Anda di halaman 1dari 42

TUGAS PERANCANGAN PABRIK

MAKALAH PEMILIHAN REAKTOR BERDASARKAN


PERFORMA REAKTOR

Di susun oleh :
Abdullah Agung Hayyuka (1507114795)
Toni Ardi (1507114719)
Ulfiana Puteri Al-Masri (1507116847)

Dosen Pengampu :
Prof. Edy Saputra, ST, MT, Ph.D

Program Studi Sarjana Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Riau
Pekanbaru
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii


DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2
1.4 Manfaat .......................................................................................................... 2
1.5 Sistematika Penulisan .................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3


2.1 Jalur Reaksi ................................................................................................... 3
2.2 Tipe Sistem Reaksi ........................................................................................ 5
2.3 Performa Reaktor .......................................................................................... 9
2.4 Laju Reaksi ................................................................................................... 10
2.5 Model Reaktor Ideal ..................................................................................... 12
2.6 Pemilihan Model Reaktor Ideal .................................................................... 25
2.7 Pemilihan Performa Reaktor ........................................................................ 32
2.8 Pemilihan Performa Reaktor (Rangkuman) ................................................. 34

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 36


3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 36
3.2 Saran ............................................................................................................. 36

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 37

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Ideal Yang Digunakan Untuk Desain Reaktor .................... 13
Gambar 2.2 Laju Reaksi Pada Reaktor Mixed-Flow .......................................... 14
Gambar 2.3 Laju Reaksi Pada Reaktor Plug-Flow ............................................. 15
Gambar 2.4 Profil Reaktor Mixed-Flow Dan Plug-Flow ................................... 17
Gambar 2.5 Model Kinetika Untuk Produksi Benzil Asetat .............................. 19
Gambar 2.6 Pemilihan Rekator Untuk Sistem Reaksi Paralel ............................ 28
Gambar 2.7Pemilihan Reaktor Tipe Gabungan Reaksi Parelel Dan Seri Pada
Ssat Reaksi Parallel Memiliki Orde Yang Lebih Tinggi
Dibandingkan Reaksi Primer .......................................................... 30

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Campuran Reaksi Awal Pada Produksi Benzil Asetat ........................ 18
Tabel 2.2 Data Eksperimen Untuk Produksi Benzil Asetat ................................. 18
Tabel 2.3 Ekspresi Untuk Reaksi Batch Dengan Model Kinetika Berbeda ........ 19
Tabel 2.4 Hasil Dari Kuadrat Terkecil Untuk Ketiga Model Kinetika ............... 20
Tabel 2.5 Data Eksperimen Produksi Etil Asetat ................................................ 20
Tabel 2.6 Massa Molar Komponen Yang Terlibat Dalam Manufaktur
Etil Asetat ............................................................................................ 21
Tabel 2.7 Konsentrasi Molar Manufaktur Etil Asetat ......................................... 21
Tabel 2.8 Model Kinetika Untuk Mem Fit Data Pada Manufaktur Etil Asetat ... 22
Tabel 2.9 Hasil Fitting Model Pada Manufaktur Etil Asetat ............................... 23

iv
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dikarenakan perancangan proses dimulai dengan reaktor, hal pertama
yang harus dilakukan adalah memilih reaktor. Performa reaktor yang baik menjadi
peran penting dalam menentukan kelayakan ekonomi dari rancangan keseluruhan
dan dampak terhadap lingkungan dari proses tersebut. Selain menghasilkan
produk yang diinginkan, reaktor juga menghasilkan produk samping. Produk
samping yang tidak diinginkan ini tidak hanya menyebabkan berkurangnya
pendapatan tetapi juga menyebabkan permasalahan lingkungan. Solusi terbaik
untuk permasalahan lingkungan bukan dengan mengembangkan metode
pengendalian tetapi untuk tidak menghasilkan limbah pada tahap awal.
Reaktor bisa diklasifikasikan sebagai kimia atau biokimia. Kebanyakan
reaktor tersebut menggunakan katalis. Dalam memilih katalis, strateginya berupa
katalis dengan karakteristik yang ideal serta sesuai dengan kondisi operasi yang
dibutuhkan untuk sistem reaksi. Hal yang mencakup dalam merancang reaktor
berupa :
1. Tipe reaktor
2. Katalis
3. Ukuran
4. Kondisi operasi (temperatur dan tekanan)
5. Fasa
6. Kondisi umpan (konsentrasi dan suhu)

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana bentuk jalur reaksi ?
2. Bagaimana tipe-tipe dari sistem reaksi ?
3. Bagaimana cara menentukan performa reaktor ?
4. Bagaimana bentuk laju reaksi dari masing- masing sistem reaksi ?
5. Bagaimana bentuk model reaktor ideal ?
6. Bagaimana cara memilih reaktor ideal ?
7. Bagaimana cara memilih performa reaktor ?
2

1.3 Tujuan
1. Mengerti dan memahami bentuk jalur reaksi
2. Mengerti dan memahami tipe-tipe dari sistem reaksi
3. Mengerti dan memahami cara menentukan performa reaktor
4. Mengerti dan memahami bentuk laju reaksi dari masing- masing sistem
reaksi
5. Mengerti dan memahami bentuk model reaktor ideal
6. Mengerti dan memahami cara memilih reaktor ideal
7. Mengerti dan memahami cara memilih performa reaktor

1.4 Manfaat
1. Sebagai bahan baca bagi mahasiswa yang ingin menambah wawasannya
tentang pemilihan reaktor
2. Sebagai bahan rujukan atau referensi bagi mahasiswa yang sedang
melakukan tugas perancangan reaktor dan/atau penyusunan makalah /
laporan kerja praktek

1.5 Sistematikan Penulisan


Makalah ini disusun berdasarkan format penyusunan makalah pada
umumnya yang terdiri dari BAB I Pendahuluan, BAB II Pembahasan/ Isi, BAB III
Penutup. Seluruh bahan dan informasi dari makalah ini didapat dari terjemahan
BAB V buku Chemical Process Design and Integration karya Robin Smith (2005).
3

BAB II
PEMBAHASAN
Sejak perancangan proses dimulai dengan reaktor, hal pertama yang harus
dilakukan adalah memilih reaktor. Performa reaktor yang baik menjadi peran
penting dalam menentukan kelayakan ekonomi dari rancangan keseluruhan dan
dampak terhadap lingkungan dari proses tersebut. Reaktor bisa diklasifikasikan
sebagai kimia atau biokimia. Kebanyakan reaktor tersebut menggunakan katalis.
Dalam memilih katalis, strateginya berupa katalis dengan karakteristik yang ideal
serta sesuai dengan kondisi operasi yang dibutuhkan untuk sistem reaksi. Hal
yang mencakup dalam merancang reaktor berupa :
1. Tipe reaktor
2. Katalis
3. Ukuran
4. Kondisi operasi (temperatur dan tekanan)
5. Fasa
6. Kondisi umpan (konsentrasi dan suhu)

2.1 Jalur Reaksi


Untuk menghasilkan suatu produk, biasa digunakan jalur reaksi alternatif
untuk menghasilkan produk tersebut. Jalur reaksi yang dimaksud seperti dalam
hal menggunakan bahan baku yang murah dengan nilai hasil samping produksi
yang kecil, terutama produk samping yang tidak diinginkan yang dapat
mengganggu lingkungan. Beberapa faktor juga diperhitungkan dalam menentukan
jalur reaksi seperti yang bersifat komersial berupa ketidakpastian harga bahan
baku dan produk serta yang bersifat teknis seperti keamanan dan energi yang
digunakan. Sebagai contoh dalam pembuatan vinil klorida, yang dijabarkan
dengan 3 jalur reaksi :
Jalur 1 :
4

