Disusun Oleh:
Fahman Siddik Simanjuntak
Nis: 1718.10.011
MAKALAH ....................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 3
BAB I .............................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 4
BAB II ............................................................................................................................ 6
2.1 Dasar Materi Basic Safety Training (BST) ........................................................... 6
2.2 Pengertian Kebakaran dan Pencegahan Kebakaran (AFF) .................................. 7
2.3 Security Awareness Training (SAT) ................................................................... 13
BAB III............................................................................................................................. 14
Kesimpulan ............................................................................................................... 14
Daftar Pustaka ........................................................................................................... 14
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat aAllah Yang Maha Esa .Karena
telah terselesaikannya pembuatan makalah ini,yang diharapkan dapat berguna
untuk menambah wawasan bagi pembaca.
Tangerang,September 2019
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
BST (Basic Safety Training) adalah sertifikat wajib yang harus di miliki seorang
pelaut. BST juga sebagai bentuk pelatihan dasar keselamatan dan cara untuk
mencegah musibah. BST tidak hanya di ikuti oleh calon pelaut saja tetapi bisa di
gunakan untuk para karyawan, Trainer atau pegawai yang lainnya. Untuk pelaut
peranan BST sangatlah penting selain sebagai syarat dalam pembuatan buku pelaut,
BST juga melatih kita untuk tanggap akan musibah dan bencana di kapal. Baik
meliputi keselamatan diri dan kecelakaan kapal.
BST untuk pelaut persyaratannya sama dengan syarat apabila kita akan
mengacukan pembuatan buku pelaut.
Dasar Keselamatan Pelatihan atau BST merupakan titik awal bagi orang-orang
yang mencari pekerjaan di industri maritim.
BAB II
PEMBAHASAN
e. jangan makan atau minum bahan & bahan yang mengandung alkohol
f. jangan minum urin atau air laut karena akan menambah kebutuhan air/ haus.
A. Kebakaran
Pemindahan Kalor.
Perpindahan Kalor dapat melalui :
1. Konduksi yakni perpindahan kalor melalui atau sepanjang material
2. Konveksi yakni kalor dibawa oleh udara panas yang membubung
3. Radiasi yakni pancaran sinar inframerah dengan panjang gelombang besar
Rambatan Api
Api yang terjadi dapat merambat dengan mudah yakni dengan cara :
1. Melintasi ruang terbuka.
Normalnya menyebar lewat sisi atas, oleh sebab itu sediakanlah ventilasi atas /
penyedot untuk mengeluarkan api keluar gedung serta membagi area dalam
kompartemen api.
2. Melalui celah atau lubang di dinding penghalang api (fire-break barrier)
Pastikan seluruh celah di dinding penghalang api disumbat dengan bahan tahan api
khususnya di sekitar jalur masuk pipa dan kabel serta pastikan pintu-pintu
penghalang api (fire break doors) selalu tertutup atau memiliki sarana untuk
menutupnya secara otomatis jika terjadi kebakaran.
3. Disepanjang saluran dan sumuran roil yang didalamnya terdapat cairan mudah
terbakar (udah menyala) dan gas yang lebih berat dari udara yang dapat mengalir.
Untuk tumpahan cairan : pasangilah tanggul di sekeliling penampungan dan gunakn
butiran – butiran absorber yang sesuai.
Sedangkan untuk gas dan uap yang lebih berat dari udara, pastikan area tesebut
memiliki ventilasi yang baik di sisi bawah.
4. Melintasi permukaan debu di atas langit-langit
Peliharalah kebersihan di atas langit-langit serta pasanglah penahan api di atas
langit-langit.
