Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Perbandingan penyelenggaraan,pelaksanaan Pemerintah sebelum UU diamandemen


dengan sesudah diamandamen

DISUSUN OLEH :

NAMA : ROITA MELIANI NAIBAHO

NPM : 17100012

DOSEN PEMBIMBING : Altureben Nababan, S.Pd, M.Pd

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS HKBP NOMENSEN
2018
Kata Pengantar

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai “Perbandingan
penyelenggaraan, pelaksanaan Pemerintah sebelum UU diamandemen dengan
sesudah diamandamen”. makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak , M.Pd sebagai dosen yang telah
memberikan kesempatan kepada saya untuk menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga karya ilmiah ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Pematang siantar, 6 Oktober 2018

Penulis

Roita Meliani Naibaho


BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam pemerintahan Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar tahun 1945


sangatlah penting. Karena di dalamnya memuat tugas dan wewenang lembaga negara di
Indonesia ini. Selain itu juga terdapat aturan-aturan, bentuk negara, lambang, lagu
kebangsaan dan lain-lain. Undang-undang dibuat harus sesuai dengan keperluan dan
harus peka zaman, artinya aturan yang dibuat oleh para DPR kita sebelum di syahkan
menjadi Undang-Undang sebelumnya harus disosialisasikan dahulu dengan rakyat,
apakah tidak melanggar norma- norma adat atau melanggar hak – hak azazi manusia.
Salah satu bukti bahwa Undang–undang yang sudah tidak relevan lagi dengan kondisi
zamanya adalah Undang-Undang Dasar 1945. Oleh karena itu Undang-Undang Dasar
tahun 1945 diamandemen sebanyak 4 kali, yaitu pada tanggal 19 Oktober 1999 yang
merupakan amandemen pertama, tanggal 18 Agustus 2000 yang merupakan amandemen
kedua, tanggal 10 November 2001 yang merupakan amandemen ketiga dan tanggal 10
Agustus 2002 yang merupakan amandemen yang terakhir atau amandemen keempat.
Hal ini dilakukan agar isi dari Undang-Undang Dasar tersebut bisa sesuai
dengan perkembangan zaman dan memperbaikinya, sehungga dapat menjadi dasar
hukum yang baik dan tegas. Dan dalam proses tersebut ada perbedaan antara sebelum
amandemen dengan yang setelah amandemen.

2. Tujuan

Tujuan yang dilakukan dalam penyususnan makalah ini adalah untuk


mengetahui perbedaan fungsi, tugas, dan wewenang lembaga Negara baik sebelum
maupum sesudah dilakukan amandemen Undang-Undang Dasar 1945.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Fungsi dan Wewenang Lembaga Negara Sebelum Amandemen UUD 1945
2.1.1 Deskripsi Singkat Struktur Ketatanegaraan Sebelum Amandemen
UUD 1945
Penjelasan UUD 1945 menguraikan dengan jelas sistem
penyelenggaraan kekuasaan negara yang dianut oleh undang-undang
dasar tersebut. Dalam penjelasan itu diuraikan tentang sistem
pemerintahan negara yang terdiri dari tujuh prinsip pokok. Prinsip negara
berdasar atas hukum (rechtsstaat) bukan atas kekuasaan belaka
(machtstaat) dan prinsip sistem konstitusinal (berdasarkan atas
konstitusi) tidak berdasar atas absolutisme.
Kedua prinsip ini ditegaskan dalam bagian penjelasan undang-
undang dasar itu, tapi tidak tergambar dengan jelas dalam pasal-pasal
UUD 1945 sebelum perubahan. Prinsip negara hukum seharusnya
mengandung tiga prinsip pokok, yaitu adanya kekuasaan kehakiman
yang merdeka, penghormatan terhadap hak asasi manusia serta
kekuasaan dijalankan berdasarkan atas prinsip due process of law.
Perubahan yang sangat jelas terlihat pada kedudukan Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR). Sebelum UUD 1945 diamandemen,
kedudukan MPR berada lebih tingggi dari lembaga-lembaga tinggi
lainnnya. Namun, setelah UUD 1945 mengalami amandemen kedudukan
MPR disejajarkan dengan lembaga-lembaga tinggi lainnnya, seperti
DPR, MA, DPA, BPK, dan Presiden. Disamping itu juga dibentuk
lembaga-lembaga tinggi negara lain.

