Anda di halaman 1dari 15

HUKUM TENTANG LEMBAGA NEGARA

“LEMBAGA LEGISLATIF”

Dosen Pembimbing:

Dr. W.M. Herry Susilowati, S.H., M.Hum.

Kelas A / Kelompok 5
Disusun Oleh:
Muhammad Nadhiif Rizqi Firdaus 6051901104
Fadhil Musthofa 6051901129
Muhammad Nuno Aulia Rahman 6051901291
Affra Amarsha Tersana 6051901050
Leopold Mayon Pinandito 6051901100
Ghelby 6051901111
Verdian Ramadhan 6051901358
Gerald Vinch Nugroho 6051901138
Akmal Razzaq 6051901333
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kepustakaan Indonesia, lembaga negara digunakan dengan istilah yang berbeda-
beda, misalnya istilah organ negara, badan negara, dan alat perlengkapan negara, namun
maknanya sama, lalu di Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terdapat istilah lembaga
pemerintah yang diartikan sebagai badan-badan pemerintahan di lingkungan eksekutif. Jika kata
pemerintah diganti dengan kata negara, sehingga menjadi lembaga negara, maka hal itu berarti
badan-badan negara di lingkungan pemerintahan negara. Jadi tidak hanya badan eksekutif, tetapi
juga badan legislatif, yudikatif, dan badan-badan negara lainnya. Secara konseptual, tujuan
diadakan lembaga lembaga negara atau sering disebut alat kelengkapan negara adalah selain
untuk menjalankan fungsi negara, juga untuk menjalankan fungsi pemerintahan secara actual.
Dengan kata lain, lembaga-lembaga itu harus membentuk suatu kesatuan proses yang
satu sama lain saling berhubungan dalam rangka menyelenggarakan fungsi negara atau istilah
yang sering digunakan Prof. Sri Soemantri adalah actual governmental process. Jadi, meskipun
dalam prakteknya tipe lembaga-lembaga negara yang diadopsi setiap negara bisa berbeda, secara
konsep lembaga-lembaga negara tersebut harus bekerja dan memiliki relasi sedemikian rupa
sehingga membentuk suatu kesatuan untuk merealisasikan secara praktis fungsi negara dan
secara ideologis mewujudkan tujuan negara jangka panjang. Sehingga diperlukan Pemisahan
kekuasaan berarti kekuasaan negara itu terpisah-pisah dalam beberapa bagian, Dengan kata lain,
lembaga pemegang kekuasaan negara yang meliputi lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif
merupakan lembaga yang terpisah satu sama lainnya, berdiri sendiri tanpa memerlukan
koordinasi dan kerja sama. Setiap lembaga menjalankan fungsinya masing-masing1.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana keberadaan MPR, DPR, DPD sebagai diatur didalam Undang-Undang Dasar
1945?
2. Bagaimana kedudukan, tugas, wewenang, cara pengisian jabatan serta hubungan antar
Lembaga Negara dalam menjalankan fungsi ketatanegaraan?

1 emrisabe,”Pembagian Kekuasaan”,diakses dari https://www.gurukerumah-ab.com/2018/11/14/pembagian-


kekuasaan-di-indonesia/. Pada 20 April 2021
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Majelis Permusyawaratan Rakyat

2.2.1 Latar Belakang dan Makna

2.2.2 Dasar Hukum

Mengenai dasar hukum yang dimiliki oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat tercantum
didalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, yang diatur didalam BAB II Pasal 2
dan juga Pasal 3. Yang dimana pasal 2 menjelaskan mengenai mekanisme kelembagaan seperti
halnya keanggotaan, rapat kerja, dan putusan yang ditetapkan. Sedangkan pasal 3 mengenai
kewenangan yang dapat dilakukan oleh lembaga ini. Sehingga perbedaan dasar hukum yang
dimiliki MPR, sebelum dan sesudah amandemen adalah terletak pada kedudukan berbeda yang
dimiliki lembaga ini, serta setelah amandemen mengenai tugas dan wewenang diatur secara
detail dan tegas.

