Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PRAKTIKUM

FIRE AND SAFETY

Oleh:

Nama Mahasiswa : Magdalena Tilaporu


NIM : 1714300032
Program Studi : Teknik Mesin Kilang
Konsentrasi : Teknik Mesin Kilang
Diploma : IV (Empat)
Tingkat : I (Satu)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
SEKOLAH TINGGI ENERGI DAN MINERAL Akamigas
STEM Akamigas

Cepu, Mei 2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan yang mahakuasa
karena atas berkatnya penulis dapat menyusun laporan praktikum dengan judul
“FIRE AND SAFETY” yang selesai tepat pada waktunya. Penyusunan laporan
praktikum ini berdasarkan hasil praktikum yang dilaksanakan dilapangan.
Laporan praktikum ini dapat penulis selesaikan berkat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh sebab itu, perkenankanlah dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. R.Y. Perry Burhan, Msc., selaku Ketua STEM Akamigas.
2. Bapak Purwanto, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin Kilang
3. Bapak Budi Sulistiyono selaku instruktur praktikum fire and safety.
4. Bapak dan Ibu Dosen STEM Akamigas khusunya dari program studi Teknik
Mesin Kilang.
5. Keluarga saya, terutama untuk kedua orang tua yang selalu mendoakan
selama pelaksanaan praktikum.
6. Rekan-rekan seperjuangan dan pihak yang telah membatu penulis sehingga
penyusunan laporan praktikum ini selesai.

Penulis megharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan


laporan praktikum ini.Penulis berharap semoga laporan praktikum ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan juga pembaca pada umumnya.

Cepu, 2018
Penulis,

Magdalena Tilaporu
NIM. 171430032
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... iii

I. PENDEHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................. 2
1.3 Manfaat ............................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Fire and Safety .................................................. 3
2.2 Pengertian Kebakaran ........................................................ 3
2.3 Klasifikasi Kelas Kebakaran ............................................... 4
2.4 Metode Pemadaman Api ..................................................... 4
2.5 Peralatan Pemadaman Api .................................................. 6
2.6 Peralatan Safety Firefigther ................................................ 10
2.7 Connecting Hose ................................................................. 13
2.8 Search and Rescue .............................................................. 13
2.9 Peralatan Search and Rescue ............................................. 13

III. PEMBAHASAN
3.1 Gelar dan Gulung Selang .................................................... 15
3.2 Connecting Hose ................................................................. 17
3.3 Latihan Pemadaman ............................................................ 19
3.4 Latihan Rescue dengan SCBA ............................................ 23

IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan ......................................................................... 27
4.2 Saran ................................................................................... 27
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Segitiga api ......................................................................... 3
Gambar 2.2 Hydrant Pillar ..................................................................... 6
Gambar 2.3 Hydrant Wrench .................................................................. 7
Gambar 2.4 Fire Hose ............................................................................ 7
Gambar 2.5 Y-Piece ............................................................................... 8
Gambar 2.6 Fire Nozzle ........................................................................... 9
Gambar 2.7 Alat Pemadam Api Ringan ................................................. 9
Gambar 2.8 Fire Helmet ......................................................................... 10
Gambar 2.9 Firefighter Clothing ............................................................ 11
Gambar 2.10 Firefighter Gloves ............................................................ 12
Gambar 2.11 Safety Shoes ...................................................................... 12
Gambar 2.12 Peralatan SCBA ................................................................ 14
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam industri migas, factor keselamatan sangat diwajibkan kerena dalam

Industri migas mempunyai resiko kecelakaan kerja yang sangat tinggi terutama

kebakaran karena didalam industri migas banyak terdapat bahan-bahan yang

mudah terbakar. Kebakaran yang terjadi dalam industri dapat menyebabkan

banyak kerugian baik material maupun fisik seseorang. Oleh karena itu

mahasiswa STEM Akamigas diharapkan mempunyai pemahaman pencegahan

dan penanggulangan bahaya kebakaran (fire and safety). Maka perlu adanya

praktek Fire and Safety di bagian HSE STEM Akamigas.

1.2 Tujuan

 Mengembangkan ilmu yang didapat di Kampus dengan

membandingkan kenyataan yang ada di lapangan.

 Mengetahui atal-alat yang ada dilapangan dan cara penggunaannya.

 Mengetahui langkah-langkah melakukan penanggulangan kebakaran

dan penyelamatan korban kebakaran secara baik dan benar.

 Mengetahui prosedur pemakaian peralatan dan perlengkapan fire and

safety secara baik dan benar.

 Mampu membentuk tim tangggap darurat jika terjadi kebakaran.

 Emergency response.
1.3 Batasan Masalah

Mengingat kelengkapan alat pemadam terbatas, maka dalam menjalankan

praktek mahasiswa hanya memahami beberapa peralatan alat pemadam yang ada

di bagian HSE STEM Akamigas.

1.4 Manfaat Praktikum

 Sebagai bekal mahasiswa dimasa depan untuk menanggulangi

kebakaran serta melakukan penyelamatan di lingkungannya maupun

saat bekerja nanti.

