Anda di halaman 1dari 16

LEMBAGA-LEMBAGA TINGGI NEGARA

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Kuliah Pengantar Hukum Indonesia

M.Daffa Fairuuz Khatami

23103080038

Hukum Ekonomi Syari’ah

Fakultas Syari’ah Dan Hukum

UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan
jasmani maunpun rohani, sehingga saya dapat menyelesaikan kewajiban saya sebagai
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh Ibu
Ratna dalam bentuk makalah. Dalam rangka menambah ilmu pengetahuan dan wawasan saya
pada Mata Kuliah Pengantar Hukum Indonesia .

Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW,
sahabat beserta keluarganya yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman yang
terang benderang seperti sekarang ini.

Ucapan terima kasih kepada ibu Ratna selaku dosen pengampu pada mata kuliah
Pengantar Hukum Indonesia yang telah memberikan bimbingan dan arahannya kepada saya,
sehingga makalah sederhana yang berjudul “Lembaga-Lembaga Tinggi Negara” ini selesai tepat
waktu.

Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi yang positif dalam kegiatan belajar
mengajar. Saya selaku penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
Maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai kalangan,
untuk memperbaiki makalah saya agar lebih baik lagi di kemudian hari. Terimakasih.

Yogyakarta, 23 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4
1. Latar belakang......................................................................................................................4
2. Rumusan masalah.................................................................................................................4
3. Tujuan...................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................5
A. Pengertian lembaga-lembaga tinggi negara......................................................................5
B. Lembaga-lembaga tinggi negara.......................................................................................5
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................15
KESIMPULAN..........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Dalam sebuah Negara pasti terdapat lembaga-lembaga yang bertugas membatu presiden
dalam menjalankan dan mengatur sebuah negara. Negara Indonesia adalah salah satu negara
yang memiliki lembaga-lembaga tinggi yang memiliki tugas cukup beragam, mulai dari
membuat undang-undang hingga mengesahkan perundang-undangan.

Lembaga-lembag tinggi negara Indonesia sendiri teridiri dari MPR,DPR,DPD,BPK dan lain
lain. Fungsi, kedudukan dan wewenangnya juga sudah diatur dalam UUD 1945. Namun, UUD
1945 telah mengalami perubahan atau amandemen sebanyak empat kali,mulai dari tahun 1999-
2002. Salah satunya perubahan terhadap sistem ketatanegaraan atau struktur lembaga tinggi
negara.

2. Rumusan masalah
a) Apa pengertian dan sejarah dari lembaga-lembaga tinggi negara
b) Apa saja lembaga tinggi negara yang ada di Indonesia

3. Tujuan
1. Agar lebih memahami lembaga tinggi negara yang ada di Indonesia
2. Mempermudah dalam belajar tentang lembaga tinggi negara
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian lembaga-lembaga tinggi negara


Secara sederhana, lembaga negara adalah institusi yang melengkapi sebuah
pemerintahan agar menjadi satu kesatuan utuh yang terorganisasi dan saling membantu
serta saling memengaruhi.Lembaga tinggi negara juga dapat diartikan sebagai institusi-
institusi negara yang secara langsung diatur atau memiliki kewenangan yang diberikan
oleh UUD 1945.Lembaga tinggi negara juga berfungsi untuk membantu pemerintahan
mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dan tugas-tugasnya telah tercantum dalam
Undang-Undang Dasar 1945. Lembaga negara disebut juga dengan istilah lembaga
pemerintahan, lembaga pemerintahan non-departemen, atau lembaga negara saja.
Indonesia menganut sistem pembagian kekuasaan dalam lembaga eksekutif,
lembaga legislatif, dan lembaga yudikatif. Masing-masing lembaga tersebut memiliki
tugas yang berbeda-beda.