2.2.3 Kedudukan MPR sebagai Lembaga Negara


A. Sebelum Amandemen UUD 1945
Kedudukan MPR sebelum amandemen berdasarkan UUD 1945 merupakan Lembaga
tertinggi negara dan sebagai pemegang dan pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat. Seperti
yang tercantum didalam Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 bahwa kedaulatan ditangan rakyat dan
dilakukan sepenuhnya oleh MPR. Kekuasaan yang dilakukan sepenuhnya oleh MPR sehingga
tidak terjadi check and balances2.
Republik Indonesia sebagaimana diatur dalam UUD 1945, MPR menempati kedudukan
tertinggi. Kedudukannya mengatasi semua lembaga negara yang ada, seperti Presiden, DPR dan
MA. Kedudukan tertinggi ini menempatkan dirinya sebagai Lembaga Tertinggi Negara
sementara lembaga-lembaga Negara lainnya yang ada, yaitu Presiden, DPR, DPA, MA, dan BPK
menempati kedudukan di bawah MPR dan dimasukkan kategori sebagai Lembaga Tinggi
Negara. Oleh karena UUD 1945 memberikan kedudukan tertinggi kepada MPR maka sistem

2 “Kedudukan MPR didalam Undang-Undang Dasar 1945” : Jurnal Pembaharuan Hukum


yang dipakai dalam penyelenggaraan negara Indonesia sering juga disebut sebagai “Sistem
MPR” atau “Supremasi MPR”.

B. Setelah Amandemen 1945


Kedudukan MPR setelah dilakukan perubahan UUD 1945 tidak lagi menempati sebagai
Lembaga Tertinggi Negara. MPR mempunyai kedudukan yang sama dan sederajat dengan
lembaga-lembaga negara lainnya (Presiden, DPR, DPD, MA, BPK, dan MK).
Atas dasar itu MPR melakukan perubahan mendasar dengan “menurunkan” derajat
kedudukan MPR menjadi lembaga negara yang sejajar dan sama kedudukannya dengan lembaga
negara lainnya, yang berbeda hanya pada tugas dan wewenangnya. Seiring dengan itu, dalam
perubahan konstitusi yang dilakukan MPR juga menempatkan UUD dalam posisi tertinggi
menggantikan kedudukan MPR.
2.2.3 Tugas dan Wewenang MPR Sebelum dan Sesudah Amandemen UUD 1945
A. Sebelum Amandemen UUD 1945
Pada saat sebelum amandemen UUD 1945 Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
merupakan Lembaga tertinggi di negara Indonesia pemegang dan pelaksana sepenuhnya
kedaulatan rakyat yang berada di dalam negara Indonesia. Pada sebelum amandemen tugas dan
wewenang dari MPR adalah sebagai berikut :
1. Menetapkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan garis-garis besar
dari pada haluan negara, serta mengubah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Menetapkan garis-garis besar haluan negara.
3. Memilih dan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden.
4. Membuat putusan-putusan yang tidak dapat dibatalkan oleh lembaga negara yang lain, termasuk
penetapan garis-garis besar haluan negara.
5. Memberikan penjelasan yang bersifat penafsiran terhadap putusan-putusan Majelis.
6. Menyelesaikan pemilihan dan selanjutnya mengangkat Presiden dan Wakil Presiden.
7. Meminta pertanggungjawaban dari Presiden mengenai pelaksanaan garis-garis besar haluan negara
dan menilai pertanggungjawaban tersebut.
8. Mencabut kekuasaan dan memberhentikan Presiden dalam masa jabatannya apabila Presiden
sungguh-sungguh melanggar Undang-Undang Dasar dan/atau garis-garis besar haluan negara.
9. Menetapkan Peraturan Tata Tertib Majelis.
10. Menetapkan Pimpinan Majelis yang dipilih dari dan oleh Anggota.
11. Mengambil dan/atau memberi keputusan terhadap Anggota yang melanggar sumpah/janji Anggota.
B. Sesudah Amandemen UUD 1945

