Disusun Oleh:
NANDRA SAPUTRA
1407114799
Evaluasi Kinerja Heat Exchanger 140 E2 dan 140 E3 pada Delayed Coking
Unit (DCU) di PT. Pertamina Refinery Unit II Dumai - Riau
Disusun Oleh
NIM : 1407114799
Mengetahui, Menyetujui,
Lead of Process & Engineering Pembimbing Kerja Praktek
Menyetujui,
Ast. Manager HC Business Partner
Teknik Kimia
Universitas Riau
Pekanbaru
ii
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Riau
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kegiatan Kerja Praktek (KP) yang dilanjutkan dengan
penulisan Laporan Kerja Praktek dengan judul “Evaluasi Kinerja Heat Exchanger
140 E2 dan 140 E3 pada Delayed Coking Unit (DCU) di PT. Pertamina Refinery
Unit II Dumai - Riau” dapat diselesaikan dengan baik.
11. Bapak Zulfansyah, ST.,MT, selaku Koordinator Program Studi Sarjana Teknik
Kimia Universitas Riau.
12. Rekan-rekan kerja praktek dari Universitas Riau, Universitas Islam Indonesia
dan Universitas Proklamasi 45.
13. Seluruh karyawan dan staff PT. Pertamina (Persero) RU II Dumai khususnya
pada bagian Engineering and Development.
14. Rekan-rekan S1-Teknik Kimia Kelas C 2014 yang telah memberi semangat
dan dukungannya.
Nandra Saputra
ABSTRAK
PT. Pertamina (Persero) merupakan sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang bertugas untuk mengelola penambangan minyak dan gas bumi di Indonesia
Kilang Pertamina RU II Dumai terdiri dari tiga unit produksi, yaitu Hydro
Skimming Complex (HSC), Hydro Cracking Complex (HCC) dan Heavy Oil
Complex (HOC). Produk Pertamina RU II Dumai yaitu produk BBM (Premium,
Kerosene, Automotive Diesel Oil (ADO), Aviation Turbin (Avtur) dan produk non-
BBM (LPG, Lube Base Oil (LBO) dan Green Coke). Green Coke merupakan
produk akhir dari proses pengilangan minyak bumi di PT. Pertamina (Persero) RU
II Dumai. Tugas khusus yang dilakukan adalah “Evaluasi Kinerja Heat Exchanger
140-E2 dan 140-E3 pada Delayed Coking Unit (DCU) di PT. Pertamina Refinery
Unit II Dumai - Riau”. Heat duty (Q) 140-E2 didapatkan data desain lebih besar
dari data aktual yaitu 24.233.215,59 btu/hr vs 23.573.884,16 btu/hr, Sedangkan
pada heat duty 140-E3 didapatkan nilai aktual lebih besar dari nilai desain yaitu
11.693.327,38 btu/hr vs 11.326.084,04 btu/hr. Koefisien perpindahan panas (UD)
pada 140-E2 dan 140-E3 didapatkan data aktual lebih kecil dari data desain nya
yaitu masing-masing 51,67 vs 60,33 btu/(hr)(ft2)(oF) dan 49,64 vs 55,14
btu/(hr)(ft2)(oF). Data pressure drop (ΔP) aktual dari 140-E2 dan 140-E3
didapatkan lebih rendah dari data desain nya yaitu masing-masing 0,5908 kg/cm2
vs 0,6343 kg/cm2 dan 0,4485 kg/cm2 vs 0,6719 kg/cm2. Data fouling factor (Rd)
aktual dari 140-E2 didapatkan lebih rendah dari data Rd desain nya yaitu 0,014 vs
0,0117 (hr)(ft2)(oF)/btu, Sedangkan untuk data Rd aktual dari 140-E3 didapatkan
lebih tinggi dari data Rd desain nya yaitu 0,0144 vs 0,0127 (hr)(ft2)(oF)/btu. Dari
hasil evaluasi heat exchanger 140-E2 dan 140-E3 maka perlu dilakukanya
monitoring secara kontinu terhadap kedua heat exchanger dan close monitoring
untuk heat exchanger yang sudah melebihi nilai desainnya seperti 140-E3, ini
dilakukan agar heat exchanger tidak sustain beroperasi diatas data desain-nya dan
untuk mencegah terjadinya fouling pada heat exchanger tersebut.
Kata Kunci : Heavy Oil Complex, Delayed Coking Unit, Heat Exchanger
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Setelah proyek perluasan ini selesai dibangun, kilang baru ini diresmikan
oleh Presiden Soeharto pada tanggal 16 Februari 1984 dan mencakup beberapa unit
proses, yaitu:
1. High Vacuum Unit (110)
2. Delayed Coking Unit (140)
3. Coke Calciner Unit (170)
4. Naphtha Hydrotreating Unit (200)
5. Hydrocracker Unibon (211/212)
6. Distillate Hydrotreating Unit (220)
7. Continous Catalyst Regeneration-Platforming Unit (300/310)
8. Amine-LPG Recovery Unit (410)
9. Hydrogen Plant (701/702)
10. Sour Water Stripper Unit (840)
11. Nitrogen Plant (940)
12. Fasilitas penunjang operasi kilang (utilitas)
13. Fasilitas tangki penimbun dan dermaga baru.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Produk
Beberapa jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) yang telah diproduksi oleh
Kilang Pertamina RU II Dumai saat ini antara lain premium, jet petroleum grade,
aviation turbin, kerosin, dan Automotive Diesel Oil (ADO). Produk non-BBM yang
dihasilkan Kilang Pertamina RU II Dumai antara lain LPG dan Green Coke.
BAB III
DESKRIPSI PROSES DAN INSTRUMENTASI
Berdasarkan jenis bahan baku serta proses yang terjadi didalamnya, proses
pengolahan umpan berupa minyak mentah yang masuk ke kilang PT.
PERTAMINA (Persero) RU II Dumai terbagi ke dalam tiga kompleks proses.
Ketiga kompleks proses tersebut adalah :
1. HSC (Hydro Skimming Complex)
2. HCC (Hydro Cracking Complex)
3. HOC (Heavy Oil Complex)
yang digunakan berupa distilasi atmosferik dengan temperatur aliran masuk kolom
distilasi sebesar 330 oC. Kapasitas pengolahan unit CDU di kilang PT. Pertamina
(Persero) RU II Dumai hingga saat ini adalah sebesar 127 MBSD, dengan kapasitas
total pada perancangan sebesar 130 MBSD. Umpan minyak mentah yang diolah
oleh kilang Dumai berasal dari Sumatra Light Crude (SLC) dan Duri Crude Oil
(DCO) dengan perbandingan 85% dan 15% volum. Sementara kilang yang berada
di Sungai Pakning mengolah umpan minyak mentah sebanyak 50 MBSD dengan
komposisi umpan 90% volum Duri Crude Oil dan sisanya minyak dari sumber lain
(mixing oil).
Produk yang dihasilkan unit ini berupa Off Gas, Naphta, Light Gas Oil
(LGO), Heavy Gas Oil (HGO), dan Long Residu. Off gas dapat digunakan sebagai
fuel gas sementara sisanya dibakar di flare, sebagian naphta diambil sebagai
produk, sedangkan sisanya diumpankan ke NRU (Naphta Rerun Unit) untuk diolah
lebih lanjut. LGO dan HGO diambil sebagai produk untuk komponen campuran
Automotive Diesel Oil (ADO), sedangkan Long Residu sebagian besar diumpankan
ke HVU (High Vacum Unit) untuk diolah lebih lanjut dan sisanya diambil sebagai
komponen campuran Low Sulphur Waxy Residu (LSWR) yang dapat digunakan
digunakan dalam fuel oil atau pun dijual sebagai umpan industri lainnya.
