Anda di halaman 1dari 21

*

*
Gracia Anzani Tambunan
Reza Dhea Ardi
Febri Triandari Hogan
Rista Buana Gultom
Erjinel Manurung
Aditya Alfahri Damanik
Andika Sebastian
Jonathan Asido Fourthy Hutauruk
* Pembukaan UUD 1945

MPR

Sebelum perubahan UUD 1945, kedudukan MPR berdasarkan UUD


1945 merupakan lembaga tertinggi negara dan sebagai pemegang dan
pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat. MPR diberi kekuasaan tak
terbatas (Super Power). karena “kekuasaan ada di tangan rakyat dan
dilakukan sepenuhnya oleh MPR” dan MPR adalah “penjelmaan dari
seluruh rakyat Indonesia” yang berwenang menetapkan UUD, GBHN,
mengangkat presiden dan wakil presiden.

MA

Mahkamah Agung (disingkat MA) adalah lembaga tinggi negara dalam


sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang
kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Konstitusi
dan bebas dari pengaruh cabang-cabang kekuasaan lainnya.
Mahkamah Agung membawahi badan peradilan dalam lingkungan
peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan
militer, lingkungan peradilan tata usaha negara.
BPK
Badan Pemeriksa Keuangan (disingkat BPK) adalah lembaga tinggi negara dalam
sistem ketatanegaraan Indonesia yang memiliki wewenang memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Menurut UUD 1945, BPK
merupakan lembaga yang bebas dan mandiri.
Anggota BPK dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah, dan diresmikan oleh Presiden.
Pasal 23 ayat (5) UUD Tahun 1945 menetapkan bahwa untuk memeriksa
tanggung jawab tentang Keuangan Negara diadakan suatu Badan Pemeriksa
Keuangan yang peraturannya ditetapkan dengan Undang-Undang. Hasil
pemeriksaan itu disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

DPR

Tugas dan wewenang DPR sebelum amandemen UUD 1945 adalah memberikan
persetujuan atas RUU [pasal 20 (1)], mengajukan rancangan Undang-Undang
[pasal 21 (1)], Memberikan persetujuan atas PERPU [pasal 22 (2)], dan
Memberikan persetujuan atas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara [pasal
23 (1)].
UUD 1945 tidak menyebutkan dengan jelas bahwa DPR memiliki fungsi
legislasi, fungsi anggaran dan pengawasan.
Presiden
• Presiden memegang posisi sentral dan dominan sebagai
mandataris MPR, meskipun kedudukannya tidak “neben”
akan tetapi “untergeordnet”.
• Presiden menjalankan kekuasaan pemerintahan negara
tertinggi (consentration of power and responsiblity
upon the president).
• Presiden selain memegang kekuasaan eksekutif
(executive power), juga memegang kekuasaan
legislative (legislative power) dan kekuasaan yudikatif
(judicative power).
• Presiden mempunyai hak prerogatif yang sangat besar.
• Tidak ada aturan mengenai batasan periode seseorang
dapat menjabat sebagai presiden serta mekanisme
pemberhentian presiden dalam masa jabatannya.
 Sesudah Amandemen UUD 1945
Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan
(amandemen) terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD
1945 antara lain karena pada masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi di
tangan MPR (dan pada kenyataannya bukan di tangan rakyat), kekuasaan
yang sangat besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu “luwes”
(sehingga dapat menimbulkan mulitafsir), serta kenyataan rumusan UUD
1945 tentang semangat penyelenggara negara yang belum cukup didukung
ketentuan konstitusi.
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan
dasar seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian
kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal
lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa.
Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan diantaranya tidak mengubah
Pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan susunan kenegaraan (staat
structuur) kesatuan atau selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), serta mempertegas sistem pemerintahan
presidensiil.
Sistem ketatanegaraan Indonesia sesudah
Amandemen UUD 1945, dapat dijelaskan sebagai
berikut: Undang-Undang Dasar merupakan hukum
tertinggi dimana kedaulatan berada di tangan
rakyat dan dijalankan sepenuhnya menurut UUD.
UUD memberikan pembagian kekuasaan
(separation of power) kepada 6 lembaga negara
dengan kedudukan yang sama dan sejajar, yaitu
Presiden, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR),
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), Mahkamah Agung (MA), dan
Mahkamah Konstitusi (MK).
a. MPR
· Lembaga tinggi negara sejajar kedudukannya dengan lembaga tinggi negara
lainnya seperti Presiden, DPR, DPD, MA, MK, BPK.
· Menghilangkan supremasi kewenangannya.
· Menghilangkan kewenangannya menetapkan GBHN.
· Menghilangkan kewenangannya mengangkat Presiden
· Tetap berwenang menetapkan dan mengubah UUD.
· Susunan keanggotaanya berubah, yaitu terdiri dari anggota Dewan
Perwakilan
Rakyat dan angota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih secara langsung
melalui pemilu.

