Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN

FIRE FIGHTING PEMADAMAN API BESAR

Disusun oleh :
Ahmad Farizqi F.M (191420303)
Dimas Saputra (191420331)
Frinko (191420339)
Kahfi Ananda R. (191420356)
Satria Dandy Harindra (191420399)
Synta Fberyanti Chusnul K. (191420400)

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral


Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Energi dan Sumber Daya
Mineral
Politeknik Energi dan Mineral Akamigas
(PEM Akamigas)
2019
LEMBARAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
FIRE FIGHTING TO FIRE HYDRANT SYSTEM

Laporan praktikum PEMADAMAN API BESAR ini kami susun sebagai


syarat tugas akhir menyelesaikan Praktikum yang di selenggarakan di PEM
Akamigas Cepu.

Cepu, 23 November 2019


Menyetujui,
Pembimbing Praktikum

Putut Suprijadi
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 6

1.1. Peraturan dan Tata Tertib Praktikum ....................................................... 6

1.1.1. Peraturan & Tata Tertib .................................................................... 6

1.1.2. Kewajiban Mahasiswa ...................................................................... 6

1.1.3. Hak Mahasiswa ................................................................................. 7

1.1.4. Tujuan ............................................................................................... 7

1.1.5. Manfaat ............................................................................................. 7

BAB II DASAR TEORI ......................................................................................... 8

2.1. Pengertian Tentang Kebakaran................................................................. 8

2.2. Faktor – Factor Penyebab Terjadinya Kebakaran .................................... 9

2.2.1. Faktor manusia .................................................................................. 9

2.3. Klasifikasi Kebakaran ............................................................................ 10

2.3.1. Kelas A ............................................................................................ 11

2.3.2. Kelas B ............................................................................................ 11

2.3.3. Kelas C ............................................................................................ 11

2.3.4. Kelas D ............................................................................................ 12

2.4. Media Pemadam Kebakaran ................................................................... 12

2.4.1. Media Pemadam Jenis Padat ........................................................... 12

2.4.2. Media Pemadam Jenis Cair ............................................................. 15

2.4.3. Media Pemadam Jenis Gas.............................................................. 18

BAB III METODOLOGI ...................................................................................... 19

3.1. Prosedur kerja ......................................................................................... 20

3.1.1. Bahan............................................................................................... 20
3.1.2. Peralatan .......................................................................................... 20

3.1.3. Prosedur/Langkah Kerja.................................................................. 21

3.2. Analisa Data ........................................................................................... 27

BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 28

4.1. Kesimpulan ............................................................................................. 28

4.1.1. Sumber Potensi Bahaya Kebakaran ................................................ 28

4.1.2. Sistem Proteksi Kebakaran ............................................................. 28

4.2. Saran ....................................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 30


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberi
rahmat-Nya sehingga Modul Praktikum Laboratorium Fire and Safety PEM
Akamigas ini dapat terselesaikan. Laporan ini dimaksudkan untuk laporan
mahasiswa dalam melaksanakan praktikum dan membantu memahami
berdasarkan teori mata kuliah keselamatan kerja yang telah diberikan di kelas.

Pembahasan laporan praktikum PEMADAMAN API BESAR pokok


bahasan diuraikan dalam bentuk tutorial dan langkah kerja. Dengan demikian,
setelah melaksanakan praktikum, diharapkan mahasiswa tidak saja dapat
melaksanakan teknik fire and safety tersebut, akan tetapi juga dapat menjelaskan
karakterisasi masing–masing praktik.

Penyusun menyadari bahwa laporan praktikum ini jauh dari sempurna


dan masih banyak kekurangannya. Oleh sebab itu, penyusun sangat
berterimakasih apabila pembaca berkenan memberikan kritik maupun saran
yang konstruktif agar Laporan Praktikum ini semakin sempurna dan berkualitas.

Akhir kata, penulis berharap agar Laporan Praktikum ini dapat


bermanfaat dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan membantu
mahasiswa dalam penyampaian laporan praktikum.

