Anda di halaman 1dari 21

KELEMBAGAAN NEGARA DI INDONESIA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Tata Negara

Dosen pengampu: Aini Rahmania, S.H., M.H.

Disusun oleh:

Siti Nursanti (33010220062)

Arbianto Bagas Prasetyo (33010220069)

Anisa Khusna Melia Tinatih (33010220070)

Achmad Ilham Jaya Kusuma (33010220071)

HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya,
makalah yang berjudul Kelembagaan Negara di Indonesia ini dapat diselesaikan. Sholawat
serta salam tidak lupa kami panjatkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat, dan para umatnya.

Pembuatan makalah ini disusun untuk menambah pengetahuan mahasiswa juga


mahasiswi dalam menerima mata kuliah Hukum Tata Negara dan bagaimana cara
mempelajari materi lebih dalam. Penyusun telah berupaya menyajikan makalah dengan
sebaik-baiknya, meskipun tidak begitu sempurna.

Disamping itu, apabila dalam makalah ini terdapat kesalahan dan kekurangan, baik
dalam penulisan maupun dalam isinya, maka penyusun dengan senang hati menerima kritik
dan saran dari para pembaca guna menyempurnakan penulisan makalah berikutnya. Semoga
apa yang telah dijelaskan dalam makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi
para pembaca. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamiin.

Salatiga, 03 Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1

C. Tujuan Masalah...............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................................3

A. Pengertian Lembaga Negara...........................................................................................3

B. Lembaga-Lembaga Negara di Indonesia Menurut UUD 1945.......................................4

C. Lembaga-Lembaga Negara Independen.........................................................................9

D. Hubungan Lembaga Negara di Indonesia.....................................................................12

BAB III PENUTUP ...............................................................................................................16

A. Kesimpulan...................................................................................................................16

B. Saran..............................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lembaga negara pada hakikatnya yaitu lembaga atau institusi pemerintah
negara yang mempunyai kedudukan di pusat dimana fungsi, tugas dan wewenang nya
diatur dalam undang undang negara Republik Indonesia tahun 1945. Pada
pemerintahan pusat, terbagi menjadi tiga yaitu legislatif, eksekutif, dan yudikatif,
yang mempunyai tugas dan wewenangnya masing masing.
Sistem ketatanegaraan Indonesia telah mengalami perubahan setelah adanya
amandemen undang undang tahun 1945 yang dilakukan MPR pasca orde baru.
Perubahan-perubahan tersebut dilatar belakangi adanya kehendak untuk membangun
pemerintah yang seimbang dan demokratis diantara banyaknya cabang cabang
kekuasaan, mewujudkan supremasi hukum dan keadilan, dan juga melindungi dan
menjamin hak asasi manusia.
Lembaga lembaga negara ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan tugas
dan wewenang serta untuk membatasi kekuasaan yang dimiliki oleh setiap lembaga.
pembatasan pembatasan ini bertujuan untuk mempermudah dan lebih memfokuskan
lembaga yang bertanggung jawab pada tugas yang telah ditetapkan. setiap lembaga
wajib melaksanakan tugas yang telah diterima oleh mereka dan melaporkan hasil
kinerja nya dan adanya pertanggungjawaban kepada tingkat pusat atau ke yang lebih
tinggi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu yang dimaksud lembaga negara?
2. Siapa saja yang termasuk dalam lembaga-lembaga negara di Indonesia
menurut UUD 1945?
3. Siapa saja yang termasuk lembaga-lembaga negara independen?
4. Apa hubungan lembaga negara yang ada di Indonesia?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa itu lembaga negara.

1
2. Untuk mengetahui siapa yang masuk lembaga-lembaga negara di Indonesia
menurut UUD 1945.
3. Untuk mengetahui lembaga-lembaga negara independen.
4. Untuk mengetahui hubungan lembaga negara yang ada di Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Lembaga Negara