B. Lembaga-lembaga tinggi negara


Indonesia selaku negara demokrasi, menjalankan pemerintahan dengan penerapan
teori trias politika. Trias Politika merupakan pembagian kekuasaan pemerintahan menjadi
tiga bidang dengan kedudukan yang sejajar. Tiga bidang tersebut adalah Eksekutif,
Legislatif, dan Yudikatif.Berikut adalah beberapa contoh lembaga yang ada di Indonesia:
1. MPR
Majelis Permusyawaratan Rakyat (disingkat MPR) adalah Lembaga legislatif
bikameral yang merupakan salah satu lembaga Tinggi negara dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia.
Setelah reformasi tiba, MPR bukan lagi lembaga tertinggi negara karena MPR
sendiri telah melepas kewenangan yang ada pada dirinya dengan melakukan amandemen
terhadap UUD 1945. MPR saat ini terdiri atas seluruh anggota DPR dan seluruh anggota
DPD.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (pra
Amandemen) mengatur berbagai macam lembaga negara dari Lembaga Tertinggi Negara
hingga Lembaga Tinggi Negara. Konsepsi penyelenggaraan negara yang demokratis oleh
Lembaga-lembaga negara tersebut sebagai perwujudan dari sila keempat yang
mengedepankan prinsip demokrasi perwakilan dituangkan secara utuh didalamnya.
Kehendak untuk mengejawantahkan aspirasi rakyat dalam sistem perwakilan, untuk
pertama kalinya dilontarkan oleh Bung Karno, pada pidatonya tanggal 01 Juni 1945.
Muhammad Yamin juga mengemukakan perlunya prinsip kerakyatan dalam konsepsi
penyelenggaraan negara. Begitu pula dengan Soepomo yang mengutarakan idenya akan
Indonesia merdeka dengan prinsip musyawarah dengan istilah Badan Permusyawaratan.
Ide ini didasari oleh prinsip kekeluargaan, dimana setiap anggota keluarga dapat
memberikan pendapatnya.
Tugas dan wewenang MPR:
Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat
dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur
lebih lanjut dengan undang-undang. MPR mempunyai tugas dan wewenang, yaitu :
1. Mengubah dan menetapkan undang-undang dasar;
2. Melantik presiden dan wakil presiden berdasarkan hasil pemilihan umum
dalam sidang paripurna MPR;
3. Melantik presiden dan wakil presiden berdasarkan hasil pemilihan umum
dalam sidang paripurna MPR;
4. Melantik presiden dan wakil presiden berdasarkan hasil pemilihan umum
dalam sidang paripurna MPR;
5. Melantik presiden dan wakil presiden berdasarkan hasil pemilihan umum
dalam sidang paripurna MPR;
6. Memilih presiden dan wakil presiden apabila keduanya berhenti secara
bersamaan dalam masa jabatannya, dari dua paket calon presiden dan wakil
presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang
paket calon presiden dan wakil presidennya meraih suara terbanyak pertama
dan kedua dalam pemilihan sebelumnya, sampai habis masa jabatannya
selambat-lambatnya dalam waktu tiga puluh hari;
7. Memilih presiden dan wakil presiden apabila keduanya berhenti secara
bersamaan dalam masa jabatannya, dari dua paket calon presiden dan wakil
presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang
paket calon presiden dan wakil presidennya meraih suara terbanyak pertama
dan kedua dalam pemilihan sebelumnya, sampai habis masa jabatannya
selambat-lambatnya dalam waktu tiga puluh hari;