b. DPR
· Posisi dan kewenangannya diperkuat.
· Mempunyai kekuasan membentuk UU (sebelumnya ada di tangan presiden,
sedangkan DPR hanya memberikan persetujuan saja) sementara pemerintah
berhak mengajukan RUU.
· Proses dan mekanisme membentuk UU antara DPR dan Pemerintah.
· Mempertegas fungsi DPR, yaitu: fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi
pengawasan sebagai mekanisme kontrol antar lembaga negara.
c. DPD
· Lembaga negara baru sebagai langkah akomodasi bagi keterwakilan
kepentingan daerah dalam badan perwakilan tingkat nasional setelah
ditiadakannya utusan daerah dan utusan golongan yang diangkat sebagai
anggota MPR.
· Keberadaanya dimaksudkan untuk memperkuat kesatuan Negara Republik
Indonesia.
· Dipilih secara langsung oleh masyarakat di daerah melalui pemilu.
· Mempunyai kewenangan mengajukan dan ikut membahas RUU yang
berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, RUU lain
yang berkait dengan kepentingan daerah.

d.BPK
· Anggota BPK dipilih DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD.
· Berwenang mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan negara (APBN)
dan daerah (APBD) serta menyampaikan hasil pemeriksaan kepada DPR dan
DPD dan ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum.
· Berkedudukan di ibukota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi.
· Mengintegrasi peran BPKP sebagai instansi pengawas internal departemen
yang bersangkutan ke dalam BPK.
e. Presiden

· Membatasi beberapa kekuasaan presiden dengan


memperbaiki tata cara pemilihan dan pemberhentian
presiden dalam masa jabatannya serta memperkuat sistem
pemerintahan presidensial.
· Kekuasaan legislatif sepenuhnya diserahkan kepada DPR.
· Membatasi masa jabatan presiden maksimum menjadi dua
periode saja.
· Kewenangan pengangkatan duta dan menerima duta harus
memperhatikan pertimbangan DPR.
· Kewenangan pemberian grasi, amnesti dan abolisi harus
memperhatikan pertimbangan DPR.
· Memperbaiki syarat dan mekanisme pengangkatan calon
presiden dan wakil presiden menjadi dipilih secara langsung
oleh rakyat melui pemilu, juga mengenai pemberhentian
jabatan presiden dalam masa jabatannya.
f. Mahkamah Agung

Lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman,


yaitu kekuasaan yang menyelenggarakan peradilan untuk
menegakkan hukum dan keadilan [Pasal 24 ayat (1)].
 Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji
peaturan perundang-undangan di bawah Undang-undang
dan wewenang lain yang diberikan Undang-undang.
 Di bawahnya terdapat badan-badan peradilan dalam
lingkungan Peradilan Umum, lingkungan Peradilan Agama,
lingkungan Peradilan militer dan lingkungan Peradilan Tata
Usaha Negara (PTUN).
 Badan-badan lain yang yang fungsinya berkaitan dengan
kekuasaan kehakiman diatur dalam Undang-undang seperti
: Kejaksaan, Kepolisian, Advokat/Pengacara dan lain-lain.
g. Mahkamah Konstitusi

