................................................................................12
A. Keseimpulan.......................................................................................................... 12
B. Saran...................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian


Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara pelaku kekuasaan
kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan. Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas
pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden
dan/atau Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar. Pelanggaran dimaksud
sebagaimana disebutkan dan diatur dalam ketentuan Pasal 7A UUD 1945 yaitu
melakukan pelanggaran hukum berupa penghianatan terhadap negar, korupsi,
penyuapan, tindak pidana lainnya, atau perbuatan tercela, dan/atau tidak lagi
memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud
dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang memiliki peranan penting dalam usaha
mewujudkan kekuasaan kehakiman yang merdeka melalui pencalonan hakim agung
serta pengawasan terhadap hakim yang transparan dan partisipatif guna menegakkan
kehormatan dan keluhuran martabat, serta menjaga perilaku hakim. Komisi Yudisial
memiliki dua kewenangan konstitutif, yaitu untuk mengusulkan pengangkatan
hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan
menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim. Selanjutnya,
dalam rangka mengoperasionalkan keberadaan Komisi Yudisial, maka dibentuk UU
No. 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial pada 13 Agustus 2004. Dasar hukum
Komisi Yudisial adalah berdasarkan UUD 1945 dan Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004
tentang Komisi Yudisial.

Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia adalah lembaga negara yang


dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya
pemberantasan tindak pidana korupsi. KPK bersifat independen dan bebas dari
pengaruh kekuasaan mana pun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.
Komisi Pemberantasan Korupsi sebenarnya sudah menjadi wacana sejak masa
Presiden BJ Habibie pada tahun 1999. Pada saat itu, Presiden Habibie mengeluarkan
Undang – Undang Nomor 28 Tahun 1999 yang mengatur tentang penyelenggaraan
negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Namun,
pembentukan KPK baru terwujud saat Presiden Megawati Soekarnoputri memimpin
Indonesia.

Sebelum berdirinya Komisi Pemberantasan Korupsi, terdapat beberapa komisi atau


badan baru yang dibentuk untuk mengawasi korupsi, seperti Komisi Pengawas
Kekayaan Pejabat Negara (KPKPN), Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),
dan lembaga Ombudsman. Namun, upaya ini dianggap belum cukup efektif dalam
memberantas korupsi.

Pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, dibentuklah Tim Gabungan


Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (TGPTK) yang dipimpin oleh Hakim Agung
Andi Andojo. Namun, tim ini dibubarkan melalui keputusan Mahkamah Agung,
sehingga upaya pemberantasan korupsi mengalami kemunduran. Pada masa
pemerintahan Megawati Soekarnoputri, upaya pemberantasan korupsi dilanjutkan
dan KPK akhirnya didirikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Tugas dan Wewenang Mahkamah Konstitusi?
2. Apa Tugas dan Wewenang Komisi Yudisial?
3. Apa Tugas dan Wewenang Komisi Pemberantasan Korupsi?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Mahkamah Konstitusi
1. Pengertian Mahkamah Konstitusi
Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara yang melakukan kekuasaan
kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan pengadilan guna
menegakkan hukum dan keadilan. Hakim yang berada di Mahkamah Konstitusi
[Hakim Konstitusi] berjumlah maksimal sebanyak 9 orang,dengan sistem 3
orang diajukan oleh DPR,3 orang diajukan oleh Presiden,dan 3 orang diajukan
oleh MA dengan penetapan presiden.

Mahkamah Konstitusi berwenang untuk mengadili pada tingkat pertama dan


terakhir yang putusannya bersifat final. Artinya segala keputusan yang telah
dikeluarkan oleh hakim Mahkamah Konstitusi tidak dapat diganggu gugat lagi.
Hal tersebut dikarenakan Mahkamah Konstitusi merupakan lembaga peradilan
yang bertugas memutus perkara yang tidak dapat diselesaikan di pengadilan
kasasi. Adapun keputusan yang bersifat final yang dikeluarkan oleh Mahkamah
Konstitusi adalah sebagai berikut.
a) Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Tahun 1945.
b) Memutuskan sengketa antara kewenangan lembaga-lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar Tahun 1945.
c) Memutus pembubaran partai politik.
d) Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
Mahkamah Konstitusi memiliki tugas dan fungsi yang sangat strategis. Tugas
dan fungsi itu setidaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

Pertama, Indonesia sendiri adalah sebuah negara yang sangat plural.


Kemajemukan itu sangat praktis yang meliputi semua hal: suku, etnis, adat,
budaya, agama,bahasa dan lainnya. Dalam masyarakat yang sangat bhinneka
(berbeda-beda), seperti Indonesia, potensi terjadinya benturan itu secara
horizontal relatif lebih besar ketimbang benturan vertikal.
Kedua, Negara Indonesia memiliki sifat mutlak monodualis terhadap
kemanusiaan, bukan negara liberal, bukan negara kekuasaan belaka atau
diktator, bukan negara materialistis.

