Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KEKUASAAN DAN KEHAKIMAN DI INDONESIA


(MAHKAMAH AGUNG DAN KOMISI YUDISIAL)
Mata Kuliah : Pancasila
Pembimbing : Choirul Kurniawan, S.HI.,M.H

Disusun Oleh :
1. Adinda Elga Puspitasari (2310210032)
2. Dela Yuniarti (2310210002)
3. Granesia Putri Ata Ambu (2310210003)
4. Nadzifatul Khoirisma (2310210038)
5. Tarisa Rohmayanti (2310210054)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


UNIVERSITAS INSAN BUDI UTOMO MALANG
Tahun 2023
Jl. Citandui No. 46, Purwantoro, Kec. Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur
Kode pos: 65126 Telp 0341-323214/0341-326119
Email: info@uibu.ac.id website: www.uibu.ac.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah berjudul
“Kekuasaan Dan Kehakiman Di Indonesia (MA Dan KY)” dapat tersusun hingga selesai.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih atas bantuan para pihak yang berkontribusi
dengan membantu pencarian data untuk makalah ini.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Pancasila.
Selain itu, pembuatan makalah juga memiliki tujuan agar menambah wawasan dan
pengetahuan bagi penulis maupun pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maka kami yakin makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah semakin
lebih baik. Akhir kata, semoga makalah dapat berguna.

Malang, 13 Oktober 2023

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Kekuasaan Dan Kehakiman.........................................................................3
2.2 Pengertian MA.............................................................................................5
2.3 Pengertian KY..............................................................................................7
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................................9
Daftar Pustaka....................................................................................................10

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu prinsip negara hukum adalah adanya kekuasaan kehakiman
yang independen dan imparsial, yang kemudian independensi dan
imparsialitas tersebut diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 kepada badan peradilan sebagai
penyelenggara dan pribadi hakim sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman.
Independensi dan imparsialitas tersebut diperlukan semata-mata karena
fungsinya dalam menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan.
Kekuasaan dan kehakiman menyebutkan bahwa ada tiga Lembaga negara
yang termasuk dalam lingkup kekuasaan kehakiman, yaitu Mahkamah
Agung (MA), Mahkamah Konstitusi (MK), dan Komisi Yudisial (KY).
Namun, menurut Pasal 24 ayat (2), hanya MA dan badan peradilan di
bawahnya serta MK yang merupakan penyelenggara kekuasaan kehakiman,
sedangkan KY tidak memiliki kewenangan tersebut sehingga badan ini
sering disebut sebagai lembaga ekstra-yudisial.
Untuk menjalankan fungsinya tersebut Mahkamah Agung selaku
pemegang
kekuasaan kehakiman dibantu oleh badan peradilan yang berada di
bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, dan lingkungan peradilan tata usaha negara.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah yang dapat
dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan kekuasaan dan kehakiman yang ada di


Indonesia?
2. Jelaskan yang dimaksud dengan Mahkamah Agung?
3. Apa saja tugas dan wewenang Mahkamah Agung?
4. Jelaskan yang dimaksud dengan Komisi Yudisial?
5. Apa saja tugas dan wewenang Komisi Yudisial?

1
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu:

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila


2. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang kekuasaan dan
kehakiman di Indonesia yang meliputi Mahkamah Agung dan Komisi
Yudisial
3. Untuk mengetahui tugas dan wewenang Mahkamah Agung dan Komisi
Yudisial

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 kekuasaan dan kehakiman

Kekuasaan kehakiman dalam sistem ketatanegaraan menurut UUD


1945 adalah salah satu badan penyelenggara negara, yang dipegang oleh
Mahkamah Agung dan lain-lain badan penyelenggara negara kekuasaan
kehakiman. Suatu asas yang penting bagi kekuasaan kehakiman sebagai
badan penyelenggara negara adalah asas kekuasaan yang merdeka.
Pentingnya independensi sebuah lembaga peradilan dalam penegakan
hukum dan keadilan tidak hanya tercermin dalam pencantumannya pada
konstitusi sebagai hukum tertinggi pada hukum positif sebuah negara.
Instrumen-instrumen hukum internasional juga banyak yang
mencantumkan pengaturan atas pentingnya lembaga peradilan yang
independen.
Sebelum Perubahan UUD 1945 asas ini tidak ditemukan dalam ketentuan
UUD, akan tetapi dijelaskan dalam Penjelasan Pasal 24 dan Pasal 25
UUD 1945, yang menyatakan:

“Kekuasaan kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka artinya


terlepas dari pengaruh kekuasaan Pemerintah. Berhubung dengan itu,
harus diadakan jaminan dalam undang-undang tentang kedudukan
para hakim”.

