Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Kebersihan lingkungan hidup yang saat ini sedang menjadi perhatian
khusus, baik oleh negara-negara yang maju maupun negara -negara
berkembang, maka dari itu

telah

menghasilkan banyak

peraturan -

peraturan untuk menjaga keseimbangan ekosistem dari kehidupan di dunia


ini. Ketidakseimbangan tersebut dapat menyebabkan rusaknya ekosistem
akibat pencemaran, salah satunya yang terjadi di lautan.
Pencemaran ini antara lain disebabkan
limbah

dari

kapal-kapal

oleh

maupun dari anjungan lepas

karena buangan
pantai

yang

melakukan kegiatan eksplorasi sumber alam dari dasar laut. Dalam


mengatasi masalah di atas, keluarlah berbagai ketentuan perjanjian
Internasional

yang

dimulai

Stockholm 1972, konvensi

dari konvensi Jenewa 1958, konferensi

pencegahan

pencemaran

dari

kapal

(International Convention for the Prevention of Pollution from ship) di


London tahun 1973 dan selanjutnya protokol 1978 atau seterusnya
lebih dikenal dengan (MARPOL 1973/1978). Dengan adanya ketentuan
untuk menyediakan alat-alat pencegahan pencemaran di laut. Dan setelah
perjanjian-perjanjian tersebut disepakati oleh berbagai negara maritim,
maka dikeluarkanlah ketentuan pembuangan limbah dan barang berbahaya
kelaut
Alat-alat tersebut menurut ketentuan harus dipasang di kapal-kapal
maupun

di anjungan minyak lepas pantai. Dan salah satu alat

pencegahan pencemaran yang ada pada ketentuan dari konvensi-konvensi


telah terpasang di kapal MT. Jaya Gumilang milik PT. Agung Lisna
Sakti Jakarta guna menjaga kelestarian lingkungan hidup, diharapkan
agar selalu

menjaga kegiatan

pembuangan limbah, khususnya limbah

minyak sesuai dengan peraturan yang ada , perlu adanya upaya - upaya
guna

menjaga

kelancaran pengoperasian pesawat pemisah air dari

minyak (OWS) sehingga

secara tidak

langsung

dengan kelancaran

pengoperasian perawatan serta perbaikan OWS guna menujang kualitas air


serta menanggulangi pencemaran

sesuai

dengan

peraturan

dapat

mewujudkan kelestarian lingkungan hidup. Maka dengan memahami latar


belakang tersebut, penulis memilih judul yang sesuai dengan pokok
permasalahan yaitu:
PERAWATAN DAN PERBAIKAN OWS UNTUK MENCEGAH
TERJADINYA PENCEMARAN LAUT DI KAPAL MT. JAYA
GUMILANG.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Upaya pencegahan pencemaran minyak karena pengoperasian kapalkapal dalam hal ini yaitu masalah perawatan dan perbaikan Oil Water
Separator (OWS) sangatlah kompleks, maka kita dituntut untuk memahami
benar akan separator pemisah minyak dengan air dan bagaimana usaha
kita

untuk menjaga kelestarian lingkungan

hidup

dengan cara

pengoperasian dan perbaikan Oil Water Separator secara benar, maka


dapat

kita rumuskan masalah yang akan timbul dalam penanggulangan

pencemaran yaitu:
Apakah air got yang akan dibuang sesuai dengan aturan dan tercatat
pada marpol 1973/1978 dimana air buangan tidak melampaui 15 per
sejuta bagian kandungan minyak dalam hal ini penggunaan OWS maka:
a Apakah tekanan tabung separator normal dimana:
1) Saringan-saringan coalescer dalam tabung separator

memenuhi

persyaratan
2) Sensor minyak yang terdapat pada Oil Water Separator (OWS)
bekerja dengan baik
b. Apakah sistem perawaatan Oil Water Separator (OWS) terencana
berjalan baik
c. Apakah tekanan udara ke katup-katup pada Oil Water Separator (OWS)
cukup
d. Apakah suku cadang Oil Water Separator (OWS)

yang siap pakai

tersedia di kapal
e. Apakah suku cadang Oil Water Separator (OWS) yang ada di kapal
terawat dengan baik
Pada karya tulis ini akan dibahas rumusan masalah pokoknya yaitu
hal apa saja yang mengakibatkan sehingga separator pemisah air dan
minyak (OWS ) yang ada diatas kapal MT. Jaya Gumilang milik PT. Agung

Lisna Sakti Jakarta tidak bisa bekerja maksimal, tidak memenuhi standar
sesuai yang ditentukan ( MARPOL 1973/1978 ).
Dan ternyata penyebab dari tidak maksimalnya kerja dari OWS
tersebut akibat dari ;
a. Kurangnya perawatan pada alat Oil Water Separator (OWS)
b. Kurangnya suku cadang yang siap pakai
c. Kurangnya perawatan suku cadang yang ada diatas kapal
d. Sistem perawatan terencana yang kurang baik

1.3. TUJUAN DAN PENGGUNAAN TULISAN


1.3.1. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penelitian tersebut adalah mencari solusi terbaik
untuk mencegah pencemaran akibat pengoperasian kapal yaitu dengan
dengan menggunakan Oil Water Separator (OWS) sesuai dengan marpol
73/78 annex I yaitu peraturan-peraturan untuk pencegahan pencemaran
oleh minyak, khusunya menjaga agar pengoperasian Oil Water Separator
(OWS) tetap lancar berkesinambungan.
Maka sehubungan dengan tujuan diatas MT. Jaya Gumilang milik PT.
Agung Lisna Sakti Jakarta berpartisipasi dan menganut peraturan sesuai
dengan marpol 73/78 annex I guna mencegah pencemaran laut oleh minyak
dengan memasang pesawat Oil Water Separator (OWS) untuk kelestarian
lingkungan hidup,

tidak hanya bagi manusia namun untuk semua

komponen kehidupan baik hewan tumbuhan dan sebagainya. Pencemaran


oleh limbah khususnya minyak hasil buangan dari kapal adalah sebagian
dari penyebab rusaknya lingkungan hidup, maka perlu adanya usaha-usaha
untuk mencegah pencemaran minyak di kapal dengan penelitian perawatan
dan perbaikan Oil Water Separator (OWS).
Perawatan dan perbaikan Oil Water Separator (OWS)

senantiasa

dilaksanakan sesuai jadwal yang telah di atur sehingga air buangan tidak
melampaui

batas

yang

ditentukan agar kelestarian alam dapat

terjaga dimana pengaruh pencemaran tersebut akan mencemari lingkungan


yang terdiri dari udara, air ,mineral ,gas dan sebagainya yang sangat
besar kegunaanya bagi makhluk hidup.
1.3.2. KEGUNAAN PENULISAN
1.3.2.1.Untuk mempermudah dalam memahami tentang cara pemeliharaan
perawatan serta perbaikan Oil Water Separator (OWS)

1.3.2.2.Untuk mengetahui permasalah yang sering terjadi pada saat


mengoperasikan pesawat Oil Water Separator (OWS)

1.3.2.3 Meminimalisir kerusakan-kerusakan akibat kurang perawatan pada


pesawat Oil Water Separator (OWS)
1.3.2.4 Supaya memanajemen dengan baik peralatan atau suku cadang
yang berada pada worksop khususnya suku cadang pada pesawat
Oil Water Separator (OWS)
1.3.3. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memudahkan dalam memahami isi dari makalah ini maka
sistimatika penulisan dibuat oleh penulis terdiri dari lima bab yang
uraiannya adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis mengemukakan tentang beberapa alasan yang
melatar belakangi penulisan, rumusan masalah yang berisi tentang
uraian masalah, kegunaan penulisan, serta sistimatika penulisan
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini penulis mengemukakan beberapa teori sesuai judul
yaitu Oil Water Separator (OWS), sejarah kapal MT. Jaya Gumilang
dan perusahaan, Gambaran Umum Obyek, dan fakta-fakta yang terjadi
di atas MT. Jaya Gumilang, dimana akibat dari fakta tersebut
menimbulkan beberapa permasalahan sehingga mengakibatkan Oil
Water Separator (OWS) yang ada tidak bisa bekerja maksimal, sesuai
ketentuan marpol 1978
BAB III : METODE PENGUMPULAN DATA

Dalam bab ini menjelaskan tentang dari mana penulis mendapat dan
mengumpulkan data serta sumber-sumber masalah