Crude oil yang akan diolah di CDU dipompakan oleh pompa 100 P-1 A/B/C
dari tangki penyimpanan. Crude oil dialirkan ke dalam serangkaian heat exchanger
(100 E-1 I s.d 7) untuk dipanaskan oleh aliran produk. Fungsi preheater ini adalah:
a. Meringankan beban heater 100-H-1 dalam memanaskan crude sampai ke
temperatur pemisahan yang diinginkan.
b. Mengurangi kebutuhan utilitas untuk mendinginkan produk ke tangki.
mengetahui tingkat kinerja exchanger. Jika temperatur yang dapat dicapai menurun,
maka ada indikasi HE mulai kotor oleh fouling, dan harus dilakukan cleaning.
Indikator lain yang selalu di monitor adalah tekanan outlet exchanger.
Indikator ini berfungsi sebagai pengaman exchanger dan heater 100-H1 dari
overpressure akibat tingginya kandungan air dalam crude oil. Selama pemanasan
di exchanger, air yang terkandung dalam crude akan menguap dan berekspansi
sehingga menaikkan tekanan. Nilai tekanan diharapkan tidak lebih dari 25 kg/cm2.
Di lapangan, untuk melindungi HE dari overpressure, line outlet crude oil pada HE
dilengkapi dengan Pressure Safety Valve (PSV).
Kandungan air di tiap tangki crude berbeda. Oleh karena itu, panel selalu
memonitor crude oil yang digunakan dari tangki mana (tarik full atau tarik gandeng
dari dua tangki) dan kandungan airnya. Jika kandungan air dari crude oil yang
digunakan terlalu tinggi (diharapkan kurang dari 0,5%-vol), maka tindakan yang
diambil adalah dengan mengurangi jumlah intake feed agar tekanan di exchanger
tidak melonjak dan beban dapur tidak meningkat. Namun, dengan turunnya intake
crude, maka akan mengurangi produk dan feed untuk unit lain. Oleh karena itu,
tindakan ini perlu dikoordinasikan dengan unit lain.
Di 100-H1, crude oil dari exchanger masuk dalam 8 pass yang alirannya
dikontrol oleh FC-102 s.d FC-109. Saat ini, posisi kontrol aliran crude inlet 100-
H1 dibuat manual dengan mengatur bukaan kontrol 100%. Hal ini dilakukan demi
kemudahan dan kestabilan operasi. Crude dinaikkan temperaturnya sampai 330oC
agar pemisahan di 100-T1 berlangsung dengan baik.
Kontrol fuel yang digunakan pada 100-H1 saat ini adalah kontrol fuel oil.
Jumlah fuel oil dikendalikan dari tekanannya, sehingga jika bukaan control valve
terlalu besar dapat menyebabkan tekanan fuel oil turun dan dapat mempengaruhi
bentuk flame pada burner. Diharapkan, tekanan fuel oil memiliki nilai antara 0,8-5
kg/cm2 agar bentuk flame bagus dan tidak menyentuh tube. Oleh karena itu, untuk
pengaturan fuel oil biasanya dikombinasikan dengan pengaturan bukaan valve fuel
oil di lapangan. Kenaikan fuel oil juga diiringi dengan penambahan atomizing
steam.
Trip sistem di 100-H1 menerima sinyal dari Pass 1 (FC-102), Pass 3 (FC-
104), Pass 5 (FC-106), dan Pass 7 (FC-108). Tiga dari empat pass ini terindikasi
too low flow, maka selenoid akan jatuh dan heater akan trip untuk mencegah
terjadinya kerusakan pada tube. Jika hanya satu atau dua yang terindikasi low flow,
alarm akan berbunyi dan segera dilakukan tindakan untuk mengatur bukaan kontrol
valve crude inlet. Jika aliran belum tercapai, dapat dibantu dengan bukaan valve
bypass.
Kemudian, crude yang telah dipanaskan masuk ke 100 T-1 untuk difraksinasi
menjadi beberapa fraksi berdasarkan perbedaan rentang titik didihnya. Proses
fraksinasi dilakukan pada tekanan atmosferik dan temperatur sekitar 330oC. Fraksi
crude oil yang diperoleh antara lain overhead gas yang nanti dipisahkan menjadi
offgas dan naphta, kerosene, LGO, HGO, dan residu sebagai produk bottom.
Pemisahan di 100 T-1 juga dibantu dengan menggunakan stripping steam untuk
menurunkan tekanan parsial fraksi ringan sehingga lebih mudah menguap. Kolom
100 T-1 juga dilengkapi dengan pump around reflux untuk menjaga temperatur
pemisahan di side draw dan mengurangi lalu lintas uap-cair sehingga kolom tidak
memiliki diameter terlalu besar.
Aliran overhead gas didinginkan oleh kondesor 100-E8 dengan media sea
water sehingga menjadi aliran dua fasa dan kemudian ditampung di 100- D1. Fasa
cair adalah naphta yang dipompakan oleh 100- P2 A/B sebagian ke tangki dan
sebagian lagi kembali ke kolom sebagai refluks yang berfungsi untuk menjaga
temperatur top kolom 100-T1. Fasa gas dialirkan ke suction Joy Compressor 100
C-1 A/B untuk kemudian dialirkan ke Fuel Gas System dan sejumlah kecil dibuang
ke flare untuk menjaga tekanan kolom 100 T-1.
Fraksi kerosene, LGO, dan HGO dari 100-T1 masuk ke Stripper 100 T-2
A/B/C untuk dimurnikan dari fraksi-fraksi ringan yang terikut. Stripping dilakukan
dengan menggunakan steam. Kemudian, dialirkan ke preheater untuk didinginkan
dan dialirkan ke tangki penyimpanan. Residu sebagai produk bottom sebagian
dialirkan ke 100-H2 oleh 100 P-9 untuk direboil dan dikembalikan ke kolom 100-
T1 untuk menjaga temperatur pemisahan di flash zone dan memperbanyak kontak
uap-cair agar pemisahan lebih tajam. Sisa residu dipompakan oleh 100 P-6 A/B
untuk diolah di HVU dan sebagian disimpan di tangki.
Hydrotreating Unit (NHDT). Reaksi yang terjadidalam unit ini adalah sebagai
berikut:
a. Penghilangan Sulfur : RSH + H2 → RH + H2S
b. Penghilangan Nitrogen : CH3NH2 + H2 → CH4 + NH3
c. Penghilangan Oksigen : C6H5OH + H2 → C6H6 + H2O
d. Penjenuhan Olefin : R = R + H2 → RH – RH
e. Penghilangan Klorida : R – Cl + H2 → RH + HCl
NHDT mengolah umpan berupa naphta yang berasal baik dari CDU, DCU
maupun HCU dengan kapasitas pengolahan sebesar 10,1 MBSD. Produk yang
dihasilkan oleh unit ini adalah:
a. Gas yang dimanfaatkan sebagai fuel gas
b. Light Naphta, sebagai Low Octane Mogas Component untuk campuran
bensin
c. Heavy Naphta, sebagai umpan CCR-Platforming Unit (PL-II).