2. DPR
Dewan Perwakilan Rakyat merupakan lembaga negara yang memegang
kekuasaan legislatif sebagaimana tercantum pada Pasal 20 ayat (1) UUD 1945. Dalam
UUD 1945 secara eksplisit dirumuskan tugas, fungsi, hak, dan wewenang DPR yang
menjadi pedoman dalam pola penyelenggaraan negara.
Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, untuk optimalisasi lembaga
perwakilan serta memperkukuh pelaksanaan saling mengawasi dan saling mengimbangi
oleh DPR, DPR memiliki fungsi yang diatur secara eksplisit dalam UUD.
Pada Pasal 20A dipertegas fungsi DPR, yaitu fungsi legislasi, anggaran, dan
pengawasan. Fungsi legislasi mempertegas kedudukan DPR sebagai lembaga legislatif
yang menjalankan kekuasaan membentuk undang-undang. Fungsi anggaran mempertegas
kedudukan DPR untuk membahas (termasuk mengubah) Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) dan menetapkan anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) yang ditujukan bagi kesejahteraan rakyat. Kedudukan DPR
dalam hal APBN ini lebih menonjol dibandingkan dengan kedudukan Presiden karena
apabila DPR tidak menyetujui RAPBN yang diusulkan Presiden, Pemerintah
menjalankan APBN tahun yang lalu [Pasal 23 ayat (3)]. Fungsi pengawasan adalah
fungsi DPR dalam melakukan pengawasan terhadap kebijakan dan pelaksanaan
pemerintahan dan pembangunan oleh Presiden (pemerintah).

Fungsi, tugas dan wewnang DPR :

Sesuai dengan UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17


TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT,
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

DPR RI mempunyai fungsi :

a. Legislasi;
b. Anggaran; dan
c. Pengawasan.

Ketiga fungsi legislasi, pengawasan, dan anggaran dijalankan dalam kerangka


representasi rakyat, dan juga untuk mendukung upaya Pemerintah dalam
melaksanakan politik luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Terkait dengan fungsi legislasi, DPR memiliki tugas dan wewenang:

 Menyusun Program Legislasi Nasional (Prolegnas).


 Menyusun dan membahas Rancangan Undang-Undang (RUU).
 Menerima RUU yang diajukan oleh DPD (terkait otonomi daerah; hubungan
pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah;
pengelolaan SDA dan SDE lainnya; serta perimbangan keuangan pusat dan
daerah).
 Membahas RUU yang diusulkan oleh Presiden ataupun DPD.
 Menetapkan UU bersama dengan Presiden.
 Menyetujui atau tidak menyetujui peraturan pemerintah pengganti UU (yang
diajukan Presiden) untuk ditetapkan menjadi UU.

Terkait dengan fungsi anggaran, DPR memiliki tugas dan wewenang:

 Memberikan persetujuan atas RUU tentang APBN (yang diajukan Presiden).


 Memperhatikan pertimbangan DPD atas RUU tentang APBN dan RUU terkait
pajak, pendidikan dan agama.
 Menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara yang disampaikan oleh BPK.
 Memberikan persetujuan terhadap pemindahtanganan aset negara maupun
terhadap perjanjian yang berdampak luas bagi kehidupan rakyat yang terkait
dengan beban keuangan negara.

Terkait dengan fungsi pengawasan, DPR memiliki tugas dan wewenang:

 Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN dan kebijakan


pemerintah
 Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang disampaikan oleh
DPD (terkait pelaksanaan UU mengenai otonomi daerah, pembentukan,
pemekaran dan penggabungan daerah, pengelolaan SDA dan SDE lainnya,
pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan dan agama)

Tugas dan wewenang DPR lainnya, antara lain:

 Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi rakyat.


 Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk: (1) menyatakan perang
ataupun membuat perdamaian dengan Negara lain; (2) mengangkat dan
memberhentikan anggota Komisi Yudisial.
 Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam hal: (1) pemberian amnesti
dan abolisi; (2) mengangkat duta besar dan menerima penempatan duta besar
lain.
 Memilih Anggota BPK dengan memperhatikan pertimbangan DPD.
 Memberikan persetujuan kepada Komisi Yudisial terkait calon hakim agung
yang akan ditetapkan menjadi hakim agung oleh Presiden.
 Memilih 3 (tiga) orang hakim konstitusi untuk selanjutnya diajukan ke
Presiden.
3. Presiden
Presiden merupakan lembaga negara yang memegang kekuasaan dibidang
eksekutif. Seiring dengan Perubahan UUD 1945, saat ini kewenangan Presiden
diteguhkan hanya sebatas pada bidang kekuasaan dibidang pelaksanaan pemerintahan
negara. Namun demikian, dalam UUD 1945 juga diatur mengenai ketentuan bahwa
Presiden juga menjalankan fungsi yang berkaitan dengan bidang legislatif maupun bidang
yudikatif.
Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Dasar, Presiden haruslah warga negara
Indonesia yang sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain.
Perubahan ketentuan mengenai persyaratan calon Presiden dan calon Wakil Presiden
dimaksudkan untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan tuntutan
zaman serta agar sesuai dengan perkembangan masyarakat yang makin demokratis,
egaliter, dan berdasarkan rule of law yang salah satu cirinya adalah pengakuan
kesederajatan di depan hukum bagi setiap warga negara. Ketentuan tersebut Menunjukan
bahwa jabatan Presiden dapat dikontrol oleh lembaga negara lainnya, dengan demikian
akan terhindar dari kesewenang-wenangan dalam penyelenggaraan tugas kenegaraan.
Wewenang Presiden:
1) Memegang kekuasaan pemerintah menurut UUD.
2) Memegang kekuasaan tertinggi atas AD, AL dan AU.
3) Melakukan pembahasan dan pemberian persetujuan RUU bersama DPR.
4) Mengesahkan RUU menjadi UU.
5) Menetapkan Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang dalam
situasi yang memaksa.
6) Menetapkan peraturan pemerintah.
7) Mengangkat dan memberhentikan meteri-menteri.
8) Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan
persetujuan DPR.
9) Mengangkat duta dan konsultasi
10) Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan
pertimbangan DPR.
11) Memberi grasi dan rehabilitasi berdasarkan pertimbangan MA.
12) Memberi amnesti dan abolisi berdasar pertimbangan DPR.
13) Menetapkan hakim agung yang dicalonkan KY dan disetujui DPR.
14) Menetapkan hakim konstitusi yang calonnya diajukan oleh DPR dan MA
15) Mengangkat dan memberhentikan KY dengan persetujuan DPR.
16) Hakim agung dipilih oleh presiden berdasarkan pengajuan KY dan
disetujui oleh DPR.
17) Anggota BPK tidak lagi diangkat oleh Presiden, kini presiden hanya meresmikan
anggota BPK, yang dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD.
4. DPD
Dewan Perwakilan Daerah adalah salah satu lembaga negara baru yang oleh
konstitusi diberikan kedudukana sejajar dengan lembaga lainnya. Jadi walaupun Dewan
Perwakilan Daerah merupakan lembaga yang tergolong baru dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia namun, lembaga ini mempunyai kedudukan yang sejajar
dengan lembaga lain yang ada sebelumnya seperti MPR, DPR, Presiden, MA dan lain-
lain. Reformasi telah membawa beberapa perubahan pada sistem ketatanegaraan
Republik Inonesia yang ditandai dengan perubahan UUD 1945 yang didalamya juga
mengatur pembentukan Lembaga Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI .
DPD RI memiliki Fungsi sebagai berikut :
Mengacu pada ketentuan Pasal 22D UUD 1945 dan Tata Tertib DPD RI bahwa
sebagai lembaga legislatif DPD RI mempunyai fungsi legislasi, pengawasan dan
penganggaran yang dijalankan dalam kerangka fungsi representasi.
Tugas dan wewenang DPD RI :
1. Pengajuan Usul Rancangan Undang Undang Mengajukan kepada DPR rancangan
undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan
daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan
perimbangan keuangan pusat dan daerah
2. Pembahasan Rancangan Undang Undang Ikut membahas rancangan undang-
undang yang berkaitan dengan otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah;
pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah; pengelolaan sumber daya
alam, dan sumber daya ekonomi lainnya serta perimbangan keuangan pusat dan
daerah.
3. Pertimbangan Atas Rancangan Undang-Undang dan Pemilihan Anggota BPK
Pertimbangan atas rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja
negara dan rancangan undangundang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan
dan agama. Serta memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan
anggota BPK.
4. Pengawasan Atas Pelaksanaan Undang - Undang Pengawasan atas pelaksanaan
undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan
penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya
alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran pendapatan dan
belanja negara, pajak, pendidikan dan agama serta menyampaikan hasil
pengawasannya itu kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk
ditindaklanjuti.
5. Penyusunan Prolegnas Menyusun Program Legislasi Nasional (Prolegnas) yang
berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan
keuangan pusat dan daerah.
6. Pemantauan dan Evaluasi Ranperda dan Perda Melakukan pemantauan dan
evaluasi atas rancangan Peraturan daerah (Raperda) dan Peraturan daerah (Perda)

