Anda di halaman 1dari 61

MODUL AJAR

ADVANCED FIRE FIGHTING


(AFF)

BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TRANSPORTASI LAUT


(BPPTL) JAKARTA
Jl. Moh. Kahfi II/88 Cipedak – Jagakarsa – Jakarta Selatan 12630
Telp. +62-21-7870223, 7869209, Fax. +62-21-7270186
Email : bpptljakarta@gmail.com
KATA PENGANTAR

Penyusun mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala hikmah dan karunia-Nya,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan Modul Ajar “ADVANCED FIRE FIGHTING” Edisi
ke-1/2020.

Penyusun juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Balai Pendidikan dan Pelatihan
Transportasi Laut (BPPTL) Jakarta yang telah memberikan kesempatan yang baik untuk
menyampaikan materi pelajaran dalam Kursus Singkat (Short Course) Advanced Fire Fighting
(AFF) Pendidikan dan Latihan Ketrampilan Pelaut dan memperbaiki Modul dengan memperjelas
Kodefikasi Standard IMO Model Course 2.03 – STCW Table A.VI/3.

Buku ajar ini dirangkum secara sederhana untuk memudahkan para siswa dalam memahami dan
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya diatas kapal.

Penyusun menyadari bahwa Modul Ajar “Advanced Fire Fighting (AFF)” ini masih jauh dari
sempurna dan masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan
dari semua rekan seprofesi Diklat Kepelautan dan semua rekan Pengajar di Bidang Pendidikan
Kepelautan diseluruh tanah air untuk mengembangkan diskusi di dalam kelas. Semoga modul
ajar ini dapat bermanfaat bagi semua rekan pengajar pada Diklat Kepelautan.

Jakarta, 25 Juli 2020

Penyusun.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta i


DAFTAR ISI

Hal.
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………….. ii
SILABUS PENGAJARAN ……………………………………………………………………. iii
BAB I MENGENDALIKAN OPERASI PEMADAMAN KEBAKARAN DIATAS
KAPAL …………………………………………………………………………. 1
1. Prosedur pemadaman kebakaran di laut dan pelabuhan dengan penekanan
khusus pada organisasi, taktik dan komando ……………………………….. 1
2. Penggunaan Air untuk memadamkan kebakaran, Efeknya terhadap
stabilitas kapal serta tindakan pencegahan dan prosedur yang tepat………... 6
3. Komunikasi dan koordinasi selama operasi pemadaman kebakaran………..; 7
4. Control ventilasi, termasuk ekstraksi asap………………………………….. 8
5. Control bahan bakar dan sistem kelistrikan ………………………………… 9
6. Bahaya-bahaya yang timbul pada saat pemadaman kebakaran……………... 10
7. Pemadaman kebakaran terkait dengan muatan berbahaya (Dangerous
Goods)………………………………………………………………………. 13
8. Tindakan pencegahan bahaya kebakaran terkait dengan penyimpanan bahan
cat (Paint Locker) …………………………………………………………... 14
9. Manajemen dan pengawasan terhadap korban kebakaran……………….,,,,,, 14
10. Prosedur berkoordinasi dengan petugas pemadam kebakaran dari darat…… 22

BAB II ORGANISASI DAN PERENCANAAN PEMADAMAN KEBAKARAN…… 26


1. Persiapan Perencanaan Keadaan Darurat…………………………………… 26
2. Komposisi dan Penempatan personil untuk Regu Pemadam Kebakaran…… 28
3. Strategi dan taktik menguasai kebakaran dalam berbagai tempat…………... 29

BAB III PEMELIHARAAN ALAT-ALAT DETEKSI KEBAKARAN DAN SISTIM


PEMADAM KEBAKARAN BERIKUT PERLENGKAPANNYA…………… 34
1. Perlengkapan dan Sistim Pemadam Kebakaran…………………………….. 34
2. Persyaratan untuk memenuhi peraturan dan klasifikasi Survey……………. 45
.
BAB IV INVESTIGASI DAN PENYUSUNAN LAPORAN ………………………….. 49
1. Peraturan-peraturan Keselamatan …………………………………………... 49
2. Evaluasi Penyebab Insiden Kebakaran……………………………………… 51

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………. 56


RIWAYAT HIDUP PENYUSUN…………………………………………………………….. 57

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta ii


SILABUS PENGAJARAN

I. IDENTITAS MATA PELAJARAN

1. Nama Mata Pelajaran : Advanced Fire Fighting (AFF)


2. Program : Diklat Ketrampilan Pelaut
3. Bidang Keahlian : Teknika
4. Konvensi STCW 2010 : Table A.VI/3
5. Fungsi STCW 2010 Controlling the Operation of the Ship and Care for
Persons on Board at the Operational Level.
6. Kelompok Mata Pelajaran : MBB (Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat)
7. Beban Study :

II. DESKRIPSI MATA PELAJARAN

Dasar :

1. Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 43 Tahun 2008 tentang Ujian Keahlian serta
Sertifikasi Kepelautan.
2. Competency STCW 1978, Amandmend 2010, table A-VI/3

III. STANDARD KOMPETENSI :

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat ketrampilan diharapkan mampu


mengurangi resiko kecelakaan di laut, dengan melakukan pencegahan korban dan kesalahan
manusia, tetapi juga pada peningkatan waktu operasional dan efisiensi harian.

IV. KOMPETENSI DASAR

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat ketrampilan diharapkan mampu


menjelaskan tentang :

 Pengendalian operasi pemadaman kebakaran diatas kapal


 Mempersiapkan rencana keadaan darurat di atas kapal.
 Strategi dan taktik menguasai kebakaran dalam berbagai kompartemen di kapal.
 Mampu dan memahami alat-alat pendeteksi kebakaran, alat-alat pemadam kebakaran, dan
pemeliharaannya.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta iii


BAB I

MENGENDALIKAN OPERASI PEMADAMAN KEBAKARAN


DI ATAS KAPAL

1. Prosedur pemadaman kebakaran di laut dan di pelabuhan, dengan penekanan khusus pada
organisasi, taktik dan komando

Kebakaran kapal di laut merupakan hal yang membahayakan, baik pada kapal itu sendiri atau pada
penumpangnya. Crew kapal harus memadamkan api tanpa adanya jaminan bantuan dari pihak lain.
Tanpa adanya sistem pemadaman yang baik tentu akan mengakibatkan kerusakan kapal serta akan
membahayakan keselamatan jiwa crew serta penumpang kapal. Penyebab utama kebakaran di atas
kapal adalah akibat kelalaian manusia, karena tidak ditaatinya prosedur kerja yang telah ditetapkan
dan tidak melakukan pencegahan kebakaran sedini mungkin.

Kecelakaan kapal dapat dianggap terjadi :


 Bila sebuah kapal hilang, ditinggalkan kandas atau rusak dalam pelayaran dari/ke pelabuhan.
 Bila sebuah kapal menyebabkan hilang atau kerusakan terhadap kapal lain.
 Bila akibat kecelakaan yang terjadi kepada atau di atas sebuah kapal, terjadi kehilangan jiwa.
 Bila ada jiwa hilang akibat terjadi kecelakaan, kepada atau di perahu/sekoci milik sebuah kapal
ikan atau kapal lain yang terdaftar atau yang mempunyai surat izin.
 Bila sebuah kapal hilang atau diperkirakan telah hilang dan setiap bukti di dapat pada keadaan
dimana kapal menuju ke laut atau terakhir terdengar.

Kandasnya kapal niaga juga bisa menyebabkan kebakaran dan ledakan kapal. Seperti yang terjadi
pada kapal tanker Torrey Canyon yang kandas dan kemudian mengalami kebakaran dan ledakan
pada tahun 1967. Mungkin saja produk petrolium merupakan muatan berbahaya beresiko tinggi
terhadap kebakaran saat bongkar muatnya, namun muatan lainnya juga bisa menyebabkan terjadinya
kebakaran saat terjadi kecelakaan kapal. Muatan tersebut misalnya batubara, muatan kering, biji-
bijian, yang kelihatannya tidak membahayakan, namun bisa menyebabkan kebakaran kapal.

Dengan melakukan latihan pemadam kebakaran (Fire drill) : merupakan metode mempraktekkan
bagaimana sebuah kapal akan dievakuasi jika terjadi kebakaran atau keadaan darurat lainnya. Dalam
kebanyakan kasus, sistem alarm kebakaran yang ada di kapal diaktifkan seolah-olah keadaan darurat
telah terjadi.

Dalam bagian prosedur dan hal mengenai kebakaran di laut dan di pelabuhan akan berguna bagi
peserta pelatihan seperti materi pelajaran yang memberikan contoh bagi mereka tentang bagaimana
usaha pencegahan bahaya kebakaran harus dilakukan secara ketat dan tindakan-tindakan keamanan
di masing-masing ruangan kapal yang diduga dapat menimbulkan sumber api, harus benar-benar
ditegakkan.
Prosedur pemadaman kebakaran di berbagai kompartemen kapal, seperti di ruang muatan, di kamar
mesin dan di ruangan akomodasi harus dibicarakan.
Tetapi hal-hal berikut harus diperhatikan :
 Bunyikan alarm kebakaran.
 Kumpulkan regu keadaan darurat.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 1


 Peringatkan semua crew diatas kapal mengenai bahaya yang terjadi.
 Yakinkan setiap orang di atas kapal sudah mengetahui kejadian.
 Upayakan tindakan pertama untuk penanggulangannya.
 Lakukan penanggulangan bahaya kebakaran yang besar bila diperlukan.
 Siapkan sekoci untuk diturunkan, dan
 Tindakan lainnya yang diperlukan

Muster Station (tempat berkumpul)

Tempat pertemuan untuk masing-masing regu/kelompok harus direncakan sebelumnya dan juga bagi
mereka yang tidak langsung terkait. Sifat dari kejadian akan menentukan keadaan tetapi sebagai
contoh regu keadaan darurat harus berkumpul di tempat yang berdekatan dengan ruang penyimpanan
perlengkapan keadaan darurat.

Prinsip Pemadaman Kebakaran

Terjadinya api di kapal karena adanya unsur-unsur bahan bakar, panas dan oksigen (segitiga api).

Keterangan :
 Bahan bakar : semua benda baik padat, cair dan gas
yang dapat terbakar.
 Oksigen : di udara terdapat 78% Nitrogen, 21% Oksigen
dan 1% gas lainnya.
 Panas : sumber nyala api seperti lompatan bunga api,
pemantik api, api las, percikan api dari gerinda,
hubungan singkat listrik dapat menimbulkan sumber
api.

Prinsip utama untuk memadamkan kebakaran adalah dengan meniadakan keseimbangan ketiga unsur
segitiga api (bahan bakar, panas dan oksigen)

Bahwa nyala api sebenarnya adalah suatu reaksi dari tiga unsur yang berkumpul yaitu, bahan bakar
(fuel), panas (energy) dan oksigen. Reaksi dari ketiga unsur tersebut diatas hanya akan menghasilkan
nyala api bila berjalan dengan cepat dan seimbang. Bila salah satu unsur ditiadakan atau kadarnya
berkurang, maka dengan sendirinya nyala api akan padam. Reaksi ketiga unsur tersebut digambarkan
dalam satu segitiga yang disebut segitiga api. Reaksi yang tergambar pada segitiga adalah reaksi
berantai yang berjalan dengan seimbang.
Bila keseimbangan reaksi tersebut diganggu maka reaksi akan terhenti atau api akan padam. Oleh
karena itu dasar-dasar dari sistem pemadaman api sesungguhnya adalah : pengrusakan
keseimbangan reaksi api. Perusakan keseimbangan reaksi tersebut dapat dilakukan dengan tiga cara
antara lain:

 Cara penguraian
Cara penguraian adalah suatu usaha pemadaman api dengan
jalan memisahkan atau menyingkirkan bahan-bahan yang
mudah terbakar dari api (lihat gambar : cara penguraian)

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 2


 Cara Pendinginan
Adalah pemadaman api dengan jalan menurunkan panas,
sehingga temperature bahan yang terbakar turun sampai di
bawah titik nyalanya.

 Cara Isolasi
Adalah pemadaman api dengan jalan menurunkan kadar
oksigen sampai dibawah 12%, cara ini disebut juga
lokalisasi, yaitu mencegah reaksi dengan oksigen

Media Pemadam Kebakaran

Pengertian Media Pemadam adalah bahan-bahan yang digunakan untuk dapat memadamkan
api/kebakaran. Maksud memahami media pemadam ini agar dapat mengenal ciri masing-masing
media, keunggulan maupun kelemahannya, sehingga dengan demikian dapat dicapai pemadaman
kebakaran yang efektif dan efisien.

Media pemadaman kebakaran yang banyak dijumpai dan dipakai pada saat ini antara lain :

a. Media jenis cair


 Air : air tawar dan/atau air laut.
Bahan pemadam Air : dapat menurunkan panas/suhu (mendinginkan/cooling), juga dapat
menahan/menolak dan mengusir masuknya oksigen apabila dikabutkan
 Asam soda (Soda acid) :
Baham pemadam busa (Foam) : bahan pemadam api yang efektif untuk kebakaran minyak.
Pemadaman api oleh busa merupakan sistem isolasi, yaitu mencegah oksigen untuk tidak ikut
dalam reaksi
1). Busa kimia = Aluminium Sulfat + Natrium Bicarbonat
2). Busa mekanik = Foam Compound + Water + Air (udara)
Jenis Foam Compound :
 Fluoro protein
 Light water Aqueous Film Forming Foam (AFFF)
 Detergent foam
 Protein hewani (Protein hydrolizate).

b. Media jenis cair yang mudah menguap


Bahan dasar media ini adalah senyawa hydrocarbon, biasanya Methana dan Ethana yang struktur
atom hydrogennya diubah dengan atom Halon (F, Cl, Br, I) sehingga media ini disebut Halon
(Halogenated Hydrocarbon).
Contoh :
 BCF (Bromo Chloro Difluoro Methane)
 BTM (Bromo Trifluoro Methane).

c. Media jenis gas (Gas CO2 dan Gas N2.)


Gas CO2 digunakan sebagai media pemadam tanpa dicampur bahan lain dan sebagai tenaga
pendorong media bubuk kimia kering. Sedangkan gas N2 umumnya digunakan sebagai tenaga
pendorong saja.
Bahan pemadam gas CO2 : berupa gas dan dapat mengusir/mengurangi prosentase oksigen (O2)
yang ada di udara sampai 12% - 15%, sehingga efektif digunakan untuk pemadaman di dalam

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 3


ruangan. Misalnya untuk kamar-kamar mesin, ruang generator, ruang berisi panel-panel listrik,
dan lain-lain, karena gas CO2 ini lebih berat daripada udara dan tidak menghantar listrik, tidak
berbau dan tidak meninggalkan bekas/bersih.

d. Media jenis padat


 Pasir dan tanah
 Bubuk kimia kering (Ciri :  = 15-60 micron, H2 = 0%)
1) Bubuk kimia reguler (Regular dry chemical powder) :
 Sodium Bicarbonate (NaHCO3) / Plus – 50C.
 Potassium Bicarbonate (KHCO3) / Purple – K.
 Potassium Chloride (KCL) / Super – K.
2) Bubuk kimia serba-guna (Multi-purpose dry chemical powder) :
 Mono Amonium Phosphate : (NH4)H2PO4 / MAP.
 Potassium Sulfide (K2SO4).

Prosedur Pemadaman Kebakaran di kapal

a. Kebakaran di Kamar mesin.

Kebakaran di kamar mesin kebanyakan disebabkan oleh bahan bakar, oli atau perlengkapan
listrik. Kebakaran dapat menyebar ke bagian akomodasi atau kemungkinan terjadi kehilangan
sumber tenaga. Kebakaran juga dapat berpengaruh terhadap muatan dan dalam hal kapal tanker
bermuatan gas yang dicairkan, timbulnya gas pada tangki yang berdekatan dapat terjadi, ini dapat
dikendalikan dengan cara mendinginkan ruangan muatan dengan air dikabutkan, menjalankan
instalasi pencairan muatan gas atau mengisi tangki cofferdam dengan air sampai penuh.

Hal-hal berikut harus menjadi perhatian, diantaranya :


 Pemadaman awal dengan jenis bahan pemadam kebakaran yang sesuai.
 Pemeriksaan bahwa tidak seorangpun personil yang hilang.
 Amankan perlengkapan, udara dan sumber listrik, bahan bakar dan keran buangan ke laut bila
diperlukan.
 Evakuasi dan siapkan untuk pelaksanaan pemadaman lanjutan untuk api yang lebih besar.
 Padamkan api dengan menggunakan alat pemadam api system tetap (CO2, foam/busa, dan
air).

b. Kebakaran di Ruang Akomodasi

Biasanya terjadi atau berhubungan dengan kebakaran material padat (perlengkapan tidur atau alat
listrik), namun kebakaran di dapur dapat juga disebabkan oleh minyak. Adalah penting mencegah
penyebaran kebakaran dalam saluran udara atau disepanjang lorong akomodasi. Asap dapat
menghalangi pelaksanaan pemadaman kebakaran.

Hal-hal yang harus diperhatikan :


 Ruangan yang terbakar harus diisolasi sebaik mungkin.
 Pastikan agar tidak ada seorangpun yang hilang, lakukan pencarian bila diperlukan.
 Pemadaman awal dilakukan dengan menggunakan alat pemadam kebakaran yang sesuai.
 Pemadaman lanjutan melalui bukaan sekecil mungkin ke ruangan.
 Jika yang terbakar adalah material padat, maka bahan yang terbakar harus dibasahi meskipun
nyala api sudah padam untuk mencegah terjadinya kebakaran susulan

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 4


c. Kebakaran di Ruang Muatan

Jika kebakaran terjadi pada ruangan penyimpangan barang (store) atau mesin, harus dipadamkan
dengan alat pemadam kebakaran yang sesuai. Kebakaran tersebut mungkin mempengaruhi muatan
dan pada kapal tanker muatan gas yang dicairkan akan meningkatkan terjadinya gas. Hal ini dapat
dikurangi dengan cara pendinginan daerah sekitarnya dengan memakai air yang dikabutkan atau
dengan menggunakan sarana perlengkapan untuk mencairkan muatan gas.

Jika kebakaran terjadi pada ruangan perlengkapan untuk bongkar muat, pemadaman awal segera
dilakukan dengan menggunakan bubuk kering atau dry powder, yaitu salah satu jenis chemical
yang digunakan untuk memadamkan api. Jika perlu semua personil harus di evakuasi,
kompartemen tersebut ditutup kemudian alat pemadam kebakaran sistem tetap diaktifkan.