2.1.2 Fungsi Dan Wewenang Lembaga Negara

1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)


MPR merupakan lembaga tertinggi negara yang diberi kekuasaan
tak terbatas (super power) karena “kekuasaan ada di tangan rakyat
dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR” dan MPR adalah “penjelmaan
dari seluruh rakyat Indonesia” yang berwenang menetapkan UUD,
GBHN, mengangkat presiden dan wakil presiden.
Anggota MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang
dipilih melalui pemilihan umum. Keanggotaan MPR diresmikan
dengan keputusan presiden. Masa jabatan anggota MPR lima tahun
dan berakhir bersamaan pada saat anggota MPR yang baru
mengucapkan sumpah/janji. Sebelum memangku jabatannya, anggota
MPR mengucapkan sumpah/janji bersama-sama yang dipandu oleh
Ketua Mahkamah Agung dalam sidang paripurna MPR.
Dalam praktek ketatanegaraan MPR pernah menetapkan, antara
lain :
1. Presiden sebagai presiden seumur hidup.
2. Presiden yang dipilih secara terus menerus sampai 7 kali
berturut-turut.
3. Memberhentikan sebagai pejabat presiden.
4. Meminta presiden untuk mundur dari jabatannya.
5. Tidak memperpanjang masa jabatan sebagai presiden.
6. Lembaga Negara yang paling mungkin menandingi MPR
adalah Presiden, yaitu dengan memanfaatkan kekuatan
partai politik yang paling banyak menduduki kursi di
MPR.

Wewenang MPR antara lain :


1. Membuat putusan-putusan yang tidak dapat dibatalkan
oleh lembaganegara yang lain, termasuk penetapan Garis-
Garis Besar Haluan Negara yang pelaksanaannya
ditugaskan kepada Presiden/Mandataris.
2. Memberikan penjelasan yang bersifat penafsiran terhadap
putusan-putusan Majelis.
3. Menyelesaikan pemilihan dan selanjutnya mengangkat
Presiden Wakil Presiden.
4. Meminta pertanggungjawaban dari Presiden/ Mandataris
mengenai pelaksanaan Garis-Garis Besar Haluan Negara
dan menilai pertanggungjawaban tersebut.
5. Mencabut mandat dan memberhentikan Presiden dan
memberhentikan Presiden dalam masa jabatannya apabila
Presiden/mandataris sungguh-sungguh melanggar Haluan
Negara dan/atau Undang-Undang Dasar.
6. Mengubah Undang-Undang Dasar 1945.
7. Menetapkan Peraturan Tata Tertib Majelis.
8. Menetapkan Pimpinan Majelis yang dipilih dari dan oleh
anggota.
9. Mengambil/memberi keputusan terhadap anggota yang
melanggar sumpah/janji anggota.

2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)


DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai
lembaga negara. Anggota DPR berasal dari anggota partai politik peserta pemilu
yang dipilih berdasarkan hasil pemilu. Oleh karena itu Presiden tidak dapat
membubarkan DPR yang anggota-anggotanya dipilih oleh rakyat melalui
pemilihan umum secara berkala lima tahun sekali. Meskipun demikian, Presiden
tidak bertanggung jawab kepada DPR. DPR berkedudukan di tingkat pusat,
sedangkan yang berada di tingkat provinsi disebut DPRD provinsi dan yang
berada di kabupaten/kota disebut DPRD kabupaten/kota.
Wewenang DPR antara lain :
1. Memberikan persetujuan atas RUU yang diusulkan presiden.
2. Memberikan persetujuan atas PERPU.
3. Memberikan persetujuan atas Anggaran.
4. Meminta MPR untuk mengadakan sidang istimewa guna
meminta pertanggungjawaban presiden.
5. Tidak disebutkan bahwa DPR berwenang memilih anggota-
anggota BPK dan tiga hakim pada Mahkamah Konstitusi.
3. Presiden
Presiden adalah lembaga negara yang memegang kekuasaan eksekutif.
Maksudnya, presiden mempunyai kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan.
Presiden mempunyai kedudukan sebagai kepala pemerintahan dan sekaligus
sebagai kepala negara. Sebelum adanya amandemen UUD 1945, presiden dan
wakil presiden diangkat dan diberhentikan oleh MPR.
Wewenang Presiden antara lain :
1. Presiden memegang posisi sentral dan dominan sebagai
mandataris MPR, meskipun kedudukannya tidak “neben” akan
tetapi “untergeordnet“.
2. Presiden menjalankan kekuasaan pemerintahan negara tertinggi
(consentration of power and responsiblity upon the president).
3. Presiden selain memegang kekuasaan eksekutif (executive
power), juga memegang kekuasaan legislative (legislative power)
dan kekuasaan yudikatif (judicative power).
4. Presiden mempunyai hak prerogatif yang sangat besar.
5. Tidak ada aturan mengenai batasan periode seseorang dapat
menjabat sebagai presiden serta mekanisme pemberhentian
presiden dalam masa jabatannya.
6. Mengangkat dan memberhentikan anggota BPK.
7. Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
(dalam kegentingan yang memaksa).
8. Menetapkan Peraturan Pemerintah.
9. Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri pemilihan.