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada bab ini akan diuraikan tentang analisa-analisa yang telah
diidentifikasikan

pada

bab

dua

yaitu

mengenai

fakta

dan

permasalahannya
Dalam penulisan ini analisa dan pemecahan permasahannya akan
ditulis dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif ,dan akan
dibahas secara tuntas penyebab utamanya sehingga fakta-fakta
tersebut timbul, serta pembahasannya akan menggunakan secara
teknik operasional dan teknik manajerial
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini penulis akan membuat suatu kesimpulan serta saransaran yang berdasarkan kepada analisa dan pemecahan masalah
seperti yang telah dibahas pada bab tiga ( III )

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. TINJAUAN PUSTAKA
Untuk mempermudah dalam hal memahami kertas kerja ini, penulis
memberikan pengertian-pengertian dan seputar dari Oil Water Separator
(OWS)
2.1.1. Oil Water Separator ( OWS )
Ialah alat yang dipakai di atas kapal untuk memisahkan air
got di kamar mesin dari campuran minyak, tumpahan, minyak kotor,
dari limbah operasi separator minyak lumas ,separator bahan bakar
dan bocoran - bocoran

minyak

lumas dari pipa-pipa, dari

body/cover mesin induk juga dari mesin-mesin Bantu yang bercampur


dengan air yang tertampung digot kamar mesin. Dengan demikian air
yang dibuang

adalah air yang bersih yang memenuhi persyaratan

sesuai (MARPOL 1973/1978).


fungsi Oil water Separator yaitu digunakan dalam penanganan air
yang berasal dari bilga dimana air tersebut masih bercampur dengan
minyak dan harus dipisahkan sebelum dibuang kelaut. Oil water
Separator menggunakan Hukum Stokes untuk mendefinisikan kecepatan
terapungya sebuat benda/partikel berdasarkan berat jenis dan ukuranya.
Dalam alat ini, minyak akan terakumulasi diatas permukaan air.
Bagian-bagian dan fungsi OWS yaitu :
a. Blige Pump, berfungsi sebagai penghisap air got
b. Bilge Separator (Stage I), berfungsi sebagai tabung pemisah air got
dengan minyak.
c. Coaliser (Stage II), berfungsi sebagai penampungan air got yang di
pisah oleh bilge separator dari endapan minyak.
d. Disk (Lempengan-lempengan), berfungsi sebagai alat pemisah air
got dengan minyak karena perbedaan berat jenis

e. Piston valve, berfungsi sebagai katup untuk mengalirkan air isap


yang terpisah yang dimana minyak air kotor masuk ke Sludge tank.
f. Selenoide Valve, berfungsi sebgai pengatur aliranair got, bekerja
atas dasar kiriman sinyal dari minyak air kotor (centra unit)
g. Sludge Oil Tank (tangki minyak air kotor), berfungsi sebagai
penampungan minyak air kotor.
h. Filter, berfungsi sebagai penyaringan yang berada di coaliser (stage
II).

2.1.2. PROSES KERJA OIL WATER SEPARATOR (OWS) SECARA


GARIS BESAR
Hambatan yang terjadi pada rangkaian separator air got (OWS) haruslah
diatasi dengan senantiasa memeriksa alat-alat pendukung / bantu yang
ada. Kelancaran kerja dari dari alat-alat bantu yang terpasang akan
melancarkan kerja dari ows pula
Oleh karena alat-alat bantu tersebut harus peka untuk mensensor
kandungan air dan minyak, sudah tentu minyak yang tercampur di air
tersebut harus cukup bersih dari kandungan kotoran dan lumpur.
Saringan yang ada sebelum pompa got harus mempunyai kerapatan yang
baik atau yang lebih rapat sehingga masuknya kotoran-kotoran dan
lumpur dapat dicegah. Dengan mencegah kotoran dan lumpur maka
sensor -sensor dan alat bantu lainnya dapat bekerja dangan baik.
Bagian-bagian utama dari Oil Water Separator dan proses kerjanya
a. Oil Level Sensor
Alat tersebut yang mendeteksi minyak, apabila diketahui tidak dapat
bekerja dengan baik, harus diganti dengan cadangan. Perawatan dari
sensor-sensor ini yaitu dengan membersihkan secara teratur akan

mendukung daya tahan dan juga tercapainya hasil kerja yang baik
dari separator air got.
b. Selenoid Valve
Selenoid valve harus diperiksa dan dibersihkan sesuai dengan jam
kerja yang telah ditentukan oleh pabrik

melalui buku petunjuk.

Penggantian Selenoid Valve dilakukan hanya apabila solenoid sudah


tidak bisa bekerja dengan semestinya dimana coil yang berfungsi
sebagai maknit sudah tidak bisa menggerakkan buka tutup katub
dan lumpur telah membuat minyak tidak dapat kembali ke tangki
minyak kotor.
c. Katup tiga jalan
Katup ini bekerja dengan tekanan udara dan apabila

tekanannya

berkurang tentunya katup ini tidak akan bekerja dengan baik. Oleh
sebab itu tekanan udara harus diatur dan dijaga tekanannya. Juga
katup ini sebenarnya mendapat komando dari sensor ppm melalui
"switch box". Untuk itu hubungan antara sensor ppm, "switch box"
dan katup "3 way valve" harus bekerja dengan baik.
d. Sensor ppm/ Oil Content Meter
Sensor ppm ini juga harus

diperiksa

kelancarannya dengan

memeriksa hubungan-hubungan yang ke "switch box". Apabila tidak


dapat bekerja dengan baik, harus segera diperbaiki maupun diganti
dengan yang baru.
2.1.3. PROSES KERJA PADA SEPARATOR
Pada Separator, proses pemisahan minyak dari air ini harus terjadi.
Namun pada faktanya ada kotoran dan lumpur

yang

masih dapat

melewati saringan, maka akan menghambat proses ini (Separator).

karena kotoran dan lumpur akan mengendap dibagian dibawah tabung


Separator.
Untuk mengatasinya maka pada tiap tabung bagian bawah dari separator
seharusnya dibuatkan lubang pencerat lumpur. Hal ini perlu dilakukan
sebab kemungkinan lolosnya lumpur dan kotoran dari saringan yang
disebabkan kekurang

rapatan

saringan

tersebut.

Demikian

juga

saringan yang ada harus sering diganti karena saringan ini mudah rusak
dikarenakan korosi dari air laut yang tercampur dengan minyak di kotak
tampungan air got.
Dengan demikian saringan sebelum pompa got memerlukan perhatian
yang lebih besar karena dengan lancarnya atau bagusnya saringan ini
akan berpengaruh juga pada proses kerja separator secara keseluruhan.
2.1.4.PROSES KERJA DI DALAM COALESCER
Di dalam Coalescer terdapat saringan-saringan yang halus. Apabila
saringan terlepas dari

posisinya

maka tempat kedudukan rumah

saringan harus dilas dengan cukup kuat. Apabila diperlukan maka


pabrik pembuat sudah seharusnyalah membuat penyempurnaan pada
kedudukan dari rumah saringan agar tidak mudah terlepas.
Penggantian saringan tidak dapat dilakukan dengan mengganti
sebagian-sebagian saja. Tetapi harus menggantinya sebanyak 1 (satu)
set yaitu saringan atas dan bawah. Apabila yang diganti hanya sebagian
saja sudah barang tentu tidak dapat menghasilkan proses yang baik.
Sebabnya ialah saringan yang lama dari bagian yang belum diganti
daya kerjanya tidak sebanding dengan yang baru dari bagian yang lain.
Istilah-istilah asing yang digunakan:
a. MARPOL
Adalah

singkatan

dari

Marine

Pollution

yang

sebenarnya kependekan dari International Convention for The


Prevention of Pollution from ships. Dan selanjutnya juga

dikenal dengan

istilah

(MARPOL 1973/1978). Ini merupakan

konvensi Internasional yang memuat ketentuan-ketentuan untuk


mengatur cara-cara pencegahan dan penanggulangan pencemaran
di laut yang berasal dari kapal secara Internasional.
b. PPM
Kadar atau kandungan zat pencemar yang ada pada salah satu
zat dalam ukuran per sejuta bagian
c. COALESCER
Ialah salah satu bagian dari separator air got (OWS) dimana
terdapat saringan-saringan halus. Selanjutnya dari coalescer ini
air yang telah dipisahkan dari minyak dibuang ke laut melalui
sensor kadar ppm atau disebut dengan Oil Content Meter (OCM).
2.1.4. FAKTA-FAKTA
Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semakin maju, maka masalah-masalah yang baru akan timbul pula. Hal
ini khususnya juga terjadi pada kapal-kapal yang lebih modern dan
mempunyai teknologi yang maju.
Selama penulis praktek di atas kapal MT. Jaya Gumilang mulai
tanggal 13 Januari 2015 sampai dengan 15 Februari 2016, di dalam
mengoperasikan Oily Water Separator mengalami banyak kendala yaitu
air got yang akan dibuang ke laut melalui proses pemisahan tersebut
sering terhambat yaitu kadar minyaknya melampaui 15 PPM
Maka dari itu, pada kapal-kapal milik PT. Agung Lisna Sakti Jakarta saat
ini diperlukan pesawat-pesawat dan mesin-mesin yang harus bekerja
dengan baik. Dan untuk itu diperlukan perawatan yang sesuai dengan
petunjuk dari pabrik pembuatnya. Bentuk- bentuk perawatan tersebut
diantaranya ialah :