Daerah tersebut harus didinginkan dengan air yang dikabutkan. Begitu api padam, ruangan harus
diberi peranginan (ventilasi) secara hati-hati untuk menghilangkan uap gas dengan memperhatikan:
 Sumber bahan bakar diisolasi.
 Lakukan tindakan pemadaman awal dengan alat pemadam api yang sesuai.
 Hentikan semua kegiatan bongkar muat dan tutup semua keran tangki.
 Periksa bahwa tidak ada orang yang hilang, lakukan pencarian bila diperlukan.
 Siapkan untuk upaya pemadaman lanjutan, aktifkan sistim air dikabutkan.
 Tindakan pemadaman untuk kebakaran yang lebih besar (regu pemadam kebakaran maju di
belakang semprotan air yang dikabutkan untuk melindungi dari panas yang ditimbulkan oleh
api kebakaran)
 Teruskan mendinginkan daerah yang terbakar dengan air yang dikabutkan.

Prosedur Pemadaman Kebakaran yang terjadi berdekatan dengan kapal

Dalam kejadian kebakaran di darat atau di kapal lain yang berdekatan dengan kapal kita, hal-hal
berikut harus diperhatikan :

 Siapkan perlengkapan pemadam kebakaran dan regu pemadam


 Hentikan semua kegiatan bongkar muat dan bunker
 Isolasi dan lepaskan selang muatan
 Tutup semua bukaan kompartemen, dan
 Siapkan motor induk setiap waktu untuk dapat melakukan olah gerak.

Prosedur Pemadaman Kebakaran pada waktu naik dock atau perbaikan

Resiko kemungkinan terbesar terjadi pada waktu kapal naik dock atau waktu perbaikan. Perhatian
khusus perlu diberikan pada waktu-waktu tersebut dan tidak boleh diremehkan. Personil kapal harus
meyakinkan pemeriksaan keamanan dilakukan sebagaimana mestinya. Setiap orang di atas kapal bisa
memberitahukan suatu keadaan darurat dengan menekan tombol alarm keadaan darurat. Seseorang
yang menemukan suatu keadaan darurat harus diinstruksikan agar segera menekan tombol alarm
keadaan darurat yang terdekat. Kemudian sangat penting segera hubungi anjungan melalui VHF,
telepon, handy talky, mikropon pengirim pesan atau berbicara langsung

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 5


Tindakan secara garis besar bila terjadi kebakaran.

 Bunyikan general alarm dan beritahukan ke anjungan mengenai kejadian. Bila ada 2 atau 3 orang
disekitar kejadian, satu dari mereka harus membunyikan alarm, yang lain berupaya untuk
memadamkan kebakaran.
 Jika api kebakaran masih kecil (misalnya di asbak rokok, kertas di tempat sampah dan sebagainya),
awak kapal yang menemukannya setelah membunyikan alarm harus kembali ke lokasi kebakaran
dan berusaha memadamkannya dengan alat pemadam kebakaran yang terdekat.
 Setiap orang yang menemukan suatu kebakaran yang lebih besar (misalnya kebakaran di ruang
akomodasi), harus segera menutup pintu masuk ke lokasi sebelum membunyikan alarm.

Bila alarm kebakaran berbunyi


Jika alarm kebakaran dibunyikan, setiap orang harus menuju ke tempat berkumpul tanpa harus
menunggu waktu. Siapa saja yang menemukan situasi keadaan darurat harus memberitahukannya ke
anjungan, menyampaikan dengan tenang dan jelas sifat dan lokasi keadaan darurat.
Jika ada keraguan terhadap apa saja mengenai prosedur keadaan darurat di kapal anda, tidak usah
malu-malu mengubungi perwira terkait untuk minta penjelasan. Nyawa anda beserta rekan anda di
atas kapal sangat tergantung kepada penjelasan tersebut.
Ingat “FIRE” ikutilah langkah dasar berikut :
Find the fire : temukan kebakaran yang terjadi
Inform (bridge) : beritahukan (anjungan)
Restrict the fire (keep it under control) : halangi meluasnya kebakaran (kendalikan)
Extinguish fire : padamkan kebakaran

2. Penggunaan air untuk memadamkan kebakaran, efeknya pada stabilitas kapal, tindakan
pencegahan dan prosedur yang tepat.

Teknik pemadaman
 Starvation : yaitu menghilangkan atau mengurangi bahan bakar sampai dibawah batas bisa
terbakar = low flammable limit
 Smothering : yaitu menyelimuti atau menghilangkan/memisahkan udara dengan bahan bakar.
Sedangkan dilution adalah mengurangi atau memisahkan kadar zat asam.
 Cooling : adalah mengurangi panas sampai bahan bakar mencapai suhu dibawah titik nyala atau
mendinginkan.
 Cut Chain Reaction : adalah memutuskan rantai reaksi pembakaran baik secara kimiawi maupun
mekanis.

Air adalah media pemadaman yang paling banyak digunakan, karena air mempunyai beberapa
keuntungan antara lain :
 Mudah didapatkan dalam jumlah yang banyak dan harganya murah
 Mudah disimpan dan dialirkan
 Dapat dipancarkan dalam bentuk : jet, selubung tirai, dan bentuk tirai.
 Mempunyai daya mengambang yang besar dan daya penguapan yang tinggi.

Air dapat menjadi bahan yang efektif untuk mengendalikan kebakaran minyak. Air memiliki kalor
jenis yang tertinggi dari seluruh zat yang ada, yang memberikan sifat-sifat pendinginan sangat baik.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 6


Air yang digunakan dengan benar (dalam bentuk kabut atau semprotan dan dalam jumlah yang
memadai, umumnya diperkirakan 10 liter per m2 dapat menyerap panas dan mencegah kerusakan.

Air dapat digunakan dalam dua bentuk dasar yaitu dalam bentuk
semprotan/kabut dan aliran lurus. Masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangannya tergantung lingkup pemakaian
tertentu.
Secara umum aliran lurus memiliki jarak daya dorong terbesar,
semprotan sudut lebar (kabut) hanya berjarak pendek dan
memberikan perlindungan maksimum bagi petugas pemadam
kebakaran dan sebagian diantaranya yang menggabungkan
keduanya, dalam hampir semua kasus merupakan yang paling
disukai. Tujuannya adalah mengarahkan air tersebut dalam bentuk
Water application
yang tepat dan pada tempat dimana ia akan menjadi paling efektif
sebagai bahan pendingin atau bahan pemadam kebakaran.

Stabilitas kapal

Di atas kapal pengaruh permukaan bebas dari air, regu pemadam kebakaran harus memperhatikan
stabilitas kapal pada waktu permulaan terjadinya kebakaran. Stabilitas kapal akan menjadi suatu
permasalahan pada setiap jenis kapal. pemikiran praktis yang dapat dilakukan oleh organisasi regu
keadaan darurat untuk menjaga stabilitas kapal adalah sebagai berikut :
 Regu pemadam api : batas penggunaan air yang digunakan untuk pemadaman kebakaran.
 Regu penunjang : Periksa agar semua lubang buangan dari dek dalam keadaan terbuka dan
alirkan air bekas digunakan ke daerah yang dapat dipompa untuk dibuang.

3. Komunikasi dan Koordinasi selama operasi pemadaman kebakaran.

Dalam keadaan darurat sangatlah diperlukan komunikasi dan sistem alarm yang efisien. Sebagai
isyarat yang digunakan adalah tujuh bunyi pendek dan disusul dengan satu bunyi panjang.
Semua kepala tim harus dapat mendelegasikan tugas kepada semua anggotanya. Kepala team tidak
pernah terlibat dalam tugas actual bahwa pengendalian kegiatan tim nya untuk melindungi jiwa
manusia. Untuk mencapai tujuan, kepala tim harus menjamin efektifitas latihan dan percaya pada
kemampuan setiap anggotanya.

Komunikasi darurat untuk meninggalkan kapal.


 Handy talky

 7 suling pendek diikuti satu suling panjang terus menerus.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 7


Keuntungan dibuatnya suatu organisasi penanggulangan keadaan darurat di atas kapal :
 Tugas dan tanggung jawab mudah dimengerti
 Lebih mudah terorganisir
 Tugas menajdi ringan.

Susunan Team

Team dibagi menjadi 5 tim kerja berdasarkan jumlah personil, minimum 2 orang.

 Team Anjungan : sebagai Komando dan bertanggung jawab terhadap pengendalian keadaan,
menjamin bahwa sijil kebakaran berguna bagi petugas yang melakukannya. Team Anjungan
harus juga melaksanakan komunikasi keluar dan ke dalam, ke kamar mesin, regu darurat dan
bantuan serta menjaga navigasi kapal dan mencatat setiap kejadian ke dalam jurnal.
 Team Kamar mesin : tim ini melapor ke anjungan tentang kesiapan kamar mesin, keadaan kamar
mesin dan sistem darurat yang harus dimaksimalkan.
 Team Darurat 1 dan 2 : tim ini melaporkan kesiapannya ke anjungan dan menyiapkan sarana dan
kesiapan melakukan tugas langsung oleh Nakhoda atau perwira yang bertugas.

 Team Bantuan : melapor kesiapannya ke anjungan dan mempersiapkan bantuan kepada regu
darurat dalam mempersiapkan :
Ruang perawatan dan P3K
Menyiapkan sekoci penolong dan rakit penolong
Menyiapkan alat penolong pernafasan untuk regu darurat
Menyiapkan logistic untuk regu darurat, seperti pengisian udara alat penolong pernafasan.
Patrol keamanan
Pendinginan sekitar kebakaran.

Regu Darurat :

 Regu Cadangan : merupakan regu tambahan


 Regu pemberdayaan : memberdayakan kemampuannya pada semua bentuk keadaan darurat.

Hal-hal yang harus diperhatikan saat pemilihan anggota Regu Darurat :

 Semua anggota pemadam kebakaran memakai breathing apparatus saat memasuki tempat
tertutup.
 Pengamatan dan komunikasi
 Ahli listrik, ahli mekanik, ahli kepelautan, ahli P3K dan ahli penyelamatan
 Pengetahuan kapal dan perlengkapan
 Pengendalian kerusakan
 Ketahanan fisik (pertimbangan umur)
 Disiplin diri sendiri/perhatian berusaha dan semangat tim

4. Kontrol ventilasi, termasuk ekstraksi asap

Untuk mencegah terjadinya nyala api dari benda yang mudah terbakar di atas kapal, persyaratan
berikut harus dipatuhi :

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 8


a. Harus menyediakan alat untuk mendeteksi kebocoran cairan yang mudah terbakar.
b. Harus menyediakan alat untuk membatasi akumulasi uap yang mudah terbakar.
c. Kemampuan menyalakan api dari material yang mudah terbakar harus dibatasi.
d. Sumber api harus dibatasi dan harus terpisah dari material ataupun cairan yang mudah terbakar.
e. Atmosfer di dalam tangki muatan harus dibuat mudah keluar dari sumber ledakan.

Ventilasi pada kamar mesin harus dibuat mampu mengeluarkan uap yang mudah terbakar.
Pintu kedap air (Water Tight Doors) : pintu ini dirancang untuk mencegah masuknya air dari pintu
laluan orang. Biasanya kebakaran dapat dihambat oleh pintu ini.
Fire damper : adalah pelat baja dengan tebal minimal 3,2 mm untuk mengatur aliran udara, memblok
asap dan menahan api. Terletak dalam “Ventilator duct” dipasang pada posisi terbuka dan ditahan
oleh fusible link. Pada temperature + 740C, fusible link akan lumer sehingga damper akan menutup.
Di bagian luar duct terdapat indicator yang menunjukkan damper terbuka atau tertutup. Damper
dapat dibuka/tutup secara manual

5. Control bahan bakar dan sistem kelistrikan

Pengendalian bahan bakar meliputi :

a. Tangki bahan bakar


 Bahan bakar, pelumas dan minyak lain yang mudah terbakar tidak boleh dimuat di dalam fore
peak tank. Dalam prakteknya, tangki penyimpanan bahan bakar yang menjadi bagian dari
struktur, harus ditempatkan di luar kamar mesin kategori A.
 Pipa bahan bakar, jika rusak, yang digunakan untuk mengeluarkan minyak dari tangki
penyimpanan, tangki endap dan tangki harian dengan kapasitas 500 liter atau lebih yang
lokasinya berada diatas double bottom, harus dilengkapi katup yang bisa ditutup dari posisi
yang aman dari luar ruangan.
 Material pipa yang digunakan untuk sistem bahan bakar, haruslah material yang telah disetujui
memenuhi syarat. Sistem pipa bahan bakar tidak boleh ditempatkan di atas unit yang
bertemperatur tinggi seperti boiler atau pipa uap panas.

b. Pengaturan untuk bahan bakar lain yang mudah terbakar.

Pengaturan untuk penyimpanan, distribusi dan pemanfaatan lain dari bahan bakar yang mudah
terbakar harus memperhitungkan keselamatan kapal dan ABK

Pengaturan sistim kelistrikan

Kebakaran akibat listrik disebabkan karena adanya listrik statis, yaitu loncatan api akibat akumulasi
listrik yang pada umumnya terjadi karena gesekan pada bahan non konduktor.

Instalasi listrik dapat mengakibatkan nyala api, disebabkan faktor-faktor berikut :

 Tidak berfungsinya pengaman (fuse/sekering).


 Kegagalan isolasi.
 Sambungan (connector) tidak sempurna)
 Penggunaan peralatan listrik tidak standar.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 9


Luka bakar akibat tersengat listrik

Pada luka bakar akibat kontak dengan arus listrik, maka hal pertama sekali yang harus dilakukan
adalah memutus/memadamkan sumber arus listrik. Jika memungkinkan, sebelum menolong dan
menyentuh korban, sebaiknya penolong memakai bahan insulator pada dirinya, seperti misalnya
memakai sarung tangan karet, sepatu boot atau sandal karet atau berdiri di atas matras karet. Aliran
arus listrik dapat diputus dari korban dengan menggunakan kayu, kursi, benda sejenis karet, atau
benda-benda non logam lainnya.

Setelah korban terbebas dari arus listrik, maka segeralah memeriksa pernapasan dan detak jantung
korban. Jika korban mengalami henti nafas dan jantung, maka segera lakukan resusitasi jantung/paru
yakni pemberian nafas buatan dan penekanan jantung.

Apabila korban bernafas, secara perlahan dan hati-hati lepaskan pakaian korban yang menutupi area
yang terbakar arus listrik. Kemudian segera guyur area tubuh korban yang terbakar dengan air
dingin, lalu bersihkan luka dan tutup dengan kain kasa bersih yang kering.

Sasaran penanganan luka bakar akibat listrik sama dengan sasaran penanganan luka bakar pada
umumnya, yaitu mencegah dan mengatasi syok, mencegah infeksi dan mengurangi rasa nyeri.
Luka bakar akibat listrik cukup berbahaya karena bila tidak segera ditolong dapat mengakibatkan
kelemahan otot-otot pernapasan, ketidaksadaran dan kematian yang cepat.

6. Bahaya-bahaya yang timbul pada saat pemadaman kebakaran.

Bahaya/resiko yang dijelaskan pada bagian ini adalah :


 Distilasi kering (dry distillation)
 Reaksi kimia (chemical reactions)
 Kebakaran di cerobong ketel uap (boiler uptake fires)
 Kebakaran pada ketel uap jenis pipa air (fires in water tube Boiler)

a. Distilasi kering (Dry Distillation)

Distilasi kering adalah proses kombinasi dimana bahan yang mudah menyala terbakar dengan
kondisi kandungan oksigen yang tidak cukup untuk terjadinya pembakaran sempurna. Contoh
dari distilasi kering adalah pembuatan arang (charcoal).
Situasi kebakaran dapat menjadi sangat berbahaya dan harus dihadapi, terutama karena adanya
konsentrasi tinggi dari karbon monoksida (CO).

Urutan kejadian dalam distilasi kering :


 Kebakaran pada ruangan tertutup
 Panas menjadi tinggi tetapi penyalaan/pembakaran tidak sempurna.
 Membuka jalan masuk akan memberikan udara baru pada ruangan yang terbakar, akibatnya
kebakaran menyambar ke jalan masuk.
 Orang yang akan masuk ke ruangan akan celaka atau terbakar bila tidak menggunakan
perlengkapan pelindung. Kejadian ini disebut juga dengan istilah “api menyambar balik”.
Karena itu, bila mengambil tindakan jangan tergesa-gesa untuk memasuki ruangan bila asap
terlihat keluar dari suatu ruangan tertutup sangat tidak disarankan.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 10


Bahaya dari distilasi kering dapat dikurangi seminimum mungkin, yaitu dengan :
 Mendinginkan kompartemen dari bagian luar dengan semprotan air
 Memasuki ruangan dengan posisi merangkak di belakang tirai percikan air, dan
 Mengarahkan semprotan air ke plafon ruangan yang terbakar.

b. Reaksi kimia

Hal yang penting ditekankan bila menghadapi reaksi kimia adalah bahwa bahan pemadam api
biasa seperti air dan pasir kemungkinan mempunyai sifat bereaksi yang hebat dengan suatu jenis
bahan kimia yang terbakar. Timbulnya gas beracun dari sejenis bahan plastic juga harus
dipertimbangkan. Reaksi kimia selama pemadaman kebakaran adalah lebih sering terjadi pada
kebakaran di tangki muatan dan di ruang akomodasi.

Contoh reaksi kimia yang menyebabkan atau membuat kebakaran lebih buruk :
 Pembentukan gas asetilen bila kapur karbid bercampur dengan air.
 Pemisahan unsur uap air bila digunakan untuk memadamkan api batu bara
 Pembentukan gas hydrogen bila suatu senyawa besi (Direct Reduced Iron) bercampur dengan
air.
 Oksidasi muatan yang terbakar, seperti beberapa jenis pupuk, sekalipun diselimuti gas
pemadam.
 Muatan yang secara spontan menyala di udara, seperti fosfor bila pembungkusnya rusak.
 Muatan yang mengeluarkan panas sendiri seperti biji-bijian yang basah
 Pembentukan gas methan pada muatan batu bara jika ventilasinya terganggu

c. Kebakaran di cerobong ketel uap

Kebakaran di cerobong ketel uap adalah kebakaran yang terjadi pada lokasi-lokasi :
 Manifold gas buangan ekonomiser, pemanas udara (superheater)
 Ketel uap yang menggunakan gas bekas pada kapal yang digerakkan dengan mesin diesel.
Sebab-sebab yang biasa terjadinya kebakaran tersebut adalah akumulasi deposit karbon dengan
atau tanpa adanya minyak yang menjadi terlalu panas dan menimbulkan kebakaran.