Negara kita sebagai negara hukum kebudayaan mempunyai tujuan


menghindarkan gangguan dari darat, udara maupun laut, memaksimalkan tugas
dan fungsi angkatan laut, darat dan udara, berupaya menjaga keutuhan NKRI,
memelihara ketertiban, keamanan dan perdamaian ke dalam maupun luar
negeri. Semuanya itu adalah hak dan kewajiban warga negara dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam hal ini, tugas
Mahkamah Kontitusi cukup berat untuk menjaga kontsitusi dari hal yang dapat
merusak konstitusi itu sendiri dan juga bangsa negara.

2. Wewenang Mahkamah Konstitusi


Wewenang Mahkamah Konstitusi menurut Undang-Undang Nomor 8 tahun
2011 tentang Mahkamah Konstitusi, atas perubahan menurut Undang-Undang
Nomor 24 tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, pada Pasal 10 ayat (1), (2)
dan (3) adalah sebagai berikut:
1. Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang di mana putusannya
bersifat final
Adapun beberapa hal yang perlu diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi, di
antaranya:
a) Melakukan pengujian Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
b) Memberikan keputusan atas sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan dari Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
c) Membuat sebuah keputusan atas pembubaran suatu partai.
d) Memberikan keputusan terhadap perselisihan yang terjadi pada hasil
Pemilihan Umum (Pemilu).
2. Mahkamah Konstitusi bertujuan untuk membuat keputusan, jika DPR atau
Presiden menyalahi aturan atau melanggar hukum.
Dalam wewenang ini, Mahkamah Konstitusi bisa memberikan hukuman kepada
anggota DPR atau Presiden. Adapun hal-hal yang termasuk ke dalam
pelanggaran hukum dan tidak boleh dilakukan oleh anggota DPR atau Presiden,
seperti korupsi, penyuapan, tindak pidana yang berat, pengkhianatan terhadap
negara, perbuatan tidak terpuji, dan sudah tidak memenuhi syarat sebagai
Presiden atau Wakil Presiden. Dalam hal ini, tindak pidana yang dimaksud
berupa hukuman penjara lima tahun atau lebih. Selain itu, syarat-syarat untuk
menjadi Presiden dan Wakil Presiden tercantum di dalam Pasal 6 Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa


Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga melakukan pelanggaran
(impeachment). Dugaan pelanggaran tersebut dapat berupa tidak lagi memenuhi
syarat sebagai presiden dan/atau wakil presiden, perbuatan tercela, tindakan
kriminal seperti penghianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, dan juga
tindak pidana berat lainnya yang diancam dengan pidana lebih dari 5 tahun.

3. Tugas Mahkamah Konstitusi:


Tugas dari Mahkamah Konstitusi menurut Undang-Undang Nomor 8 tahun
2011 tentang Mahkamah Konstitusi, atas perubahan menurut Undang-Undang
Nomor 24 tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi adalah sebagai berikut:
a) Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
b) Memutus Sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
c) Memutus pembubaran partai politik, dan
d) Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
e) Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa
Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga melakukan pelanggaran
(impeachment).
B. Komisi Yudisial
1. Pengertian Komisi Yudisial
Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang dibentuk berdasarkan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berwenang
mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam
rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta
perilaku hakim. Komisi Yudisial merupakan lembaga negara yang bersifat
mandiri dan dalam pelaksanaan wewenangnya bebas dari campur tangan atau
pengaruh kekuasaan lainnya. Komisi Yudisial bertanggung jawab kepada publik
melalui DPR dengan cara menerbitkan laporan tahunan dan membuka akses
informasi secara lengkap dan akurat.

2. Wewenang Komisi Yudisial


Menurut Pasal 13 UU No. 18 Tahun 2011, berikut ini wewenang Komisi
Yudisial:
a) Mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc di Mahkamah
Agung kepada DPR untuk mendapatkan persetujuan
b) Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku
hakim
c) Menetapkan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH)
bersama-sama dengan Mahkamah Agung
d) Menjaga dan menegakkan pelaksanaan Kode Etik dan/atau Pedoman
Perilaku Hakim (KEPPH).

3. Tugas Komisi Yudisial


Menurut Pasal 14 UU No. 18 Tahun 2011, dalam melaksanakan wewenang
mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc di Mahkamah
Agung kepada DPR untuk mendapatkan persetujuan, maka Komisi Yudisial
mempunyai tugas:
a) Melakukan pendaftaran calon hakim agung
b) Melakukan seleksi terhadap calon hakim agung
c) Menetapkan calon hakim agung
d) Mengajukan calon hakim agung ke DPR.
Pasal 20 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 mengatur bahwa Dalam
rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta
perilaku hakim, Komisi Yudisial bertugas:
a) Melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap perilaku hakim
b) Menerima laporan dari masyarakat berkaitan dengan pelanggaran Kode Etik
dan Pedoman Perilaku Hakim
c) Melakukan verifikasi, klarifikasi, dan investigasi terhadap laporan dugaan
pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim secara tertutup
d) Memutus benar tidaknya laporan dugaan pelanggaran Kode Etik dan
Pedoman Perilaku Hakim
e) Mengambil langkah hukum dan/atau langkah lain terhadap orang
perseorangan, kelompok orang, atau badan hukum yang merendahkan
kehormatan dan keluhuran martabat hakim.
Komisi Yudisial juga mempunyai tugas mengupayakan peningkatan kapasitas
dan kesejahteraan hakim. Dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan,
keluhuran martabat, serta perilaku hakim, Komisi Yudisial dapat meminta
bantuan kepada aparat penegak hukum untuk melakukan penyadapan dan
merekam pembicaraan dalam hal adanya dugaan pelanggaran Kode Etik
dan/atau Pedoman Perilaku Hakim oleh Hakim.