 Dapat mencegah atau meminimalisir kerugian yang ditimbulkan oleh

bahaya kebakaran.
BAB II TINJAUANPUSTAKA

2.1 Pengetahuan dasar fire and safety

2.1.1 Pengertian fire and safety

Fire and safety merupakan upaya yang bertujuan agar tidak terjadi

kebakaran dan upaya mengantisipasi bila terjadi kebakaran. Oleh sebab itu perlu

dilakukan langkah-langkah dalam upaya mengantisipasi sebagaimana dimaksud

agar keselamatan tetap terjag, baik keselamatan jiwa manusia maupun harta benda

yang ada di dalam gedung bila terjadi kebakaran.

2.1.2 Kebakaran dan Pemadaman Api

A. Proses Terjadinya Kebakaran

Kebakaran adalah api yang tidak terkontrol dan tidak dikehendaki karena

dapat menimbukan kerugian baik harta benda maupun korban jiwa. Api dapat

terbentuk jika terdapat keseimbangan tiga unsur yang terdiri dari bahan bakar,

oksigen, dan panas.

Hubungan ketiga komponen ini biasanya disebut dengan segitiga api,

sehingga bila mana salah satu unsur tersebut dihilangkan maka api akan padam.

Metode Pemadaman
B. Cara pemadaman api

Bedasarkan teori segitiga api maka prinsip teknik pemadaman adalah

dengan merusak keseimbangan pencampuran ketiga unsur penyebab kebakaran,

atau dengan menghentikan proses pembakaran dengan memutus rantai reaksi.

Prinsip itu dapat dilakukan dengan teknik-teknik sebagai berikut :

 Pendinginan (Cooling)

Suatu kebakaran dapat dipadamkan dengan mendinginkan

permukaan dari bahan yang terbakar dengan menggunakan semprotan air

sampai suhu dibawah titik nyala. Untuk bahan bakar dengan titik nyala yang

rendah seperti bensin, pendinginan dengan menggunakan bahan air kurang

efektif. Pendinginan digunakan dalam memadamkan kebakaran yang

melibatkan bahan bakar dengan titik nyala yang tinggi.

 Penyelimutan (Smothering)

Suatu kebakaran dibatasi dengan memutus hubungan bahan bakar

dengan oksigen atau udara yang diperlukan bagi terjadinya proses

pembakaran. Menyelimuti suatu kebakaran dengan CO2 atau busa akan

menghentikan supply udara untuk kebakaran.

 Memisahkan bahan yang dapat terbakar (Starvation)

Metode ketiga untuk memadakan api adalah dengan memisahkan

bahan yang dapat terbakar dengan jalan menutup aliran bahan bakar yang

menuju tempat kebakaran atau menghentikan supply bahan bakar.


 Memutus reaksi rantai kimia

Terjadinya proses pembakaran dari gabungan ketiga unsur

menghasilkan gas-gas lainnya seperti H2S, NH3, HCN (sesuai dengan

benda yang terbakar). Hasil reaksi yang penting adalah atom bebas O dan H

yang dikenal sebagai atom-atom radikal yang membentuk OH dan pecah

menjadi H2 dan O. Atom radikal O dapat membentuk api lebih besar. Maka

cara pemadaman ini adalah dengan memutus rantai reaksi pembakaran

dengan media pemadam api yang bekerja secara kimia.

C. Klasifikasi Kebakaran

Tujuan dari klasifikasi kebakaran adalah untuk mengenal jenis media

pemadam api sehingga dapat memilih media yang tepat bagi suatu kebakaran

berdasarkan klasifikasi.

 Klasifikasi kebakaran di Indonesia yang ditetapkan dalam Permenaker

No. 04/Men/1980 mengacu pada NFPA sebagai berikut :

1. Kelas A : Bahan Padat kecuali logam (Kayu, arang, kertas, plastik

dan lain-lain).

2. Klas B : Bahan cair dan gas (Bensin, Solar, minyak tanah, aspal,

alkohol, elpiji, dll.)

3. Kelas C : Peralatan listrik yang bertegangan

4. Kelas D : Bahan Logam (Magnesium, Almunium, Kalium, dll.)

5. Kelas E : Kebakarang yang disebabkan oleh radio aktif.

6. Kelas K : Kebakaran yang disebabkan oleh Bahan masakan, lemak

nabati.
 Jenis Media Pemadam

1. Media Pemadam Cair

o Air : Air dapat dipakai sebagai pemadam kebakaran klas A

dan B.

o Busa : Efektif memadamkan kebakaran klas A dan B terutama

jika permukaan yang terbakar sangat luas.

o CO2 : Cocok untuk memadamkan kebakaran klas B dan C.

2. Media Pemadam Padat

o Pasir dan Tanah

Efektif untuk memadamkan kebakaran klas A dan B namun

hanya untuk ceceran minyak atau oli dalam jumlah yang kecil.

o Tepung Kimia

Cara kerja tepung kimia dalam memadamkan api adalah dengan

memisahkan atau menyelimuti bahan dengan udara dan secara kimia

memutuskan rantai reaksi pembakaran.