Kebakaran jenis ini adalah sulit dan berbahaya untuk ditanggulangi/dipadamkan karena alasan
berikut :

 Tidak adanya jalan masuk pada bagian atas cerobong di ruangan mesin.
 Kemungkinan terjadinya ledakan jika pintu jalan masuk dibuka ke ekonomiser.
 Kemungkinan pipa-pipa ekonomiser mencapai suhu 7000C, yang dapat mengakibatkan :
 Besi dari pipa-pipa terbakar dalam uap
 Reaksi akan saling mempengaruhi dan akan menimbulkan panas tambahan.
 Akibat dari pembakaran, besi akan beroksidasi kembali dan menimbulkan gas hydrogen
bebas.
 Pembakaran besi pada uap akan menimbulkan oksigen dengan sendirinya.
 Timbul ledakan.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 11


d. Kebakaran pada Ketel Uap jenis pipa air.

Akibat kebakaran, besi bercampur dengan uap dapat terjadi pada ketel uap jenis pipa air, karena:
kurangnya air di dalam ketel uap menyebabkan panas berlebihan pada pipa diatas permukaan air
jika terlambat mematikan ketel uap.
Jika kebakaran dengan cepat diketahui (seperti suhu pipa masih dibawah 7000C, metode yang
terbaik untuk memadamkannya adalah :
 Langsung melalui lubang burner (pembakar) atau sejenis dengan semprotan air dalam jumlah
banyak dan melalui pompa air pengisian ke sumber kebakaran dengan perkiraan pipa air dari
ketel uap telah runtuh atau terbakar.
 Terus mempertahankan saluran udara dan cerobong tetap dingin dengan semprotan air.
 Hindari penggunaan bahan pemadam jenis kabut air, busa atau CO2 langsung ke lokasi
kebakaran.

Prosedur untuk menanggulangi dan memadamkan kebakaran :


 Matikan ketel uap dan/atau mesin induk
 Semprot dengan air permukaan bagian luar tempat terjadinya kebakaran untuk mendinginkan.
 Tutup bila perlu tingkap pengatur pembukaan saluran udara ke ketel uap untuk menahan udara
jangan masuk ke tempat kebakaran.
 Buatkan perlindungan terhadap perlengkapan dan peralatan listrik yang penting dibawah
daerah yang terbakar agar tidak mengalami kerusakan karena air.
 Teruskan melakukan pendinginan dengan semprotan air, sampai diyakinkan sudah aman
membuka jalan masuk ke ekonomiser untuk pemeriksaan dan membersihkan bagian yang
terbakar.

Kenyataan yang penting mengenai hal ini adalah bahwa kejadian seperti ini tidak boleh
ditanggulangi dengan cara pemadaman api biasa, karena resikonya kemungkinan menimbulkan
bahaya yang lebih besar. Kesabaran dibutuhkan dalam menghadapi kebakaran seperti tersebut
diatas, dan apinya harus dibiarkan mati sendiri. Regu pemadam kebakaran harus memusatkan
perhatian pada pencegahan meluasnya kebakaran.
Kebakaran gas hydrogen yang mungkin terjadi bersamaan dengan kebakaran besi dalam uap
harus dikendalikan dan bukan dipadamkan sampai kebakaran besi dalam uap berhenti. Ini untuk
mencegah kemungkinan terjadinya ledakan

Kebakaran besi dalam uap

Beberapa kasus telah terjadi di kapal mengenai kebakaran yang tidak biasa akibat hilangnya air
pada ketel uap. Para ahli kimia mengetahui betul bahwa besi dapat terbakar jika bercampur
dengan uap dan menimbulkan gas hydrogen bebas.

Penyalaan terjadi pada suhu 7000C dan reaksi akan berhenti jika zat yang bersangkutan
didinginkan dibawah suhu tersebut. Sementara pembakaran besi dalam uap dapat berlanjut jika
ada suplai oksigen. Gas hydrogen yang timbul sebagai reaksi kimia akan terbakar pada waktu
bertemu dengan udara sehingga menyebabkan penyalaan. Ini berarti bahwa ada 2 jenis
kebakaran yang terjadi bersamaan, satu pada lingkungan uap dan satu lagi pada
lingkungan udara. Dengan menutup lokasi kebakaran kemungkinan dapat memadamkan api
akibat penyalaan gas hydrogen, sementara kebakaran besi dalam uap terus berlangsung dan

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 12


menghasilkan akumulasi gas hydrogen bebas sehingga akan terjadi ledakan bila bertemu dengan
udara.

Reaksi yang menjadi dasar proses dalam memproduksi gas hydrogen bebas adalah sebagai
berikut:
3 Fe + 4 H2O  Fe3O4 + 4 H2

Fe3O4 disebut black oxide of iron / ferrosic oxide atau oksida hitam dari besi)
Reaksi tersebut adalah mengeluarkan panas (eksothermic) dan terus berlangsung sebelum:
 Suhu diturunkan menjadi dibawah 7000C dengan cara pendinginan.
 Semua kadar besi telah teroksidasi
 Suplai uap dihentikan.

Oleh sebab itu, untuk mengatasi kebakaran besi dalam uap perlu diberikan peranginan sebanyak-
banyaknya sambil terus mengupayakan mengurangi uap disekitar lokasi besi yang berpijar
dengan jalan pendinginan yang efektif. Bahan pemadam jenis busa tidak efektif digunakan untuk
kebakaran seperti diatas karena pengaruh pendigninannya sangat kurang dibandingkan dengan
air. Penggunaan busa hanya dapat dikombinasikan memadamkan kebakaran minyak yang
mungkin juga dapat terjadi secara bersamaan dalam kasus lain.

7. Pemadaman kebakaran terkait dengan muatan berbahaya (Dangerous Goods)

Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan :


 Rencana pemuatan harus diberi tanda untuk menunjukkan posisi dan kelas dari muatan
berbahaya. Sehingga dapat menentukan jenis bahan pemadam api yang aman untuk digunakan
dan harus disiapkan.
 Bahaya dan resiko terhadap awak kapal harus diperhatikan pada waktu memuat.
 Bila alarm kebakaran berbunyi, prosedur kebakaran dan prosedur keadaan darurat harus segera
diberlakukan seperti ditunjukkan diatas.
 Berhati-hati dan ingatkan awak kapal mengenai bahaya tindakan yang tergesa-gesa tanpa
mengetahui sifat dari muatan.
 Bila kebakaran sudah dapat diatasi, laksanakan tugas penjagaan di tempat kebakaran, pos
keadaan darurat dapat dibubarkan dan penyelidikan terhadap terjadinya kebakaran dapat dimulai.

Kecelakaan personil yang diakibatkan muatan berbahaya

Jika personil terkena muatan berbahaya, tindakan keadaan darurat harus dilakukan dengan
berpedoman pada data-data yang tercantum dalam IMDG (International Maritime Dangerous Goods)
Code untuk jenis muatan tersebut.

Tindakan yang benar terhadap kebakaran oleh barang berbahaya diberikan atau dapat ditentukan
dalam Emergency Procedures for Ships Carrying Dangerous Goods (Prosedur Keadaan Darurat
untuk kapal yang mengangkut muatan berbahaya) dan pada General Index of the International
Maritime Dangerous Good Code (Daftar Umum dari Ketentuan Maritim Internasional untuk Barang
Berbahaya).
Tindakan yang benar terhadap kebakaran pada muatan curah yang memiliki bahaya kimia, diberikan
atau dapat ditentukan pada Emergency Schedule of the Code of Safe Pratice for Solid Bulk Cargoes

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 13


(Rencana Keadaan Darurat mengenai ketentuan tindakan yang aman untuk muatan curah yang
padat). Perhatikan penjelasan pada Cargo Safety Data Sheet (Lembar data keselamatan muatan)

8. Tindakan pencegahan bahaya kebakaran terkait dengan penyimpanan bahan cat (Paint
Locker)

Nyala api dapat timbul dari reaksi antara bahan-bahan kimia, misalnya pada penempatan cat di Paint
Locker, dimana bila ventilasinya kurang baik, maka cat akan mudah menjadi panas dan terjadi reaksi
kimia, yang selanjutnya dapat menimbulkan api.
Tindakan awal haruslah cepat dan tepat. Keterlambatan atau kesalahan bertindak dapat
mengakibatkan hal-hal yang fatal. Hal ini sering terjadi, karena pada umumnya menghadapi bahaya
api, orang mudah menjadi panik, sehingga kadang-kadang tidak tahu apa yang seharusnya
dilakukan. Untuk dapat bertindak secara cepat dan tepat diperlukan tentang cara-cara pencegahan
dan penanggulangan bahaya kebakaran yang cukup. Pertama kali yang perlu diketahui adalah
pengetahuan tentang api dan sifat-sifatnya. Dengan mengenal api secara baik, maka akan tahu cara-
cara penanggulangannya, sehingga dapat mengatasi rasa panik dan dapat melakukan pemadaman api
dengan tepat.

Penyimpanan cat (Paint Locker) harus dilindungi oleh :


 Sistim CO2, dirancang untuk minim volume free gas sama dengan 40% dari ruangan sistem
 Sistem bubuk kering (dry powder) yang dirancang untuk setidaknya 0,5 kg powder/m3.
 Sebuah penyemprotan air atau sprinkler sistem, yang dirancang untuk 5N/m2.min. sistem
penyemprotan air mungkin terhubung ke kebakaran utama kapal, atau
 Sistem memberikan perlindungan yang setara, sebagaimana ditentukan oleh Pemerintah. Dalam
semua kasus, sistem harus dapat dikendalikan dari luar ruang yang dilindungi.

9. Manajemen dan pengawasan terhadap korban kebakaran

Bahaya utama yang timbul dari kebakaran terhadap kesehatan manusia adalah :
 Sesak nafas akibat kekurangan oksigen : karena bahan pemadam kebakaran yang digunakan
menggantikan udara dari sekitarnya.
 Keracunan : disebabkan timbulnya gas CO (karbon monoksida) dan juga oleh gas pembakaran
yang beracun dari bahan yang terbakar
 Kerusakan jaringan tubuh : ini dapat menyebabkan hilangnya fungsi bagian tubuh, infeksi dan
pemotongan anggota tubuh/berparut/cacat.
 Luka bakar pada kulit : dapat mempengaruhi fungsi pernafasan dan kemungkinan berakibat
kematian.
 Guncangan kejiwaan tahap kedua : ini adalah kondisi yang sangat berbahaya diakibatkan
pengumpulan cairan tubuh karena melepuh dan harus selalu dicurigai terjadi terkecuali terlihat
hanya luka bakar ringan.
 Rasa sakit

a. Sesak nafas karena kekurangan oksigen atau keracunan


Tindakan pertolongan pertama terhadap korban yang sesak nafas dan keracunan adalah
secepatnya mengeluarkan korban dari tempat bahaya, kemudian …..
 Jika tidak sadar, letakkan korban pada posisi pemulihan.
 Jika kesulitan bernafas, berikan pernafasan buatan.
 Jika denyut nadi tidak ada, lakukan pemacuan fungsi jantung dan paru-paru.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 14


Sesak nafas karena kurang oksigen terjadi bila darah tidak cukup mensuplai oksigen ke otak.
Seseorang yang mengalami sesak nafas juga dapat merasakan sakit kepala, pusing dan tidak
dapat berkonsentrasi, diikuti dengan kehilangan kesadaran.

Dalam konsentrasi yang cukup, gas uap dapat menyebabkan sesak nafas, apakah itu beracun atau
tidak. Sesak nafas dapat dihindarkan dengan menggunakan alat ukur konsentrasi gas uap dan
oksigen, serta menggunakan alat bantu pernafasan (breathing apparatus) jika perlu.
Setiap gangguan terhadap proses pernafasan akan berpotensi fatal, karena dapat mengakibatkan
sesak nafas karena kurang oksigen. Ini juga istilah medis yang digunakan bagi orang yang mati
lemas (suffocation), bukan hanya karena uap tetapi juga setiap kondisi yang mencegah oksigen
diserap oleh darah untuk dialirkan ke otak.

Mati lemas terjadi bila udara terhalang masuk ke paru-paru, apakah karena sesuatu pembatasan
secara fisik yang menghalangi udara masuk ke hidung atau mulut, atau karena udara yang dihirup
penuh dengan partikel debu, gas atau asap. Penipisan kadar oksigen dalam tubuh disebut hypoxia.
Dalam keadaan ini, jaringan tubuh mengalami kerusakan secara cepat, sel-sel otak akan mulai
mati jika suplai oksigen terputus selama 3 menit.

Asap atau partikel gas yang telah berakumulasi di dalam ruangan tertutup dapat seara cepat
mempengaruhi petugas penyelamat yang tidak menggunakan perlengkapan pelindung diri.
Jangan memasuki ruangan yang penuh dengan asap tanpa mengggunakan perlengkapan yang
aman. Kompartemen yang terbakar menghadirkan bahaya tambahan, bukan hanya apinya sendiri
tetapi juga kemungkinan terrene jatuhan benda

Gejala dan tanda-tanda kadar oksigen rendah di dalam darah.


 Kesukaran bernafas dan terengah-engah secara cepat.
 Kebingungan, sifat lekas marah, sifat menyerang dan dapat menjadi tidak sadar.
 Biasanya warna kulit membiru (Cyanosis)
 Jika penipisan kadar oksigen di dalam darah tidak cepat kembali normal, pernafasan dan
fungsi jantung dapat berhenti.
.
Keadaan darurat yang disebabkan oleh keracunan.

Racun dapat masuk ke dalam tubuh melalui 4 cara, yaitu :


 Tertelan (melalui mulut)
 Suntikan (kejaringan tubuh atau aliran darah)
 Pernapasan (melalui hidung), atau asap yang terhisap.
 Penyerapan (melalui kulit) : racun yang terserap dapat menimbulkan perasaan perih pada
kulit, selaput lender/melepuh dan peradangan mata.

Racun yang masuk karena tertelan atau suntikan.

 Apabila tidak menggunakan sarung tangan, hindarkan tangan telanjang bersentuhan dengan
mulut.
 Racun yang terhirup dapat menimbulkan gangguan pernapasan seperti napas pendek, batuk
dan sesak napas. Korban dapat meninggal terkena serangan jantung jika masalah pernapasan
tidak segera diatasi.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 15


 Satu tanda-tanda keracunan karbon monoksida (CO) yaitu jika kulit korban menjadi berwarna
merah cherry yang tidak seperti gejala pada penyakit lainnya.

b. Luka bakar

Pemberian pertolongan pertama pada luka bakar :


 Siram terus dengan air atau benamkan kedalam air bagian yang terkena luka bakar.
 Berikan suntikan morphine jika korban menderita sakit sekali.

Menentukan jenis dan tingkat luka pada korban


Sebelum petugas penyelamat dapat memulai perawatan darurat, dia harus secara cepat dan efektif
memeriksa korban untuk menentukan tingkat keparahan dari suatu penyakit atau luka yang diderita
korban.
Informasi yang tersedia untuk peugas penyelamat terdiri dari :
 Apa yang diceritakan korban kepadanya.
 Apa yang diceritakan awak kapal atau saksi lain kepadanya.
 Apa yang dapat dia perhatikan dari luka yang kelihatan nyata pada korban.
 Apa yang dapat dia perhatikan dari bagaimana terjadinya luka pada korban.

Informasi dari sumber ini digabung dengan pemeriksaan menyeluruh terhadap korban. Petugas
penyelamat kemudian dapat menentukan tingkat keparahan dari luka korban dan menyiapkan
pelaksanaan perawatan darurat.

Luka bakar dan akibat panas/dingin (Burn scalds and effect of heat/cold)

Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan kulit dengan panas/sumber panas. Adapun
sumber-sumber panas yaitu : api, panas matahari, air panas, logam panas, bahan bakar panas,
minyak panas, tanah/lantai yang menyimpan banyak panas, panas dari sengatan listrik dan cairan-
cairan kimia yang mengandung asam kuat dan basa kuat.

Jenis dan tingkat Luka Bakar

Keparahan suatu luka bakar diukur dari dalam dan luas luka bakar yang ditimbulkan. Dilihat dari
kedalamannya, luka bakar dibagi menjadi 3 tingkat yang dikenal dengan istilah derajat luka bakar,
yaitu :
 Luka bakar derajat 1 : luka bakar superfisial dimana panas hanya mengenai bagian permukaan
kulit (superficial degree).
 Luka bakar derajat 2 : luka bakar yang mengenai sebagian/setengah dari lapisan kulit (partial-
thickness degree).
 Luka bakar derajat 3 : luka bakar yang mengenai seluruh kedalaman kulit (full-thickness
degree).

Dilihat dari luasnya, luka bakar dapat diukur dengan menggunakan aturan Sembilan (rule of nine)
yaitu suatu cara untuk menentukan luas prosentase luka bakar dengan menjumlahkan area tubuh
yang telah dibagi ke dalam kelipatan 9%. Pembagian luas luka bakar berdasarkan rumus 9 (Rule of
Nine) yakni bagian kepala dan leher 9%, bagian tubuh masing-masing bagian depan dan belakang
8%, bagian lengan masing-masing 9%, bagian tungkai masing-masing 18%, bagian kemaluan 1%,
sehingga jika dijumlahkan total 100%.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 16


Luka bakar karena terkena zat kimia.

Segera cuci dengan air mengalir sebanyak-banyaknya kemudian netralisasi.


Tindakan :
 Pada luka bakar asam kuat : netralisasi dengan larutkan 2 sendok makan soda kue kedalam
lebih kurang 0,5 liter air.
 Pada luka bakar basa kuat : netralisasi dengan larutan cuka dapur 1% diencerkan 25 x

Keadaan darurat untuk luka bakar

Luka bakar dapat mengakibatkan dehirasi, infeksi, cacat dan apabila berat/parah dapat
menyebabkan shock.
 Pada anak-anak, luka bakar seluas 10 – 20% dari seluruh luas permukaan tubuh menyebabkan
shock.
 Pada dewasa, luka bakar seluas 20-30% dari seluruh luas permukaan tubuh dapat menyebabkan
shock.