Sebelum dilakukan perubahan terhadap UUD 1945, Pasal 24


menyatakan:

(1) Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung


dan lain-lain badan kehakiman menurut undang-undang.
(2) Susunan dan kekuasaan badan-badan kehakiman itu diatur
dengan undang-undang.

3
Dalam ketentuan tersebut di atas tidak dinyatakan secara tegas bahwa
kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka. Lemahnya
kehakiman pada era Orde Baru menyebabkan lembaga kekuasaan
kehakiman tersebut mudah diintervensi oleh lembaga-lembaga di luar
peradilan. Oleh karena itu, pada tahun 2001, Majelis Permusyawaratan
Rakyat melakukan perubahan ketiga terhadap UUD 1945 terutama Bab
tentang Kekuasaan Kehakiman, yaitu Pasal 24 dan Pasal 25.
Susunan kekuasaan negara setelah Perubahan UUD 1945 menampilkan
perubahan yang sangat fundamental. Majelis Permusyawaratan Rakyat
berubah kedudukannya dari lembaga tertinggi negara menjadi lembaga
join session antara Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan
Daerah. Dewan Perwakilan Rakyat dipertegas kewenangannya baik
dalam fungsi legislasi maupun fungsi pengawasan. Aturan tentang Badan
Pemeriksa Keuangan ditambah, selain itu UUD 1945 setelah perubahan
memunculkan lembaga-lembaga baru seperti Mahkamah Konstitusi,
Komisi Pemilihan Umum, Bank Indonesia dan Komisi Yudisial.
Kekuasaan kehakiman setelah perubahan UUD 1945 menjadi
kekuasaan yang sangat fundamental dan sebagai bagian dari poros
kekuasaan yang mempunyai fungsi menegakkan keadilan. Kekuasaan
kehakiman dalam susunan kekuasaan negara menurut UUD 1945 setelah
perubahan tetap ditempatkan pada kekuasaan yang mandiri bebas dari
campur tangan kekuasaan lain. Dalam susunan kekuasaan Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang baru, kekuasaan kehakiman
dilaksanakan oleh Mahkamah Agung (MA), badan-badan peradilan lain
dibawah MA, yaitu peradilan umum, peradilan tata usaha negara,
peradilan militer, dan peradilan agama serta Mahkamah Konstitusi.
Kemudian untuk menjaring hakim-hakim agung yang perofesional dan
mempunyai integritas terhadap profesinya sebagai penegak hukum dan
keadilan, terdapat lembaga yang khusus diadakan untuk rekrutmen
calon-calon hakim agung yaitu Komisi Yudisial.

4
2.2 Pengertian Mahkamah Agung

Mahkamah Agung merupakan salah satu pelaksana kekuasaan


kehakiman di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945
Pasal 24 ayat (2) dan Pasal 24A ayat (1) dan Undang-Undang Nomor
48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman serta Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun
1985 tentang Mahkamah Agung dan Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor
14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung (UU MA).
Pasal 24A

(1) Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat


kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di bawah
undang-undang terhadap undang-undang, dan mempunyai
wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang.

Kewenangan Mahkamah Agung tersebut kemudian dielaborasi lagi


dalam UU MA antara lain sebagai berikut meliputi:
a. Mahkamah Agung bertugas dan berwenang memeriksa dan
memutus:
• permohonan kasasi;
• sengketa tentang kewenangan mengadili;
• permohonan peninjauan kembali.
b. Menguji peraturan perundang-undangan yang di bawah undang-
undang terhadap undang-undang.
c. kewenangan lainnya yang diberikan oleh undang-undang.
Terdapat pengecualian dalam pengajuan permohonan kasasi,
ada perkara-perkara tertentu yang tidak dapat diajukan
permohonan kasasi, perkara tersebut adalah:
 putusan praperadilan
 perkara pidana yang diancam dengan pidana penjara
paling lama 1 (satu) tahun dan/atau diancam pidana denda
 perkara tata usaha negara yang objek gugatannya berupa
 keputusan pejabat daerah yang jangkauan keputusannya
berlaku di wilayah daerah yang bersangkutan.