Jalur 2 :

Jalur 3 :

Untuk nilai pasar dan massa molar berupa :

Jika oksigen dianggap bebas (gratis), jalur reaksi mana yang lebih cocok sesuai
dengan biaya bahan baku, nilai produk dan produk sampingan?
Pembahasan :
Hal terbaik yang dilakukan adalah menentukan nilai potensi ekonomi (EP) yaitu :
EP = (nilai produk) – (biaya bahan baku)

Untuk jalur 1,
( ) ( ) $/kmol produk vinil klorida

Untuk jalur 2, jika asumsi produk samping HCl dijual maka:


( ) ( ) $/kmol produk
vinil klorida.
Jika produk samping tidak dijual maka:
( ) ( ) $/kmol produk vinil klorida

Untuk jalur 3,
( ) ( ) $/kmol produk vinil klorida
5

Jalur 1 dan 3 memiliki nilai yang tidak layak. Hanya jalur 2 dengan produk
samping HCl yang dapat dijual yang memiliki nilai potensi ekonomi yang positif,
namun akan sedikit susah memasarkan HCl karena cenderung terbatas.
Seharusnya, suatu proyek harus sesuai dengan dasar nilainya.
Sebagai referensi, proses menggunakan etilen jauh lebih mahal dibanding
asetilen dan klorin lebih mahal daripada hidrogen klorida.

2.2 Tipe Sistem Reaksi


Sebelum melanjutkan dalam memilih reaktor dan kondisi operasinya,
beberapa klasifikasi perlu dibuat terkait dengan tipe sistem reaksi yang mungkin
dijumpai, yaitu:
1. Reaksi tunggal
(2.1)
Tipe reaksi ini merupakan reaksi umpan membentuk produk dengan
formula kimia yang sama tapi memiliki struktur molekul yang berbeda. Sebagai
contoh produksi allyl alkohol dari propilen oksida :

2. Reaksi ganda secara paralel dengan produk samping


Sistemnya melibatkan reaksi sekunder yang menghasilkan produk
samping (sebagai tambahan) yang berbentuk paralel dengan reaksi primer.
(2.2)

Contohnya sistem reaksi secara paralel yang terjadi dalam memproduksi


etilen oksida :

dengan reaksi paralelnya


6

Reaksi ganda mungkin tidak hanya menyebabkan adanya kehilangan


bahan dan produk yang berguna tetapi mungkin juga dapat menyimpan produk
samping bahkan meracuni katalis.

3. Reaksi ganda secara seri dengan produk samping


(2.3)

Sebagai contoh dalam memproduksi formaldehid dari metanol

Reaksi secara seri yang terjadi pada formaldehid berupa :

Sama dengan reaksi secara paralel, reaksi secara seri juga dapat
menyebabkan adanya kehilangan bahan dan produk yang berguna, namun produk
samping juga dapat tersimpan atau juga meracuni katalis.

4. Gabungan reaksi secara paralel dan seri dengan produk samping

(2.4)

Contohnya dalam memproduksi etanolamina dengan reaksi antara etilen


oksida dan amonia :

Terlihat bahwa etilen oksida mengalami reaksi secara paralel, sedangkan


monoetanolamina mengalami reaksi secara seri membentuk dietanolamina dan
trietanolamina.
7

5. Reaksi polimerisasi
Dalam reaksi polimerisasi, molekul monomer direaksikan bersama untuk
memproduksi polimer dengan massa molar yang tinggi. Ada 2 tipe reaksi
polimerisasi yaitu yang didalamnya ada langkah penghentian (termination step)
serta yang tidak. Contoh yang memiliki langkah penghentian seperti polimerisasi
radikal bebas dari molekul alkana yang dikenal polimerisasi tambahan (addition
polymerization). Radikal bebas merupakan atom bebas yang molekulnya stabil
dan mengandung satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Polimerisasi
biasanya membutuhkan radikal bebas dari komponen yang yang bersifat inisiator
seperti peroksida. Inisiator tersebut akan pecah membentuk radikal bebas seperti
CH3 atau OH yang biasanya terdapat pada molekul alkana. Contohnya
polimerisasi vinil klorida dari inisiator radikal bebas R.
Pada langkah inisiasi, yang pertama terjadi :

Langkah perambatan (propagation step) melibatkan pertumbuhan


disekitaran pusat aktif berupa

Selanjutnya reaksi mengarah ke struktur molekul

Yang akhirnya, rantai diakhiri dengan langkah berupa tidak menyatunya 2


radikal yang menyebabkan tidak dihasilkannya radikal.

Langkah penghentian inilah yang akan menghentikan pertumbuhan rantai


polimer selanjutnya. Sedangkan polimerisasi tanpa langkah penghentian seperti
pada polikondensasi, yaitu :

Di sini polimer tumbuh dengan proses esterifikasi yang berurutan dengan


penghilangan air serta tidak ada langkah penghentian. Polimer dibentuk dengan
menghubungkan monomer dengan kelompok asam karboksilat dan yang memiliki
8

kelompok alkohol dikenal sebagai poliester. Polimer jenis ini banyak digunakan
untuk pembuatan dari serat buatan. Misalnya, esterifikasi asam tereftalat dengan
etilena glikol menghasilkan polietilen tereftalat.

6. Reaksi biokimia
Biasa dikenal dengan fermentasi dimana ada 2 tipe, tipe pertama yaitu
reaksi yang mengekploitasi gugus metabolik pada mikroorganisme yang dipilih
(bakteri, ragi, alga) untuk mengubahnya menjadi bahan umpan (dikenal dengan
susbtrat) untuk produk yang dibutuhkan.

(2.5)
Sebagai tambahan untuk bahan umpan, seperti nutrisi akan dibutuhkan
untuk menambah keberlangsungan hidup mikroorganisme. Reaksi yang
melibatkan mikroorganisme dapat berupa hidrolisi, oksidasi, esterifikasi, serta
reduksi.
Sebagai contoh reaksi oksidasi, memproduksi asam sitrat dari glukosa :

Untuk yang kedua, pada reaksi melibatkan enzim, yaitu protein katalis
yang dihasilkan mikroorganisme yang mempercepat reaksi kimia dalam
mikroorganisme.
(2.6)
Tidak seperti reaksi dengan mikroorganisme, pada enzim reaksi agen
katalitik tidak bereproduksi diri. Contoh pada penggunaan enzim sebagai
isomerisasi dari glukosa menjadi fruktosa :

Meski alam menyediakan banyak enzim yang bermanfaat, mereka juga


bisa direkayasa untuk peningkatan kinerja dan aplikasi terbaru. Reaksi biokimia
memiliki keuntungan beroperasi dibawah kondisi reaksi dengan suhu dan tekanan
rendah serta biasanya menggunakan media berair dibandingkan dengan pelarut
organik.
9

2.3 Performa Reaktor


Untuk tipe lain dari reaktor, terdapat 3 parameter penting digunakan untuk
menjelaskan performanya yaitu :

( )
(2.7)
( )

( )
(2.8)
( )

( )
(2.9)
( )

Dimana faktor stoikiometri merupakan jumlah mol reaktan yang dibutuhkan per
mol produk.
Contoh : Benzena diproduksi dari toluena lewat reaksi

Beberapa benzena yang terbentuk mengalami reaksi sekunder secara seri


terhadap produk samping yang tidak diinginkan yang dapat dikarakterisasi oleh
reaksi dengan difenil menurut reaksi :

Hitung konversi, selektivitas dan yield reaktor dengan umpan toluena dan
umpan hidrogen.