Naphta berupa umpan cair yang dipompakan dari Feed Surge Drum yang
dicampur dengan gas kaya hidrogen dan melalui ’Combined Feed Reactor Effluent
Exchanger’ dimana umpan menerima panas dari reaktor effluent mengalami
pendinginan. Kemudian umpan berupa gas dipanaskan lagi di Charge Heater
hingga mencapai temperatur reaksi. Alur proses di unit NHDT terlihat pada Gambar
3.3.
Feed unit NHDT adalah Naphta dari Unibon, Crack Naphta dari Coker, dan
Naphta dari tangki. Naphta dari tangki diatur berdasarkan level yang terbaca oleh
LC-7 pada 200-V4 Feed Surge Drum. Jika level belum mencapai set point (65%),
maka ditambahkan naphta dari tangki (TK-05). Level ini dijaga agar operasi di
NHDT stabil dan menjaga NPSH pompa 200-P-1 A/B. Crack naphta dari Coker
memiliki kandungan impuritis dan olefin yang tinggi dibandingkan naphta dari
Unibon.Oleh karena itu, jumlahnya dibatasi sekitar 30% dari komposisi umpan
NHDT.
Press 200-V-4 dijaga oleh PC-6 (11 kg/cm2) dengan sistem split valve. PCV-
6 A mengalirkan gas dari 200-V8 ke 200- V4, sedangkan PCV-6 B mengalirkan
gas dari 200-V4 ke Fuel Gas System.
a. Pada rentang bukaan control 0-50 %, valveA berada pada posisi open
sedangkan valve B akan berada pada posisi close.
b. Pada rentang bukaan control 50-100 %, valveA akan berada pada posisi
close sedangkan valve B berada pada posisi open.
tetap berada dalam fasa cair dan bercampur dalam aliran naphta sehingga tidak
terikut ke suction Recycle Gas Compressor 200- C1 A/B.
Pemisahan didalam Naphta Stripper terjadi pada tekanan yang lebih rendah
dari 200 V-5 dan temperatur yang lebih tinggi dari 200 V-5. Kondisi ini dibuat
sedemikian rupa karena sifat gas yang terlarut dalam cairan akan lebih mudah
menguap pada tekanan rendah dan temperatur tinggi. Dengan demikian, gas-gas
impuritis akan lebih mudah terpisah dari aliran naphta. Pada aliran overhead
Naphta Stripper, diinjeksikan unicor untuk mencegah korosi line akibat gas-gas
impuritis yang bersifat asam.
Gas produk atas Naphta Stripper dikirim ke unit Amine LPG untuk
ditreatment lebih lanjut.Sedangkan treatednaphta yang merupakan bottom produk
Naphta Stripper dialirkan ke 200- V3 Naphta Splitter untuk memisahkan Light
Naphta dan Heavy Naphta. Pada kolom inilah pengaturan RVP Light Naphta yang
menjadi target operasi di NHDT. Pemisahan dilakukan pada tekanan lebih rendah
dari tekanan pada kolom 200-V2 Naphta Stripper agar Light Naphta lebih mudah
teruapkan. Uap light naphta di overhead kolom dibagi menjadi dua aliran, aliran
pertama masuk ke kondensor sebelum masuk ke receiver, dan aliran kedua
langsung masuk ke receiver dalam fasa uap melalui suatu control valve. Beda
tekanan antara kedua aliran tersebut dijaga dengan memainkan bukaan control
valve sehingga tekanan kolom terjaga. Hal ini dilakukan karena umpan yang masuk
ke 200- V3 sudah tidak mengandung gas.
Umpan yang diolah unit ini berupa heavy naphta yang berasal dari NRU.
Produk yang dihasilkan di antaranya adalah off gas yang digunakan untuk fuel gas
dan sisanya dibuang ke flare, gas H2 dengan kemurnian 75 % yang digunakan
sebagai recycle gas dalam proses, LPG (Liquified Petroleum Gas), yang dikirim ke
LPG Recovery Unit, dan yang utama berupa reformate (ON:93), sebagai komponen
campuran premium.
Jika tekanan pilot gas rendah, heater trip.Didalam reaktor, terjadi reaksi
konversi senyawa paraffin menjadi naphthen dan senyawa naphthen menjadi
aromatik. Kandungan senyawa aromatik ini yang menyebabkan Octane Number
dari reformat tinggi. Selain reaksi tersebut, terjadi juga reaksi hydrocracking,
demetilasi, dan dealkilasi yang laju reaksinya bergantung pada kondisi
keseimbangan katalis (Pt-Cl), dan kondisi operasi yang digunakan.
Jika diamati, dari reaktor No.1 sampai No.3, temperatur outlet reaktor
semakin tinggi sehingga delta temperatur reaktor semakin rendah. Hal ini
disebabkan oleh :
a. Reaksi yang diharapkan banyak terjadi didalam reaktor Platforming adalah
reaksi dehidrogenasi naphthen dan dehidrosiklisasi paraffin yang dapat
meningkatkan Octane Number. Kedua reaksi ini bersifat endotermis.
Namun, terjadi juga reaksi samping yaitu reaksi hydrocracking yang
menkonversi paraffin menjadi hidrokarbon ringan dan reaksi ini bersifat
eksotermis.
b. Pada reaktor 1 dan 2, reaksi dehidrogenasi dan dehidrosiklisasi terjadi
sangat dominan dan cepat, sehingga secara keseluruhan kinetika reaksi
besifat endotermis. Reaksi endotermis membutuhkan energi untuk bereaksi.
Energi tersebut diambil dari panas yang dikandung oleh fluida proses itu
sendiri, sehingga fluida proses mengalami penurunan temperatur.
c. Pada reaktor 3, jumlah paraffin yang dapat terkonversi menjadi naphthen
berkurang dan naphthen telah terkonversi semua menjadi aromat. Dengan
demikian, reaksi hydrocraking yang bersifat eksotermis mulai
menyeimbangi reaksi dehidrogenasi dan dehidrosiklisasi. Kinetika reaksi
secara keseluruhan di reaktor 3 ini tergantung dari keadaan katalis dan
kondisi operasi, sehingga bisa jadi kinetika total bersifat endotermis atau
eksotermis. Karena jumlah reaksi hydrocraking mulai banyak, panas yang
dihasilkan oleh reaksi hydrocracking diserap oleh fluida proses sehingga
menaikkan temperatur outlet dan menurunkan delta temperatur di reaktor 3.
Gas yang keluar dari 300-V5 adalahnet gas dengan kemurnian hidrogen
lebih tinggi yang nantinya akan dikirim ke NHDT, DHDT, CCR dan H2Plant.
Produk cair dialirkan ke kolomDebutanizer 300-V6 untuk merecovery LPG dari
reformat. Pemisahan dilakukan pada tekanan yang lebih rendah dari tekanan 300-
V5 agar fraksi LPG dalam reformat lebih mudah menguap. Pada section ini
dilakukan pengaturan untuk RVP Reformat dan kandungan C2/C5+ dalam LPG agar
sesuai spesifikasi.
a. Aliran gas bakar, gas purging dan fungsinya: Sistem pemindahan dan
Sistem regenerasi
Sistem pemindahan
1. Gas yang digunakan dalam sistem pemindahan adalah Recycle gas dari
kompresor 300-C1, nitrogen, dan booster gas dari kompresor 300-C2 A/B.
Gas ini digunakan untuk purging dan mengatur tekanan.