Dalam KBBI, kata lembaga diartikan sebagai “badan (organisasi)” yang
bertujuan melakukan suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha dan
“pola perilaku manusia” yang mapan dan terdiri atas interaksi sosial yang berstruktur
disuatu kerangka nilai yang relevan. 1 Lembaga negara adalah lembaga pemerintahan
atau “civitalizated organization”. Dimana lembaga tersebut dibuat oleh negara, dari
negara, dan untuk negara yang bertujuan unyuk membangun negara itu sendiri. Yang
dimaksud leembanga-lembaga negara adalah alat perlengkapan negara sebagaimana
dimaksudkan oleh Undang-Undang Dasar 1945.
Secara sederhana, istilah organ negara atau lembaga negara dapat dibedakan
dari kata organ atau lembaga swasta, lembaga masyarakat, atau biasa disebut Ornop
atau Organisasi Non Pemerintah. Oleh sebab itu, lembaga apa saja yang dibentuk
bukan sebagai lembaga masyarakatdapat disebut sebagai lembaga negara. Lembaga
itu berada dalam ranah legislatif, eksekutif, yudikatif ataupun yang bersifat campuran.
Lembaga-lembaga negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia pasca
amandemen dibedakan atas lembaga-lembaga negara yang status kewenangannya
langsung diatur oleh UUD dan lembaga-lembaga negara yang hanya disebut dalam
UUD namun kewenangannya didelegasikan pengaturannya oleh undang-undang."
Berkaitan hal tersebut dalam suatu sistem ketatanegaraan setidaknya terdapat tiga
kelompoklembaga negara yaitu: Lembaga negara yang ditentukan dalam UUD.
Lembaga negara yang ditentukan dalam Undang-Undang. Lembaga negara yang
ditentukan dalam Keputusa Presiden.
Dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, UUD 1945 dengan jelas membedakan
cabang-cabang kekuasaan negara dalam bidang legislatif, eksekutif, dan yudikatif
yang tercermin dalam fungsi-fungsi MPR. DPR, dan DPD. Presiden dan Wakil
Presiden, Mahkamah Agung. Mahkamah Konstitusi dan Badan Pemeriksa Keuangan
sebagai lembaga-lembaga negara utama (main state organs, principal state organs).
Lembaga-lembaga negara dimaksud itulah yang secara instrumental mencerminkan
1
Patrialis Akbar, Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD NRI Tahun 1945, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013),
hlm. 1.

3
pelembagaan fungsi-fungsi kekuasaan negara yang utama, sehingga lembaga-lembaga
negara itu pula yang dapat disebut sebagai lembaga negara utama (main state
institutions) yang hubungannya satu dengan yang lain diikat oleh prinsip
checks and balances.2

B. Lembaga-Lembaga Negara di Indonesia Menurut UUD 1945


1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Sebelum Perubahan UUD 1945, kedaulatan berada ditangan rakyat dan
dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. MPR disebut
sebagai lembaga tertinggi negara, yang juga berwenang mengeluarkan
ketetapan-ketetapan yang hierarki hukumnya berada dibawah Undang-Undang
Dasar dan diatas undang-undang.3 Setelah Perubahan UUD 1945, kedaulatan
rakyat tidak lagi dilaksanakan oleh MPR, tetapi dilaksanakan menurut
Undang-Undang Dasar.
Dengan demikian, kedaulatan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang Dasar dan diejawantahkan oleh semua lembaga negara yang
disebutkan dalam UUD sesuai dengan tugas dan wewenang masing-masing.
Dengan perubahan ketentuan baru ini secara teoritis berarti terjadi perubahan
fundamental dalam sistem ketatanegaraan, yaitu tugas dan fungsi MPR dalam
sistem ketatanegaraan. Saat ini, semua lembaga negara memiliki kedudukan
yang setara dan saling mengimbangi. MPR terdiri atas anggota DPR dan
anggota DPD yang semuanya dipilih oleh rakyat dalam pemilu secara
langsung, bukan lembaga DPR dan lembaga DPD. Komposisi keanggotaan
tersebut sesuai dengan prinsip demokrasi perwakilan yaitu perwakilan atas
dasar pemilihan (representation by election).
Hal ini berkaitan dengan perubahan UUD 1945 yang menganut sistem
pemilihan Presiden dan Wakil presiden secara langsung oleh rakyat yang
memiliki program yang ditawarkan langsung kepada rakyat. Jika calon
Presiden dan Wakil Presiden itu menang maka program tu menjadi program
pemerintah selama lima tahun. Berkaitan dengan hal itu, wewenang MPR
adalah melantik Presiden atau Wakil Presiden yang dipilih secara langsung
2
Titik Triwulan, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945, (Jakarta: Cerdas
Pustaka, 2010), hlm. 67.
3
Rayhan dan Nida, Hierarki Lembaga Negara di Indonesia, Sultan Jurisprudence: Jurnal Riset Ilmu Hukum,
(Vol. 01, No. 01), 2021, hlm. 70.