Cepu, 23 November 2019

(Penyusun)
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Peraturan dan Tata Tertib Praktikum


1.1.1. Peraturan & Tata Tertib
- Praktikan datang sebelum praktikum dimulai;
- Segala kegiatan yang dilakukan di Laboratorium Fire and Safety harus
sepengetahuan dosen.
- Rangkaian kegiatan praktikum di Laboratorium Fire and Safety adalah
Pengarahan Materi oleh Dosen, Praktikum, Asistensi, Penyerahan Laporan
dan Ujian Praktik.
- Praktikan harus berpakaian seragam praktik (coverall) dan sopan,
menggunakan safety shoes, tidak diijinkan makan dan merokok di
lingkungan Laboratorium Fire and Safety;
- Praktikan dilarang menggunakan alat-alat praktikum di luar kepentingan
praktikum (misal : untuk main-main);
- Praktikan menata kembali tempat duduk dan meja yang telah
digunakannya sebelum meninggalkan ruangan laboratorium;
- Praktikan yang melanggar Tata Tertib Praktikum ini akan dilakukan
tindakan berupa : teguran ringan, teguran keras dan tidak diperbolehkan
mengikuti praktikumHal-hal yang belum diatur dalam Tata Tertib
Praktikum ini akan di atur kemudian.

1.1.2. Kewajiban Mahasiswa


- Menyelesaikan praktikum sesuai jam praktik;
- Melakukan asistensi kepada Instruktur/asisten laboratorium yang telah
ditunjuk;
- Melaporkan setiap hasil praktikum seperti format yang berlaku;
- Mengumpulkan laporan praktikum sebelum melaksanakan ujian masing –
masing mahasiswa yang berisi semua jenis praktikum yang dilaksanakan;
- Mengikuti ujian praktikum.
- Mahasiswa diijinkan minum selama praktikum.

1.1.3. Hak Mahasiswa


- Mendapatkan modul praktikum;
- Melakukan praktikum sesuai jadwal dan modul;
- Mendapatkan pengarahan mengenai materi yang akan dipraktikkan;

1.1.4. Tujuan

Tujuan dalam praktik teknik pemadaman api kecil di laboratorium fire


ground adalah sebagai berikut :
- Meningkatkan pengetahuan yang telah diterima selama perkuliahan dan
mempraktikannya di lapangan;
- Dapat mengklasifikasikan berbagai jenis kebakaran dan media
pemadamannya;
- Mengetahui langkah – langkah melakukan penanggulangan kebakaran dan
penyelamatan korban usai kebakaran secara baik dan benar;
- Dapat melakukan strategi pemadaman api dengan benar;
- Mengetahui prosedur pemakaian peralatan dan perlengkapan fire and
safety secara baik dan benar sehingga dapat memadamkan kebakaran
dengan peralatan dan perlengkapan tersebut;
- Dapat melakukan kerjasama yang baik (team work) dalam melakukan
pemadaman kebakaran.

1.1.5. Manfaat
Manfaat bagi mahasiswa dalam praktikum ini adalah dapat memperdalam
pengetahuan dan wawasan mengenai teknik CONNECTING FIRE HOSE TO
FIRE HYDRANT PILAR dalam upaya pencegahan dan penanggulangan
bahaya kebakaran, serta dapat membandingkan antara teori yang didapatkan di
dalam kelas dengan praktik langsung di lapangan.

BAB II DASAR TEORI

2.1. Pengertian Tentang Kebakaran


Kebakaran adalah suatu peristiwa dimana suatu material terbakar oleh api
atau reaksi pembakaran yang tidak terkendali dan menimbulkan kerugian
materi atau nyawa manusia atau kebakaran juga dapat diartikan api yang tidak
terkendali atau tidak dikehendaki serta merugikan.
Disini api tidak dilihat dari besar atau kecilnya api tersebut, jika memang
apiitu kecil akan tetapi tidak terkendali serta merugikan maka itu juga dapat
digolongkan kebakaran. Dan semantara itu jika api tersebut besar namun
itudikehendaki dan dapat dikendalikan maka ini tidak dapat digolongkan dalam
kebakaran (Farha, 2010).

