MAKALAH
23103080038
Yogyakarta
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan
jasmani maunpun rohani, sehingga saya dapat menyelesaikan kewajiban saya sebagai
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh Ibu
Ratna dalam bentuk makalah. Dalam rangka menambah ilmu pengetahuan dan wawasan saya
pada Mata Kuliah Pengantar Hukum Indonesia .
Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW,
sahabat beserta keluarganya yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman yang
terang benderang seperti sekarang ini.
Ucapan terima kasih kepada ibu Ratna selaku dosen pengampu pada mata kuliah
Pengantar Hukum Indonesia yang telah memberikan bimbingan dan arahannya kepada saya,
sehingga makalah sederhana yang berjudul “Lembaga-Lembaga Tinggi Negara” ini selesai tepat
waktu.
Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi yang positif dalam kegiatan belajar
mengajar. Saya selaku penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
Maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai kalangan,
untuk memperbaiki makalah saya agar lebih baik lagi di kemudian hari. Terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4
1. Latar belakang......................................................................................................................4
2. Rumusan masalah.................................................................................................................4
3. Tujuan...................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................5
A. Pengertian lembaga-lembaga tinggi negara......................................................................5
B. Lembaga-lembaga tinggi negara.......................................................................................5
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................15
KESIMPULAN..........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Dalam sebuah Negara pasti terdapat lembaga-lembaga yang bertugas membatu presiden
dalam menjalankan dan mengatur sebuah negara. Negara Indonesia adalah salah satu negara
yang memiliki lembaga-lembaga tinggi yang memiliki tugas cukup beragam, mulai dari
membuat undang-undang hingga mengesahkan perundang-undangan.
Lembaga-lembag tinggi negara Indonesia sendiri teridiri dari MPR,DPR,DPD,BPK dan lain
lain. Fungsi, kedudukan dan wewenangnya juga sudah diatur dalam UUD 1945. Namun, UUD
1945 telah mengalami perubahan atau amandemen sebanyak empat kali,mulai dari tahun 1999-
2002. Salah satunya perubahan terhadap sistem ketatanegaraan atau struktur lembaga tinggi
negara.
2. Rumusan masalah
a) Apa pengertian dan sejarah dari lembaga-lembaga tinggi negara
b) Apa saja lembaga tinggi negara yang ada di Indonesia
3. Tujuan
1. Agar lebih memahami lembaga tinggi negara yang ada di Indonesia
2. Mempermudah dalam belajar tentang lembaga tinggi negara
BAB II
PEMBAHASAN
2. DPR
Dewan Perwakilan Rakyat merupakan lembaga negara yang memegang
kekuasaan legislatif sebagaimana tercantum pada Pasal 20 ayat (1) UUD 1945. Dalam
UUD 1945 secara eksplisit dirumuskan tugas, fungsi, hak, dan wewenang DPR yang
menjadi pedoman dalam pola penyelenggaraan negara.
Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, untuk optimalisasi lembaga
perwakilan serta memperkukuh pelaksanaan saling mengawasi dan saling mengimbangi
oleh DPR, DPR memiliki fungsi yang diatur secara eksplisit dalam UUD.
Pada Pasal 20A dipertegas fungsi DPR, yaitu fungsi legislasi, anggaran, dan
pengawasan. Fungsi legislasi mempertegas kedudukan DPR sebagai lembaga legislatif
yang menjalankan kekuasaan membentuk undang-undang. Fungsi anggaran mempertegas
kedudukan DPR untuk membahas (termasuk mengubah) Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) dan menetapkan anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) yang ditujukan bagi kesejahteraan rakyat. Kedudukan DPR
dalam hal APBN ini lebih menonjol dibandingkan dengan kedudukan Presiden karena
apabila DPR tidak menyetujui RAPBN yang diusulkan Presiden, Pemerintah
menjalankan APBN tahun yang lalu [Pasal 23 ayat (3)]. Fungsi pengawasan adalah
fungsi DPR dalam melakukan pengawasan terhadap kebijakan dan pelaksanaan
pemerintahan dan pembangunan oleh Presiden (pemerintah).
a. Legislasi;
b. Anggaran; dan
c. Pengawasan.
5. MA
Mahkamah agung adalah lembaga tertinggi dalam system ketatanegaraan Indonesia
yang merupakan pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah
Konstitusi. Mahkamah agung membawahi badan peradilan dalam lingkungan peradilan
umum, lingkungan peradilan. Mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh
Undang-Undang.
Tugas pokok dan Fungsi :
1. FUNGSI PERADILAN
a. Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, Mahkamah Agung merupakan
pengadilan kasasi yang bertugas membina keseragaman dalam penerapan
hukum melalui putusan kasasi dan peninjauan kembali menjaga agar semua
hukum dan undang-undang diseluruh wilayah negara RI diterapkan secara
adil, tepat dan benar.
b. Disamping tugasnya sebagai Pengadilan Kasasi, Mahkamah Agung
berwenang memeriksa dan memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir
- semua sengketa tentang kewenangan mengadili.
- permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap (Pasal 28, 29,30,33 dan 34 Undang-undang Mahkamah
Agung No. 14 Tahun 1985)
-semua sengketa yang timbul karena perampasan kapal asing dan muatannya
oleh kapal perang Republik Indonesia berdasarkan peraturan yang berlaku
(Pasal 33 dan Pasal 78 Undang-undang Mahkamah Agung No 14 Tahun
1985).
c. Erat kaitannya dengan fungsi peradilan ialah hak uji materiil, yaitu wewenang
menguji/menilai secara materiil peraturan perundangan dibawah Undang-
undang tentang hal apakah suatu peraturan ditinjau dari isinya (materinya)
bertentangan dengan peraturan dari tingkat yang lebih tinggi (Pasal 31
Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).
2. FUNGSI PENGAWASAN
a. Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya
peradilan di semua lingkungan peradilan dengan tujuan agar peradilan yang
dilakukan Pengadilan-pengadilan diselenggarakan dengan seksama dan wajar
dengan berpedoman pada azas peradilan yang sederhana, cepat dan biaya
ringan, tanpa mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa dan
memutuskan perkara (Pasal 4 dan Pasal 10 Undang-undang Ketentuan Pokok
Kekuasaan Nomor 14 Tahun 1970).
b. Mahkamah Agunbg juga melakukan pengawasan :
-terhadap pekerjaan Pengadilan dan tingkah laku para Hakim dan perbuatan
Pejabat Pengadilan dalam menjalankan tugas yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugas pokok Kekuasaan Kehakiman, yakni dalam hal menerima,
memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan setiap perkara yang diajukan
kepadanya, dan meminta keterangan tentang hal-hal yang bersangkutan
dengan teknis peradilan serta memberi peringatan, teguran dan petunjuk yang
diperlukan tanpa mengurangi kebebasan Hakim (Pasal 32 Undang-undang
Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).
-Terhadap Penasehat Hukum dan Notaris sepanjang yang menyangkut
peradilan (Pasal 36 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun
1985).
3. FUNGSI MENGATUR
a. Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi
kelancaran penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal yang belum
cukup diatur dalam Undang-undang tentang Mahkamah Agung sebagai
pelengkap untuk mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang
diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan (Pasal 27 Undang-
undang No.14 Tahun 1970, Pasal 79 Undang-undang No.14 Tahun 1985).
b. Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara sendiri bilamana dianggap
perlu untuk mencukupi hukum acara yang sudah diatur Undang-undang.
4. FUNGSI NASEHAT
a. Mahkamah Agung memberikan nasihat-nasihat atau pertimbangan-
pertimbangan dalam bidang hukum kepada Lembaga Tinggi Negara lain
(Pasal 37 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985). Mahkamah
Agung memberikan nasihat kepada Presiden selaku Kepala Negara dalam
rangka pemberian atau penolakan grasi (Pasal 35 Undang-undang Mahkamah
Agung No.14 Tahun 1985). Selanjutnya Perubahan Pertama Undang-undang
Dasar Negara RI Tahun 1945 Pasal 14 Ayat (1), Mahkamah Agung diberikan
kewenangan untuk memberikan pertimbangan kepada Presiden selaku Kepala
Negara selain grasi juga rehabilitasi. Namun demikian, dalam memberikan
pertimbangan hukum mengenai rehabilitasi sampai saat ini belum ada
peraturan perundang-undangan yang mengatur pelaksanaannya.
b. Mahkamah Agung berwenang meminta keterangan dari dan memberi
petunjuk kepada pengadilan disemua lingkunga peradilan dalam rangka
pelaksanaan ketentuan Pasal 25 Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. (Pasal 38 Undang-
undang No.14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung).
5. FUNGSI ADMINISTRATIF
a. Badan-badan Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer
dan Peradilan Tata Usaha Negara) sebagaimana dimaksud Pasal 10 Ayat (1)
Undang-undang No.14 Tahun 1970 secara organisatoris, administrative dan
finansial sampai saat ini masih berada dibawah Departemen yang
bersangkutan, walaupun menurut Pasal 11 (1) Undang-undang Nomor 35
Tahun 1999 sudah dialihkan dibawah kekuasaan Mahkamah Agung.
b. Mahkamah Agung berwenang mengatur tugas serta tanggung jawab, susunan
organisasi dan tata kerja Kepaniteraan Pengadilan (Undang-undang No. 35
Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang No.14 Tahun 1970
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman)
6. FUNGSI LAIN-LAIN
Selain tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta
menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya, berdasar Pasal 2 ayat (2)
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 serta Pasal 38 Undang-undang Nomor 14
Tahun 1985, Mahkamah Agung dapat diserahi tugas dan kewenangan lain
berdasarkan Undang-undang.
6. MK
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia adalah lembaga (tinggi) negara yang baru
yang sederajat dan sama tinggi kedudukannya dengan Mahkamah Agung (MA).
Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara yang melakukan kekuasaan
kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan pengadilan guna menegakkan hukum
dan keadilan. Hakim yang berada di Mahkamah Konstitusi [Hakim Konstitusi] berjumlah
maksimal sebanyak 9 orang,dengan sistem 3 orang diajukan oleh DPR,3 orang diajukan
oleh Presiden,dan 3 orang diajukan oleh MA dengan penetapan presiden.