 Dalam pemadaman perlu diperhatikan :

1. Arah angin

2. Jenis bahan yang terbakar

3. Volume dan potensi bahan yang terbakar

4. Letak dan situasi lingkungan

5. Lamanya terbakar

6. Alat pemadam yang tersedia


2.2 Peralatan dan Perlengkapan Pemadam Kebakaran

Dalam menjalankan tugasnya, fire fighter atau pemadam kebakaran dituntut

untuk selalu bergerak cepat agar api tidak menjarah ke banyak tempat. Bersamaan

dengan itu, bahaya selalu mengancam para petugas pemadam kebakaran, baik itu

bahaya yang memiliki resiko tinggi ataupun tendah sehingga wajib bagi petugas

pemadam kebakaran menggunakan alat pelindung diri (APD) dan perlengkapan

lain agar petugas pemadam kebakaran tetap aman saat melakukan proses

pemadaman dan penyelamatan korban jiwa.

2.2.1 Peralatan Pelindung Diri

Dalam menjalankan tugasnya pemadam kebakaran dituntut untuk selalu

bergerak cepat agar api tidak menjarah banyak tempat. Bersamaan dengan itu,

bahaya selalu mengancam para petugas pemadam kebakaran. Baik itu bahaya

yang memiliki resiko tinggi atau rendah sehingga wajib bagi petugas pemadam

kebakaran menggunakan bermacam alat pelindung diri (APD) seperti pelindung

wajah, hood, pakaian pelindung, sarung tangan, helm Safety, sepatu dan alat

keselamatan lainnya.

A. Helm Safety

Helm yang digunakan oleh petugas pemadam kebakaran terbuat dari

bahan plastik serta serta komposit beserta tali dagu serta hood yang ada di

bagian belakang. Kegunaan tali dagu pada helm pemadam kebakaran ini

yaitu supaya ketika digunakan tetap dalam posisi yang benar serta tak

bergeser.
Gambar 2.1 Helm Safety

B. Sarung Tangan

Sarung tangan yang aman biasanya berukuran besar serta tebal.

Walaupun sarung tangan bisa melindungi tangan terhadap luka gores serta

luka bakar namun jenis Alat Pelindung Diri ini mengurangi kelincahan

petugas pemadam kebakaran ketika bekerja seperti menyambung selang

serta mengoperasikan peralatan karena sarung tangan tersebut berbahan

tebal.

Gambar 2.2 sarung tangan safety


C. Baju Anti Api(fireman clothing)

Seorang pemadam wajib menggunakan baju anti api dalam

menjalankan tugasnya. Hal tersebut bertujuan agar pemadam dalam keadaan

aman selama memadamkan api, karena dalam pemadaman bahaya terkena

api sangat besar.

Gambar 2.3 Fireman clothing

D. Sepatu safety

Sepatu safety berguna sebagai pelindung kaki dari bahaya-bahaya

yang timbul missal, api, benda tajam, terpeleset, arus listrik dan lain

sebagainya.

Gambar 2.4 sepatu safety


E. Self Contained Breathing Apparatus (SCBA)

Self contained breathing apparatus adalah alat bantu pernafasan yang

digunakan oleh pemadam kebakaran saat menjinakkan kobaran api. Masker

ini disebut self-contained karena tidak bergantung pada persediaan udara

jarak jauh, misalnya dari selang panjang. Alat yang bersifat resisten

terhadap api ini memberikan udara layak untuk bernafas dalam kondisi

hidup-mati atau IDLH (immediate danger to life and health) melalui tabung

udara bertekanan, yang dibawa sendiri oleh penjinak api.

Ada tiga komponen utama yang terdapat di SCBA.

 Pertama, tabung udara sebagai penyimpan cadangan udara, yang

isinya bervariasi (misalnya 30 megapascal).

 Kedua, regulator untuk mengatur tekanan udara.

 Ketiga, penghubung pernafasan berupa corong/katup dan

masker wajah yang memungkinkan pengguna menghirup udara

bersih dari tabung udara, sekalipun di tengah asap tebal.

Selain itu, untuk mempermudah pemadam kebakaran, alat ini

dilengkapi dengan pengunci di bagian pinggang dan gantungan bahu

sehingga berfungsi sebagaimana tas ransel.

SCBA adalah alat yang bekerja menggunakan prinsip sirkuit

terbuka. Prinsip sirkuit terbuka menandakan bahwa SCBA beroperasi

dengan prinsip pernafasan pada umumnya: pengguna menghirup udara,

menghembuskan udara, dan kemudian menyebabkan

pengurangan/penipisan persediaan udara dalam tabung.


Penggunaan SCBA dengan sirkuit terbuka terbilang aman karena

sistemnya secara otomatis menjaga tekanan udara di dalam masker lebih

tinggi daripada tekanan udara di luar masker. Dengan demikian, seandainya

terjadi kebocoran pada masker, masih ada udara bersih yang mengalir keluar

dan mencegah asap masuk ke dalam masker.

Udara yang dihasilkan SCBA bukanlah oksigen murni, melainkan

udara yang sudah difiltrasi dan dikompresi.

Gambar 2.5 SCBA


2.2.2 Perlengkapan pemadam

A. Fire Nozzle

Merupakan pengarah air yang memiliki tekanan yang berasal dari

hose dan hydran. Secara penempatan nozzle berada di ujung sebuah

selang pemadam kebakaran. Adapun berbagai ukuran dan bentuk dari

nozzle harus disesuaikan dengan jenis api yang akan dipadamkan pada

suatu area. Tetapi semua jenis nozzle memiliki kemampuan yang

sama yaitu dapat menutup katup penutup (shut off) yang berguna

untuk mengontrol air yang keluar.