2. Pada pemindahan spent katalis, katalis kolektor dan LH 1 diberikan tekanan
oleh recycle gas agar perbedaan tekanan di kedua vessel tersebut sebesar
0,09 kg/cm2. Tujuannya supaya katalis turun dari katalis kolektor ke LH 1
dengan melayang sehingga mengurangi gesekan yang akan mengurangi
surface area katalis. Aliran recycle gas yang masuk ke katalis kolektor juga
mencegah turunnya katalis dari reaktor selama proses loading LH 1.
3. LH 1 melakukan loading sampai pada level yang ditentukan sesuai dengan
waktu yang ditetapkan. Jika dalam waktu yang ditetapkan level tidak
tercapai, maka long cycle alarmakan berbunyi dan loading katalis akan
terhenti jika waktu long cycle sudah habis.
4. Sebelum melakukan unloading, katalis dalam LH 1 akan dipurge
menggunakan gas nitrogen untuk menghilangkan uap-uap hidrokarbon agar
tidak terbawa ke regen tower. Jika ada uap hidrokarbon terbawa ke regen
tower, maka akan meningkatkan temperatur di regen tower karena uap
hidrokarbon akan ikut terbakar dalam regen zone. Akibatnya, kandungan
karbon yang keluar dari regen zone tidak sesuai spesifikasi dan akan terbawa
ke chlorination zone, terbakar, dan menaikkan temperatur regen tower.
5. Katalis kemudian dipindahkan ke sistem regenerasi menggunakan gas
nitrogen dengan cara difluidisasikan.
6. Pada pemindahan regenerated katalis, purging dilakukan menggunakan
booster gas yang memiliki kemurnian hidrogen tinggi. Sebelum unloading
LH 2, katalis di purge dengan menggunakan nitrogen untuk menghilangkan
oksigen. Kemudian katalis dipindahkan oleh LE 2 ke reduction zone
menggunakan booster gas yang sekaligus akan mereduksi sisi metal katalis.
Sistem regenerasi
1. Gas yang terlibat dalam sistem regenerasi adalah nitrogen dan udara.
2. Nitrogen digunakan untuk :
a. Menjaga beda tekan antara DH dengan regen zone agar katalis tetap
bisa mengalir secara gravitasi. Nitrogen yang digunakan adalah aliran
dari LE 1 yang membawa katalis ke DH, kemudian diisap oleh blower
310-CM3 untuk sebagian dikembalikan ke LE 1 melewati Dust
Collector untuk mengendapkan debu-debu katalis, dan sebagian lagi
dikembalikan ke DH untuk menjaga tekanan didalamnya.
b. Purging SH untuk menghilangkan oksigen yang terikut katalis.
c. Atomizing PDC yang diinjeksikan ke chlorination zone.
REACTOR CHARGE FRESH FEED RECYCLE HP RECYCLE 1ST 2ND 3RD STAGE MP HP
HEATER REACTORS REACTOR SEPARATOR COMPRESSOR SUCTION DRUMS FLASH DRUM FLASH DRUM
C-1
V-8 V-9 V-10
To
V-1 V-2 V-3 Debut Column
at Fract.Section
H-1
E-4
POWER
RECYCLE
TURBIN
P-3
E-3
E-1
CATALYST : DHC-8
CoMo&Tungsten on
C-2 C-2 C-2 Silica Alumina Base
E-1 E-2
Flare
Filter BACKWASH
V-26 DRUM
FRESH
V-25 V-24 FEED sws H2 Make Up
SURGE
from Hydrogen Plants
DRUM HVGO & HCGO
Feed Properties
Grav 31 S 0.31%
From Aromatics 0.06%
Bott. Fractionator BR, HVGO 690 - 1080F (362-576)
RECYCLE FEED HC UNIBON/UNIT 211-212
HCGO 585 - 930 F (304-494)
SURGE DRUM
REACTOR SECTION
rs/pe-enj.bang
Umpan berasal dari Platforming unit, NHDT, DHDT, dan HCU serta
Debutenizer liquid dari CCR-Platforming dengan produk berupa LPG. Kapasitas
pengolahan unit ini sebesar 1,7 MBSD dan dibagi menjadi 2 bagian:
a. Absorben Section (off gas amine absorber and LPG amine absorber), untuk
menghilangkan H2S dari off gas dan LPG.
b. Amine Regeneration (vapor amine stripper), untuk merecovery lean amine
dan rich amine.
Gas dari umpan unit-unit ditampung di drum V-1 untuk memisahkan cairan
yang terbawa bersama gas. Cairan dialirkan ke Sour Water Stripper (SWS) sistem
sedangkan gas dipanaskan di E-3 kemudian dipanaskan lebih lanjut di H-1 sebelum
masuk bagian atas recycle V-3. Hasil reaksi dialirkan dari bawah untuk pemanasan
di E-3 dan didinginkan di E-4 dan masuk ke pemisah tekanan tinggi V-8. Cairan
low pressure dimasukkan ke Debutanizer untuk menghilangkan gas hidrogen.
Bottom product Debutanizer sebagian dikembalikan ke Naphta Splitter. Hasil
bawah splitter dedinginkan dan diambil sebagai produk Naphta berat dari Splitter
Drum LPG dialirkan ke soda wash drum V-11, gas dicuci dengan larutan soda
kaustik. LPG yang telah ditreating di deetanizer didinginkan. Produk dasar
dialirkan ke sphere tank sistem dengan terlebih dahulu membersihkan panas untuk
memanasi umpan di deetanizer feed/bottom exchanger dan selanjutnya di pendingin
E-15.
43.914 Nm3/hr setiap satu train per hari. Produk yang dihasilkan adalah gas
hidrogen.
a. Desulfurisasi
Feed hidrokarbon harus dihilangkan sifat sulfur untuk melindungi katalis di
reformer. Tipe dari desulfurisasi dipengaruhi oleh feed stock dari senyawa
sulfur pada feed. Hydrogen sulfida dan komponen sulfur reaktif dapat
dihilangkan dengan absorbsi karbon aktif atau absorbsi Zinc Oksida panas.
Komponen sulfur yang tidak reaktif pada feed stock dapat dihilangkan
dengan hidrogenasi menjadi hidrogen sulfida memakai Zinc Oksida.
Katalisator Zinc Oksida sangat baik untuk penghilangan senyawa sulfur
pada feed stock. Adapun reaksinya sebagai berikut :
Katalis Zinc Oksida digunakan pada suhu sampai 454oC, tetapi paling
efektif pada suhu 340oC dan tekanan atmosfer sampai 50 kg/cm2. Sedangkan
space velocity antara 200/jam sampai 2000/jam dan kandungan H2S
maksimum 50 ppm.
b. Steam Hydrocarbon Reforming
Hidrokarbon setelah diproses pada desulfurizer dicampur dengan steam dan
selanjutnya diproses pada reformer dengan bantuan katalis nikel dan
alumina yang ditempatkan didalam tube reformer. Adapun reaksinya
sebagai berikut:
c. Shift Converter
Karbon monoksida pada reformer tidak akan terserap pada absorber system
sehingga karbon monoksida ini harus dikonversi menjadi karbondioksida
pada Shift Converter. Ini merupakan fungsi dari Shift Converter untuk
mereaksikan karbon monoksida dengan steam menjadi bentuk tambahan
antara hidrogen dengan karbon dioksida. Reaksipadashift converter adalah:
Sisa karbon oksida bisa dikurangi sekitar 5-10 ppm pada proses methanasi.
