KELAS B1
DOSEN PENGAJAR
I Gede Sutrisna Adhi.,SH.MH
Oleh :
KELOMPOK 4
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
EKONOMI PEMBANGUNAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1. Mengetahui lembaga-lembaga kenegaraan RI sebelum dan sesudah amandemen ?
2. Bagaimana implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan Negara dalam bidang
politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam.
BAB II
PEMBAHASAN
MPR diharuskan untuk bersidang paling tidak sekali dalam 5 tahun. Sidang MPR
dinyatakan sah apabila:
a. Untuk memberhentikan Presiden, harus didapat suara setidak dua pertiga dengan
minimum kehadiran anggota dalam sidang sebanyak tiga perempat dari total
jumlah anggota MPR.
b. Dalam mengamandemen dan menetapkan UUD, suara yang dicapai harus dua
pertiga dari total suara MPR
c. Selain sidang-sidang diatas, sekurang-kurangnya mendapatkan suara 50%+1 dari
jumlah anggota MPR.
2. DPR
Pasca dilakukannya perubahan terhadap UUD, DPR semakin diperkuat
keberadaannya. Kini DPR memiliki wewenang untuk membuat Undang-undang.
Wewenang ini sebelum amandemen dimiliki oleh Presiden.
Tugas, wewenang dan fungsi DPR setelah Amandemen:
a. Membentuk undang-undang bersama dengan presiden agar dicapai persetujuan
bersama
b. Membahas dan memberikan persetujuan atas peraturan pemerintan pengganti
undang-undang
c. Menerima dan membahas usulan RUU dari DPD mengenai bidang tertentu.
d. Menetapkan APBN bersama dengan Presiden dengan memperhatikan
pertimbangan DPD
e. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN serta kebijakan
pemerintah.
Hak-hak DPR
a. Hak Interpelasi, yaitu hak untuk meminta keterangan kepada pemerintah
b. Hak angket, merupakan hak untuk menyelidiki pelaksanaan UU dan kebijakan
yang dibuat pemerintah
c. Hak imunitas, yaitu hak kekebalan hukum. Anggota DPR tidak bisa dituntut
karena pernyataan atau pertanyaan yang dikemukakan dalam rapat DPR selama
hal tersebut tidak melanggar kode etik
d. Hak menyatakan pendapat, DPR berhak untuk berpendapat mengenai:
o Pelaksanaan hak angket dan hak interpelasi.
o Dugaan bahwa Presiden atau wakil persiden melakukan pelanggaran
hukum.
o Kebijakan yang diambil oleh pemerintah tentang kejadian luar biasa baik
di dalam maupun luar negeri.
3. Presiden
Setelah amandemen, kini rakyat dapat secara langsung memilih presidennya lewat
pemilihan umum. Presiden juga tidak perlu lagi bertanggung jawab kepada MPR
karena posisi antara MPR dan Presiden kini sama tinggi.
Wewenang Presiden yang berubah setelah amandemen antara lain:
1. Hakim agung dipilih oleh presiden berdasarkan pengajuan KY dan disetujui oleh
DPR.
2. Anggota BPK tidak lagi diangkat oleh Presiden, kini presiden hanya meresmikan
anggota BPK, yang dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD
Wewenang yang dimiliki oleh presiden setelah Amandemen diantaranya:
a. Memegang kekuasaan pemerintah menurut UUD
b. Memegang kekuasaan tertinggi atas AD, AL dan AU
c. Melakukan pembahasan dan pemberian persetujuan RUU bersama DPR
d. Mengesahkan RUU menjadi UU
e. Menetapkan Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang dalam sutuasi yang
memaksa
f. Menetapkan peraturan pemerintah
g. Mengangkat dan memberhentikan meteri-menteri
h. Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan persetujuan
DPR
i. Mengangkat duta dan konsul
j. Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan
DPR
k. Memberi grasi dan rehabilitasi berdasarkan pertimbangan MA
l. Memberi amnesti dan abolisi berdasar pertimbangan DPR
m. Menetapkan hakim agung yang dicalonkan KY dan disetujui DPR
n. Menetapkan hakim konstitusi yang calonnya diajukan oleh DPR dan MA
o. Mengangkat dan memberhentikan KY dengan persetujuan DPR.
4. DPD
DPD (Dewan Perwakilan Daerah) merupakan lembaga yang dibentuk setelah
amandemen. DPD merupakan langkah untuk mengakomodir kepentingan daerah di
tingkat nasional. Tugas dan wewenang DPD
1. Mengajukan RUU pada DPR yang berkaitan dengan otonomi daerah
2. Memberi pertimbangan tentang RUU perpajakan, pendidikan dan keagamaan.
5. BPK
BPK merupakan lembaga tinggi Negara yang memiliki wewenang untuk mengawas
serta memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, temuan BPK
dilaporkan kepada DPR dan DPD, kemudian ditindak oleh penegak hukum. BPK
berkantor di ibukota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi. DPR
memilih anggota BPK dengan pertimbangan DPD. Barulah setelah itu Anggota baru
diresmikan oleh Presiden.
6. DPA
Keberadaan DPA dihapuskan pada amandemen UUD 1945 yang ke 4
7. MA
MA merupakan lembaga negara yang memiliki kuasa untuk menyelenggarakan
peradilan bersama-sama dengan MK. MA membawahi badan peradilan dalam
wilayah Peradilan Umum, Peradilan militer, Peradilan Agama, dan Peradilan Tata
Usaha Negara (PTUN). Kewajiban dan wewenang MA
1. Memiliki fungsi yang berhubungan dengan kuasa kehakiman. Fugsi ini diatur
dalam UU
2. Berwenang mengadili di tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan
di bawah Undang-Undang.
3. Mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh Undang-Undang
4. Memberikan pertimbangan dalam hal Presiden memberi grasi dan rehabilitasi
5. Mengajukan anggota Hakim Konstitusi sebanyak 3 orang
8. MK (Mahkamah Konstitusi)
Keberadaan MK dimaksudkan sebagai penjaga kemurnian konstitusi. Bersama
dengan MA, MK menjadi lembaga tinggi negara yang memegang kuasa kehakiman.
Anggota Hakim Konstitusi ditetapkan oleh Presiden, sedang calonnya diusulkan oleh
MA, DPR dan pemerintah. MK Mempunyai kewenangan:
a. Menguji UU terhadap UUD
b. Memutuskan sengketa kewenangan antar lembaga negara
c. Memutuskan pembubaran partai politik
d. Memutuskan sengketa yang berhubungan dengann hasil pemilu
e. Memberikan putusan tentang dugaan pelanggaran oleh presiden atau wakilnya.
9. Komisi Yudisial (KY)
Komisi Yudisial berfungsi mengawasi perilaku hakim dan mengusulkan nama calon
Hakim Agung. KY merupakan lembaga negara yang bersifat mandiri. Anggota
Komisi Yudisial terdiri atas 7 orang yaitu, dua orang mantan hakim, dua orang
akademisi hukum, dua orang praktisi hukum, dan satu dari anggota masyarakat.
Anggota Komisi Yudisial memegang jabatan selama masa 5 (lima) tahun.
Wewenang dan tanggung jawa KY,
a. Mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc MA.
b. Menjaga dan menegakkan kehormatan, martabat, serta perilaku hakim.
c. Dengan MA, bersama menetapkan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim
(KEPPH)
d. Menegakkan KEPPH
2.2 Implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik,
ekonomi, sosial budaya dan hankam
Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pelaksanaan
atau penerapan. Artinya yang dilaksanakan dan diterapkan adalah kebijakan yang telah
dirancang/didesain untuk kemudian dijalankan sepenuhnya.
a. Dalam Bidang Poitik
Pembangunan dan pengembangan bidang politik harus mendasarkan pada dasar
ontologis manusia. Hal ini di dasarkan pada kenyataan objektif bahwa manusia adalah
sebagai subjek Negara, oleh karena itu kehidupan politik harus benar-benar
merealisasikan tujuan demi harkat dan martabat manusia.
Pengembangan politik Negara terutama dalam proses reformasi dewasa ini
harus mendasarkan pada moralitas sebagaimana tertuang dalam sila-sila pancasila
dam esensinya, sehingga praktek-praktek politik yang menghalalkan segala cara harus
segera diakhiri.
Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang
politik dituangkan dalam pasal 26, 27 ayat (1), dan pasal 28. Pasal-pasal tersebut
adalah penjabaran dari pokok-pokok pikiran kedaulatan rakyat dan kemanusiaan yang
adil dan beradap yang masing-masing merupakan pancaran dari sila ke-4 dan ke-2
pancasila. Kedua pokok pikiran ini adalah landasan bagi kehidupan nasional bidang
politik di Negara Republik Indonesia.
Berdasarkan penjabaran kedua pokok pikiran tersebut, maka pembuatan
kebijakan negara dalam bidang politik harus berdasar pada manusia yang merupakan
subyek pendukung pancasila, sebagai mana dikatakan oleh Noto Nagoro (1975:23)
bahwa yang berketuhanan, berkemanusiaan,berpersatuan, berkerakyatan, dan
berkeadilan adalah manusia. Manusia adalah subyek negara dan oleh karena itu
politik negara harus berdasar dan merealisasikan harkat dan martabat manusia di
dalamnya. Hal ini dimaksudkan agar sistem politik negara dapat menjamin hak-hak
asasi manusia.Dengan kata lain, pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik di
Indonesia harus memperhatikan rakyat yang merupakan pemegang kekuasaan atau
kedaulatan berada di tangan rakyat. Selain itu, sistem politik yang dikembangkan
adalah sistem yang memperhatikan pancasila sebagai dasar-dasar moral politik.
b. Dalam Bidang Ekonomi
Di dalam dunia ilmu ekonomi terdapat istilah yang kuat yang menang,
sehingga lazimnya pengembangan ekonomi mengarah pada persaingan bebas dan
jarang mementingkan moralitas kemanusiaan. Hal ini tidak sesuai dengan Pancasila
yang lebih tertuju kepada ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi yang humanistic yang
mendasarkan pada tujuan demi kesejahteraan rakyat secara luas (Mubyarto,1999).
Pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan saja melainkan demi
kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh masyarakat. Maka sistem ekonomi
Indonesia mendasarkan atas kekeluargaan seluruh bangsa.
3.1 Kesimpulan
Sistem ketatanegaraan dengan berdasarkan pada nilai-nilai dan yang berhubungan
dengan Pancasila, dapat menjadikan karakter suatu bangsa memiliki moral yang sesuai
dengan yang tercermin dalam sila-sila Pancasila.
Negara Indonesia dan masyrakat Indonesia dengan ketatanegaraannya berdasar pada
Pancasila akan membawa dampak positif bagi terbentuknya bangsa Indonesia.