Anda di halaman 1dari 21

LEMBAGA NEGARA INDONESIA

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“Hukum Tata Negara”

Dosen Pengampu:
Umarwan Sutopo,Lc, M.H.I
Disusun oleh:
Salsa Luthfia Hani 101220183
Ro’is Fachruddin 101220179
Friska saputra 101220079
JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO
TAHUN PELAJARAN 2023/2024

1
BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Lembaga-lembaga Negara merupakan pembagian tugas-tugas kepada pemerintah
yang berkuasa, dimana yang memrintah tidak hanya satu dua orang tetapi terdiri dari
beberapa lembaga, organisasi dan sebagainya. Pada pemerintahan pusat terbagi tiga yaitu
legislatif, eksekutif dan yudikatif, yang memiliki tugas yang berbeda-beda dan terpisah
satu sama lainnya, baik mengenai tugas maupun mengenai alat perlengkapan yang
melakukan.
Sistem ketatanegaraan Indonesia telah mengalami perubahan setelah adanya
amandemen UUD 1945 yang dilakukan MPR pasca-Orde Baru. Perubahan tersebut
dilatarbelakangi adanya kehendak untuk membangun pemerintahan yang demokratis dan
seimbang diantara cabang-cabang kekuasaan, mewujudkan supremasi hukum dan
keadilan, serta menjamin dan melindungi hak asasi manusia.
Pada lembaga legislatif terdiri dari tiga lembaga yaitu MPR, DPR dan DPD,
yang memiliki tugas dan wewenang yang berbeda-beda. Eksekutif mempunyai tugas
utama yaitu menjalankan undang-undang. Sedangkan yudikatif memiliki tiga lembaga
yaitu MA, MK dan KY. MPR merupakan pemegang kekuasaan tertinggi atau pemegang
kedaulatan rakyat. Pada hukum tata negara terdapat kaidah-kaidah yang mendelegasi
kekuasaan dari pembuat UUD pada pembuat UU, dari organ yang tertinggi kepada organ
yang lebih rendah untuk membuat aturan-aturan yang berlaku.
Lembaga-lembaga ini dibuat untuk memberikan tugas dan wewenang dan untuk
membatasi kekuasaan yang dimiliki oleh setiap lembaga.Apabila suatu lembaga tidak
melakukan tugasnya dengan baik, maka diberikan sanksi sampai diberhentikan.
b. Rumusan Masalah
1. Apa itu lembaga-negara?
2. Bagaimana lembaga negara sebelum dan sesudah perubahan UUD 45?
3. Apa itu MPR,Presiden dan Warpres,DPR,DPD,MA,MK,BPK,KY?
4. Bagaimana hubungan antar negara?
c. Tujuan masalah
1. Mengetahui pengertian lembaga negara
2. Mengetahui lembaga negara sebelum dan sesuadah perubahan UUD 45

2
3. Mengetahui arti MPR,Presiden dan Warpres,DPR,DPD,MA,MK,BPK,KY
4. Mengetahui Hubungan antar negara

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian lembaga negara


Dalam kamus besar KBBI, kata “lembaga” antara lain adalah sebagai asal mula
atau bakal atau organisasi yang bertujuan melakukan penyelidikan keilmuan atau
melakukan suatu maha, atau pola perilaku yang mapan yang terdiri atas interaksi
soaial yang berinstruktur dalam suatu kerangka nilai yang relavan.sedangkan negara
adalah organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah
dan ditaati oleh rakyat.
Lembaga yang ada dalam sebuah negara mengalami perubahan atau perluasan
fungsi menyesuaikan dengan kompleksitas masalah dalam kehidupan kenegaraan.
lembaga-lembaga tersebut statusnya sederajat dan saling melakukan kontrol dan
pengendalian satu sama lain dengan mekanisme check and balance.
Dengan demikian lembaga negara adalah semua badan/organ negara yang
kewenangan serta fungsinya diatur oleh peraturan perundang-undangan, baik itu diatur
dalam UUD 1945, UU atau peraturan presiden pengganti undang-undang (perpu),
peraturan pemerintahan(pp), peraturan presiden (perpes), keputusan presiden (kepres),
peraturan daerah (perda), lembaga negara yang bukan diatur oleh peraturan
perundang-undangan bukan sebagai lembaga negara.

B. Lembaga Negara Sebelum Dan Sesudah Perubahan UUD 45


a. Lembaga Sebelum UUD 1945
1. MPR (majelis permusyawaratan rakyat)

MPR merupakan lembaga tertinggi negara yang diberi kekuasaan tak terbatas
(super power) karena “kekuasaan ada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya
oleh MPR” dan MPR adalah “penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia” yang
berwenang menetapkan UUD, GBHN, mengangkat presiden dan wakil presiden.
Dengan kata lain MPR merupakan penjelmaan pendapat dari seluruh warga negara
Indonesia.