1.Pembersihan minyak lumas dan bahan bakar oleh purifier atau


separator
2.Penggantian minyak lumas dari mesin induk dan mesin bantu yang
minyaknya tercecer ke got kamar mesin.
Dari kedua hal tersebut diatas maka terkumpul air yang bercanpur
minyak ke tangki penampung minyak kotor. Apabila air berminyak
tersebut langsung dibuang ke laut, tentu hal ini melanggar peraturan
yang telah berlaku secara Internasional. Sesuai dengan aturan yang
berlaku dan tercatat pada (MARPOL 1973/1978), dengan adanya
ketentuan dari (MARPOL 1973/1978), maka di atas kapal-kapal juga
dilengkapi dengan alat pemisah air dan minyak atau Oil Water Separator
dengan batas maksimum 15 per sejuta bagian (15 ppm).
2.2. GAMBARAN UMUM OBYEK PENULISAN
2.2.1. Sejarah Singkat MT. JAYA GUMILANG
Kapal MT. Jaya Gumilang di bangun oleh PT. TIGER MARINE
SERVICE (TIMAS) MERAK INDONESIA pada tanggal 05 Februari
2014 dengan GT 1191, dan didaftarkan di Jakarta dengan IMO NO
9773674 dan

tanda panggilan (call sign) Y E F R

dengan ukuran

panjang keseluruhan 70,28 Meter dan LBP 67,25 Meter. MT. JAYA
GUMILANG mempunyai dua mesin penggerak utama dengan jenis
mesin diesel sebagai penggerak yang berkekuatan masing-masing 850
Hp dimana mesin tersebut bertipe 4 tak dengan merek YANMAR,
adapun mesin bantu yang dimiliki berjumlah empat termasuk emergency
auxiliary engine dengan merek Deutch Weitchai yang berkekuatan
masing-masing 80 kw. MT. JAYA GUMILANG dioperasikan oleh PT.
AGUNG LISNA SAKTI Jakarta
Asal mulanya PT. AGUNG LISNA SAKTI berdiri pada tahun
2001, selaku perusahaan MIGAS yang bergerak di bidang Bunker
Service dan Transporter bahan bakar baik dilaut dan darat, armada

pertamanya menggunakan Truk Tanki berjumlah 10 unit kemudian selang


beberapa waktu perusahaan tersebut berkembang hingga mempunyai
hampir 100 unit truk tanki untuk mengisi SPBU di wilayah Jakarta,
hingga pada tahun 2005 PT. AGUNG LISNA SAKTI memesan 2 buah
kapal Tug Boat beserta Tongkangnya untuk mengangkut minyak lewat
jalur laut, dengan berkembangnya pesat perusahaan tersebut pada tahun
2009 menambah armadanya lagi dengan memesan 4 kapal SPOB untuk
bunker service dan pada tahun 2014 memesan lagi 3 kapal tanker untuk
transporter bahan bakar yang bekerjasama dengan PT. PERTAMINA
PATRA NIAGA
2.2.2. Tugas Dan Tanggung Jawab Masing-masing Crew MT. JAYA
GUMILANG
2.2.2.1. NAKHODA
a. Nakhoda mempunyai kekuasaan mutlak di atas kapal pada
pengoperasian kapal di laut dan di pelabuhan, berdasarkan Undang
Undang terhadap semua orang yang berada dikapal.
b. Nakhoda mempunyai tanggung jawab serta wewenang penuh secara
keseluruhan dalam penerapan, pelaksanaan sistem manajemen
keselamatan kapal (ISM Code).
c. Nakhoda bertanggung jawab penuh atas keselamatan kapal, personil
di kapal dan untuk pencegahan polusi menurut standar yang
disyaratkan oleh perusahaan dan kode internasional manajemen
keselamatan unuk operasi kapal yang aman, kelaikan laut, efisiensi
dan pengoperasian kapal secara ekonomis.
d. Melaksanakan kebijakan perusahaan dalam bidang keselamatan dan
lingkungan hidup, motivasi awak kapal agar selalu memeperhatikan
dan mematuhi ketentuan manajemen keselamatan sesuai prosedur
secara jelas dan mudah dipahami.

e. Memeriksa dan memastikan agar persyaratan yang ditentukan dalam


sistem manajemen keselamatan diperhatikan dan di jalankan serta
melaporkan kekurangannya kepada DPA.
f. Mengikuti prosedur perusahaan dengan tugas pada saat terjadi polusi
atau kerusakan struktur pada pihak ketiga atau struktur kapal
g. Mengelola awak kapal sesuai dengan prosedur persyaratan,
memastikan laporan penilaian yang bersifat rahasia dari semua
officer dan ratting telah dilengkapi sesuai prosedur perusahaan.
h. Mengadakan familiarization terhadap semua pihak dan ratting,
membuat inspeksi harian pada semua bagian kapal dengan perhatian
khusus pada daerah umum, ruang permesinan, kabin officer dan
ratting, perbekalan makanan gudang dan dapur, untuk memastikan
standar kebersihan dan kesehatan yang tetap terpelihara.
i. Memberikan bantuan ke kapal lain yang mengalami kerusakan
sesuai dengan persyaratan International, bantuan yang telah
diberikan secepatnya kepada operation director perusahaan.
j. Melaksanakan pekerjaan lainnya yang wajar dan mungkin
dibutuhkan oleh perusahaan
2.2.2.2. MUALIM I
Mualim I adalah kepala departemen deck dan sebagai perwira
pengganti apabila Nakhoda berhalangan dan bertindak sebagai
pengawas langsung setiap pekerjaan di bagian deckdengan sikap yang
tegas dan keras.
Mualim I bertanggung jawab kepada Nakhoda Meliputi :
a. Menyelenggarakan tugas jaga navigasi
b. Administrasi, pengawasan pengoperasian yang aman dan ekonomis
di deck departemen, pemeliharaan semua ruangan dan perlengkapan
di

bawah

tanggung

jawabnya,

ketepatan

waktu

dalam

memepersiapkan semua ruangan serta mengadakan pencatatan


secara teliti dan benar.