Suhu operasi antara 232-454oC dan tekanan hingga 60 kg/cm2, namun bisa
beroperasi hingga 250 kg/cm2. Katalis harus dilindungi dari sulfur, chlorine,
danarsenic.Space velocity 5000-12000 volumgas pada STP per jam, per
volume katalis.
kinetiknya. Kedua, keluar dari E-85 pada titik cairnya temperature mencapai 160
o
C dan diumpankan kekolom rektifikasi (V-83) dari bagian bawah kolom. Nitrogen
yang mempunyai titik didih lebih rendah dari oksigen akan menguap, dan mengalir
ke bagian atas kolom dan oksigen akan mengumpul didasar kolom sebagai cairan.
Oksigen dari dasar kolom dialirkan ke HE (E-86) untuk didinginkan.Cairan
dingin ini kemudian mengalir masuk ke E-95 untuk diembunkan. Nitrogen cair
dikembalikan ke kolom sebagai refluks, sebagian lagi diambil sebagai produk yang
dialirkan ketangki penyimpanan nitrogen cair keluar pengembun E-95 (tangki V-
18A/B). Sebelum dikirim ke unit yang memerlukan, N2 cair diuapkan terlebih
dahulu dalam penukar panas.
stage desalter di V-5A danV-5B untuk dikurangi kadar garamnya. Setelah itu,
umpan dibagi menjadidua aliran yang masing-masing dipanaskan di H-1AB
sebelum masuk ke kolom distilasi vakum V-1. Kondisi vakum di V-1 dibuat dengan
MP steam ejector agar tekanan atas kolom sebesar 20 mmHg.
Setelah didinginkan, produk atas kolom ditampung di V-2 untuk dipisahkan
dari air, minyak, dan gas (fuel gas). Aliran produk samping adalah LVGO dan
HVGO. Panas dari HVGO dimanfaatkan untuk panas MP steam (E-5 & E-6).
Produk bawah berupa short residu dan diumpankan ke Delayed Coking Unit. Short
residu sebagi umpan untuk DCU. Produk yang dihasilkan unit ini, seperti :
1. Gas, akan dipakai sebagai fuel gas (untuk konsumsi sendiri).
2. Light Coker Gas Oil (LCGO), digunakan sebagai komposisi blending.
3. Heavy Coker Gas Oil (HCGO), digunakan sebagai umpan hydrocracker
Unibon (HC Unibon).
4. Short residu, digunakan sebagai umpan Delayed Coking Unit (DCU).
FEED SURGE 1st & 2nd Stage VACUUM VACUUM CONDENSATE STEAM DISENGAGING
DRUM DESALTER HEATERS TOWER RECEIVER KO DRUM DRUM
Flare
Fuel Gas
Feed Water
Nitrogen Steam
J-51/52/53 Flare
E-6
V-11
V-3 V-10
E-51/52/53
V-5A
H-1A
Atm LP Steam
V-2
V-4
E-2,3
V-1 V-9 V-6
To SWS
V-5B
To Slop Tank
E-9
CONT & .
CHARGE Water Swt Unit INTERMITTN E-5
84.5% LSRC . BLOWDOWN
15.5% PEDADA .
Refinery Water H-1B E-7
Grav. 26.6/.895 .
PP 110F MW 522 .
K 12.36 .
LVGO
Visc Kin 135F 7.1cst . Grav. 34.5/.8524 K 12.25
BR oF 490-1115(73%) .
Tempered Water Return PP 80F FP 315F .
S 0.09 BR 650-720F .
E-3
V-5B TEMPERED WATER E-4 HVGO
EXPANSION DRUM
Grav. 31.0/.8708 K 12.25 .
PP 80F FP 315F N2 600PPM
S 0.09 BR 650-720F .
Tempered Water Supply
VACUUM BOTTOM
Grav. 18.8/0.9415 Visc. Kin.210 F 87.2
Condensate S 0.17 K 12.22 N2 0.80 wt% . HEAVY VACUUM UNIT
UNIT 110
rs/pe-enj.bang
lebih ringan dan gas. Unit ini memiliki kapasitas produksi sebesar 35,4 MBSD atau
234 m3/jam. Prinsip reaksi adalah thermal cracking, yaitu perengkahan hidrokarbon
berat menjadi hidrokarbon rantai pendek pada temperatur tinggi (500oC). Tingginya
temperatur menyebabkan terjadinya polimerisasi. Proses pembentukan green coke
dari polimer:
1. Steaming out untuk membuang fraksi ringan yang tersisa selama 1 jam
2. Steaming out to blowdown system selama 2 jam
3. Water quenching, selama 5 jam dengan menggunakan campuran air dan
steam (20 ton air & 7-8 ton steam)
4. Water fill in, pendinginan dengan air pada temperatur dibawah 100oC,
selama 2 jam
5. Pengeringan dan pengeluaran coke dari chamber dengan menggunakan air
Pada unit DCU ini, short residu yang panas ditampung sementara di V-5
untuk kemudian diumpankan ke V-2 (fraksionator). Dalam fraksionator tersebut,
dihasilkan produk atas berupa gas, LPG, cracked naphta. Dari aliran samping,
setelah melalui stripper V-3 & V-4 diperoleh LCGO & HCGO. Thermal cracked
terjadi akibat pemanasan tinggi di H-1 yang dilanjutkan di V-1. Pemanasan itu
mengakibatkan perengkahan hidrokarbon rantai panjang menjadi molekul-molekul
yang lebih kecil. Fraksi-fraksi didinginkan di E-8, produk atas V-2 ditampung di E-
6 untuk dipisahkan dari air.
Dari V-6 campuran cairan dan gas dengan bantuan kompressor dialirkan ke
HP seperator V-16 untuk memisahkan cairan hidrokarbon dari fasa gas. Fasa gas
dari V-16 digunakan sebagai absorber LCGO di V-17. Fasa cair dari V-16
dimasukkan ke kolom debutanizer V-18 sehingga diperoleh produk bawah berupa
cracked naphtadan produk atas berupa gas-gas fraksi ringan (C1& C4) yang
selanjutnya dipisahkan di LPG splitter V-20 menghasilkan unsaturated LPG.
Produk terakhir V-1 adalah coke yang dikeluarkan setiap 24 jam sekali. Produk
yang dihasilkan berupa :
1. Gas sebagai fuel gas
2. LPG
3. Naphta sebagai umpan NHDT
V15 V23
V19 LPG SPLITTER
FEED SURGE DRUM V6 1st 2nd V21
OH RECEIVER
C1
SWS
SWS
V4 HP SEPARATOR ABSORBER
V5 V2 SWS V20
DEBUTHANIZER LPG SPLITTER
CRACK E19
SLOP HCGO UNSATURATED
EX T-4 QUENCH LPG
LCGO
CIRCULATION
NAPHTHA TO TANK,
CHARGE NHDT
FEED V1
FROM ABCD
BLOWDOWN
HVU H1 CONDENSOR
ABCD LCGO TO TANK, DHDT
V7
V13
HCGO TO TANK, HCU 211/212
SWS BOC SEPARATOR
HEATER GAS TO FLARE
V14 V12 BOC KO DRUM
BAB IV
UTILITAS DAN PENGOLAHAN LIMBAH
4.1 Utilitas
Di dalam suatu pabrik terutama kilang minyak, utilitas merupakan suatu
bagian yang penting guna menunjang operasi karena sebagian besar jalannya
operasi ditentukan oleh adanya utilitas ini. Utilitas yang terdapat pada PT.