2.2. Faktor – Factor Penyebab Terjadinya Kebakaran


Berdasarkan pengamatan, pengalaman, penyelidikan dan analisa dari
setiap peristiwa kebakaran dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor
penyebab dari terjadinya kebakaran dan peledakan bersumber pada 3 (tiga)
faktor
2.2.1. Faktor manusia
Faktor manusia disebabkan kurangnya pengertian terhadap
penanggulaganbahaya kebakaran. Dalam hal ini, orang yang bersangkutan
sama sekali belummengerti atau hanya sedikit mengetahui tentang cara-
cara penanggulanganbahaya kebakaran, misalnya :
a. Mendekat-dekatkan benda-benda yang mudah terbakar ke sumber
api/panas,seperti :meletakkan kompor yang sedang menyala di dekat
dinding yangmudah terbakar.
b. Memadamkan api (kebakaran) yang sedang terjadi dengan
menggunakanperalatan pemadaman/media pemadaman yang bukan
padatempatnya/fungsinya, seperti memadamkan api yang berasal dari
kebakaranbenda cair (bensin, solar, minyak tanah, dll) menggunakan air.
c. Kelalaian, dalam hal ini yang bersangkutan termasuk kepada orang-
orangyang sudah memahami/mengerti tentang cara-cara
penanggulangankebakaran.
d. Disengaja, yakni suatu kebakaran yang benar-benar sengaja dilakukan
olehseseorang dengan tujuan untuk maksud-maksud tertentu, misalnya
sajamencari keuntungan pribadi dan untuk balas dendam.
2. Faktor teknis
Faktor teknis terbagi menjadi tiga yaitu melalui proses mekanis, kimia
danmelalui tenaga listrik antara lain sebagai berikut :
a. Melalui proses mekanis, dimana 2 (dua) faktor penting yang menjadi
peranan dalam proses ini ialah timbulnya panas akibat kenaikan suhu atau
timbulnya bunga api akibat dari pengetesan benda-benda maupun adanya
api terbuka.
b. Melalui proses kimia, yaitu terjadi sewaktu pengangkutan bahan-bahan
kimiaberbahaya, penyimpanan dan penanganan (handling) tanpa
memperhatikanpetunjuk-petunjuk yang ada.
c. Melalui tenaga listrik, pada umumnya terjadi karena hubungan
pendeksehingga menimbulkan panas atau bunga api dan dapat
menyalakan ataumembakar komponen yang lain.
3. Faktor alam
Berdasarkan faktor alam terbagi menjadi dua yaitu petir dan gunung
meletus:
a. Petir adalah salah satu penyebab adanya kebakaran dan peledakan
akibat darifaktor alam.
b. Gunung meletus, bisa menyebabkan kebakaran hutan yang luas,
jugaperumahan-perumahan yang dilalui oleh lahar panas.

2.3. Klasifikasi Kebakaran


Yang dimaksud dengan klasifikasi kebakaran adalah penggolongan
kebakaran berdasarkan jenis bahan bakar yang terbakar, tujuan mengenal
klasifikasi kebakaran adalah agar kita dapat dengan cepat dan tepat memilih
media pemadam yang sesuai untuk memadamkan kebakaran.
Di Indonesia menganut klasifikasi yang ditetapkan dalam Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 04/ MEN/ 1980, yang
pembagiannya telah dibagi sebagai berikut:
2.3.1. Kelas A
Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda padat selain logam
yang kebanyakan tidak dapat terbakar dengan sendirinya, misalnya kertas,
kayu, plastik, karet, busa(kasur,kursi,dll) dan lain-lainnya. Kebakaran kelas
A ini adalah akibat panas yang datang dari luar, molekul-molekul benda
padat terurai dan membentuk gas dan gas inilah yang terbakar. Hasil
kebakaran ini menimbulkan panas dan selanjutnya mengurai lebih banyak
molekul-molekul dan menimbulkan gas yang terbakar. Sifat utama dari
kebakaran benda padat adalah bahan bakarnya tidak mengalir dan sanggup
menyimpan panas yang banyak sekali dalam bentuk bara.
2.3.2. Kelas B
Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda mudah terbakar
berupa cairan, misalnya bensin, solar, minyak tanah, spirtus, alkohol dan
lain-lainnya. Di atas cairan pada umumnya terdapat gas dan gas ini yang
dapat terbakar. Pada bahan cair ini suatu bunga api kecil sanggup
mencetuskan api yang akan menimbulkan kebakaran. Sifat cairan ini adalah
mudah mengalir dan menyalakan api ke tempat lain.
2.3.3. Kelas C
Kebakaran pada aparat listrik yang bertegangan, yang mana
sebenarnya kelas C ini tidak lain dari kebakarn kelas A dan B atau
kombinasi dimana ada aliran listrik.
Apabila aliran listrik diputuskan maka akan berubah apakah kebakaran
kelas A atau B. Kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media
pemadam yaitu yang tidak menghantar listrik untuk melindungi orang yang
memadamkan kebakaran dari aliran listrik.
2.3.4. Kelas D
Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda yang berupa benda
logam.

2.4. Media Pemadam Kebakaran


Media pemadam api adalah suatu media atau bahan – bahan, baik itu
padat, cair maupun gas yang sifatnya non flammable dan dapat
difungsikan untuk keperluan pemadaman kebakaran. Tujuan kita
mengenal berbagai jenis media pemadam kebakaran adalah agar kita
dapat memilih jenis media pemadam kebakaran tertentu yang sesuai
dengan klas kebakaran yang akan kita padamkan.