Penyelesaian :
( )
( )

Faktor stoikiometri = mol stoikiometri toluena yang dibutuhkan per mol benzene
yang dihasilkan = 1
10

( )
( )

( )
( )

Dengan cara yang sama, untuk konversi, selektivitas dan yield dari umpan
hidrogen didapat berturut-turut 0,72, 0,98 dan 0,14. Berdasarkan hasil, performa
reaktor bisa dihitung dengan membandingkan kedua umpan dimana terlihat lebih
baik dengan toluena sebab lebih bernilai daripada hidrogen.
Dalam menjelaskan performa reaktor, selektivitas sering menjadi
parameter yang diprioritaskan dibandingkan yield reaktor sebab yield reaktor
didasarkan pada reaktan yang diumpankan ke reaktor dari apa yang dikonsumsi.
Sehingga jika terdapat bahan yang diaur ulang (recycle) maka tidak dapat
diperhitungkan lagi dengan cara tersebut. Namun secara keseluruhan, hasil
proseslah yang menjadi parameter penting untuk menggambarkan kinerja pabrik.

2.4 Laju Reaksi


Laju reaksi merupakan jumlah mol produk yang terbentuk sehubungan
dengan waktu persatuan volume suatu campuran reaksi, dapat ditulis dengan
persamaan berikut.

( ) (2.10)

Dimana, : laju reaksi dari komponen i (kmol.m-3 .s-1 )


: mol komponen i yang terbentuk (kmol)
: volume reaksi (m3 )
: waktu (s)
Jika volume dari reaktor tetap (V = konstan), maka :

( ) (2.11)

Dimana merupakan konsentrasi molar dari komponen i (kmol.m-3 )


11

Laju reaksi akan bertanda negative untuk komponen reaktan dan bertanda
positif untuk komponen produk. Sebagai contoh berikut disajikan reaksi
irreversible :
(2.12)
Laju dari reaksi diatas dapat ditulis sebagai berikut.

(2.13)

Persamaan laju reaksi elementer, persamaan laju reaksi pada umumnya mengikuti
stoikimetri yaitu sebagai berikut.
(2.14)
(2.15)
(2.16)
(2.17)
Eksponen dari konsentrasi ( ) disebut dengan orde reaksi. Jika pada suatu
reaksi tidak ada koresponden antara stoikiometri reaksi dan laju reaksi, yang
dikenal dengan reaksi nonelementer maka persamaan laju reaksi dapat ditulis
sebagai berikut.
(2.18)

(2.19)

(2.20)

(2.21)
Konstanta laju reaksi dan orde reaksi harus ditentukan secara
eksperimental. Jika mekanisme reaksi mencakup beberapa langkah ganda yang
mencakup tahapan intermediet kimia maka bentuk persamaan laju reaksi akan
lebih kompleks. Jika reaksi reversible seperti berikut:
(2.22)
Maka laju reaksi untuk reaksi diatas yaitu selisih laju reaksi menuju produk
dan reaksi sebaliknya. Jika reaksi kedepan (menuju produk) dan sebaliknya
merupakan reaksi elementer maka persamaan laju reaksi ditulis sebagai berikut.
(2.23)
(2.24)
(2.25)
12

(2.26)
Jika reaksi reversible diatas merupakan reaksi nonelementer, yang
melibatkan formasi kimia intermediet pada tahapannya maka persamaan laju
reaksi akan lebih kompleks dibandingkan persamaan 2.23 hingga 2.26.

2.5 Model Reaktor Ideal


Terdapat tiga model ideal yang digunakan untuk desain reaktor. Pertama
(Gambar 2.1a), ideal-batch pada model ini reaktan dimasukkan pada saat awal
operasi. Kemudian dilakukan pengadukan sempurna untuk periode waktu tertentu,
setelah itu produk dikeluarkan. Perubahan konsentrasi terhadap waktu, dengan
adanya pencampuran sempurna memastikan bahwa pada saat itu komposisi dan
suhu di seluruh reaktor keduanya seragam.
Model kedua (Gambar 2.1b), dikenal dengan mixed-flow atau continuous
well-mixed atau continuous-stirred-tank (CSTR) dimana umpan dan produk
masuk dan keluar secara kontinu dan isi reactor diasumsikan teraduk sempurna.
Hal ini menyebabkan komposisi dan suhu yang seragam di seluruh reaktor.
Karena pencampuran sempurna, elemen cairan dapat secara instan memasuki
reaktor atau tinggal untuk waktu yang panjang. Waktu tinggal cairan dalam
reaktor bervariasi.
Model ketiga (Gambar 2.1c), dikenal dengan plug-flow dengan asumsi
terjadi pergerakan seragam yang stabil dari reaktan, tanpa upaya untuk
menginduksi pencampuran sepanjang arah mengalir. Seperti reaktor ideal-batch,
waktu tinggal di reaktor plug-flow adalah sama untuk semua elemen fluida.
Operasi pada reactor plug-flow dapat didekati dengan menggunakan sejumlah
reaktor mixed-flow dalam susunan seri (Gambar 2.1d). Semakin besar jumlah
reaktor mixed-flow dalam seri, maka semakin dekat pendekatan operasi plug-flow.
13

Gambar 2.1 Model ideal yang digunakan untuk desain reaktor


1. Ideal batch model
Pada reaktor batch umpan dimasukkan pada saat awal operasi dan tidak
ada produk yang dikeluarkan dari reaktor hingga proses selesai. Adapun
persamaan untuk reaktor batch sebagai berikut.

( ) (2.27)

Persamaan 2.27 diintegrasikan menjadi persamaan berikut.

∫ (2.28)

Dimana, : waktu reaksi pada reaktor batch


: jumlah mol mula-mula dari komponen i
: jumlah mol akhir dari komponen i setelah waktu t
Jika dihubungkan dengan konversi, maka persamaan 2.27 dapat ditulis sebagai
berikut.
[ ( )]
(2.29)

Persamaan 2.29 diintegrasikan menjadi persamaan berikut.

∫ (2.30)
14

Definisi konversi reaktor untuk kasus spesial pada campuran reaksi dengan
densitas tetap, dapat dilihat berikut ini.

(2.31)

Jika persamaan 2.31 disubstitusi pada persamaan 2.29, didapat persamaan berikut.

(2.32)

Persamaan 2.32 diintegrasikan menjadi persamaan berikut.

∫ (2.33)

2. Mixed-flow reactor
Berdasarkan Gambar 2.2b dimana umpan berupa komponen i sedang
bereaksi, neraca massa komponen i per unit waktu yaitu :
[ ] [ ] [ ](2.34)

Persamaan 2.34 dapat ditulis secara matematis sebagai berikut.