4
oleh rakyat. Dalam hal ini MPR tidak boleh tidak melantik Presiden dan/atau
Wakil Presiden yang sudah terpilih. Wewenang MPR berdasarkan Pasal 3 dan
Pasal 8 ayat (2) dan ayat (3) UUD Tahun 1945 adalah:
a. Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar
b. Melantik Presiden dan Wakil Presiden
c. Memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden dalam masa
jabatannya menurut Undang-Undang Dasar4
2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Dewan Perwakilan Rakyat merupakan lembaga negara yang
memegang kekuasaan legislatif sebagaimana tercantum pada Pasal 20 ayat (1)
UUD 1945. Dalam UUD 1945 secara eksplisit dirumuskan tugas, fungsi, hak,
dan wewenang DPR yang menjadi pedoman dalam pola penyelenggaraan
negara. Dengan peraturan secara eksplisit dalam UUD 1945 bahwa DPR
sebagai lembaga pemegang kekuasaan legislatif akan lebih memberdayakan
DPR dan mengubah peranan DPR yang sebelumnya hanya bertugas
membahas dan memberikan persetujuan terhadap rancangan undang-undang
yang telah dibuat oleh Presiden (kekuasaan eksekutif).
Pergeseran kewenangan membentuk undang-undang, yang sebelumnya
di tangan Presiden dialihkan kepada DPR, merupakan langkah konstitusional
untuk meletakkan secara tepat fungsi lembaga negara sesuai dengan bidang
tugasnya masing-masing, yakni DPR sebagai lembaga pembentuk undang-
undang (kekuasaan legislatif). Tugas dan wewenang DPR yaitu:
a. Memegang kekuasaan membentuk undang-undang
b. Memiliki fungsi legislatif, anggaran dan pengawasan
c. Mengajukan usul pemberhentian presiden atau wakil presiden
d. Menyetujui usul presiden tentang menyatakan perang, perdamaian
dengan negara lain.
3. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Perubahan yang terjadi dalam UUD NRI Tahun 1945 melahirkan
lembaga baru dalam struktur ketatanegaraan Indonesia, yakni Dewan
Perwakilan Daerah (DPD). Keberadaan DPD dalam sistem perwakilan
Indonesia, eksistensi DPR didukung dan diperkuat oleh DPD. DPR adalah
lembaga perwakilan berdasarkan aspirasi rakyat sebagai pemegang
4
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 setelah amandemen.

5
kedaulatan, sedangkan DPD adalah lembaga perwakilan penyalur
keanekaragaman aspirasi daerah. Keberadaan lembaga DPD tentunya
berimplikasi pada upaya untuk menampung prinsip perwakilan daerah. Oleh
karena itu, eksistensi perwakilan daerah sebagaimana diatur dalam Pasal 18
ayat (1) dan otonomi daerah sebagaimana pula diatur dalam Pasal 18 ayat (5)
berjalan sesuai dengan keberagaman daerah dalam rangka kemajuan bangsa
dan negara. DPD memiliki fungsi yang terbatas di bidang legislasi, anggaran,
pengawasan, dan pertimbangan. Fungsi DPD berkaitan erat dengan sistem
saling mengawasi dan saling mengimbangi dalam sistem ketatanegaraan
Indonesia.
DPD adalah lembaga negara yang merupakan Perwakilan Daerah yang
keanggotaannya dipilih langsung oleh rakyat melalui oleh Pemilihan Umum.
Anggota DPD adalah juga anggota MPR. Perbedaan DPD dan DPR adalah
selain dilihat dari pencalonan anggotanya, DPR dicalonkan oleh Partai Politik,
sedangkan DPD dicalonkan diri sendiri yang bersangkutan yang sama-sama
dipilih oleh rakyat melalui Pemilihan Umum.
Tugas dan wewenang DPD adalah:
a. Mengajukan rancangan dan membahas Undang-Undang yang
berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pemberhentian pemekaran dan penggabungan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan ekonomi, perimbangan
keuangan pusat dan daerah.
b. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang
yang berkaitan dengan otonomi daerah, pembentukan,
pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan ekonomi,
pelaksanaan APBN, pendidikan dan Agama.
c. Menyampaikan hasil pengawasan kepada DPR sebagai bahan.
pertimbangan untuk ditindak lanjuti.
4. Presiden
Perubahan UUD 1945 yang cukup signifikan dan mendasar bagi
penyelenggaraan demokrasi yaitu pemilihan presiden secara langsung oleh
rakyat melalui mekanisme pemilu. Pemilihan secara langsung presiden dan
wakil presiden akan memperkuat legitimasi seorang presiden sehingga

