“LEMBAGA LEGISLATIF”
Dosen Pembimbing:
Kelas A / Kelompok 5
Disusun Oleh:
Muhammad Nadhiif Rizqi Firdaus 6051901104
Fadhil Musthofa 6051901129
Muhammad Nuno Aulia Rahman 6051901291
Affra Amarsha Tersana 6051901050
Leopold Mayon Pinandito 6051901100
Ghelby 6051901111
Verdian Ramadhan 6051901358
Gerald Vinch Nugroho 6051901138
Akmal Razzaq 6051901333
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Mengenai dasar hukum yang dimiliki oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat tercantum
didalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, yang diatur didalam BAB II Pasal 2
dan juga Pasal 3. Yang dimana pasal 2 menjelaskan mengenai mekanisme kelembagaan seperti
halnya keanggotaan, rapat kerja, dan putusan yang ditetapkan. Sedangkan pasal 3 mengenai
kewenangan yang dapat dilakukan oleh lembaga ini. Sehingga perbedaan dasar hukum yang
dimiliki MPR, sebelum dan sesudah amandemen adalah terletak pada kedudukan berbeda yang
dimiliki lembaga ini, serta setelah amandemen mengenai tugas dan wewenang diatur secara
detail dan tegas.
Pada saat sesudah amandemen UUD 1945 Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sudah tidak
lagi menjadi Lembaga tertinggi di negara Indonesia, tapi menjadi suatu Lembaga yang memiliki
derajat yang sama dengan Lembaga yang lainnya. Pada saat sesudah amandemen UUD 1945
tugas dan wewenang MPR adalah sebagai berikut :
1. Mengubah dan menetapkan undang-undang dasar.
2. Melantik presiden dan wakil presiden berdasarkan hasil pemilihan umum dalam sidang paripurna
MPR.
3. Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi untuk memberhentikan presiden
dan/atau wakil presiden dalam masa jabatannya setelah presiden dan atau wakil presiden diberi
kesempatan untuk menyampaikan penjelasan di dalam sidang paripurna MPR.
4.Melantik wakil presiden menjadi presiden apabila presiden mangkat, berhenti, di berhentikan, atau tidak
dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya.
5. Memilih wakil presiden dari dua calon yang diajukan presiden apabila terjadi kekosongan jabatan
wakil presiden dalam masa jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari.
6. Memilih presiden dan wakil presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan dalam masa
jabatannya, dari dua paket calon presiden dan wakil presiden yang diusulkan oleh partai politik atau
gabungan partai politik yang paket calon presiden dan wakil presidennya meraih suara terbanyak pertama
dan kedua dalam pemilihan sebelumnya, sampai habis masa jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu
tiga puluh hari.
7. Menetapkan peraturan tata tertib dan kode etik MPR 3.
2.2.4 Cara Pengisian Keanggotaan
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) merupakan lembaga pelaksana kedaulatan
rakyat yang cara pengisian anggotanya sudah ada dijelaskan dalam Undang-Undang Dasar 1945
sesudah amandemen, yakni dengan dilakukannya pemilihan umum. Anggota dari Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) ini terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan
anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih
lanjut dengan undang-undang, hal ini sesuai dengan isi dari Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang
Dasar 1945 sesudah amandemen. Sehingga cara pengisian anggota MPR dilakukan dengan cara
Keberadaan MPR dalam sistem perwakilan dipandang sebagai ciri yang khas dalam
sistem demokrasi di Indonesia. Keanggotaan MPR yang terdiri atas anggota DPR dan anggota
DPD menunjukan bahwa MPR masih dipandang sebagai lembaga perwakilan rakyat karena ke
anggotaannya dipilih dalam pemilihan umum. Unsur anggota DPR untuk mencerminkan prinsip
demokrasi politik sedangkan unsur anggota DPD untuk mencerminkan prinsip keterwakilan
daerah agar kepentingan daerah tidak terabaikan.
Dalam konteks pelaksanaan kewenangan, walaupun anggota DPR mempunyai jumlah
yang lebih besar dari anggota DPD, tapi peran DPD dalam MPR sangat besar misalnya dalam hal
mengubah UUD yang harus dihadiri oleh 2/3 anggota MPR dan memberhentikan Presiden yang
harus dihadiri oleh 3/4 anggota MPR maka peran DPD dalam kewenangan tersebut merupakan
suatu keharusan. Dalam hubungannya dengan DPR, khusus mengenai penyelenggaraan sidang
MPR berkaitan dengan kewenangan untuk memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden,
proses tersebut hanya bisa dilakukan apabila didahului oleh pendapat DPR yang diajukan pada
MPR.
Selanjutnya, Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 menyebutkan bahwa salah satu wewenang
Mahkamah Konstitusi adalah untuk memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan UUD. Karena kedudukan MPR sebagai lembaga negara maka apabila
MPR bersengketa dengan lembaga negara lainnya yang sama-sama memiliki kewenangan yang
ditentukan oleh UUD, maka konflik tersebut harus diselesaikan oleh Mahkamah Konstitusi4.
Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR adalah lembaga negara yang menjadi perwakilan
rakyat di pemerintahan. Artinya DPR berkepentingan untuk menyuarakan kepentingan rakyat
dan menyerap aspirasi masyarakat. Pada sistem ketatanegaraan di Indonesia, Dewan Perwakilan
Rakyat ialah pemegang kekuasaan legislatif yang memiliki struktur keanggotaan berasal dari
anggota partai politik peserta pemilu yang dipilih berdasarkan hasil pemilu. Fungsi DPR sangat
penting dalam menyusun anggaran serta mengawasi kinerja pemerintah. Secara umum memang
ada tiga fungsi DPR yakni fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan.
Dasar hukum daripada lembaga negara Dewan Perwakilan Rakyat tercantumkan dalam UUD
1945 Pasal 19 sampai dengan Pasal 22 B, sebagai berikut :
1) Pasal 19 ayat 1 : Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui pemilihan umum.
2) pasal 20 ayat 1 : Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-
undang.
3) pasal 20 ayat 2 : Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan
Rakyat dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.
4) Pasal 20A ayat 1 : Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran,
dan fungsi pengawasan.
5) Pasal 21 : Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan usul rancangan
rancangan undang-undang.
6) pasal 22 ayat 2 UUD 1945 : Peraturan pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat dalam persidangan yang berikut.
Kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat dibagi menjadi dua bagian yaitu sebelum dan sesudah
adanya amandemen, sebagai berikut :
A. Sebelum Amandemen UUD 1945
Pada dasarnya DPR sebelum amandemen merupakan sebuah lembaga perwakilan rakyat
yang kedudukannya adalah sebagai lembaga Negara.Yang dimana sebelum dilakukannya
Amandemen, kedudukannya berada dibawah MPR yang pada saat itu, memegang kekuasaan
tertinggi. Dan Anggota DPR berasal dari anggota partai politik yang dipilih berdasarkan adanya
hasil pemilu. Yang berarti Presiden tidak dapat membubarkan DPR yang dimana anggota-
anggotanya tersebut telah dipilih oleh rakyat melalui pemilu.Yang berarti Presiden tidak dapat
membubarkan DPR yang dimana anggota-anggotanya tersebut telah dipilih oleh rakyat melalui
pemilu.Dalam Pasal 20 ayat (1) UUD 1945 sebelum perubahan, peran DPR dalam membuat UU
tidak disebutkan secara jelas.
B. Sesudah Amandemen UUD 1945
Setelah diberlakukannya amandemen, Kedudukan DPR pun diperkuat dengan
diberikannya kekuasaan untuk membentuk Undang-Undang, yang dimana pada sebelum adanya
amandemen, Presiden lah yang memegang kekuasaan untuk membentuk Undang-Undang. Dan
kekuasaan tersebut kemudian diberikan kepada DPR karena memang benar bahwa kekuasaan
tersebut adalah tugas dari lembaga legislatif berdasarkan Pasal 20 ayat 1 UUD 1945 : Dewan
Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang.Dengan perubahan
tersebut dapat dikatakan terjadi pergeseran fungsi legislasi, yang semula tidak disebutkan secara
jelas kekuasaan DPR dalam membuat UU, hasil amandemen kekuasaan itu ada di DPR. 5
2.2.3 Tugas dan Wewenang
Tugas dan wewenang Dewan Perwakilan Rakyat dibagi menjadi dua bagian yaitu
sebelum dan sesudah adanya amandemen, sebagai berikut :
A. Sebelum Amandemen UUD 1945
Sebelum adanya Amandemen UUD 1945, kekuasaan yang dimiliki DPR dalam tugas dan
wewenangnya masih sangat terbatas, karena kekuasaan untuk membentuk Undang-Undang
masih ada di tangan Presiden, dan berikut adalah Tugas dan Wewenang DPR Sebelum
Amandemen UUD 1945:
1. Memberikan persetujuan atas Rancangan Undang-Undang
2. Mengajukan rancangan Undang-Undang
3. Memberikan persetujuan atas Peraturan Perundang-undangan
4. Memberikan persetujuan atas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
B. Sesudah Amandemen UUD 1945
DAFTAR PUSTAKA
12 Mulyani, Tri “Kajian Normatif Mengenai Hubungan Antar Lembaga Negara dalam Sistem Ketatanegaraan
Republik Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Sebelum dan Sesudah Amandemen” hlm 15, : Jurnal Kajian Normatif
Emrisabe.”Pembagian Kekuasaan”. https://www.gurukerumah-ab.com/2018/11/14/pembagian-
kekuasaan-di-indonesia/. Diakses pada 20 April 2021
“Kedudukan,Tugas,dan Wewenang”.https://www.mpr.go.id/tentang-mpr/Kedudukan,-Tugas,-dan-
Wewenang. Diakses pada 20 April 2021
Zada,Khamami “Jurnal Cita Hukum Kewenangan Legislasi DPD dalam Reformasi Kelembagaan Pasca
Putusan Mahkamah Konstitusi” : Jurnal Cita Hukum
Tri,Mulyanii “Kajian Normatif Mengenai Hubungan Antar Lembaga Negara dalam Sistem Ketatanegaraan
Republik Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Sebelum dan Sesudah Amandemen” hlm 15, : Jurnal Kajian
Normatif