c. Menyelenggarakan buku harian deck, buku olah gerak, buku catatan


minyak dan buku catatan lainnya yang ada kaitannya dengan
departemen deck dengan baik dan benar.
d. Memeriksa dan mengawasi kegiatan bongkar muat muatan.
e. Untuk

pemeliharaan

dari

semua

perlengkapan

keselamatan,

keselamtan jiwa dan pemadam kebakaran, kecuali di tentukan secara


khusus untuk departemen mesin.
f. Sebagai perwira pencegah keselamatan bekerja sama dengan masinis
I untuk menjamin kondisi kerja yang aman diatas kapal dan
mengawasi semua tingkat pekerjaan khususnya yang berhubungan
dengan kegiatan di deck agar dilaksanakan dengan aman sesuai
dengan kecakapan pelaut yang baik.
g. Melaksanakan inspeksi yang dianggap perlu atau yang diperintahkan
oleh Nakhoda.
h. Mengawasi pelatihan kadet deck.
i. Melaksanakan perawatan, pemeliharaan dan pengamana pada sekoci
penolong dan perlengkapannya.
Ada pun tugas lain Mualim I yang harus dilakukan, yaitu :
2.2.2.2.1. Mualim I mempersiapkan kapal berlayar.
Sebelum pemberangkatan kapal dari pelabuhan mualim I harus
menjamin bahwa anak buah departemen deck sudah lengkap barangbarang dan perlengkapan cukup untuk pelayaran yang direncanakan,
serta mengadakan keamanan siap berlayar semua bagian kapal yang
menjadi tanggung jawab departemen deck, terutama memberikan
perhatian khusus terhadap keseimbangan kapal (stabilitas kapal),
penutupan kedap air, persediaan air tawar yang cukup untuk
pelayaran di maksud.
2.2.2.2.2. Mualim I pada saat perbaikan kapal :

a. Membuat laporan kepada manager armada tentang kerusakan


yang terjadi diatas kapal dan meminta petunjuk tentang cara
perbaikan yang harus dilaksanakan.
b. Membuat rencana kerja selama kapal dalam perbaikan dengan
persetujuan / petunjuk port engineer.
c. Mengawasi dan membuat laporan perkembangan selama kapal
dalam perbaikan.
2.2.2.3. MUALIM II
Mualim II bertanggung jawab kepada nahkoda mengenai hasil kerja dan
tindakan yang seharusnya sebagai seorang mualim jaga dan perwira
navigasi, bilamana bertugas menangani muatan dan ballast.
Mualim II bertanggung jawab kepada nahkoda melalui mualim I.
Mualim II bertanggung jawab terhadap hal-hal sebagai berikut :
a. Melaksanakan tugas jaga berlayar dan pelabuhan.
b. Mempersiapkan perencanaan pelayaran sesuai petunjuk dari
nahkoda.
c. Menarik garis haluan di peta berdasarkan petunjuk dan persetujuan
dari nahkoda.
d. Memeriksa tersedianya peta-peta dengan koreksi terakhir dan bukubuku navigasi untuk keperluan pelayaran yang direncanakan dan
melakukan koreksi sesuai dengan informasi terakhir yang ada di
kapal.
e. Menentukan posisi kapal tengah hari dan menyiapkan laporan posisi
tengah hari.
f. Merawat dan memelihara semua peralatan dan perlengkapan navigasi
serta menyiapkan semua laporan dan pencatatan yang terkait
termasuk (jika ada) :
1). Gyrocompass

danperlengkapannya,

perlengkapannya.

magneticcompass

dan

2). Radar dan perlengkapannya termasuk peralatan anti tubrukan


(arpa).
3). Decca

navigator,

satelit

navigator,

global

positioning

system(GPS).
4). Chronometer

dan

jam

kapal,

barometer

dan

semua

peralatanmeteorology.
5). Echo sounder, speed log, sextant dan azimuth, lampu-lampu
navigasi.
6). Perencanaan facsimile cuaca, perlengkapan navtex.
7). Perlengkapan pemeriksa kesehatan.
2.2.2.4. MUALIM III
Tanggung jawab Mualim III sebagai berikut :
2.2.2.4.1 Mualim III bertanggung jawab kepada nahkoda mengenai hasil
kerja dan tindakan yang seharusnya sebagai seorang Mualim jaga
dan perwira navigasi.
2.2.2.4.2. Bilamana bertugas menangani muatan atau ballast, mualim III
bertanggung jawab kepada nakhoda melalui mualim I. Mualim III
bertanggung jawab terhadap hal-hal sebagai berikut :
1) Melaksanakan tugas jaga berlayar dan pelabuhan.
2) Melaksanakan perawatan, pemeliharaan dan pengamananpada
sekoci penolong dan perlengkapannya.
3) Melaksanakan

perawatan

dan

pemeliharaan

pada

baju

pelampung,
keselamatan dan perlengkapannya.
4) Melaksanaka pengawasan dan pengamanan pada alat-alat isyarat
bahaya, selang-selang pemadam, botol-botol pemadam api
portable dan alat-alat keselamatan jiwa serta pemadam
kebakaran lainnya.
5) Melaksanakan pengawasan dan pengamanan pada life craft dan
perlengkapannya.

6) Menyelenggarakan dan memelihara alat-alat keselamatan jiwa


dan pemadam kebakaran sesuai arahan Mualim I.
2.2.2.5. BOSUN
Bosun bertanggung jawab kepada Mualim I mengenai hal-hal sebagai
berikut :
a. Pengaturan dan pelaksanaan pemeliharaan rutin deck, pengawasan
kerja harian juru mudi.
b. Pengaturan tugas juru mudi dalam rangka pengaturan bongkar muat,
sandar dan labuh. Dan mengevaluasi hasil kerja mereka.
c. Siaga haluan pada saat olah gerak dan menyiapkan jangkar pada saat
lego dan hibob.
d. Mencatat dan melaporkan semua pelaksanaan kerjanya kepada
Mualim I
2.2.2.6. JURU MUDI
Juru Mudi bertanggung jawab kepada Mualim I mengenai hal-hal sebagai
berikut :
a. Pada saat kapal berlayar, berjaga di anjungan, melaksanakan siaga
dan menangani kemudi.
b. Menyiapkan bendera-bendera, alat-alat pemadam di deck dan
perlengkapan lainnya seperti yang di perintahkan oleh Mualim I
atau Mualim Jaga.
c. Memelihara dan menjaga kebersihan di anjunganserta bagian-bagian
kapal lainnya seperti yang diperintahkan Mualim I.
2.2.2.7. KEPALA KAMAR MESIN
KKM adalah kepala departemen mesin dan bertanggung jawab
kepada Nakhoda mengenai administrasi, pengawasan keselamatan dan
penghematan operasi pada departemen mesin. Ada pun tugas dari KKM
yaitu :

a. Untuk pengoperasian, pemeliharaan dan perbaikan tepat guna pada


semua mesin-mesin dan perlengkapa listrik, mesin perlengkapan
dek, mesin pendingin bahan makanan dapur dan perlengkapan
lainnya seperti yang telah ditetapkan.
b. Tanggung jawab yang berhubungan dengan system muatan dan
mesin perlengkapan dek akan dilakukan bekerja sama dengan
Mualim I.
c. KKM secara pribadi agar mengawasi semua pekerjaan dengan sifat
bahaya yang tidak umum dan agar melihat semua tindakan
keselamatan diperhatikan dengan cermat.
d. KKM sering melakukan inspeksi ke ruangan mesin untuk
memastikan pengoperasian mesin-mesin dengan benar dan melihat
bahwa awak kapal yang mengoperasikannya, melakukan tugastugasnya dengan penuh perhatian.
e. Merencanakan permintaan bunker dan minyak pelumas.

2.2.2.8. MASINIS I
Membantu kepala kamar mesin, menerima perintah, memimpin
dan mengawasi bawahan, memastikan operasi dan perawatan mesin dan
peralatan dibawah tanggung jawab engine department dilakukan dengan
efisien, mengatur engine deparment, dan memastikan seluruh personel
dalam departementnya mengerti keseluruhan perintah, peraturan, dan
pemberitahuan. Ada pun tugas dari masinis I, yaitu :
a. Mengoperasikan dan menjaga mesin utama dan peralatan tambahan
lainnya.
b. Melakukan tugas-tugas yang perlu ketika kapal telah melempar
jangkar. Seperti jaga laut, dan jaga jangkar.

c. Melakukan perencanaan pekerjaan dan rencana rasionalisasi yang


dibutuhkan karena pengertian mengenai kondisi atau yang berada
dalam tanggung jawab engine department.
d. Secara pribadi mengoperasikan mesin utama ketika sedang diuji,
atau pada saat penting lain dan bila perlu secara pribadi
mengarahkan perawatan suku cadang yang penting.
e. Segera melapor kepada Nahkoda setelah menemukan kekurangan
atas mesin atau peralatan di bawah tanggung jawabnya.
f. Secara

pribadi

memberitahukan

deck

department

ketika

mengoperasikan atau menghidupkan mesin dan memeriksa bila ada


yang keberatan.
g. Mengelola minyak pelumas dan memantau penerimaannya.
h. Melakukan tes mesin setelah memastikan mualim I dan kepala
kamar mesin hadir selama mesin diuji.
i. Membantu kepala kamar mesin menghemat penggunaan perbekalan
kapal yang berada dalam tanggung-jawab engine department.
j. Mengisi butir-butir penting mengenai engine department dalam buku
catatan mesin.
k. Menyiapkan pekerjaan perbaikan yang dibutuhkan untuk mesin dan
perlengkapannya dan menyerahkannya kepada Nahkoda.
l. Membimbing bawahan
m. Bertanggung jawab mengenai masalah suku cadang dalam
pendidikan tentang kapal.
n. Memutuskan pembagian kerja untuk oiler.
o. Ambil bagian dalam pekerjaan engine department dan menyiapkan
dokumen yang dibutuhkan untuk kerja lembur.
p. Membantu

kepala

kamar

mesin

menangani

hal-hal

berhubungan dengan perbaikan kapal.