( ) (2.35)
Penyusunan ulang persamaan 2.35, didapat :
(2.36)
Substitusi ( ) pada persamaan 2.36 maka didapat:

(2.37)

Untuk kasus spesial pada sistem dengan denstitas tetap, persamaan 2.37 menjadi:
( )
(2.38)

Gambar 2.2 Laju reaksi pada reaktor mixed-flow


15

Jika dihubungkan dengan waktu sebagai pengukuran terhadap kinerja dari


reactor batch maka space-time (τ) dapat didefinisikan pada reactor mixed-flow:
[ ] (2.39)
Jika space-time bergantung pada kondisi umpan maka:

(2.40)

Jika dikombinasikan antara persamaan 2.38 untuk reactor mixed-flow dengan


densitas konstan dan 2.40, didapat:

(2.41)

Gambar 2.2b merupakan sebuah plot persamaan 2.41 dari C i,in hingga Ci,out ,
dimana laju reaksi menurun hingga minimum pada C i,out . Sebagaimana reactor
diasumsikan teraduk sempurna, C i,out sebagai konsentrasi keluaran reactor, yang
mana memberikan laju terendah keluaran reactor. Luasan yang diarsir pada
Gambar 5.2b mewakili space-time (V/F).

3. Plug-flow reactor
Plug-flow reactor dapat dilihat pada Gambar 2.3a, yang mana komponen i
sedang bereaksi.

Gambar 2.3 Laju reaksi pada reaktor plug-flow

Adapun neraca massa untuk Gambar 5.3a yaitu :

[ ] [ ] [ ](2.42)

Persamaan 5.42 dapat ditulis dengan :


( ) (2.43)
16

Dimana merupakan mol komponen i per satuan waktu, persamaan 2.43 dapat
disusun ulang menjadi :
(2.44)
Substitusikan konversi reaktor ke dalam persamaan 2.44
[ ( )] (2.45)
Penataan ulang persamaan 2.45 didapat :
(2.46)
Integrasi terhadap persamaan 2.46 didapat :

∫ (2.47)

Jika persamaan 2.47 dihubungkan dengan space-time, didapat :

∫ (2.48)

Untuk kasus spesial pada sistem densitas tetap, maka :

∫ (2.49)

∫ (2.50)

Pada Gambar 2.3b merupakan plot dari persamaan 2.50. Laju reaksi tinggi pada
Ci,in dan menurun ketika C i,out , yang merupakan laju reaksi terendah. Luasan di
bawah kurva mewakili space-time.
Perlu diingat bahwa analisa untuk reaktor ideal-batch sama seperti untuk
reaktor plug-flow. Seluruh elemen fluida memiliki waktu tinggal yang sama pada
kedua kasus, yaitu :
(2.51)
Perbandingan profil untuk reaktor mixed-flow dan plug-flow dengan
konsentrasi masukan dan keluaran yang sama dapat dilihat pada Gambar 2.4a.
17

Gambar 2.4 Profil reaktor mixed-flow dan plug-flow


Pada Gambar 2.4 terlihat volume pada reaktor mixed-flow lebih besar
dibanding reaktor plug-flow. Laju reaksi pada reaktor mixed-flow secara seragam
rendah seperti reaktan yang secara instan diencerkan oleh produk samping ketika
sudah terbentuk. Pada reaktor plug-flow atau ideal-batch, laju reaksi tinggi saat
awal reaksi dan menurun seiring menurunnya konsentrasi reaktan.
Berbeda dengan reaksi sebelumnya, pada reaksi autokatalitik, laju reaksi
pada awal reaksi rendah saat sedikit produk yang terbentuk, dan akan meningkan
seiring meningkatnya produk yang terbentuk. Laju reaksi mencapai titik
maksimum dan kemudian menurun seiring menurunnya reaktan karena
terkonversi membentuk produk. Hal ini diilustrasikan pada Gambar 2.4b. pada
beberapa situasi, akan lebih baik jika dikombinasikan tipe reaktor yang
digunakan, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2.4b, untuk meminimalkan
ukuran volume reaktor untuk flowrate yang diberikan. Reaktor mixed-flow
digunakan hingga laju maksimum tercapai dan produk intermediet diumpankan ke
reaktor plug-flow. Kombinasi antara reaktor mixed-flow tersusun seri dan plug-
flow dengan aliran recycle dapat juga digunakan untuk reaksi autokatalitik.
Contoh 2.4
Benzil asetat merupakan senyawa yang digunakan dalam parfum, sabun,
kosmetik, item dalam rumah tangga, serta memproduksi aroma buah dan melati
yang digunakan dalam penambahan rasa sebagian kecilnya. Benzil asetat dapat
diproduksi dari reaksi antara benzil klorida dan natrium asetat didalam larutan
xylen dengan trietilamin sebagai katalis.
18

C6 H5 CH2 Cl + CH3 COONa CH3 COOC6 H5 CH2 + NaCl


atau
A+B C+D
Reaksi tersebut diselidiki secara eksperimental oleh Huang dan Dauerman dalam
reaktor batch dengan kondisi awal yang tertera pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Campuran reaksi awal pada produksi benzil asetat
Component Moles
Benzil klorida 1
Natrium asetat 1
Xylen 10
Trietilamin 0.0508

Volume larutan sebesar 1.321 x 10-3 m3 dan suhu dijaga pada 102˚C. Pengukuran
mol benzil klorida terhadap waktu dalam jam tertera pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Data eksperimen untuk produksi benzil asetat
Waktu reaksi Benzil klorida
(h) (%mol)
3.0 94.5
6.8 91.2
12.8 84.6
15.2 80.9
19.3 77.9
24.6 73.0
30.4 67.8
35.2 63.8
37.15 61.9
39.1 59.0

Turunkan model kinetika untuk reaksi berdasarkan data eksperimen tersebut.


Asumsikan volume reaktor konstan.

Penyelesaian :
19

Persamaan untuk reaksi pada reaktor batch dapat dilihat pada persamaan 2.28
yaitu :

Pada awalnya dapat didalilkan bahwa reaksi bisa orde nol, orde pertama atau orde
kedua dalam konsentrasi A dan B. Namun, mengingat bahwa semua koefisien
reaksi stoikiometri adalah satuan, dan campuran reaksi awal merupakan equimolar
untuk jumlah A dan B, tampaknya masuk akal untuk pertama mencoba model
kinetika dalam konsentrasi A. Ini karena, dalam kasus ini, reaksi berlangsung
dengan tingkat perubahan mol yang sama untuk kedua reaktan. Dengan demikian,
dapat didalilkan bahwa reaksi dapat berupa orde nol, orde pertama atau orde
kedua dalam konsentrasi A. Pada prinsipnya, ada banyak kemungkinan lain.
Mengganti ekspresi kinetik yang tepat ke dalam persamaan 2.37 dan
mengintegrasikan memberikan ekspresi pada Tabel 2.3:
Tabel 2.3 Ekspresi untuk reaksi batch dengan model kinetika berbeda
Orde Reaksi Ekspresi Kinetika Model Ideal-Batch
Orde nol
( )

Orde satu

Orde dua
( )

Data eksperimen telah diganti ke dalam tiga model dan disajikan secara grafis
pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Model kinetika untuk produksi benzil asetat


Dari Gambar 2.5, ketiga model tampaknya memberikan representasi data yang
wajar, karena ketiganya memberi garis lurus yang masuk akal. Sulit untuk
20

membedakannya dari grafik garis mana yang paling cocok. Akan lebih baik
dinilai dengan melakukan kuadrat terkecil sesuai dengan data untuk tiga model.
Perbedaan antara nilai yang dihitung dari model dan nilai percobaan dijumlahkan
menurut:

∑[( ) ( ) ]