C. Peran Komisi Pemberantasan Korupsi


1. Pengertian Peran Komisi Pemberantasan Korupsi
Komisi Pemberantasan dalah lembaga negara yang dibentuk untuk melakukan
pemberantasan korupsi di Indonesia. Lembaga ini didirikan pada tahun 2002 oleh
Presiden Megawati Soekarnoputri, dengan tujuan untuk menangani korupsi yang
dianggap tidak bisa ditangani oleh institusi kejaksaan dan kepolisian.

2. Wewenang Komisi Pemberantasan Korupsi


Berdasarkan Pasal 7 Undang-Undang Negara Republik IndonesiaNomor 30
Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi, Komisi Pemberantasan
Korupsi memiliki wewenang sebagai berikt:
a. Mengoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana
korupsi.
b. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan korupsi.
c. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan korupsi kepada instansi
yang terkait.
d. Melaksanakan pertemuan atau dengar pendapat dengan instansi yang
berwenang dalam pemberantasan korupsi.
e. Meminta laporan dari instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana
korupsi.

3. Tugas Komisi Pemberantasan Korupsi


Tugas KPK diatur dalam Undang – Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi:
a. Melakukan koordinasi dengan institusi yang berwenang dalam pemberantasan
korupsi.
b. Melakukan supervisi terhadap instansi yang berwenang dalam pemberantasan
korupsi.
c. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana
korupsi.
d. Melakukan tindakan pencegahan tindak pidana korupsi.
e. Melakukan monitoring terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Lembaga yudikatif di Indonesia terdiri dari Mahkamah Konstitusi (MK), Mahkamah


Agung (MA), dan Komisi Yudisial (KY). Ketiga lembaga ini sama-sama bertugas
mengawasi penerapan Undang-undang Dasar (UUD) dan hukum yang berlaku di
Indonesia. Namun, ketiganya memiliki perbedaan fungsi dan wewenang. Mahkamah
Agung (MA) bertugas membina keseragaman dalam penerapan hukum melalui
putusan kasasi dan peninjauan kembali. MA juga berwenang memeriksa dan
memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir sengketa tentang kewenangan
mengadili, permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap, dan semua sengketa yang timbul karena
perampasan kapal asing dan muatannya. Mahkamah Konstitusi (MK) bertugas
menguji UU terhadap UUD 1945. MK juga berwenang memutus sengketa
kewenangan lembaga negara, memutus pembubaran partai politik, dan memutus
perselisihan hasil pemilihan umum. Komisi Yudisial (KY) bertugas merekrut calon
hakim agung (pendaftaran, seleksi, dan seterusnya) dan hakim ad hoc. KY juga
bertugas menjaga dan menegakkan pelaksanaan Kode Etik dan Pedoman Perilaku
Hakim (KEPPH). Sedangkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah
lembaga yang dibentuk untuk memberantas korupsi di Indonesia. KPK memiliki
dasar hukum pembentukan yang berbeda dengan MK dan KY yang dibentuk di atas
landasan konstitusi yaitu UUD 1945.

B. Saran

Berikut adalah beberapa saran untuk Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial, dan
Komisi Pemberantasan Korupsi:

1. Mahkamah Konstitusi (MK) dapat meningkatkan transparansi dan


akuntabilitas dalam proses pengujian UU terhadap UUD 1945 dengan
menyediakan informasi yang mudah diakses oleh publik mengenai proses
pengujian dan putusan yang dihasilkan.

2. Komisi Yudisial (KY) dapat meningkatkan kualitas perekrutan calon hakim


agung dan hakim ad hoc dengan menetapkan standar yang lebih tinggi dan
proses seleksi yang lebih ketat. KY juga dapat meningkatkan pelaksanaan
Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH) dengan meningkatkan
pengawasan dan penegakan hukum terhadap pelanggaran KEPPH.

3. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dapat meningkatkan upaya


pemberantasan korupsi dengan meningkatkan kerjasama dengan lembaga
penegak hukum lainnya, baik di dalam maupun di luar negeri, serta
meningkatkan pengawasan terhadap praktik korupsi di berbagai sektor. KPK
juga dapat meningkatkan edukasi kepada masyarakat mengenai bahaya
korupsi dan cara mencegahnya.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.mkri.id/

https://fahum.umsu.ac.id/kpk-komisi-pemberantasan-korupsi-sejarah-tugas-dan-perannya/

Latif, Abdul. 2009 dkk. Buku Ajar Hukum Acara Mahkamah Konstitusi.Total
Media. Yogyakarata.

Nanang, Sri. 2015. Kedudukan dan Wewenang Mahkamah


Konstitusi. Jurnal Pembaharuan Hukum. Semarang.

Anda mungkin juga menyukai