q. Melakukan tugas-tugas yang diperintahkan kepala kamar mesin.
r. Melakukan tugas-tugas yang diperintahkan kepala kamar mesin.

yang

2.2.2.9. TUGAS MASINIS II


Menerima perintah dari kepala kamar mesin dan melaporkan
dengan segera kepada masinis I bila menemukan kekurangan terhadap
system pembangkit tenaga, mesin listrik, atau peralatan dibawah
tanggung jawab engine departement, untuk melakukan langkah-langkah
sesuai yang ditentukan bila terjadi kedaan membahayakan kapal. Ada
pun tugas dari masinis II, yaitu :
a. Melakukan tugas-tugas yang diperlukan ketika kapal sedang
merapat, seperti jaga laut dan jaga jangkar
b. Membiasakan diri dengan mesin-mesin dan peralatan yang
berhubungan dengan tugasnya dan menyiapkan catatan operasi dan
perawatan alat-alat tersebut (compressor).
c. Melakukan tugas-tugas yang diperintahkan kepala kamar mesin
dalam perhitungan pemakainan bahan bakar.
2.1.2.10, TUGAS MASINIS III
Menerima perintah dari kepala kamar mesin dan memangku
tanggung jawab atas tungku uap (steam boiler) dan peralatan tambahan,
alat pendingin, dan mesin-mesin lain yang disebutkan kepala kamar
mesin untuk mengambil langkah-langkah yang ditetepkan dalam
keadaan darurat. Ada pun tugas dari masinis III, yaitu :
a. Melakukan tugas-tugas yang perlu ketika kapal di pelabuhan, seperti
jaga laut dan jaga jangkar.
b. Membiasakan diri dengan mesin dan peralatan dibawah tugasnya
dan menyiapkan cataan operasi dan perawatan mesin dan peralatan
tersebut.
c. Memangku tanggung jawab atas tugas-tugas yang berhubungan
dengan pengoperasian pesawat bantu lainnya (purifier, fresh water
generator, )

d. Mengurusi engine loog book dan perhitungan lainnya, dan


menyiapkan catatan bila diperlukan demikian.
e. Melakukan seluruh tugas yang diperintahkan kepala kamar mesin
dan masinis I.
2.2.2.11. OILER
Bertanggung jawab kepada masinis II mengenai hal :
a. Melaksanakan perintah kerja masinis jaga pada waktu tugas jaga.
b. Menguasai, mengatasi dan mencatat semua alat-alat indikator semua
pesawat-pesawat yang sedang berjalan dan memeriksa minyak
pelumas.
c. kepada masinis jaga apabila ada kelainan-kelainan pada pesawat
yang sedang berjalan.
d. Melaksanakan pekerjaan harian di kamar mesin, membantu setiap
ada tugas yang diperlukan pada waktu olah gerak dan harus berada
di kamar mesin.
e. Membantu pencegahan pencemaran laut dan keselamatan kerja.
f. Melaksanakan kebersihan pesawat-pesawat, peralatan-peralatan
kerja serta kamar mesin.
g. Melaksanakan tugas lainnya seperti yang diperintahkan oleh masinis
I atau masinis jaga.
2.2.2.12. KADET MESIN
Pada dasarnya Kadet mesin bertanggung jawab pada KKM akan
tetapi pada pelaksanaannya MT. JAYA GUMILANG, Kadet mesin
bertanggung jawab atas semua Perwira Mesin di atas kapal sebagai
pembantu Perwira.
2.2.2.13. KOKI
Koki bertanggung jawab terhadap nakhoda mengenai hal-hal sebagai
berikut :

a. Mengajukan dan menyiapkan kebutuhan bahan makanan sesuai


menu.
b. Memasak makanan sesuai menu dengan memperhatikan gizi-gizi
serta syarat-syarat kesehatan.
c. Menyiapkan usulan kebutuhan alat-alat dapur.
d. melaksanakan pengadaan bahan-bahan makanan kering/basah yang
diperlukan
e. Melaksanakan tugas seperti yang diperintahkan oleh nakhoda

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN
4.1.1 SENSOR OIL LEVEL TIDAK BEKERJA DENGAN BAIK
Fakta yang dialami penulis pada waktu bertugas di atas kapal MT.
Jaya Gumilang ternyata Sensor Oil Level pada OWS tidak bekerja dengan
baik.
Pada saat OWS tersebut dioperasikan untuk membuang air kotor
dari ruangan kamar mesin dan dari tangki buangan separator minyak
lumas dan separator bahan bakar. Ternyata bahwa air tersebut tidak mau
terbuang

keluar, dan juga pada

pencerat

sebelah

WaterSeparator (OWS) tersebut didapati minyak lumas

atas dari Oil


yang

masih

kental. Akibat dari kejadian ini setelah diamati ternyata sensor buangan
ke laut tidak bekerja dengan baik, sehingga Butterfly valvenya tetap
tertutup dan air bersih tidak ada yang keluar. Walaupun proses kerja
dari sistim separator air got tersebut diulang-ulang dari langkah awal,
namun tetap saja gagal. Akibat dari kejadian ini akhirnya got ruangan
kamar mesin menjadi penuh, lalu bagaimanakah langkah yang harus
dikerjakan agar got ruangan kamar mesin dapat dipompa tetapi tidak
terjadi pencemaran di laut ?
Didalam
semaksimal

pembuangan
mungkin

limbah atau air got diharapkan dapat

menghindari

batas-batas

pembuangan yang

mengandung minyak yang melebihi batas yang telah ditentukan pada


setiap daerah-daerah perairan tertentu dalam pembuangan air got harus

tidak melampaui dari 15 perjuta bagian campuran minyak sesuai marpol


1973/1978 .
Adapun maksud dan tujuan dari pembuangan sesuai peraturan
diatas dimana pembuangan bebas dari kandungan minyak dan emulsi
minyak diperairan, hal ini dikarenakan jika minyak yang bercampur
dengan air dibuang langsung tanpa melalui penyaringan atau separator
dapat menghancurkan iga dan plangton yang sangat penting bagi
kalangsungan hidup ikan dan merupakan makanan pokok bagi ikan.
Kegiatan pembuangan minyak atau emulsi minyak lepas pantai
dapat merusak kehidupan burung dan polusi besar-besaran pada pantai.
Jika ditemukan kapal dengan ukuran pembuangan limbah melebihi 100
Mg/liter minyak atau limbah melebihi 60 liter per nautical mile akan
mendapatkan denda yang cukup besar dan hukuman bagi nakhoda kapal.
Dari peraturan dan keterangan tersebut, maka
perawatan

dan

perbaikan

Oil

Water

Separator

perlu
(OWS)

adanya
guna

menanggulangi pencemaran laut agar tercapainya peraturan seperti


diatas.
4.1.2. TEKANAN TANKI SEPARATOR TINGGI DIKARENAKAN
SARINGAN DIDALAM TANGKI COALISCER KOTOR
Pada waktu OWS mulai dijalankan yaitu setelah pompa got mulai
memompa air dari got kamar mesin, tekanan dalam tangki berangsurangsur

naik

dan terus naik melampaui batas normal yang telah

ditetapkan menurut perkiraan didalam tangki kotor, maka pada saat


kejadian itu pompa got harus di stop, kemudian katup hisap separator
ditutup dan katup cerat yang berada di bagian bawah tangki dibuka
dengan maksud supaya lumpurnya yang mengendap dibagian bawah
tangki dapat keluar agar tekanan kembali normal.
Setelah air dikedua tangki kosong maka dijalankan lagi pompa,
dengan terlebih dahulu membuka katup pancingan air laut dan katup
cerat

dibiarkan terbuka, setelah bersih katup

cerat

ditutup, maka

tekanan berangsur naik dan berhenti pada tekanan normal. Kemudian


katup hisap dari tangki separator dibuka dan pemompaan dilanjutkan
kembali. Akan

tetapi

beberapa

saat Oil Content Meter (OCM)

menunjukkan kenaikan, namun masih belum melampaui 15 PPM.