• Keberadaanya dimaksudkan sebagai penjaga kemurnian


konstitusi (the guardian of the constitution).
• Mempunyai kewenangan: Menguji UU terhadap UUD,
Memutus sengketa kewenangan antar lembaga negara,
memutus pembubaran partai politik, memutus sengketa
hasil pemilu dan memberikan putusan atas pendapat DPR
mengenai dugaan pelanggaran oleh presiden dan atau wakil
presiden menurut UUD.
• Hakim Konstitusi terdiri dari 9 orang yang diajukan masing-
masing oleh Mahkamah Agung, DPR dan pemerintah dan
ditetapkan oleh Presiden, sehingga mencerminkan
perwakilan dari 3 cabang kekuasaan negara yaitu yudikatif,
legislatif, dan eksekutif
*
Kelebihan Sistem Pemerintahan Indonesia:
 Lembaga legislatif cukup produktif menghasilkan undang-undang.
 Lembaga-lembaga penegak hukum ini tidak lagi kebal dari
pengawasan, baik oleh lembaga bentukan negara maupun oleh
masyarakat
 MPR kini tidak lagi sedominan sebelum amandemen UUD 1945
 DPR memiliki posisi politik yang kuat sehingga mampu
mengontrol posisi presiden.
 Pembentukan DPD memunculkan harapan akan semakin
didengrnya suara daerah.
 Presiden dan wakil presiden dipilih langsung oleh rakyat dengan
pembatasan masa jabatan.
 Jalannya pemerintahan cenderung lebih stabil karena tidak
terjadi krisis kabinet.
 Penyusun Program Kerja Kabinet akan lebih mudah karena dapat
disesuaikan dengan jangka waktu semasa mereka menjabat.
 Legislatif bukan tempat kaderisasi calon jabatan eksekutif karena
badan legislatif dapat diisi oleh orang luar bahkan anggota
parlemen pun dapat masuk dalam badan legislatif.
Kelemahan Sistem Pemerintahan Indonesia :
 UUD 1945 nyata-nyata tidak menganut ajaran pemisahan kekuasaan karena
dalam sistem ketatanegaraan RI terdapat lebih dari 3 cabang kekuasaan
disebut sebagai lembaga negara. Sistem yang digunakan lebih menekankan
kepada pemisah fungsi.
 Kekuasaan eksekutif (presiden) diluar pengawasan langsung badan legislatif
sehingga sangat memungkinkan dapat menciptakan kekuasaan yang mutlak
pada eksekutif.
 Sistem pertanggungjawaban kurang jelas antara badan eksekutif legislatif
kurang jelas, mungkin jelas secara tertulis, namun banyak masyarakat
Indonesia sendiri pun masih bingung akan sistem pertanggungjawaban dalam
sistem pemerintahan Indonesia.
 Pembuatan kebijakan publik seringkali adalah hasil tawar-menawar atau
negoisasi antara eksekutif dan legislatif sehingga keputusannya seringkali
terlihat tidak tegas, hanya mencari solusi diantara kekerasan kepala legislatif
dan eksekutif.
 Pembuatan kebijakan memakan waktu yang lama karena prosesnya bertele-
tele.
 Hukum belum banyak memihak rakyat, polisi, hakim, jaksa masih dapat diajak
kolusi.
 Keputusan MPR dan DPR masih mengikuti politik rezim yang berkuasa.
Contoh masa Orde Baru dimana perubahan atau amandemen terhadap
UUD 1945 dipersulit, harus melalui referendum atau jajak pendapat
rakyat.
 Pengawasan rakyat terhadap pemerintah lemah sehingga eksekutif lebih
dominan dari pada legislative.
 Jika para menteri tidak jujur, bersih dan professional maka program
pemerintah tidak berjalan efektif tidak berpihak pada rakyat (populis).
KKN merajalela.
 UUD 1945 kurang menyediakan ketentuan yang mengatur kekuasaan
untuk saling mengawasi dan mengendalikan antar cabang pemerintahan.
Akibatnya kekuasaan Presiden yang besar semakin menguat karena tidak
cukup terdapat mekanisme pengendali yang penyeimbang.
 Tidak adanya ketentuan yang mengatur “judical review”
 Pasal 7: Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama masa 5
tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali. Hal ini memberi peluang
untuk memegang jabatan seumur hidup. Oleh karena itu, diadakan
perubahan: “Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama
lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang
sama , hanya untuk satu kali masa jabatan.

Anda mungkin juga menyukai