Pada saat sesudah amandemen UUD 1945 Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sudah tidak
lagi menjadi Lembaga tertinggi di negara Indonesia, tapi menjadi suatu Lembaga yang memiliki
derajat yang sama dengan Lembaga yang lainnya. Pada saat sesudah amandemen UUD 1945
tugas dan wewenang MPR adalah sebagai berikut :
1. Mengubah dan menetapkan undang-undang dasar.
2. Melantik presiden dan wakil presiden berdasarkan hasil pemilihan umum dalam sidang paripurna
MPR.
3. Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi untuk memberhentikan presiden
dan/atau wakil presiden dalam masa jabatannya setelah presiden dan atau wakil presiden diberi
kesempatan untuk menyampaikan penjelasan di dalam sidang paripurna MPR.
4.Melantik wakil presiden menjadi presiden apabila presiden mangkat, berhenti, di berhentikan, atau tidak
dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya.
5. Memilih wakil presiden dari dua calon yang diajukan presiden apabila terjadi kekosongan jabatan
wakil presiden dalam masa jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari.
6. Memilih presiden dan wakil presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan dalam masa
jabatannya, dari dua paket calon presiden dan wakil presiden yang diusulkan oleh partai politik atau
gabungan partai politik yang paket calon presiden dan wakil presidennya meraih suara terbanyak pertama
dan kedua dalam pemilihan sebelumnya, sampai habis masa jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu
tiga puluh hari.
7. Menetapkan peraturan tata tertib dan kode etik MPR 3.
2.2.4 Cara Pengisian Keanggotaan
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) merupakan lembaga pelaksana kedaulatan
rakyat yang cara pengisian anggotanya sudah ada dijelaskan dalam Undang-Undang Dasar 1945
sesudah amandemen, yakni dengan dilakukannya pemilihan umum. Anggota dari Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) ini terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan
anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih
lanjut dengan undang-undang, hal ini sesuai dengan isi dari Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang
Dasar 1945 sesudah amandemen. Sehingga cara pengisian anggota MPR dilakukan dengan cara

3 “Kedudukan,Tugas,dan Wewenang”, diakses dari https://www.mpr.go.id/tentang-mpr/Kedudukan,-


Tugas,-dan-Wewenang. Pada 20 April 2021
pemilihan umum oleh rakyat dengan memilih dari calon anggota MPR yang berasal dari DPR
dan DPD.

2.2.5 Hubungan MPR dengan Lembaga Negara Lain

1. MPR dengan DPR, DPD, dan Mahkamah Konstitusi

Keberadaan MPR dalam sistem perwakilan dipandang sebagai ciri yang khas dalam
sistem demokrasi di Indonesia. Keanggotaan MPR yang terdiri atas anggota DPR dan anggota
DPD menunjukan bahwa MPR masih dipandang sebagai lembaga perwakilan rakyat karena ke
anggotaannya dipilih dalam pemilihan umum. Unsur anggota DPR untuk mencerminkan prinsip
demokrasi politik sedangkan unsur anggota DPD untuk mencerminkan prinsip keterwakilan
daerah agar kepentingan daerah tidak terabaikan.
Dalam konteks pelaksanaan kewenangan, walaupun anggota DPR mempunyai jumlah
yang lebih besar dari anggota DPD, tapi peran DPD dalam MPR sangat besar misalnya dalam hal
mengubah UUD yang harus dihadiri oleh 2/3 anggota MPR dan memberhentikan Presiden yang
harus dihadiri oleh 3/4 anggota MPR maka peran DPD dalam kewenangan tersebut merupakan
suatu keharusan. Dalam hubungannya dengan DPR, khusus mengenai penyelenggaraan sidang
MPR berkaitan dengan kewenangan untuk memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden,
proses tersebut hanya bisa dilakukan apabila didahului oleh pendapat DPR yang diajukan pada
MPR.

Selanjutnya, Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 menyebutkan bahwa salah satu wewenang
Mahkamah Konstitusi adalah untuk memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan UUD. Karena kedudukan MPR sebagai lembaga negara maka apabila
MPR bersengketa dengan lembaga negara lainnya yang sama-sama memiliki kewenangan yang
ditentukan oleh UUD, maka konflik tersebut harus diselesaikan oleh Mahkamah Konstitusi4.

