Anda di halaman 1dari 12

PANCASILA

Pancasila sebagai Dasar Negara dalam Sistem Ketatanegraan RI

KELAS B1

DOSEN PENGAJAR
I Gede Sutrisna Adhi.,SH.MH

Oleh :
KELOMPOK 4

Ni Kadek Riana Mustika Dewi (1707511085 / 04)


Gusti Ayu Ari Chintya Dewi (1707511088 / 07)
Kadek Dwi Mayana Putri (1707511091 / 10)
Putu Nanda Haribawani (1707511097 / 16)
Ni Luh Made Ariasih (1707511098 / 17)

UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
EKONOMI PEMBANGUNAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila merupakan landasan dan dasar negara Indonesia yang mengatur seluruh
struktur ketatanegaraan Republik Indonesia. Dalam pemerintahan Indonesia, masih
banyak bahkan sangat benyak anggota-anggotanya dan juga sistem pemerintahannya
yang tidak sesuai dengan nila-nilai yang ada dalam setiap sila Pancasila. Padahal jika
membahas negara dan ketatanegaraan Indonesia mengharuskan ingatan kita meninjau
dan memahami kembali sejarah perumusan dan penetapan Pancasila, Pembukaan UUD,
dan UUD 1945 oleh para pendiri dan pembentuk negara Republik Indonesia.
Dalam perumusan ketatanegaraan Indonesia tidak boleh melenceng dari nilai-nilai
Pancasila, pembentukan karakter bangsa dilihat dari sistem ketatanegaraan Indonesia
harus mencerminkan nilai-nilai dari ideologi bangsa yaitu Pancasila. Namun jika dalam
suatu pemerintahan terdapat banyak penyimpangan dan kesalahan yang merugikan
bangsa Indonesia, itu akan membuat sistem ketatanegaraan Indonesia berantakan dan
begitupun dengan bangsanya sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun beberapa rumusan masalah yang telah kami rangkum, diantaranya :
1. Apa saja lembaga-lembaga kenegaraan RI sebelum dan sesudah amandemen ?
2. Bagaimana implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan Negara dalam bidang
politik, ekonomi, social budaya, dan hankam ?

1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1. Mengetahui lembaga-lembaga kenegaraan RI sebelum dan sesudah amandemen ?
2. Bagaimana implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan Negara dalam bidang
politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Lembaga-lembaga Kenegaraan RI Sebelum dan Sesudah Amandemen


Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah kita ketahui adalah aturan tertinggi
atau landasan tata negara Indonesia. Undang-undang negara bersifat terbuka dan dapat
diubah sesuai dengan perkembangan zaman. Setidaknya telah empat kali Undang-
Undang Dasar 1945 mengalami perubahan atau amandemen pada periode tahun 1999-
2002. Amandemen Undang-Undang Dasar berpengaruh terhadap sistem ketatanegaraan
di Indonesia, dengan perubahan tersebut, berubah juga struktur kelembagaan negaranya.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai perbedaan struktur lembaga negara sebelum dan
sesudah amandemen.
Lembaga Negara Sebelum Amandemen diantaranya :
1. MPR
Sebelum amandemen, MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) merupakan lembaga
tertinggi negara yang diberikan kekuasaan tak terbatas. Pada saat itu MPR
memiliki wewenang untuk :
a. Membuat putusan yang tidak dapat ditentang oleh lembaga negara lain, termasuk
menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang pelaksanaaanya
dimandatkan kepada Presiden.
b. Mengangkat Presiden dan Wakil Presiden.
c. Meminta dan menilai pertanggungjawaban Presiden mengenai pelaksanaan
GBHN.
d. Memberhentikan presiden bila yang bersangkutan melanggar GBHN
e. Mengubah Undang-Undang Dasar.
f. Menetapkan pimpinan majelis yang dipilih dari dan oleh anggota MPR.
g. Memberikan keputusan terhadap anggota yang melanggar sumpah anggota MPR
h. Menetapkan peraturan tata tertib Majelis
2. DPR
DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) adalah lembaga perwakilan rakyat yang tidak dapat
dibubarkan oleh Presiden. Anggota DPR adalah Anggota Partai Politik peserta
pemilu yang dipilih oleh rakyat. DPR tidak bertanggung jawab terhadap Presiden.
Sebelum diadakannya amandemen, tugas dan wewenang DPR adalah:
a. Mengajukan rancangan undang-undang
b. Memberikan persetujuan atas Peraturan Perundang-undangan (Perpu)
c. Memberikan persetujuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
d. Meminta MPR untuk mengadakan sidang istimewa.
3. Presiden
Presiden adalah lembaga negara yang memiliki kekuasaan untuk menjalankan
pemerintahan. Di Indonesia, presiden menjabat sebagai kepala negara dan juga
kepala pemerintahan. Sebelum amandemen dilakukan Presiden diangkat oleh MPR
dan bertanggung jawab kepada MPR. Selain itu sebelum amandemen juga tidak
dijelaskan adanya aturan mengenai batasan periode jabatan seorang presiden dan
mekanisme yang jelas mengenai pemberhentian presiden dalam masa jabat. Selain itu
pada masa sebelum amandemen, Presiden memiliki hak prerogatif yang besar
Adapun wewenang Presiden antara lain:
a. Memegang posisi dominan sebagai mandatori MPR
b. Memegang kekuasaan eksekutif, kuasaan legislatif dan yudikatif.
c. Mengangkat dan memberhentikan anggota BPK
d. Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang dalam situasi yang
memaksa
e. Menetapkan Peraturan Pemerintah
f. Mengangkat dan memberhentikan meteri-menteri
4. Mahkamah Agung (MA)
Sebelum amandemen Undang-undang Dasar 1945, kekuasaan kehakiman dilakukan
hanya oleh mahkamah agung. Lembaga mahkamah agung bersifat mandiri dan tidak
boleh diintervensi atau dipengaruhi oleh cabang kekuasaan lainnya. Wewenang
sebelum amandemen :
a. Berwenang mengadili pada tingkat kasasi
b. Menguji peraturan perundang-undangan
c. Mengajukan tiga orang hakim konstitusi
d. Memberikan pertimbangan kepada presiden untuk memberikan grasi dan
rehabilitasi.
5. BPK (Badan Pemeriksaan Keuangan)
Sebelum amandemen tidak banyak dijelaskan menenai BPK. BPK bertugas untuk
memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara. Hasil dari pemeriksaan
keuangan tersebut kemudian dilaporkan kepada DPR.
6. DPA (Dewan Pertimbangan Agung)
DPA memiliki kewajiban untuk memberi jawaban terhadap pertanyaan Presiden.
DPA juga serta berhak untuk mengajukan usulan kepada pemerintah. Sama Seperti
BPK, UUD 1945 tidak banyak menjelaskan tentang DPA.

Struktur Lembaga Negara setelah Amandemen


1. MPR
Setelah amandemen, MPR adalah lembaga tinggi negara yang memiliki kedudukan
sejajar dengan lembaga tinggi lainnya. MPR juga kehilangan i wewenang untuk
memilih presiden dan wakilnya. Selain itu diatur juga mengenai sistem keanggotaan
MPR yaitu:
a. MPR terdiri atas Anggota DPR dan DPD .
b. Anggota MPR memiliki masa jabat selama 5 tahun.
c. Mengucapkan sumpah atau janji sebelum menjalankan amanat sebagai anggota
MPR

Tugas dan Wewenang MPR setelah amandemen:

a. Amandemen dan menetapkan Undang-Undang Dasar


b. Melantik Presiden dan wakil Presiden yang dipilih lewat Pemilu
c. Memutuskan usulan yang diajukan DPR berdasarkan keputusan MK dalam hal
pemberhentian presiden atau wakilnya

MPR diharuskan untuk bersidang paling tidak sekali dalam 5 tahun. Sidang MPR
dinyatakan sah apabila:

a. Untuk memberhentikan Presiden, harus didapat suara setidak dua pertiga dengan
minimum kehadiran anggota dalam sidang sebanyak tiga perempat dari total
jumlah anggota MPR.
b. Dalam mengamandemen dan menetapkan UUD, suara yang dicapai harus dua
pertiga dari total suara MPR
c. Selain sidang-sidang diatas, sekurang-kurangnya mendapatkan suara 50%+1 dari
jumlah anggota MPR.
2. DPR
Pasca dilakukannya perubahan terhadap UUD, DPR semakin diperkuat
keberadaannya. Kini DPR memiliki wewenang untuk membuat Undang-undang.
Wewenang ini sebelum amandemen dimiliki oleh Presiden.
Tugas, wewenang dan fungsi DPR setelah Amandemen:
a. Membentuk undang-undang bersama dengan presiden agar dicapai persetujuan
bersama
b. Membahas dan memberikan persetujuan atas peraturan pemerintan pengganti
undang-undang
c. Menerima dan membahas usulan RUU dari DPD mengenai bidang tertentu.
d. Menetapkan APBN bersama dengan Presiden dengan memperhatikan
pertimbangan DPD
e. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN serta kebijakan
pemerintah.
Hak-hak DPR
a. Hak Interpelasi, yaitu hak untuk meminta keterangan kepada pemerintah
b. Hak angket, merupakan hak untuk menyelidiki pelaksanaan UU dan kebijakan
yang dibuat pemerintah
c. Hak imunitas, yaitu hak kekebalan hukum. Anggota DPR tidak bisa dituntut
karena pernyataan atau pertanyaan yang dikemukakan dalam rapat DPR selama
hal tersebut tidak melanggar kode etik
d. Hak menyatakan pendapat, DPR berhak untuk berpendapat mengenai:
o Pelaksanaan hak angket dan hak interpelasi.
o Dugaan bahwa Presiden atau wakil persiden melakukan pelanggaran
hukum.
o Kebijakan yang diambil oleh pemerintah tentang kejadian luar biasa baik
di dalam maupun luar negeri.
3. Presiden
Setelah amandemen, kini rakyat dapat secara langsung memilih presidennya lewat
pemilihan umum. Presiden juga tidak perlu lagi bertanggung jawab kepada MPR
karena posisi antara MPR dan Presiden kini sama tinggi.
Wewenang Presiden yang berubah setelah amandemen antara lain:
1. Hakim agung dipilih oleh presiden berdasarkan pengajuan KY dan disetujui oleh
DPR.
2. Anggota BPK tidak lagi diangkat oleh Presiden, kini presiden hanya meresmikan
anggota BPK, yang dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD
Wewenang yang dimiliki oleh presiden setelah Amandemen diantaranya:
a. Memegang kekuasaan pemerintah menurut UUD
b. Memegang kekuasaan tertinggi atas AD, AL dan AU
c. Melakukan pembahasan dan pemberian persetujuan RUU bersama DPR
d. Mengesahkan RUU menjadi UU
e. Menetapkan Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang dalam sutuasi yang
memaksa
f. Menetapkan peraturan pemerintah
g. Mengangkat dan memberhentikan meteri-menteri
h. Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan persetujuan
DPR
i. Mengangkat duta dan konsul
j. Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan
DPR
k. Memberi grasi dan rehabilitasi berdasarkan pertimbangan MA
l. Memberi amnesti dan abolisi berdasar pertimbangan DPR
m. Menetapkan hakim agung yang dicalonkan KY dan disetujui DPR
n. Menetapkan hakim konstitusi yang calonnya diajukan oleh DPR dan MA
o. Mengangkat dan memberhentikan KY dengan persetujuan DPR.
4. DPD
DPD (Dewan Perwakilan Daerah) merupakan lembaga yang dibentuk setelah
amandemen. DPD merupakan langkah untuk mengakomodir kepentingan daerah di
tingkat nasional. Tugas dan wewenang DPD
1. Mengajukan RUU pada DPR yang berkaitan dengan otonomi daerah
2. Memberi pertimbangan tentang RUU perpajakan, pendidikan dan keagamaan.
5. BPK
BPK merupakan lembaga tinggi Negara yang memiliki wewenang untuk mengawas
serta memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, temuan BPK
dilaporkan kepada DPR dan DPD, kemudian ditindak oleh penegak hukum. BPK
berkantor di ibukota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi. DPR
memilih anggota BPK dengan pertimbangan DPD. Barulah setelah itu Anggota baru
diresmikan oleh Presiden.
6. DPA
Keberadaan DPA dihapuskan pada amandemen UUD 1945 yang ke 4
7. MA
MA merupakan lembaga negara yang memiliki kuasa untuk menyelenggarakan
peradilan bersama-sama dengan MK. MA membawahi badan peradilan dalam
wilayah Peradilan Umum, Peradilan militer, Peradilan Agama, dan Peradilan Tata
Usaha Negara (PTUN). Kewajiban dan wewenang MA
1. Memiliki fungsi yang berhubungan dengan kuasa kehakiman. Fugsi ini diatur
dalam UU