2.4.1. Media Pemadam Jenis Padat


2.4.1.1. Pasir dan Tanah (sand and soil)
Media pemadam pasir dan tanah berfungsi untuk membatasi
meluasnya kebakaran (smothering). Namun untuk kebakaran –
kebakaran kecil dapat dipergunakan untuk menutupi permukaan
bahan yang terbakar sehingga memisahkan udara dari proses
terjadinya kebakaran sehingga nyala api akan padam.
2.4.1.2. Tepung Kimia (dry chemical)
Media pemadam tepung kimia (dry chemical) hanya efektif
untuk memadamkan kebakaran kelas B dan C yaitu cairan, gas dan
listrik. Bahan – bahan yang digunakan untuk tepung kimia (dry
chemical) dapat berupa :
- Sodium bikarbonat (NaHCO3) terkadang orang sering
menyebutnya soda abu atau baking soda
- Potasium bikarbonat (KHCO3) dalam nama perdagangannya
dikenal dengan sebutan Purple K Untuk mencegah sifat
higroskopis (menyerap air) dan mencegah penggumpalan
serta untuk memberikan daya alir yang baik, maka pada bahan
baku tersebut ditambahkan tidak diterangkan karena ini
merupakan hak patent dari perusahaan yang membuatnya.
- Potasium karbonat (K2CO3) dalam nama perdagangannya
dikenal dengan nama Monex
- Potasium chloride (KCl) dalam nama perdagangannya
dikenal dengan nama Super K
- Potasium sulfide (K2SO4) dalam nama perdagangannya
dikenal dengan nama Karote Massiv
Media pemadam tepung kimia (dry chemical) sangat efektif pada
kebakaranbahan cairan dan pada sodium bikarbonat karena hampir
tidak mengeluarkan kerak. Jenis ini umumnya tersedia di Eropa,
sedang di USA hampir tidak ditemukan. Pada umumnya jenis tepung
kimia regular ada tambahan metallic stearate yang dapat merusak
protein foam, maka dari itu tidak bisa dirangkap penggunaannya
bersamaan dengan protein foam, kecuali sodium bikarbonat karena
mengandung silicon polymer
menjadikan jenis ini dapat digunakan bersama dengan protein foam.