Pertolongan awal dan penanganan luka bakar

Tujuan penanganan luka bakar adalah :


 Mencegah dan mengatasi syok
 Mencegah dan mengatasi dehirasi dan infeksi
 Mengurangi nyeri/rasa sakit
 Menghindari kerusakan jaringan.

Pertolongan awal luka bakar :

1) Padamkan sumber panas atau pisahkan korban dari sumber panas


Pada kejdian seseorang terbakar api, maka api harus segera dipadamkan dengan
menyemprotkan bubuk kering pemadam api. Penggunaan bubuk kering sering mengakibatkan
kerusakan mata, dalam hal ini mata korban. Kebanyakan orang akan menutup matanya ketika
disemprot dengan bubuk kering. Segera setelah api telah padam, sebaiknya mata yang terkena
bubuk kering dibilas dengan air di samping juga berguna untuk mendinginkan panas akibat luka
bakar.

2) Untuk luka bakar yang ada pada tubuh korban, segera siram/guyur dengan air dingin yang
mengalir selama kurang lebih 10 menit. Jika tidak memungkinkan untuk mendinginkan luka
bakar di tempat kejadian, korban bisa dibawa ke tempat lain dimana air tersedia. Kemudian
mulailah melepas pakaian korban sedikit demi sedikit dengan perlahan dan hati-hati, jangan
sampai ada kulit korban yang ikut terkelupas.
Setelah itu bersihkan luka bakar dengan larutan pembersih yang dingin, lalu oleskan obat oles
untuk luka bakar seperti bioplacenton atau betadine luka bakar.
Lalu luka ditutup dengan kasa kering dan bersih. Ukuran kasa lebih luas dari luka, menutupi
seluruh luka bakar dan di plester supaya tidak lepas.

3) Penatalaksanaan sederhana terakhir luka bakar adalah penggantian cairan tubuh untuk
mencegah dan mengatasi adanya dehirasi akibat luka bakar.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 17


Kedaruratan akibat Panas

Pengaruh dari panas berlebihan.


Dalam kondisi panas berlebihan, mekanisme pengurangan suhu badan dapat menjadi tidak bekerja
baik. Bila suhu udara sama dengan suhu badan, menjadi tidak mungkin bagi badan untuk
mengurangi panas secara radiasi. Apabila jika kelembaban udara tinggi (banyak mengandung uap
air), keringat tidak akan menguap dengan baik. Dalam keadaan ini, terutama selama latihan berat
ketika panas tambahan dihasilkan oleh aktifitas otot terjadilah kelelahan karena panas, atau kondisi
yang lebih berbahaya lagi yaitu gangguan fungsi otak karena panas.

Udara panas dan lembab


Dalam kondisi udara panas dan kelembaban tinggi dimana tidak ada peranginan, terutama jika
kerja keras diperlukan, akan menjadi ukuran kemampuan petugas pemadam kebakaran untuk dapat
bertahan pada kondisi tersebut dan bukan pada batas waktu penggunaan alat bantu pernapasan
(Breathing Apparatus), yang akan menentukan jadwal pergantian yang diperlukan.
Dari pengalaman didapatkan bahwa perlu dilakukan pergantian tim setiap 10-15 menit. Meskipun
petugas pemadam kebakaran dapat melakukan tugasnya selama waktu yang ditentukan, mereka
harus beristirahat cukup sebelum memulai untuk mengambil alih pekerjaan selanjutnya.

Petugas pemadam kebakaran terkadang mengalami ketegangan karena suhu yang panas, yang
dapat mengakibatkan gejala seperti pusing, kelesuan, mual, perut terasa tidak enak atau perasaan
terbakar pada kulit. Setiap orang yang menunjukkan gejala tersebut harus dikeluarkan segera dari
tempat kejadian serta diberikan pengobatan. Ketegangan akibat dari panas sangat berbahaya bila
pakaian kedap gas untuk perlindungan terhadap bahan kimia sedang digunakan. Udara yang lebih
dingin dari alat bantu pernapasan (Breathing Apparatus) akan membuat pemakai lebih tahan lama
pada kondisi suhu dan kelembaban yang tinggi.

Gangguan fungsi otak akibat panas (Heat-stroke) dan kelelahan akibat panas (Heat
exhaustion)

Ada 2 jenis situasi keadaan darurat yang ditemukan sebagai akibat panas yaitu gangguan fugnsi
otak (heat stroke) dan kelelahan (heat exhaustion)
Heat stroke terjadi bila pengeluaran keringat sampai berhenti. Akan terjadi bahaya apabila
kenaikan suhu badan yang tinggi secara tiba-tiba dan cepat. Dengan heat stroke, badan korban
secara total kehilangan kesanggupan untuk mendinginkan sendiri kondisinya. Wajah korban
menjadi merah, kering dan panas jika diraba. Denyutan nadi menjadi kuat dan cepat. Jika korban
yang mengalami heat stroke tidak segera didinginkan, dia akan meninggal. Badan korban dibasahi
dengan air dan dibiarkan airnya menguap dengan jalan memberikan peranginan pada korban.
Disamping itu sangat penting untuk memindahkan korban ke dalam lingkungan yang dingin.

Ada beberapa tanda-tanda terjadinya heat stroke, yaitu :


 Sakit kepala, pusing dan perasaan tidak enak.
 Gusar dan bingung
 Kulit panas, berwarna merah dan kering.
 Penurunan yang cepat pada tingkat kemampuan memberikan reaksi.
 Denyut nadi yang kuat dan meloncat-loncat.
 Suhu badan diatas 400C.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 18


Pertolongan pertama yang perlu diberikan adalah :
 Menurunkan suhu badan korban secepat mungkin.
 Mengupayakan secepatnya bantuan medis.

Kelelahan akibat panas (heat exhaustion)

Kondisi ini biasanya terbentuk secara bertahap dan disebabkan oleh hilangnya garam dan air dari
tubuh melalui keringat yang berlebihan. Ini lebih sering terjadi pada orang yang tidak biasa bekerja
atau latihan pada lingkungan yang panas dan lembab dan pada mereka yang kurang sehat terutama
yang menderita penyakit diare dan muntah-muntah.

Tanda-tanda terjadinya heat exhaustion adalah :


 Sakit kepala, pusing dan kebingungan.
 Kehilangan selera dan lemas.
 Berkeringat, kulit pucat dan lembab
 Kejang pada anggota tubuh dan pada perut
 Pernapasan dan denyut nadi lemah dan cepat.

Pertolongan pertama yang perlu diberikan :


 Memindahkan korban ke lingkungan yang dingin.
 Mengganti cairan dan garam tubuh yang hilang.

Keadaan darurat akibat ledakan.

Suatu ledakan adalah akibat terlepasnya suatu tenaga/energy dengan sangat cepat. Sifat dari suatu
ledakan tergantung dari beberapa faktor, termasuk jenis dari bahan yang meledak, ruangan dimana
terjadi ledakan dan sempit tidaknya ruangan dimana terjadi ledakan.
Kerusakan yang disebabkan oleh terjadinya ledakan adalah sebagai hasil dari adanya gelombang
menggunang (shock wave) yang ditimbulkan oleh pelepasan energy. Begitu gelombang menyebar
ke semua arah, dua jenis tekanan yang hampir muncul bersamaa. Suatu tekanan yang jauh melebihi
tekanan udara luar dan merupakan gelombang mengguncang menghantam masing-masing benda
disekitarnya dan cenderung meruntuhkan benda yang terrene gelombang.

Pada saat yang hampir bersamaa, suatu tekanan dinamik (seperti angin kencang) memukul benda
disekitarnya dan cenderung mendorong benda sampai pecah berkeping-keping. Begitu tekanan
gelombang mengguncang berlalu, tekanan sedikit berkurang (dibawah tekanan udara normal) dan
aliran udara berbalik. Pada saat udara berbalik ini juga dapat menyebabkan kerusakan susulan,
meskipun tidak seberat yang ditimbulkan oleh tekanan gelombang mengguncang.
Dalam daerah tempat terjadinya ledakan, dari gelombang mengguncang itu sendiri dapat
mengakibatkan jenis luka tertentu, termasuk kerusakan gendang telinga, organ tubuh bagian dalam,
perdarahan dalam, luka memar pada paru-paru akibat perubahan tekanan yang cepat.
Luka pada paru-paru dapat menimbulkan pembengkakan oleh cairan yang berkumpul (edema) dan
perdarahan (hemorrhage). Penyumbatan oleh cairan yang terbentuk akan menurunkan jumlah
oksigen yang ada untuk dipindahkan ke darah, sehingga menyebabkan anoxia.

Begitu bahan eksplosif meledak, sejumlah besar panas ditimbulkan. Meskipun panas ini cepat
menghilang, orang yang dekat dengan tempat kejadian ledakan dapat mengalami luka bakar.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 19


Tingkat keparahan dari luka bakar ini sebagaimana luka yang diakibatkan oleh benda panas sangat
tergantung pada jarak antara korban dengan ledakan. Bagian tubuh yang tidak terlindung seperti
wajah dan tangan, adalah bagian yang sangat beresiko tinggi. Karena gelombang mengguncang
menyebabkan benda atau puing yang terlepas terlempar keluar, orang dapat terluka oleh benda
yang beterbangan. Benda ini dapat menyebabkan luka lecet, luka memar dan luka koyak.

Jika benda yang beterbangan dengan kecepatan tinggi, maka dapat mengakibatkan masuk ke dalam
kaki dan tangan serta organ tubuh yang vital. Kejatuhan benda yang berat dapat menyebabkan luka
remuk, termasuk luka besar dan berdarah sampai pada patah/retak.
Petugas penyelamat harus menyiapkan diri untuk berhadapan dengan banyak aneka jenis luka pada
korban. Mereka harus meyakinkan adanya aliran udara yang cukup, bantuan pernapasan jika
dibutuhkan, pengendalian luka bagian luar dan bebat luka patah/retak. Korban harus segera dikirim
ke rumah sakit untuk mendapatkan bantuan medis dan memungkinkan korban mengalami luka
dalam yang parah harus menjadi pertimbangan.

c. Guncangan kejiwaan (Shock)

Fungsi dari sistem sirkulasi dalam tubuh adalah mendistribusikan darah ke seluruh bagian tubuh,
sehingga oksigen dan bahan gizi yang dibawa dapat sampai dan digunakan oleh jaringan tubuh.
Bila mengalami kegagalan sehingga tidak cukup oksigen mencapai jaringan, kondisi medis yang
disebut “Shock” akan terjadi. Jika shock tidak segera diobati, organ tubuh yang vital akan
mengalami kegagalan dan harus diperhatikan bahwa kondisi ini akan menjadi lebih buruk oleh
karena penderita akan merasa sakit dan ketakutan. Shock adalah reaksi tubuh terhadap sirkulasi
darah yang tidak cukup sekaligus kekurangan oksigen. Ini diiringi dengan luka, rasa sakit sekali,
atau penyakit yang tiba-tiba dan berbagai tingkat keparahan mulai dari perasaan mau pingsan, jatuh
dan bahkan kematian.

Gejala utama dan tanda-tanda dari shock adalah berkaitan dengan gangguan sirkulasi tersebut.
Shock terjadi bila tubuh tidak dapat lagi mempertahankan suplai oksigen mengalir melalui aliran
dalam ke dalam sel tubuh.
Untuk mengobati shock, petugas medis dalam keadaan darurat harus mengupayakan agar korban
tenang dan mempertahankan suhu badannya agar tetap normal. Jika oksigen tersedia dan petugas
medis mampu untuk menggunakannya, maka korban perlu diberi tambahan oksigen sesuai
prosedur medis setempat.

Cara mengetahui gejala shock

Pertama kali, aliran dari adrenalin menyebabkan :


 Denyut nadi yang cepat.
 Kulit yang pucat dan keabu-abuan, terutama pada bagian dalam dari bibir. Kuku jari atau
cuping telinga bila ditekan, warnanya tidak cepat kembali seperti semula.
 Berkeringat dan dingin, kulit lembab karena keringat tidak menguap.

Begitu shock terjadi, maka korban akan :


 Lemah dan merasa pusing seperti mabuk.
 Lemas dan kemungkinan muntah-muntah
 Kehausan.
 Pernapasan pendek dan cepat.
 Denyut nadi cepat dan tidak teratur. Bila denyut nadi pada pergelangan tangan tidak ada lagi
berarti cairan tubuh yang hilang sudah mencapai setengah dari volume darah.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 20


Begitu suplai oksigen ke otak melemah :

 Korban menjadi tidak tenang, ketakutan dan menunjukkan sikap menyerang.


 Korban menjadi megap-megap dan menggapai mencari udara.
 Korban akan menjadi tidak sadar.
 Akhirnya jantung akan berhenti.

Dalam memberikan pertolongan pertama, sasaran utama adalah :

 Mengenali gejala shock


 Mengatasi sebab-sebab yang kelihatan.
 Memperbaiki suplai darah ke otak, jantung dan parah-paru.
 Mengusahakan secepatnya mengirimkan korban untuk mendapatkan pengobatan medis.

Petugas pemadam kebakaran hampir selalu dapat mengembalikan kesadaran korban yang
mengalami shock reaksi saraf, yaitu dengan langkah-langkah yang sederhana seperti menenangkan,
meyakinkan dan mengupayakan korban merasa enak dengan membaringkan dan menjaga agar
tubuh korban selalu hangat.

Ketidaksanggupan bergerak (kelumpuhan atau kehilangan rasa)

Bila seorang korban tidak sanggup menggerakkan anggota badannya secara normal atau tidak mau
bergerak ketika dirangsang, maka korban tersebut kemungkinan mengalami kelumpuhan.
Kelumpuhan dapat disebabkan gangguan medis tertentu (seperti stroke) atau luka pada saraf tulang
belakang. Korban yang mengalami kelumpuhan tidak merasakan atau memberikan respon terhadap
rasa sakit pada bagian yang terluka. Pada jenis luka yang tidak menyebabkan kelumpuhan total,
korban masih dapat menggunakan kaki dan tangan secara terbatas. Dalam hal ini, anggota badan
mengalami mati rasa/kebas atau ada sensasi yang menggelikan.

Mengevaluasi korban kecelakaan.

Petugas penyelamat harus sanggup untuk :


 Secepat mungkin mengevaluasi tingkat keparahan dari luka yang terlihat.
 Menganalisa semua informasi lainnya untuk menentukan apakah korban mengalami jenis luka
lainnya yang tidak jelas terlihat.

Disini juga petugas penyelamat harus memahami jenis kecelakaan dan kemungkinan jenis luka
yang ditimbulkannya, mekanisme terjadinya luka dan tanda-tanda diagnose serta artinya. Peralatan
harus tersedia bagi petugas penyelamat untuk mengadakan pemeriksaan yang sebenarnya terhadap
korban. Dengan menggabungkan hasil pemeriksaan dengan informasi lain yang didapatkan,
petugas penyelamat dapat menganalisa kondisi korban yang sebenarnya secara teliti. Pemeriksaan
terdiri dari 2 bagian. Pemeriksaan pertama adalah mencari permasalahan yang mengancam jiwa
korban. Pemeriksaan kedua adalah mengevaluasi luka lainnya yang mungkin ada, dimana tidak
menimbulkan ancaman terhadap jiwa korban

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 21


10. Prosedur berkordinasi dengan petugas pemadam kebakaran dari darat.

Fire Control Plan (Rencana Penanggulangan Kebakaran) harus siap tersedia untuk digunakan oleh
petugas pemadam kebakaran dari darat, sehingga jalan masuk ke tempat kebakaran yang terjadi di
kapal dapat diketahui petugas dari darat.
Pada kapal-kapal pengangkut minyak, bahan kimia, gas cair, rencana penanggulangan kebakaran
tidak boleh ditempatkan pada batas luar superstructure yang menghadap ke tangki muatan dan pada
bagian samping kapal dalam jarak 3 meter dari batas luar tersebut.

Kotak penyimpanan rencana penanggulangan kebakaran harus di cat dengan warna merah dan
penempatan kotak tersebut harus diberi petunjuk dengan warna merah dan warna dasar putih.
Ukuran dari petunjuk lokasi harus tidak kurang dari 297 x 400 mm
Jika kotak fire plans tidak berdekatan dengan jalan masuk, maka harus dibuatkan tanda petunjuk
untuk membantu petugas pemadam kebakaran dari darat menemukan kotak fire plans tersebut dan
mengambil rencana pengendalian kebakaran yang ada di dalamnya.
Kapal di pelabuhan.

Ketika di pelabuhan, brigade kebakaran di darat harus diberitahukan jika terjadi kebakaran meskipun
masih berupa api kecil, dan pada saat regu brigade kebakaran tiba, kerja sama dalam hal berikut
adalah sangat bernilai untuk keberhasilan melokalisir dan memadamkan kebakaran.
Temui brigade kebakaran pada tangga kapal dan berikan informasi yang diperlukan, seperti :
 Lokasi terjadinya kebakaran.
 Pengarahan memasuki lokasi
 Saluran ventilasi
 Rincian dari muatan dan lengkap dengan denah pemuatannya.
 Langkah apa yang telah dilakukan untuk pemadaman api
 Berapa orang yang berada diatas kapal,
 Instalasi apa yang digunakan
 Kondisi dari layanan kapal.
 Sifat khusus mengenai struktur kapal seperti sekat dan pintu kedap air, tangki ceruk depan dan
belakang, jalan laluan dan data stabilitas kapal.

Sebagai tambahan, prosedur berikut harus diikuti :


 Panggil brigade kebakaran dari darat
 Beritahukan kepada pejabat setempat yang terkait.
 Konfirmasikan dengan penguasa pelabuhan setempat bahwa Nakhoda kapal akan memegang
komando secara keseluruhan.
 Konfirmasikan dengan penguasa pelabuhan bahwa brigade kebakaran dari darat akan mengambil
alih komando pemadaman kebakaran dibantu oleh awak kapal bila diperlukan.
 Konfirmasikan dengan penguasa pelabuhan agar memberitahukan kepada Nakhoda setiap bahaya
yang mungkin terjadi terhadap instalasi dermaga dan juga tindakan yang diperlukan.
 Periksa siapa saja yang ada di atas kapal
 Lakukan persiapan untuk kapal meninggalkan pelabuhan jika diperlukan, apakah dengan tenaga
kapal sendiri atau dengan bantuan kapal tunda.
 Ungsikan orang yang tidak penting diatas kapal. bila kebakaran sudah dapat dipadamkan,
lakukan penjagaan di tempat kejadian dan ketentuan situasi keadaan darurat dapat dihentikan

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 22


LATIHAN TUGAS :

1. Air sebagai media pemadaman yang paling banyak digunakan. Sebutkan keuntungan-keuntungannya
memakai air dalam melakukan pemadaman kebakaran.
2. Sebutkan teknik-teknik pemadaman kebakaran yang banyak dilakukan pada saat memadamkan
kebakaran.
3. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam penanggulangan kebakaran yang terjadi di kamar mesin.
4. Faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan timbulnya kebakaran yang diakibatkan oleh listrik.?
5. Apa yang dimaksud dengan distilasi kering (Dry Distillation) ?