Setelah kira-kira dalam waktu 30 menit tekanan mulai naik lagi
untuk yang kedua kali pompa di stop dan katup hisap OWS di tutup
kembali,untuk kedua kalinya tangki dibersihkan. Langkah selanjutnya
sama seperti

uraian

diatas

setelah dianggap

bersih

dilanjutkan

kembali pemompaan. Namun tekanan di tangki terus naik sehingga


tekanan menjadi tinggi

semua ini dikarenakan banyaknya lumpur

didalam tangki separator.


Biarpun di dalam got kamar mesin sudah dipasang saringan
tetapi kotoran

masih dapat melaluinya dan terhisap oleh pompa.

Berdasarkan MARPOL peraturan air got yang dibuang ke laut selain


kandungan minyaknya kurang dari 15 PPM diusahakan kotoran tidak
ikut terbuang ke laut. Dipesawat pemisah air dari minyak Oil Water
Separator (OWS) air got setelah keluar dari tabung 1 dan masuk ke
tabung no 2 air got disaring kembali melewati saringan-saringan kawat
dan silikagel (blue marine) karena
sempurna

air

got

yang belum tersaring

akan masuk ke penyaringan di tabung ke 3. Dibuatnya

banyak saringan gunanya untuk menghindari jika salah satu saringan


rusak yang lain masih berfungsi untuk menyaringnya.
Kotor dan tidaknya saringan didalam pesawat dapat dilihat dengan
melihat Manometer dimana alat ini menunjukkan apakah tekanan
sebelum dan sesudah sama .Jika sebelum dan sesudah sama maka
penunjukan akan memperlihatkan tanda hijau, dan jika tidak sama akan
menunjuk ke warna merah. Warna merah akan menggeser tanda hijau
yang akan memberi tahu kita bahwa saringan didalam tabung kotor.
Akibat yang ditimbulkan tekanan didalam tabung separator tinggi. Jika
kejadian ini tidak cepat diatasi dan dibiarkan terus menerus akan

mengakibatkan saringan bagian bawah akan masuk kedalam rumah


saringan dan akan berubah bentuk.
Dalam perawatan pesawat pemisah air dan minyak (OWS) agar
setiap saat dioperasikan diperlukan perhatian perawatan saringan yang
paling banyak membutuhkan waktu, disamping

tempatnya

yang

didalam tabung dan juga untuk membukanya sangat sulit maka


memerlukan

waktu yang cukup lama. Di dalam membersihkannya

pertama-tama kita cerat air di dalam bejana sampai habis, kemudian


dibuka penutup bejana bagian atas setelah terbuka dikeluarkan saringan
bagian atas beserta rumahnya yang terlebih dahulu melepas baut pada
flens yang berjumlah empat buah. Setelah saringan atas keluar baru
dikeluarkan saringan bagian bawah tidak dengan rumah cukup
saringannya saja. Setelah semua saringan berada diluar bejana, kita
bersihkan dengan menggunakan air bertekanan dan juga mengganti jika
ada saringan yang saja. Setelah semua saringan ini dibagian luarnya
dibungkus dengan sejenis kain yang halus dan tembus pandang sehingga
kotoran yang ikut air got akan menempel di kain tidak terbuang kelaut.
Rumah bejana bagian dalam kita bersihkan dengan menggunakan air
bertekanan demikian juga dengan pipa pengontrol beda tekanan agar apa
yang ditunjukan lebih cepat.
Hal yang dapat menyebabkan kejadian tersebut diatas yaitu :
1) Lubang saringan got di kamar mesin terlalu besar.
Lubang tersebut akan mengakibatkan semua kotoran akan masuk
ke tangki Coalescer dan lubang tersebut dikarenakan korosi oleh
air laut yang menyebabkan saringan mudah sobek serta sobekan
tesebut menjadi besar.
2) Banyaknya lumpur yang ikut terhisap.
Karena banyaknya kotoran berupa lumpur dibawah plat maka
setiap memompa got lumpur selalu ikut terhisap dan masuk ke
dalam

4.1.3.

KURANGNYA TEKANAN UDARA TEKAN KE KATUP


TIGA JALAN PADA OWS
Udara dan bejana udara bertekanan menuju dan sampai katup

ketiga jalan OWS melalui beberapa peralatan antara lain saringan udara.
Di dalam saringan udara ini udara bertekanan dibersihkan. Udara yang
sudah bersih dari kotoran dilewatkan sebuah katup Reducer. Di dalam
katup Reducer tekanan udara akan diturunkan dari tekanan 30 bar
menjadi 5 sampai 7 bar, udara bertekanan 5 sampai 7 bar akan mengalir
ke katup Solinoide, dan kemudian katup tiga jalan.
Katup

Reducer

dilengkapi

juga

sebuah

katup

keamanan,

gunanya untuk mengeluarkan tekanan yang lebih agar tidak merusak


bagian-bagian yang lain. Kurangnya tekanan udara sampai di katup tiga
arah banyak disebabkan oleh banyak hal antara lain :
1)Pecahnya membran pada katup reducer akan mengakibatkan
udara keluar tidak sesuai dengan yang kita inginkan.
2)Kendornya baut-baut sambungan yang mengakibatkan udara
keluar dan udara bertekanan tidak sampai ke katup tiga arah.
3)Bocornya lubang pipa udara akan mengakibatkan kurangnya
tekanan udara yang samapai di katup tiga arah tersebut.
Kurangnya tekanan udara akan mengganggu jalannya katup tiga
arah, secara keseluruhan akan mengganggu sistem kerja dari pesawat
pemisah air dan minyak Oil Water Separator (OWS). Untuk mengetahui
apakah tekanan yang kita inginkan sudah sesuai dengan yang diharapkan,
dapat dilihat pada manometer yang terpasang di pesawat. Jika jarum
penunujuk di manometer tidak sampai menunjukan angka 6 maka
pesawat pemisah minyak dari air belum dapat dijalankan karena katup
tiga arah akan terganggu kerjanya. Untuk selanjutnya dicari kebocoran
dan diatasi agar tekanan udara kerja sampai di katup solenide.

4.1.4.

SISTEM

PERAWATAN

TERENCANA

PADA

OWS

BERJALAN SETENGAH-SETENGAH
Jika

tidak

berkesinambungan

memiliki
sebagai

planing
contoh

perawatan
dengan

berencana

meneruskan

dan
waktu

pengoperasian Oil Water Separator (OWS) sampai rusak justru kita akan
menanggung

resikonya

yaitu

mempersiapkan

perbaikan

dan

perlengkapan secara berlebihan,. Lamanya waktu pengoperasian ini akan


bergantung atas tersedianya suku cadang OWS dan jasa penunjang.
Dengan

semakin

berkembangnya

perawatan

berencana

kita

mengharapkan berkurangnya waktu operasi yang menurun kecuali jika


dilakukan perawatan yang sangat besar dimana perawatan itu sendiri
akan mengakibatkan pengoperasian menurun.

4.2. PEMBAHASAN
Berdasarkan deskripsi data dan analisis data yang dijelaskan diatas maka
terdapat alternatif pemecahan masalah sebagai berikut :
4.2.1 OIL LEVEL SENSOR TIDAK BEKERJA DENGAN BAIK
GAMBAR 4.1
SKEMA POTONGAN MELINTANG OWS