5. Melalui saluran ventilasi dan pembuangan
Pastiakn untuk selalu mematikan kipas ventilasi dan menyediakan alat pemadam
kebakaran di saluran pembuangan
6. Sepanjang lorong
Pasanglah pintu asap / api yang senantiasa ditutup atau dipasangi system magnetic
yang terhubung ke system alarm pemadam kebakaran
7. Didalam lorong penggerak lift
Lorong pegerek yang baik harus selalu tertutup dan memasang pintu / api di
landasan setiap tingkat gedung pada akses ke area kerja dan lorong.
Pencegahan Kebakaran
Pencegahan yang dimaksud dalam tulisan ini adalah semua langkah
langkah teknis dan administratif yang diambil untuk menghilangkan kemungkinan
terjadinya kebakaran. Namun jika kebakaran tersebut muncul juga, ukuran dan
dampaknya dibuat sekecil mungkin. Cara yang paling efektif untuk mengurangi
dampak kebakaran tersebut, menurut beberapa penelitian, adalah dengan
melakukan kompartementasi (membuat sekat-sekat). Yaitu membuat volume ruang
yang kecil, mengurangi volume dan permukaan yang mudah terbakar sekecil
mungkin di mana api tidak bisa menjangkau terlalu jauh, terutama tidak bisa masuk
atau keluar (ruangan disebelahnya yang tidak terkena langsung).
Perlindungan terhadap kebakaran pada bangunan bertujuan agar penghuni
ruangan yang terkena kebakaran dapat menyelamatkan diri dengan aman. Untuk
tuijuan tersebut, para profesional telah mencari langkah-langkah untuk pengaturan
pada bangunan dan cara penyelamatannya. Prinsip dasar perlindungan terhadap
kebakaran tersebut adalah sebagai berikut:
- Pembatasan besar dan lamanya kebakaran, yaitu dengan membatasi benda yang
terbakar;
- Pembatasan resiko penyebaran api, yaitu dengan mengatur penggunaan bahan-
bahan yang mudah terbakar dan jaringan yang mungkin sumber resiko kebakaran
(sepertti instalasi listrik, gas, dan pemanas);
- Petunjuk pengevakuasian dari kebakaran, sehingga semua orang dapat
meninggalkan gedung dalam waktu singkat dan sekaligus dapat mengambil
langkah-langkah untuk melindungi orang yang dievakuasi;
- Petunjuk pemadaman api. Jika memungkinkan untuk memadamkan api sejak
awal atau sebelum membakar jalan evakuasi.
Prinsip perlindungan tersebut tertuang dalam Peraturan Konstruksi dan
Perumahan yang ditetapkan oleh Keputusan 31 Januari 1986 tentang
penanggulangan kebakaran pada bangunan perumahan. Peraturan tersebut
mencakup bidang konstruksi, sarana dan peralatan teknis. Perlindungan tersebut
dapat berupa perlindungan "pasif": seperti dinding tahan api, pelindung tangga, dan
lain sebagainya. Atau per lindungan "aktif" seperti detektor asap, alat pemadam,
penghilang asap, layanan pemeriksaan. Peraturan keselamatan diwajibkan untuk
bangunan perumahan yang tegabung dalam gedung publik (ERP) dan gedung
bertingkat tinggi. Dalam peraturan konstruksi, dikatakan bahwa izin mendirikan
bangunan (IMB) dapat dikeluarkan hanya jika konstruksi atau rencana pekerjaan
bangunan sesuai dengan peraturan keselamatan menurut klasifikasinya.
Sistem Proteksi Pasif adalah suatu sistem proteksi kebakaran pada
bangunan gedung yang berbasis pada desain struktur dan arsitektur sehingga
bangunan gedung itu sendiri secara struktural stabil dalam waktu tertentu dan dapat
menghambat penjalaran api serta panas bila terjadi kebakaran. (Pasal 17 Angka
3 UU Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung).
Sistem Proteksi Aktif dalam mendeteksi kebakaran adalah sistem deteksi
dan alarm kebakaran, sedangkan sistem proteksi aktif dalam memadamkan
kebakaran adalah sistem hidran, hosereel, sistem sprinkler, dan pemadam api ringan.