Gambar 2.6 Nozzel

B. Fire Hose

Adalah selang yang berfungsi untuk mengalirkan air dari sumber air

sampai ke titik api kebakaran. Fire Hose pada umumnya didesain bervariasi

sesuai dengan kebutuhan, baik dari panjang selang yang disediakan dalam

panjang 15 meter, 20 meter, dan 30 meter, hingga desain variasi pada

diameter selang yang disediakan dalam dua ukuran, yaitu 1,5 inci dan 2,5

inci.
Pada sebuah Fire Hose, terdapat dua ujung yang disebut dengan

coupling yang dilengkapi dengan pengunci yang beragam jenisnya seperti

jenis drat, storz, ataupun jenis coupling machino. Coupling pertama disebut

dengan Female Coupling yang khusus untuk disambungkan atau dipasang

pada Hydrant Pilar yang merupakan sumber keluarnya pasokan air.

Sementara coupling yang kedua disebut dengan Male Coupling, di mana

coupling ini akan dipasang dengan nozzle dan akan dibawa oleh petugas

pemadam yang beroperasi pada lokasi bencana kebakaran. Sebelum selang

digulung, pastikan dengan benar bahwa tidak ada lagi air yang masih tersisa

di dalam selang pemadam.

Gambar 2.7 fire hose

C. Coupling

Adalah sebuah alat yang digunakan untuk menyambungkan antara

selang dengan selang maupun dengan komponen lain.


Gambar 2.8 copling

D. Y Piecce

Berfungsi untuk membagi jumlah aliran air, ataupun mengubah

ukuran selang yang akan disambungkan.

Gambar 2.9 Y piece


E. Hydrant

Sebagai tempat sumber air untuk pemadaman saat terjadi kebakaran.

Gambar 2.10 hydran

F. Kunci Fire Hydrant Pillar


Kunci ini berfungsi untuk membuka, menutup, mebuka/menutup
sebagian valve hydrant.

Gambar 2.11 kunci hydran

G. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Alat pemadam api merupakan sebuah alat safety (perlindungan)

kebakaran aktif yang dipergunakan untuk memadamkan kebakaran atau

mengendalikan kebakaran kecil, biasanya dalam situasi darurat.Alat

Pemadam Api tidak dirancang untuk digunakan pada kebakaran yang sudah

tidak terkontrol, misalnya ketika api sudah membakar langit-langit.


Biasanya alat pemadam api terdiri dari sebuah tabung ber tekanan tinggi

yang berisi bahan pemadam api.

Berdasarkan jenisnya yang dipakai, Alat Pemadam Api Ringan

(APAR) dibagi menjadi 3 jenis. Kedua jenis alat pemadam api ini bisa

dalam penggunaannya harus disesuaikan dengan sumber terjadinya api.

Selain itu sebuah alat pemadam api ringan memiliki cara penggunaan yang

berbeda – beda dan harus diperhatikan agar tidak membahayakan orang

disekitar anda. Berikut ini adalah 3 alat pemadam api ringan berdasarkan

jenisnya:

1. Alat Pemadam Api Busa (FOAM)

Alat pemadam jenis busa ini sangat efektif jika digunakan untuk

memadamkan kebakaran yang termasuk kategori klas A, klas B, dan

klas D. Bahan dari pemadam api busa ini adalah Natrium Bicarbonate

dan Alumunium Sulfat, keduanya dilarutkan ke dalam air yang

akhirnya membentuk busa dengan jumlah volume 10 kali volume

campuran tersebut.

Alat Pemadam Api Busa ini bekerja dengan cara menutup

ruangan dengan busa yang akan mengisolasi oksigen, sehingga api

bisa dicegah penyebarannya.

 Cara Menggunakan:

o Pertama – tama balikkan tabung, maka otomatis kedua

larutan akan bercampur dan keluar melalui nozzle atau

gagang penyemprot.
o Arahkan nozzle ke arah sumber api

o Usahakan saat menggunakannya tidak melawan arah

angin.

 Keunggulan:

o Cara penggunaannya cukup praktis

o Mudah untuk disimpan dengan cara digantung atau

diletakkan di sudut ruangan.

 Kekurangan:

o Karena berupa cairan APAR ini tidak boleh digunakan

untuk memadamkan kebakaran yang disebabkan oleh listrik

o Busa yang digunakan untuk menyemprot akan

meninggalkan noda jika tidak segera dibersihkan.

2. Alat Pemadam Api CO2 (Karbondioksida)

Alat pemadam api yang selanjutnya adalah APAR CO2. Alat

pemadam api ini memiliki keunggulan bisa digunakan memadamkan

kebakaran yang disebabkan oleh kategori klas B, klas C, Klas D, dan Klas E

Cara kerja alat ini adalah mengubah CO2 cair yang ada di dalam

tabung menjadi gas CO2 yang akan memadamkan api ketika disemprotkan.