Dimana,
R = residual
( ) = jumlah mol A dari model untuk j pengukuran

( ) = mol A terhitung melalui percobaan untuk j pengukuran


Tabel 2.4 Hasil dari kuadrat terkecil untuk ketiga model kinetika
Orde Reaksi Rate Constant R2
Orde nol
Orde satu
Orde dua ⁄

Dari Tabel 2.4 dapat dilihat bahwa yang paling sesuai ialah model reaksi orde satu
: dengan h-1

Contoh 2.5
Etil asetat secara luas digunakan dalam pembuatan tinta cetak, perekat, lak
dan digunakan sebagai pelarut dalam pengolahan makanan. Etil asetat dapat
dibuat dari reaksi antara etanol dan asam asetat dalam fase cair sesuai dengan
reaksi.
CH3 COOH + C2 H5 OH CH3 COOC2 H5 + H2 O
Asam asetat Etanol Etil asetat air
atau
A+B C+D
Data eksperimen dapat digunakan dengan menggunakan katalis resin pengubah
ion berdasarkan pada eksperimen secara batch pada 60 0 C. Data-data ini disajikan
pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Data eksperimen produksi etil asetat
21

Massa molar dan densitas untuk komponen diberikan pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6 Massa molar komponen yang terlibat dalam manufaktur etil asetat

Kondisi awal sedemikian rupa sehingga reaktan sama dengan konsentrasi produk
yang awalnya nol. Dari data eksperimen, dengan asumsi densitas sistem konstan :
a. Fit Model kinetika untuk data eksperimen
b. Untuk pabrik yang memproduksi 10 ton etil asetat per hari, hitung volume
yang dibutuhkan oleh reaktor aliran campuran dan reaktor aliran sumbat yang
beroperasi pada 60˚C. Asumsikan tidak ada produk yang didaur ulang ke
reaktor dan umpan reaktor sama dengan campuran etanol dan asam asetat.
Dan juga, asumsikan konversi reaktor 95% dari konversi saat setimbang.
Penyelesaian :
a. Untuk mem Fit model ke data, pertama ubah data persen massa dari tabel
2.5 kedalam konsentrasi molar. Volume campuran reaksi per kg campuran reaksi
(asumsi tidak terjadi perubahan volume larutan)
22

Konsentrasi molar diberikan pada Tabel 2.7


Tabel 2.7 Konsentrasi molar manufaktur etil asetat

Laju reaksi dapat diasumsikan dari persamaan :

dapat berupa 0, 1 atau 2 yang mana n1 = dan n2 = .


Banyak bentuk model kinetika lainnya yang dapat di postulasikan. Persamaan
untuk reaktor ideal batch dapat dilihat pada persamaan berikut.

Substitusikan model kinetika dan itegrasikan, hasilnya diberikan pada tabel 2.8
yang tergantung pada nilai orde reaksi. Integral didapat dari tabel integral standar.
Tabel 2.8 Model kinetika untuk mem fit data pada manufaktur etil asetat
23

Perhatikan pada Tabel 2.8 Integral yang banyak adalah hal yang umum
untuk model kinetika yang berbeda. Hal ini khusus untuk reaksi ini di mana
semua koefisien stoikiometri adalah bentuk kesatuan dan campuran reaksi awal
memiliki kadar yang sama. Dengan kata lain, perubahan jumlah mol sama untuk
semua komponen. Dibandingkan menentukan integral secara analitik, hal tersebut
bisa ditentukan secara numerik. Integral analitis hanya lebih mudah jika dapat
diselesaikan, terutama jika model kinetika tersebut harus dipasang dalam
spreadsheet, daripada perangkat lunak yang ditulis berdasarkan tujuan. Kuadrat
paling kecil memvariasikan laju reaksi konstan untuk meminimalkan fungsi
objektif :

R2 minimum = ∑ ∑ [( ) ( ) ]
Dimana,
R = residual
( ) = perhitungan konsentrasi molar komponen i untuk pengukuran j
24

( ) = pengukuran konsentrasi molar secara eksperimen komponen i


untuk pengukuran j
Sekali lagi, ini dapat dilakukan, misalnya, dalam spreadsheet perangkat
lunak, dan hasilnya diberikan pada Tabel 2.9.
Tabel 2.9 Hasil fitting model pada manufaktur etil asetat

Dari Tabel 2.9, sangat sulit untuk memilih antara dua model terbaik.
Kesesuaian terbaik diberikan oleh model orde kedua untuk reaksi maju dan orde
pertama untuk reaksi balik dengan:

Namun, sulit untuk memilih diantara model ini dan model orde kedua untuk
reaksi maju dan reaksi balik.
b. Sekarang gunakan model kinetika untuk mengukur reaktor yang
menghasilkan 10 ton perhari etil asetat. Pertama, konversi pada kesetimbangan
butuh untuk di hitung. Pada keadaan setimbang, laju reaksi maju dan balik adalah
sama yaitu:

Substitusikan untuk konversi pada keadaan setimbanga XE, dihasilkan :


[( ( )]
Substitusi nilai = 0,002688, = 0,004644 dan = 8,3277 dan selesaikan
untuk nilai XE dengan trial dan error, dihasilkan :

Asumsikan konversi sebenarnya 95% dari konversi saat setimbang :


X = 0,95 * 0,6366 = 0,605
Laju produksi 10 ton/hari sama dengan 0,0788 kmol.min-1 . Untuk reaktor aliran
campuran dengan umpan yang sama C A0 = CB0 = 8,33 kmol.m-3 pada 60 0 C :
25

( )

( )
Untuk reaktor aliran sumbat :


( )

Dari tabel integral standar, persamaan diatas dapat di integrasikan, dihasilkan :


( ( ) )( )
( ( ) )( )

Dimana, a = √
Substitusikan nilai dan , diberikan hasil :

Volume reaktor diberikan pada persamaan dibawah ini :

Secara alternatif, waktu tinggal dalam reaktor aliran sumbat dapat dihitung dari
persamaan reaktor batch yang diberikan pada tabel 2.8. Hasil dari waktu tinggal
ini sama untuk keduanya. Karenanya, konsentrasi akhir dalam reaktor aliran
sumbat yaitu:
( )( ) ( )( ) ( )
( ) ( ) ( )

Dimana a = √
Konsentrasi akhir dari konversi adalah 8,33 x 0,395 = 3,29 kmol.m3 (asumsi
tidak ada perubahan volume). Karenanya, persamaan doatas dapat diselesaikan
melalui trial dan error untuk mendapatkan nilai waktu tinggal sebesar 120,3 min.
Seperti yang diduga, hasil nya menunjukkan bahwa volume yang
dibutuhkan oleh reaktor aliran campuran lebih besar dibandingkan reaktor aliran
sumbat.
Poin- poin yang harus dicatat berdasarkan contoh 2.4 dan 2.5 sebagai
berikut :
26

1. Model kinetika disesuikan dengan data eksperimen pada kondisi spesifik rasio
molar umpan dan suhu. Model-model tersebut hanya valid pada kondisi-
kondisi ini. Penggunaan umpan dengan kadar yang berbeda atau pada suhu
yang berbeda akan tidak valid.
2. Mengingat bahwa model kinetika hanya berlaku untuk berbagai kondisi
dimana mereka di fit kan, lebih baik penyelidikan secara eksperimen pada
kinetika reaksi dan desain reaktor dilakukan secara paralel. Jika pendekatan ini
diikuti, maka dapat dipastikan bahwa berbagai kondisi eksperimental yang
digunakan di laboratorium mencakup berbagai kondisi yang digunakan dalam
desain reaktor. Jika program eksperimental dilakukan dan diselesaikan
sebelum desain reaktor, maka tidak ada jaminan bahwa model kinetika akan
sesuai untuk kondisi yang dipilih dalam desain akhir.
3. Model-model yang berbeda sering memberikan prediksi yang sangat mirip
dalam rentang kondisi yang terbatas. Namun, perbedaan antara model-model
yang berbeda cenderung menjadi besar jika digunakan di luar rentang di mana
mereka di fit kan untuk data eksperimen.