(Pasal 17 Angka 3 UU Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung).
Pencegahan kebakaran adalah segala usaha yang dilakukan agar tidak
terjadi penyalaan api yang tidak terkendali. Pencegahan kebakaran mengandung
2 pengertian, yaitu:
1. Penyalaan api belum ada dan usaha pencegahan ditujukan agar tidak terjadi
penyalaan api. Contoh dari tindakan ini adalah dengan memisahkan bahan mudah
terbakar pada ruang khusus ,membuat aturan pencegahan kebakaran, memasang
rambu dilarang merokok, dan lain - lain.
2. Penyalaan api sudah ada dan usaha pencegahan ditujukan agar api tidak
terkendali. Contoh dari tindakan ini adalah mengatur nyala api di dalam ruang
tempa, ketel uap, dapur pemanas dll.
Sedangkan pencegahan kebakaran menurut kepmen No.186/Men/1999
adalah mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran di tempat kerja yang
meliputi :
a. Pengendalian setiap bentuk energy.
b. Penyediaan sarana deteksi, alarm, memadamkan kebakaran dan sarana evakuasi.
c. Pengendalian penyebaran asap, panas, dan gas.
d. Pembentukan unit penanggulangan kebakaran secara berkala,
e. Memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran, bagi tempat
yang berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat.
Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk
memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran. Tabung APAR harus diisi ulang
sesuai dengan jenis dan konstruksinya. Jenis APAR meliputi : jenis air (water), busa
(foam), serbuk kering (dry chemical) gas halon dan gas CO2, yang berfungsi untuk
menyelimuti benda terbakar dari oksigen di sekitar bahan terbakar sehingga suplai
oksigen terhenti. Zat keluar dari tabung karena dorongan gas bertekanan.
Alat ini terdiri dari enam jenis dasar dengan tabung berwarna merah yang
diberi sabuk atau panel berwarna tertentu untuk mengidentifikasi isinya dan jenis
api yang dapat dipadamkannya.
Security Awareness Training (SAT) adalah diklat yang ditujukan agar peserta
diklat memiliki kesadaran keamanan adalah pengetahuan dan sikap anggota
organisasi mengenai perlindungan aset fisik, dan terutama informasi, organisasi
itu. Banyak organisasi memerlukan pelatihan kesadaran keamanan formal untuk
semua pekerja ketika mereka bergabung dengan organisasi dan secara berkala
sesudahnya, biasanya setiap tahun. Keamanan Informasi merupakan sebuah upaya
dalam melindungi, mempertahankan informasi yang kita miliki dari upaya-upaya
mengakses secara illegal, penggunaan, pengungkapan, gangguan, modifikasi,
mengubah, pemeriksaan, membuat duplikasi atau menghilangkan oleh pihak
ketiga. Ini adalah istilah umum yang dapat digunakan terlepas dari bentuk data
dapat diambil (misalnya elektronik, fisik). Upaya yang tertuang dalam training
Information Security Awareness sudah menjadi hal penting untuk
diimplementasikan kedalam suatu bentuk tata kelola teknologi informasi dan
komunikasi secara terpadu dan komprehensif, tidak saja untuk melindungi data
yang kita miliki agar kerahasiaan, ketersediaan informasi dapat terjaga dengan
baik. Lebih dari itu untuk dapat menciptakan good governance atau good
corporate secara optimal. Tentu saja karena sumber daya manusia merupakan
obyek utama sebagai penggerak terciptanya mekanisme sistem keamanan
informasi, maka perlu upaya-upaya peningkatan kapasitas serta kapabilitas,
sehinga pelaksanaannya berjalan dengan baik dan benar.
PENUTUP
Kesimpulan
Daftar Pustaka
http://direktoritraining.com/training-information-security-awareness/
http://timurgor.blogspot.com/p/fire-fighting-aff-akan-diajarkan-cara.html