4“Risalah Rapat Paripurna ke-5”, diakses dari 3. https://www.dpr.go.id/jdih/uu1945#:~:text=(1)%20Segala


%20warga%20negara%20bersamaan,penghidupan%20yang%20layak%20bagi%20kemanusiaan, pada
20 April 2021
2.2 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR adalah lembaga negara yang menjadi perwakilan
rakyat di pemerintahan. Artinya DPR berkepentingan untuk menyuarakan kepentingan rakyat
dan menyerap aspirasi masyarakat. Pada sistem ketatanegaraan di Indonesia, Dewan Perwakilan
Rakyat ialah pemegang kekuasaan legislatif yang memiliki struktur keanggotaan berasal dari
anggota partai politik peserta pemilu yang dipilih berdasarkan hasil pemilu. Fungsi DPR sangat
penting dalam menyusun anggaran serta mengawasi kinerja pemerintah. Secara umum memang
ada tiga fungsi DPR yakni fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan.

2.2.1 Dasar Hukum

Dasar hukum daripada lembaga negara Dewan Perwakilan Rakyat tercantumkan dalam UUD
1945 Pasal 19 sampai dengan Pasal 22 B, sebagai berikut :
1) Pasal 19 ayat 1 : Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui pemilihan umum.
2) pasal 20 ayat 1 : Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-
undang.
3) pasal 20 ayat 2 : Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan
Rakyat dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.
4) Pasal 20A ayat 1 : Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran,
dan fungsi pengawasan.
5) Pasal 21 : Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan usul rancangan
rancangan undang-undang.
6) pasal 22 ayat 2 UUD 1945 : Peraturan pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat dalam persidangan yang berikut.

2.2.2 Kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat sebagai Lembaga Negara

Kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat dibagi menjadi dua bagian yaitu sebelum dan sesudah
adanya amandemen, sebagai berikut :
A. Sebelum Amandemen UUD 1945
Pada dasarnya DPR sebelum amandemen merupakan sebuah lembaga perwakilan rakyat
yang kedudukannya adalah sebagai lembaga Negara.Yang dimana sebelum dilakukannya
Amandemen, kedudukannya berada dibawah MPR yang pada saat itu, memegang kekuasaan
tertinggi. Dan Anggota DPR berasal dari anggota partai politik yang dipilih berdasarkan adanya
hasil pemilu. Yang berarti Presiden tidak dapat membubarkan DPR yang dimana anggota-
anggotanya tersebut telah dipilih oleh rakyat melalui pemilu.Yang berarti Presiden tidak dapat
membubarkan DPR yang dimana anggota-anggotanya tersebut telah dipilih oleh rakyat melalui
pemilu.Dalam Pasal 20 ayat (1) UUD 1945 sebelum perubahan, peran DPR dalam membuat UU
tidak disebutkan secara jelas.
B. Sesudah Amandemen UUD 1945
Setelah diberlakukannya amandemen, Kedudukan DPR pun diperkuat dengan
diberikannya kekuasaan untuk membentuk Undang-Undang, yang dimana pada sebelum adanya
amandemen, Presiden lah yang memegang kekuasaan untuk membentuk Undang-Undang. Dan
kekuasaan tersebut kemudian diberikan kepada DPR karena memang benar bahwa kekuasaan
tersebut adalah tugas dari lembaga legislatif berdasarkan Pasal 20 ayat 1 UUD 1945 : Dewan
Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang.Dengan perubahan
tersebut dapat dikatakan terjadi pergeseran fungsi legislasi, yang semula tidak disebutkan secara
jelas kekuasaan DPR dalam membuat UU, hasil amandemen kekuasaan itu ada di DPR. 5
2.2.3 Tugas dan Wewenang
Tugas dan wewenang Dewan Perwakilan Rakyat dibagi menjadi dua bagian yaitu
sebelum dan sesudah adanya amandemen, sebagai berikut :
A. Sebelum Amandemen UUD 1945
Sebelum adanya Amandemen UUD 1945, kekuasaan yang dimiliki DPR dalam tugas dan
wewenangnya masih sangat terbatas, karena kekuasaan untuk membentuk Undang-Undang
masih ada di tangan Presiden, dan berikut adalah Tugas dan Wewenang DPR Sebelum
Amandemen UUD 1945:
1. Memberikan persetujuan atas Rancangan Undang-Undang
2. Mengajukan rancangan Undang-Undang
3. Memberikan persetujuan atas Peraturan Perundang-undangan
4. Memberikan persetujuan atas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
B. Sesudah Amandemen UUD 1945