2.6 Pemilihan Model Reaktor Ideal


Pada sesi 2.2 telah disebutkan enam kategori sistem reaksi. Pada sesi ini
akan dilihat model reaktor ideal yang seperti apa yang dapat digunakan untuk ke
enam sistem reaksi tersebut.
1. Reaksi tunggal
Misal reaksi tunggal dari persamaan 2.1 :
(2.52)
dimana,
r = laju reaksi
k = konstanta laju reaksi
= konsentrasi molar umpan
= orde reaksi
Secara jelas dapat dilihat bahwa laju reaksi tertinggi diatur/dijaga oleh
konsentrasi umpan tertinggi. ( , kmol.m-3 ). Seperti yang telah dijelaskan
bahwa dalam reaktor mixed-flow, umpan masuk secara langsung diencerkan oleh
produk yang telah terbentuk. Oleh karenanya, laju reaksi lebih kecil pada reaktor
27

mixed-flow dibandingkan reaktor batch ideal dan reaktor plug-flow, kerena mixed-
flow beroperasi pada laju reaksi lambat sesuai dengan konsentrasi luaran umpan.
Karenanya, reaktor mixed-flow membutuhkan volume yang lebih besar
dibandingkan reaktor batch ideal atau reaktor plug-flow. Oleh karena itu, untuk
reaksi tunggal, sebuah reaktor batch ideal atau reaktor plug-flow lebih di anjurkan.

2. Reaksi ganda secara paralel dengan produk samping


Misalkan sistem reaksi paralel dengan persamaan laju reaksi yang sesuai:
(2.53.a)
(2.53.b)
Dimana,
r1 ,r2 = laju reaksi
k1 , k2 = konstanta laju reaksi
= konsentrasi molar umpan dalam reaktor
= orde reaksi reaksi primer dan sekunder
Rasio laju reaksi primer dan sekunder :

(2.54)

Selektivitas maksimum membutuhkan rasio yang minimum r2 /r1 pada


persamaan 2.54. Reaktor batch atau reaktor plug-flow menjaga konsentrasi rata-
rata umpan lebih tinggi dibandingkan reaktor mixed-flow, yang mana umpan
masuk secara langsung diencerkan oleh produk atau produk samping. Jika >
pada persamaan 2.53 dan 2.54, reaksi primer untuk produk disukai oleh umpan
berkonsentrasi tinggi. Jika < reaksi primer untuk produk disukai oleh
umpan berkonsentrasi rendah. Karenanya, jika :
 < , gunakan reaktor batch atau reaktor plug-flow
 > , gunakan reaktor mixed-flow
Secara umum, jika reaksi untuk produk yang diinginkan memiliki orde
yang lebih tinggi dibandingkan reaksi untuk produk samping, gunakan reaktor
batch atau reaktor plug-flow. Jika reaksi untuk produk yang dinginkan memiliki
orde yang lebih rendah dibandingkan reaksi untuk produk samping, gunakan
reaktor mixed-flow.
28

Jika reaksi melibatkan lebih dari satu umpan, gambarannya menjadi lebih
kompleks. Misalkan sistem reaksi dengan persamaan laju yang sesuai :
(2.55.a)

(2.55.b)
dimana,
= konsentrasi molar umpan 1 dan umpan 2 dalam reaktor
1, b1 = orde reaksi reaksi primer
2, b2 = orde raksi reaksi sekunder
Rasio yang perlu untuk di perkecil di berikan oleh :

(2.56)

Melalui sistem reaksi ini, ada beberapa opsi, diantaranya :


 Menjaga nilai tetap rendah (gunakan reaktor mixed-
flow)
 Menjaga nilai tetap tinggi (gunakan reaktor batch atau
reaktor plug-flow)
 Menjaga salah satu konsentrasi tetap tinggi disaat nilai konsentrasi lainnya
dijaga rendah (hal ini dicapai dengan cara meningkatkan nilai salah satu
umpan saat reaksi berlangsung).
Gambar 2.6 merangkum argumen-argumen ini untuk memilih reaktor pada sistem
beberapa reaksi secara paralel.
29

Gambar 2.6 Pemilihan rekator untuk sistem reaksi paralel


3. Reaksi ganda secara seri dengan produk samping
Misalkan sistem dengan reaksi seri:
(2.57.a)

(2.57.b)

dimana,
r1 , r2 = laju reaksi untuk reaksi primer dan sekunder
k1 , k2 = konstanta laju reaksi
= konsentrasi molar umpan
= konsentrasi molar produk
= orde reaksi untuk reaksi primer dan sekunder
Untuk konversi reaktor pada saat tertentu, umpan harus memiliki waktu
tinggal yang sesuai didalam reaktor. Pada reaktor mixed-flow, umpan dapat
meninggalkan reaktor segera sesaat setelah masuk atau tinggal untuk waktu yang
lebih lama. Sama halnya dengan produk yang dapat tinggal untuk waktu yang
lebih lama atau meninggalkan reaktor secara tiba-tiba. Fraksi dalam jumlah besar
dari umpan ataupun produk meninggalkan reaktor sebelum dan sesudah apa yang
seharusnya terbentuk pada waktu tinggal yang spesisfik untuk nilai konversi yang
diberikan.
30

Dengan demikian, model reaktor mixed-flow diperkirakan akan


memberikan selektivitas atau hasil yang lebih buruk daripada reaktor batch atau
reaktor plug-flow untuk konversi tertentu. Reaktor batch atau reaktor plug-flow
harus digunakan untuk beberapa reaksi secara seri.

4. Gabungan reaksi secara paralel dan seri dengan produk samping


Misalkan gabungan sistem reaksi secara paralel dan seri dengan persamaan
kinetika yang sesuai.
(2.58.a)
(2.58.b)
(2.58.c)
Sepanjang reaksi produk samping secara paralel menjadi perhatian khusus,
maka untuk selektivitas yang tinggi, jika :
 > , gunakan reaktor batch atau reaktor plug-flow
 < , gunakan reaktor mixed-flow
Reaksi hasil samping secara seri membutuhkan sebuah reaktor plug-flow.
Karenanya, untuk gabungan sistem paralel dan seri diatas, jika > , gunakan
reaktor batch atau reaktor plug-flow.
Sekarang reaksi produk samping paralel cocok untuk reaktor mixed-flow.
Di sisi lain, reaksi produk samping secara seri cocok untuk reaktor plug-flow.
Akan terlihat bahwa dengan situasi yang diberikan ini, beberapa tingkat
pencampuran antara reaktor plug-flow dan reaktor mixed-flow akan memberikan
selektivitas keseluruhan paling baik. Ini bisa diperoleh melalui:
 Serangkaian reaktor mixed-flow (Gambar 2.7a)
 Reaktor alir campur dengan aliran recycle (Gambar 2.7b)
 Serangkaian kombinasi reaktor plug-flow dan reaktor mixed-flow (Gambar 2.7c
-2.7d)
Penyusunan tersebut memberikan selektivitas keseluruhan tertinggi yang
hanya dapat disimpulkan melalui analisis detail dan optimisasi sistem reaksi.
31