4
Susunan keanggotaannya terdiri dari anggota DPR dan utusan daerah serta utusan
golongan yang diangkat termasuk di dalamnya TNI/Polri.Wewenang MPR antara
lain sebagai berikut:
1) Membuat putusan-putusan yang tidak dapat dibatalkan oleh lembaga negara
yang lain, termasuk penetapan GarisGaris Besar Haluan Negara yang
pelaksanaannya ditugaskan kepada Presiden/Mandataris.
2) Memberikan penjelasan yang bersifat penafsiran terhadap putusan-putusan
Majelis.
3) Menyelesaikan pemilihan dan selanjutnya mengangkat Presiden Wakil Presiden.
4) Meminta pertanggungjawaban dari Presiden/Mandataris mengenai pelaksanaan
Garis-Garis Besar Haluan Negara dan menilai pertanggungjawaban tersebut.
5) Mencabut mandat dan memberhentikan Presiden dalam masa jabatannya apabila
Presiden/mandataris sungguhsungguh melanggar Haluan Negara dan/atau
UndangUndang Dasar.
6) Mengubah Undang-Undang Dasar 1945.
7) Menetapkan Peraturan Tata Tertib Majelis.
8) Menetapkan Pimpinan Majelis yang dipilih dari dan oleh anggota.
9) Mengambil/memberi keputusan terhadap anggota yang melanggar sumpah/janji
anggota.1
2. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT (DPR)

DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga


negara. Anggota DPR berasal dari anggota partai politik peserta pemilu yang dipilih
berdasarkan hasil pemilu. Oleh karena itu Presiden tidak dapat membubarkan DPR
yang anggota-anggotanya dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum secara
berkala lima tahun sekali. Meskipun demikian, Presiden tidak bertanggung jawab
kepada DPR. DPR berkedudukan di tingkat pusat, sedangkan yang berada di
tingkat provinsi disebut DPRD provinsi dan yang berada di kabupaten/kota disebut
DPRD kabupaten/kota.Wewenang DPR antara lain sebagai berikut :

1) Memberikan persetujuan atas RUU yang diusulkan presiden.

1
Maemunah,HUKUM TATA NEGARA,(yogyakarta:deepublish,2008),Hlm.40-41.

5
2) Memberikan persetujuan atas PERPU.
3) Memberikan persetujuan atas Anggaran.
4) Meminta MPR untuk mengadakan sidang istimewa guna meminta
pertanggungjawaban presiden.
3. Presiden

Presiden adalah lembaga negara yang memegang kekuasaan eksekutif.


Maksudnya, presiden mempunyai kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan.
Presiden mempunyai kedudukan sebagai kepala pemerintahan dan sekaligus
sebagai kepala negara. Sebelum adanya perubahan UUD 1945, presiden dan wakil
presiden diangkat dan diberhentikan oleh MPR dan bertanggung jawab kepada
MPR.

1) Wewenang Presiden antara lain sebagai berikut.


2) Presiden memegang posisi sentral dan dominan sebagai mandataris MPR.
3) Presiden menjalankan kekuasaan pemerintahan negara tertinggi.
4) Presiden selain memegang kekuasaan eksekutif (executive power), juga
memegang kekuasaan legislatif (legislative power) dan kekuasaan yudikatif
(judicative power).
5) Tidak ada aturan mengenai batasan periode seseorang dapat menjabat sebagai
presiden serta mekanisme pemberhentian presiden dalam masa jabatannya.
6) Mengangkat dan memberhentikan anggota BPK.
7) Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang (dalam
kegentingan yang memaksa).
8) Menetapkan Peraturan Pemerintah.
9) Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri pemilihan.
4. Mahkamah Agung

Mahkamah Agung merupakan lembaga negara yang memegang kekuasaan


kehakiman. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Mahkamah
Agung adalah pengadilan tertinggi di negara kita. Perlu diketahui bahwa peradilan

6
di Indonesia dapat dibedakan peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer,
dan peradilan tata usaha negara (PTUN).Wewenang Mahkamah Agung Antara lain:

1) Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-


undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan mempunyai
wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang.
2) Mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi.
3) Memberikan pertimbangan dalam hal presiden memberi grasi dan rehabilitasi.
5. BPK dan DPA

Di samping lembaga-lembaga tinggi Negara di atas terdapat lembaga tinggi


Negara yang lain yang wewenangnya cukup minim, yaitu BPK dan DPA.
Tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) yang peraturannya ditetapkan dengan undang-undang. Adapun
wewenang dari Dewan Pertimbangan Agung (DPA), yaitu berkewajiban memberi
jawab atas pertanyaan Presiden dan berhak memajukan usul kepada pemerintah.2

b. Lembaga sesudah/pasca perubahan MPR

Pada Perubahan Ketiga UUD 1945 yang berlangsung pada tahun 2001, ketentuan
Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 mengalami perubahan, yang semula berbunyi, “Kedaulatan
berada di tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat,” menjadi, “Kedaulatan berada di tangan rakyat, dan dilaksanakan menurut
Undang-Undang Dasar.” Dengan demikian Indonesia tidak lagi menganut prinsip
supremasi parlemen, melainkan prinsip supremasi konstitusi.