 Cara Menggunakan:

o Angkat tabung dari tempatnya

o Lepas kancing yang ada di mulut tabung

o Pegang corong yang ada penyekatnya untuk menghindari

gas terkena tangan


o Arahkan ke sumber api lalu tekan tangkai untuk

mengeluarkan gas CO2

o Hindari penggunaan yang melawan arah angin.

 Keunggulan:

o Zat yang digunakan dapat digunakan untuk memadamkan

kebakaran akibat kelistrikan.

o Penyimpanannya mudah

 Kekurangan:

o Jika penggunaannya salah bisa melukai pengguna atau

orang lain disekitarnya

o Kurang efektif jika digunakan untuk memadamkan api

kebakaran yang terjadi di luar ruangan.

3. Alat Pemadam Api Dry Chemical Powder

Serbuk kimia kering atau dry chemical powder adalah bahan yang

digunakan oleh alat pemadam api yang ini. Penggunaan alat pemadam api

ini bisa untuk memadamkan kebakaran yang terjadi dalam kategori klas A,

klas B, klas C, dan klas E.

 Cara Menggunakan:

o Angkat tabung dari tempatnya

o Lepas kancing yang ada di mulut tabung

o Pegang corong yang ada penyekatnya untuk menghindari

gas terkena tangan

o Arahkan ke sumber api lalu tekan tangkai


o Hindari penggunaan yang melawan arah angin

 Keunggulan:

o Lebih aman digunakan dibanding penggunaan alat

pemadam api CO2

o Bisa digunakan memadamkan kebakaran yang disebabkan

oleh kelistrikan

o Efektif jika digunakan untuk memadamkan api di luar

ruangan

 Kekurangan:

o Meninggalkan noda berupa serbuk yang bisa dibilang

lumayan kotor dan mengganggu

o Saat digunakan karena berbentu serbuk dapat mengganggu

pernafasan dan pengelihatan

o Hanya bisa digunakan sekali dan langsung habis.

alat pemadam api ringan yang bisa digunakan untuk memadamkan

kebakaran yang dibsebabkan oleh beberapa kategori sumber api yang

berbeda – beda. Setiap jenis alat pemadam api kebakaran harus digunakan

sesuai dengan sumber terjadinya api, agar tidak menyebabkan bahaya yang

justru lebih besar dari kebakaran itu sendiri.

Beberapa jenis alat pemadam api ringan juga bisa dilakukan isi ulang.

Selain itu APAR juga harus dicek secara berkala, karena kondisi isi dari

sebuah APAR dapat kadaluarsa. Maka jangan sampai kelewatan masa

kadaluarsanya, ya.
Sebetulnya tidak hanya alat pemadam api dalam bentuk tabung saja

yang bisa digunakan untuk memadamkan kebakaran. Mari kita simak yang

berikut ini.

Gambar 2.12 APAR


BAB III PEMBAHASAN

3.1 Data spesifikasi alat pemadam kebakaran

 APAR merk SERVO

Type P 600 ABC90

Media Dry chemical powder

Fire rating dinas PMK 7A. 40B

Temperature -200C s/d 600C

Berat 6 kg

Persentase 90% Powder

Tabel 3.1 Spesifikasi APAR SERVO

 APAR merk YAMATO

Type YA-20L

Isi Dry chemical fire extinguisher

Gross weight CO2 155 g

Discharging duration Approx, 16 second

Shooting range 4–8m

Test pressure 34 kg/cm2


Manufacture No. 803968

Tabel 3.2 Spesifikasi APAR Yamato

 APAR merk HARTINDO

Model CA 1150

Isi Dichlorotrifluoroethane and hartindo Proprietary brand

Gas penekan Gas nitrogen

Tekanan kerja 14 – 16 bar

Tekanan pecah 42 bar

Temperature kerja -150C to +550C

Tahun pembuatan 2012 / 2013 / 2014

Berat 5 kg

Tabel 3.3 Spesifikasi HARTINDO

 SCBA merk SCOTT

Type M18 x 1,5

Berat 4,2 kg
PS max 374 bar at 600C

TS -500C to 600C

PS PW 300 at 150C

PT/PH 450 bar

Tabel 3.4 Spesifikasi SCBA SCOTT

3.2 Latihan Pemadam

Pada kelompok 1 Kelas TMK I-A, satu regu terdiri dari 5 orang yang
berposisi sebagai berikut:
 1 orang sebagai komandan regu
 1 orang sebagai mekanik pada hydrant
 2 orang sebagai nozzle man
 1 orang sebagai nozzle man helper

a. Peralatan yang digunakan :


 Alat Pelindung Diri
o Fire helmet
o Fireman clothing
o Sarung tangan
o Sepatu safety
 Kunci hydrant
 1 buah Fire hose diameter 2½ inchi
 2 buah Fire hose diameter 1½ inchi
 1 buah Y-piece
 2 buah nozzle
b. Media yang dipadamkan :
 Pompa sentrifugal
 Sewer

3.2.1 Pembagian Tugas

Tugas tiap-tiap anggota:

1. Pemimpin Regu (Leader)

Bertugas memimpin dengan memberi isyarat kepada anggota team

dalam pemadaman. Selain itu peminpin juga bisa menjadi helper nozzle dan

membantu dalam membawa peralatan agar mendekat ke objek sasaran.