5 Lili Romli,”FORMAT BARU DEWAN PERWAKILAN RAKYAT


PASCA AMANDEMEN UUD 1945”.Politica. Vol. 3 No. 2, November 2012,hal 208.
Setelah adanya Amandemen UUD 1945, Kekuasaan yang diberikan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat pun bertambah, dan tugas dan wewenang yang dimiliki oleh DPR setelah
Amandemen UUD 1945 sebagai badan legislatif adalah sebagai berikut:
1. Menyusun dan membahas Rancangan Undang-Undang (RUU).
2. Menyusun Program Legislasi Nasional (Prolegnas).
3. Membahas RUU yang diusulkan oleh Presiden ataupun DPD.
4. Menerima RUU yang diajukan oleh DPD (terkait otonomi daerah; hubungan pusat dan
daerah; pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah; pengelolaan SDA dan SDE
lainnya; serta perimbangan keuangan pusat dan daerah).
5. Menetapkan UU bersama dengan Presiden.
6. Menyetujui maupun tidak menyetujui suatu peraturan pemerintah pengganti UU (dimana
yang diajukan Presiden) untuk ditetapkan menjadi UU.6
2.2.4 Cara Pengisian
Anggota DPR berasal dari anggota partai politik yang dipilih berdasarkan hasil pemilu
sesuai dengan UU No. 12 Tahun 2003 Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan
DPRD Pasal 5 ayat 1. Untuk dapat dipilih menjadi Anggota Dewan, calon legislator harus
berusia minimal 21 tahun dengan latar belakang pendidikan minimal Sekolah Menengah Atas
(SMA) dan merupakan Warga Negara Indonesia yang sehat jasmani dan rohani. Anggota Dewan
yang terpilih bertugas mewakili rakyat selama 5 tahun.
2.2.5 Hubungan DPR dengan Lembaga Negara Lain
1. Hubungan DPR dan DPD
DPD juga mempunyai hak untuk mengajukan rancangan undang undang yang berkaitan
dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta
yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah kepada DPR. DPD memberi
pertimbangan kepada DPR dalam memilih anggota BPK dan DPD berhak mendapatkan hasil
laporan yang sudah dibuat oleh BPK. Anggota DPD diresmikan oleh keputusan presiden
berdasarkan UU no 27 tahun 2009 dan apabila presiden mengajukan pendapatan dan belanja
negara untuk dibahas bersama DPR, maka perlu diperhatikan pertimbangan dari DPD.
2. Hubungan DPR dengan MPR
6 Fina Dhea,”Tugas DPR”(https://rumusrumus.com/tugas-dpr/, Diakses pada 17 April,2021)
Hubungan antara Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) MPR menggunakan DPR sebagai alat dalam melaksanakan pengawasan politik
dan strategi majelis, DPR dalam hal ini akan menggunakan komisi-komisinya serta hak-haknya
antara lain : hak angket, hak interpelasi, hak budget, hak ketetapan MPR dalam memperhatikan
pendapat DPR.
3. Hubungan DPR dan Presiden
Hubungan antara DPR dan Presiden dapat dilihat dalam kerja sama dalam
menyelenggarakan tugas legislatif. Dalam hal hubungannya yang lain yaitu DPR bertugas
sebagai pengawas terhadap tindakan-tindakan Presiden. Tugas legislatif DPR dan Presiden yaitu:
(a) Membuat Undang-Undang. Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh DPR dan Presiden
untuk mendapat persetujuan bersama. Presiden berhak menetapkan Peraturan Pemerintah sebagai
pengganti Undang-Undang (pasal 22 ayat 1) namun harus mendapat persetujuan dari DPR, (b)
Menetapkan Anggaran Pendapat dan Belanja Negara (APBN) sesuai dengan Pasal 23 ayat (1)
dan Pasal 23 ayat (2), dimana rancangan undang-undang APBN diajukan oleh Presiden untuk
dibahas DPR bersama dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
4. Hubungan DPR dan BPK
Hubungan antara Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Badan Pemeriksa Keuangan
adalah BPK mempunyai tugas untuk membantu DPR dalam mengawasi apakah pemerintah tidak
menyeleweng dari ketentuan-ketentuan APBN yang sudah ditetapkan dan disetujui oleh DPR.
Dapat dikatakan BPK merupakan alat dari DPR yang membantu DPR dalam hal pengawasan
keuangan.
5. Hubungan DPR dan MK
Hubungan antara DPR dan MK dapat dilihat dari wewenang DPR, yaitu mengajukan usul
pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden kepada MPR. Mahkamah Konstitusi memiliki
peranan dalam hal memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden yang diusulkan oleh DPR
kepada MPR.7