Sejalan dengan itu terbit Ketetapan MPR Nomor I/MPR/2003 tentang Peninjauan
Kembali Materi dan Status Hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun
1960 sampai dengan Tahun 2002. Pada Pasal 1 angka 4 Ketetapan MPR tersebut,
“Ketetapan MPR Nomor III/MPR/1978 tentang Kedudukan dan Hubungan Tata Kerja
Lembaga Tertinggi Negara dengan/atau Antar Lembaga-Lembaga Tinggi Negara,”
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Dengan demikian sesuai dengan UUD NRI Tahun

2
Maemunah,HUKUM TATA NEGARA,(yogyakarta:deepublish,2008),Hlm.43-44

7
1945, tidak ada lagi lembaga negara yang disebut atau diberi kedudukan sebagai
“lembaga tertinggi negara” dan “lembaga tinggi negara”. Lembaga yang ada adalah
“lembaga negara”. Tugas dan kewenangan lembaga negara dibedakan secara horizontal-
fungsional.

Dalam UUD NRI Tahun 1945 dijumpai istilah “badan” (Bab VIIIA, Pasal 23E,
Pasal 23F, dan Pasal 23G mengenai Badan Pemeriksa Keuangan), dan istilah “lembaga
negara” (Pasal 24C ayat (1), yang menyatakan bahwa salah satu kewenangan MK adalah
mengadili dan memutus sengketa kewenangan antar “lembaga negara” yang
kewenangannya diberikan oleh UUD 1945).

Menurut Jimly Asshiddiqie, ada lebih dari 34 lembaga negara yang


keberadaannya disebutkan dalam UUD NRI Tahun 1945. Ke 34 lembaga negara tersebut
dapat dibedakan berdasarkan fungsi dan hierarkinya. Berdasarkan fungsinya, lembaga
negara ada yang bersifat utama (primer) dan ada lembaga negara yang bersifat sekunder
(penunjang). Dengan demikian berdasarkan fungsinya, ada lembaga negara utama atau
primer (primary constitutional organs), dan ada lembaga negara pendukung atau
penunjang. Dari segi hierarkinya, ada lembaga negara lapis pertama (Presiden dan Wakil
Presiden, MPR DPR, DPD, BPK, MA, dan MK), lembaga negara lapis kedua (menteri
negara, TNI, kepolisian negara, Komisi Yudisial, Komisi Pemilihan Umum, dan bank
sentral), dan lembaga negara lapis ketiga yaitu lembaga negara yang sumber
kewenangannya dari regulator atau pembentuk peraturan di bawah undang-undang
(sebagai contoh adalah Komisi Hukum Nasional yang dibentuk dengan Keputusan
Presiden, yaitu Keppres Nomor 15 Tahun 2000). Selain itu ada juga lembaga-lembaga
daerah yang diatur dalam Pasal 18 UUD NRI Tahun 1945.3

Setelah dilakukan kajian terhadap UUD NRI Tahun 1945, dapat diketahui bahwa
ada lembaga negara yang dihapus (DPA) dan ada lembaga negara baru (MK, KY, dan
Wantimpres). Selain itu ada lembaga-lembaga negara yang disebutkan wewenangnya
dengan jelas, ada yang tidak, dan ada lembaga-lembaga negara yang disebutkan dengan
menggunakan huruf besar dan huruf kecil. Hal tersebut menimbulkan penafsiran yang
membagi lembaga negara menjadi 2 (dua) yaitu:
3
Jimly Asshiddiqie, Menuju Negara Hukum yang Demokratis, (Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi, 2008), hlm. 387-418.

8
a) Lembaga negara pokok atau utama (main state’s organ) yang mengacu pada trias
politica (legislatif, eksekutif, dan yudikatif), yaitu MPR, DPR, DPD, presiden dan
wakil presiden, BPK, MA, dan MK; serta
b) Lembaga negara bantu/penunjang/pendukung (auxiliary state’s organ) yaitu lembaga-
lembaga negara yang lain yang tidak termasuk nomor satu.
Contoh Lembaga negara bantu adalah :
1) Komisi Yudisial (yang dibentuk dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004
tentang Komisi Yudisial, yang kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor
18 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004
Tentang Komisi Yudisial) merupakan penunjang terhadap kekuasaan kehakiman.
KY bukan pelaku kekuasaan kehakiman tetapi merupakan lembaga penegak etika
kehakiman;
Dari segi fungsinya, TNI, Kepolisian Negara, Menteri Negara, Dewan Pertimbangan
Presiden merupakan lembaga negara bantu atau penunjang atau pendukung meskipun
kewenangannya ditentukan dalam UUD NRI Tahun 1945.