Mahkamah Konstitusi RI mempunyai 4 (empat) kewenangan dan 1 (satu) kewajiban
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945. Mahkamah Konstitusi
berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final
untuk:
1) Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
2) Memutus Sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan
oleh UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3) Memutus pembubaran partai politik.
4) Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
7. BPK
Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan adalah lembaga negara yang bertugas memeriksa pengeloslaan dan tanggung
jawab keuanggan negara sebagaimana diamksud dalam Undang-undang Dasar 1945.
BPK berkedudukan di ibukota negara dan memiliki perwakilan setiap provinsi, hal ini
tercantum dalam pasal 3 ayat (1), ayat (2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006
tentang Badan Pemeriksa Keuangan.
Pasal 2 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan
mengatur bahwa BPK merupakan satu lembaga negara yang bebas dan mandiri dalam
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Bebas diartikan dapat
melakukan segala tindakan yang terkait pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara dengan tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sementara itu, mandiri diartikan dalam melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara tidak boleh dipengaruhi oleh siapapun.
8. KY
Wewenang Komisi Yudisial menurut ketentuan UUD adalah mengusulkan
pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan
menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim. Dalam proses
rekrutmen hakim agung, calon hakim agung diusulkan Komisi Yudisial kepada DPR
untuk mendapat persetujuan dan untuk selanjutnya ditetapkan sebagai hakim agung oleh
Presiden.
Pasal 24B UUD menyebutkan Komisi Yudisial merupakan lembaga negara yang
bersifat mandiri dan berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan
mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan,
keluhuran martabat, serta prilaku hakim. Dengan demikian, Komisi Yudisial memiliki
dua kewenangan, yaitu mengusulkan pengangkatan calon hakim agung di Mahkamah
Agung dan menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat serta menjaga martabat
serta menjaga prilaku hakim di Mahkamah Konstitusi.
Tugas KY
Berdasarkan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011, dalam melaksanakan
wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a, yaitu mengusulkan
pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc di Mahkamah Agung kepada DPR untuk
mendapatkan persetujuan, maka Komisi Yudisial mempunyai tugas:
a. Melakukan pendaftaran calon hakim agung;
b. Melakukan seleksi terhadap calon hakim agung;
c. Menetapkan calon hakim agung; dan
d. Mengajukan calon hakim agung ke DPR.
Pasal 20 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 mengatur bahwa:
1. Dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta
perilaku hakim, Komisi Yudisial mempunyai tugas:
a. Melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap perilaku hakim;
b. Menerima laporan dari masyarakat berkaitan dengan pelanggaran Kode Etik
dan Pedoman Perilaku Hakim;
c. Melakukan verifikasi, klarifikasi, dan investigasi terhadap laporan dugaan
pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim secara tertutup;
d. Memutus benar tidaknya laporan dugaan pelanggaran Kode Etik dan Pedoman
Perilaku Hakim;
e. Mengambil langkah hukum dan/atau langkah lain terhadap orang
perseorangan, kelompok orang, atau badan hukum yang merendahkan
kehormatan dan keluhuran martabat hakim.
2. Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Komisi Yudisial juga
mempunyai tugas mengupayakan peningkatan kapasitas dan kesejahteraan hakim;
3. Dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta
perilaku hakim, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, Komisi Yudisial
dapat meminta bantuan kepada aparat penegak hukum untuk melakukan
penyadapan dan merekam pembicaraan dalam hal adanya dugaan pelanggaran
Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim oleh Hakim;
4. Aparat penegak hukum wajib menindaklanjuti permintaan Komisi Yudisial
sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Lembaga negara adalah institusi yang melengkapi sebuah pemerintahan agar menjadi
satu kesatuan utuh yang terorganisasi dan saling membantu serta saling memengaruhi.Lembaga
tinggi negara juga dapat diartikan sebagai institusi-institusi negara yang secara langsung diatur
atau memiliki kewenangan yang diberikan oleh UUD 1945.Lembaga tinggi negara juga
berfungsi untuk membantu pemerintahan mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dan tugas-
tugasnya telah tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Lembaga-lembaga negara mempunyai tugas yang sangat penting dalam sebuah negara,
maka dari itu hendaknya kita mengetahui tentang lembaga-lembaga negara tersebut agar kita
dapat tahu bagaimana lembaga-lembaga negara tersebut berfungsi dan menjalankan
wewenangnya.Maka dari itu masyarakat di perlukan dalam melakukan pengawasan lembaga-
lembaga tersebut agar tidak melenceng dari apa yang sudah di tentukan dalam perundang-
undangan.
DAFTAR PUSTAKA
Masriyani, M., Islah, I., Tresya, T., & Siregar, N. O. (2023). Lembaga Negara Indonesia.
https://www.dpr.go.id/
https://www.mpr.go.id/
https://dpd.go.id/
https://www.mahkamahagung.go.id/id
https://www.komisiyudisial.go.id/