Anda di halaman 1dari 7

Sistem Pemerintahan Negara Menurut UUD 1945 Hasil Amandemen

Undang-Undang Dasar 1945

Dalam perkembangan dunia dan ilmu pengetahuan dan teknologi memasuki abad 21, hukum
di Indonesia mengalami perubahan yang mendasar, hal ini adanya perubahan terhadap
Undang-Undang Dasar 1945, perubahan (amandemen) dimaksud sampai empat kali, yang
dimulai pada tanggal 19 Oktober 1999 mengamandemen 2 pasal, amandemen kedua pada
tanggal 18 Agustus 2000 sejumlah 10 pasal, sedangkan amandemen ketiga pada tanggal 10
November 2001 sejumlah 10 pasal, dan amandemen keempat pada tanggal 10 Agustus 2002
sejumlah 10 pasal serta 3 pasal Aturan Peralihan dan Aturan Tambahan 2 pasal, apabila
dilihat dari jumlah pasal pada Undang -Undang Dasar 1945 adalah berjumlah 37 pasal, akan
tetapi setelah diamandemen jumlah pasalnya melebihi 37 pasal, yaitu menjadi 39 pasal hal ini
terjadi karena ada pasal-pasal yang diamandemen ulang seperti pasal 6 A ayat 4, pasal 23 C.
SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA

Berdasarkan undang undang dasar 1945 sistem pemerintahan Negara Republik


Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Negara Indonesia berdasarkan atas hukum, tidak berdasarkan kekuasaan belaka.
2. Pemerintahan berdasarkan atas sistem konstitusi (hukum dasar) tidak bersifat absolutisme
(kekuasaan yang tidak terbatas)
3. Kekuasaan Negara yang tertinggi berada di tangan majelis permusyawaratan rakyat.
4. Presiden adalah penyelenggara pemerintah Negara yang tertinggi dibawah MPR. Dalam
menjalankan pemerintahan Negara kekuasaan dan tanggung jawab adalah ditangan prsiden.
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR. Presiden harus mendapat persetujuan
dewan perwakilan rakyat dalam membentuk undang undang dan untuk menetapkan
anggaran dan belanja Negara.
6. Menteri Negara adalah pembantu presiden yang mengangkat dan memberhentikan mentri
Negara. Menteri Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR.
7. Kekuasaan kepala Negara tidak terbatas. presiden harus memperhatikan dengan sungguh
sungguh usaha DPR.

Kekuasaan pemerintahan Negara Indonesia menurut undangundang dasar 1 sampai


dengan pasal 16. pasal 19 sampai dengan pasal 23 ayat (1) dan ayat (5), serta pasal 24
adalah:
1. Kekuasaan menjalan perundang undangan Negara atau kekuasaan eksekutif yang
dilakukan oleh pemerintah.
2. Kekuasaan memberikan pertimbangan kenegaraan kepada pemerintah atau kekuasaan
konsultatif yang dilakukan oleh DPA.
3. Kekuasaan membentuk perundang undang Negara atau kekuasaan legislatif yang
dilakukan oleh DPR.
4. Kekuasaan mengadakan pemeriksaan keuangan Negara atau kekuasaan eksaminatif atau
kekuasaan inspektif yang dilakukan oleh BPK.
5. Kekuasaan mempertahankan perundang undangan Negara atau kekuasaan yudikatif yang
dilakukan oleh MA.