6
presiden diharapkan tidak mudah untuk diberhentikan di tengah jalan tanpa
dasar memadai, yang bisa mempengaruhi stabilitas politik dan pemerintahaan
secara aktual.
Selanjutnya, sebagai perwujudan negara hukum dan checks and
balances system, dalam UUD diatur mengenai ketentuan tentang periode masa
jabatan Presiden dan wakil Presiden dan wakil presiden serta adanya ketentuan
tentang tata cara pemberhentian presiden dan wakil presiden dalam masa
jabatannya.5 Ketentuan tersebut menunjukan bahwa jabatan presiden dapat
dikontrol oleh lembaga negara lainnya, dengan demikian akan terhindar dari
kesewenang-wenangan dalam penyelenggaraan tugas kenegaraan.
Adapun tugas dan wewenang presiden adalah:
a. Memegang kekuasaan pemerintahan.
b. Mengajukan rancangan Undang-Undang.
c. Menetapakan peraturan pemerintah.
d. Memegang kekuasaan tertinggi atas semua angkatan.
e. Dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat
perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.
f. Menyatakan negara dalam keadaan bahaya.
g. Mengangkat duta dan konsul.
h. Memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan
pertimbangan Mahkamah Agung.
i. Memberi amnesti dan abolisi dengan memeperhatikan
pertimbangan DPR.
j. Memberi gelar, tanda jasa, dan dan tanda kehormatan lain.
k. Membentuk Dewan Pertimbangan.
l. Mengangkat Menteri-menteri negara.
m. Mengangkat Komisi Yudisial.
5. Mahkamah Agung
Perubahan ketentuan yang mengatur tentang tugas dan wewenang
mahkamah agung dalam undang-undang dasar dilakukan atas pertimbangan
untuk memberikan jaminan konstitusional yang lebih kuat terhadap
kewenangan kinerja MA. Sesuai dengan ketentuan Pasal 24A ayat (1) MA
mempunyai tugas dan wewenang:
5
Aidul Fitriciada Azhari, UUD 1945 Sebagai Revolutiegrondwet, (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), hlm. 56.

7
a. Menguji pada tingkat kasasi.
b. Menguji peraturan perundang-undang dibawah undang-undang
terhadap undang-undang.
6. Mahkamah Konstitusi
Perubahan sebuah Lembaga negara baru di bidang kekuasaan
kehakiman, yaitu Mahkama Konstitusi yaitu pemegang kekuasaan yang
mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final
untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang- Undang Dasar, memutus
sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
Undang- Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus
perselisihan hasil pemilihan umum (Pasal 24 C ayat 1).
MK wajib memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan
pelanggaran oleh Presiden atau Wakil Presiden menurut Undang-Undang
Dasar, (pasal 24C ayat 2). Apabila DPR mengajukan usul pemberhentian
Presiden dan Wakil Presiden kepada MPR harus terlebih dahulu meminta
pertimbangan kepada MK untuk memeriksa, mengadili dan memutuskan
pendapat DPR bahwa Presiden dan /atau Wakil Presiden telah melakukan
pelanggaran hukum, oleh karena DPR menganggap Presiden dan/atau Wakil
presiden sungguh telah melakukan pelanggaran hukum berupa penghianatan
terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindakan pidana berat lainnya, atau
perbuatan tercela presiden atau wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat-
syarat sebagai wakil presiden.
Tugas dan wewenang MK adalah:
a. Menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar.
b. Mengutus sengketa kewenangan Lembaga negara.
c. Memutus pembubaran partai politik.
d. Memutus perselisihan hasil pemilihan umum.
7. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah Lembaga negara yang
diberikan kewenangan untuk memegang kekuasaan dalam bidang auditor.
Mengenai tugas dan wewenang BPK yang diatur dalam Undang-Undang
Dasar NRI Tahun 1945 dimaksudkan untuk memberikan dasar hukum yang
kuat serta pengaturan rinci mengenai BPK yang bebas dan mandiri sebagai
Lembaga negara yang berfungsi memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab

8
keuangan negara. Dalam rangka memperkuat kedudukan, kewenangan, dan
independensinya sebagai lembaga negara, anggotanya dipilih oleh DPR
dengan memperhatikan pertimbangan DPD.6
Dalam kedudukannya sebagai eksternal auditor pemerintah yang
memeriksa keuangan negara dan APBD, serta untuk dapat menjangkau
pemeriksaan di daerah, BPK membuka kantor perwakilan di setiap provinsi.
BPK mempunyai tugas memeriksa dan pengelolaan dan tanggung jawab
tentang keuangan negara. Hasil pemeriksaan keuangan diserahkan kepada
DPR dan DPRD sesuai dengan kewenangan. Hasil pemeriksaan tersebut
ditindaklanjuti lembaga perwakilan atan badan sesuai dengan undang-undang.
Mengingat BPK sebagai lembaga negara dalam bidang auditor, untuk
optimalisasi dan independensi dalam melaksanakan tugasnya, anggota BPK
dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD dan diresmikan
oleh presiden BPK kedudukan di ibu kota negara dan memiliki perwakilan
disetiap provinsi. Selain itu, berkaitan dengan pemeriksaan keuangan negara,
BPK ditegaskan juga berwenang memeriksa pengelolaan dan
tanggung jawab tentang keuangan negara pasal 23E ayat (1) serta
menyesuaikan hasil pemeriksaan keuangan negara kepada DPR, DPD dan
DPRD sesuai dengan kewenangannya pasal 23E ayat (2).

C. Lembaga-Lembaga Negara Independen


1. Kehadiran Lembaga Independen
Sebenarnya kemunculan lembaga-lembaga baru yang bersifat mandiri
dan independen tidak hanya dalam konteks negara Indonesia, akan tetapi pada
tiga dasarwasa terakhir di abad ke 20 mengalami perkembangan global
kelembagaan negara secara pesat. Menurut Ahmad Basarah hal ini disebabkan
beberapa hal, antara lain:
a. Negara mengalami perkembangan di mana kehidupan ekonomi
dan sosial menjadi sangat kompleks yang mengakibatkan badan
eksekutif mengatur hampir seluruh kehidupan masyarakat

6
Sukti Badarudin, dkk., Dinamika Kelembagaan Negara Berdasarkan Pasca Amandemen Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Jurnal Qisthosia: Jurnal Syariah dan Hukum, (Vol. 3, No. 1),
2022, hlm. 42-43.

9
b. Hampir semua negara modern mempunyai tujuan untuk
mencapai kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya yang berkonsep
negara kesejahteraan (welfare state).
c. Untuk mencapai tujuan tersebut negara dituntut menjalankan
fungsi secara tepat, cepat dan komprehensif dari semua
lembaga negara yang ada; Adanya keadaan dan kebutuhan yang
nyata, baik karena faktor-faktor sosial, ekonomi, politik dan
budaya di tengah dinamika gelombang pengaruh globalisme
versus lokalisme yang semakin komplek mengakibatkan variasi
struktur dan fungsi organisasi dan institusi-institusi kenegaraan
semakin berkembang
d. Terjadinya transisi demokrasi, yang mengakibatkan terjadinya
berbagai kesulitan ekonomi, dikarenakan terjadinya aneka
perubahan sosial dan ekonomi. Negara yang mengalami
perubahan sosial dan ekonomi memaksa banyak negara
melakukan eksperimentasi kelembagaan (institutional
experimentation).
2. Kedudukan Lembaga Negara Independen Dalam Mencapai Tujuan Negara
Hukum
Terdapat lebih dari 34 organ, jabatan, atau lembaga-lembaga yang
secara eksplisit disebut dan diatur keberadaannya dalam UUD 1945. Organ
tersebut dapat dibedakan dari dua kriteria, yaitu kriteria hirarki bentuk sumber
normatif yang menentukan kewenangannya, dan kualitas fungsinya yang
bersifat utama atau penunjang dalam sistem kekuasaan negara. Dari segi
hirarkinya lembaga atau organ negara dapat dibedakan ke dalam tiga lapis:
a. Organ lapis pertama dapat disebut sebagai lembaga tinggi
negara, atau seluruh lembaga tersebut mendapat kewenangan
dari UUD 1945. Contohnya: Lembaga Kepresidenan, Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi,
dan Badan Pemeriksa Keuangan.
b. Organ lapis kedua disebut sebagai lembaga negara saja, yakni:
Menteri Negara, Tentara Nasional Indonesia, Polisi Republik