5. MA
Mahkamah agung adalah lembaga tertinggi dalam system ketatanegaraan Indonesia
yang merupakan pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah
Konstitusi. Mahkamah agung membawahi badan peradilan dalam lingkungan peradilan
umum, lingkungan peradilan. Mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh
Undang-Undang.
Tugas pokok dan Fungsi :
1. FUNGSI PERADILAN
a. Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, Mahkamah Agung merupakan
pengadilan kasasi yang bertugas membina keseragaman dalam penerapan
hukum melalui putusan kasasi dan peninjauan kembali menjaga agar semua
hukum dan undang-undang diseluruh wilayah negara RI diterapkan secara
adil, tepat dan benar.
b. Disamping tugasnya sebagai Pengadilan Kasasi, Mahkamah Agung
berwenang memeriksa dan memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir
- semua sengketa tentang kewenangan mengadili.
- permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap (Pasal 28, 29,30,33 dan 34 Undang-undang Mahkamah
Agung No. 14 Tahun 1985)
-semua sengketa yang timbul karena perampasan kapal asing dan muatannya
oleh kapal perang Republik Indonesia berdasarkan peraturan yang berlaku
(Pasal 33 dan Pasal 78 Undang-undang Mahkamah Agung No 14 Tahun
1985).
c. Erat kaitannya dengan fungsi peradilan ialah hak uji materiil, yaitu wewenang
menguji/menilai secara materiil peraturan perundangan dibawah Undang-
undang tentang hal apakah suatu peraturan ditinjau dari isinya (materinya)
bertentangan dengan peraturan dari tingkat yang lebih tinggi (Pasal 31
Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).
2. FUNGSI PENGAWASAN
a. Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya
peradilan di semua lingkungan peradilan dengan tujuan agar peradilan yang
dilakukan Pengadilan-pengadilan diselenggarakan dengan seksama dan wajar
dengan berpedoman pada azas peradilan yang sederhana, cepat dan biaya
ringan, tanpa mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa dan
memutuskan perkara (Pasal 4 dan Pasal 10 Undang-undang Ketentuan Pokok
Kekuasaan Nomor 14 Tahun 1970).
b. Mahkamah Agunbg juga melakukan pengawasan :
-terhadap pekerjaan Pengadilan dan tingkah laku para Hakim dan perbuatan
Pejabat Pengadilan dalam menjalankan tugas yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugas pokok Kekuasaan Kehakiman, yakni dalam hal menerima,
memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan setiap perkara yang diajukan
kepadanya, dan meminta keterangan tentang hal-hal yang bersangkutan
dengan teknis peradilan serta memberi peringatan, teguran dan petunjuk yang
diperlukan tanpa mengurangi kebebasan Hakim (Pasal 32 Undang-undang
Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).
-Terhadap Penasehat Hukum dan Notaris sepanjang yang menyangkut
peradilan (Pasal 36 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun
1985).
3. FUNGSI MENGATUR
a. Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi
kelancaran penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal yang belum
cukup diatur dalam Undang-undang tentang Mahkamah Agung sebagai
pelengkap untuk mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang
diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan (Pasal 27 Undang-
undang No.14 Tahun 1970, Pasal 79 Undang-undang No.14 Tahun 1985).
b. Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara sendiri bilamana dianggap
perlu untuk mencukupi hukum acara yang sudah diatur Undang-undang.
4. FUNGSI NASEHAT
a. Mahkamah Agung memberikan nasihat-nasihat atau pertimbangan-
pertimbangan dalam bidang hukum kepada Lembaga Tinggi Negara lain
(Pasal 37 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985). Mahkamah
Agung memberikan nasihat kepada Presiden selaku Kepala Negara dalam
rangka pemberian atau penolakan grasi (Pasal 35 Undang-undang Mahkamah
Agung No.14 Tahun 1985). Selanjutnya Perubahan Pertama Undang-undang
Dasar Negara RI Tahun 1945 Pasal 14 Ayat (1), Mahkamah Agung diberikan
kewenangan untuk memberikan pertimbangan kepada Presiden selaku Kepala
Negara selain grasi juga rehabilitasi. Namun demikian, dalam memberikan
pertimbangan hukum mengenai rehabilitasi sampai saat ini belum ada
peraturan perundang-undangan yang mengatur pelaksanaannya.
b. Mahkamah Agung berwenang meminta keterangan dari dan memberi