Berdasarkan ketetapan MPR nomor III / MPR/1978 tentang kedudukan dan hubungan
tata kerja lembaga tertinggi Negara dengan atau antara Lembaga lembaga Tinggi
Negara ialah sebagai berikut:
1. Lembaga tertinggi Negara adalah majelis permusyawaratan rakyat. MPR sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi dalam Negara dengan pelaksana kedaulatan rakyat memilih
dan mengangkat presiden atau mandataris dan wakil presiden untuk melaksanakan garis
garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan putusan putusan MPR lainnya. MPR dapat pula
diberhentikan presiden sebelum masa jabatan berakhir atas permintaan sendiri, berhalangan
tetap sesuai dengan pasal 8 UUD 1945, atau sungguh sungguh melanggar haluan Negara
yang ditetapkan oleh MPR.
2. Lembaga lembaga tinggi Negara sesuai dengan urutan yang terdapat dalam UUD 1945
ialah presiden (pasal 4 15), DPA (pasal 16), DPR (pasal 19-22), BPK (pasal 23), dan MA
(pasal 24).
a. Presiden adalah penyelenggara kekuasaan pemerintahan tertinggi dibawah MPR. Dalam
melaksanakan kegiatannya dibantu oleh seorang wakil presiden. Presiden atas nama
pemerintah (eksekutif) bersama sama dengan DPR membentuk UU termasuk menetapkan
APBN. Dengan persetujuan DPR, presiden dapat menyatakan perang.
b. Dewan pertimbangan Agung (DPA) adalah sebuah bahan penasehat pemerintah yang
berkewajiban memberi jawaban atas pertanyaan presien. Selain itu DPA berhak mengajukan
pertimbangan kepada presiden.
c. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah sebauh badan legislative yang dipilih oleh
masyarakat berkewajiban selain bersama sama dengan presiden membuat UU juga wajib
mengawasi tindakkan tindakan presiden dalam pelaksanaan haluan Negara.
d. Badan pemeriksa keuangan (BPK) ialah Badan yang memeriksa tanggung jawab tentang
keuangan Negara. Dalam pelaksanaan tugasnya terlepas dari pengaruh kekuasaan
pemerintah. BPK memriksa semua pelaksanaan APBN. Hasil pemeriksaannya dilaporkan
kepada DPR.
e. Mehkamah Agung (MA) adalah Badan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman yang
dalam pelaksanaan tugasnya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh
lainnya. MA dapat mempertimbangkan dalam bidang hukum, baik diminta maupun tidak
diminta kepada kepada lembaga lembaga tinggi Negara.

Untuk memperjelas bagaimana hubungan antara lembaga tertinggi Negara dengan lembaga
tinggi Negara dan lembaga tinggi Negara dengan lembaga tinggi Negara lainnya menurut
UUD 1945, perhatikan dengan seksama bagan bagan dibawah ini yang di elaborasi oleh
kansil.:

EKSEKUTIF
Kekuasaan pemerintah (eksekutif) diatur dalam UUD 1945 pada BAB II pasal 4 sampai
dengan pasal 15. Pemerintahan republic Indonesia terdiri dari Aparatur pemerintah republic
Indonesia terdiri dari Aparatur Pemerintah Pusat, Aperatur Pemrintah daerah dan usaha
usaha Negara.
Aperatur pemrintah pusat terdiri dari :
a. Kepresidenan beserta Aparatur utamanya meliputi :
1) Presiden sebagai kepala Negara merangkap kepala pemerintahan (eksekutif).
2) Wakil presiden
3) Menteri menteri Negara / lembaga non departemen. Menurut keputusan prsiden
Republik Indonesia nomor 102 Tahun 2001 tanggal 13 september 2001 bahwa departemen
merupakan unsure pelaksana pemerintah yang di pimpin oleh seorang menteri Negara yang
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada presiden. Departemen luar negeri,
departemen pertahanan dan dewpartemen lainnya.
4) Kejaksaan agung
5) Sekretariat Negara
6) Dewan dewan nasional
7) Lembaga lembaga non departemen menurut keputusan presiden RI nomor 166 tahun
2000, seperti publik Indonesia (ANRI), LAN, BKN, dan perpunas, dan lain lain.