Pertamina RU-II Dumai adalah:
1. Plant Water, yang berfungsi sebagai :
a. Air Pendingin Pompa
b. Air umpan Boiler
c. Air minum
d. Water Hydrant
e. Air bersih untuk perumahan
2. Steam, yang berfungsi sebagai :
a. Penggerak Turbin
b. Pemanas
3. Udara bertekanan (Pressed Air), yang berfungsi sebagai :
a. Instrumen Air, untuk menjalankan instrumen pengontrol
b. Plant Air, untuk pembersihan alat-alat
4. Sea Water, yang berfungsi sebagai :
a. Air Pendingin pada cooler dan condensor
b. Pendingin mesin-mesin di power plant
c. Fire safety
dilakukan untuk menghindari korosi yang disebabkan oleh pH air yang rendah.
Penambahan desinfektan seperti Cl2 dan Ca(OCl)2 dilakukan untuk mensterilkan air
minum.
Air sungai Rokan dipompa menuju WTP (Water Treatment Plant) Bukit
Datuk yang berjarak 45 Km, kemudian ditampung dalam raw water pond. Di dalam
raw water pond terjadi pengendapan lumpur, pasir, dan partikulat. Kemudian air
ini dipompa menuju clearator dan diinjeksikan Aluminium Sulfat (Al2(SO4)3-
.18H2O), Soda Kaustik (NaOH) dan Coagulant Aid. Di dalam clearator ini, air dan
bahan kimia diaduk dengan rapid mixer hingga terjadi koagulasi antara bahan kimia
dengan kotoran kemudian terbentuk flok. Reraksi yang terjadi adalah:
Tabel 4.1 Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Pengilangan Minyak Bumi
Kadar Maks. Beban Pencemaran
No. Parameter
(mg/L) Maks. (gr/m3)
1 BOD 80 80
2 COD 160 160
3 Minyak dan lemak 20 20
4 Sulfida terlarut 0,5 0,5
5 Ammonia terlarut 5 5
6 Phenol total 0,5 0,5
7 Temperatur 45oC 45oC
8 PH 6,0-9,0 6,0-9,0
1000 m3/m3 bahan 1000 m3/m3 bahan baku
9 Debit limbah maks.
baku minyak minyak
(Sumber: KMNLH No.42/menlh/X/1996)
BAB V
SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN
Refinery Planning & Optimization ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu :
a. Bagian Refinery Planning bertugas menyusun Rencana Kerja (RK) tahunan,
STS (Short Term Schedule), rencana harian, GMH (Gross Margin Harian),
dan kemudian membandingkan hasil real yang diperoleh di lapangan
dengan RK dan STS yang telah disusun sebelumnya.
b. Bagian Supply Chain, bertugas mengatur perencanaan pembuatan produk
akhir melalui blending serta pengiriman produk ke konsumen, baik melalui
pengapalan ataupun menggunakan sarana lainnya.
c. Bagian Budget & Performance, bertugas mengatur budget dan performa
kilang.
3. Production Dumai
Secara umum, bidang ini berperan sebagai penanggung jawab kegiatan
pengolahan minyak dari bahan baku hingga menjadi produknya untuk kilang di
Dumai. Bidang ini membawahi beberapa bidang, yaitu:
a. Hydroskimming Complex (HSC)
Bagian HSC bertanggung jawab terhadap operasi unit-unit proses sebagai
berikut:
1. Crude Distillation Unit (CDU)
2. Platforming I (Existing)
3. Naphtha RerunUnit (NRU)
4. Platforming II/ CCR (PL II-CCR)
5. Naphtha Hydrotreating Unit (NHDT)
d. Utilities
Bagian Utilities bertanggung jawab terhadap unit-unit penunjang operasi
kilang yang meliputi :
1. Pembangkit uap
2. Pembangkit listrik
3. Fasilitas penyediaan air tawar
4. Fasilitas penyediaan udara untuk memenuhi keperluan instrumentasi.
e. Oil Movement
Bidang ini berfungsi sebagai penunjang operasi kilang untuk kegiatan
penampungan produk dan pengapalan (distribusi). Dalam pelaksanaannya
bidang ini dibagi ke dalam dua bagian yaitu:
1. Tank Farm (TF)
2. Put Loading
f. Laboratory
Laboratorium merupakan tempat dilakukannnya analisis yang mencakup
sifat fisik dan kimia suatu komponen seperti densitas, viskositas, flash
point, komposisi, titik didih, impuritis, pH, dan lain-lain. Laboratorium
dibagi ke dalam tiga seksi, yaitu :
1. Crude Environment dan Maintenance
2. Cair dan Coke
3. Analitika dan Gas
6. Maintenance Execution
Bidang ini membawahi bagian-bagian:
a. Maintenance Area 1
b. Maintenance Area 2
c. Maintenance Area 3
d. General Maintenance
e. Workshop
9. Procurement
Bagian ini berperan sebagai penanggung jawab terhadap kegiatan
penyediaan, pengadaan material, serta suku cadang yang diperlukan bagi operasi
perusahaan. Bidang ini membawahi bagian-bagian:
a. Inventory Control
b. Purchasing
c. Service&Warehousing
d. Contract Office
10. Reliability
Bagian ini bertanggung jawab atas kondisi peralatan mekanik unit-unit
proses pada waktu operasi maupun perbaikan, melakukan pemeriksaan kondisi
peralatan produksi dan saran-saran teknik pemeliharaan, serta pemeriksaan kualitas
material suku cadang. Bidang ini membawahi bagian-bagian:
a. Equipment Reliability
b. Plant Reliability
BAB VI
TUGAS KHUSUS
6.1 Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari banyak terjadi fenomena perpindahan panas
dari material atau fluida yang lebih tinggi ke material yang lebih rendah. Fenomena
perpindahan panas tersebut banyak sekali dimanfaatkan dalam berbagai bidang.
Dalam dunia industri fenomena perpindahan panas tersebut dimanfaatkan untuk
keperluan proses dengan menggunakan suatu alat yang biasa disebut sebagai
penukar panas atau heat exchanger.
Alat penukar panas atau Heat Exchanger (HE) merupakan alat yang
digunakan untuk memindahkan panas dari satu sistem ke sistem lain tanpa
perpindahan massa dan bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin.
Biasanya, medium pemanas dipakai adalah air yang dipanaskan sebagai fluida
panas dan air biasa sebagai air pendingin (cooling water). Penukar panas dirancang
sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara
efisien. Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat
dinding yang memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung (direct
contact). Sistem penukaran panas merupakan salah satu bagian terpenting dalam
pabrik kimia.
Heavy Oil Complex (HOC) memiliki 4 unit utama yaitu 110-HVU, 220-
DHDT, 140-DCU dan 170-CCU-WHB (sedang idle). Unit 140-DCU (Delayed
Coking Unit) digunakan untuk mengolah minyak berat (short residue) dari unit 110-
HVU (High Vacuum Unit) dengan proses cracking secara thermal mengolah
minyak berat (Short Residue) menjadi coke hingga fraksi minyak ringan di dalam
suatu reaktor (chamber). Delayed Coking Unit (DCU) memiliki heat exchanger E2
dan E3 yang merupakan kettle reboiler untuk menghasilkan Medium Pressure
Steam (MP Steam) dengan memanfaatkan panas HCGO (Heavy Coker Gas Oil).
Pada laporan ini heat exchanger E2 dan E3 akan dievaluasi kinerjanya untuk
melihat apakah heat exchanger masih layak digunakan atau perlu ditangani lebih
lanjut.