Berdasarkan landasan yuridis pembentukanya, lembaga negara dapat di kelompokan


menjadi :

a. Lembaga negara yang dibentuk berdasarkan UUD NRI Tahun 1945


Lembaga negara yang dibentuk berdasarkan UUD NRI Tahun 1945 dan
kewenangannya diberikan oleh UUD NRI Tahun 1945. Lembaga negara tersebut
meliputi “lembaga negara yang terdapat di pusat” (MPR, DPR, DPD, presiden dan
wakil presiden, BPK, MA, MK, KY), dan “lembaga negara yang terdapat di daerah”
(Pemerintahan Daerah Provinsi, Gubernur, DPRD Provinsi, Pemerintahan Daerah
Kabupaten, Bupati, DPRD Kabupaten, Pemerintahan Daerah Kota, Walikota, DPRD
Kota).
b. Lembaga Negara yang dibentuk dengan Undang-Undang.
Contoh lembaga negara yang dibentuk dengan undang-undang:
1) Komnas HAM (Komisi Nasional Hak Asasi Manusia) yang dibentuk dengan
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia;

9
2) KPK (Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi) yang dibentuk dengan
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi;
3) KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) yang dibentuk dengan Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2002 tentang Penyiaran;
4) KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) yang dibentuk dengan Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Monopoli;
5) KKR (Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi) yang dibentuk dengan Undang-Undang
Nomor 27 Tahun 2004 tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi;
6) Komisi Ombudsman yang dibentuk dengan Undang-Undang Nomor 37 Tahun
2008 tentang Komisi Ombudsman.
c. Lembaga Negara yang dibentuk dengan Keputusan Presiden Sebagai contoh adalah
Komisi Hukum Nasional/KHN yang dibentuk dengan Keppres Nomor 15 Tahun
2000 tentang Komisi Hukum Nasional, dan Komisi Nasional Anti Kekerasan
Terhadap Perempuan yang dibentuk dengan Keppres Nomor 181 Tahun 1998 tentang
Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan.
kemudian diperkuat dengan Perpres Nomor 65 Tahun 2005 tentang Komisi
Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan. Lembaga negara yang dibentuk
dengan undang-undang dan lembaga negara yang dibentuk dengan keputusan
presiden disebut “komisi negara” atau “lembaga negara bantu” (state auxiliary
agencies) atau “lembaga negara sampiran” yang bersifat ad hoc.
Lembaga negara tersebut merupakan “badan khusus untuk menjalankan fungsi
tertentu”, karena lembaga-lembaga negara yang ada banyak yang sudah mengalami
penurunan kredibilitas akibat korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Tujuan
pembentukan lembaga negara tersebut yaitu untuk memperoleh kepercayaan rakyat
dan ketenangan publik (baik nasional maupun internasional).
Lembaga negara tersebut selalu diidealkan bersifat independen terlepas dari
sistem yang sudah ada. Hingga September 2015, terdapat 103 lembaga nonstruktural
(LNS) yang masih aktif, yang terdiri dari 75 LNS yang dibentuk berdasarkan
perintah undang-undang, 7 LNS dibentuk berdasarkan peraturan pemerintah, dan 21
LNS dibentuk berdasarkan peraturan presiden atau keputusan presiden.

10
Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan urusan
pemerintahan, pada 4 Desember 2014 terbit Peraturan. Presiden Nomor 176 Tahun
2014 tentang Pembubaran Sepuluh Lembaga Non-Struktural. Kesepuluh lembaga
nonstruktural yang dibubarkan itu adalah: (1) Dewan Penerbangan dan Antariksa
Nasional; (2) Lembaga Koordinasi dan Pengendalian Peningkatan Kesejahteraan
Sosial Penyandang Cacat; (3) Dewan Buku Nasional; (4) Komisi Hukum Nasional;
(5) Badan Kebijaksanaan dan Pengendalian Pembangunan Perumahan dan
Permukiman Nasional; (6) Komite Antar-Departemen Bidang Kehutanan; (7) Badan
Pengembangan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu; (8) Komite Aksi
Nasional Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak-Anak; (9)
Dewan Pengembangan Kawasan Timur Indonesia; dan (10) Dewan Gula Indonesia.
Selanjutnya pelaksanaan tugas dan fungsi kesepuluh lembaga nonstruktural (LNS)
tersebut diambil alih oleh kementerian terkait.