2.3 Dewan Perwakilan Daerah


2.3.1 Dasar Hukum
7 Yusmiati, Yusmiati. "HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA NEGARA MENURUT UNDANG UNDANG
DASAR 1945." NUSANTARA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial 7.1 (2020): 1-13.
DPD memiliki dasar hukum di UUD 1945 pada pasal 22C sampai 22 D. Pasal 22 C: 1. Anggota
DPD dipilih dari setiap provinsi melalui pemilu
2. Anggota DPD dari setiap provinsi jumlahnya sama dan jumlah seluruh anggota Dewan
Perwakilan Daerah itu tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat.
3. Dewan Perwakilan Daerah bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.
Pasal 22 D:
1. DPD dapat mengajukan kepada DPR RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan
pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber
daya alam dan sumber Daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan
keuangan pusat dan daerah.
2. DPD ikut membahas RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah; hubungan pusat dan
daerah; pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah; pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah; serta memberikan
pertimbangan kepada DPR atas RUU anggaran pendapatan dan belanja negara dan RUU yang
berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.
3. DPD dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai: otonomi
daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja negara, pajak, pendidikan, dan agama serta menyampaikan hasil
pengawasannya itu kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.
2.3.2 Kedudukan
Berdasarkan Pasal 2 Ayat (1) UUD 1945, dengan adanya lembaga baru DPD dalam
struktur MPR, maka pengaturan tersebut menganut sistem perwakilan dua kamar (bicameral
system). Tetapi pengaturan dalam Pasal 2 Ayat (1) ini tidak memberikan ketegasan terhadap
pemberlakuan sistem perwakilan dua kamar, dimana MPR terdiri dari anggota DPR dan anggota
DPD. Kedudukan DPD pasca Amandemen UUD 1945 pada hakikatnya tidak sesuai dengan
struktur parlemen berdasarkan prinsip parlemen bikameral8. DPD sebagai lembaga negara tidak
memiliki wewenang mandiri menjalankan fungsi legislasi, anggaran maupun pengawasan.
Dalam fungsi legislasi DPD tidak bertindak sebagai pembentuk undang-undang, tetapi
hanya sebagai lembaga yang mengajukan rancangan undang-undang. Sedangkan fungsi
8 Harsan,Toni,”Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia Ditinjau dari Perspektif Bikaremal” : Jurnal
Magister Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana
pengawasan DPD tidak ditindaklanjuti oleh DPD sendiri, tetapi disampaikan kepada DPR, dan
DPR-lah yang menentukan ditindaklanjutinya hasil pengawasan tersebut. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa DPD tidak memiliki kedudukan yang kuat sebagai lembaga negara karena
hal-hal yang seharusnya diatur oleh DPD justru diatur oleh DPR.
2.3.2 Tugas dan Wewenang Dewan Perwakilan Daerah
DPD (Dewan Perwakilan Daerah) merupakan lembaga yang baru dalam sistem
ketatanegaraan RI. Sebelumnya lembaga ini tidak ada. Mengacu pada ketentuan Pasal 22D UUD
1945 bahwa sebagai lembaga legislatif DPD RI mempunyai fungsi legislasi, pengawasan dan
penganggaran yang dijalankan dalam kerangka fungsi representasi. Sehingga tugas dan
wewenang yang lembaga ini adalah :
1. Pengajuan Usul Rancangan Undang Undang Mengajukan kepada DPR rancangan undang-
undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
2. Pembahasan Rancangan Undang Undang Ikut membahas rancangan undang-undang yang
berkaitan dengan otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran dan
penggabungan daerah; pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya serta
perimbangan keuangan pusat dan daerah.
3. Pertimbangan Atas Rancangan Undang-Undang dan Pemilihan Anggota BPK Pertimbangan
atas rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara dan rancangan undang
undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama. Serta memberikan pertimbangan
kepada DPR dalam pemilihan anggota BPK.
4.Pengawasan Atas Pelaksanaan Undang - Undang Pengawasan atas pelaksanaan undang-undang
mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat
dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan
anggaran pendapatan dan belanja negara, pajak, pendidikan dan agama serta menyampaikan
hasil pengawasannya itu kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.
5. Penyusunan Prolegnas Menyusun Program Legislasi Nasional (Prolegnas) yang berkaitan
dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta
yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
6. Pemantauan dan Evaluasi Ranperda dan Perda Melakukan pemantauan dan evaluasi atas
rancangan Peraturan daerah (Raperda) dan Peraturan daerah (Perda) 9.
2.3.3 Cara Pengisian Jabatan
Dalam menjalankan tugasnya sebagai lembaga perwakilan daerah provinsi maupun
representasi daerah dalam tingkat nasional, DPD merupakan sebuah lembaga yang muncul
setelah adanya Amandemen ketiga UUD 1945, dan semua anggotanya mengisi jabatan dalam
DPD dengan melalui suatu pemilihan umum secara langsung yang dilakukan oleh masyarakat
Indonesia (tercantum dalam Pasal 22E Ayat (2) UUD 1945.) Masyarakat daerah provinsi
melakukan pemilihan secara langsung anggota DPD tentu dengan tujuan untuk mengakomodir
representasi daerah dalam hubungan pusat dan daerah, sehingga kepentingan-kepentingan daerah
dapat tersalurkan dan dapat menjadi agenda kerjasama yang dilakukan oleh pusat dan daerah. 10
Diatur dalam Pasal 22E Ayat (4) UUD 1945 yang berbunyi “Peserta pemilihan umum
untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah adalah perseorangan” maka dapat dikatakan
walaupun calon anggota DPD berasal dari sebuah partai politik, namun semasa calon tersebut
mencalonkan diri atas nama pribadi secara perseorangan maka ia bisa dan berhak untuk
mencalonkan diri sebagai seorang anggota Dewan Perwakilan Daerah merepresentasikan daerah
provinsinya. Anggota DPD yang berhasil terpilih melalui sebuah pemilihan umum akan bertugas
untuk mewakili kepentingan dari daerahnya, terlebih mengenai budaya dan juga karakteristik
dari daerah tersebut, anggota DPD juga hendaklah bekerjasama ataupun bersosialisasi dengan
golongan dan komunitas tertentu dari daerahnya untuk bisa mewakili bukan hanya satu, namun
semua elemen dari daerah konstituennya.
2.3.4 Hubungan dengan Lembaga negara lain :
Dengan pengesahan DPD di tahun 2004, Maka tentu dalam menjalankan fungsi-
fungsinya, DPD mengadakan kerja sama seperti hubungannya dengan beberapa badan dalam
pemerintahan11
1. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Diatur dalam Pasal 23 E Ayat (2) dan Pasal 23 F Ayat (1) Perubahan Ketiga UUD 1945. DPD