Laporan Kerja Praktek PT. PERTAMINA RU II Dumai
Nandra Saputra (1407114799) 57
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Riau
c. Liquid-Vapour Exchanger
Perpindahan panas yang terjadi antara dua fluida berbeda fase yakni uap air
dengan air, yang juga diikuti dengan pencampuran sejumlah massa antara
keduanya, termasuk ke dalam heat exchanger tipe kontak langsung. Heat
exchanger tipe ini dapat berfungsi untuk menurunkan temperatur uap air
dengan jalan menyemprotkan sejumlah air ke dalam aliran uap air tersebut
atau juga berfungsi untuk meningkatkan temperatur air dengan
mencampurkan uap air ke sebuah aliran air.
Gambar 6.5 Proses Pengolahan Gas Alam Melibatkan Multi Fluid Heat
Exchanger (TechnoArt, 2011)
6.3 Metoda
6.3.1 Pengumpulan Data
Untuk melakukan evaluasi kinerja dari Heat Exchanger 140-E2 dan 140-E3
pada Delayed Coking Unit (DCU) diperlukan dua jenis data, yaitu data desain dan
data actual.
a. Data Desain
Data desain diperoleh dari Data Sheet untuk heat exchanger 140-E2 dan
140-E3 pada Delayed Coking Unit (DCU) Pertamina RU II Dumai yang sudah di
kumpulkan oleh Pertamina RU II Dumai. Data desain bisa didapatkan di
perpustakaan main office Pertamina RU II Dumai, data yang didapatkan seperti
yang terlampir pada lampiran A.2.
a. Data Aktual
Data aktual diperoleh dari data lapangan pada heat exchanger 140-E2 dan
140-E3 pada Delayed Coking Unit (DCU). Data aktual diperlukan untuk
mengevaluasi kinerja heat exchanger 140-E2 dan 140-E3 dengan
membandingkanya dengan data desain.
Q = m.c.∆T / Q = m.λ
Keterangan :
Q = Jumlah panas, btu/hr
m = Laju alir massa, lb/hr
c = Spesific heat, btu/lb.ᵒF
∆T = Perbedaan temperatur yang masuk dan keluar (ᵒF)
λ = enthalpy (btu/lb)
Keterangan :
LMTD = Log Mean Temperature Difference (ᵒF)
T1 = Hot fluid temperature, inlet (ᵒF)
T2 = Hot fluid temperature, outlet (ᵒF)
t1 = Cold fluid temperature, inlet (ᵒF)
t2 = Cold fluid temperature, outlet (ᵒF)
𝑇𝑐 = 𝑇2 × 𝐹𝑐 × (𝑇1 − 𝑇2 )
Keterangan :
Tc = Caloric temperature fluida panas (ᵒF)
Fc = Caloric fraction
Keterangan :
at = tube side flow area (ft2)
Nt = Number of tube
a’t = flow area per tube (in2)
[Tabel 10]
n = number of tube passes
Keterangan :
Gt = tube mass (ft2)
Nt = Number of tube
a’t = flow area per tube (in2) [Tabel 10]
n = number of tube passes
(9) Mencari heat transfer coefficients (hi) (9’) Asumsikan heat transfer coefficients (ho)
[Persamaan 6.15d] untuk trial
1
ℎ𝑖 𝑘 𝑐𝜇 3
= 𝑗𝐻 𝑥 ( ) 𝑥 ( )
ɸ𝑡 𝐷 𝑘
Keterangan :
hi = heat transfer coefficients
………….(Btu/(hr)(ft2)(oF))
ϕt = tube viscosity ratio
k = thermal conductivity
jjjjjjjjjjjjjjBtu/(hr)(ft2)(oF/ft)
c = spesific heat of fluid
lllllllllllll(Btu/(lb)(oF))
ℎ𝑖𝑜 ℎ𝑜
𝑈𝐶 =
ℎ𝑖𝑜 + ℎ𝑜
Keterangan :
Q = Heat flow (Btu/hr)
Δt = true temperature difference (ᵒF)
𝑄
Kemudian cek fluks maksimum = 𝐴
Pressure Drop
(1) Mencari specific gravity (s) pada Ret yang sudah didapatkan
menggunakan Figure 26 dan Figure 6
𝑓𝐺𝑡 2 𝐿𝑛
∆𝑃𝑡 = 5,22𝑥1010 𝑥𝐷 𝜑
𝑠 𝑡
Keterangan :
ΔPt = tube side pressure drop (psi)
L = tube length (ft)
n = number of tube passes
Ds = shell inside diameter (ft)
ϕt = tube viscosity ratio
(3) Menghitung V2/2g dari Figure 27 dan return pressure drop (ΔPr)
4𝑛 𝑉 2
∆𝑃𝑟 = 𝑥
𝑠 2𝑔
Dari Tabel 6.5 dapat disimpulkan evaluasi 140 E-2 dan E-3 antara lain sebagai
berikut:
1. Heat duty (Q) 140-E2 didapatkan data desain lebih besar dari data aktual
yaitu 24.233.215,59 btu/hr vs 23.573.884,16 btu/hr, hal ini menunjukan
bahwa 140-E2 masih beroperasi dibawah data desain nya sehingga masih
ada room untuk dioptimalkan. Sedangkan pada heat duty 140-E3 didapatkan
nilai aktual lebih besar dari nilai desain yaitu 11.693.327,38 btu/hr vs
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan evaluasi kinerja terhadap Heat Exchanger
Heavy Coker Gas Oil Product – Boiler Feed Water Exchanger (140-E2) dan Heat
Exchanger Heavy Coker Gas Oil Product – Boiler Feed Water Exchanger (140-
E3) pada Delayed Coking Unit (DCU), maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Nilai Heat Duty (Q) aktual didapatkan lebih tinggi namun tidak diikuti
dengan kenaikan koefisien perpindahan panas, hal ini mengindikasikan
bahwa heat exchanger masih dalam performa yang baik tetapi adanya
perubahan pola operasi yaitu massa dan perbedaan temperatur menyebabkan
tingginya nilai heat duty aktual. Oleh karena itu, perlu dilakukan monitoring
terkait kinerja heat exchanger 140-E3. Sedangkan untuk heat exchanger 140-
E2 masih dapat dioptimalkan kapasitasnya.
2. Pressure Drop aktual yang didapat masih memiliki nilai dibawah data
desainnya hal ini menunjukkan bahwa kedua heat exchanger beroperasi
secara optimum.
3. Dirt Factor aktual di 140 E-3 didapatkan lebih besar dari data desain, hal ini
perlu dilakukan close monitoring untuk menjaga agar data Rd tidak sustain
diatas data desain-nya karena dalam jangka waktu yang panjang berpotensi
mengakibatkan fouling dan menurunkan efisiensi dari heat exchanger 140-
E3. Sedangkan untuk Dirt Factor aktual di 140 E-2 masih optimum dibawah
data desainnya.