C. MPR,Presiden Dan Warpres,DPR,DPD,MA,MK,BPK,KY


a) MPR
MPR sebelum perubahan UUD 1945,merupakan lembaga dengan supremasi
tertinggi.MPR adalah lembaga penjelmaan dari seluruh rakyat indonesia seperti
yang telah ditegaskan dalam pasal 1 ayat (2) UUD 1945,menyatakan bahwa
“kedaulatan adalah ditangan rakyat,dan dilakukan sepenuhnya oleh majelis
permusyawaratan rakyat” MPR adalah lembaga tertinggi negara,pemegang dan
pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat.
Majelis Permusyawaratan Rakyat diatur dalam Bab III UUD 1945 yang juga diberi
judul “Majelis Permusyawaratan Rakyat. MPR terdiri sebagai atas anggota DPR dan DPD
yang dipilih melalui pemilihan Umum dan diatur lebih lanjut oleh undang-undang. MPR
bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibukota negara.Segala putusan MPR
ditetapkan dengan suara terbanyak.
Tugas MPR diatur dalam Pasal 5 UU No 17 Tahun 2014, yaitu:
a. memasyarakatkan ketetapan MPR
b. memasyarakatkan Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia,
dan Bhinneka Tunggal Ika
c. mengkaji sistem ketatanegaraan, UUD 1945, serta pelaksanaannya

11
d. menyerap aspirasi masyarakat berkaitan dengan pelaksanaan UUD 1945.
b) Presiden dan Warpres
Di Indonesia,Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatannya selama lima tahun,
dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa
jabatan, memberi gelar tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan
undang-undang.Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung
oleh rakyat.
Wakil Presiden dalam struktur ketatanegaraan hanya di fungsikan sebagai “ban serap”
belaka. Artinya Wakil Presiden Mempuyai posisi strategis dalam struktur ketatanegaraan
dan hanya menjadi penganti Presiden belaka. Dalam melaksanakan kewajibannya, Presiden
dibantu oleh seorang Wakil Presiden. Apabila Presiden mangkat, berhenti, berhentikan,
atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya ia di gantikan oleh Wakil
Presiden sampai habis masa jabatannya. Presiden dan Wakil Presiden di pilih dalam satu
pasangan secara langsung oleh rakyat. Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden,
selambatlambatnya dalam waktu enam puluh hari, MPR menyelengarakan sidang untuk
memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diusulkan oleh Presiden.4
c) DPR
DPR merupakan lembaga perwakilan yang anggotanya dipilih melalui pemilihan
umum.DPR memegang kekuasaan membentuk undang-undang.Setiap rancangan di
undang-undang dibahas oleh DPR dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama. DPR
memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan. Selain itu, DPR juga
mempuyai hak interpelasi, hak angket dan hak menyatakan pendapat.Setiap anggota DPR
mempuyai hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan, menyampaikan usul dan pendapat
serta hak imunitas. Anggota DPR berhak mengajukan usul rancangan undang-undang.5
Wewenang DPR antara lain sebagai berikut.
a) Memberikan persetujuan atas RUU yang diusulkan presiden.
b) Memberikan persetujuan atas PERPU.
c) Memberikan persetujuan atas Anggaran.
d) Meminta MPR untuk mengadakan sidang istimewa guna meminta
6
pertanggungjawaban presiden.
d) DPD

4
Dian Aries Mujiburohman, PENGANTAR HUKUM TATA NEGARA,(Yogyakarta:STPN Press,2017),hlm.100-102
5
Ibid,hlm.107
6
Maemunah,hukum tata negara,(Yogyakarta:Deepublish,2018),hlm.42

12
DPD adalah Lembaga negara baru sebagai langkah akomodasi bagi keterwakilan
kepentingan daerah dalam badan perwakilan tingkat nasional setelah ditiadakannya utusan
daerah dan utusan golongan yang diangkat sebagai anggota MPR. Keberadaannya
dimaksudkan untuk memperkuat kesatuan Negara Republik Indonesia. DPD dipilih secara
langsung oleh masyarakat di daerah melalui pemilu. DPD mempunyai fungsi yaitu
Pengajuan usul, ikut dalam pembahasan dan memberikan pertimbangan yang berkaitan
dengan bidang legislasi tertentu7
Kewenangan DPD
a) Mengajukan dan membahas RUU kepada DPR tentang otonomi daerah, hubungan
pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi serta yang berkaitan dengan
perimbangan keuangan pusat dan daerah.
b) Memberikan pertimbangan atas RUU pendapatan dan belanja negara, RUU yang
berkaitan dengan pajak, RUU yang berkaitan dengan pendidikan dan RUU yang
berkaitan dengan agama.
c) Melakukan control atas pelaksanaan undang-undang tentang otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran serta penggabungan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi serta yang berkaitan dengan
perimbangan keuangan pusat dan daerah.8
e) MA
Mahkamah Agung adalah lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman,
yaitu kekuasaan yang menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan hukum dan keadilan
di bawah MA terdapat badan-badan peradilan dalam lingkungan Peradilan Umum,
lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan militer dan lingkungan Peradilan Tata
Usaha Negara (PTUN).
Kewajiban dan wewenang menurut Undang-Undang Dasar 1945, kewajiban dan
wewenang MA adalah berikut ini.
a. Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang undangan di
bawah Undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh
Undang-Undang.
b. Mengajukan 3 orang anggota Hakim Konstitusi
c. Memberikan pertimbangan dalam hal Presiden memberikan grasi dan Rehabilitasi. 9
7
Maemunah,hukum tata negara,(Yogyakarta:Deepublish,2018),hlm.49
8
Dian Aries Mujiburohman, PENGANTAR HUKUM TATA NEGARA,(Yogyakarta:STPN Press,2017),hlm.99-100
9
Maemunah,hukum tata negara,(Yogyakarta:Deepublish,2018),hlm.49-50