petunjuk kepada pengadilan disemua lingkunga peradilan dalam rangka
pelaksanaan ketentuan Pasal 25 Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. (Pasal 38 Undang-
undang No.14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung).
5. FUNGSI ADMINISTRATIF
a. Badan-badan Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer
dan Peradilan Tata Usaha Negara) sebagaimana dimaksud Pasal 10 Ayat (1)
Undang-undang No.14 Tahun 1970 secara organisatoris, administrative dan
finansial sampai saat ini masih berada dibawah Departemen yang
bersangkutan, walaupun menurut Pasal 11 (1) Undang-undang Nomor 35
Tahun 1999 sudah dialihkan dibawah kekuasaan Mahkamah Agung.
b. Mahkamah Agung berwenang mengatur tugas serta tanggung jawab, susunan
organisasi dan tata kerja Kepaniteraan Pengadilan (Undang-undang No. 35
Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang No.14 Tahun 1970
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman)
6. FUNGSI LAIN-LAIN
Selain tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta
menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya, berdasar Pasal 2 ayat (2)
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 serta Pasal 38 Undang-undang Nomor 14
Tahun 1985, Mahkamah Agung dapat diserahi tugas dan kewenangan lain
berdasarkan Undang-undang.
6. MK
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia adalah lembaga (tinggi) negara yang baru
yang sederajat dan sama tinggi kedudukannya dengan Mahkamah Agung (MA).
Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara yang melakukan kekuasaan
kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan pengadilan guna menegakkan hukum
dan keadilan. Hakim yang berada di Mahkamah Konstitusi [Hakim Konstitusi] berjumlah
maksimal sebanyak 9 orang,dengan sistem 3 orang diajukan oleh DPR,3 orang diajukan
oleh Presiden,dan 3 orang diajukan oleh MA dengan penetapan presiden.
Mahkamah Konstitusi RI mempunyai 4 (empat) kewenangan dan 1 (satu) kewajiban
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945. Mahkamah Konstitusi
berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final
untuk:
1) Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
2) Memutus Sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan
oleh UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3) Memutus pembubaran partai politik.
4) Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
7. BPK
Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan adalah lembaga negara yang bertugas memeriksa pengeloslaan dan tanggung
jawab keuanggan negara sebagaimana diamksud dalam Undang-undang Dasar 1945.
BPK berkedudukan di ibukota negara dan memiliki perwakilan setiap provinsi, hal ini
tercantum dalam pasal 3 ayat (1), ayat (2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006
tentang Badan Pemeriksa Keuangan.
Pasal 2 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan
mengatur bahwa BPK merupakan satu lembaga negara yang bebas dan mandiri dalam
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Bebas diartikan dapat
melakukan segala tindakan yang terkait pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara dengan tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sementara itu, mandiri diartikan dalam melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara tidak boleh dipengaruhi oleh siapapun.
8. KY
Wewenang Komisi Yudisial menurut ketentuan UUD adalah mengusulkan
pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan
menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim. Dalam proses
rekrutmen hakim agung, calon hakim agung diusulkan Komisi Yudisial kepada DPR
untuk mendapat persetujuan dan untuk selanjutnya ditetapkan sebagai hakim agung oleh
Presiden.
Pasal 24B UUD menyebutkan Komisi Yudisial merupakan lembaga negara yang
bersifat mandiri dan berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan
mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan,
keluhuran martabat, serta prilaku hakim. Dengan demikian, Komisi Yudisial memiliki
dua kewenangan, yaitu mengusulkan pengangkatan calon hakim agung di Mahkamah
Agung dan menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat serta menjaga martabat
serta menjaga prilaku hakim di Mahkamah Konstitusi.

Tugas KY
Berdasarkan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011, dalam melaksanakan
wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a, yaitu mengusulkan
pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc di Mahkamah Agung kepada DPR untuk
mendapatkan persetujuan, maka Komisi Yudisial mempunyai tugas:
a. Melakukan pendaftaran calon hakim agung;
b. Melakukan seleksi terhadap calon hakim agung;
c. Menetapkan calon hakim agung; dan
d. Mengajukan calon hakim agung ke DPR.
Pasal 20 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 mengatur bahwa:
1. Dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta
perilaku hakim, Komisi Yudisial mempunyai tugas:
a. Melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap perilaku hakim;
b. Menerima laporan dari masyarakat berkaitan dengan pelanggaran Kode Etik
dan Pedoman Perilaku Hakim;
c. Melakukan verifikasi, klarifikasi, dan investigasi terhadap laporan dugaan
pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim secara tertutup;
d. Memutus benar tidaknya laporan dugaan pelanggaran Kode Etik dan Pedoman
Perilaku Hakim;
e. Mengambil langkah hukum dan/atau langkah lain terhadap orang
perseorangan, kelompok orang, atau badan hukum yang merendahkan
kehormatan dan keluhuran martabat hakim.

2. Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Komisi Yudisial juga
mempunyai tugas mengupayakan peningkatan kapasitas dan kesejahteraan hakim;
3. Dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta
perilaku hakim, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, Komisi Yudisial
dapat meminta bantuan kepada aparat penegak hukum untuk melakukan
penyadapan dan merekam pembicaraan dalam hal adanya dugaan pelanggaran
Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim oleh Hakim;
4. Aparat penegak hukum wajib menindaklanjuti permintaan Komisi Yudisial
sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Lembaga negara adalah institusi yang melengkapi sebuah pemerintahan agar menjadi
satu kesatuan utuh yang terorganisasi dan saling membantu serta saling memengaruhi.Lembaga
tinggi negara juga dapat diartikan sebagai institusi-institusi negara yang secara langsung diatur
atau memiliki kewenangan yang diberikan oleh UUD 1945.Lembaga tinggi negara juga
berfungsi untuk membantu pemerintahan mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dan tugas-
tugasnya telah tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945.

Lembaga-lembaga negara mempunyai tugas yang sangat penting dalam sebuah negara,
maka dari itu hendaknya kita mengetahui tentang lembaga-lembaga negara tersebut agar kita
dapat tahu bagaimana lembaga-lembaga negara tersebut berfungsi dan menjalankan
wewenangnya.Maka dari itu masyarakat di perlukan dalam melakukan pengawasan lembaga-
lembaga tersebut agar tidak melenceng dari apa yang sudah di tentukan dalam perundang-
undangan.

DAFTAR PUSTAKA

HAJI, RAJA. "LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA PASCA AMANDEMEN UUD 1945."

Masriyani, M., Islah, I., Tresya, T., & Siregar, N. O. (2023). Lembaga Negara Indonesia.

https://www.dpr.go.id/

https://www.mpr.go.id/

https://dpd.go.id/

https://www.mahkamahagung.go.id/id
https://www.komisiyudisial.go.id/

Anda mungkin juga menyukai