2.4.1.3. Tepung Khusus/Kering (dry powder)


Jenis media pemadam ini adalah untuk memadamkan
kebakaran kelas D (logam). Bahan baku untuk tepung khusus ini dapat
berupa :
- Campuran dari senyawa kalium chlorida (KCL), barium chlorida
(BaCl2),
- magnesium chlorida (MgCl2), natrium chlorida (NaCl), dan
kalsium chlorida
- (CaCl2). Dalam perdagangannya tepung khusus jenis ini dikenal
dengan sebutan Foundry Flux (Dow Chemical Co, USA), Tel
(John Kerr & Co, Inggris);
- Bubuk Grafita, dengan berbagai campuran lain seperti organic
phosphate.Dalam perdagangan jenis ini dikenal dengan istilah
“Lith L-X powder (Ansul Co, AS), Metal Guard Powder (Water
Kiddle Co, AS), Pyrene G-I powder
- (Chemical concentrates Co, AS)”;
- Campuran dari sodium chlorida (NaCl), tri kalsium fosfat
[CO3(PO4)2], nama perdagangannya adalah Met L-X Powder
(Ansul co, USA);
- Campuran sodium chlorida (NaCl), ammonium fosfat
[(NH4)3PO4] dan tri kalsium fosfat [CO3(PO4)2], dalam
perdagangannya dikenal dengan sebutan pyromat powder (Pyrene,
Inggris)
2.4.1.4. Tepung Kimia Multipurpose (dry chemical powder –
DCP)
Jenis media pemadam ini efektif untuk memadamkan
kebakaran kelas A (padat), kelas B (minyak atau gas) dan kelas C
(listrik). Bahan baku untuk tepung kimia multipurpose ini campuran
dari monoamonium dan phosphate dapat digunakan untuk kebakaran
kelas A (padat) dan sangat efektif untuk kebakaran kelas B (cair).
Pembersihan setelah penggunaan memang menjadi kelemahan jenis
ini dan dapat merusak peralatan instrument, kabel-kabel listrik dan
korosif terhadap metal.
Adapun jenis-jenis tepung kimia ini adalah sebagai berikut:
- Mono Amonium Phospate (MAP), atau (NH4) H2PO4
- Kalsium Sulfat (K2SO4)
- ABC – (Amonium Hydro Phospate)
- BC- (Sodium Bicarbonate, Purple K)
- D- (Super D atau Sodium Chloride), copper atau G-Plus
(Graphite)
2.4.2. Media Pemadam Jenis Cair
2.4.2.1. Air
Air dalam pemadaman kebakaran adalah paling banyak
dipergunakan, hal ini dikarenakan air mempunyai keuntungan –
keuntungan sebagai berikut :
- Relatif murah, mudah didapat dalam jumlah yang besar;
- Mudah didapat, diangkut, disimpan dan dialirkan;
- Mudah dipompakan dalam berbagai bentuk pancaran jet, tirai
(spray), setengah tirai dan kabut (fog);
- Mempunyai daya serap panas yang besar/pendinginan (cooling);
- Mempunyai daya mengembang untuk menjadi uap yang besar;
Air juga memiliki keterbatasan, selain mempunyai kelebihan,
air juga mempunyai kelemahan sebagai media pemadam api, antara
lain :
- Penghantar listrik sehingga tidak cocok untuk kebakaran instalasi
listrik yang bertegangan;
- Berbahaya bagi bahan – bahan kimia yang larut dalam air atau
yang eksoterm (menghasilkan panas);
- Kemungkinan dapat terjadi slopover maupun boilover bila salah
dalam
- pemadaman kebakaran minyak;
- Tidak efektif untuk menghentikan penguapan gas dan cairan yang
mudah
- menyala dengan titik nyala (flash point) di bawah suhu air
sehingga tidak
- disarankan untuk memadamkan bahan cair yang titik nyala (flash
point) dibawah 100°F.
Media pemadam air dalam memadamkan kebakaran akan
bekerja secara fisis yaitu pendinginan (cooling), penyelimutan
(smothering) dan pengenceran (dilution).
2.4.2.2. Busa (Foam)
Pengertian dari media pemadam busa (foam) adalah kesatuan
suatu cairan yang stabil dan mempunyai berat jenis sangat rendah
dibanding dengan air maupun minyak yang dapat mengapung di atas
permukaan zat cair dan mengalir di atas permukaan zat padat yang
berbentuk gelembung – gelembung berisi CO2 atau udara yang
mengembang diatas permukaan cairan dan mudah mengalir. Busa
kimia maupun busa mekanik hanya efektif untuk memadamkan
kebakaran kelas A dan B, yaitu kebakaran bahan bakar padat seperti
kayu, kertas dan sebagainya maupun untuk kebakaran bahan bakar
cair, seperti : Minyak mentah, Gasoline, Kerosine dan sebagainya.
Prinsip pemadaman dengan media pemadam busa (foam) berfungsi
sebagai
selimut yang pada dasarnya memisahkan hubungan antara bahan
bakar dengan udara, dan busa adalah salah satu media pemadam yang
berbentuk cairan dengan
karakteristik :