2. Perbandingan antara Indische Staatsregeling dengan UUD 1945


Rupanya secara umum telah diyakini bahwa sistem pemerintahan Indonesia menurut
Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) itu adalah sistem presidensial. Keyakinan ini
secara yuridis samasekali tidak berdasar. Tidak ada dasar argumentasi yang jelas atas
keyakinan ini.
Apabila diteliti kembali struktur dan sejarah penyusunan UUD 1945 maka tampaklah bahwa
sebenarnya sistem pemerintahan yang dianut oleh UUD 1945 itu adalah sistem campuran.
Sistem campuran yang dianut oleh UUD 1945 adalah sistem pemerintahan campuran model
Indische Staatsregeling (konstitusi kolonial Hindia Belanda) dengan sistem pemerintahan
sosialis model Uni Sovyet.
3. Hubungan antara Presiden dengan DPR
DPR pertama-tama adalah lembaga pengawas Presiden, dan bukan lembaga legislatif.
Lembaga legislatif menurut UUD 1945 adalah Presiden (bersama dengan DPR).
Namun dalam Sidangnya pada tanggal 19 Oktober 1999 MPR membatasi kekuasaan
Presiden, dan mengalihkan kekuasaan legislatif dari Presiden bersama DPR tersebut kepada
DPR (bersama Presiden).
4. Kedudukan MPR
Berdasarkan Penjelasan Umum UUD 1945, MPR memegang kekuasaan negara yang
tertinggi. Untuk kemudian MPR mengangkat Kepala Negara yang bergelar Presiden itu.
Dengan demikian jabatan yang menjalankan pemerintahan itu adalah Kepala Negara,
sedangkan Presiden itu hanyalah gelar dari Kepala Negara Indonesia semata. Sebaliknya
tidak tepat pula apabila dikatakan bahwa Presiden Indonesia itu juga merangkap sebagai
Kepala Pemerintahan seperti Perdana Menteri Inggris (William A. Robson, 1948 dan Wade,
E.C.S & Godfrey Phillips, 1970). Hal ini mengingat bahwa Presiden Indonesia itu mendapat
mandat pemerintahan dari Pemegang Kedaulatan Rakyat, dan bukan dari Parlemen.Susunan
MPR itu sendiri terdiri atas DPR dan DPD,
5. Eksistensi Penasehat Presiden
Reformasi sistem pemerintahan Indonesia di Masa Refomasi seperti terurai di atas ditandai
pula dengan sebuah dagelan konstitutif. Melalui Amandemen Keempat pada tanggal 10
Agustus 2002 Dewan Pertimbangan Agung (DPA) sebagai lembaga pemasehat Presiden
dihapus. Namun pada saat yang sama dibentuklah Dewan Pertimbangan Presiden (DPP).
6. Sistem Keuangan Negara
Adapun mengenai Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) jelas lembaga kenegaraan ini mengam-
bil alih fungsi Algemeene Rekenkamer. Bahkan Indische Comptabilietswet (ICW) dan
Indische Bedrijvenswet (IBW) tetap lestari menjadi acuan kerja BPK sampai munculnya
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004, tentang Perbendaharaan Negara. Selanjutnya, kedudukan BPK ini
terlepas dari pengaruh dan kekuasaan Pemerintah. Akan tetapi tidak berdiri di atas
Pemerintah.
7. Kekuasaan Kehakiman
Sama halnya dengan BPK, Mahkamah Agung juga mengambil alih fungsi Hooggerechtshof
van Nederlandsch-Indie. Bedanya, pada masa penjajahan Belanda dahulu, terdapat dualisme
susunan kekuasaan kehakiman ini. Ada Europeesche Rechtsspraak yang menangani pelbagai
perkara golongan Eropa, dan ada pula Indische Rechtssspraak yang menangani perkara-
perkara golongan inlanders (pribumi).
Kategori: Lainnya
Menurut UUD 1945, bahwa sistem pemerintahan Negara Republik Indonesia tidak menganut
sistem pemisahan kekuasaan atau separation of power (Trias Politica) murni sebagaimana
yang diajarkan Montesquieu, akan tetapi menganut sistem pembagian kekuasaan (distribution
of power). Hal-hal yang mendukung argumentasi tersebut, karena Undang-Undang Dasar
1945 :

a. Tidak membatasi secara tajam, bahwa tiap kekuasaan itu harus dilakukan oleh suatu
organisasi/badan tertentu yang tidak boleh saling campur tangan.

b. Tidak membatasi kekuasaan itu dibagi atas 3 bagian saja dan juga tidak membatasi
kekuasaan dilakukan oleh 3 organ saja

c. Tidak membagi habis kekuasaan rakyat yang dilakukan MPR, pasal 1 ayat 2, kepada
lembaga-lembaga negara lainnya.

a. Pokok-pokok Sistem Pemerintahan Republik Indonesia

1) Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi yang luas. Wilayah negara terbagi dalam
beberapa provinsi.
2) Bentuk pemerintahan adalah republik, sedangkan sistem pemerintahan adalah presidensial.
3) Pemegang kekuasaan eksekutif adalah Presiden yang merangkap sebagai kepala negara
dan kepala pemerintahan. Presiden dan wakilnya dipilih dan diangkat oleh MPR untuk masa
jabatan 5 tahun. Namun pada pemilu tahun 2004, Presiden dan Wakil Presiden dipilih secara
langsung oleh rakyat dalam satu paket untuk masa jabatan 2004 2009.