5
Mahkamah Agung berwenang juga:
 melakukan pengawasan tertinggi terhadap
penyelenggaraan peradilan di semua lingkungan peradilan
yang berada di bawahnya dalam menjalankan kekuasaan
kehakiman
 melakukan pengawasan organisasi, administrasi badan
peradilan yang ada di bawahnya
 meminta keterangan tentang hal-hal yang berkaitan
dengan teknis peradilan dari semua badan yang berada di
bawahnya
 memberi petunjuk, teguran, atau peringatan kepada
pengadilan di semua badan yang berada di bawahnya
 memberikan pertimbangan hukum kepada presiden dalam
permohonan grasi dan rehabilitasi
 dapat memberi keterangan, pertimbangan, dan nasihat
masalah hukum kepada lembaga negara dan lembaga
pemerintahan.

6
2.3 Pengertian Komisi Yudisial

Komisi Yudisial merupakan lembaga


yang mandiri. Sejalan dengan itu, Komisi Yudisial memang
mempunyai peranan penting dalam upaya mewujudkan kekuasaan
kehakiman yang merdeka melalui pencalonan hakim agung serta
pengawasan terhadap hakim yang transparan dan partisipatif guna
menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat, serta perilaku
hakim. Pengawasan oleh Komisi Yudisial ini pada prinsipnya
bertujuan agar hakim agung dan hakim dalam menjalankan
wewenang dan tugasnya sungguh-sungguh didasarkan dan sesuai
dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku,
kebenaran, dan rasa keadilan masyarakat serta menjunjung tinggi
kode etik profesi hakim.12 Bersamaan dengan Perubahan UUD 1945
sebagai genealogis kemunculan Komisi Yudisial yang merupakan
lembaga negara yang dilahirkan dari reformasi di Indonesia, Komisi
Yudisial merupakan lembaga negara yang sama posisinya dengan
lembaga negara lain. Sebagai lembaga negara, Komisi Yudisial
mendapatkan tugas dan kewenangannya dalam UUD 1945 dan
dituangkan lebih lanjut dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2004 tentang Komisi Yudisial.

Komisi Yudisial diberikan kewenangan oleh UUD 1945 dalam


Pasal
24B, yaitu:

(1) Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan


pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang
lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan,
keluhuran martabat, serta perilaku hakim.

Peranan Komisi Yudisial dalam Pasal 24B UUD 1945 dari segi
kewenangan yang kedua menentukan bahwa
” mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan
menegakkan kehormatan, keluhuran martabat,
serta perilaku hakim”.

7
Dari ketentuan tersebut, dapat dielaborasi menjadi
(i) menjaga kehormatan hakim
(ii) menjaga keluhuran martabat hakim
(iii) menjaga perilaku hakim
(iv) menegakkan kehormatan hakim
(v) menegakkan keluhuran martabat hakim dan
(vi) menegakkan perilaku hakim.

Dalam Pasal 24A ayat (3) UUD 1945 dikatakan sebagai berikut:
“Calon hakim agung diusulkan Komisi Yudisial kepada Dewan
Pewakilan Rakyat untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya
ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden”.

8
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kekuasaan kehakiman tersebut selain dilakukan oleh


Mahkamah Agung juga dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi.
Selain itu lahirnya Komisi Yudisial juga menjadi salah satu
pendukung terwujudnya kekuasaan kehakiman yang independen
dan imparsial, yaitu dengan melakukan seleksi calon hakim
agung. Dengan diubahnya UUD 1945, maka posisi hakim agung
menjadi kuat karena mekanisme pengangkatan hakim agung
diatur sedemian rupa dengan melibatkan tiga lembaga, yaitu
DPR, Presiden dan Komisi Yudisial. Komisi Yudisial merupakan
lembaga baru yang sengaja dibentuk untuk menangani urusan
terkait pengangkatan hakim agung serta penegakan
kehormatan, keluhuran martabat dan perilaku hakim.

Berdasarkan hal tersebut di atas, secara umum dapat


disimpulkan bahwa UUD 1945 dan perubahan-perubahannya
telah mengatur mekanisme penyelenggaraan ketatanegaraan
yang terkait dengan hubungan kekuasaan legislatif, yudikatif
dan eksekutif secara seimbang. Atau dengan kata lain, terdapat
hubungan check and balance antara ketiga lembaga tersebut.
Namun demikian terkait dengan wacana perubahan kelima UUD
1945, perlu dipertimbangkan adanya penataan kembali
terhadap kewenangan lembaga pelaku kekuasaan kehakiman
maupun lembaga yang fungsinya terkait dengan kekuasaan
kehakiman sebagaimana diuraikan di atas dalam perubahan
UUD 1945 yang akan datang.

9
3.2 Daftar Pustaka

https://jurnalkonstitusi.mkri.id/index.php/jk/article/download/
944/148/288
https://www.komisiyudisial.go.id/frontend/static_content/
authority_and_duties/about_ky

10

Anda mungkin juga menyukai