7.2 Saran
Setelah melakukan analisis kinerja Heat Exchanger Heavy Coker Gas Oil
Product – Boiler Feed Water Exchanger (140-E2) dan Heat Exchanger Heavy
Coker Gas Oil Product – Boiler Feed Water Exchanger (140-E3) pada Delayed
Coking Unit (DCU) maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut untuk
memperlancar proses produksi:
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A
FLOWSHEET DAN DATASHEET
A.1 Flowsheet
A.1.1 Flowsheet Delayed Coking Unit (DCU)
A.2 Datasheet
A.2.1 Datasheet Heat Exchanger 140-E2
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
1. Heat Balance
Entalpi liquid (HL) pada 182ºC dan 359.6ºF adalah 332,35 btu/lbm
Entalpi vapor (Hv) pada 182ºC dan 359.6ºF adalah 1195,2 btu/lbm
(Appendix A.2-9 Geankoplis 1993)
∆t2 −∆t1 72
∆TLMTD = ∆t = 113 = 71,018 °C = 159,833 °F (Pers 5.14)
ln 2 ln
41
∆t1
Hot fluid, HCGO, Tube Side Cold fluid, Fedwater, Shell Side
Nt = 480
a’t = 0,479 in2 (Table 10)
n=6
ℎ𝑖𝑜 ℎ 𝐼𝐷 = 488,74 ºF
(10) = ɸ𝑖 𝑥 𝑂𝐷 = 492 (Eq. 6.9)
ɸ𝑡 𝑡
(Δt)w = 129,14 ºF
Pressure Drop
𝑓𝐺𝑡 2 𝐿𝑛
(2) ∆𝑃𝑡 = 5,22𝑥1010 𝑥𝐷 𝜑 = 5,14 psi
𝑠 𝑡
𝑙𝑏
(3) Gt = 94.9071,58 ℎ𝑟 𝑓𝑡 2
𝑉2
= 0,11 (Fig. 27)
2𝑔
4𝑛 𝑉2
∆𝑃𝑟 = 𝑥 2𝑔 = 3,882 𝑝𝑠𝑖 (Eq. 7.46)
𝑠
(4) ∆𝑃𝑇 = ∆𝑃𝑡 + ∆𝑃𝑟 = 9,022 𝑝𝑠𝑖 = 0,634 𝑘𝑔/𝑐𝑚2 (Eq. 7.47)
1. Heat Balance
Entalpi liquid (HL) pada 182ºC dan 359.6ºF adalah 332,35 btu/lbm
Entalpi vapor (Hv) pada 182ºC dan 359.6ºF adalah 1195,2 btu/lbm
(Appendix A.2-9 Geankoplis 1993)
HCGO, Q = m.Cp.ΔT
23.573.884,16 btu/lbm = 226.784 lbm/hr x Cp x 181,52 °F
Cp = 0,572 btu/(lbm)(°F)
∆t2 −∆t1 72
∆TLMTD = ∆t = 113 = 83,06 °C = 181,52 °F (Pers 5.14)
ln 2 ln
41
∆t1
Hot fluid, HCGO, Tube Side Cold fluid, Fedwater, Shell Side
Nt = 480
a’t = 0,479 in2 (Table 10)
n=6
𝑈𝑐 − 𝑈𝑑
𝑅𝑑 = = 0,014 (ℎ𝑟)(𝑓𝑡 2 )(°𝐹)/𝑏𝑡𝑢
𝑈𝑐 𝑥 𝑈𝑑
Pressure Drop
𝑓𝐺𝑡 2 𝐿𝑛
(2) ∆𝑃𝑡 = 5,22𝑥1010 𝑥𝐷 𝜑 = 4,52 psi
𝑠 𝑡
𝑙𝑏
(3) Gt = 852216,38 ℎ𝑟 𝑓𝑡 2
𝑉2
= 0,11 (Fig. 27)
2𝑔
4𝑛 𝑉2
∆𝑃𝑟 = 𝑥 2𝑔 = 3,882 𝑝𝑠𝑖 (Eq. 7.46)
𝑠
1. Heat Balance
Entalpi liquid (HL) pada 182ºC dan 359.6ºF adalah 332,35 btu/lbm
Entalpi vapor (Hv) pada 182ºC dan 359.6ºF adalah 1195,2 btu/lbm
(Appendix A.2-9 Geankoplis 1993)
∆t2 −∆t1 72
∆TLMTD = ∆t = 113 = 64,782 °C = 148,60 °F (Pers 5.14)
ln 2 ln
41
∆t1
Hot fluid, HCGO, Tube Side Cold fluid, Fedwater, Shell Side
Nt = 264
a’t = 0,479 in2 (Table 10)
n=6
𝐷 𝑥 𝐺𝑡
𝑅𝑒𝑡 = = 183626,35
𝜇
= 613,81 = 477,449 ºF
(10)
ℎ𝑖𝑜 ℎ 𝐼𝐷
= ɸ𝑖 𝑥 𝑂𝐷 = 480 (Eq. 6.9) (Δt)w = 117,849 ºF
ɸ𝑡 𝑡
Pressure Drop
𝑓𝐺𝑡 2 𝐿𝑛
(2) ∆𝑃𝑡 = 5,22𝑥1010 𝑥𝐷 𝜑 = 4,52 psi
𝑠 𝑡
𝑙𝑏
(3) Gt = 852216,38 ℎ𝑟 𝑓𝑡 2
𝑉2
= 0,11 (Fig. 27)
2𝑔
4𝑛 𝑉2
∆𝑃𝑟 = 𝑥 2𝑔 = 3,882 𝑝𝑠𝑖 (Eq. 7.46)
𝑠
1. Heat Balance
Entalpi liquid (HL) pada 182ºC dan 359.6ºF adalah 290,43 btu/lbm
Entalpi vapor (Hv) pada 182ºC dan 359.6ºF adalah 1185,8 btu/lbm
(Appendix A.2-9 Geankoplis 1993)
∆t2 −∆t1 72
∆TLMTD = ∆t = 113 = 64,782 °C = 170,4 °F (Pers 5.14)
ln 2 ln
41
∆t1
Hot fluid, HCGO, Tube Side Cold fluid, Fedwater, Shell Side
Nt = 264
a’t = 0,479 in2 (Table 10)
n=6
𝐷 𝑥 𝐺𝑡
𝑅𝑒𝑡 = = 130347,81
𝜇
ℎ𝑖𝑜 ℎ 𝐼𝐷 = 483,44 ºF
(10) = ɸ𝑖 𝑥 𝑂𝐷 = 408 (Eq. 6.9)
ɸ𝑡 𝑡
(Δt)w = 165,24 ºF
Pressure Drop
𝑓𝐺𝑡 2 𝐿𝑛
(2) ∆𝑃𝑡 = 5,22𝑥1010 𝑥𝐷 𝜑 = 3,555 psi
𝑠 𝑡
𝑙𝑏
(3) Gt = 726.080 ℎ𝑟 𝑓𝑡 2
𝑉2
= 0,08 (Fig. 27)
2𝑔
4𝑛 𝑉2
∆𝑃𝑟 = 𝑥 2𝑔 = 2,8235 𝑝𝑠𝑖 (Eq. 7.46)
𝑠
(4) ∆𝑃𝑇 = ∆𝑃𝑡 + ∆𝑃𝑟 = 6,378 𝑝𝑠𝑖 = 0,448 𝑘𝑔/𝑐𝑚2 (Eq. 7.47)
LAMPIRAN C
GRAFIK DAN TABEL REFERENSI
Gambar C.1 Properties of Saturated Steam and Water (Table A.2-9 Geankoplis,
1993)
Gambar C.2 Properties of Saturated Steam and Water Lanjutan (Table A.2-9
Geankoplis, 1993)
Laporan Kerja Praktek PT. PERTAMINA RU II Dumai
Nandra Saputra (1407114799) 98
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Riau
Gambar C.5 Heat Exchanger and Condenser Tube Data (Table 10 Kern, 1983)
Gambar C.10 Value of k(𝑐𝜇 ⁄𝑘)1/3 𝑓𝑜𝑟 ℎ𝑦𝑑𝑟𝑜𝑐𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛𝑠 (Figure 16 Kern, 1983)