4) Kabinet atau menteri diangkat dan diberhentikan oleh presiden, serta bertanggung jawab
kepada presiden.

5) Parlemen terdiri atas 2 bagian (bikameral), yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan
Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota DPR dan DPD merupakan anggota MPR.
DPR terdiri atas para wakil rakyat yang dipilih melalui pemilu dengan sistem proporsional
terbuka. Anggota DPD adalah para wakil dari masing-masing provinsi yang berjumlah 4
orang dari tiap provinsi.

6) Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan di bawahnya,
yaitu pengadilan tinggi dan pengadilan negeri serta sebuah Mahkamah Konstitusi dan Komisi
Yudisial.

7) Sistem pemerintahan negara Indonesia setelah amandemen UUD 1945, masih tetap
menganut Sistem Pemerintahan Presidensial, karena Presiden tetap sebagai kepala negara dan
sekaligus kepala pemerintahan. Presiden juga berada di luar pengawasan langsung DPR dan
tidak bertanggung jawab pada parlemen.

b. Beberapa variasi dari Sistem Pemerintahan Presidensial RI


1) Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul DPR. Jadi, DPR tetap
memiliki kekuasaan mengawasi presiden meskipun secara tidak langsung.

2) Presiden dalam mengangkat pejabat negara perlu pertimbangan dan/atau persetujuan DPR.
Contohnya dalam pengangkatan Duta untuk negara asing, Gubernur Bank Indonesia,
Panglima TNI dan kepala kepolisian.

3) Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan dan/atau persetujuan


DPR. Contohnya pembuatan perjanjian internasional, pemberian gelar, tanda jasa, tanda
kehormatan, pemberian amnesti dan abolisi.

4) Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undang-undang dan
hak budget (anggaran).

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas, dapat difahami bahwa dalam perkembangan
sistem pemerintahan presidensial di negara Indonesia (terutama setelah amandemen UUD
1945) terdapat perubahan-perubahan sesuai dengan dinamika politik bangsa Indonesia. Hal
itu diperuntukkan dalam memperbaiki sistem presidensial yang lama. Perubahan baru
tersebut antara lain, adanya pemilihan presiden langsung, sistem bikameral, mekanisme cheks
and balance dan pemberian kekuasaan yang lebih besar pada parlemen untuk melakukan
pengawasan dan fungsi anggaran.

Masa Orde Baru (Sebelum amandemen UUD 1945)

Di dalam Penjelasan UUD 1945, dicantumkan pokok-pokok Sistem Pemerintahan Negara


Republik Indonesia sebagai berikut :

a. Indonesia adalah negara hukum (rechtssaat)

Negara Indonesia berdasar atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekua-saan
belaka (machtsaat). Ini mengandung arti bahwa negara, termasuk di dalamnya pemerintah
dan lembaga-lembaga negara lain, dalam melaksanakan tugasnya/ tindakan apapun harus
dilandasi oleh hukum dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.

b. Sistem Konstitusional

Pemerintahan berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar). Sistem ini memberikan
ketegasan cara pengendalian pemerintahan negara yang dibatasi oleh ketentuan konstitusi,
dengan sendirinya juga ketentuan dalam hukum lain yang merupakan produk konstitusional,
seperti Ketetapan-Ketetapan MPR, Undang-undang, Peraturan Pemerintah, dan sebagainya.

c. Kekuasaan negara tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Kedaulatan rakyat dipegang oleh suatu badan yang bernama MPR sebagai penjelmaan
seluruh rakyat Indonesia Tugas Majelis adalah:
1) Menetapkan Undang-Undang Dasar,
2) Menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara,
3) Mengangkat kepala negara (Presiden) dan wakil kepala negara (wakil presiden).

Majelis inilah yang memegang kekuasaan negara tertinggi, sedang Presiden harus
menjalankan haluan negara menurut garis-garis besar yang telah ditetapkan oleh Majelis.
Presiden yang diangkat oleh Majelis, tunduk dan bertanggungjawab kepada Majelis. Presiden
adalah manda-taris dari Majelis yang berkewajiban menjalankan ketetapan-ketetapan
Majelis.

d. Presiden ialah penyelenggara peme-rintah Negara yang tertinggi menurut UUD.