Sumber : http://globalairteknologi.weebly.com/, 2009

Dari gambar nomor 4.1 Sensor Oil Level yang mendeteksi minyak
ini apabila diketahui tidak bekerja dengan baik harus diganti dengan suku
cadang yang tersedia di kapal, karena bagian Sensor Oil Level pada Oil
Water Separator (OWS) ini berfungsi sangat vital atau penting yaitu untuk
mendeteksi kandungan minyak yang bercampur air pada Oil Water
Separator (OWS, jika hal ini dibiarkan begitu saja maka minyak akan
terbuang ke laut dan akan mencemari lautan yang berakibat fatal baginakhoda dan KKM karena melanggar peraturan sesuai MARPOL
1973/1978 dan hukum yang berlaku.
4.2.2. TEKANAN TANKI SEPARATOR TINGGI DIKARENAKAN
MASUKNYA KOTORAN YANG MENGAKIBATKAN SARINGAN
DIDALAM TANGKI COALISCER KOTOR
4.2.2.1.LUBANG SARINGAN GOT DIKAMAR MESIN TERLALU
BESAR PEMECAHANNYA ADALAH:
a. Bahan saringan harus mempunyai kerapatan serta bahan yang
lebih baik.
Saringan got biasanya mudah sobek dikarenakan sudah rapuh dan
terkorosi oleh air laut. Disini bisa digunakan bahan saringan yang
tahan terhadap korosi air laut dan tahan karat dan mempunyai
kerapatanyang bagus. Digudang kapal baisa disimpan dalam
bentuk lembaran saringan kawat yang anti karat, jika saringan
rusak kita bisa membuatnya dan memasangnya. Akan lebih
optimal bila suku cadang OWS dalam bentuk saringan yang
sudah jadi (original) dan terdapat nomor partnya.
b. Membersihkan saringan dengan benar dan hati-hati.
Membuka saringan sebaiknya jangan dipaksakan atau dipukul
yang dapat mengakibatkan tutup atau rurnah saringan itu menjadi
retak atau pecah Bagian dalam saringan yang berlubarg kecil-

kecil disikat menggunakan sikai kawat lalu disemprot pakai air


tawar, lubang kecil-kecil pada saringan yang buntu dilubangi lagi
dengan menggunakan kawat yang lebih keras dengan cara
menusukkannya sampai berlubang benar. Setelah saringannya
bersih dilanjutkan dengan pemasangan zink anoda.

4.2.2.2.BANYAKNYA

LUMPUR YANG

IKUT

TERHISAP

PEMECAHANNYA ADALAH :
a. Menjaga sumur-sumur got kamar mesin supaya bersih
Sumur-sumur got kamar mesin sedapat mungkin jangan ada
lumpur, jika sehabis membersihkan cooler-cooler misalnya cooler
air laut, cooler air tawar, cooler motor bantu maupun kompresor
sebaiknya kotorah tersebut dikumpulkan dan dibuang ketempat
sampah yang telah disediakan. Setiap hari sabtu juga diadakan
penyemprotan dibawah plat, harus senantiasa bersih. Jadi lumpur
tidak memenuhi sumur-sumur got kamar mesin seandainya
sumur-sumur got kamar mesin masih terdapat lumpur maka harus
segera dibersihkan atau diangkat dan dikumpulkan ditempat yang
telah disediakan.
b. Lantai bawah plat kamar mesin harus bersih dan tidak berminyak.
Didalam kamar mesin diusahakan jangan ada tetesan atau
kebocoran minyak lumas maupun bahan bakar dan sejenisnya.
Jika masih ada yang bocor harus segera diatasi begitu juga pipa
dibawah plat jangan sampai ada yang bocor. Setelah mengatasi
kebocoran sebaiknya lantai yang masih berminyak segera diberi
oil dispersand dan kemudian disemprot menggunakan air tawar
serta diadakan pemompaan air got sampai air got habis. Jadi
lantai kamar mesin maupun lantai bawah plat selalu dalam
keadaan bersih dan tidak berminyak.

4.2.3. KURANGNYA TEKANAN UDARA TEKAN KE KATUP TIGA


JALAN PADA OWS PEMECAHANNYA YAITU :
Udara tekan yang masuk ke katup tiga jalan sesuai
tekanannya, sehingga katup tiga jalan bekerja sempurna.
Guna menjaga agar tekanan udara yang menuju ke katup
tiga jalan tercapai sehingga setelah kotak listrik mengalirkan
lisirik ke selenoid valve dan membuka piston yang kemudian
mengalirkan udara maka udara tersebut dapat mendorong dan
menjalankan katup tiga jalan secara sempurna,
Maka perlu adanya tindakan sebagai berikut :
a. Pengecekan manometer
Pengecekan manometer dalam hal ini ialah manometer yang
bcrhubungan dengan katup tiga jalan pada pesawat OWS. Hal ini
dilaksanakan secara rutin dalam pengoperasian pesawat OWS,
dikarenakan guna menjaga agar pembuangan limbah tersebut
tetap lancar dimana tekanan yang cukup mampu mendorong
katup tiga jalan bekerja. Pengecekan ini senantiasa dilaksanakan
sebelum pengoperasian OWS dan setelah pasti bahwa tekanan
udara pada batas normal yaitu antara 5 7 kg/cm 2 baru kita
menjalankan

OWS.

Bila

ternyata

sebelum

mengadakan

pengoperasian OWS ditemukan tekanan udara yang kurang, maka


perlu diambil tindakan - tindakan selanjutnya yaitu :
1) Pengecekan pipa - pipa udara yang menuju katup tiga jalan,
diusahakan tidak ada kebocoran dan segera mengambil
tindakan bila terjadi kebocoran dengan mengganti dengan pipa
yang baru bila pipa sudah rapuh atau mengelas pipa tersebut
dengan baik. Perlu diperhatikan dalam penggantian pipa agar

disesuaikan menurut fungsinya yaitu tekanan udara yang


berbeda memiliki kekuatan pipa yang berbeda pula.
2)

Pengecekan terhadap katup reducer yang bila


mana pecah akan mengakibatkan tekanan yang berlebih
sehingga pipa akan pecah karena tekanan udara berlebih, ini
dikarenakan pipa memiliki kekuatan tekanan tertentu yang
didesain sesuai dengan fungsinya.

3)

Pengecekan

terhadap

baut

baut

yang

menghubungkan pipa - pipa yang menuju katup tiga arah.


Dalam pengecekan ini diusahakan tidak ada kebocoran dari
masing-masing sambungan tersebut. Biasanya terjadinya
kebocoran dikarenakan baut terkena korosi, jika pipa masih
bagus perlu diganti bautnya saja dan sebelum penggantian
udara yang menuju ke katup tiga jalan ditutup terlebih dahulu.
b. Pengaturan tekanan udara yang menuju ke katup tiga jalan di
OWS
Tekanan udara dapat diatur sesuai dengan kerja katup tiga jalan
yaitu antara 5-7 bar. Hal-hal yang hams dilakukan yaitu dengan
mengadjust baut adjust dan melihatnya dimanometer yang telah
ditunjukkan hal ini dilakukan guna memastikan kerja katup tiga
jalan yang baik.
c. Kebersihan pada pipa-pipa udara khususnya pipa udara yang
menuju ke katup tiga jalan di OWS
Kebersihan yang dimaksud yaitu menjaga agar pipa-pipa tersebut
bersih dan bebas dari korosi, karena korosi dapat menyebabkan
bocornya pipa udara bertekanan maka perlu adanya tindakantindakan guna menjaga pipa bebas dari korosi.

1)

Pengecatan

dilakukan

guna

menghindari hubungan langsung pipa yang berbahan metal


yang mudah korosi dengan udara luar yang mengandung
garam.

Pengecatan

tersebut

dilakukan

bila

terdapat

gelembung-gelembung korosi. Gelembung korosi tersebut


dihilangkan dengan menggunakan brush sampai bersih dan
kemudian dicat dengan cat anti korosi. Diharapkan jangan
menggunakan palu dan chiesel dalam membersihkan korosi
karena dapat merubah bentuk pipa dan merusak pipa.
2)

Membersihkan saringan udara dimaksudkan agar udara


yang menuju ke katup tiga jalan Sudan bersih guna tercapainya
tekanan udara yang diinginkan.

4.2.4. PERAWATAN YANG TERENCANA DILAKUKAN SEBAGAI


BERIKUT
Di dalam setiap perawatan satu pesawat harus dapat
dijadwalkan mana yang

perawatan harian, perawatan mingguan,

maupun perawatan bulanan. Tanpa pengecekan dan perawatan yang


baik masalah akan timbul dan mengakibatkan apa yang kita
harapkan tidak akan terwujud, maka perlu adanya penjadwalan pada
perawatan akan Oil Wzter Seperator (OWS) Di dalam melaksanakan
perawatan yang terencana agar mencapai hasil yang baik para
operator harus banyak membaca buku-buku panduan agar dalam
memperbaiki atau menganalisa suatu masalah dapat tepat sasaran.
Penganalisaan yang salah akan memperlambat pesawat dengan
lancar
Jadwal sistem perawatan terencana disusun dengan baik agar
setiap orang yang mengoperasikan dapat dengan jelas membaca apa
yang akan dan sudah dikerjakan. Hari ini atau minggu ini. Setiap
pekerjaan yang telah dikerjakan ditulis dengan dibalik kartu tersebut.
Keberhasilan dalam perawatan karena didukung oleh semua orang.

