BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Terdapat tiga fungsi kekuasaan yang dikenal secara klasik
dalam teori hukum maupun politik yang kemudian disebut
dengan Trias Politica Baron de Montesquieu (1689-1785)
mengidealkan
ketiga
fungsi
kelembagaan
negara
itu
(amandemen) UUD.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, kita dapat merumuskan
permasalahan yaitu apa saja perubahan-perubahan yang terjadi
pada lembaga-lembaga penyelenggara negara setelah perubahan
(amandemen) UUD .
1.3
Manfaat
Dengan dibuatnya makalah ini kita dapat mengambil
beberapa manfaat yaitu :
Kita bisa lebih memahami bagaimana perubahan yang terjadi
pada lembaga-lembaga penyelenggara negara seteh perubahan
UUD.
Kita bisa lebih memahami dan mengetahui tugas, wewenang,
dan fungsi dari lembaga-lembaga penyelenggara negara
tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
LEMBAGA LEGISLATIF
2.1.1 Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) adalah lembaga
legislatif bikameral yang merupakan salah satu lembaga tinggi
negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Sebelum
Reformasi, MPR merupakan lembaga tertinggi negara. MPR
bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibukota negara.1
[1]
MPR adalah majelis yang merupakan penjelmaan dari
seluruh
rakyat
Indonesia. Karena merupakan sebuah majelis, maka kekuasaan
MPR, kewenangan-kewenangan MPR baru muncul ketika
semua anggota-anggotanya berkumpul dan bersidang (dalam
majelis). Menurut UUD 1945 hasil amandemen, anggota MPR
terdiri seluruh anggota DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) dan
DPD (Dewan Perwakilan Daerah) yang dipilih rakyat melalui
Pemilu. Ketentuan tentang keanggotaan MPR ini diatur dalam
UU No. 23 Tahun 2003 tentang susunan dan kedudukan
MPR, DPR, DPD.2[2]
undangan.
Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan
menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4[4] Roni. 2009. Pendidikan kewarganegaraan, hal. 5
Presiden
Sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Anggota MPR untuk
c.
sidang lainnya.
Putusan MPR sah apabila disetujui:
1) Sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Anggota MPR yang hadir
untuk memutus usul DPR untuk memberhentikan
Presiden/Wakil Presiden
2) Sekurang-kurangnya 50%+1 dari seluruh jumlah Anggota MPR
untuk memutus perkara lainnya. Sebelum mengambil putusan
dengan suara yang terbanyak, terlebih dahulu diupayakan
pengambilan putusan dengan musyawarah untuk mencapai hasil
yang mufakat.5
2.1.2 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT (DPR)
Lembaga ini disebut perlemen karena kata parle berarti
bicara, artinya mereka harus menyuarakan hati nurani rakyat,
artinya setelah mengartikulasikan dan mengagregasikan
kepentingan rakyat, mereka harus membicarakan dalam sidang
parlemen kepada pemerintah yang berkuasa. Oleh karena itu
DPR dibentuk di pusat untuk mengkritisi pemerintah pusat,
dibentuk di daerah untuk mengkritisi pemerintah daerah baik
provinsi maupun kabupaten sesuai dengan tingkatannya.
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia atau
sering disebut Dewan Perwakilan Rakyat (DPR-RI atau DPR)
5
mendapat
persetujuan
bersama.
Fungsi
legislasi
g.
h.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Hak protokoler
Hak keuangan serta administrasi
Kewajiban anggota DPR
Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila
Melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 dan menaati peraturan perundangundangan
Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi,
kelompok, dan golongan
Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat
Menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan negara
Menaati tata tertib dan kode etik
Menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan
lembaga lain
Menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui
kunjungan kerja secara berkala
Menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan
masyarakat
Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis
kepada konstituen di daerah pemilihannya
anggaran,
pengawasan.
Untuk
dengar
Pimpinan
menyimpulkan
DPR
bertugas
persoalan
yang
memimpin
dibicarakan,
rapat
untuk
menentukan
No
1
2
Komisi
3
4
5
I
II
Membidangi Masalah
Pertahanan, Luar Negeri dan Informasi
Pemerintahan dalam negeri, Otonomi
III
IV
VI
VII
BUMN
Ristek, Energi sumber daya mineral dan
VIII
lingkungan hidup
Agama, Pemberdayaan perempuan dan
IX
social
Kependudukan kesehatan, Tenaga kerja
dan Transmigrasi
Pendidikan, Pemuda, Olahraga, Pariwisata,
XI
10
11
nasional,
Perbankan,
dan
Lembaga
2.1.3
a.
b.
c.
d.
Pimpinan
Komite
Badan kehormatan
Panitia-panitia yang diperlukan
A.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
B.
