Anda di halaman 1dari 6

TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA

NEGARA INDONESIA SEBELUM DAN


SESUDAH AMANDEMEN UUD 1945
13 November 2014 by yolandoank

A. SEBELUM AMANDEMEN

Kelembagaan Negara Berdasarkan UUD 1945


1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
2. Presiden dan Wakil Presiden
3. Dewan Pertimbangan Agung (DPA)
4. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
5. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
6. Mahkamah Agung (MA)

Sedangkan setelah amandemen, Lembaga Negara ada 8.


Karena sebelumnya, MPR yang merupakan lembaga tertinggi, akan tetapi setelah
amandemen semua lembaga negara kedudukannya setara.

Tugas dan Wewenang MPR Sebelum Perubahan UUD 1945 ada didalam pasal 3 dan pasal 6
UUD 1945 serta pasal 3 Ketetapan MPR No. 1/MPR/ 1983, dan dinyatakan sebagai berikut:

 menetapkan Undang Undang Dasar


 menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara.
 memilih (dan mengangkat) presiden dan wakil Presiden.

1. MPR
– Sebagai Lembaga Tertinggi Negara diberi kekuasaan tak terbatas (super power) karena
“kekuasaan ada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR” dan MPR adalah
“penjelmaan dari seluruh rakyat yang berwenang:
menetapkan UUD, menetapkan GBHN, mengangkat presiden dan wakil presiden.
– Susunan keanggotaannya terdiri dari anggota DPR dan utusan daerah serta utusan golongan
yang diangkat.
Dalam praktek ketatanegaraan, MPR pernah menetapkan antara lain:
– Presiden, sebagai presiden seumur hidup.
– Presiden yang dipilih secara terus menerus sampai 7 (tujuh) kali berturut turut.
– Memberhentikan sebagai pejabat presiden.
– Meminta presiden untuk mundur dari jabatannya.
– Tidak memperpanjang masa jabatan sebagai presiden.
– Lembaga Negara yang paling mungkin menandingi MPR adalah Presiden, yaitu dnga
memanfaatkan kekuatan partai politik yang paling banyak menduduki kursi di MPR.

2. PRESIDEN / WAPRES
– Presiden memegang posisi sentral dan dominan sebagai mandataris MPR, meskipun
kedudukannya tidak “neben” akan tetapi “untergeordnet”.
– Presiden menjalankan kekuasaan pemerintahan negara tertinggi (consentration of power
and responsiblity upon the president).
– Presiden selain memegang kekuasaan eksekutif (executive power), juga memegang
kekuasaan legislative (legislative power) dan kekuasaan yudikatif (judicative power).
– Presiden mempunyai hak prerogatif yang sangat besar.
– Tidak ada aturan mengenai batasan periode seseorang dapat menjabat sebagai presiden
serta mekanisme pemberhentian presiden dalam masa jabatannya.

3. DPR
– Memberikan persetujuan atas RUU yang diusulkan presiden.
– Memberikan persetujuan atas PERPU.
– Memberikan persetujuan atas Anggaran.
– Meminta MPR untuk mengadakan sidang istimewa guna meminta pertanggungjawaban
presiden.

4. DPA DAN BPK


* Di samping itu, UUD 1945 tidak banyak mengintrodusir lembaga-lembaga negara lain
seperti DPA dan BPK dengan memberikan kewenangan yang sangat minim.
5. MA
* Merupakan lembaga tinggi Negara dari peradilan Tata Usaha Negara,PN,PA,dan PM.

B. SESUDAH AMANDEMEN

1. MPR

Wewenang MPR berdasarkan Pasal 3 dan Pasal 8 ayat (2) dan ayat (3) UUD Tahun 1945
adalah:

1. mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar;


2. melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden;
3. memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut
Undang-Undang Dasar;
4. memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diusulkan oleh Presiden apabila terjadi
kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatannya;
5. memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan
dalam masa jabatannya, dari dua pasangan calon Presiden dan calon Wakil Presiden
yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan calon
Presiden dan calon Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua
dalam pemilihan umum sebelumnya, sampai berakhir masa jabatannya.