Gambar 2.7 Pemilihan reaktor tipe gabungan reaksi parelel dan seri pada ssat
reaksi parallel memiliki orde yang lebih tinggi dibandingkan reaksi primer

5. Reaksi polimerisasi
Polimer dikarakterisasi terutama melalui distribusi masa molar mengenai
cara serta cara itu sendiri. Orientasi berupa rantai, rantai silang pada rantai
polimer, dan sebagainya, juga mempengaruhi sifat-sifatnya. Luas distribusi massa
molar tergantung pada apakah reaktor batch atau reaktor plug-flow atau reaktor
mixed-flow yang digunakan. Luasnya memiliki pengaruh penting pada sifat
mekanik dan lainnya dari polimer, dan hal ini merupakan faktor penting dalam
pemilihan reaktor.
Dua tipe luas polimerisasi dapat diidentifikasi:
a) Dalam reaktor batch atau plug-flow, semua molekul memiliki waktu
tinggal yang sama, dan tanpa efek penghentian (lihat Bagian 2.2), semua akan
tumbuh dengan panjang yang kurang lebih sama, menghasilkan distribusi massa
molar yang sempit. Sebaliknya, reaktor mixed-flow akan menyebabkan distribusi
yang luas karena distribusi waktu tinggal di reaktor.
32

b) Ketika polimerisasi terjadi dengan mekanisme yang melibatkan radikal


bebas, umur radikal bebes yang secara aktif tumbuh mungkin sangat pendek
karena proses terminasi seperti penyatuan dua radikal bebas (lihat Bagian 2.2).
Proses pengakhiran ini dipengaruhi oleh konsentrasi radikal bebas, yang pada
gilirannya sebanding dengan konsentrasi monomer. Dalam reaktor batch atau
plug-flow, konsentrasi monomer dan radikal bebas menurun. Hal ini
menghasilkan peningkatan panjang rantai seiring peningkatan waktu tinggal dan
demikian juga luas distribusi masa molar. Reaktor mixed-flow menjaga
keseragaman konsentrasi monomer dan demikian juga dengan laju pengakhiran
rantai konstan. Hasil ini terjadi pada distribusi massa molar yang sempit.
Dikarenakan umur aktif polimer singkat, variasi terhadap waktu tinggal tidak
memberikan pengaruh signifikan.

6. Reaksi biokimia
Seperti yang didiskusikan sebelumnya, ada dua tipe reaksi biokimia yaitu
reaksi-reaksi yang mengeksploitasi jalur metabolik dengan mikroorganisme
terpilih dan dikatalisasi oleh enzim. Misalkan mikroba biokimia reaktif dari tipe :
c
A R+C
Dimana A adalah umpan, R adalah produk dan C menunjukkan sel
(mikrooragnisme). Kinetika beberapa reaksi dapat digambarkan melalui
persamaan Monod :
(2.59)

Dimana,
rA = laju reaksi
k` = konstanta laju reaksi
Cc = konsentrasi sel (mikroorganisme)
CA = konsentrasi umpan
CM = konstanta ( konstanta Michaeli yaitu fungsi reaksi dan kondisi)
Konstanta laju dapat bergantung pada banyak faktor, seperti suhu,
keberadaan elemen, vitamin, zat beracun, intensitas cahaya, dan sebagainya. Laju
reaksi tidak hanya tergantung pada ketersediaan umpan (makanan untuk
mikroorganisme) tetapi juga pada penumpukan limbah dari mikroorganisme yang
mengganggu multiplikasi mikroorganisme. Ada titik di mana limbah
33

mikroorganisme menghambat pertumbuhan. Kelebihan umpan atau


mikroorganisme dapat memperlambat laju reaksi. Tanpa meracuni kinetika karena
penumpukan limbah umpan, Persamaan 2.59 memberikan kurva karakteristik
yang sama seperti reaksi autokatalitik seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.4b.
Jadi, tergantung pada rentang konsentrasi, aliran campuran, aliran sumbat,
kombinasi aliran campuran dan aliran sumbat atau aliran campuran dengan
pemisahan dan daur ulang mungkin tepat digunakan.
Untuk reaksi biokimia berkatalis enzim dari bentuk
enzymes
A R
Kinetika dapat digambarkan melalui persamaan Monod dalam bentuk :
(2.60)

dimana CE merupakan konsentrasi enzim.


Kehadiran beberapa zat dapat menyebabkan reaksi melambat. Zat tersebut
dikenal sebagai inhibitor. Perlambatan reaksi disebabkan oleh inhibitor yang
bersaing dengan bahan umpan untuk situs aktif pada enzim atau inhibitor yang
menyerang situs yang berdekatan dan, dengan demikian, menghambat akses
bahan umpan ke situs aktif.
Tingkat reaksi tinggi disukai oleh konsentrasi enzim yang tinggi (CE) dan
konsentrasi umpan yang tinggi (C A). Ini berarti bahwa reaktor plug-flow atau
ideal-batch disukai jika kedua bahan umpan dan enzim harus diumpankan ke
reaktor.

a. Pemilihan Performa Reaktor


Sekarang adalah hal yang mungkin untuk menentukan tujuan pemilihan
reaktor pada tahap ini di dalam desain. Materi yang belum terkonversi biasanya
dapat dipisahkan dan didaur ulang nantinya. Karenanya, konversi reaktor tidak
dapat di finalisasi hingga desain dikembangkan lebih jauh dibandingkan hanya
memilih reaktor. Seperti yang akan terlihat nantinya, pemilihan konversi reaktor
memiliki pengaruh besar pada sisa proses. Namun demikian, beberapa keputusan
harus dibuat mengenai reaktor agar desain dapat dilanjutkan. Dengan demikian,
beberapa tebakan untuk konversi reaktor harus dibuat dan perlu diingat bahwa
tebakan ini mungkin akan berubah setelah lebih detail ditambahkan ke sistem
desain total.
34

Produk samping yang tidak diinginkan biasanya tidak dapat diubah


kembali menjadi produk yang bermanfaat atau bahan mentah. Reaksi terhadap
produk samping yang tidak diinginkan membuat biaya tambahan baik biaya bahan
baku karena bahan baku yang terbuang dalam pembentukannya dan biaya
lingkungan untuk pembuanganya. Dengan demikian, selektivitas maksimum
diperlukan untuk konversi reaktor yang dipilih. Tujuan pada tahap ini dapat
diringkas sebagai berikut:
1. Reaksi tunggal
Dalam reaksi tunggal, memproduksi produk samping tidak ada pengaruh
pada jumlah relatif produk dan produk samping yang terbentuk. Dengan
demikian, dengan reaksi tunggal seperti Persamaan 2.1 hingga 2.3, tujuannya
adalah untuk meminimalkan biaya modal reaktor, yang sering (tetapi tidak selalu)
yaitu meminimalkan volume reaktor untuk konversi reaktor yang diberikan.
Peningkatan konversi reaktor meningkatkan ukuran dan juga biaya reaktor tetapi,
hal ini akan dibahas nanti pada penurunan biaya bagian berlebih dari flowsheet.
Karena ini, pengaturan awal untuk konversi reaktor reaksi ireversibel tunggal
adalah sekitar 95% dan untuk reaksi reversibel tunggal adalah sekitar 95% dari
konversi kesetimbangan. Konversi equilibrium akan dipertimbangkan lebih detail
di bab berikutnya.
Untuk reaktor batch, perhitungan harus dilakukan terhadap waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai konversi yang diberikan. Waktu siklus batch akan
dibahas nanti.