- Memegang air untuk periode yang panjang, untuk membentuk
formasi selimut
- dipermukaan cairan minyak;
- Mudah dan cepat mengalir di permukaan cairan minyak;
- Cairan foam liquid dirubah menjadi gelembung-gelembung busa
melalui pencampuran dengan air, udara dan sedikit prosentase
foam liquid, gelembung gelembung busa ini kohesi dan akan
terapung di permukaan cairan minyak sebagai selimut dan
pendingin serta mencegah flash back ignition.
Busa berdasarkan terbentuknya digolongkan menjadi 2
golongan, yakni busa kimia dan busa mekanik.
 Busa kimia (chemical foam)
Proses terbentuknya busa kimia karena adanya peristiwa reaksi
kimia antara larutan Natrium Bicarbonate (NaHCO3) dengan larutan
Alumunium Sulfat [AI2(SO4)3]. Bahan baku busa kimia adalah :
 Tepung tunggal (single powder),
Campuran antara tepung Natrium Bicarbonate (NaHCO3) dan
Alumunium Sulfat [AI2(SO4)3] akan membentuk busa bila dicampur
dengan air, tetapi saat ini tepung
tunggal (single powder) sudah tidak ditemui lagi.
 Tepung dual (dual powder),
Bila tepung Alumunium Sulfat [AI2(SO4)3] dan Natrium Bicarbonate
(NaHCO3)
masing-masing dilarutkan dengan air secara terpisah dengan
perbandingan tertentu. Apabila kedua larutan tersebut dicampurkan
akan berbentuk busa. Isi dari
gelembung-gelembung busa tersebut adalah CO2 dan proses reaksi
kimianya adalah sebagai berikut :
Al2(SO4)3 + 6NaHCO3 + 2Al(OH)3 + 3Na2SO4 + 6CO2
b) Busa mekanik (mechanical foam)
Busa mekanik ini terjadi busa karena proses mekanik, yaitu
berupa adukan dari bahan-bahan pembuat busa yang terdiri dari cairan
busa (foam liquid/foam compound/foam concentrate), air bertekanan
dan udara. Proses pembentukan busa mekanik secara singkat busa
(foam liquid) akan menjadi larutan busa (foam solution). Larutan busa
(foam solution) kemudian ditiupkan atau dicampurkan udara (air)
pada larutan busa dengan proses mekanis yaitu adanya pengadukan
hingga busa terbentuk dan menjadi busa (foam) yang siap digunakan
untuk memadamkan kebakaran. Proses untuk melaksanakan
pembentukan busa diperlukan alat-alat pembentuk busa (foam maker)
2.4.3. Media Pemadam Jenis Gas
Media pemadam jenis gas ini akan memadamkan api secara fisis, yaitu
mengencerkan oksigen pada proses pembakaran (dillution) dan
pendinginan (cooling).
Berbagai gas yang dapat dipergunakan dalam pemadaman api, namun
hanya gas asam arang (CO2) dan gas zat lemas (N2) yang banyak dipakai.
Gas zat lemas (N2) lebih banyak dipergunakan untuk mendorong tepung
kimia pada instalasi pemadam tetap atau dilarutkan dalam BCF. Gas asam
arang (CO2) langsung dipergunakan untuk pemadaman kebakaran. Gas
asam arang (CO2) dalam pemakaiannya disimpan dalam botol dalam
bentuk cair dan diberi sedikit gas dengan tekanan sekitar 1.000 – 1.200 psi
( + 80 atm) juga hanya efektif untuk memadamkan kebakaran kelas B dan
C.
Kebaikan dari pada gas asam arang (CO2) adalah :
- Murah harganya dan mudah didapat dipasaran;
- Bersih dan tidak meninggalkan bekas kotoran bila digunakan untuk
memadamkan
- kebakaran (clean agent);
- Dapat digunakan untuk memadamkan instalasi listrik bertegangan;
- Dapat memancar/menyemprot dengan tekanan pengupannya
sendiri (self expelling);
- Tidak korosi, tidak konduktif dan tanpa kadaluarsa;
- Dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama;
- Pemadaman dengan gas ini dapat mengurangi oksigen sampai
dibawah 12%.
Kerugian bila media pemadam gas asam arang (CO2) adalah :
- Karena gas asam arang (CO2) disimpan dalam tabung berbentuk
cairan, sehingga
- kurang baik bila temperatur disekitarnya di bawah 00F (-180C);
- Baik digunakan untuk peralatan pada permukaan yang luas, ruang
penghuni yang
- luas, namun penghuni harus keluar ruangan bila gas asam arang
(CO2) discharge;
- Tabung APAR relatif berat dan mahal harganya karena disimpan
dalam tabung
- pemadam dengan tekanan yang tinggi 1.000 – 1.200 psi (+ 80 atm)
maka diperlukan
- tabung pemadam yang tebal, sehingga mengakibatkan dalam
pemakaiannya berat dan kaku;
- Pada fixed instalasi, instalasi pipanya harus tahan tekanan tinggi.