RANGKUMAN

Kebakaran adalah suatu insiden akibat dari api yang bekerja tidak pada tempatnya. Peristiwa terbakar
adalah suatu reaksi yang hebat dari zat yang mudah terbakar dengan zat asam (Oksigen). Reaksi kimia
yang terjadi bersifat mengeluarkan panas.
Api terjadi karena proses persenyawaan antara bahan bakar, oksigen dan panas. Tanpa salah satu unsur
tersebut, api tidak akan terjadi. (Segitiga api)

Salah satu potensi bahaya di atas kapal yang harus mendapatkan perhatian besar yaitu potensi bahaya
terjadinya kebakaran. Kebakaran adalah suatu musibah yang menimbulkan berbagai macam kerugian
yang bersifat ekonomi maupun non ekonomi seperti sakit, cidera bahkan meninggal dunia.
Kebakaran diatas kapal adalah sesuatu hal yang sangat tidak diinginkan bagi ABK merupakan
penderitaan dan malapetaka khususnya terhadap mereka yang tertimpa kecelakaan dan dapat berakibat
kehilangan pekerjaan, sekalipun mereka tidak menderita celaka.

Kapal dalam operasinya tidak lepas dari penggunaan instalasi atau mesin-mesin canggih yang
memerlukan tegangan listrik tinggi dan penggunaan bahan bakar maupun bahan-bahan kimia lainnya. Hal
ini berpotensi timbulnya bahaya kebakaran. Oleh sebab itu diperlukan suatu kegiatan pencegahan yang
sebaik-baiknya, salah satunya dengan dilakukan pelatihan-pelatihan atau (Fire Drill) diatas kapal minimal
satu minggu satu kali.

Tindakan awal haruslah cepat dan tepat keterlambatan atau kesalahan bertindak dapat mengakibatkan
hal-hal yang fatal. Hal ini sering terjadi, karena pada umumnya menghadapi bahaya api, orang mudah
menjadi panik, sehingga kadang-kadang tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan. Untuk dapat
bertindak secara cepat dan tepat diperlukan tentang cara-cara pencegahan dan penanggulangan bahaya
kebakaran yang cukup. Pertama kali yang perlu diketahui adalah pengetahuan tentang api dan sifat-
sifatnya. Dengan mengenal api secara baik, maka akan tahu cara-cara penanggulangannya, sehingga
dapat mengatasi rasa panik dan dapat melakukan pemadaman api dengan tepat.

Sumber-sumber nyala api dapat terjadi dari berbagai peristiwa, antara lain :

a. Listrik :
Instalasi listrik dapat mengakibatkan nyala api, disebabkan faktor-faktor berikut :
1. Tidak berfungsinya pengaman (fuse/sekering).
2. Kegagalan isolasi.
3. Sambungan (connector) tidak sempurna
4. Penggunaan peralatan listrik tidak standar.

b. Rokok :
Merokok di tempat terlarang, merokok sambil tiduran di kasur, atau membuang punting rokok
sembarangan di tempat kerja dapat menimbulkan terjadinya kebakaran.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 23


c. Gesekan mekanik.
Gesekan mekanik dapat terjadi pada :
1. Panas akibat kurangnya pelumasan pada bagian mesin yang berputar.
2. Bagian mesin yang berputar tertutup serbuk mudah terbakar.
3. Bagian mesin yang berputar bergesekan dengan tutup pengaman, dan lain-lain.

d. Pemanasan berlebih (Overheating)


Pemanasan yang berlebih dapat ditimbulkan dari pengoperasian alat-alat yang tidak terkontrol dengan
baik.

e. Permukaan panas, seperti isolasi manifold dengan asbes yang terkena bahan bakar/oli dimana asbes
yang panas akan menimbulkan api ketika tersentuh oleh bahan bakar/oli.

f. Lentikan bara pembakaran : bunga api berasal dari pekerjaan pengelasan, baik dengan las listrik
maupun dengan las asetilen.

g. Listrik statis : loncatan api akibat akumulasi listrik statis yang ada pada umumnya terjadi karena
gesekan pada bahan non konduktor.

h. Sambaran petir : sambaran petir dapat mengenai objek-objek yang tidak terlindungi penangkal petir
atau pada instalasi yang penangkal petirnya tidak memenuhi syarat

i. Reaksi kimia : nyala api dapat timbul dari reaksi antara bahan-bahan kimia, misalnya pada
penempatan cat di Paint Locker, dimana bila ventilasinya kurang baik, maka cat akan mudah menjadi
panas dan terjadi reaksi kimia, yang selanjutnya dapat menimbulkan api.

“Perbaiki jika ada sesuatu yang salah, namun latihlah diri Anda untuk tidak merasa cemas. Rasa
cemas tidak akan memperbaiki apa-apa.” – Ernest Hemingway

TES FORMATIF

Pilihlah satu jawaban yang benar.

1. Berikut ini merupakan benda padat yang mudah terbakar sebagai penyebab terjadinya kebakaran,
kecuali….
a. Paselin
b. Kayu
c. Kertas
d. Plastic

2. Yang tidak termasuk sumber panas penyebab terjadinya kebakaran adalah ….


a. Sinar matahari
b. Korek api
c. Energy electron.
d. Reaksi kimia

3. Segitiga api terdiri dari 3 (tiga) unsur, yaitu :


a. Bahan bakar – udara – panas
b. Batu bara – udara – panas
c. Minyak – udara – panas.
d. Pelumas – udara – panas

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 24


4. Alat pemadam kebakaran yang paling tepat untuk memadamkan api jenis listrik adalah…
a. Water, dry powder, foam
b. Dry chemical, water, Carbon Dioxide
c. Dry chemical, water, foam.
d. Carbon dioxide, dry powder, foam.

5. Metode mempraktekkan bagaimana sebuah kapal akan di evakuasi jika terjadi kebakaran atau keadaan
darurat lainnya disebut dengan ….
a. Abandon ship
b. Fire drill
c. Security drill
d. Life boat drill.

UMPAN BALIK

Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban Tes formatif yang terdapat dibagian akhir bab 1 ini.
Hitunglah jawaban benar Anda dari 5 soal Tes formatif tersebut.
Jawaban yang benar adalah :
1. a
2. c
3. a
4. d
5. b

Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80% keatas (benar 4 dari 5 soal), Anda cukup baik
memahami bab 1 ini dan dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar pada bab 2.
Tingkat penguasaan yang dicapai :
100% : Baik Sekali
80% : Baik
60% : Cukup
40% : Kurang
20% : Kurang Sekali.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 25


BAB II

ORGANISASI DAN PERENCANAAN PEMADAMAN KEBAKARAN

1. Persiapan Perencanaan Keadaan Darurat

Prosedur keadaan darurat harus dibuat Rencana Awal agar dapat berhasil. Nakhoda, KKM dan
perwira kapal lainnya harus mempertimbangkan dan membuat suatu daftar mengenai apa yang akan
mereka lakukan dalam kejadian keadaan darurat yang terjadi di laut, seperti kandas, kebakaran di
kamar mesin, tubrukan, kebakaran atau kerusakan di ruang muatan dan sebagainya.
Pada masing-masing situasi, langkah pertama dalam rencana tersebut adalah :
 Membunyikan alarm keadaan darurat.
 Menentukan lokasi dan meneliti kejadian dan kemungkinan bahaya yang terjadi.
 Sumber daya manusia.

Prosedur keadaan darurat setidaknya karena tiga alasan :


 Pertama, meskipun awak kapal yang berpengalaman saja tidak terbiasa dengan sistem /
perlengkapan di setiap kapal dimana dia ditugaskan.
 Kedua, setiap awak kapal yang berbeda mungkin saja mempunyai kecondongan yang berbeda
dalam praktek keselamatan dan dengan awak kapal yang terdiri dari berbagai bangsa kemungkinan
terjadi beda pendapat dalam perlindungan lingkungan.
 Ketiga, prsedur yang dibuat dengan baik akan menciptakan kebebasan kolektif bagi mereka untuk
bertindak berdasarkan keahlian masing-masing.

Kelompok Darurat

 Pusat komando : Kelompok yang mengontrol kegiatan dibawah pimpinan Nakhoda yang
dilengkapi perangkat komunikasi
 Satuan kesadaran darurat (kelompok dibawah perwira senior yang dapat menaksir keadaan,
melapor ke pusat komando, menyarankan tindakan apa yang harus diambil)
 Satuan pendukung (kelompok pendukung ini dibawah seorang perwira dan siap membantu
kelompok induk dengan perintah pusat komando yang menyediakan peralatan, perbekalan dan
medis
 Kelompok ahli mesin (kelompok ini dibawah satuan pendukung Engineer menyediakan atas
perintah pusat komando)

Tindakan

Alarm Umum
Orang yang menemukan keadaan darurat harus membunyikan alarm dan menyampaikan informasi
secepat mungkin. Nakhoda harus menekankan kepada seluruh personil bahwa hal ini adalah tanggung
jawab utama bagi siapa saja yang berada di tempat kejadian. Sifat dari keadaan darurat harus
dilaporkan ke pusat komando yang akan melaksanakan rencana tindakan, sementara ini dilakukan,
orang yang berada di tempat kejadian dapat mengupayakan langkah tindakan pertama untuk
mengendalikan keadaan darurat. Bilamana regu keadaan darurat sudah tiba, suatu laporan lengkap
harus dibuat dan orang yang berada di tempat kejadian harus melapor ke pos keadaan darurat mereka.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 26


Pemeriksaan awak kapal
Adalah penting untuk memeriksa awak kapal secepat mungkin, setelah alarm umum dibunyikan
sehingga dapat diketahui apakah ada yang hilang. Pemeriksaan harus segera diselesaikan sehingga
tidak mengganggu terlalu lama terhadap mobilisasi organisasi keadaan darurat dan Rencana Awal
yang baik sangat penting untuk mencapai kondisi ini.

Pertemuan
Tempat pertemuan (Muster Station) untuk masing-masing kelompok harus direncanakan sebelumnya
dan juga bagi mereka yang tidak langsung terkait. Sifat dari kejadian akan menentukan keadaan tetapi
sebagai contoh regu keadaan darurat harus berkumpul di tempat yang berdekatan dengan ruang
penyimpanan perlengkapan keadaan darurat.

Alat yang digunakan dalam keadaan darurat (Isyarat Bahaya) :


 Pyrotechnic distress Signal
 Parachute Signal
 Red hand flare
 Smoke signal
 Nyala api di deck
 Bendera NC
 Lengan yang dinaik turunkan.
 Radio telephony (Channel 16 Mayday 3 x)
 Radio telegraphy
 EPIRB
 SART
 GMDSS
 Public Adress Systems.

Life Saving Appliances (LSA)


 Life jacket
 Life buoy
 Immersion suit
 Thermal protection aid
 Life boat
 Life raft
 Line throwing apparatus
 Distress signal.

Fire Fighting Appliances (FFA)


 Fixed foam Fire-extinguishing systems
 Fixed Carbon Dioxide Fire-extinguishing System (CO2)
 Fixed Pressure Water Spraying Fire-extinguishing systems
 Portable Carbon Dioxide Fire-extinguishing System (CO2
 Portable foam Fire-extinguishing System
 Portable Dry chemical Fire-extinguishing System
 EEBD (Emergency Escape Breathing Devices)
 Breathing Apparatus Set

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 27


 Fire-fighters outfits
 Smoke detection
 Heat detector
 Sprinkler.

2. Komposisi dan penempatan personil untuk Regu Pemadaman Kebakaran

Sijil kebakaran adalah suatu daftar yang berisi tugas masing-masing individu di kapal apabila terjadi
kebakaran. Pemadaman kebakaran di kapal harus dilaksanakan secara kerjasama (Team Work), maka
untuk dapat dilaksanakan dengan baik harus dilakukan latihan kebakaran secara rutin, membiasakan
dan membuat awak kapal menjadi professional, tangguh dan sigap dalam melaksanakan tugasnya
masing-masing diatas kapal dalam mengatasi situasi kebakaran.

Agar penggunaan alat-alat pemadam kebakaran dapat berfungsi dengan baik saat terjadi bahaya
kebakaran dan juga harus di laksanakan latihan-latihan kebakaran secara teratur sesuai dengan
SOLAS 74.
a. Kapal Penumpang, Untuk seluruh perwira dan seluruh anak buah kapal paling tidak latihan-latihan
pemadam kebakaran satu kali dalam satu minggu.
b. Kapal Barang, Untuk crew paling tidak satu kali dalam satu bulan. Dengan melakukan latihan-
latihan yang rutin, dapat membina disiplin para crew, Mempertinggi kewaspadaan dan
meningkatkan ketrampilan serta meningkatkan keefektifan setiap regu, Dengan latihan itu juga
akan diketahui sejauh mana kesiapan peralatan alat-alat pemadam kebakaran untuk di gunakan di
atas kapal dan kelengkapannya.

Tim pemadaman kebakaran di kapal terdiri dari ;


 Command Team / Tim komando
 Emergency Team / Tim Darurat
 Engine Room Team / Tim Kamar Mesin
 Back Up Team / Tim Pendukung.

Contoh daftar peran bahaya kebakaran dapat dilihat pada daftar berikut ini.

DAFTAR PERAN/ROLL BAHAYA KEBAKARAN

No. Jabatan Pos Tugas Uraian Tugas


Tugas
A-1 Nakhoda Anjungan  Pemimpin umum
 Mengolah gerak kapal
A-2 Mualim-I Anjungan  Meneruskan instruksi-instruksi Nakhoda
 Mengolah gerak kapal
A-3 Mualim-II Anjungan  Memplot posisi terus menerus
A-4 Juru Mudi Anjungan  Mengemudikan kapal
D-1 Mualim-III Lokasi K  Pemadaman kebakaran dengan air dan busa.
M-1 KKM Lokasi K  Pimpinan pemadaman kebakaran
 Memberi perintah alat pemadam yang dipakai
M-2 Masinis-I R.Mesin  Siap menjalankan pompa yang diperlukan
 Siap mengaktifkan alat pemadaman otomatis.
M-3 Masinis-II R. Mesin  Pemadaman CO2 portable dan membantu Masinis I

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 28


M-4 Masinis-III Lokasi K  Membantu KKM dan Pemadaman CO2 portable
M-5 Mandor Lokasi K  Menyiapkan nozzle dan membuka kran-kran
 Pemadaman CO2 portable 6 kg.
M-6 Oiler I Lokasi K  Menyiapkan nozzle dan membuka kran
 Pemadam api dry chemical
M-7 Oiler II Lokasi K  Menutup pintu kedap/jendela kedap
M-8 Oiler III Lokasi K  Menutup pintu kedap/jendela kedap
 Pemadam api dry chemical.
D-2 Juru Mudi Lokasi K  Pemadam kebakaran selang air No. 2
D-3 Kelasi Lokasi K  Pemadam kebakaran selang air No. 1

Setiap awak harus mengetahui tentang larangan memasuki daerah kebakaran kecuali sudah mendapat
perintah dari petugas. Disamping itu juga harus mengenal daerah lokasi kebakaran di kapal dan
mengenal jalur-jalur penyelamatan. Untuk memasuki daerah yang terbakar, khususnya yang beresiko
tinggi seperti tidak adanya penerangan dan pekatnya asap hasil kebakaran, maka petugas pemadam
kebakaran harus menggunakan peralatan pelindung yang lengkap, seperti :
 Alat pelindung pernapasan (Breathing Apparatus)
 Senter
 Kapak
 Tali keselamatan tahan api dan perlengkapannya.

Petugas pemadam kebakaran harus memakai pakaian pelindung yang memadai seperti topi keamanan,
sarung tangan, sepatu keamanan dan baju pemadam agar dapat melaksanakan tugas secara maksimal.
Petugas yang menggunakan tali keselamatan, sudah harus mengerti tentang penandaan (sginalling)
yang sudah disepakati, seperti :

 Satu tarikan tali berarti saya aman dan tolong diulur talinya, saya akan masuk lagi.
 Dua tarikan berarti, saya aman dan tolong ditarik, saya akan keluar.
 Tarikan berulang-ulang, berarti saya dalam bahaya, tolong segera tarik saya keluar.

Bila masing-masing anggota sudah mengetahui tugasnya dan peran bahaya kebakaran, maka
kemampuan penanggulangan bahaya kebakaran tergantung dari sering tidaknya diadakan latihan.
Dengan seringnya latihan, maka kecepatan gerak dalam menghadapi bahaya menjadi suatu gerakna
reflek yang tangkas, sehingga pemadaman kebakaran dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.

3. Strategi dan taktik menguasai kebakaran dalam berbagai tempat.

Langkah tindakan dalam pemadaman kebakaran yang berhasil adalah :


 Yakinkan lokasi kebakaran dan bunyikan alarm.
 Periksa apa yang terbakar, besarnya kebakaran, dan apakah ada orang yang terkurung akibat
kebakaran.
 Laksanakan Rencana penanggulangan keadaan darurat sebagaimana mestinya.
 Ambil segera langkah untuk menghentikan penyebaran kebakaran secara horizontal maupun
vertical dengan cara menutup sumber bahan bakar dan mendinginkan daerah yang terbakar.
 Matikan api dengan jenis pemadam api yang cocok/sesuai.
 Cegah terjadinya penyalaan ulang dengan terus mendinginkan sekitar daerah kebakaran dengan air.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 29


Di pelabuhan, bantuan dari darat harus dimintakan segera dan bila memungkinkan, semua selang
muatan harus ditutup dan dilepas. Jika kebakaran pada ruangan tertutup, ruangan tersebut jika
memungkinkan harus ditutup kedap untuk menghindari masuknya udara. Setiap ventilasi mekanis ke
ruangan tersebut harus dihentikan dan sumber bahan bakar ditutup, disarankan dari luar. Jika ruangan
dipasangi alat pemadam api system tetap (seperti CO2, sistim percik, busa dan sebagainya), peralatan
ini harus diaktifkan. Jika tidak ada, ruangan tersebut harus dibiarkan dalam keadaan tertutup sampai
regu pemadam kebakaran tiba.

Teknik dan Taktik Pemadaman Kebakaran

Teknik adalah kemampuan mempergunakan alat dan perlengkapan pemadam kebakaran dengan
sebaik-baiknya. Sedangkan taktik adalah kemampuan menganalisa situasi sehingga dapat melakukan
tindakan dengan cepat dan tepat, tanpa menimbulkan korban maupun kerugian yang lebih besar.

Untuk menguasai teknik pemadaman, diperlukan syarat-syarat :


 Menguasai dengan baik pengetahuan tentang pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
 Dapat menggunakan peralatan dan perlengkapan pemadam dengan cepat dan benar.
 Sudah terlatih baik menghadapi situasi.

Untuk menguasai taktik pemadaman, perlu diperhatikan :


 Pengaruh angin
 Warna asap.
 Lokasi kebakaran
 Bahaya-bahaya lain yang mungkin terjadi.

Daerah-daerah bahaya Kebakaran :

a. Machinery Space (Ruangan mesin)

Adanya minyak dan uapnya yang menetes saat mesin berputar (running), terutama minyak asli
(flammable), akan berpotensi dalam waktu singkat menimbulkan kebakaran / ledakan di ruangan
mesin.

Keberhasilan dalam pencegahan kebakaran di kamar mesin, sangat tergantung pada:


 Kesadaran akan keselamatan bagi setiap orang di ruang mesin.
 Kebersihan (menyimpan barang pada tempatnya)
 Mengerti daerah beresiko tinggi, dimana perhatian ekstra harus diambil misalnya dilarang keras
merokok di tempat-tempat tertentu (Purifier Room) dan sebagainya.
 Merawat dengan benar peralatan mekanik, listrik dan peralatan pemadam di kamar mesin.
 Menjaga saluran got (bilge) bebas dari minyak dan atau air.
 Menjaga ruangan berventilasi baik dan bebas dari gas hydrocarbon setiap saat.
 C/E harus yakin bahwa semua perhatian-perhatian diatas ditaati.

Hal-hal Iain yang perlu diperhatikan :

 Frekuensi pemeriksaan untuk meyakinkan perawatan yang benar terhadap keselamatan dan
peralatan pemadam kebakaran.
 Semua peralatan pemadam harus bebas dari halangan dan dirawat dengan baik. Yakinkan crew
memahami dimana peralatan tersebut ditempatkan dan tahu cara penggunaannya.
 Jaga ruangan mesin bebas dari material - materiaI yang mudah menyala, buang sampah atau
majun pada tempat sampah yang terbuat dari bahan metal dan selalu secara reguler
dikosongkan.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 30


 Bersihkan tumpahan minyak secepatnya dan jika ada sambungan pipa bahan bakar yang bocor
(netes) harus segera ditangani.
 Jaga saluran air got bersih dari kotoran dan benda-benda yang menyumbat harus segera
diangkat.
 Curahkan perhatian yang besar apabila sedang mengisi atau mentransfer bahan bakar
agar tidak tumpah (over flow)
 Apabila roda as yang sedang panas, penutupnya jangan dibuka tanpa ijin terlebih dahulu dari
masinis jaganya

b. Accomodation Room (Ruang Akomodasi)

Umumnya kebakaran ruangan akomodasi dari bahan bakar kelas A (kertas, kayu, kain)
Kebanyakan penyebab kebakaran di ruang akomodasi disebabkan antara lain :

 Kecerobohan merokok
Yakinkan bahwa crew mentaati peraturan perusahaan dalam merokok. Setiap kamar seharusnya
disediakan asbak puntung rokok. Kebiasaan merokok sambil tiduran diatas kapal adalan
kebiasaan yang jelek dan berpotensi untuk menimbulkan kebakaran. Oleh karenanya jangan
merokok sambil tiduran

 Penggunaan peralatan Iistrik yang salah


Jangan menggunakan fitting yang kendor atau bertumpuk - tumpuk dan jangan menggantung
pakaian pada stop kontaknya

 Pelayan yang bertugas harus bertanggung jawab meyakinkan "dapur bersih" dengan peralatan
Iistriknya sudah dimatikan bila tidak digunakan dan memeriksa setiap malamnya.
Semua lampu Iistrik dan peralatan Iistrik Iainnya bila tidak digunakan atau meninggalkan ruang
tersebut harus dimatikan

c. Kegiatan Pengelasan

Perwira yang bertanggung jawab sebelum memulai pengelasan sudah harus ada izin. Sebelum
pengelasan atau pemotongan, yakinkan tidak ada material yang mudah menyala disekitarnya.
Siapkan karung basah disamping kegiatan tersebut dan yakinkan botol pemadam selalu berada di
sekitarnya dan siap digunakan. Cegah jangan sampai bunga apinya (sparks) jatuh kelubang hold
atau ventilator.

LATIHAN TUGAS :

1. Dalam situasi menghadapi kemungkinan terjadinya kebakaran, maka diperlukan persiapan


perencanaan dalam keadaan darurat. Sebutkan langkah-langkah penanganan keadaan darurat tersebut.
2. Sebutkan paling sedikit 5 macam alat-alat yang digunakan dalam pemadaman kebakaran.
3. Untuk memasuki daerah yang terbakar, khususnya yang beresiko tinggi seperti tidak adanya
penerangan dan pekatnya asap hasil kebakaran, maka petugas pemadam kebakaran harus
menggunakan peralatan pelindung lengkap. Sebutkan peralatan tersebut.
4. Apa saja langkah tindakan dalam pemadaman kebakaran yang berhasil ?
5. Faktor-faktor apa saja yang perlu diperhatikan untuk dapat menguasai taktik pemadaman kebakaran.

RANGKUMAN

Sijil kebakaran adalah suatu daftar yang berisi tugas masing-masing individu di kapal apabila terjadi
kebakaran.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 31


Pemadaman kebakaran di kapal harus dilaksanakan secara kerjasama (Team Work), maka untuk dapat
dilaksanakan dengan baik harus dilakukan latihan kebakaran secara rutin, membiasakan dan membuat
awak kapal menjadi professional, tangguh dan sigap dalam melaksanakan tugasnya masing-masing diatas
kapal dalam mengatasi situasi kebakaran.

Prosedur penanganan kebakaran dan kejadian darurat meliputi


 Hentikan semua pekerjaan,matikan semua peralatan yang menggunakan arus listrik, kompor masak
atau sumber api lainnya.
 Selamatkan barang-barang berharga, termasuk dokumen-dokumen penting lainnya, jangan membawa
barang yang berat selama evakuasi
 Pada saat anda keluar, tutup pintu-pintu dan jendela agar asap tidak menyebar, tetapi “jangan dikunci”
dan segera tinggalkan serta cari jalan keluar.
 Berjalan dengan tenang, jangan berlari dan panik saat meninggalkan ruangan. Jika pandangan terasa
gelap, mendekatlah ke dinding, sambil bergerak maju mencari jalan keluar yang terdekat.
 Crew yang ditugaskan sebagai Team Evakuasi jangan meninggalkan lokasi sebelum memastikan
bahwa tidak seseorangpun tertinggal di ruangan/kamar.
 Semua crew diminta untuk ikut membantu menanggulangi semua kemungkinan yang dapat merugikan
crew serta perusahaan.
 Tetap berkumpul di Muster Station sampai situasi aman

“Jangan lama-lama memikirkan apa yang salah. Sebaliknya, fokuslah pada apa yang dikerjakan
selanjutnya. Curahkan energi Anda untuk bergerak maju mencari jawabannya.” – Denis Waitley

TES FORMATIF

Pilihlah satu jawaban yang benar.

1. Langkah-langkah berikut dalam menghadapi situasi darurat, kecuali …..


a. Membunyikan alarm
b. Menentukan lokasi kejadian
c. Meneliti kemungkinan bahaya yang terjadi.
d. Jawaban semua benar.

2. Dalam susunan organisasi untuk kelompok penanggulangan darurat, terdiri dari salah satunya yaitu
Satuan pendukung dibawah seorang perwira. Apa saja tugas dari satuan pendukung ini dalam
penanggulangan keadaan darurat ?
a. Mengontrol kegiatan keadaan darurat.
b. Memberi saran tindakan apa yang harus diambil.
c. Menyediakan peralatan dan perbekalan medis.
d. Menyiapkan generator darurat.

3. Alat-alat yang digunakan dalam keadaan darurat (Isyarat bahaya) adalah, kecuali ….
a. Smoke signal
b. Red hand flare
c. Immersion suit
d. Bendera NC
4. Langkah-langkah tindakan dalam pemadaman kebakaran yang berhasil, adalah …
a. berlari menuju tempat berkumpul
b. Matikan api dengan jenis pemadam api yang sesuai.
c. Langsung memakai life jacket.
d. Mengaktifkan sistim CO2

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 32


5. Untuk menguasai teknik pemadaman, maka syarat-syarat yang diperlukan adalah ….
a. Dapat menggunakan peralatan dan perlengkapan dengan cepat dan benar.
b. Sudah terlatih baik menghadapi situasi
c. Berpengetahuan tentang pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran.
d. Semua jawaban benar.

UMPAN BALIK

Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban Tes formatif yang terdapat dibagian akhir bab 2 ini.
Hitunglah jawaban benar Anda dari 5 soal Tes formatif tersebut.
Jawaban yang benar adalah :
1. d
2. c
3. c
4. b
5. d

Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80% keatas (benar 4 dari 5 soal), Anda cukup baik
memahami bab 2 ini dan dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar pada bab 3.

Tingkat penguasaan yang dicapai :


100% : Baik Sekali
80% : Baik
60% : Cukup
40% : Kurang
20% : Kurang Sekali.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 33


BAB III

PEMELIHARAAN ALAT-ALAT DETEKSI KEBAKARAN


DAN SISTIM PEMADAM KEBAKARAN
BERIKUT PERLENGKAPANNYA

1. Perlengkapan dan Sistim Pemadam Kebakaran.

Peralatan dan perlengkapan sistem pemadam kebakaran terdiri dari :


a. Alarm kebakaran
b. Perlengkapan penemu kebakaran (alat pendeteksi kebakaran)
c. Perlengkapan pemadam api sistem tetap
d. Pipa pemadam kebakaran, hydrant, selang dan penyemprot
e. Alat pemadam api ringan (APAR) dan yang pakai roda.
f. Perangkat baju tahan api
g. Denah penataan alat pemadam dan perlengkapannya.

1.1. Alarm Kebakaran.

Fire alarm system adalah sebuah sistem penanda bahaya terhadap kebakaran yang bekerja untuk
mendeteksi keberadaan api yang tidak diinginkan dengan memonitor perubahan lingkungan yang
terkait dengan pembakaran.
Secara sederhana, cara kerja fire alarm adalah dengan mengeluarkan signal berupa suara alarm dan
indikasi lampu menyala apabila detector menemukan salah satu atau beberapa tanda kebakaran seperti
api, asap, gas maupun panas.

Tujuan dipasangnya sebuah sistem fire alarm adalah untuk mendeteksi secara dini terhadap kebakaran
dan memberitahukan kepada orang disekitar tempat kejadian untuk dapat melakukan evakuasi atau
melakukan tindakan darurat dalam pemadaman dan mengontrol penyebaran api dan asap. Secara
umum, fire alarm systems dapat diaktifkan secara otomatis (melalui detector) atau secara manual
(melalui Manual Call Point).

1.2. Alat pendeteksi kebakaran (Fire Detection)

Berdasarkan sistem kerjanya terdapat dua jenis fire detector yaitu :

 Alat pendeteksi kebakaran manual (Manual alarm station)


Alat ini dioperasikan oleh manusia dengan cara menekan tombol (push button), menarik tombol
(pull button), dan menaikkan atau menurunkan handel alat tersebut.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 34


 Alat pendeteksi kebakaran otomatis (Detector)
Pada prinsipnya alat deteksi ini dibedakan menjadi 4 macam :

a. Smoke detector (alat deteksi asap) :


Alat ini akan memberikan alarm bila terjadi asap disuatu
ruangan dimana alat ini dipasang.

b. Flame Detector (Alat deteksi nyala api) :


Alat ini akan memberikan alarm bahaya kebakaran bila
menangkap sinar ultra violet yang dipancarkan oleh
nyala api.

c. Heat Detector (Alat deteksi panas)


Alat ini dapat mendeteksi bahaya kebakaran dengan
adanya kenaikan temperature (panas) yang terjadi
disuatu ruangan, misalnya bila temperature ruangan naik
dari 500C menjadi 600C

d. Gas Detector (Alat deteksi gas)


Alat ini bekerja berdasarkan kenaikan konsentrasi gas
yang terjadi di suatu ruangan

Selanjutnya bagaimana cara alat-alat deteksi di atas dapat memberikan peringatan awal tentang
adanya bahaya kebakaran, dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Sistem deteksi awal bahaya kebakaran.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 35


Prinsip kerja deteksi awal bahaya kebakaran sebagaimana tampak pada gambar adalah sebagai
berikut:
 Alat-alat deteksi (A) mendeteksi adanya bahaya kebakaran dengan macam-macam cara : deteksi
asap, deteksi panas maupun deteksi nyala api. Akibat dari bekerjanya alat-alat tersebut suatu sinyal
listrik dikirimkan ke bagian panel control alarm bahaya (B), sebagai suatu input data yang akan
diolah lebih lanjut.
 Panel control alarm bahaya (B) merupakan unit pengontrol yang akan mengadakan pengolahan,
seleksi dan evaluasi data. Hasilnya merupakan output yang juga berisi informasi tentang lokasi
kebakaran (bisa disebutkan berupa nomor ruangan), sehingga dengan demikian petugas
mengetahui di ruangan mana terjadi kebakaran.
 Output dari unit control tersebut juga secara otomatis mengakibatkan bekerjanya peralatan di pusat
alarm. (tanda bahaya berupa alarm, lampu, telepon dan sebagainya)
 Setelah alarm bahaya berbunyi (C) dan lokasi kebakaran diketahui maka petugas dapat segera
melakukan tindakan pemadaman lebih lanjut. Bila lokasi kebakaran sudah dilengkapi pemadam
otomatis, maka sinyal dari unit control dapat langsung mengakibatkan bekerjanya peralatan
tersebut (misalnya sprinkler otomatis)

Syarat-syarat pemasangan detector panas :

 Detektor harus diproteksi terhadap kemungkinan rusak karena gangguan mekanis.


 Pemasangan detektor dalam semua keadaan harus bebas dari pengikatannya terhadap sirkit
konduktor.
 Detektor tidak boleh dipasang dengan cara masuk ke dalam permukaan langit-langit kecuali hal itu
sudah pernah diuji dan terdaftar (“listed”) untuk pemasangan seperti itu.
 Detektor harus dipasang pada seluruh daerah bila disyaratkan oleh standar yang berlaku atau oleh
instansi yang berwenang. Setiap detektor yang terpasang harus dapat dijangkau untuk
pemeliharaan dan untuk pengujian secara periodik
 Apabila dipersyaratkan proteksi mencakup secara menyeluruh, maka detektor harus dipasang pada
seluruh ruangan, lobi, daerah gudang, besmen, ruang di bawah atap di atas langit-langit, loteng,
ruang di atas langit-langit yang diturunkan dan sub bagian lainnya dan ruang yang dapat dijangkau
dan di dalam semua lemari tanam, saf lif, tangga tertutup, saf “dumb waiter”, dan pelongsor
(“chute”)

Pengecekan fire alarm system dilakukan tiap tiga bulan sekali oleh Chief Engineer atau Masinis II
untuk memastikan bahwa alat tersebut dalam kondisi baik. Pemasangan detektor mudah dijangkau.
Sebelum pengecekan dilakukan, pengguna gedung diberi tahu terlebih dahulu agar tidak panik ketika
alarm berbunyi saat pengecekan. Pengecekan ini dilakukan dengan memberi respon pada detektor,
yaitu mendekatkan api pada heat detector dan pemberian asap pada smoke detector hingga alarm
berbunyi kemudian kembali di reset.

Alarm kebakaran akan berbunyi bilamana:


 Ada aktivasi manual alarm (manual break glass atau manual call point)
 Ada aktivasi dari detektor panas maupun asap
 Ada aktivasi dari panel/control room

1.3. Perlengkapan pemadam kebakaran sistem tetap.

Jenis sistem pemadam api tetap yang umumnya dipasang di kapal adalah :
 Sprinkler System (Sistim Percik) Automatic dan manual
 Penyemprot air bertekanan sistem tetap (Spray System)

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 36


 Foam System
 CO2 System
 Dry Chemical System
 Halon System

Sprinkler System

Adalah alat yang berguna untuk memadamkan api secara otomatis yang
akan mengeluarkan debit air ketika terdeteksi adanya api atau ketika
telah melampaui suhu yang telah ditentukan.

Sprinkler System ada 2 :

a. Wet Riser System : seluruh instalasi pipa sprinkler berisikan air


bertekanan yang selalu dijaga pada tekanan yang relative tetap.
b. Dry Riser System : seluruh instalasi pipa sprinkler tidak berisikan air
bertekanan, tetapi air akan mengalir secara otomatis jika instalasi fire
alarm memerintahkannya.

Instalasi sprinkler system

Jadwal pemeliharaan untuk sistim sprinkler (sistim percik) harus mencakup :


 Periksa bahwa permukaan air dan tekanan udara di dalam bejana tekan adalah normal, jika tidak
agar diatur kembali.
 Periksa pompa sprinkler bekerja apabila tekanan berkurang sampai pada tekanan yang telah
ditentukan.
 Periksa bahwa semua daerah dan katup penutup bekerja baik dan pada posisi yang sebenarnya
untuk bekerja.
 Periksa bahwa semua sprinkler bulb tidak terhalangi.
 Pada kapal dengan sistem sprinkler, jika kepala sprinkler tertentu dipengaruhi angina dingin dari
pintu yang terbuka ke dek, adalah sering dibutuhkan untuk membungkus kepala sprinkler dengan
suatu kantong kertas kecil agar tidak mengalami pembekuan atau pecah.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 37


Foam System (Sistim busa)

Perannya adalah untuk mendinginkan api dan untuk


menyelimuti bahan bakar yang terbakar, sehingga mencegah
kontak kembali dengan oksigen yang dapat mengakibatkan
nyala api kembali.

Bahan pemadam busa (foam) terdiri 2 jenis :


 Busa Kimia (Chemical Foam)
Busa kimia adalah bahan pemadam api yang efektif untuk kebakaran minyak. Bahan yang biasa
digunakan yaitu tepung alumunium sulfat dan natrium bikarbonat yang keduanya dilarutkan dalam
air. Hasilnya adalah busa yang volumenya dapat mencapai 10 kali lipat. Pemadaman api oleh busa
merupakan sistem isolasi, yaitu mencegah oksigen untuk tidak ikut dalam reaksi.
 Busa Mekanik (Mechanical Foam)
Busa mekanik adalah bahan pemadam api yang juga efektif untuk kebakaran minyak. Busa ini
terjadi karena adanya proses mekanis yaitu berupa adukan dari bahan-bahan pembuat busa yang
terdiri dari cairan busa (foam liquid), air, dan udara. Dalam proses pembuatan busa mekanik
biasanya digunakan alat-alat pembuat busa

Busa kurang sesuai untuk disemprotkan pada permukaan cairan yang mudah bercampur dengan air
(seperti alcohol, spiritus) karena busa mudah larut dalam air.

Sistim CO2 (Carbon Dioxyde System)

Bahan pemadam api gas asam arang (CO2) berupa gas dan
efektif untuk kebakaran kelas B dan kelas C. Dengan
menghembuskan gas CO2 akan dapat mengusir dan
mengurangi prosentase oksigen (O2) yang ada di udara sampai
12% - 15%, sehingga efektif digunakan untuk pemadaman di
dalam ruangan. Karena kekhususannya, kebanyakan gas CO2
digunakan pada system pemadaman otomatis instalasi tetap
(fixed system). Misalnya untuk kamar-kamar mesin, ruang
generator, ruang berisi panel-panel listrik, dan lain-lain, karena
gas CO2 ini lebih berat daripada udara dan tidak menghantar
listrik, tidak berbau dan tidak meninggalkan bekas/bersih

.
Pemeriksaan sistem CO2 harus mencakup :
 Pengujian permukaan gas cair di dalam botol dengan metode isotope dan metode penimbangan.
 Memeriksa sirene yang memberikan peringatan bahwa gas CO2 akan dilepas, bekerja dengan baik.
 Memeriksa bahwa pengeluaran gas CO2 pada tempat yang dilindungi tidak ada yang menghalangi.

Dry Chemial (Powder Kering)

 Tabung serbuk kimia kering berisi 2 macam bahan yaitu sodium bikarbonat atau natrium
bikarbonat dan gas CO2 atau nitrogen (sebagai pendorong).
 Dapat digunakan untuk semua jenis kebakaran (Kelas A, B dan C)
 Khusus untuk pemadaman kebakaran kelas D (logam) digunakan metal dry powder yaitu campuran
dari sodium, potassium, barium dan klorida.
 Tidak berbahaya bagi manusia, binatang karena tidak beracun.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 38


 Tidak menghantar listrik.
 Powder berfungsi mengikat oksigen (isolasi) dan juga dapat mengikat gas-gas lain yang
membahayakan.
 Mudah dibersihkan dan tidak merusak alat-alat.

1.4. Penataan pipa pemadam kebakaran, hyrant, selang dan penyemprot

Pompa kebakaran darurat

• Pompa beserta peralatannya harus dicoba dengan bebas


sekali dalam seminggu.
• Semua awak kapal harus mengerti cara menghidupkan
motor ini dengan benar termasuk katup2 penghisap dan
tekan.
• Semua katup penghisap dan tekanan air laut dari pompa
kebakaran darurat harus dijalankan waktu percobaan
mingguan.
• Semua percobaan harus dicatat dalam “log book” mesin
dan
• Instruksi pengoperasian pompa harus dipasang dekat
pompa dan harus dapat dibaca dengan penerangan
darurat

Persyaratan SOLAS 1974 Consolidate 97 Chapter II-2 Part A. Reg 4


 Pipa harus mempunyai diameter yang besar mampu mendistribusikan air dengan 2 pompa
bersamaan
 Untuk kapal barang dan penumpang, pompa harus dapat memberikan tekanan minimum 50 PSI
pada 2 hydrant yang terjauh dan tertinggi.

Penyemprot air bertekanan sistem tetap atau disebut juga Hydrant adalah suatu sistim pemadaman
kebakaran yang menggunakan air bertekanan.
Komponen hydrant :
 Sumber air
 Pompa kebakaran
 Instalasi pemompaan
 Kopling penyambung
 Box hydrant yang berisi selang (hose), valve hydrant dan pipa pemancar air (nozzle).

Selang hose-reel type.

Ukuran :
 Diameter : bermacam-macam, namun yang sering digunakan
adalah ukuran 2” dan 1,5” (inchi)
 Panjang : bervariasi dari 50, 60, 70, 100 (kaki)

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 39


Penyemprot (Nozzle)
Fungsinya.
 Mempercepat aliran air yang keluar dari ujung selang.
 Membentuk pancaran air yang tertentu.

Pengecekan hydrant dilakukan tiap tiga bulan sekali dengan meliputi membersihkan kotoran dan debu
yang menempel disekitar hydrant, mengecek kelengkapan isi box hydrant, menulis laporan
pengecekan pada blanko laporan

1.5. Alat pemadam api ringan (APAR) dan yang pakai roda

APAR (Portable Fire Extinguisher) adalah alat pemadam api yang mudah dilayani oleh satu orang dan
digunakan untuk memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran.

Jenis-jenis APAR

Foam Extinguishers CO2 portable Dry Chemical Extinguishers

Ketentuan-ketentuan APAR :

 Larutannya tak boleh mengendap atau menjadi Kristal atau cepat beku.
 Dilarang merusak tabung atau alat-alat lain.
 Terpasang petunjuk cara pemakaiannya pada setiap alat pemadam kebakaran.
 Bahan isinya mudah didapat dengan harga yang murah.
 Botol/tabung harus tahan tekanan.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 40


Konstruksi APAR :

1. Jenis Tersimpan Bertekanan (Stored Pressure Type)

APAR tipe ini bahan pemadamnya didorong keluar


oleh gas bertekanan yang dikempakan bersamaan
bahan pemadamnya ke dalam tabung. Gas yang
dikempakan adalah Nitrogen (N2). APAR tipe ini
biasanya dilengkapi dengan penunjuk tekanan

2. Jenis Gas Cartridge (Gas Cartridge Type)

APAR tipe ini bahan pemadamnya didorong keluar


oleh gas bertekanan yang keluar dari cartridge yang
dipasang dalam tabung

3. System Turn Over

Sistem dua bahan kimia (Turn over/dibalik) dimana


bahan pemadamnya terdiri dari dua bahan kimia cair yang
bila bercampur akan menghasilkan gas CO2 sebagai gas
penekan yang akan mendorong busa sebagai hasil reaksi.

4. Alat Pemadam Api Ringan yang beroda

Adalah APAR yang memiliki roda, berukuran besar,


memiliki berat puluhan kilogram. Media atau isi alat
pemadam api beroada adalah foam dan ABC Powder.
Alat pemadam api roda memiliki tekanan langsung dalam
arti medium pemadam kebakaran seperti karbondioksida,
Foam AFF (Aqueous Film Forming), dan dry chemical
powder telah bercampur menjadi satu dengan nitrogen
kering sehingga ketika kita menekan tugas
pegangan/katupnya, medium pemadam kebakaran dapat
langsung keluar.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 41


Penempatan APAR :
 Mudah dilihat.
 Dapat dengan cepat diambil dan digunakan.
 Tidak memberi kemungkinan si pengambil terjebak bila kebakaran meluas.
 Bebas dari kemungkinan kerusakan akibat aktivitas di tempat itu.
 Penempatannya tersebar merata.

Cara menggunakan APAR

Pemeliharaan APAR

Pemeliharaan APAR dilakukan oleh Perwira Deck setiap 6 bulan sekali dan diperiksa segel dan
kelayakan pakainya serta pemasangannya. Pelaksanaan pengecekan APAR meliputi tekanan, isi
tabung, segel, selang, dan lain-lain, pembersihan debu atau kotoran yang menempel, pencatatan hasil
pemeriksaan pada catatan sementara dan kartu cek APAR yang menempel pada tabung, dan pengisian
hasil laporan pada blanko cek APAR.

Pemeriksaan apar
 Inspeksi adalah pemeriksaan di lokasi yang dilaksanakan secara cepat untuk melihat bahwa alat
pemadam api ada di tempat yang tepat, tidak terhalang, dan tampak dipelihara dengan baik.
 Inspeksi secara umum dilakukan dengan cara mendatangi setiap alat pemadam, lalu pastikan
bahwa :
 APAR sesuai dengan potensi bahaya di tempat itu. Jika APAR dipakai atau diambil untuk
perawatan, maka penggantinya harus ada di tempat itu;
 Jalan menuju APAR dan pandangan ke alat itu tidak terhalang;
 Petunjuk pengoperasian APAR itu terbaca jelas;
 Segel/pin masih utuh (belum putus/tercabut);
 Pengukur tekanan menunjuk batas normal;
 Kerusakan fisik dan tingkat bahaya jika alat itu digunakan dicatat

Penentuan jumlah apar

Tiga tingkat bahaya potencial menurut NFPA :

 Tingkat Bahaya Rendah (Low Hazards) : Lokasi yang memiliki bahan kebakaran Kelas A dalam
jumlah sedikit, misalnya deck office, wheel house, dll.
 Tingkat Bahaya Sedang (Moderate Hazards) : Lokasi yang memiliki bahan kebakaran Kelas A dan
B dalam jumlah agak banyak, misalnya engine control room, workshop, store room, dll.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 42


 Tingkat Bahaya Tinggi (High Hazards) : Lokasi yang memiliki bahan kebakaran Kelas A dan B
dalam jumlah cukup banyak dan memiliki potensi yang cukup tinggi untuk terbakar, misalnya
engine room, pump room, dll

Kemampuan kerja alat (rating)


 Kemampuan APAR dinyatakan berdasarkan klasifikasi yang dinyatakan dengan simbol huruf (A
atau B) dan rating yang dinyatakan dengan bilangan (1 – 40).
 Rating A : APAR berisi 1 – 2,5 gallon air diberi Rating 1A. Artinya, mampu memadamkan
kebakaran Kelas A dalam batas tertentu. APAR dengan Rating 2A berisi media pemadam setara
dengan 2,5 gallon air, dan mampu memadamkan kebakaran dua kali lipat APAR Rating 1A.
 Rating B : ditentukan berdasarkan luas bidang kebakaran dinyatakan dalam kaki persegi (ft 2) yang
mampu dipadamkan oleh orang yang belum ahli.
Contoh : 40B, menyatakan luas yang dapat dipadamkan oleh orang yang belum ahli adalah 40 ft2,
sedangkan orang yang belum ahli dianggap memiliki keahlian 40% dari yang sudah ahli.

1.6. Perangkat baju tahan api

Perlengkapan pemadam kebakaran adalah suatu perlengkapan yang digunakan personil untuk
melakukan pemadaman kebakaran di kapal. perlengkapan pemadaman kebakaran terdiri dari :

Alat-alat pelindung pernapasan dan baju tahan api digunakan


terutama pada kebakaran yang terjadi di kapal-kapal, gedung,
ruangan-ruangan dimana regu pemadam banyak menghadapi
asap dan berbagai macam gas yang tidak dikenal, kurangnya
prosentase oksigen sehingga dapat membahayakan dan perlu
menggunakan alat-alat yang menjaga pernapasan

Macam dan jenis alat bantu pernapasan yang digunakan sesuai situasi dan kondisi tempat terjadinya
kebakaran antara lain :

a. Alat bantu pelindung pernapasan penyaring (Filter Masker), terdiri dari topeng yang dihubungkan
dengan alat penyaring udara (filter). Tabung alat penyaring berisikan arang yang diaktifkan yang
dapat mengikat gas-gas racun dan menahan asap masuk dengan konsentrasi yang kecil.
Fireman’s Outfit terdiri dari :
 Helm.
 Breathing apparatus
 Baju tahan api
 Sarung tangan.

b. Alat bantu pelindung pernapasan pompa udara (Fresh Air Breathing Apparatus)

Alat ini banyak dipakai dikapal karena dapat dipergunakan dengan mudah dan dalam waktu yang
lama sekali.
Dengan pompa udara isap tekan, yang ditempatkan di udara terbuka, udara ditekan melalui selang
penghubung ke dalam masker sampai terdapat kelebihan tekanan udara di dalam topeng tersebut.
Kemudian kelebihan tekanan ini dialirkan keluar melalui lubang pengeluaran bagian bawah

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 43


topeng. Dengan demikian di dalam masker selalu mengalir udara bersih yang digunakan untuk
pernapasan, sehingga tidak tergantung udara disekitarnya. Akan tetapi dengan alat ini pemakai
kurang dapat bergerak bebas karena terikat oleh selang penghubungnya.

c. Alat bantu pelindung pernapasan dengan tabung gas

Peralatan ini termasuk peralatan yang modern, cukup rumit


namun kemampuannya cukup besar. Selain digunakan untuk
tugas-tugas pemadaman, alat ini banyak dipakai pada tugas-
tugas penyelamatan di bawah air.
Terdapat 3 macam alat bantu pelindung pernapasan dengan gas,
yaitu :
 Dengan tabung gas yang berisi udara murni
 Dengan tabung gas yang berisi Oksigen
 Kombinasi antara oksigen dan udara

Jadwal inspeksi dan pemeliharaan breathing apparatus mencakup pemeriksaan :


 Semua perlengkapan baju tahan api disimpan pada tempat yang telah ditentukan.
 Semua perlengkapannya tidak ada yang rusak dan tidak ada yang kurang.
 Baterai/senter keselamatan terisi penuh.
 Alat bantu pernapasan siap untuk digunakan.
 Tabung udara tekan termasuk cadangannya terisi penuh.
 Tali keselamatan jiwa yang tahan api tidak mengalami kerusakan.

1.7. Denah penataan alat pemadam dan perlengkapannya

Pemasangan dan penempatan APAR menurut Permenakertras No. Per. 04/Men/1980 harus memenuhi
syarat sebagai berikut :
 Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada posisi yang mudah
dilihat dengan jelas, mudah dicapai, dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda
pemasangan
 Tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut adalah 125 cm dari dasar lantai tepat di atas satu atau
kelompok alat pemadam api ringan bersangkutan.
 Pemasangan dan penempatan alat pemadam api ringan harus sesuai dengan jenis dan
penggolongan kebakaran.
 Penempatan alat pemadam api yang satu dengan lainnya atau kelompok satu dengan lainnya tidak
boleh melebihi 15 meter, kecuali ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan
kerja
 Semua tabung alat pemadam api ringan sebaiknya berwarna merah.
 Pemasangan alat pemadam api ringan harus sedemikian rupa sehingga bagian paling atas
(puncaknya) berada pada ketinggian 1,2 m dari permukaan lantai kecuali jenis CO2 dan tepung
kering (dry chemical) dapat ditempatkan lebih rendah dengan syarat, jarak antara dasar alat
pemadam api ringan tidak kurang 15 cm dari permukaan lantai.
 Alat pemadam api ringan tidak boleh dipasang dalam ruangan atau tempat dimana suhu melebihi
49°C atau turun sampai minus 44°C kecuali apabila alat pemadam api ringan tersebut dibuat
khusus untuk suhu diluar batas tersebut diatas.

Pertimbangan dalam penempatan apar


 Lingkungan yang secara fisik mempengaruhi, seperti sinar matahari, hujan, getaran, dan suhu.
 APAR dengan media air dipasang pada tempat yang memiliki suhu 4 C – 49 C. APAR dengan
media lain dapat dipasang pada tempat yang memiliki suhu minus 40 C - 49 C.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 44


 Reaksi kimia yang mungkin terjadi antara APAR dengan daerah penempatannya, seperti :
kelembaban, uap kimia dan air laut yang korosif.
 Keadaan ruangan, lorong-lorong, pintu dan tangga terutama untuk penempatan APAR beroda

Emergency Fire Plan

2. Persyaratan untuk memenuhi peraturan dan klasifikasi survey.

Klasifikasi Kebakaran

Manfaat :
Mengetahui jenis kebakaran dan media pemadaman untuk memudahkan pemadaman.

Definisi :
Penggolongan kebakaran berdasarkan jenis bahan yang terbakar dan pemilihan bahan pemadam yang
tepat.

Dasar Perkembangan Klasifikasi

Klasifikasi pernah mengalami perkembangan dan perubahan, sehingga timbul berbagai klasifikasi
yang disebabkan antara lain :
 Ditentukan makin intensifnya pemakaian jenis bahan bakar yang sifatnya berbeda dengan bahan
bakar lain.
 Dikembangkan jenis-jenis media pemadam baru yang lebih tepat (efektif) bagi suatu jenis bahan
bakar tertentu.

Sampai saat ini terdapat 4 (empat) klasifikasi yang berlaku dalam teknologi penanggulangan
kebakaran, yaitu :

a. Klasifikasi sebelum tahun 1970

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 45


b. Klasifikasi sesudah tahun 1970
c. Klasifikasi menurut NFPA (USA)
d. Klasifikasi menurut Coast Guard (USA)

A. Klasifikasi sebelum tahun 1970

Sebelum tahun 1970 negara-negara Eropa mengakui klasifikasi kebakaran sebagai berikut:
 Kelas A : bahan bakar padat (kain, kertas, kayu, dan lain-lain).
 Kelas B : bahan bakar cair dan padat lunak (misalnya gemuk/grease)
 Kelas C : kebakaran listrik

B. Klasifikasi sesudah tahun 1970

Sebelum tahun 1970 negara-negara Eropa mengakui klasifikasi kebakaran sebagai berikut:
 Kelas A : bahan bakar apabila terbakar akan meninggalkan arang dan abu.
 Kelas B : bahan bakarnya lunak dan cair (minyak tanah, bensin, solar, dan lain-lain)
 Kelas C : bahan bakarnya gas
 Kelas D : bahan bakarnya logam
Dengan adanya konvensi ini maka saat ini negara-negara Eropa mengakui klasifikasi sesudah
tahun 1970, sedang negara-negara yang mengikuti klasifikasi sebelum tahun 1970 adalah
Amerika Utara, Australia dan Afrika Selatan.