2. DPR

DPR adalah lembaga negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan
lembaga perwakilan rakyat dan memegang kekuasaan membentuk UU. DPR mempunyai
fungsi legislasi anggaran, dan pengawasan. Diantara tugas dan wewenang DPR adalah ;

1. Membentuk UU yang dibahas dengan presiden untuk mendapat persetujuan bersama.


2. Membahas dan memberikan persetujuan peraturan pemerintah pengganti UU.
3. Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang berkaitan dengan
bidang tertentu dan menginstruksikannya dalam pembahasan.
4. Menetapkan APBN bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD
5. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN, serta kebijakan
pemerintah.
6. Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban
keuanagan negara yang disampaikan oleh BPK.
7. Memberikan persetujuan kepada presiden untuk menyatakan perang, membuat
perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain.
8. Menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi rakyat.

Dalam menjalankan fungsinya, anggota DPR memiliki hak interpelasi, yakni hak meminta
keterangan kepada pemerintah mengenai kebijakan pemerintah yang berdampak kepada
kehidupan bermasyarakat da bernegara. Dan DPR juga memilik hak angket, yakni melakukan
penyelidikan terhadap kebijakan pemerintah yang diduga bertentangan dengan peraturan
perundang undangan. Dan menyatakan pendapat diluar institusi, anggota DPR juga
memilikimhak mengajukan RUU, mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan
pendapat, membela diri, hak imunitas, serta hak protokoler.

3. DPD (Dewan Perwakilan Daerah

DPD (Dewan Perwakilan Daerah) merupakan lembaga yang baru dalam sistem
ketatanegaraan RI. Sebelumnya lembaga ini tidak ada. Setelah UUD 1945 mengalami
amandemen lembaga ini tercantum, yakni dalam Bab VII pasal 22C dan pasal 22D.
Anggota DPD ada dalam setiap provinsi, dipilih langsung oleh rakyat melalui Pemilu (lihat
kembali Bab Pemilu). Anggota DPD ini bukan berasal dari partai politik, melainkan dari
organisasi-organisasi kemasyarakatan.

Menurut pasal 22 D UUD 1945, DPD memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut.

1. Mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR yang berkaitan dengan


otonomidaerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran, serta
penggabungan
2. daerah, pengelolaan sumber daya alam atau sumber ekonomi lainnya, juga yang
berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat daerah.
3. Memberi pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang APBN dan
rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.
4. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan mengenai hal-hal di atas tadi, serta
menyampaikan hasil pengawasannya kepada DPR untuk ditindaklanjuti. DPD ini
bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.

4. Presiden

Masa jabatan Presiden (juga Wakil Presiden) adalah lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih
kembali untuk jabatan yang sama dalam satu masa jabatan saja (pasal 7 UUD 1945 hasil
amendemen).
Kedudukan presiden meliputi dua macam, yakni:

a. Presiden sebagai Kepala Negara

Sebagai kepala negara, Presiden mempunyai wewenang dan kekuasaan sebagai berikut.

1. Memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan
Udara (pasal 10 UUD 1945).
2. Menyatakan perang, membuat perjanjian dan perdamaian dengan negara lain dengan
persetujuan DPR (pasal 11 UUD 1945).
3. Menyatakan negara dalam keadaan bahaya (pasal 12 UUD 1945).
4. Mengangkat duta dan konsul.
5. Memberi grasi, amnesti, dan rehabilitasi.
6. Memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan.

b. Presiden sebagai Kepala Pemerintahan.

Sebagai kepala pemerintahan Presiden mempunyai wewenang dan kekuasaan sebagai berikut.

1. Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD.


2. Mengajukan RUU (Rancangan Undang-Undang) kepada DPR.
3. Menetapkan PP (Peraturan Pemerintah) untuk menjalankan undang-undang.
4. Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri.

5. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Sesuai dengan fungsinya sebagai badan pemeriksa keuangan, BPK pada pokoknya lebih
dekat menjalankan fungsi parlemen, karena itu hubungan kerja BPK dan parlemen sangatlah
erat.  Bahkan BPK bisa dikatakan mitra kerja yang erat bagi DPR, terutama dalam
mengawasi kinerja pemerintahan yang berkenaan dengan soal keuangan, dan kekayaan
negara. BPK adalah lembaga negara yanag mempunyai wewenang memeriksa pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara. Menurut UUD 1945, BPK merupakan lembaga yang
bebas dan mandiri. BPK mempunyai tugas dan wewenang yang sangat strategis, karena
menyangkut aspek yang berkaitan dengan sumber dan penggunaan anggaran serata keuangan
negara yaitu :

1. Memeriksa tanggung jawab keuangan negara dan memberitahukan hasil pemeriksaan


kepada DPR, DPRD, dan DPD.
2. Memeriksa semua pelaksanaan APBN.
3. Memeriksa tanggung jawab pemerintah tentang keuangan negara.

Dari tugas dan wewenang tersebut, BPK mempunyai tiga fungsi pokok, yakni :

1. Fungsi Operatif : yaitu melakukan pemeriksaan , pengawasan, dan penelitian atas


penguasaan dan pengurusan keuanga negara.
2. Fungsi Yudikatif : yaitu melakukan tuntutan perbendeharaan dan tuntutan ganti rugi
terhadap pegawai negeri yang perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan
kewajibannya, serta menimbulkan kerugian bagi negara.
3. Fungsi Rekomendatif : yaitu memberikan pertimbangan kepada pemerintah tentang
pengurusan keuangan negara.

6. Mahkamah Agung
Perubahan ketentuan yang mengatur tentang tugas dan wewenang Mahkamah Agung dalam
Undang-Undang Dasar dilakukan atas pertimbangan untuk memberikan jaminan
konstitusional yang lebih kuat terhadap kewenangan dan kinerja MA. Sesuai dengan
ketentuan Pasal 24A ayat (1), MA mempunyai tugas dan wewenang:

1. mengadili pada tingkat kasasi;


2. menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-
undang
3. wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang.

7. Mahkamah Konstitusi
Keberadaanya dimaksudkan sebagai penjaga kemurnian konstitusi (the guardian of the
constitution). Perubahan UUD 1945 juga melahirkan sebuah lembaga negara baru di bidang
kekuasaan kehakiman, yaitu Mahkamah Konstitusi dengan wewenang sebagai berikut:

1. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar;


2. memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
Undang-Undang Dasar;
3. memutus pembubaran partai politik;
4. memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

Lembaga ini merupakan bagian kekuasaan kehakiman yang mempunyai peranan penting
dalam usaha menegakkan konstitusi dan prinsip negara hukum sesuai dengan tugas dan
kewenangannya sebagaimana yang ditentukan dalam UUD 1945. Pembentukan Mahkamah
Konstitusi adalah sejalan dengan dianutnya paham negara hukum dalam UUD
1945. Dalam negara hukum harus dijaga paham konstitusional.Artinya, tidak boleh ada
undang-undang dan peraturan perundang-undangan lainnya yang bertentangan dengan
Undang-Undang Dasar.

Hal itu sesuai dengan penegasan bahwa Undang-Undang Dasar sebagai puncak dalam tata
urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia. Pengujian undang-undang terhadap UUD
1945 membutuhkan sebuah mahkamah dalam rangka menjaga prinsip konstitusionalitas
hukum. Hakim Konstitusi terdiri dari 9 orang yang diajukan masing-masing oleh
Mahkamah Agung, DPR dan pemerintah dan ditetapkan oleh Presiden, sehingga
mencerminkan perwakilan dari 3 cabang kekuasaan negara yaitu yudikatif, legislatif, dan
eksekutif.