Jadi jika hanya segelintir orang yang melaksanakan perawatan akan


mengakibatkan pesawat tidak siap dioperasikan setiap saat. Kerja
sama yang baik akan mengakibatkan masalah-masalah yang akan
kita hadapi semakin kecil.
Pemahaman dan pelatihan-pelatihan yang berkala akan
membuat pesawat siap pakai setiap saat. Kerapian dalam
penyimpanan suku cadang OWS akan memperlancar dalam
melaksanakan perawatan. Dengan tidak adanya kerja sama satu
dengan yang lain akan membuat suasana dikamar mesin tidak
kondusif. Suasana yang harmonis dan keterbukaan antar anak buah
kapal tentang perawatan, pemantauan, peralatan pesawat akan lebih
teliti.ketelitian adalah suatu modal dalam memecahkan suatu
masalah.
Maka dapat disimpulkan agar perawatan berjalan sempurna pada
OWS perlu hal-hal sebagai berikut :
a. Penjadwalan perawatan pada pesawat OWS.
Sesuai dengan instruksi manual book, terdapat jangka
waktu perawatan pesawat OWS dimana pada masing-masing
bagian memiliki waktu yang berbeda-beda, disini perlu adanya
peralatan seperti pembersihan saringaa coalescer, pengetesan
sensor PPM beserta pembersihannya maka, para masinis harus
melaksanakannya secara disiplin dan tepat waktu, karena bila
perawatan mengalami penundaan, bila terjadi suatu kerusakan
tertama pada Oil Water Separator (OWS) maka masinis tersebut
dianggap tidak menjalankan perawatan dengan baik.
b. Kedisiplinan dalam perawatan OWS.
Kedisiplinan disini dimaksudkan agar semua masinis
melaksanakan jadwal maintenance tersebut, karena masih terdapat
masinis yang hanya menandatangani saja bukti-bukti perawatan

namun tidak melakukan perawatan. Hal seperti inilah yang dapat


menimbulkan masalah-masalah baru pada Oil Water Separator
(OWS). Contoh dalam pembersihan saringan coalescer yang tidak
tepat waktu, maka saringan tersebut akan berkarat dan kemudian
akan sobek dan dapat menimbulkan kotoran-kotoran ikut keluar
bersama air.

Maka dengan itu perlu diadakan :


1) Pengawasan
Pengawasan tersebut dilakukan oleh pihak dalam, dalam hal
ini sebagai kepala kamar mesin senantiasa mengecek
perawatan pada OWS agar terlaksana sesuai dengan sistem
perawatan yaitu penjadwalan perawatan yang telah ditentukan.
Kemudian KKM harus memastikan bahwa kegiatan perawatan
tersetut dilaksanakan oleh para masinis dan merecordnya pada
laporan kerja bulanan (monthly maintenance report).
2) Laporan dan pencatatan
Laporan dan pencatatan sangat penting dalam mengetahui
bukti akan adanya perawatan baik berupa penjadwalan dan
lain-lain. Laporan dan pencatatan tersebut diserahkan kepada
KKM dan berisikan hal-hal yang telah dikerjakan yang
kemudian akan dilaporkan ke kantor perusahaan. Hal tersebut
sangat berhubungan erat terhadap suku cadang OWS guna
kelancaran dalam pengoperasiannya.

BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan permasalahan yang terdapat pada bab IV sesuai dengan
latar belakang pada perawatan dan perbaikan Oil Water Separator (OWS)
di MT. Jaya Gumilang. Maka senantiasa untuk menjaga serta merawat
pesawat Oil Water Separator (OWS) demi kelancaran pengoperasian
kapal, sehinga secara langsung maupun tidak langsung hal ini dapat
mengurangi polusi disamping itu mewujudkan kelestarian lingkungan
hidup. Upaya tersebut sesuai dengan tujuan dari penelitian yaitu mencari
solusi terbaik untuk mencegah pencemaran.
Guna mendukung kelancaran serta kelestarian alam dan
lingkungan serta menanggulangi terjadinya pencemaran khususnya diaut
maka perlu adanya perawatan serta perbaikan Oil Water Separator secara
benar dan terencana sesuai buku petunjuk dari pabrik pembuat.
Permasalahan-permasalahan yang timbul seperti berikut:
1. Tekanan tanki coalescer tinggi
Dikarenakan saringan-saringan yang ada dalam tangki coalescer kotor
dimana:
a. Lubang saringan isap pompa dari got terlalu besar.

b. Banyaknya lumpur dan kotoran yang ikut terhisap.


2. Kurang tersediannya suku cadang OWS diatas kapal.
Kurang lancarnya perawatan OWS hal ini dikarenakan:
a. Kurangnya perawatan serta pengecekan suku cadang yang ada di
kapal sehingga tidak bisa digunakan lagi karena berkarat dan rusak.
b. Karena keterlambatan pengiriman suku cadang ke kapal
c. Karena sistem

perawatan terencana untuk Oil Water Separator

(OWS) hanya berjalan setengah-setengah.


3. Kurangnya perawatan suku cadang OWS di atas kapal:
a.

Penataan / penyusunan penyimpanan suku


cadang OWS diatas kapal harus teratur dan rapi

b. Pengisian

daftar

penerimaan

dan

pemakaian

suku

cadang

dilaksanakan secara konsisten. Dimana pengisian daftar penerimaan


dan pemakaian suku cadang Oil Water Separator ini termasuk salah
satu dari perawatan pesawat.
Tujuan memanajemen perawatan tersebut:
1)

Untuk melaksanakan pekerjaan secara sistematis dan


ekonomis .

2)

Untuk mendapatkan informasi umpan balik yang akurat


bagi kantor pusat dalam menigkatkan pelayanan.

3)

Untuk fasilitas kearsipan.

4)

Untuk fasilitas pemberian label suku cadang OWS dan


sebagainya.

5)

Untuk fasilitas

perencanaan

perawatan dan perbaikan

OWS.
4. Sistem perawatan yang terencana dilakukan sebagai berikut:
Maka dapat disimpulkan agar perawatan OWS berjalan dengan
sempurna perlu hal-hal sebagai berikut:
a. Penjadwalan perawatan pada OWS.

b. Kedisiplinan dalam perawatan OWS.


1) Pengawasan.
2) Laporan dan pencatatan.
5. Udara tekan sesuai tekanan yang dibutuhkan sehingga
a. Pengecekan manometer
b. Pengaturan tekanan udara yang menuju ke katup tiga arah di
OWS.
c. Kebersihan pada pipa-pipa udara khususnya pipa Udara yang
masuk ke katup tiga arah selalu dijaga dan dirawat;
Dari uraian alternatif pemecahan masalah, dijelaskan evaluasi pemecahan
masalah yang dipilih sebagai berikut:
1.

Membersihkan saringan dengan benar dan


hati-hati.

2.

Lantai bawah plat kamar mesin bersih dan


tidak ada minyak.

3.

Suku cadang Oil Water Separator (OWS)


yang dikirim ke kapal harus asli.

4.

Penataan penyimpanan suku cadang Oil


Water Separator (OWS) di gudang kapal harus teratur.

5.2 SARAN-SARAN
1.

Hendaknya pemeriksaan secara rutin dari separator air got khususnya


sensor-sensor, "piston valve", "3 way valve" dan alat-alat lainnya dari
separator air got haruslah sesuai dengan

buku

petunjuk

dari

pabrik. Alat - alat tersebut harus segera diganti dengan cadangan


apabila diketahui tidak bekerja dengan baik.
2.

Perbaikan konstruksi juga diperlukan dan hal ini seyogya-nya


dibicarakan juga dengan pabrik pembuat. Karena lumpur-lumpur yang

mungkin

menyumbat

diambil/dibuang

bagian bawah dari

separator

melalui keran pencerat sebelah bawah.

harus

Perbaikan

saringan juga diperlukan, untuk itu saringan yang agak rapat dapat
mengurangi penumpukan kotoran dan lumpur.
3.

Saringan-saringan yang ada haruslah terpasang dengan cukup kuat.


Perbaikan konstruksi seyogyanya perlu dilakukan agar saringan dapat
tetap

terpasang

dengan baik. Pengelasan baut-baut pengikat harus

diperhatikan dengan baik agar tidak mudah terlepas.

Anda mungkin juga menyukai