13
f) MK
Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung selaku pemegang kekuasaan
Kehakiman yang mempunyai peranan penting dalam usaha menegakkan konstitusi dan
prinsip negara hukum sesuai dengan tugas dan kewenangannya sebagaimana ditentukan
dalam UUD 1945.
Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung merupakan bersama-sama pemegang
kekuasaan kehakiman. diamanatkan dalam Pasal 24 Ayat (2) yang berbunyi: “Kekuasaan
Kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di
bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi”.
Mahkamah konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusanya bersifat inal untuk menguji undang-undang terhadap undang-undang dasar,
memutuskan sangketa kewenagan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
undang-undang dasar, memutuskan pembubaran partai politik dan memutuskan
pembubaran partai politik dan memutuskan perselisihan tentang hasil pemilu.187
Mahkamah konstitusi wajib menberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat
mengenai dugaan pelangaran oleh presiden dan wakil presiden menurut undang-undang
dasar.10
g) BPK
Badan Pemeriksa Keuangan adalah lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang bebas dan mandiri sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23E UUD 1945. Mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah,
lembaga negara, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Layanan
Umum (BLU), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan lembaga atau badan yang
mengelola keuangan negara.11
BPK Berwenang mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan negara (APBN)
dan daerah (APBD) serta menyampaikan hasil pemeriksaan kepada DPR dan DPD dan
ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum. Berkedudukan di ibukota negara dan memiliki
perwakilan di setiap provinsi. Mengintegrasi peran BPKP sebagai instansi pengawas
internal departemen yang bersangkutan ke dalam BPK.12

10
Dian Aries Mujiburohman, PENGANTAR HUKUM TATA NEGARA,(Yogyakarta:STPN Press,2017),hlm.102-103
11
Ibid,hlm.106
12
Maemunah,hukum tata negara,(Yogyakarta:Deepublish,2018),hlm.50

14
h) KY
Komisi Yudisial Republik (KY) adalah lembaga negara yang dibentuk berdasarkan
UUD 1945 yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai
wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat,
serta perilaku hakim.Komisi Yudisial merupakan lembaga negara yang bersifat mandiri
dan dalam pelaksanaan wewenangnya bebas dari campur tangan atau pengaruh kekuasaan
lainnya.
Komisi Yudisial bertanggungjawab kepada publik melalui DPR, dengan cara
menerbitkan laporan tahunan dan membuka akses informasi secara lengkap dan akurat.
Komisi Yudisial mempunyai wewenang
a. mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc di Mahkamah Agung
kepada DPR untuk mendapatkan persetujuan
b. menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim
c. menetapkan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH) bersama-sama
dengan Mahkamah Agung
d. menjaga dan menegakkan pelaksanaan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim
(KEPPH).
Dalam melaksanakan wewenang, maka Komisi Yudisial mempunyai tugas
a) melakukan pendaftaran calon hakim agung
b) melakukan seleksi terhadap calon hakim agung
c) menetapkan calon hakim agung; dan (iv) mengajukan calon hakim agung ke DPR.13

D. Hubungan Antar Negara


1. Hubungan antara Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan Dewan Perwakilan
Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah
Adapun pasca perubahan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, kedudukan Majelis
Permusyawaratan Rakyat adalah sebagai Lembaga Negara, tidak lagi sebagai Lembaga
Tertinggi Negara.Bilamana dilihat dari perspektif kedudukan Majelis Permusyawaratan
Rakyat sebagai Lembaga Negara, pasca Perubahan Undang-undang Dasar Tahun 1945,
maka seharusnya tugas dan wewenangnya sejajar dengan Lembaga Negara yang lainnya.
Akan tetapi, bila dipandang dari segi Pasal 3 Ayat (1), Pasal 3 Ayat (2) dan Pasal 3
Ayat (3) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka tugas dan