2. Reaksi ganda secara paralel dengan produk samping


Biaya bahan baku biasanya akan mendominasi ekonomi proses. Karena
ini, ketika berhadapan dengan banyak reaksi, apakah paralel, seri atau campuran,
tujuannya biasanya untuk meminimalkan pembentukan produk samping
(memaksimalkan selektivitas) untuk konversi reaktor yang diberikan. Kondisi
reaktor yang dipilih harus mengeksploitasi perbedaan antara efek kinetika dan
ekuilibrium dalam reaksi primer dan sekunder untuk mendukung pembentukan
produk yang diinginkan daripada produk samping, yaitu dengan cara
meningkatkan selektivitas. Membuat dugaan awal untuk konversi pada kasus ini
35

lebih sulit daripada pada reaksi tunggal, karena faktor-faktor yang mempengaruhi
konversi juga dapat memiliki efek yang signifikan pada selektivitas.
Konversi yang tinggi dalam reaktor cenderung menurunkan C UMPAN.
demikian:
 > , selektivitas meningkat seiring konversi meningkat
 < , selektivitas menurun seiring konversi menurun
Jika selektivitas meningkat seiring konversi meningkat, pengaturan awal
untuk konversi reaktor harus berada pada 95%, dan untuk reaksi reversibel harus
berada pada 95% dari konversi kesetimbangan. Jika selektivitas menurun dengan
meningkatnya konversi, maka jauh lebih sulit untuk memberikan arahan desain.
Pengaturan awal sebesar 50% untuk konversi reaksi ireversibel atau 50% dari
konversi kesetimbangan pada reaksi reversibel adalah hal yang masih masuk akal.
Namun, ini hanya dugaan awal dan hampir pasti akan diubah nantinya.

3. Reaksi ganda secara seri dengan produk samping


Selektivitas untuk reaksi seri meningkat dengan konsentrasi rendah
reaktan yang terlibat dalam reaksi sekunder. Dalam contoh sebelumnya, hal ini
berarti reaktor beroperasi dengan produk yang berkonsetrasi rendah, dengan kata
lain, dengan konversi rendah. Untuk reaksi seri, penurunan selektifitas yang
signifikan kemungkinan karena konversi meningkat.
Sekali lagi, sulit untuk memilih pengaturan awal dari konversi reaktor
dengan sistem reaksi secara seri. Konversi sebesar 50% untuk reaksi ireversibel
atau 50% dari konversi kesetimbangan untuk reaksi reversibel adalah hal yang
masih masuk akal.
Reaksi banyak juga dapat terjadi dengan pengotor yang masuk dengan
umpan dan mengalami reaksi. Sekali lagi, beberapa reaksi harus diminimalkan,
tetapi cara yang paling efektif untuk menangani reaksi-reaksi produk samping
yang disebabkan oleh pengotor umpan bukanlah dengan mengubah kondisi
reaktor tetapi dengan melakukan pemurnian umpan.

b. Pemilihan Performa Reaktor (Rangkuman)


Beberapa tebakan awal untuk konversi reaktor harus dibuat agar desain
dapat dilanjutkan. Hal dilakukan untuk perubahan dalam desain nantinya karena,
36

seperti yang akan terlihat nantinya, ada interaksi yang kuat antara konversi reaktor
dan sisa dari flowsheet.
1. Reaksi tunggal
Untuk reaksi tunggal, pengaturan awal yang baik adalah 95% konversi
untuk reaksi ireversibel dan 95% konversi kesetimbangan untuk reaksi reversibel.
2. Reaksi banyak
Untuk reaksi banyak dimana produk samping terbentuk secara paralel,
selektivitas dapat meningkat atau menurun dengan meningkatnya konversi. Jika
reaksi byproduct ordenya lebih tinggi daripada reaksi primer, selektivitas
meningkat untuk meningkatkan konversi reaktor. Dalam hal ini, pengaturan awal
yang sama seperti reaksi tunggal harus digunakan. Jika reaksi samping dari sistem
paralel adalah urutan yang lebih rendah daripada reaksi utama, konversi yang
lebih rendah dari itu untuk reaksi tunggal diharapkan sesuai. Tebakan awal terbaik
pada tahap ini adalah untuk mengatur konversi sebesar 50% untuk reaksi
ireversibel atau 50% dari konversi kesetimbangan untuk reaksi reversibel.
Untuk reaksi banyak di mana produk samping terbentuk secara seri,
selektivitas menurun seiring pertambahan konversi. Dalam hal ini, konversi yang
lebih rendah dari itu untuk reaksi tunggal diharapkan sesuai. Sekali lagi, tebakan
terbaik pada tahap ini adalah untuk mengatur konversi sebesar 50% untuk reaksi
ireversibel atau 50% dari konversi kesetimbangan untuk reaksi reversibel. Perlu
ditekankan bahwa rekomendasi untuk pengaturan awal dari konversi reaktor
hampir pasti akan berubah pada tahap selanjutnya, karena konversi reaktor
merupakan variabel pengoptimalan yang sangat penting. Ketika berhadapan
dengan reaksi banyak, selektivitas atau hasil reaktor dimaksimalkan untuk
konversi yang dipilih. Pemilihan pola pencampuran dalam reaktor dan ketentuan
penambahan umpan harus dipilih untuk tujuan ini.
37

BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
1. Dalam pemilihan jalur reaksi, jalur reaksi yang memberikan hasil positif
dalam perhitungan pendapatan merupakan pilhan yang tepat
2. Terdapat enam sistem reaksi yang sering di jumpai pada proses reaksi
kimia, yaitu reaksi tunggal, reaksi ganda secara paralel, reaksi ganda
secara seri, reaksi gabungan paralel dan seri, reaksi polimerisasi dan reaksi
biokimia
3. Hasil proses merupakan parameter penting untuk menggambarkan
performa reaktor
4. Laju reaksi memilki peranan penting dalam menggambarkan proses reaksi
kimia yang sedang berlangsung
5. Terdapat 3 model umum reaktor ideal dalam proses kimia yaitu reaktor
ideal batch, reaktor aliran campuran dan reaktor aliran sumbat
6. Pemilihan reaktor ideal harus mempertimbangan konsentrasi awal umpan,
orde reaksi,dan waktu tinggal
7. Nilai konversi reaktor pada pengaturan awal adalah 95% untuk reaksi
ireversibel dan 95% dari konversi kesetimbangan untuk reaksi reversibel

3.2 Saran
Dalam memilih reaktor yang sesuai untuk konversi yang di ataur pada
pengaturan awal, sebaiknya pertimbangkan hal-hal berikut seperti, konsentrasi
awal umpan, orde reaksi dan waktu tinggal. Dan pastikan bahwa jalur reaksi yang
dipilih memberikan hasil yang positif.
38

DAFTAR PUSTAKA
Smith, R. 2005. Chemical Process Design and Integration. West Sussex, England.
John Wiley & Sons.

Anda mungkin juga menyukai