Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SENGKETA KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Hukum Acara Konstitusi

Dosen Pengampu: Dr. Novita Dewi Masyithoh, SH., M.H.

Disusun Oleh:

1. Aisha Rachmadian Puteri (2102056049)


2. Salsabilla Diva Qotrunnada (2102056051)
3. Muhammad Haikal Kamal (2102056052)
4. Adila Nida Ahmada (2102056053)
5. Helma Amalia Putri (2102056055)
6. Aditya Wildan Mahera (2102056056)
7. Mutiara Dwi Febriana (2102056057)
8. Sabrina Salsabila (2102056070)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum
Acara Konstitusi dan untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dari materi
tentang Sengketa Kewenangan Lembaga Negara.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Novita selaku dosen pengampu
pada mata kuliah Hukum Acara Konstitusi dan tidak lupa kami juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Tanpa bantuan dari mereka makalah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik.
Kami sangat sadar bahwa makalah ini masih kurang sempurna, baik dari segi
penyusunan, tulisan, dan bahasanya. Oleh karena itu, kami menerima segala kritik dan
saran yang membangun guna perbaikan makalah yang selanjutnya. Dan kami terima
dengan senang hati.

Semarang, 12 Maret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I ........................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang............................................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 4
BAB II ....................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 6
A. Definisi Lembaga Negara ............................................................................................................ 6
B. Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD 1945 ......................................................................... 7
C. Batasan Lembaga Negara yang Memiliki Kedudukan Hukum dalam Perkara Sengketa
Kewenangan Lembaga Negara. .......................................................................................................... 7
D. Sengketa Kewenangan Lembaga Negara .................................................................................... 8
BAB III .................................................................................................................................................... 12
PENUTUP ............................................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan................................................................................................................................ 12
B. Kritik dan Saran ......................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Pasal 24C ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
penyelesaian sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh UUD merupakan kewenangan dari Mahkamah Konstitusi.
Didasarkan pada perspektif historis ketatanegaraan Indonesia, mekanisme
pengaturan penyelesaian sengketa kewenangan lembaga negara belum pernah
ditemukan sama sekali. Dari sekian UUD atau konstitusi yang pernah berlaku di
Indonesia, baik UUD 1945, Konstitusi RIS 1949, UUDS 1950 sampai kembali lagi
pada UUD 1945, mekanisme penyelesaian sengketa kewenangan antar lembaga
negara belum diadopsi sebagai sebuah mekanisme formil yang memiliki landasan
hukum.
Didalam praktiknya pengaturan kewenangan penyelesaian sengketa
kewenangan lembaga negara yang diletakan dibawah ranah kewenangan
Mahkamah Konstitusi tidak secara otomatis mampu menjawab beragam kebuntuan
atas persoalan ketatanegaraan yang ada, khususnya terkait dengan sengketa
kewenangan lembaga negara. Oleh karena itu, didalam makalah ini diharapakan
dapat memberikan dan menambah cakrawala pemahaman yang lebih komprehensif
atau setidaknya menambah referensi ilmiah terkait dengan apa sesungguhnya yang
menjadi problematika dalam penyelesaian sengketa kewenangan lembaga negara di
Mahkamah Konstitusi.

B. Rumusan Masalah

1. Menjelaskan definisi istilah lembaga negara


2. Menjelaskan lembaga-lembaga negara dalam UUD 1945.
3. Menjelaskan batasan lembaga negara yang memiliki kedudukan hukum dalam
perkara sengketa kewenangan lembaga negara.
4. Menjelaskan penyelesaian sengketa kewenangan lembaga negara.
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari lembaga negara.
2. Untuk mengetahui lembaga negara apa saja yang kewenangannya diatur dalam
UUD Tahun 1945.
3. Untuk mengetahui batasan lembaga negara yang memiliki kedudukan hukum
dalam perkara sengketa kewenangan lembaga negara.
4. Untuk mengetahui bagaimana sengketa kewenangan lembaga negara.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Lembaga Negara