BAB III METODOLOGI


3.1. Prosedur kerja
Alat dan Bahan yang dibutuhkan
3.1.1. Bahan
- Bahan bakar Solar

Gambar 3.1 solar


- Korek api;
- Air

3.1.2. Peralatan
- Fire hose ukuran 2,5”
- Fire hose ukuran 1,5”
- Y Piece
- Nozzle
- Pilar hidran
- Kunci hidran
- Pompa hidran

Gambar 3.2 Hydrant


- Fire Suit dan Glove;
- Safety Shoes Harviks

Gambar 3.3 APD FIRE FIGHTING

3.1.3. Prosedur/Langkah Kerja


1. Siapkan peralatan fire and safety dengan lengkap, baik peralatan
yang digunakan oleh fire fighter maupun peralatan yang di gunakan
untuk memadamkan api;

2. Pastikan tim kelompok lengkap terdiri 6 orang dan siap


berkumpul di fire ground;

3. Setiap regu akan dipanggil oleh dosen/instruktur untuk tampil di


fire ground pada lokasi yang telah ditentukan guna melakukan
persiapan pemadaman kebakaran (beregu) dengan berbaris sesuai
aba-aba Gambar

4. Tim siap di fire ground, leader memberikan penghormatan


kepada instruktur dan setelah selesai penghormatan, segera melapor
dengan kode APA yaitu Jumlah Anggota, Peralatan Lengkap dan
Siap Memadamkan Api dan dosen/instruktur menerima laporan
sekaligus memberikan perintah “Kerjakan”
Gambar 3.4 Persiapan Tim Fire Fighting
5. Tim fire fighting bekerja sesuai dengan tugas dan menempatkan
posisi sesuai dengan tugas masing-masing di bawah komando
leader;

6. Mekanik connecting female coupling fire hose 2,5 inch ke pilar


hidran dan male coupling menuju Y piece dibantu oleh team
supporting

7. Helper menggelar fire hose dari Y Piece ke fire nozzle,


kemudian connecting fire hose dari hidran ke Y Piece dan Y Piece
ke fire nozzle

8. Helper dan team support mengatur posisi fire hose membentuk


huruf “S” Supaya tidak langsung berbelok atau tertekuk karena bisa
merusak fire hose dan bisa lepas dari coupling;

9. Leader mengecek semua connecting peralatan dan perlengkapan


terkoneksi dengan baik, kencang dan tidak bocor

10. Leader mengecek fire nozzle dalam posisi pancaran air


spray/fog, tekanan antara fire nozzle 1 dan fire nozzle 2 harus sama
supaya seimbang

11. Leader memberikan komando agar personil menempatkan diri


sesuai dengan tugas masing-masing;

12. Posisi fire nozzle man memasang kuda-kuda yang kuat saat
memegang fire nozzle dengan mengepit fire hose di bawah ketiak
dan helper memasang kuda-kuda saat memegang fire hose dibuat
landai ke bawah dibelakang fire nozzleman dengan kaki depan
helper menahan kaki belakang fire nozzle;

13. Setelah posisi tim fire fighting siap, leader memerintahkan


helper untuk buka air, kemudian helper meneruskan perintah pada
mekanik dengan memberikan sinyal atau kode gerakan “tangan
rapat di atas kepala kemudian lurus ke samping bawah rata pundak
seperti gerakan membuka”

14. Mekanik pada pilar hidran membalas sinyal atau kode dengan
gerakan yang sama dari helper tersebut dan secara perlahan-lahan
membuka fire hydrant menggunakan kunci hydrant

15. Team support membuka kerangan Y Piece dengan posisi full


open supaya bisa mengalir ke fire nozzle;

16. Fire nozzle man bersiap menerima aliran air dari Y Piece dan
mengarahkan fire nozzle ke posisi atas dengan posisi spray/fog
nozzle man memasang kuda-kuda yang kuat dengan mengepit fire
hose di bawah ketiak dan helper memasang kuda-kuda saat
memegang fire hose dibuat landai ke bawah dibelakang fire
nozzleman dengan kaki depan helper menahan kaki belakang
Gambar 3.5 Posisi Nozle Man

17. Leader memberikan perintah pada helper untuk menambah


tekanan pada fire nozzle, kemudian helper meneruskan perintah
pada mekanik dengan memberikan sinyal atau kode gerakan
“tangan kanan rata pundak menggerakkan naik ke atas”

18. Mekanik pada pilar hidran membalas sinyal atau kode dengan
gerakan yang sama dari helper tersebut dan menambah tekanan air
pada hidran;

19. Leader memberikan komando kepada tim untuk maju menuju


sumber api atau obyek yang terbakar sampai menuju valve atau
kerangan, dengan memberikan aba-aba perintah “maju” berapa
langkah;

20. Saat maju, tidak boleh mengangkat kaki tapi menggeser,


caranya posisi kaki belakang maju dahulu baru kaki depan;

21. Saat mendekati obyek yang terbakar atau sumber api, 2 fire
nozzle melindungi tim dan leader dari panasnya api sampai menuju
valve atau kerangan untuk ditutup dengan posisi spray/fog;
Gambar 3.6 Pancaran Spray

22. Setelah leader berhasil menutup valve atau kerangan, leader


memberikan aba-aba perintah untuk mundur dengan posisi kaki
depan mundur dahulu baru kaki belakang sampai pada posisi ± 3
meter dari obyek yang dibakar untuk melakukan tembakan air jet
fire;

23. Posisi tim setelah ± 3 meter dari obyek yang dibakar, kemudian
leader memerintahkan 2 fire nozzle untuk menyebar kanan kiri
untuk melakukan serangan fire jet,

24. Leader memerintahkan fire nozzle untuk mengubah posisi


pancaran air di fire nozzle dari spray/fog menjadi jet;

25. Fire nozzle man mengubah pancaran air di fire nozzle dari
spray/fog menjadi jet dan mengarahkan pancaran air ke obyek yang
dibakar atau sumber api
Gambar 3.7 Pancaran Jet

26. Leader memerintahkan fire nozzle untuk mengubah posisi


pancaran air di fire nozzle dari jet menjadi spray/fog dan
mengarahkan ke atas;

27. Leader mengecek sekitar objek untuk memastikan api sudah


padam dan keadaan lingkungan sudah aman;

28. Leader memberikan perintah pada helper untuk mengurangi


atau menurunkan tekanan pada fire nozzle, kemudian helper
meneruskan perintah pada mekanik dengan memberikan sinyal atau
kode gerakan “tangan kanan rata pundak menggerakkan dari atas
turun ke bawah”

29. Mekanik pada pilar hidran membalas sinyal atau kode dengan
gerakan yang sama dari helper tersebut dan mengurangi tekanan air
pada hidran;

30. Leader memerintahkan helper untuk menghentikan aliran air,


kemudian helper meneruskan perintah pada mekanik dengan
memberikan sinyal atau kode gerakan “tangan membuka rata
pundak dan naik ke atas kepala seperti gerakan menutup”
supporting untuk merapikan dan menata kembali semua peralatan
serta perlengkapan fire fighting seperti sedia kala;
32. Team fire fighting melepas semua connecting fire hose fire
nozzle, Y Piece dan hydrant pilar;

33. Helper merelease dan menggulung fire hose untuk dapat dan
siap digunakan kembali saat pemadaman api

34. Team fire fighting berkumpul kembali dan siap di fire ground,
leader memberikan penghormatan kepada dosen/instruktur dan
setelah selesai penghormatan, segera melapor dengan kode APA
yaitu Jumlah Anggota Lengkap, Peralatan Lengkap dan Api Padam
Anggota Selamat, kemudian dosen/instruktur menerima laporan
sekaligus membubarkan team fire fighting

3.2. Analisa Data


Dari data penelitian yang sudah diperoleh, maka analisa data hasil
penelitian yang digunakan adalah dengan membandingkan data penelitian
tersebut dengan peraturan perundangan yang berlaku dan teori serta studi
literatur yang memiliki korelasi dengan topik pembahasan sistem pencegahan
dan penanggulangan kebakaran
BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan
4.1.1. Sumber Potensi Bahaya Kebakaran
Potensi bahaya kebakaran bisa berasal dari berbagai sumber
dari bahan padat, cair, gas, listrik, kebakaran juga bisa berasal dari
alam, seperti petir dan kemarau panjang yang mengakibatkan
dedaunan kering dapat juga menyebabkan gesekan gesekan antar
ranting yang bisa menyebabkan kebakaran , selain itu kebiasaan
sehari hari seperti membuang punting rokok sembarangan juga
menjadi salah satu penyebabnya.
4.1.2. Sistem Proteksi Kebakaran
4.1.2.1. Fire Safety Management
Fire safety management ini terdiri dari tahap persiapan
yang meliputi perumusan kebijakan Pusdiklat Migas Cepu,
pembentukan organisasi, tahap pelaksanaan, monitoring,
evaluasi, dan dokumentasi. Masing-masing elemen tersebut
sudah memenuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan teori yang telah dibuat
4.1.2.2. Sistem Proteksi Pasif
Sistem proteksi pasif terdiri dari surat ijin kerja(SIKA),
poster larangan disekitar daerah yang rawan, dan penangkal
petir yang semuanya telah sesuai dengan standar peraturan
perundangan yang berlaku.
4.1.2.3. Sistem Proteksi Kebakaran Aktif
Sistem proteksi kebakaran aktif yang ada berupa alat
pemadam api ringan (APAR), hidrant, fire detector,water
sprinkle yang biasa terdapat dalam ruangan , mobil pemadam
kebakaran, foam chamber dan water drenching, emergency
respons, dan trainning.
4.2. Saran
Praktikan harus mengutamakan safety terlebih dahulu ,
mendengarkan dengan sungguh sungguh ketika instruktur memberikan
arahan mengenai praktikum . sebaiknya bagi laboratorium menyediakan
peralatan safety yang lebih memadai
DAFTAR PUSTAKA

Supriyadi, Putut S.T , M.T Dkk. Modul praktikum fire and safety. 2018. PEM
…………AKAMIGAS Cepu.

Anda mungkin juga menyukai