8. Komisi Yudisial (KY)

Komisi Yudisial (KY) adalah lembaga negara yang bersifat mandiri  dan dalam pelaksanaan
wewenangnya bebas dari campur tangan atau pengaruh kekuasaan lainnnya. Dibentuknya
komisi yudisial dalam struktur kehakiman di Indonesia, dalah agar warga masyarakat diluar
lembaga struktur resmi lembaga parlemen dapat dilibatkan  dalam proses pengangkatan ,
penilaian kinerja, dan kemungkinan pemberhentian hakim. Hal ini dimaksudkan untuk
menjaga dan menegakkan kehormatan , keluhuran martabat, serta prilaku hakim dalam
rangka mewujudkan kebenaran dan keadilan berdasarkan ketuhanan yang maha esa. Dalam
menjalankan tugasnya komisi yudisial melakukan pengawasan terhadap :

1. Hakim Agung dan Mahkamah Agung.


2. Hakim pada badan peradilan disemua lingkungan peradilan yang berada dibawah
mahkamah agung, seperti peradilan umum,agama, militer, dan badan peradilan
lainnya.
3. Hakim Mahkamah Konstitusi.
Sarekat Islam (SI) atau yang sebelumnya bernama Sarekat Dagang Islam (SDI) merupakan
salah satu organisasi yang pertama kali lahir di Indonesia. Organisasi ini telah memiliki
cukup banyak massa dan mengalami perkembangan pesat semasa masih berlangsung. Sarekat
Dagang Islam didirikan oleh seorang tokoh besar H. Samanhudi pada 1911 silam. Latar
Belakang Pendirian latar belakang didirikannya SDI tahun 1911 oleh H. Samanhudi di Solo
adalah karena adanya keinginan untuk memajukan kepentingan ekonomi para pedagang
Islam di Indonesia. Pada saat itu para pedagang keturunan Tionghoa telah lebih dulu maju
usahanya dibandingkan milik pribumi. Sehingga para pedagang Tionghoa memiliki status
yang lebih tinggi dari penduduk Hindia Belanda lainnya.  Di bawah pimpinan Haji
Samanhudi, SDI berkembang pesat dan menjadi organisasi paling berpengaruh pada waktu
itu

Pada 1912, di Surabaya, H.O.S. Tjokroaminoto juga mendirikan organisasi yang sama.
Tjokroaminoto masuk ke organisasi Sarekat Islam bersama dengan Hasan Ali Suharti. 
Tjokroaminoto kemudian diberikan kepercayaan menjadi pemimpin baru dari Sarekat
Dagang Islam, ia pun mengubah nama organisasi tersebut menjadi Sarekat Islam. 
Perkembangan  Sarekat Islam didirikan dengan tujuan untuk menggalang kerjasama di antara
para pedagang Islam demi memajukan perdagangan mereka dan mampu menyaingi para
pedagang asal China.  Sarekat Islam menjadi organisasi ternama yang identik dengan gerakan
nasionalis, demokratis, religius serta ekonomis. Hanya dalam waktu singkat, Sarekat Islam
dapat berkembang hingga menyebar ke seluruh lapisan masyarakat.  Perkembangannya tidak
terbatas di Pulau Jawa saja. Sarekat Islam dimaksudkan untuk membela kepentingan
pedagang-pedagang Indonesia dari ancaman para pedangang China.  Pada proses
pelaksanaannya pun tidak terlihat adanya gerakan politik yang terjadi. Sarekat Islam
memperjuangakan hak-hak sesungguhnya yang ada di bidang politik.  Sarekat Islam
memperjuangkan keadilan tanpa menyerah serta menekan adanya penindasan yang dilakukan
oleh pemerintah Belanda. Kehadiran Sarekat Islam di antara para masyarakat juga sudah
sangat dinantikan, karena mereka membutuhkan wadah untuk menyalurkan aspirasi rakyat
Indonesia.  Pada Januari 1913, di Surabaya, Sarekat Islam menegaskan bahwa organisasi ini
bukanlah sebuah partai politik. Sarekat Islam terbuka untuk bangsa Indonesia. Namun, untuk
menjaga agar Sarekat Islam tetap menjadi organisasi rakyat, dilakukan pembatasan terhadap
masuknya pegawai negeri sebagai anggota. 

Anda mungkin juga menyukai