13
Dian Aries Mujiburohman, PENGANTAR HUKUM TATA NEGARA,(Yogyakarta:STPN Press,2017),hlm.104-105

15
wewenang Majelis Permusyawaratan Rakyat sesungguhnya masih seperti yang dahulu
dengan alasan bahwasanya Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan
menetapkan Undang-Undang Dasar, melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden serta
hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya
menurut Undang-Undang Dasar, dan hanya berkurang kekuasaannya yakni Majelis
Permusyawaratan Rakyat tidaklah lagi memilih Presiden dan Wakil Presiden, dan
memberikan “mandat” kepada Presiden. Oleh karena ditegaskan bahwa kedaulatan adalah
berada di tangan rakyat, dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar serta Presiden
dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh Rakyat.
2. Hubungan antara Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Presiden
Adapun hubungan antara Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan Presiden dalam
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yakni sebagai berikut
a) Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden (Pasal 3
Ayat (2) Perubahan Undang-undang Dasar 1945)
b) Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut
agama, atau berjanji dengan sunggu-sungguh di hadapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat (Baca sumpah atau Janji Presiden dan Wakil
Presiden, Pasal 9 Ayat (1) Perubahan Undang-undang Dasar 1945).
c) Jika Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat tidak dapat
mengadakan sidang, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau
berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan Pimpinan Majelis Permusyawaratan
waratan Rakyat dengan disaksikan oleh Pimpinan Mahkamah Agung (Pasal 9 Ayat (2)
Perubahan Undang-undang Dasar 1945).
d) Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau
Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang Dasar (Pasal 3 Ayat
(3) Perubahan Undang-undang Dasar 1945).
e) Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila
terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa pelanggaran pengkhianatan
terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan
tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau
Wakil Presiden (Pasal 7A Perubahan Undang-undang Dasar 1945).
3. Hubungan antara Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden

16
Adapun hubungan antara Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden dapat ditelusuri
dalam bidang legislasi nasional sebagaimana dikutip dari Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai berikut:
a) Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang. (Pasal
20 Ayat (1) Perubahan Undang-undang Dasar 1945).
b) Presiden berhak mengajukan Rancangan Undang-undang kepada Dewan Perwakilan
Rakyat (Pasal 5 Ayat (1) Perubahan Undang-undang Dasar 1945).
c) Setiap Rancangan Undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan
Presiden untuk mendapat persetujuan bersama (Pasal 20 Ayat (2) Perubahan Undang-
undang Dasar 1945).
d) Presiden mengesahkan Rancangan Undang-undang yang telah disetujui bersama untuk
menjadi Undang-Undang. (Pasal 20 Ayat (4) Perubahan Undang-undang Dasar puluh
hari, semenjak Rancangan Undang-undang tersebut disetujui, Rancangan Undang-
undang tersebut sah menjadi Undang-Undang dan wajib diundangkan.
e) Rancangan Undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh
Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat. (Pasal 23 Ayat (2) Perubahan Undang-
undang Dasar 1945).
f) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui Rancangan Undang-undang
pendapatan dan belanja negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang lalu. (Pasal 23 Ayat (3)
Perubahan Undang-undang Dasar 1945).
g) Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan peraturan
Pemerintah sebagai pengganti Undang-undang. (pasal 22 Ayat (1) Perubahan Undang-
undang Dasar 1945).
h) Peraturan Pemerintah tersebut harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
dalam persidangan masa itu. (Pasal 22 Ayat (2) Perubahan Undang-undang Dasar
1945).
i) Jika tidak mendapat persetujuan, maka peraturan pemerintah itu harus dicabut. (Pasal
22 Ayat (3) Perubahan Undang-undang Dasar 1945).
j) Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat
perdamaian dan perjanjian dengan negara lain. (Pasal 11 Ayat (1) Perubahan Undang-
undang Dasar 1945).

17
k) Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat
yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan
negara, dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan Undang-undang harus
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. (Pasal 11 Ayat (2) Perubahan Undang-
undang Dasar 1945).
l) Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibat keadaan bahaya
ditetapkan dengan Undang-Undang. (Pasal 12 Perubahan Undang-undang Dasar
1945)1945).
m) Dalam hal Rancangan Undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak
disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga
n) Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat. (Pasal 13 Ayat (2) Perubahan Undang-undang Dasar 1945).
o) Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan
Dewan Perwakilan Rakyat. (Pasal 13 Ayat (2), (3) Perubahan Undang-undang Dasar
1945).
p) Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat. (Pasal 14 Ayat (2) Perubahan Undang-undang Dasar 1945).