Setelah pemadaman selesai leader bertugas memastikan bahwa api telah

padam sepenuhnya.

2. Mekanik

Bertugas mengoperasikan hydrant dengan dibantu isyarat dari

pemimpin regu. Mekanik tidak boleh menjauh dari hydrant karena dia lah

yang bertanggung sepenuhnya atas mengoperasionalkan hydrant.

3. Nozzle Man

Bertugas sebagai ujung tombak pemadam, yaitu pemegang nozzle

untuk diarahkan ke objek api. Karena tekanan air yang keluar besar, maka

nozzle man harus mempunyai kondisi fisik dan teknik yang baik.

4. Helper

Bertugas sebagai pembantu semua anggota jika dibutuhkan. Bisa

menggantikan peran nozzle man dan yang lain. Jika tidak dibutuhkan maka
helper akan membantu memegang selang di belakang nozzle man agar

gerakan nozzle man dalam melakukan manufer bisa lebih leluasa.

3.2.2 Langkah-langkah pemadaman:


 Tahap pembawaan peralatan pemadam
1. Sebelumnya laporan terlebih dahulu kepada
pembina/penanggung jawab.
2. Petugas mekanik hydrant menuju ke hydrant untuk standbydan
membuka tutup lubang hydrant.
3. Nozzle man helper menggelar selang fire hose ukuran 2½ inchi.
4. Komandan regu membawa Y-piece ke ujung gelaran selang fire
hose diameter 1½ inchi.
5. Nozzle man membawa selang fire hose ukuran 1½ inchi dan
nozzle.
6. Ketika akan membawa selang, pastikan gulungan selang sudah
rapat dan rapi.
7. Pastikan kopling pada selang berada di sebelah kanan, kemudian
tegakkan gulungan sehingga posisi kopling berada di bawah.
8. Angkat gulungan selang ke atas bahu kanan sehingga kopling
berada di posisi atas.
Sebelum petugas Fire Department atau Fire Brigade memulai tugas

pemadaman bencana kebakaran di lapangan dengan menggunakan peralatan

selang pemadam kebakaran, ada banyak hal yang harus dilakukan dengan cepat

dan tepat mengenai perlengkapan alat pemadam api. Sama halnya pula ketika api

kebakaran berhasil dipadamkan, petugas pemadam harus saling bekerja sama

dalam mengemas perlengkapan dengan baik dan benar agar suatu waktu ketika
terdapat panggilan darurat kembali, maka proses pemadaman tidak akan terlambat

hanya karena kesalahan teknis pada komponen peralatan.

3.2.3 Penggelaran

 Prinsip Cara Menggelar Selang

1. Arah lemparan dari sumber air kearah api

2. Gelaran selang tidak boleh terpuntir

3. Selang tidak boleh ditarik atau diseret sepanjang permukaan tanah

4. Untuk selang gulungan :

o Dengan dilemparkan mendatar ke bawah

o Dengan dibawa berjalan (khusus kopling instantaneous)

5. Untuk selang lipatan ujungnya langsung dibawa ke arah api.

3.2.4 Latihan Lay out (connecting hose)

Latihan ini ditujukan agar kita cepat dan sigap dalam menyambungkan

komponen pemadam dari satu alat ke alat yang lain nya, agar pemadaman bisa

berlangsun dengan cepat.

Gambar 3.1
Bila jarak objek jauh, tambah kan selang agar jarak jangkau lebih

panjang.Sambung kan antara satu peralatan dengan peralatan lainnya (Machino

Coupling) dengan memasukkan dan menekan antara bagian female dan male

machine coupling sampai terpasang.bila ingin melepas coupling dengan cara

menekan pada bagian ring male coupling hingga coupling terlepas.

3.2.5 Tahap pemadaman

1. Komandan regu memberi isyarat instruksi kepada mekanik hydrant dengan

isyarat membuka tangan dari atas sampai tangan sejajar bahu. Kemudian

mekanik hydrant juga membalasnya dengan gerakan yang sama (setiap

gerakan isyarat instruksi dari komandan regu yang diberikan kepada

mekanik hydrant, maka sang mekanik hydrant harus membalasnya dengan

gerakan yang sama pula).

2. Mekanik hydrant kemudian membuka katup bagian samping hydrant ke

posisi huruf O (open) dengan menggunakan kunci hydrant, lalu dilanjutkan

dengan membuka katup bagian atas hidrant ke arah kiri.

3. Jika komandan regu memberi isyarat dengan gerakan telunjuk tangan

menunjuk ke atas sambil di putar-putar, maka mekanik hydrant harus

menambah aliran air dengan memutar katup yang berada di atas hydrant ke

arah kiri.

4. Jika komandan regu memberi isyarat dengan gerakan telunjuk tangan

menunjuk ke bawah sambil di putar-putar, maka mekanik hydrant harus

mengurangi aliran air dengan memutar katup yang berada di atas hydrant ke

arah kanan.
5. Komandan berada di tengah-tengah nozzle man untuk mengomandoi para

nozzle man.

6. Nozzle pertama kali harus dalam keadaan spray.

7. Kemudian komandan memerintahkan para nozzle man untuk bergerak maju

mendekati api.