4. Mahkamah Agung (MA)


Mahkamah Agung merupakan lembaga negara yang memegang
kekuasaan kehakiman. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang
merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan. Mahkamah Agung adalah pengadilan tertinggi di negara kita. Perlu
diketahui bahwa peradilan di Indonesia dapat dibedakan peradilan umum,
peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara (PTUN).
Wewenang MA antara lain :
1. Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan
perundangundangan di bawah undang-undang terhadap undang-
undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh
undang-undang.
2. Mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi.
3. Memberikan pertimbangan dalam hal presiden memberi grasi dan
rehabilitasi.

5. BPK dan DPA


Tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) yang peraturannya ditetapkan dengan undang-
undang. Anggota BPK dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan
dari DPD.
Wewenang BPK antara lain :
1. Berwenang mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan
negara (APBN) dan daerah (APBD) serta menyampaikan hasil
pemeriksaan kepada DPR dan DPD dan ditindaklanjuti oleh
aparat penegak hukum.Berkedudukan di ibukota negara dan
memiliki perwakilan di setiap provinsi.
2. Mengintegrasi peran BPKP sebagai instansi pengawas internal
departemen yang bersangkutan ke dalam BPK.
3. Adapun wewenang dari Dewan Pertimbangan Agung (DPA),
yaitu berkewajiban memberi jawab atas pertanyaan Presiden dan
berhak memajukan usul kepada pemerintah

2.2 Fungsi dan Wewenang Lembaga Negara Sebelum Amandemen UUD 1945

2.2.1 Deskripsi Singkat Struktur Ketatanegaraan Sesudah Amandemen


UUD 1945
Undang-Undang Dasar merupakan hukum tertinggi dimana
kedaulatan berada di tangan rakyat dan dijalankan sepenuhnya menurut
UUD. UUD memberikan pembagian kekuasaan (separation of power)
kepada 6 Lembaga Negara dengan kedudukan yang sama dan sejajar,
yaitu Presiden, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK), Mahkamah Agung (MA), dan Mahkamah
Konstitusi (MK).

2.2.2 Fungsi Dan Wewenang Lembaga Negara

 Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)


Keberadaan MPR pasca perubahan UUD 1945 telah
sangat jauh berbeda dibanding sebelumnya. Kini MPR tidak lagi
melaksanakan sepenuhnya kedaulatan rakyat dan tidak lagi
berkedudukan sebagai Lembaga Tertinggi Negara dengan
kekuasaan yang sangat besar, termasuk memilih Presiden dan
Wakil Presiden.
Wewenang MPR antara lain :
1. Melantik Presiden dan/atau Wapres.
2. Memberhentikan Presiden dan/atau Wapres dalam masa
jabatannya menurut UUD.
3. Menghilangkan supremasi kewenangannya.
4. Menghilangkan kewenangannya menetapkan GBHN.
5. Menghilangkan kewenangannya mengangkat Presiden
(karena presiden dipilih secara langsung melalui pemilu).
6. Tetap berwenang menetapkan dan mengubah UUD.
7. Susunan keanggotaanya berubah, yaitu terdiri dari
anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan angota Dewan
Perwakilan Daerah yang dipilih secara langsung melalui
pemilu.
 Dewan perwakilan Rakyat (DPR)
Melalui perubahan UUD 1945, kekuasaan DPR diperkuat
dan dikukuhkan keberadaannya terutama diberikannya kekuasaan
membentuk UU yang memang merupakan karakteristik sebuah
lembaga legislatif. Hal ini membalik rumusan sebelum perubahan
yang menempatan Presiden sebagai pemegang kekuasaan
membentuk UU. Dalam pengaturan ini memperkuat kedudukan
DPR terutama ketika berhubungan dengan Presiden.
Wewenang DPR antara lain :
1. Membahas dan memberikan persetujuan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang.
2. Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan
DPD yang berkaitan dengan bidang tertentu dan
mengikutsertakannya dalam pembahasan.
3. Menetapkan APBN bersama Presiden dengan
memperhatikan pertimbangan DPD.
4. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU,
APBN, serta kebijakan pemerintah.
5. Mempunyai kekuasan membentuk UU (sebelumnya ada
di tangan presiden, sedangkan DPR hanya memberikan
persetujuan saja) sementara pemerintah berhak
mengajukan RUU.
6. Proses dan mekanisme membentuk UU antara DPR dan
Pemerintah.
7. Mempertegas fungsi DPR, yaitu: fungsi legislasi, fungsi
anggaran, dan fungsi pengawasan sebagai mekanisme
kontrol antar lembaga Negara.