Dalam menjalankan kekuasaan pemerintahan negara, tanggung jawab penuh ada di tangan
Presiden. Hal itu karena Presiden bukan saja dilantik oleh Majelis, tetapi juga dipercaya dan
diberi tugas untuk melaksanakan kebijaksanaan rakyat yang berupa Garis-garis Besar Haluan
Negara ataupun ketetapan MPR lainnya.

e. Presiden tidak bertanggungjawab ke-pada Dewan Perwakilan Rakyat.

Kedudukan Presiden dengan DPR adalah neben atau sejajar. Dalam hal pembentukan
undang-undang dan menetapkan APBN, Presiden harus mendapat persetujuan dari DPR.
Oleh karena itu, Presiden harus bekerja sama dengan DPR. Presiden tidak bertanggungjawab
kepada Dewan, artinya kedudukan Presiden tidak tergantung dari Dewan. Presiden tidak
dapat membu-barkan DPR seperti dalam kabinet parlementer, dan DPR pun tidak dapat
menjatuhkan Presiden.

f. Menteri negara ialah pembantu Presiden, menteri negara tidak ber-tanggungjawab kepada
Dewan Perwa-kilan Rakyat.

Presiden memilih, mengangkat dan memberhentikan mentri-mentri negara. Menteri-mentri


itu tidak bertanggungjawab kapada DPR dan kedudukannya tidak tergantung dari Dewan.,
tetapi tergantung pada Presiden. Menteri-menteri merupakan pembantu presiden.

g. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas.

Meskipun kepala negara tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi bukan berarti ia
diktator atau tidak terbatas. Presiden, selain harus bertanggung jawab kepada MPR, juga
harus memperhatikan sungguh-sungguh suara-suara dari DPR karena DPR berhak
mengadakan pengawasan terhadap Presiden (DPR adalah anggota MPR). DPR juga
mempunyai wewenang mengajukan usul kepada MPR untuk mengadakan sidang istimewa
guna meminta pertanggungjawaban Presiden, apabila dianggap sungguh-sungguh melanggar
hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat
lainnya atau perbuatan tarcela.

Masa Reformasi (Setelah Amandemen UUD 1945)

Undang-Undang Dasar 1945 berdasarkan Pasal II Aturan Tambahan terdiri atas Pembukaan
dan pasal-pasal. Tentang sistem pemerintahan negara republik Indonesia dapat dilihat di
dalam pasal-pasal sebagai berikut :

a. Negara Indonesia adalah negara Hukum.

Tercantum di dalam Pasal 1 ayat (3), tanpa ada penjelasan.

b. Sistem Konstitusional
Secara eksplisit tidak tertulis, namun secara substantif dapat dilihat pada pasal-pasal sebagai
berikut :
- Pasal 2 ayat (1)
- Pasal 3 ayat (3)
- Pasal 4 ayat (1)
- Pasal 5 ayat (1) dan (2)
- Dan lain-lain

c. Kekuasaan negara tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) bahwa MPR terdiri dari anggota DPR dan anggota Dewan
Perwakilan Daerah (DPD). MPR berdasarkan Pasal 3, mempunyai wewenang dan tugas
sebagai berikut :
- Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar.
- Melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden.
- Dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut
UUD.

d. Presiden ialah penyelenggara peme-rintah Negara yang tertinggi menurut UUD.

Masih relevan dengan jiwa Pasal 3 ayat (2), Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2).

e. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Dengan memperhatikan pasal-pasal tentang kekuasaan pemerintahan negara (Presiden) dari


Pasal 4 s.d. 16, dan Dewan Perwakilan Rakyat (Pasal 19 s.d. 22B), maka ketentuan bahwa
Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR masih relevan. Sistem pemerintahan negara
republik Indonesia masih tetap menerapkan sistem presidensial.

f. Menteri negara ialah pembantu Presiden, menteri negara tidak ber-tanggungjawab kepada
Dewan Perwakilan Rakyat.

Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara. Menteri-menteri diangkat dan diberhentikan


oleh presiden yang pembentukan, pengubahan dan pembubarannya diatur dalam undang-
undang Pasal 17).

g. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas.


Presiden sebagai kepala negara, kekua-saannya dibatasi oleh undang-undang. MPR
berwenang memberhentikan Presiden dalam masa jabatanya (Pasal 3 ayat 3). Demikian juga
DPR, selain mempunyai hak interpelasi, hak angket, dan menyatakan pendapat, juga hak
mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat serta hak imunitas (Pasal 20 A
ayat 2 dan 3).

Anda mungkin juga menyukai