2. Berwenang mengadili di tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan
di bawah Undang-Undang.
3. Mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh Undang-Undang
4. Memberikan pertimbangan dalam hal Presiden memberi grasi dan rehabilitasi
5. Mengajukan anggota Hakim Konstitusi sebanyak 3 orang
8. MK (Mahkamah Konstitusi)
Keberadaan MK dimaksudkan sebagai penjaga kemurnian konstitusi. Bersama
dengan MA, MK menjadi lembaga tinggi negara yang memegang kuasa kehakiman.
Anggota Hakim Konstitusi ditetapkan oleh Presiden, sedang calonnya diusulkan oleh
MA, DPR dan pemerintah. MK Mempunyai kewenangan:
a. Menguji UU terhadap UUD
b. Memutuskan sengketa kewenangan antar lembaga negara
c. Memutuskan pembubaran partai politik
d. Memutuskan sengketa yang berhubungan dengann hasil pemilu
e. Memberikan putusan tentang dugaan pelanggaran oleh presiden atau wakilnya.
9. Komisi Yudisial (KY)
Komisi Yudisial berfungsi mengawasi perilaku hakim dan mengusulkan nama calon
Hakim Agung. KY merupakan lembaga negara yang bersifat mandiri. Anggota
Komisi Yudisial terdiri atas 7 orang yaitu, dua orang mantan hakim, dua orang
akademisi hukum, dua orang praktisi hukum, dan satu dari anggota masyarakat.
Anggota Komisi Yudisial memegang jabatan selama masa 5 (lima) tahun.
Wewenang dan tanggung jawa KY,
a. Mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc MA.
b. Menjaga dan menegakkan kehormatan, martabat, serta perilaku hakim.
c. Dengan MA, bersama menetapkan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim
(KEPPH)
d. Menegakkan KEPPH
2.2 Implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik,
ekonomi, sosial budaya dan hankam
Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pelaksanaan
atau penerapan. Artinya yang dilaksanakan dan diterapkan adalah kebijakan yang telah
dirancang/didesain untuk kemudian dijalankan sepenuhnya.
a. Dalam Bidang Poitik
Pembangunan dan pengembangan bidang politik harus mendasarkan pada dasar
ontologis manusia. Hal ini di dasarkan pada kenyataan objektif bahwa manusia adalah
sebagai subjek Negara, oleh karena itu kehidupan politik harus benar-benar
merealisasikan tujuan demi harkat dan martabat manusia.
Pengembangan politik Negara terutama dalam proses reformasi dewasa ini
harus mendasarkan pada moralitas sebagaimana tertuang dalam sila-sila pancasila
dam esensinya, sehingga praktek-praktek politik yang menghalalkan segala cara harus
segera diakhiri.
Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang
politik dituangkan dalam pasal 26, 27 ayat (1), dan pasal 28. Pasal-pasal tersebut
adalah penjabaran dari pokok-pokok pikiran kedaulatan rakyat dan kemanusiaan yang
adil dan beradap yang masing-masing merupakan pancaran dari sila ke-4 dan ke-2
pancasila. Kedua pokok pikiran ini adalah landasan bagi kehidupan nasional bidang
politik di Negara Republik Indonesia.
Berdasarkan penjabaran kedua pokok pikiran tersebut, maka pembuatan
kebijakan negara dalam bidang politik harus berdasar pada manusia yang merupakan
subyek pendukung pancasila, sebagai mana dikatakan oleh Noto Nagoro (1975:23)
bahwa yang berketuhanan, berkemanusiaan,berpersatuan, berkerakyatan, dan
berkeadilan adalah manusia. Manusia adalah subyek negara dan oleh karena itu
politik negara harus berdasar dan merealisasikan harkat dan martabat manusia di
dalamnya. Hal ini dimaksudkan agar sistem politik negara dapat menjamin hak-hak
asasi manusia.Dengan kata lain, pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik di
Indonesia harus memperhatikan rakyat yang merupakan pemegang kekuasaan atau
kedaulatan berada di tangan rakyat. Selain itu, sistem politik yang dikembangkan
adalah sistem yang memperhatikan pancasila sebagai dasar-dasar moral politik.
b. Dalam Bidang Ekonomi
Di dalam dunia ilmu ekonomi terdapat istilah yang kuat yang menang,
sehingga lazimnya pengembangan ekonomi mengarah pada persaingan bebas dan
jarang mementingkan moralitas kemanusiaan. Hal ini tidak sesuai dengan Pancasila
yang lebih tertuju kepada ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi yang humanistic yang
mendasarkan pada tujuan demi kesejahteraan rakyat secara luas (Mubyarto,1999).
Pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan saja melainkan demi
kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh masyarakat. Maka sistem ekonomi
Indonesia mendasarkan atas kekeluargaan seluruh bangsa.

Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang ekonomi


dituangkan dalam pasal 27 ayat (2), pasal 33 dan pasal 34. Pasal-pasal tersebut adalah
penjabaran dari pokok-pokok pikiran kedaulatan rakyat dan keadilan sosial yang
masing-masing merupakan pancaran dari sila ke 4 dan sila ke-5 pancasila. Kedua
pokok pikiran ini adalah landasan bagi pembangunan sistem ekonomi pancasila dan
kehidupan ekonomi nasional. Berdasarkan penjabaran pokok-pokok pikiran tersebut,
maka pembuatan kebijakan negara dalam bidang ekonomi di indonesia dimaksudkan
untuk menciptakan sistem perekonomian yang bertumpu pada kepentingan rakyat dan
berkeadilan. Salah satu pemikiran yang sesuai dengan maksud ini adalah gagasan
ekonomi kerakyatan yang dilontarkan oleh Mubyarto, sebagaimana dikutip oleh
Kaelan (2000:239), yaitu pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar
pertumbuhan, melankan demi kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh bangsa.
Dengan kata lain, pengembangan ekonomi tidak bisa di pisahkan dengan nilai-nilai
moral kemanusiaan.

c. Dalam Bidang Sosial Budaya


Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang
social budya dituangkan dalam pasal 29, pasal 31, dan pasal 32. Pasal-pasal tersebut
adalah penjabaran dari pokok-pokok pikiran Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradap, dan persatuan yang massing-masing merupakan
pancaran dari sila pertama, kedua, dan ke-tiga pancasila. Ketiga pokok pikiran ini
adalah landasan bagi pembangunan bidang kehidupan keagamaan, pendidikan, dan
kebudayaan nasional.
Berdasarkan penjabaran pokok-pokok pikiran tersebut, maka implementasi
pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang sosial budaya
mengandung pengertian bahwa nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat indonesia harus diwujudkan dalam ptoses pembangunan masyarakat dan
kebudayaan di indonesia. Dengan demikian, pancasila sebagai sumber nilai dapat
menjadi arh bagi kebijakan negara dalam mengembangkan krhidupan sosial budaya
indonesia yang beradab, sesuai dengan sila ke-2, kemanusiaan yang adil dan beradab.
Pengembangan sosial budaya harus dilakukan dengan mengangkat nilai-
nilaiyang dimliki bangsa indonesia, yaitu nilai-nilai pancassila. Hal ini tidak dapat
dilepaskan dari fungsi pancasila sebagai sebuah sistem etika yang keseluruhan
nilainya bersumber dari harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradap.

d. Dalam Bidang Pertahanan dan Keamanan


Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang
Pertahanan dan keamanan dituangkan dalam pasal 27 ayat (3) dan pasal 30. Pasal-
pasal tersebut merupakan penjabaran dari pokok pikiran persatuan yang merupakan
pancaran dari sila pertama pancasila. Pokok pikiran ini adalah landasan bagi
pembangunan bidang pertahanan dan keamanan nasional.
Berdasarkan penjabaran diatas, maka implementasi pancasila dalam
pembuatan kebijakan negara pada bidang pertahanan dan keamanan harus diawali
dengan kesadaran bahwa indonesia adalah negara hukum. Pertahanan dan keamanan
negara di atur dan dikembangkan menurut dasar kemanusiaan, bukan
kekuasaandengan kata lain, pertahanan dan keamanan indonesia berbasis pada
moralitas keamanan sehingga kebijakan yang terkait dengannya harus terhindar dari
pelanggaran hak-hak asasi manusia. Secara sistematis, pertahanan keamanan negara
harus berdasar pada tujuan tercapainya kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa (sila pertama dan kedua), berdasar pada tujuan untuk
mewujudkan kepentingan seluruh warga sebagai warga negara (sila ke tiga), harus
mampu menjamin hak-hak dasar, persamaan derajat serta kebebasan kemanusiaan
(sila keempat), dan ditujukan untuk mewujudkan keadilan dalam hidup masyarakat
(sila kelima). Semua ini dimaksudkan agar pertahanan dan keamanan dapat
ditempatkan dalam konteks negara hukum, yang menghindari kesewenang-wenangan
negara dalam melindungi dan membela wilayah negara dengan bangsa, serta dalam
mengayomi masyarakat.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem ketatanegaraan dengan berdasarkan pada nilai-nilai dan yang berhubungan
dengan Pancasila, dapat menjadikan karakter suatu bangsa memiliki moral yang sesuai
dengan yang tercermin dalam sila-sila Pancasila.
Negara Indonesia dan masyrakat Indonesia dengan ketatanegaraannya berdasar pada
Pancasila akan membawa dampak positif bagi terbentuknya bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai