Disusun oleh :
Kelompok 3
1|Page
AKADEMI MARITIM BINA BAHARI
PALEMBANG
BAB. I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2|Page
jiwa. Akhirnya kemajuan yang telah dicapai oleh suatu industri
akan menjadi kurang berarti dan bermanfaat serta bahkan dapat
membahayakan bagi kehidupan pekerjanya, apabila tidak
direncanakan dan ditangani secara teliti.
3|Page
BAB. II
PEMBAHASAN
4|Page
utamanya adalah awak kapal bagian mesin. Penggunaan alat
perlengkapan keselamatan kerja ini telah di standarisasi baik
secara nasional maupun internasional, sehingga wajb digunakan
ketika akan melaksanakan kegiatan kerja utamanya adalah
kegiatan kerja di ruang mesin. Dengan demikian kenyamanan
kerja pada lingkungan kerja dapat tercipta, dan kecelakaan yang
diakibatkan karena factor kelalaian manusia maupun faktor
karena kelelahan bahan resiko yang ditimbulkannya dapat
diperkecil atau dihindari.
5|Page
C. Peralatan Keselamatan Kerja
Berdasarkan Undang - undang Keselamatan Kerja N0.1. Tahun
1970, pasal 12b dan pasal 12c, bahwa tenaga kerja diwajibkan :
1. Memahami alat-alat perlindungan diri.
2. Memenuhi atau mentaati semua syarat-syarat keselamatan
kerja.
6|Page
3. Alat pelindung badan
4. Alat pelindung anggota badan (lengan dan kaki)
5. Alat pelindung pernafasan
6. Alat pelindung pendengaran
7|Page
pada kapal
Digunakan oleh pekerja yang menggunakan las
Masker las yang dilengkapi
listrik, fungsinya melindungi muka dan mata
dengan tangkai pemegang
dari percikan bunga api listrik.
Digunakan oleh pekerja yang menggunakan las
Masker las yang dilengkapi
listrik, fungsinya melindungi muka, mata dan
dengan penutup kepala
kepala dari percikan bunga api listrik
Dikenakan oleh pekerja yang pekerjaannya
Masker pelindung muka
berhubungan dengan reaksi kimia
Digunakan oleh pekerja yang menggunakan las
Pelindung mata
listrik, fungsinya melindungi mata
Digunakan oleh pekerja yang menggunakan las
acyteline yang fungsinya melindungi dari
Kaca mata las acytelin
percikan bunga api.
8|Page
Perawatan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting
dalam upaya memperpanjang usia pakai dari peralatan
keselamatan kerja. Adapun jenis perawatan yang dilakukan untuk
setiap jenis peralatan keselamatan kerja dapat dilihat pada tabel
di bawah ini, sebagai berikut :
a. Topi Keselamatan
Membersihkan topi setelah digunakan.
Meletakkan pada tempatnya setelah topi keselamatan
digunakan.
Hindari menempatkan topi keselamatan pada tempat yang
berhubungan langsung dengan panas.
b. Topi Penyemprot Pasir
Membersihkan topi penyemprot pasir setelah digunakan.
Meletakkan pada tempatnya setelah digunakan.
Menjaga penempatan peralatan tersebut dari tempat yang
aman sehingga tidak mudah hilang.
c. Masker las yang dilengkapi dengan tangkai pemegang
Membersihkan masker las, setelah digunakan.
Meletakkan masker las tersebut pada tempat yang aman.
Menjaga kaca pengaman masker las dari tumbukan benda
keras.
Menjaga kebersihan kaca masker las dari terkena kotoran.
4. Masker las yang dilengkapi dengan penutup kepala.
Membersihkan masker las, setelah digunakan.
Meletakkan masker las tersebut pada tempat yang aman.
Menjaga kaca pengaman masker las dari tumbukan benda
keras.
Menjaga kebersihan kaca masker las dari menempelnya
kotoran.
5. Masker pelindung muka
9|Page
Membersihkan masker las, setelah digunakan.
Meletakkan masker las tersebut pada tempat yang aman.
Menjaga kaca pengaman masker las dari tumbukan benda
keras.
Menjaga kebersihan kaca masker las dari menempelnya
kotoran.
6. Pelindung mata
Menghindari kaca pelindung mata dari terkena benda
keras.
Menyimpan pelindung mata pada tempat yang aman.
Menjaga kebersihan pelindung mata.
10 | P a g e
Menyimpan sarung tangan pada tempat yang aman.
Menghindari sarung tangan dari terkena benda tajam.
11. Sarung tangan las
Menyimpan sarung tangan pada tempat yang aman.
Menghindari sarung tangan dari terkena benda tajam.
12. Sepatu keselamatan
Menyimpan sepatu pada tempat yang aman.
Menjaga kebersihan sepatu pengaman.
Menghindari sepatu pengaman tersentuh panas secara
langsung.
13. Jaring keselamatan
Menghindari jaring tersentuh langsung dengan benda tajam
Menghindari jaring tersentuh panas secara langsung.
14. Tutup telinga
Menyimpan pada tempat yang aman.
Mencegah peralatan tutup telinga (Ear muff) bersentuhan
benda keras.
Menghindari sumbat telinga bersentuhan panas secara
langsung.
11 | P a g e
pelindung pribadi mereka dibuat untuk berbagai jenis pekerjaan
yang dilakukan pada kapal.
12 | P a g e
pelindung atau kacamata yang digunakan untuk perlindungan
mata, sedangkan kacamata las digunakan untuk operasi
pengelasan yang melindungi mata dari percikan intensitas
tinggi.
6. Plug : Di Ruang Mesin kapal menghasilkan suara 110-120 db
ini merupakan frekuensi suara yang sangat tinggi untuk
telinga manusia. Bahkan beberapa menit paparan dapat
menyebabkan sakit kepala, iritasi dan gangguan pendengaran
kadang-kadang sebagian atau penuh. Sebuah penutup telinga
atau steker telinga digunakan pada kapal yang mengimbangi
suara yang dapat di dengar oleh manusia dengan aman,
7. Safety harness : operasi kapal rutin mencakup perbaikan dan
pengecatan permukaan yang tinggi yang memerlukan anggota
kru untuk menjangkau daerah-daerah yang tidak mudah
diakses. Untuk menghindari jatuh dari daerah tinggi seperti
itu, maka menggunakan Safety harness. Safety harness adalah
di kenakan oleh operator di satu ujung dan diikat pada titik
kuat di ujung lainnya.
8. Face mask : Bagi yang Bekerja di permukaan insulasi,
pengecetan atau membersih kan karbon yang melibatkan
partikel berbahaya dan minor yang berbahaya bagi tubuh
manusia jika dihirup langsung. Untuk menghindari hal ini,
masker wajah diberikan hal ini di gunakan sebagai perisai
muka dari partikel berbahaya.
9. Chemical suit : Penggunaan bahan kimia di atas kapal sangat
sering dan beberapa bahan kimia yang sangat berbahaya bila
berkontak langsung dengan kulit manusia. Chemical suit
dipakai untuk menghindari situasi seperti itu.
10. Welding perisai : Welding adalah kegiatan yang sangat
umum di atas kapal untuk perbaikan struktural. Juru las yang
13 | P a g e
dilengkapi dengan perisai las atau topeng yang melindungi
mata dari kontak langsung dengan sinar ultraviolet dari
percikan las, hal Ini Harus Di perhatikan dan sebaiknya
pemakaian Welding shield sangat di haruskan untuk
keselamatan Pekerja.
Tertutup
Pada ruangan-ruangan tertutup seperti palkah, tanki, ruang
pompa, koferdam, gudang/store yang tidak berventilasi terdapat
kemungkinan timbul gas beracun atau uap beracun atau
berkurangnya kandungan oksigen. Apabila terjadi suatu
kecelakaan yang mengakibatkan terlukanya personil/ seseorang
di dalam sebuah ruangan yang tertutup, langkah pertama yang
diambil ialah alarm harus dibunyikan. Walaupun kecepatan /
waktu sering merupakan hal yang vital dalam usaha menolong
jiwa/nyawa orang, namun pelaksanaan pertolonganpertolongan
penyelamatan tidak boleh dicoba sampai bantuan dan peralatan-
peralatan yang diperlukan telah didapat. Terdapat banyak contoh
dimana nyawa orang hilang disebabkan oleh usaha-usaha yang
terburu-buru / tergopoh-gopoh dan persiapan-persiapan yang
buruk. Bila diadakan pengaturan-pengaturan dan penyusunan -
penyusunan sebelumnya, hal ini merupakan suatu hal yang sangat
berharga didalam mengadakan suatu reaksi yang cepat dan
efektif. Tali-tali penolong, alat-alat bantu pernapasan dan sarana-
sarana lain dari peralatan penyelamatan harus dalam keadaan
siaga serta siap pakai, demikian pula suatu tim yang terlihat
untuk menaggulangi keadaan darurat patut tersedia. Apabila
dicurigai bahwa suatu atmosfer yang tercampur/kotor sehingga
menjadi tidak aman merupakan salah satu sebab dari kecelakaan
14 | P a g e
itu, maka petugas / orang yang masuk kedalam ruangan itu harus
menggunakan alat pelindung pernapasan serta mungkin, tali-tali
penolong juga dipakai. Sebelumnya suatu kode dari isyarat-
isyarat sudah disetujui bersama. Perwira yang bertugas untuk
pelaksanaan pekerjaan penyelamatan tersebut harus tetap berada
diluar ruangan, dimana ia dapat mengadakan kontrol yang
efektif.
15 | P a g e
sebelum dinyatakan aman. Pada prinsipnya terdapat tiga tipe
peralatan untuk pengujian atmosfer dalam ruang tertutup yaitu :
1. The combusible gas indicator (Explosimeter)
Alat mengukur keberadaan dan kandungan uap hidrokarbon di
udara. Explosimeter tidak cocok untuk mendeteksi gas dan uap
berkonsentrasi terlalu rendah, tidak mengindikasikan penurunan
kandungan oksigen atau presentasi kandungan hidrogen dan juga
tidak mengukur kandungan racun dalam atmosfer.
2. Chemical absorbtion detector
Alat mendeteksi keberadaan gas dan uap tertentu pada thereshold
limit value levels. Thereshold limit value levels (biasanya
menunjukan gas dalam PPM) berkaitan dengan tingkat
penunjukan harian untuk delapan jam, rata-rata konsentrasi yang
dapat ditoleransi dan merupakan petunjuk yang berguna dalam
mengontrol bahaya dalam ruang tertentu. Zat yang dapat
ditentukan secara teliti detektor ini adalah berzene dan hydrogen
sulphide.
16 | P a g e
3. Kekedapan masker dan jumlah sumber udaranya.
1. Sebab-Sebab Kecelakaan
Dari hasil penelitian ternyata 80-85 % kecelakaan disebabkan
oleh faktor kesalahan dan kelalaian manusia yang lebih
dominan. Kecelakaan umumnya diakibatkan karena
berhubungan dengan sumber tenaga misalnya tenaga gerak
mesin dan peralatan, kimia, panas, listrik dan lain-lain di atas
ambang dari tubuh atau struktur bangunan. Kerugian-kerugian
tersebut tidak sedikit menelan biaya dan untuk mengatasi hal
tersebut perlu adanya usaha pencegahan melalui usaha
keselamatan kerja yang baik.
17 | P a g e
b. Tidak mau yang bersangkutan, walupun telah mengetahui
dengan jelas cara kerja / peraturan dan bahaya-bahaya yang
ditimbulkan-nya serta mampu atau dapat melakukannya,
tetapi kemauannya tidak ada yang berakibat terjadinya
kesalahan sehingga terjadi kecelakaan.
c. Tidak mampu / tidak bisa, yang bersangkutan telah
mengetahui cara yang aman dan bahaya -bahaya yang
mungkin ditimbul-kannya, namun belum mampu atau
kurang terampil sehingga melakukan suatu kesalahan yang
fatal.
18 | P a g e
Kerusakan lingkungan.
Kerusakan harta.
4. Pencegahan kecelakaan
Perbaikan pada unsur sistem produksi ini selain dapat
mencegah terjadinya kecelakaan/insiden yang merugikan, juga
dapat meningkatkan produktifitas perusahaan.
a. Pendekatan Sub Sistem Lingkungan fisik.
Usaha keselamatan kerja yang diarahkan pada lingkungan
fisik ini bertujuan untuk menghilangkan, mengendalikan atau
mengurangi akibat dari bahaya-bahaya yang terkandung dalam
peralatan, bahan-bahan produksi maupun lingkungan kerja.
Menurut ASSE dalam “Thje Dictionary of term used in the
safety professional” , bahaya adalah suatu keadaan atau
perubahan lingkungan yang mengandung potensi untuk
menyebabkan cedera, penyakit, kerusakan harta benda, bahaya
ini dapat berbentuk bahaya mekanik, fisik, kimia, dan listrik.
Usaha Pencegahan Kecelakaan melalui :
1) Perancangan mesin atau peralatan dengan memperhatikan
segi-segi keselamatannya.
2) Perancangan peralatan atau lingkungan kerja yang sesuai
dengan batas kemampuan pekerja, agar tercipta “The Right
19 | P a g e
Design for Human” sehingga dapat dihindari ketegangan
jiwa, badan maupun penyakit kerja terhadap manusia.
3) Pembelian yang didasarkan mutu dan syarat keselamatan
kerja.
4) Pengelolaan (pengangkutan, penyusunan, penyimpanan)
bahan-bahan produksi dengan memperhitungkan standar
keselamatan yang berlaku.
5) Pembuangan bahan limbah/ ballast/air got dengan memper-
hitungkan kemungkinan bahaya-nya, baik terhadap
masyarakat maupun lingkungan sekitarnya.
20 | P a g e
Uji kesehatan tahuanan secara berkala
Penempatan kerja yang baik
Uji kesehatan untuk pemindahan pegawai pengamatan
keterbatasan fisik dari pekerja, dll
Sedangkan untuk memperoleh karyawan/ABK yang tepat dari
segi pengetahuannya, keterampilan dan sikap kerja sesuai
kompetensi perlu dilakukan pembinaan, baik bagi pekerja/ABK
baru, maupun pekerja lainnya.
a. Dari Segi Kemauan
Dari segi kemauan, perlu dilakukan program yang mampu /
mau, memberikan motivasi pada para pekerja agar bersedia
bekerja secara aman. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kemauan karyawan dalam bidang keselamatan kerja antara
lain :
1) Contoh yang diberikan oleh pengawas, pimpinan madya
maupun pejabat teras perusahaan.
2) Komunikasi, dalam bentuk safety contact, safety
indoctrination, propaganda &publikasi kesela-matan dan lain-
lain.
3) Partisipasi karyawan, seperti : safety talks, safety meeting
safety observer program dan lain-lain.
4) Enforcement , melalui penerapan peraturan keselamatan kerja
dan saksi-saksinya.
5) Hadiah ( Reward ) dalam bentuk “Safe Behavior
Reinforcement “ maupun “Award Program”
6) Dari segi keadaan mental, seperti: marah, ketegangan kerja
(stress), kelemahan mental, bioritmik, dll. Dapat diatasi
melalui perencanaan alat dan kepengawasan yang baik,
sehingga tercipta suasana kerja yang aman dan nyaman.
21 | P a g e
C. Pendekatan Sub Sistem Manajemen.
Manajemen merupakan unsur penting dalam usaha
penanggulangan kecelakaan, karena manajemenlah yang
menentukan pengaturan unsur produksi lainnya. Dalam
kaitannya dengan manajemen ini, perlu digaris bawahi bahwa
keselamatan kerja yang baik harus terpadu dalam kegiatan
perusahaan. Ini dapat terwujud jika keselamatan kerja
dipadukan dalam prosedur yang ada dalam perusahaan Selain
usaha untuk memadukan keselamatan kerja kedalam sistem
prosedur kerja perusahaan, masih diperlukan usaha-usaha lain
untuk memadukan keselamatan kerja dalam kegiatan operasi
perusahaan. Umumnya usaha-usaha ini dirumuskan dalam
suatu program keselamatan kerja yang komponen-
komponennya antara lain :
a. Kebijakan keselamatan kerja (S afety Policy ) dan
partisipasi manajemen ( Manajemen Participation ).
b. Pembagian tanggung jawab dan pertanggungjawaban
(Accountability ) dalam bidang keselamatan kerja.
c. Panitia keselamatan kerja ( Safety Commitee ).
d. Peraturan standar dan prosedur keselamatan kerja.
e. Sistem untuk menentukan bahaya, baik yang potensial
melalui inspeksi, analisa kegagalan ( Fault Tree Analysis ).
Analisa keselmatan ( Job Safety Observation ).
22 | P a g e
perorangan (Personal Protective Equipment ), program medis,
pengendalian lingkungan dan tata rumah tangga.
b. Prosedur pemilihan, penempatan dan pemindahan pegawai
serta program pembinaan. Program motivasi yang meliputi :
indoktrinasi keselamatan kerja, pertemuan keselamatan kerja
dan lain-lain.
c. Enforcement dan Supervission.
d. Emergency Action Plan (Rencana Tindakan Darurat).
e. Program Pengendalian Kebakaran.
f. Pengendalian Tuntutan dan Biaya Ganti Rugi.
g. Penilaian efektifitas program keselamatan kerja, melalui
Catatan dan Analisa kecelakaan, Pelaporan Kecelakaan Audit
Keselamatan, perhitungan biaya dan operasi produksi.
23 | P a g e