8. Setelah dekat dengan media yang terbakar, komandan segera menutup katup

gas yang ada di dekat media yang terbakar.

9. Para nozzle man lalu bergerak memisah ke samping kanan maupun kiri,

sedangkan komandan segera membantu nozzle man di belakangnya.

10. Bila perlu, nozzle putar ke arah kanan untuk posisi spray-jet atau jet. Atur

tekanan nozzle sesuai kebutuhan.

11. Untuk memadamkan objek sewer, maka dilakukan dengan teknik

menggiring bahan bakar minyak keluar dari sewer. Posisi nozzle harus

keadaan spray. Dibutuhkan kerja sama yang bagus diantara para nozzle man.

12. Setelah itu, komandan segera mengelilingi objek (pompa sentrifugal) yang

terbakar untuk memeriksa apakah objek tersebut telah benar-benar padam

atau belum. Pada saat itu, noozle man mengarahkan nozzle ke atas dengan

posisi spray agar dapat terpayungi oleh air dari radiasi panas.

13. Setelah objek benar-benar padam, komandan memberi isyarat instruksi

kepada mekanik hydrant untuk menutup hydrant. Gerakan isyarat tersebut

dilakukan dengan menggerakkan tangan menutup dari sejajar bahu ke atas

hingga telapak tangan bertemu.


14. Operator mekanik hydrant lalu menutup katup atas hydrant ke arah kanan

kemudian dilanjutkan menutup katup samping hydrant ke arah huruf S

(stop).

3.2.6 Release

Setelah selang digunakan segera hilangkan sisa sisa air didalam selang , agar

selang tidak cepat rusak sewaktu disimpan.

Cara release:

1. Luruskan selang

2. Letakkan selang diatas bahu dan berjalan lah dari ujung keujung

selang.

3. Usahakan bahwa posisi selang mendoyong kearah depan dan jangan

terlipat agar air benar benar keluar.

4 Penggulungan

Setelah selesai melakukan pemadaman, penggulungan selang harus

dilakukan dengan cara yang abenar agar bila selang digunakan dengan

mudah saat keadaan darurat .

3.2.7 Penggulungan Selang:

Dalam menggulung maupun menguraikan gulungan Fire Hose, dibutuhkan

dua orang dari bagian Hose Man untuk setiap satu tim Fire Brigade. Untuk

menggulungnya, perlu menggunakan teknik-teknik khusus karena tidak

diperkenankan untuk menggulung secara asal karena penggulungan selang akan


memengaruhi proses penarikan atau penguraian selang saat akan digunakan di

lapangan. Jika teknik penggulungan Fire Hose salah atu keliru, maka ketika

selang akan digunakan, kemungkinan besar akan terjadi kemacetan gulungan

sehingga berisiko menyebabkan selang pemadam sobek dan berakhir pada

terlambatnya tindakan pemadaman. Risiko ini tentunya sangat fatal karena api

kebakaran terlambat dihalau sehingga akan menjalar lebih luas dan semakin besar.

Cara menggulung Hose

1. Luruskan selang sehingga tidak terdapat lekukan

2. Buang air dalam selang dari sumber air ke arah api

3. Gulung selang dari arah api ke sumber air

4. Letakan kopling dalam gulungan tunggal/ganda.

3.2.8 Membawa selang

Membawa selang dengan cara memegang coupling di tangan kanan (bila

kidal sebaliknya), dan tangan satunya memegang bagian selang lainya.

Selang dapat dibawa dengan memanggul di bagian bahu sebelah kanan atau

dibagian samping badan.

3.3 Latihan menggunakan APAR

3.3.1 Media yang dipadamkan

 X-mas tree

 Sewer

 Pompa sentrifugal
3.3.2 Peralatan yang digunakan

a. Alat pelindung diri

 Safety helmet

 Cover all

 Sepatu Safety

b. APAR Dry Chemical Fire Extinguisher

c. APAR AF11E Cleam Agent

3.3.3 Cara Penggunaan Alat Pemadam Api Ringan :

 Tenang dan jangan panik

 Pilih apar yang tepat sesuai klasifikasi/jenis kebakaran di tempat yang

terdekat

 Tarik Pin pengaman yang berada pada Valve (mirip kunci yang berada

diatas tabung pemadam api)

 Yakinkan anda berdiri searah ( upstream ) angin tidak melawan arah

angin

 Pegang nozzle pada ujung Hose atau selang dengan tangan dengan

kuat.

 Arahkan Nozzle atau pangkal selang pada titik api (area kebakaran)

 Pegang gagang dan tekan lever.

 Lakukan test fungsi. Jika APAR tidak berfungsi baik maka ganti yang

lain.

 Dekati api searah dengan angin, dan berhentilah pada posisi kira-kira

3 meter dari api. (harus mengikuti arah angin supaya tidak terjadi
pembalikan arah panas maupun semburan dari sumber api (Sumber

kebakaran)).

 Mulailah tekan lever dan menyemprotkan ke pangkal lidah api (

ingat : pangkal lidah api ) maju perlahan-lahan dan meratakan media

pemadam di permukaan sumber api.

 Segera menghindar bila media habis namun api belum padam.