4. Hubungan antara Presiden dan Dewan Pertimbangan Agung


Adapun sebelum Undang-Undang Dasar Tahun 1945 diamandemen, ditentukan dalam
Bab IV Dewan Pertimbangan Agung pada Pasal 16 Undang-undang Dasar Tahun 1945
bahwa Dewan ini berkewajiban memberi jawab atas pertanyaan Presiden dan berhak
mengajukan usul kepada Pemerintah127 . Kemudian, setelah terjadi Amandemen atas
Undang-Undang Dasar Tahun 1945, dimana Bab IV Dewan Pertimbangan Agung
dihapus128, maka Dewan Pertimbangan Agung dihapuskan sebagai salah satu lembaga
Negara di Indonesia, dan kemudian fungsinya digantikan dengan adanya suatu Dewan
Pertimbangan yang dibentuk oleh Presiden, dan memiliki tugas memberikan nasihat dan
pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya diatur dalam Undang-Undang.
5. Hubungan Presiden dan Kementerian Negara
Dalam Undang-undang Dasar Tahun 1945 sebelum diamandemen,Presiden dibantu
oleh menteri-menteri negara yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Dalam hal
membantu Presiden, menteri-menteri tersebut memimpin departemen pemerintahan.
Kemudian setelah Undang-undang Dasar 1945 diubah130, terjadi perubahan hanya pada
Pasal 17 Ayat (3) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

18
menjadi, “Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan”. Dalam hal ini,
dipertegas pula bahwa pembentukan, pengubahan dan pembubaran kementerian negara
diatur dalam Undang-undang.
6. Hubungan Presiden/Pemerintah dengan Mahkamah Agung
Adapun menurut Mohammad Koesnardi dan Bintan R. Saragih, hubungan antara
Presiden/Pemerintah dengan Mahkamah Agung terdapat dalam konteks melakukan
peradilan, mengadakan pengawasan tertinggi atas jalannya peradilan, serta dalam konteks
memberikan pertimbangan-pertimbangan kepada Presiden tentang permohonan grasi132.
Sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 14 Ayat (1) Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 , Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan
pertimbangan Mahkamah Agung.
7. Hubungan Dewan Perwakilan Rakyat dengan Badan Pemeriksa Keuangan
Dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, hubungan
antara Dewan Perwakilan Rakyat dengan Badan Pemeriksa Keuangan terdapat dalam
konteks hasil pemeriksaan keuangan negara yang diserahkan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai dengan
Undang-Undang, dimana hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh Lembaga
Perwakilan dan/ atau badan sesuai dengan Undang-Undang.
Kemudian, menurut Mohammad Kusnardi dan Bintan R. Saragih135, dalam bukunya
Susunan Pembagian Kekuasaan Menurut Sistem Undang-undang Dasar 1945, dikemukakan
bahwa hubungan Dewan Perwakilan Rakyat dan Badan Pemeriksa Keuangan meliputi
perihal mengikuti dan memeriksa penggunaan anggaran belanja oleh pemerintah,
memberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat mengenai hasil pemeriksaannya sebelum
pemerintah memberikan nota keuangan beserta rancangan anggaran belanja tahun
berikutnya, serta berdasarkan penilaian tersebut Dewan Perwakilan Rakyat memberikan
pertimbangan-pertimbangan penetapan rancangan anggaran belanja negara tahun berikutnya,
dan memberikan penjelasan tambahan tentang laporan penilaian tersebut serta memberikan
nasihat-nasihat teknis kepada Dewan Perwakilan Rakyat.14

BAB III

14
I Gede Yusa,Hukum Tata Negara,(malang:setara press,2016Hlm.145-151

19
PENUTUP

A. Kesimpulan

Lembaga Negara Indonesia adalah lembaga-lembaga negara yang dibentuk berdasarkan


UUD, UU, atau oleh peraturan yang lebih rendah. Lembaga Sebelum UUD 1945 yaitu MPR
(lembaga tertinggi negara yang diberi kekuasaan tak terbatas), DPR(lembaga perwakilan rakyat
yang berkedudukan sebagai lembaga negara), Presiden(lembaga negara yang memegang
kekuasaan eksekutif), Mahkamah Agung(lembaga negara yang memegang kekuasaan
kehakiman),BPK dan DPK.
Lembaga sesudah amandemen UUD 1945 adalah MPR,DPR,DPD,Presiden dan Wakil
Presiden,BPK,MA,MK, dan KY. Hubungan antar sebuah negara sangat perlu di lakukan, karena
untuk menjaga perdamaian dan kedaulatan sebuah negara agar tidak terjadinya konflik antar
negara yang mengakibatkan kerugian baik sektor ekonomi bahkan sampai memakan banyak
korban akibat konflik tersebut. Bahkan negara lain yang berada dekat dengan Negara tersebut
atau bahkan negara yang saling dukung akan mendapat dampaknya.

DAFTAR PUSTAKA

20
Maemunah,2018,Hukum Tata Negara,Yogyakarta:Deepublish
Mujiburohman,Dian Aries, 2017,PENGANTAR HUKUM TATA NEGARA,Yogyakarta:STPN
Press
Asshiddiqie,Jimly,2008,Menuju Negara Hukum yang Demokratis,Jakarta: Sekretariat Jenderal
dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi

21

Anda mungkin juga menyukai