9 “Tugas dan Wewenang DPD RI”, diakses dari https://www.merdeka.com/sumut/fungsi-dpr-mpr-dan-dpd-beserta-


tugas-dan-wewenangnya-kln.html. Pada 20 april 2021
10Khamami, Zada “Jurnal Cita Hukum Kewenangan Legislasi DPD dalam Reformasi Kelembagaan Pasca Putusan
Mahkamah Konstitusi” : Jurnal Cita Hukum
11 Munir, Ernawati “Hubungan Antar Lembaga Negara” hlm 75 - 76, :Jurnal Pengkajian Hukum
berhak untuk menjadikan laporan keuangan yang diterbitkan oleh BPK menjadi sebuah bahan
untuk menjalankan tugas dan kewenangannya, dan DPD sendiri berkewenangan untuk
menentukan keanggotaan BPK melalui pertimbangan dalam proses pencalonan serta pemilihan
anggota BPK.
2. Mahkamah Konstitusi (MK)
Diatur dalam Pasal Pasal 24 C Ayat (1) dan Pasal 22 E Ayat (2) Tentang SUSDUK MPR, DPR,
DPRD dan DPD. Mahkamah Konstitusi mempunyai hubungan kerja secara langsung dengan
DPD. Dikarenakan Mahkamah Konstitusi sendiri berkewenangan untuk memutuskan jika
timbulnya sengketa atas hasil pemilihan anggota DPD melalui pemilihan umum.
3. Dewan Perwakilan Rakyat
Dalam bersinergi, DPD sendiri berhubungan secara erat dengan DPR seperti yang diatur dalam
perubahan terakhir UUD 1945 Pasal 2 Ayat (1) yang secara de facto menetapkan bahwa MPR
sendiri terdiri atas anggota DPR dan DPD, maka tiap anggota DPR dan DPD merangkap menjadi
anggota MPR, walaupun DPD memiliki peran yang lebih kecil dan hanya beranggotakan
sepertiga dari anggota DPR walaupun segala putusan MPR didasari oleh suara yang terbanyak,
hal ini menandakan bahwa DPD tidak akan “mengganggu” jalannya DPR itu sendiri. Lalu, DPD
sendiri secara jelas hanya bisa memberikan usulan bukan menentukan dalam tugasnya yang
berjalan dengan DPR.12
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
DPD juga berhubungan dengan Pemerintah Daerah serta DPRD, mengingat bahwa DPD
merupakan perwakilan daerah dan hubungan ini memang tercermin dari UU SUSDUK Pasal 50
Huruf H yang secara tidak langsung menyatakan bahwa tiap anggota DPD berkewajiban untuk
memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih dan daerah
pemilihannya. Selain itu hubungan antara DPD dan DPRD juga dikaitkan dengan adanya
prosedur penggantian antar waktu anggota DPD yang diatur dalam Pasal 88 s/d Pasal 90 UU
SUSDUK, yang berarti bahwa DPRD akan menerima pengaduan dari pemilih dalam daerah
pemilihan dan pengaduan tersebut akan langsung diteruskan kepada DPD.

DAFTAR PUSTAKA

12 Mulyani, Tri “Kajian Normatif Mengenai Hubungan Antar Lembaga Negara dalam Sistem Ketatanegaraan
Republik Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Sebelum dan Sesudah Amandemen” hlm 15, : Jurnal Kajian Normatif
Emrisabe.”Pembagian Kekuasaan”. https://www.gurukerumah-ab.com/2018/11/14/pembagian-
kekuasaan-di-indonesia/. Diakses pada 20 April 2021

“Kedudukan MPR didalam Undang-Undang Dasar 1945” : Jurnal Pembaharuan Hukum

“Kedudukan,Tugas,dan Wewenang”.https://www.mpr.go.id/tentang-mpr/Kedudukan,-Tugas,-dan-
Wewenang. Diakses pada 20 April 2021

Risalah Rapat Paripurna ke-5”. https://www.dpr.go.id/jdih/uu1945#:~:text=(1)%20Segala%20warga


%20negara%20bersamaan,penghidupan%20yang%20layak%20bagi%20kemanusiaan, Diakses pada 20
April 2021

Romli,Lili”FORMAT BARU DEWAN PERWAKILAN RAKYAT PASCA AMANDEMEN UUD 1945”.Politica.


Vol. 3 No. 2, November 2012,hal 208.

Dhea,Fina.”Tugas DPR”(https://rumusrumus.com/tugas-dpr/, Diakses pada 17 April,2021)

Yusmiati,Yusmiati. "HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA NEGARA MENURUT UNDANG UNDANG DASAR


1945." NUSANTARA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial 7.1 (2020): 1-13.

Toni,Harsan.”Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia Ditinjau dari Perspektif


Bikaremal” : Jurnal Magister Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana

“Tugas dan Wewenang DPD RI”, https://www.merdeka.com/sumut/fungsi-dpr-mpr-dan-dpd-beserta-


tugas-dan-wewenangnya-kln.html. Diakses pada 20 april 2021

Zada,Khamami “Jurnal Cita Hukum Kewenangan Legislasi DPD dalam Reformasi Kelembagaan Pasca
Putusan Mahkamah Konstitusi” : Jurnal Cita Hukum

Ernawati,Munir.“Hubungan Antar Lembaga Negara” hlm 75 - 76, :Jurnal Pengkajian Hukum

Tri,Mulyanii “Kajian Normatif Mengenai Hubungan Antar Lembaga Negara dalam Sistem Ketatanegaraan
Republik Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Sebelum dan Sesudah Amandemen” hlm 15, : Jurnal Kajian
Normatif

Anda mungkin juga menyukai