 Bila api padam, yakinkan. Kemudian balikkan posisi tabung dan

semprotlah ke atas untuk membuang sisa gas pendorong tanpa

mengikutkan bubuknya.

Gambar 3.2 Petunjuk Penggunaan APAR


3.4 Latihan SCBA

3.4.1 Latihan Menggunakan SCBA

Ada tiga bagian dalam menggunakan SCBA, diantaranya adalah :

1. Pemeriksaan scba

a. Pemeriksaan tekanan tinggi (tekanan tabung)

 Buka valve utama pelan-pelan, dan periksa manometer. Apabila

tekanannya kurang dari 5/6 dari tekanan kerja, maka isi botol

tidak boleh digunakan untuk operasi.

 Periksa jarum manometer, jika sudah menunjukkan angka

maksimum tutup kembali valve utama.

 Perhatikan manometer, bila tekanannya turun lebih kuran 12

atam permenitnya, berarti ada kebocoran pada system saluran.

Perlu diperiksa kembali

 Buka bypass pelan-pelan pada deman regulator dan perhatikan

suling (warning wishtle) akan berbunyi pada tekanan antara 40-

50 atm.

b. Pemeriksaan tekanan rendah.

 Buka valve utama dan pakailah face mask dengan benar.

 Bernafaslah seperti biasa.

 Tutup kembali valve utama dengan tangan kanan, tangan kanan

masih tetap memegang valve


 Bernafaslah, apabila anada tidak bisa bernafas, berarti tidak ada

kebocoran pada sistem tekanan rendah, tetapi apabila anda

masih bisa bernafas, berarti ada kebocoran pada face mask.

 Apabila anda tidak bisa bernafas, buka segera valve utama pada

botol.

2. Merakit / memasang SCBA

 Atur sebaik mungkin hardness dan plat penggendong

 Longgarkan sabuk penggendong sebaik mungkin.

 Pasang botol udara ke pelat penggendong dan ikat yang

sebaiknya.

 Sambung selang pada botol dengan menggunakan jari tangan

(jangan menggunakan kekuatan penuh).

3. Menggunakan SCBA

 Berdirikan SCBA pada posisi yang benar.

 Masukan tangan kiri dan kanan kerangkaian hardness yang

tersedia.

 Betulkan posisi SCBA set di punggung , dengan posisi yang

nyaman

 Ikatkan sabuk pinggang yang baik

4. Prosedur evakuasi di ruang tertutup

 Gunakan kelengkapan SCBA.


 Pastikan semua perlengkapan SCBA dapat berfungsi dengan

baik.

 Saat melakukan penyelamatan, buatlah tim kecil berjumlah tiga

orang, orang paling depan menjadi leader.

 Gunakanlah langkah-langkah kecil atau step by step.

 Saat kita menelusuri ruangan, tangan bagian luar menyentuh

sedikit demi sedikit tembok yang ada dan tangan yang lain

melindungi air mark dari benda-benda disekitar.

 Jaga sinergi dan koordinasi antar anggota.

4.4.2 Analisis penggunaan SCBA

Data :

 Tekanan SCBA sebelum masuk ruangan (Pf) = 200 BAR

 Tekanan SCBA setelah keluar ruangan (PA) = 190 BAR

 Kebutuhan rata-rata udara setiap orang (IS) = 40 liter / menit BAR

 Volume silinder SCBA (V) = 6 liter

Ditanya : Working duration saat melakukan evakuasi di container (WD)

Jawab :

𝐹𝐷 − 𝑆𝑀
𝑊𝐷 =
I𝑆

(𝑃𝐹 × V) − (𝑃𝐴 × V)
𝑊𝐷 =
𝐼𝑆
(200 × 6) − (190 × 6)
𝑊𝐷 =
40

1200 − 1140
𝑊𝐷 =
40

60
𝑊𝐷 =
40

𝑊𝐷 = 1,5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

Jadi, working duration saya saat melakukan evakuasi di kontainer yaitu 1,5

menit
BAB IV PENUTUP

4.1 Simpulan

Dari hasil praktikfire and safety yang telah dilaksanakan, penulis dapat

mengambil kesimpulan bahwa:

1. Sebagai mahasiswa prodi Teknik Mesin Kilang harus dapat

menanggulangi kebakaran ringan dilingkungan sekitarnya agar

kebakaran segera teratasi dan tidak semakin berbahaya.

2. Sebagai petugas pemadam kebakaran (fire fighter) harus berupaya

cepat, tanggap dan berani untuk menanggulangi kebakaran.

3. Sebagai tim penyelamat (resuce team) harus dapat menggenakan

perlengkapan dengan benar dan safety serta harus bergerak secara

tanggap untuk mencari dan menyelamatkan korban.

4. Utamakan keselamatan kerja dimanapun kita bekerja.

4.2 Saran.

Adapun saran dari penulis setelah melakukan praktik fire and safety,

sebagai berikut :

1. Lebih ditingkatkan adanya kepedulian terhadap perawatan peralatan

fire and safety.

2. Lebih ditambah/dilengkapi adanya peralatan dan perlengkapan fire and

safety agar meningkatkan wawasan dan kemampuan mahasiswa saat

praktik fire and safety.

Anda mungkin juga menyukai