10
Indonesia, Komisi Yudisial, Komisi Pemilihan Umum, dan
Bank Indonesia, lembaga-lembaga tersebut ada yang
mendapatkan kewenangannya dari UUD 1945, dan ada pula
yang mendapatkan kewenangannya dari undang-undang.
c. Organ lapis ketiga adalah lembaga negara yang sumber
kewenangannya berasal dari regulator atau pembentuk
peraturan di bawah undang-undang, contohnya: Komisi
Nasional Hak Asasi Manusia, Komisi Pemberantasan Korupsi,
Komisi Perlindungan Anti Kekerasan Terhadap Perempuan dan
lain-lainnya.
3. Tujuan Dibentuknya Lembaga Independen
Tujuan dibentuknya lembaga negara independen ini menurut Hendra
Nurtjahjo karena dua hal yaitu karena adanya tugas-tugas kenegaraan yang
semakin kompleks yang memerlukan independensi yang cukup untuk
operasionalisasinya dan adanya upaya empowerment terhadap tugas lembaga
negara yang sudah ada melalui cara membentuk lembaga baru yang lebih
spesifik.
Senada dengan hal tersebut I Dewa Gede Atmadja menyatakan bahwa
tujuan akhir lembaga negara independen ada di dalam ketatanegaraan
Republik Indonesia sesuai dengan keinginan tujuan negara yang diamanatkan
oleh konstitusi sebagaimana tersirat pada pembukaan UUD 1945 alinea
keempat yaitu:
1) Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia;
2) Memajukan kesejahteraan umum;
3) Mencerdaskan kehidupan bangsa; dan
4) Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah, yang
mengandung arti bahwa Negara melalui kehadiran lembaga negara independen
mempunyai kewajiban untuk melindungi bangsa Indonesia tanpa ada
perbedaan, sehingga dapat melaksanakan seluruh hak dan kewajibannya.

11
Memajukan kesejahteraan umum mengandung arti bahwa Negara melalui
kehadiran lembaga negara independen mempunyai tujuan sekaligus kewajiban
untuk memajukan kesejahteraan umum dalam hal ini kesejahteraan rakyat
Indonesia terutama dalam bidang ekonomi agar tidak terjadi kesenjangan
sosial, dan kemiskinan yang meluas dalam Negara Indonesia.
Mencerdaskan kehidupan bangsa mengandung arti bahwa Negara kita
bertujuan dan berkewajiban untuk memberikan layanan pendidikan yang
bermutu kepada bangsa Indonesia yang dalam hal ini dirumuskan kembali
dalam tujuan pendidikan nasional yang pada intinya bukan saja cerdas secara
intelektual namun juga cerdas secara moral dan emosional.7

D. Hubungan Lembaga Negara di Indonesia


1. Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik
Indonesia Berdasarkan Atas Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Sebelum
Amandemen.8
a. Hubungan Antara MPR dan Presiden
Sebelum amandemen UUD 1945, kedudukan MPR berdasarkan
UUD 1945 merupakan lembaga tertinggi negara dan sebagai pemegang
dan pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat. MPR diberi kekuasaan tak
terbatas (Super Power), karena “kekuasaan ada di tangan rakyat dan
dilakukan sepenuhnya oleh MPR” dan MPR adalah “penjelmaan dari
seluruh rakyat Indonesia” yang berwenang menetapkan UUD, GBHN,
memilih, dan mengangkat Presiden dan/atau Wakil Presiden. Sehingga
hubungan antara MPR dan Presiden tampak dalam hal pemilihan dan
pengangkatan Presiden dan/atau Wakil Presiden
b. Hubungan Antara Presiden dan DPR
Hubungan antara Presiden dan DPR tampak dalam kaitannya
dengan fungsi Presiden dalam ranah legislatif, presiden membentuk
Undang-Undang dengan persetujuan DPR. Selain itu, dalam hal
menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan Negara
lain, harus juga dengan persetujuan DPR.

7
Lauransius Arliman, Kedudukan Lembaga Negara Independen Di Indonesia Untuk Mencapai Tujuan Negara
Hukum, Jurnal Kertha Semaya, (Vol. 08 No. 07), 2020, hlm. 1033- 1040.
8
Tri Mulyani, Kajian Normatif Mengenai Lembaga Negara, Humani, (Vol. 06, No. 01), 2016, hlm. 75.