Lembaga negara dapat diartikan sebagai sebuah organisasi atau badan kenegaraan.
Dalam bahasa asing kelembagaan negara dikenal dengan penyebutan political
institution atau civillated organization, sementara dalam bahasa Belanda dikenal
dengan istilah staat organen. Lembaga negara merupakan sebuah perwujudan
kelengkapan negara yang bertujuan untuk menjalankan kekuasaan dan mewujudkan
cita-cita negara. Pembentukan lembaga negara ini, dilakukan oleh negara, dari negara
untuk negara serta bertujuan untuk pembangunan negara itu sendiri.1
Membahas keberadaan lembaga negara, maka setidaknya perlu memaknai konsep
organisasi negara yang terdiri atas dua unsur yang saling berkaitan, yaitu “organ dan
functie”. Organ merupakan bentuk atau wadahnya, sedangkan functie adalah isinya.
Dengan demikian, organ adalah mengenai bentuknya, sedangkan functie adalah
Gerakan dari wadah sesuai dengan maksud pembentuknya.
Secara sederhana, lembaga negara dapat diartikan sebagai organ atau badan
kenegaraan yang mengemban fungsi menyelenggarakan pemerintahan negara. Organ
negara atau badan negara itulah yang diberikan tugas dan fungsi mengemban dalam
system penyelenggaraan negara. Lembaga-lembaga negara itu harus bersinergi dan
bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama yang ditetapkan dalam konstitusi dan
peraturan perundangan dibawahnya.
Lembaga negara yang dibentuk dan diatur kewenangannya dalam UUD 1945
merupakan organ konstitusi. Akan tetapi, ada pula lembaga negara yang dibentuk
berdasarkan undang-undang sehingga disebut organ undang-undang. Sedangkan
lembaga negara yang pembentukannya berdasarkan keputusan presiden, bahkan ada
lembaga dibentuk dan diberi kewenangan berdasarkan peraturan daerah (perda), maka
tingkatannya lebih rendah derajat perlakuan hukum terhadap pejabat yang duduk
didalamnya.

1
Irma Mangar and Muhammad Rosyid Ridho, “Lembaga Independen Negara Dalam Ketatanegaraan
Indonesia,” Definisi: Jurnal Agama Dan Sosial Humaniora 1, no. 2 (2022): 75–84.
B. Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD 1945

Lembaga Negara sebelum perubahan UUD NRI Tahun 1945, sebagai berikut:2
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
3. Presiden.
4. Dewan Pertimbangan Agung (DPA).
5. Mahkamah Agung (MA).
6. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Lembaga Negara yang baru dibentuk sebagai hasil perubahan UUD NRI Tahun
1945, sebagai berikut:3
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
3. Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
4. Presiden.
5. Dewan Pertimbangan Agung (DPA).
6. Mahkamah Agung (MA).
7. Mahkamah Konstitusi (MK).
8. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
9. Komisi Yudisial (KY).

C. Batasan Lembaga Negara yang Memiliki Kedudukan Hukum dalam Perkara


Sengketa Kewenangan Lembaga Negara.

Dalam ketentuan Pasal 24 C ayat (1) UUD NRI Tahun 1945, salah satu kewenangan
Mahkamah Konstitusi adalah memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh UUD. Ada dua unsur pokok terkait definisi lembaga
negara yang memiliki kedudukan hukum (legal standing) dalam perkara sengketa
kewenangan lembaga negara. Kedua unsur pokok itu yang pertama adalah lembaga
negara itu disebutkan dalam UUD 1945, kedua, kewenangan lembaga negara dimaksud
diberikan oleh UUD.
Unsur pertama memang tidak disebutkan secara eksplisit dalam ketentuan
dimaksud. Namun didasarkan pada ketentuan bahwa lembaga negara yang dapat

2
S H Patrialis Akbar, Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD NRI 1945 (Sinar Grafika, 2022).
3
Patrialis Akbar, Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD NRI 1945.
memiliki kedudukan hukum (legal standing) adalah lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh UUD, maka secara otomatis bahwa lembaga negara
dimaksud harus disebutkan dalam UUD. Dapat disimpulkan bahwa kedua unsur
dimaksud merupakan syarat mutlak yang berlaku secara kumulatif. Apabila salah satu
unsur tidak terpenuhi, maka dapat diartikan bahwa lembaga negara tersebut tidak
memiliki kedudukan hukum atau legal standing, baik sebagai pemohon maupun
termohon dalam perkara sengketa kewenangan lembaga negara yang merupakan ranah
kewenangan Mahkamah Konstitusi.
Menurut ketentuan Psala 61 ayat (1) UU No. 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah
Konstitusi, bahwa yang dapat menjadi pemohon adalah lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh UUD 1945 yang mempunyai kepentingan langsung
terhadap kewenangan yang dipersengketakan. Selain itu, dalam ayat (2) pasal yang
sama ditegaskan bahwa pemohon wajib menguraikan dengan jelas dalam
permohonannya tentang kepentingan langsung pemohon dan menguraikan kewenangan
yang dipersengketakan serta menyebutkan dengan jelas lembaga negara yang menjadi
termohon.4
Menurut Pasal 2 PMK Nomor 8 Tahun 2006, lembaga negara yang dapat menjadi
pemohon atau termohon dalam perkara sengketa kewenangan konstitusional lembaga
negara adalah: a. Dewan Perwakilan Rakyat; b. Dewan Perwakilan Daerah; c. Majelis
Permusyawaratan Rakyat; d. Presiden; e. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK); f.
Pemerintah Daerah; atau g. Lembaga negara lain yang kewenangannya diberikan oleh
UUD 1945. Kewenangan yang dipersengketakan tersebut haruslah kewenangan yang
diberikan atau ditentukan oleh UUD 1945. Mahkamah Agung (MA) pun tidak dapat
menjadi pihak, baik sebagai pemohon ataupun termohon dalam sengketa kewenangan
teknis peradilan (yustisial) (Pasal 2 ayat (3) PMK 8/2006). 5

D. Sengketa Kewenangan Lembaga Negara

Sengketa merupakan perbedaan kepentingan antar individua tau lembaga negara


pada objek yang sama yang dimanifestasikan dalam hubungan-hubungan diantara
mereka. Jika dikaitkan dengan hubungan antar lembaga negara, sengketa kewenangan

4
Kosariza Kosariza, Netty Netty, and Meri Yarni, “Analisis Penyelesaian Sengketa Kewenangan Lembaga
Negara Oleh Mahkamah Konstitusi,” Sains Sosio Humaniora 4, no. 2 (2020): 547–556.
5
Mirja Fauzul Hamdi, “Kedudukan Yurisprudensi Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Merekonstruksi Hukum
Acara,” Jurnal Legislasi Indonesia 16, no. 2 (2019): 316.
lembaga negara dapat terjadi apabila terdapat perselisihan yang berkaitan dengan
pelaksanaan kewenangan antara dua atau lebih lembaga negara.6 Apabila terjadi
sengketa kewenangan lembaga negara, maka diperlukan suatu lembaga negara yang
memiliki kewenangan untuk menyelesaikan permasalahan terkait sengketa
kewenangan lembaga negara. Mahkamah Konstitusi merupakan suatu lembaga negara
yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang
Mahkamah Konstitusi.7 Dasar kewenangan Mahkamah Konstitusi terdapat dalam Pasal
24C ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
berbunyi:
“Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir
yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-
Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan
memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.”
Jimly Asshiddiqie menjelaskan bahwa sengketa kewenangan lembaga negara yang
diatur dalam Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 memiliki 2 (dua) unsur, yaitu adanya
kewenangan konstitusional yang ditentukan dalam UUD 1945 dan timbulnya sengketa
dalam pelaksanaan kewenangan konstitusional tersebut sebagai akibat perbedaan
penafsiran tentang kewenangan lembaga yang terdapat pada kedua lembaga negara
yang terkait.8
Menurut Ni’matul huda yang merupakan pakar Hukum Tata Negara, perbedaan
penafsiran yang dimaksud Jimly Asshiddiqie dapat terjadi karena adanya tumpeng
tindih kewenangan antara lembaga negara, adanya kewenangan satu lembaga negara
yang diabaikan oleh lembaga negara lainnya, dan adanya kewenangan satu lembaga
negara yang dijalankan oleh lembaga negara lainnya.9
Mahkamah Konstitusi memiliki kriteria terkait lembaga negara yang dapat
bersengketa di Mahkamah Konstitusi. Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor 004/SKLN-IV/2006, lembaga negara yang dapat bersengketa di Mahkamah

6
D R I G D E PANTJA ASTAWA, M H SH, and S H FIRDAUS ARIFIN, SENGEKETA KEWENANGAN LEMBAGA
NEGARA DI MAHKAMAH KONSTITUSI (Refika Aditama, 2021).
7
Saldi Isra, “Lembaga Negara Konsep,” Sejarah, Wewenang, Dan Dinamika Konstitusional, Depok: PT
RajaGrafindo Persada (2020).
8
ASTAWA, SH, and FIRDAUS ARIFIN, SENGEKETA KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA DI MAHKAMAH
KONSTITUSI.
9
Isra, “Lembaga Negara Konsep.”
Konstitusi harus memenuhi 2 (dua) syarat. Syarat pertama yaitu mengenai subjectum
litis, yaitu lembaga negara yang menjadi pemohon harus disebutkan, baik secara
eksplisit maupun implisit dalam UUD 1945. Syarat kedua adalah mengenai objectum
litis, yaitu kewenangan lembaga negara yang menjadi pemohon harus merupakan
kewenangan yang diberikan oleh UUD 1945. Berdasarkan putusan tersebut, dapat
diketahui bahwa selain terdapat lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
UUD 1945, terdapat juga lembaga negara yang kewenangannya bukan dari UUD 1945.
Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor
08/PMK/2006, lembaga negara yang dapat menjadi pemohon atau termohon di
Mahkamah Konstitusi adalah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan
Daerah (DPD), Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Presiden, Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), Pemerintah Daerah, atau lembaga negara lainnya yang
kewenangannya diberikan oleh UUD 1945.
Dengan demikian, suatu lembaga negara dalam menjalankan kewenangannya dapat
bersengketa dengan lembaga negara lainnya. Apabila terjadi sengketa kewenangan
lembaga negara, maka yang berhak memutus sengketa tersebut adalah Mahkamah
Konstitusi berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945. Meskipun demikian,
tidak semua lembaga negara dapat mengajukan permohonan sengketa kewenanangan
lembaga negara ke Mahkamah Konstitusi. Lembaga negara yang dapat mengajukan
permohonan sengketa kewenangan lembaga negara ke Mahkamah Konstitusi hanyalah
lembaga negara yang namanya disebutkan di dalam UUD 1945 dan Lembaga negara
yang kewenanangannya diberikan oleh UUD 1945.
Kewenangan yang diberikan oleh UUD dapat ditafsirkan tidak hanya yang tekstual
saja tetapi juga termasuk di dalamnya kewenangan implisit yang terkandung dalam
suatu kewenangan pokok dan kewenangan yang diperlukan guna menjalankan
kewenangan pokok. Akan tetapi, tidak seluruh kewenangan yang berada dalam undang-
undang karena diturunkan dari UUD dengan serta merta termasuk dalam pengertian
yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar sebagaimana dimaksud
oleh Pasal 24C ayat (1) UUD 1945.
Pembagian lembaga negara/organ negara dapat didasarkan pada bentuk pemberian
kekuasaan terhadap lembaga tersebut. Pertama, lembaga negara/organ negara yang
wewenangnya diberikan secara atribusi oleh UUD 1945. Kedua, lembaga negara/organ
negara yang wewenangnya diberikan secara delegasi oleh pembuat peraturan
perundang-undangan [termasuk Komisi Independen (independent regulatory
agencies)] yang tidak bertanggung jawab kepada siapapun. Ketiga, lembaga
negara/organ negara yang wewenangnya diberikan secara delegasi oleh pembuat
peraturan perundang-undangan [termasuk Komisi Negara Eksekutif (executive branch
agencies)] yang bertanggung jawab kepada presiden atau Menteri dan/atau merupakan
bagian dari eksekutif. Lembaga negara/organ negara kategori pertama dapat berperkara
di Mahkamah Konstitusi. Lembaga negara/organ negara kategori kedua dapat pula
berperkaran di Mahkamah Konstitusi, sedangkan lembaga negara/organ negara
kategori ketiga tidak mempunyai subjectum litis maupun objectum litis untuk
berperkara di Mahkamah Konstitusi karena telah jelas, lembaga negara/organ negara
kategori ketiga bersifat hierarkis dengan presiden atau Menteri dan/atau merupakan
bagian dari eksekutif.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Lembaga negara yang dibentuk dan diatur kewenangannya dalam UUD 1945
merupakan organ konstitusi. Akan tetapi, ada pula lembaga negara yang dibentuk
berdasarkan undang-undang sehingga disebut organ undang-undang. Sedangkan
lembaga negara yang pembentukannya berdasarkan keputusan presiden, bahkan ada
lembaga dibentuk dan diberi kewenangan berdasarkan peraturan daerah (perda), maka
tingkatannya lebih rendah derajat perlakuan hukum terhadap pejabat yang duduk
didalamnya.
Menurut ketentuan Psala 61 ayat (1) UU No. 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah
Konstitusi, bahwa yang dapat menjadi pemohon adalah lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh UUD 1945 yang mempunyai kepentingan langsung
terhadap kewenangan yang dipersengketakan. Selain itu, dalam ayat (2) pasal yang
sama ditegaskan bahwa pemohon wajib menguraikan dengan jelas dalam
permohonannya tentang kepentingan langsung pemohon dan menguraikan kewenangan
yang dipersengketakan serta menyebutkan dengan jelas lembaga negara yang menjadi
termohon.
Menurut Pasal 2 PMK Nomor 8 Tahun 2006, lembaga negara yang dapat menjadi
pemohon atau termohon dalam perkara sengketa kewenangan konstitusional lembaga
negara adalah: a. Dewan Perwakilan Rakyat; b. Dewan Perwakilan Daerah; c. Majelis
Permusyawaratan Rakyat; d. Presiden; e. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK); f.
Pemerintah Daerah; atau g. Lembaga negara lain yang kewenangannya diberikan oleh
UUD 1945. Kewenangan yang dipersengketakan tersebut haruslah kewenangan yang
diberikan atau ditentukan oleh UUD 1945. Mahkamah Agung (MA) pun tidak dapat
menjadi pihak, baik sebagai pemohon ataupun termohon dalam sengketa kewenangan
teknis peradilan (yustisial) (Pasal 2 ayat (3) PMK 8/2006).
Sengketa kewenangan lembaga negara dapat terjadi apabila terdapat perselisihan
yang berkaitan dengan pelaksanaan kewenangan antara dua atau lebih lembaga negara.
Berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, kewenanagn
untuk memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan
oleh UUD 1945 terdapat pada Mahkammah Konstitusi. Syarat lembaga negara yang
dapat bersengketa di Mahkamah Konstitusi: Pertama, Subjectum Litis, yaitu lembaga
negara yang menjadi pemohon harus disebutkan, baik secara eksplisit maupun implisit
dalam UUD 1945. Kedua, Objectum Litis, yaitu kewenangan lembaga negara pemohon
harus merupakan kewenangan yang diberikan oleh UUD 1945.