D.
oleh
DPR. Apabila
DPR
berpendapat
dapat
bahwa
dapat
mengajukan
permintaan
kepada
Mahkamah
mengajukan
tuntutan
tersebut
kepada
Mahkamah
Mahkamah
Konstitusi
RI
dapat
menyatakan
LEMBAGA YUDIKATIF
MAHKAMAH AGUNG (MA)
Mahkamah Agung (MA) adalah lembaga tinggi negara
dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan
pemegang
kekuasaan
kehakiman
bersama-sama
dengan
Hakim Agung
Pada Mahkamah Agung terdapat hakim agung sebanyak
maksimal 60 orang. Hakim agung dapat berasal dari sistem
karier atau sistem non karier.
Calon hakim agung diusulkan oleh Komisi Yudisial kepada
Dewan
Perwakilan
persetujuan
dan
Rakyat,
ditetapkan
untuk
sebagai
kemudian
hakim
mendapat
agung
oleh
2.
3.
wewenang MA adalah:
Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan
perundang-undangan di bawah Undang-Undang, dan
mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh UndangUndang
Mengajukan 3 orang anggota Hakim Konstitusi
Memberikan pertimbangan dalam hal Presiden memberikan
grasi dan rehabilitasi11[12]
10
11[12] UUD 1945 dan Perubahannya, hal. 13
2.3.2
MAHKAMAH KONSTITUSI
Mahkamah Konstitusi (MK) adalah lembaga tinggi
negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan
pemegang
kekuasaan
kehakiman
Mahkamah Agung.12[13]
12[13] http://www.wikipedia.co.id
bersama-sama
dengan
A.
Mahkamah
Konstitusi
adalah
suatu
lembaga
tertentu
yang
menjadi
kewenangannya
3)
4)
Presiden
dan/atau
Wakil
Presiden
sebagaimana
C.
Hakim Konstitusi
Mahkamah Konstitusi mempunyai 9 Hakim Konstitusi
yang ditetapkan oleh Presiden. Hakim Konstitusi diajukan
masing-masing 3 orang oleh Mahkamah Agung, 3 orang oleh
Dewan Perwakilan Rakyat, dan 3 orang oleh Presiden. Masa
jabatan Hakim Konstitusi adalah 5 tahun, dan dapat dipilih
kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya.
2.3.3
KOMISI YUDISIAL
Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang dibentuk
berdasarkan UU no. 22 tahun 2004 yang berfungsi mengawasi
perilaku hakim dan mengusulkan nama calon hakim agung.13
[14]
B.
hakim.
C. Tugas Komisi Yudisial
1. Mengusulkan Pengangkatan Hakim Agung Komisi Yudisial
2.
a.
b.
c.
mempunyai tugas:
a. Melakukan pendaftaran calon Hakim Agung;
b. Melakukan seleksi terhadap calon Hakim Agung;
c. Menetapkan calon Hakim Agung; dan
d. Mengajukan calon Hakim Agung ke DPR.
Menjaga dan Menegakkan Kehormatan, Keluhuran Martabat
Serta Perilaku Hakim Komisi Yudisial mempunyai tugas:
Menerima laporan pengaduan masyarakat tentang perilaku
hakim,
Melakukan pemeriksaan terhadap dugaan pelanggaran perilaku
hakim, dan
Membuat laporan hasil pemeriksaan berupa rekomendasi yang
disampaikan kepada Mahkamah Agung dan tindasannya
disampaikan kepada Presiden dan DPR.
2.4
2.4.1
LEMBAGA EKSAMINATIF
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah lembaga negara
dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang memiliki
wewenang memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara. Menurut UUD 1945, BPK merupakan
lembaga yang bebas dan mandiri. Anggota BPK dipilih oleh
Dewan
Perwakilan
Rakyat
dengan
memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah, dan diresmikan oleh
Presiden. Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan
kepada DPR, DPD, dan DPRD (sesuai dengan kewenangannya).
Tujuan BPK
Mewujudkan BPK sebagai lembaga pemeriksa keuangan negara
yang independen dan professional;
Memenuhi semua kebutuhan dan harapan pemilik kepentingan;
3.
7.
Anggota BPK
Keanggotaan BPK terdiri dari 9 (sembilan) orang
anggota, yang keanggotaannya diresmikan dengan Keputusan
Presiden dengan susunan terdiri atas seorang Ketua merangkap
anggota, seorang Wakil Ketua merangkap anggota, dan 7 (tujuh)
orang anggota untuk masa jabatan selama 5 (lima) tahun.14[15]
BAB III
PENUTUP
3.1SIMPULAN
Lembaga-lembaga penyelenggara merupakan faktor
penentu
keberhasilan
suatu
Negara
Indonesia
dalam
setelah