12
c. Hubungan DPA dengan Presiden
Hubungan antara DPA dengan Presiden tampak ketika DPA
berdasarkan kewenangan yang diperoleh dari Undang-Undang yang telah
ditetapkan, memiliki berkewajiban memberikan pertimbangan atas
pertanyaan Presiden dan berhak memajukan usul kepada pemerintah.
d. Hubungan Antara BPK dan DPR
Hubungan antara BPK dan DPR tampak sehubungan dengan
penindak-lanjutan dari hasil pemeriksaan BPK. Menurut UUD 1945, BPK
merupakan lembaga yang bebas dan mandiri. Pasal 23 ayat (5) UUD
Tahun 1945 menetapkan bahwa untuk memeriksa tanggung jawab tentang
Keuangan Negara seperti halnya APBN, Pajak, macam dan harga mata
uang yang ditetapkan UU diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan
yang peraturannya ditetapkan dengan UU. Hasil pemeriksaan itu
disampaikan kepada DPR untuk ditindak lanjuti.

2. Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik


Indonesia Berdasarkan Atas Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Sesudah
Amandemen
a. Hubungan Antara MPR, Presiden, DPR dan MK
Hubungan antara MPR, Presiden, DPR dan MK dapat terlihat
dalam proses pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden. MPR hasil
amandemen UUD 1945 bertugas melantik Presiden dan/atau Wakil
Presiden. Presiden dan/atau Wakil Presiden, dapat diberhentikan MPR
dalam masa jabatannya menurut UUD atas usul DPR, baik apabila terbukti
telah melakukan pelanggaran hukum berupa penghianatan terhadap
Negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan
tercela maupun terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden
dan/atau Wakil Presiden.
Usul DPR setelah diajukan ke MPR, maka kemudian MPR
meminta kepada MK untuk memeriksa, mengadili dan memutus pendapat
DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tersebut telah terbukti
adanya. Setelah itu hasilnya dibawa ke rapat paripurna DPR untuk segera
meneruskan usul pemberhentian ke MPR, dan atas usul dari hasil sidang
paripurna DPR, maka MPR segera menyelenggarakan sidang untuk

13
mengambil keputusan pemberhentian yang sekurang-kurangnya dihadiri
3⁄4 jumlah anggota dan disetujui 2/3 anggota.
b. Hubungan Antara DPR, dan Presiden
Hubungan Antara DPR, dan Presiden tampak dalam hal ketika
setiap rancangan Undang-Undang dibahas oleh DPR dan Presiden harus
ada persetujuan bersama, jika tidak maka rancangan Undang- Undang
tersebut tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan DPR masa itu.
Presiden mengesahkan rancangan Undang-Undang menjadi Undang-
Undang. Selain itu ketika dalam keadaan genting dan memaksa maka
Presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah pengganti Undang-
Undang dengan persetujuan DPR, jika tida maka harus dicabut.
c. Hubungan Antara DPR dan DPD
Hubungan Antara DPR dan DPD tampak dalam hal ketika DPD
dapat mengajukan rancangan Undang-Undang kepada DPR, sehubungan
dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi lainnya serta yang berkaitan dengan perimbangan
keuangan pusat dan daerah. DPD ikut membahas rancangan Undang-
Undang tersebut, serta melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
Undang- Undang yang telah disahkan, di mana hasilnya disampaikan
kepada DPR untuk ditindak lanjuti. Selain itu DPD juga memberikan
pertimbangan kepada DPR atas rancangan Undang-Undang APBN, pajak,
pendidikan dan agama.
d. Hubungan Antara BPK Dengan DPR
Hubungan Antara BPK dan DPR tampak ketika BPK bertugas
memeriksa tentang keuangan negara dan hasil perneriksaannya itu
diberitahukan kepada DPR. Dewan Perwakilan Daerah daerah DPRD
(Pasal 23-E ayat (2)) untuk mengikuti dan menilai kebijakan ekonomis
financial pemerintah yang dijalankan oleh aparatur administrasi negara
yang dipimpin oleh pemerintah. BPK bertugas untuk memeriksa tanggung
jawab pemerintah tentang keuangan negara dan memeriksa semua
pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Sehubungan
dengan penuaian tugasnya BPK berwenang meminta keterangan yang
wajib diberikan oleh setiap orang, badan/instansi Pemerintah atau badan