B. Kritik dan Saran

Demikian makalah yang dapat kami sampaikan. Kami sadar bahwa makalah ini
masih kurang baik dari segi bahasa, tulisan dan penyusunannya. Oleh karena itu, kami
menerima segala kritik dan saran yang membangun guna perbaikan makalah yang
selanjutnya. Dan kami terima dengan senang hati. Dan semoga makalah ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi kita semua amiin.
DAFTAR PUSTAKA

ASTAWA, D R I G D E PANTJA, M H SH, and S H FIRDAUS ARIFIN. SENGEKETA


KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA DI MAHKAMAH KONSTITUSI. Refika
Aditama, 2021.

Hamdi, Mirja Fauzul. “Kedudukan Yurisprudensi Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam


Merekonstruksi Hukum Acara.” Jurnal Legislasi Indonesia 16, no. 2 (2019): 316.

Isra, Saldi. “Lembaga Negara Konsep.” Sejarah, Wewenang, Dan Dinamika Konstitusional,
Depok: PT RajaGrafindo Persada (2020).

Kosariza, Kosariza, Netty Netty, and Meri Yarni. “Analisis Penyelesaian Sengketa
Kewenangan Lembaga Negara Oleh Mahkamah Konstitusi.” Sains Sosio Humaniora 4,
no. 2 (2020): 547–556.

Mangar, Irma, and Muhammad Rosyid Ridho. “Lembaga Independen Negara Dalam
Ketatanegaraan Indonesia.” Definisi: Jurnal Agama Dan Sosial Humaniora 1, no. 2
(2022): 75–84.

Patrialis Akbar, S H. Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD NRI 1945. Sinar Grafika,
2022.

Anda mungkin juga menyukai