 Dewan Perwakilan Daerah (DPD)


DPD merupakan lembaga perwakilan yang mencerminkan
perwakilan daerah (territorial reprentation). Keberadaan DPD
terkait erat dengan aspirasi dan kepentingan daerah agar
prumusan dan pengambilan keputusan nasisonal mengenai
daerah, dapat mengakomodir kepentingan daerah selain karena
mendorong percepatan demokrasi, pembangunan, dan kemajuan
daerah.
Sebagai lembaga legislatif, DPD mermpunyai
kewenangan di bidang legislasi, anggaran, pengawasan, dan
pertimbangan sseperti halnya DPR. Hanya saja konstitusi
menentukan kewenangan itu terbatas tidak sama dengan yang
dimiliki DPR. Di bidang legislasi, wewenang DPD adalah dapat
mengajukan kepada DPR; RUU yang berkaitan dengan otonomi
daerah, hubungan pusat daerah, pembentukan dan pemekaran
serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan
perimbangan keuangan pusat dan daerah.
 Presiden
Berbeda dengan sistem pemilihan Presiden dan Wapres
sebelum adanya amandemen dipilih oleh MPR , sedangkan
setelah adanya amandemen UUD 1945 sekarang menentukan
bahwa mereka dipilih secara langsung oleh rakyat. Pasangan
calon Presiden dan Wapres diusulkan oleh parpol atau gabungan
parpol peserta pemilu. Konsekuensinya karena pasangan Presiden
dan Wapres dipilih oleh rakyat, mereka mempunyai legitimasi
yang sangat kuat.
Wewenang Presiden antara lain :
1. Membatasi beberapa kekuasaan presiden dengan
memperbaiki tata cara pemilihan dan pemberhentian
presiden dalam masa jabatannya serta memperkuat sistem
pemerintahan presidensial.
2. Kekuasaan legislatif sepenuhnya diserahkan kepada DPR.
3. Membatasi masa jabatan presiden maksimum menjadi dua
periode saja.
4. Kewenangan pengangkatan duta dan menerima duta harus
memperhatikan pertimbangan DPR.
5. Kewenangan pemberian grasi, amnesti dan abolisi harus
memperhatikan pertimbangan DPR.
6. Memperbaiki syarat dan mekanisme pengangkatan calon
presiden dan wakil presiden menjadi dipilih secara
langsung oleh rakyat melalui pemilu, juga mengenai
pemberhentian jabatan presiden dalam masa jabatannya.

 Mahkamah Agung (MA)


Dalam perubahan UUD 1945 pengaturan mengenai MA
lebih diperbanyak lagi, antar lain ditentukan kewenangan MA
adalah mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan
perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-
undang, dan wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-
undang. Selain itu juga mengatur rekrutmen hakim agung yang
diusulkan KY kepada DPR untuk mendapatkan persetujuan dan
selanjutnya ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden.

 BPK
Melalui perubahan konstitusi keberadaan BPK
diperkukuh, antara lain ditegaskan tentang kebebasan dan
kemandirian BPK, suatu hal yang mutlak ada untuk sebuah
lembaga negara yang melaksanakan tugas memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara. Hasil
kerja BPK diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD serta
ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan atauu badan sesuai
dengan UU. Untuk memperkuat jangkauan wilayah pemeriksaan,
BPK memiliki perwakilan di setiap Propinsi.
Wewenang BPK antara lain :
1. Berwenang mengawasi dan memeriksa pengelolaan
keuangan negara (APBN) dan daerah (APBD) serta
menyampaikan hasil pemeriksaan kepada DPR dan DPD
dan ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum.
2. Mengintegrasi peran BPKP sebagai instansi pengawas
internal departemen yang bersangkutan ke dalam BPK.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penulisan makalah ini telah menguraikan perubahan-perubahan mendasar sistem
ketatanegaraan, fungsi, tugas, dan wewenang lembaga Negara baik sebelum maupun
sesudah amandemen Undang-Undang Dasar tahun 1945. Tentu saja penerapan dan
pelaksanaan sebuah undang-undang dasar akan sangat dipengaruhi oleh situasi
perkembangan zaman, serta kedewasaan bernegara para pelaksananya. Adanya
semangat para penyelenggara negara yang benar-benar berjiwa kenegerawanan,
sangatlah mutlak diperlukan untuk mengatasi kekurangan dan kelemahan rumusan
sebuah undang-undang dasar. Tanpa itu, undang-undang dasar yang baik dan sempurna
pun, dapat diselewengkan ke arah yang berlawanan. Namun, apapun juga, amandemen
konstitusi itu telah terjadi, dan menjadi bagian sejarah perjalanan bangsa ke depan. Saya
hanya berharap, semoga perubahan itu membawa perjalanan bangsa dan negara kita ke
arah yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

http://nugraha07wiguna.blogspot.com/2011/10/makalah-tentang-fungsi-dan-tugas.html

http://www.to-sidrap.com/2011/03/perubahan-amandemen-dan-konstitusi.html

http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/03/lembaga-negara-pasca-amandemen-
1945.html

Anda mungkin juga menyukai