14
swasta, sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang. Barang
siapa sengaja tidak memenuhi kewajiban untuk memberikan keterangan
yang diminta BPK dengan jalan menolak atau menghindarkan diri untuk
memberikan keterangan, dapat dikenakan hukuman penjara selama-
lamanya satu tahun enam bulan.
e. Hubungan Antara MA, DPR dan Presiden
Hubungan antara MA, DPR dan Presiden dapat dilihat dalam hal
pengangkatan calon hakim agung MA. Calon hakim agung MA diusulkan
oleh Komisi Yudisial kepada DPR, yang kemudian dilanjutkan untuk
ditetapkan oleh Presiden.
f. Hubungan Antara MK, MA dan DPR
Hubungan antara MK dan DPR dapat dilihat dalam hal pemberian
putusan atas pendapat DPT mengenai dugaan pelanggaran yang dilakukan
oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden. Anggota MK berjumlah 9 yang di
tetapkan oleh Presiden, yang diajukan masing-masing 3 orang oleh MA, 3
orang oleh DPR dan 3 orang oleh Presiden.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di materi diatas dapat disimpulkan bahwa Undang-Undang
Dasar 1945 setelah diamandemen mengatur dengan jelas dan terang tentang
kelembagaan negara, tugas dan wewenang masing-masing lembaga negara. kehadiran
lembaga negara independen di Indonesia akibat perkembangan hukum ketatanegaraan
di berbagai dunia, serta akibat terjadinya perubahan UUD 1945 sehingga membuka
kran kehadiran lembaga negara independen karena masyarakat memiliki krisis
kepercayaan terhadap lembaga-lembaga negara yang ada.

Sedangkan kedudukan lembaga negara independen dalam mencapai tujuan


negara hukum dimulai dari pembentukannya selama ini dibentuk melalui Undang-
undang, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang, Keputusan Presiden,
Peraturan Presiden serta Peraturan Pemerintah dengan penamaan yang berbeda-beda.
Tujuan pembentukan lembaga negara independen ini pun juga sesuai dengan tujuan
negara Indonesia yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945 yaitu melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa; dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Dalam melaksanakan tugas dan wewenang masing-masing lembaga negara


mempunyai hubungan satu sama lainnya. Sehingga, dengan adanya pengaturan
Undang-Undang Dasar 1945 ini, maka lembaga-lembaga negara diharapkan dapat
berfungsi dengan baik sesuai dengan tugas dan wewenangnya.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini kami sebagai penyusun berharap agar pembaca
makalah ini dapat mengetahuiapa pengertian kelmebagraan negara, lembaga negara
dalam UUD 1945, lembaga negara independen, dan hubungan lembara negara di
Indonesia. Kami selaku penyusun makalah menyadari bahwa makalah yang kami buat
masih banyak sekali kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Kami berharap dan

16
dengan senang hati apabila para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun guna memperbaiki makalah kami ini agar dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi dan tentunya agar lebih mudah untuk digunakan dalam bahan belajar
selanjutnya.

A.

17
DAFTAR PUSTAKA

Azhari, Aidul Fitriciada. 2011. UUD 1945 Sebagai Revolutiegrondwet. Yogyakarta:


Jalasutra,

Akbar, Patrialis. (2013). Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD NRI Tahun 1945.
Jakarta: Sinar Grafika.

Arliman, Lauransius. (2020). Kedudukan Lembaga Negara Independen Di Indonesia


Untuk Mencapai Tujuan Negara Hukum. (Vol. 08 No. 07). Jurnal Kertha
Semaya.

Badarudin, Sukti, dkk. (2022). Dinamika Kelembagaan Negara Berdasarkan Pasca


Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
(Vol. 3. No. 1). Jurnal Qisthosia: Jurnal Syariah dan Hukum.

Mulyani, Tri. (2016). Kajian Normatif Mengenai Lembaga Negara. (Vol. 06. No. 01).
Humani.

Nida dan Rayhan. (2021). Hierarki Lembaga Negara di Indonesia. (Vol. 01. No. 01).
Sultan Jurisprudence: Jurnal Riset Ilmu Hukum.

Triwulan, Titik. (2010). Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen
UUD 1945. Jakarta: Cerdas Pustaka.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

18

Anda mungkin juga menyukai