C. Klasifikasi menurut NFPA (National Fire Protetion Association)

Klasifikasi NFPA ini dikenal sebagai klasifikasi Amerika di darat (sama dengan DPK = Dinas
Pemadam Kebakaran di Indonesia).
Adapun pembagian dari klasifikasi menurut NFPA ini adalah sebagai berikut :
 Kelas A : bahan bakarnya bila terbakar akan meninggalkan arang dan abu.
 Kelas B : bahan bakar cair
 Kelas C : kebakaran listrik
 Kelas D : kebakaran logam

D. Klasifikasi menurut Coast Guard (Satuan Penjaga Pantai dan Laut USA)

Pada klasifikasi menurut Coast Guard ini terdapat 7 (tujuh) klasifikasi kebakaran, sebagai berikut :
1. Kelas A : sisa pembakaran berupa arang dan abu (kain, kayu, kertas, plastic, dan lain-lain)
2. Kelas B : cairan dengan titik nyala lebih kecil dari 1700F dan tidak larut dalam air (misalnya :
bensin, benzene dan lain-lain)
3. Kelas C : cairan dengan titik nyala lebih kecil dari 1700F dan larut dalam air (misalnya aceton,
ethanol dan lain-lain)
4. Kelas D : cairan dengan titik nyala sama dengan 1700F dan lebih tinggi dan tidak larut dalam air
(misalnya minyak kelapa, minyak ikan paus, minyak trafo, bahan bakar/minyak berat)
5. Kelas E : cairan dengan titik nyala sama dengan 1700F dan lebih tinggi, tapi larut dalam air
(misalnya glycerin, etilen, glikol dan lain-lain)
6. Kelas F : kebakaran logam (misalnya alumunium, dan lain-lain)
7. Kelas G : kebakaran listrik.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 46


LATIHAN TUGAS :

1. Sebutkan peralatan dan perlengkapan sistem pemadam kebakaran


2. Apakah yang dimaksud dengan Fire Alarm dan bagaimana cara kerjanya.
3. Jelaskan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pemasangan detector panas.
4. Sebutkan jenis-jenis konstruksi APAR
5. Sebutkan alat-alat pelindung diri dalam memadamkan kebakaran.

RANGKUMAN

Tujuan dipasangnya sebuah sistem fire alarm adalah untuk mendeteksi secara dini terhadap kebakaran
dan memberitahukan kepada orang disekitar tempat kejadian untuk dapat melakukan evakuasi atau
melakukan tindakan darurat dalam pemadaman dan mengontrol penyebaran api dan asap. Secara umum,
fire alarm systems dapat diaktifkan secara otomatis (melalui detector) atau secara manual (melalui
Manual Call Point).

Api dapat diklasifikasikan menurut bahan bakar atau material yang terbakar yang bertujuan untuk
memudahkan dalam memilih alat atau cara untuk memadamkannya.

Klasifikasi NFPA (National Fire Protection Association) ini dikenal sebagai klasifikasi Amerika didarat
(sama dengan DPK = Dinas Pemadam Kebakaran di Indonesia), adapun pembagian dari klasifikasi
menurut NFPA ini sebagai berikut :
1. Api kelas A : adalah kebakaran dari bahan bukan logam, dan hasil akhirnya berupa debu, seperti
bahan dari kayu, plastic, bahan tekstil dan karet. Pemadaman api kelas A dengan pendinginan
(cooling).
2. Api kelas B : adalah kebakaran dari bahan cair dan gas, seperti minyak, oli, gas minyak, maupun gas
alam cair. Pemadam api kelas B dengan penyelimutan (smoothering) dengan bahan pemadam api,
busa, serbuk kimia kering, air dalam bentuk kabut (fog)
3. Api kelas C : adalah kebakaran dari listrik. Pemadaman dilakukan dengan membatasi api agar tidak
menjalar (starving) dengan media pemadam api yang tidak mengandung air.
4. Api kelas D : adalah kebakaran dari bahan logam, seperti Magnesium, Titanium, Sodium, Uranium,
Plutonium dan Potasium. Pemadam api kelas D adalah dengan menggunakan 8 bahan pemadam api
khusus, seperti met-LX, GL Powder, Na-X

“Pekerjaan besar biasanya akan ditangani oleh seseorang yang telah membuktikan dirinya
sanggup menangani pekerjaan yang lebih kecil.” – Ralph Waldo Emerson

TES FORMATIF

Pilihlah satu jawaban yang benar.

1. Peralatan yang memungkinkan secara otomatis akan memberitahukan kepada setiap orang apabila ada
asap pada suatu daerah maka alat ini akan berbunyi, disebut ….
a. Sprinkler
b. Fire alarm
c. Detector asap/smoke detector
d. Hidran

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 47


2. Fire detector adalah :
a. Alat pemadam kebakaran
b. Alat pendeteksi api
c. Alat spray water
d. Alat pendeteksi panas

3. Sprinkler adalah …
a. Alat untuk mendeteksi bahaya kebakaran.
b. Alat untuk mendeteksi panas.
c. Alat untuk mendeteksi api
d. Alat untuk mengabutkan (spray) air ketika terjadi kebakaran.

4. Berikut ini adalah bagian-bagian dari alat pemadam api ringan (APAR) jenis dry chemical, kecuali….
a. Cincin pengunci
b. Indicator tekanan
c. Label jenis APAR
d. Kopling inlet dan outlet.

5. Yang bukan sifat APAR jenis Dry Chemical yaitu :


a. Menyerap panas
b. Pendinginan
c. Menghalangi terjadinya oksidasi pada bahan bakar
d. Memutus rantai kimia.

UMPAN BALIK

Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban Tes formatif yang terdapat dibagian akhir bab 3 ini.
Hitunglah jawaban benar Anda dari 5 soal Tes formatif tersebut.
Jawaban yang benar adalah :
1. b
2. b
3. d
4. d
5. b

Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80% keatas (benar 4 dari 5 soal), Anda cukup baik
memahami bab 3 ini dan dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar pada bab 4.

Tingkat penguasaan yang dicapai :


100% : Baik Sekali
80% : Baik
60% : Cukup
40% : Kurang
20% : Kurang Sekali.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 48


BAB IV

INVESTIGASI DAN PENYUSUNAN LAPORAN TERKAIT


DENGAN KEBAKARAN

1. Peraturan-peraturan Keselamatan

Pada tahun 1974 IMO (International Maritime Organization) mengadakan konvensi internasional
tentang keselamatan jiwa di laut, SOLAS (Safety Of Life At Sea) 1974, di London Inggris, disini
peneliti mengambil beberapa peraturan yang bermakna penting dalam keselamatan dan keadaan
darurat, menurut SOLAS 1974, Bab III, yaitu :

A. Peraturana 8 – Muster list dan Prosedur Darurat

1. Peraturan ini berlaku untuk semua kapal


2. Instruksi yang jelas untuk diikuti saat keadaan darurat harus disediakan untuk setiap orang di
kapal. Pada kapal penumpang petunjuk ini harus dibuat dalam bahasa yang dipersyaratkan oleh
negara bendera kapal dan dalam bahasa Inggris.
3. Muster list dan instruksi darurat yang sesuai dengan persyaratan peraturan nomor 37 harus
diperlihatkan di tempat yang terlihat di seluruh kapal termasuk di anjungan, ruang mesin dan
ruang akomodasi awak
4. Ilustrasi dan instruksi dalam bahasa yang sesuai harus ditempelkan dikabin penumpang dan
ditampilkan secara terlihat di muster station dan ruang penumpang lain untuk memberi tahu
penumpang tentang :
 lokasi muster station
 tindakan penting yang harus mereka lakukan dalam keadaan darurat;
 cara mengenakan life jacket

B. Peraturan 19 - Muster list dan Instruksi Keadaan Darurat

1. Peraturan ini berlaku untuk semua kapal.


2. Pengenalan dengan instalasi keselamatan dan praktek berkumpul
3. Setiap crew dengan tugasnya masing-masing saat emergency harus terbiasa dengan tugasnya
sebelum perjalanan dimulai.
4. Dikapal penumpang yang melakukan perjalanan, dimana penumpang dijadwalkan berada di
kapal selama lebih dari 24 jam, penumpang dikumpulkan dalam 24 jam setelah keberangkatan
mereka. Penumpang harus diinstruksikan cara penggunaan lifejackets dan tindakan yang harus
diambil jika keadaan darurat terjadi.
5. Setiap kali penumpang embarkasi, pengarahan tentang keselamatan harus segera diberikan
sebelum berlayar, atau segera setelah berlayar. pengarahan harus mencakup instruksi yang
diwajibkan oleh peraturan 8.2 dan 8.4, dan harus dibuat dengan cara diumumkan, dalam satu
atau lebih bahasa yang mungkin dipahami oleh penumpang. Pengumuman harus dilakukan
melalui public addressor, atau oleh peralatan lain yang sama dan didengar penumpang selama
pelayaran. Briefing dilakukan segera setelah keberangkatan
6. Latihan / Drill
a. Latihan harus dilakukan seolah-olah ada keadaan darurat yang sebenarnya
b. Setiap anggota awak harus berpartisipasi dalam setidaknya satu kali dalam abandon ship drill
dan fire drill setiap bulan. Latihan dilaksanakan dalam 24 jam setelah kapal meninggalkan
pelabuhan. Ketika sebuah kapal memasuki perjalanan untuk pertama kalinya, setelah adanya
pergantian kru baru terlibat, latihan ini harus diadakan sebelum kapal berlayar

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 49


Latihan kebakaran / Fire Drill

Setiap latihan kebakaran harus mencakup :


 Melaporkan ke stasiun-stasiun dan mempersiapkan tugas tugas yang diuraikan dalam daftar yang
diharuskan oleh peraturan 8
 Mulai dari pompa kebakaran, menggunakan setidaknya dua pancaran air yang diperlukan untuk
menunjukkan bahwa sistem berada dalam urutan kerja yang benar
 Memeriksa pakaian petugas pemadam kebakaran dan peralatan penyelamatan pribadi lainnya;
 Pemeriksaan peralatan komunikasi yang sesuai
 Memeriksa pengoperasian pintu kedap air, pintu kebakaran, peredam api dan saluran masuk dan
keluar dari sistem ventilasi di area latihan; dan
 Memeriksa perlengkapan yang diperlukan untuk meninggalkan kapal.

Instruksi dan On-board Training

 On-board training serta dalam penggunaan alat-alat keselamatan, termasuk peralatan survival craft,
dan dalam penggunaan peralatan pemadam dikapal harus diberikan sesegera mungkin dan tidak
lebih dari dua minggu setelah anggota awak bergabung dengan kapal.
Namun, jika anggota kru berada dalam tugas bergilir yang dijadwalkan secara rutin di kapal,
pelatihan tersebut harus diberikan selambat-lambatnya dua minggu setelah waktu pertama
bergabung dengan kapal. Instruksi dalam penggunaan alat pemadam kebakaran kapal, alat-alat
keselamatan dan cara bertahan hidup di laut diberikan dengan interval yang sama sesuai latihan
 Setiap anggota crew harus diberikan instruksi yang harus dilibatkan dalam pengoperasian dan
penggunaan peralatan pemadam kebakaran

Catatan / Records

Tanggal ketika drill dilakukan, detail tentang latihan abandon ship dan latihan pengenalan pemadam
kebakaran serta alat-alat keselamatan ,di kapal harus dicatat dalam log-book.
Peralatan yang digunakan selama latihan akan segera dibawa kembali ke kondisi operasionalnya dan
segala kekurangan dan kerusakan yang ditemukan selama latihan harus diperbaiki sesegera mungkin
Didalam FSS Code pada Bab III tentang perlindungan pribadi yang digunakan saat latihan pemadam
kebakaran, perlengkapan pribadi harus terdiri dari hal-hal berikut:

 Pakaian pelindung;
 Sepatu karet atau bahan non-konduktif listrik lainnya;
 Helm yang kaku memberikan perlindungan efektif terhadap benturan;
 Lampu keselamatan listrik;
 Kapak dengan pegangan;
 Alat pernapasan / Breathing apparatus;
 Lifeline;
 Emergency escape breathing device (EEBD).

Prosedur Darurat Kebakaran di Kapal (Board on Fire).

 Sirene bahaya dibunyikan;


 Regu-regu pemadam kebakaran yang bersangkutan siap dan mengetahui lokasi kebakaran.
 Ventilasi, pintu-pintu kebakaran otomatis, pintu-pintu kedap air ditutup.
 Lampu-lampu dek dinyalakan.
 Nahkoda dan kamar mesin diberitahu.
 Posisi kapal tersedia di kamar radio untuk diberitakan.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 50


Tujuan Latihan Keadaan Daruat
Tujuan dilaksanakan latihan keadaan darurat diatas kapal adalah:
 Menjaga keterampilan awak kapal dalam mempergunakan peralatan yang dapat dipakai untuk
menanggulangi keadaan darurat.
 Menjaga kesiapan awak kapal baik fisik maupun mental dalam menghadapi dan mengatasi keadaan
darurat.
 Membiasakan diri awak kapal dalam keadaan darurat, sehingga rasa panik dapat dikurangi bila
keadaan darurat benar-benar terjadi.
 Memeriksa kondisi peralatan dalam keadaan baik dan siap pakai

Rambu-rambu K3
Pembedaan jenis rambu-rambu dilakukan dengan pembedaan warna catnya yaitu :
 Caution (warna dasar kuning, tulisan hitam) dipasang di lokasi atau situasi yang memilki potensi
bahaya tidak sampai menimbulkan luka atau kerugian.
 Danger (warna dasar putih dan merah, tulisan hitam) dipasang di lokasi atau situasi yang sangat
berbahaya dan dapat menimbulkan luka dan kerugian
 Notice (warna dasar putih dan biru, tulisan hitam) dipasang untuk informasi yang sifatnya umum
sehingga tidak menimbulkan kebingungan atau salah paham.
 Warning (warna dasar jingga atau oranye, tulisan hitam) dipasang pada lokasi atau situasi yang
mempunyai potensi bahaya yang bila tidak ditandai dapat menimbulkan luka parah atau kematian.
 Safety First, Be Careful (warna dasar putih dan hijau, tulisan hitam) merupakan informasi umum
yang berhubungan dengan kesehatan, P3K, peralatan medis, sanitasi, house keeping, dan
keselamatan secara umum.

2. Evaluasi Penyebab Insiden Kebakaran

Penyelidikan di Tempat Kejadian

Tujuan dasar dari penyelidikan adalah untuk meningkatkan keselamatan jiwa manusia dan kapal di
laut. Dilakukan dengan memprakarsai tindakan-tindakan perbaikan segera bila diperlukan dengan
menetapkan penyebab, dan memanfaatkan pengetahuan untuk menentukan tindakan-tindakan/ukuran-
ukuran apa yang perlu diambil untuk mencegah terulangnya sebuah kejadian. Tujuan awal adalah
menentukan sebab, sedangkan tujuan akhir adalah meningkatkan keselamatan di laut. Tujuan lain
yang sama pentingnya adalah melengkapi penerangan kepada yang berwenang/penguasa agar mereka
dapat menanggapi dengan pengetahuan yang luas bila ditanya kecelakaan yang terjadi.

Kecelakaan tidak direncanakan, kejadian yang tidak diinginkan. Kecelakaan timbul dari tindakan yang
tidak tepat, keadaan yang tidak benar, atau keduanya. Dapat dicegah untuk menghindari setiap
kerugian terhadap harta benda atau penderitaan terhadap manusia.

“Accident” termasuk kecelakaan yang terjadi di atas kapal sebagai hasil/akibat dimana seorang atau
beberapa orang :
 Kehilangan nyawanya.
 Diyakini hilang akibat jatuh ke laut
 Luka berada lama di tubuh cukup gawat untuk mencegah melanjutkan tugas-tugas biasa dalam 24
jam sesudah mendapat perawatan medis.
 Menderita/mengalami sesak nafas sementara.
 Mengalami tersengat listrik yang mengakibatkan kehilangan kesadaran.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 51


Sasaran penyelidikan
 Memperkecil bahaya terhadap karyawan
 Menghindari berlanjutnya kerugian.
 Pencegahan kecelakaan berlanjut
 Memperkecil proses gangguan/kekacauan
 Meningkatkan kepercayaan
 Mengisolasi penyimpangan bangunan
 Meningkatkan efisiensi operasi
 Batasan kesalahan operasi
 Batasan kesalahan manajemen
 Pendidikan manajer, pengawas dan staf
 Tanggap akan kebutuhan-kebutuhan manajemen
 Peraturan perusahaan yang memadai
 Mengantisipasi kepentingan pemerintah.
 Peraturan-peraturan yang memadai
 Mengenali pelanggaran-pelanggaran
 Memenuhi peraturan-peraturan menyangkut pembayaran/penggajian pekerja
 Lindungi atas proses pengadilan
 Persyaratan-persyaratan asuransi yang memadai
 Memberikan jawaban-jawaban terhadap kepentingan umum
 Media berita-berita yang memadai
 Tujuan riset.

3. Persyaratan Konstruksi (SOLAS 1974)

a. Untuk mencegah dan mengendalikan kebakaran :


 Konstruksi ruangan kapal dipisah oleh bidang vertikal yang struktur bahannya tahan api pada
batas suhu tertentu.
 Penataan ruang akomodasi sedemikian rupa sehingga jauh dari sumber panas, dan dilindungi
sekat tahan panas.
 Penggunaan bahan yang mudah menyala dibatasi.
 Alat deteksi kebakaran dipasang di tempat-tempat yang memiliki potensi menjadi sumber
kebakaran.
 Pemasangan sistem pemadam api tetap harus sesuai dengan Kelas kebakaran dan kemampuan
memadamkan kebakaran.
 Ada sistem perlindungan berupa jalur penyelamatan (escape route) dan jalur pemadaman (fire
brigade route).
 Penempatan APAR yang siap pakai, sesuai dengan Kelas kebakarannya.
 Mengurangi ancaman keselamatan dari kemungkinan adanya uap muatan yang mudah menyala.

b. Sub division pada kapal konstruksi baja :

1). Kelas A
Pembagian ruangan / kompartemen yang dibentuk oleh sekat / dinding dan geladak / lantai
harus :
 Terbuat dari baja atau logam yang sejenis baja dan diperkuat secara baik;

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 52


 Dikonstruksi secara sedemikian rupa sehingga mampu menahan lewatnya asap dan lidah
api minimal selama 1 jam.
 Diberi lapisan isolasi dari bahan yang tak mudah menyala (approved material) sehingga
suhu bagian yang terbakar tak akan naik >139 C dari suhu semula, dan suhu pada setiap
sambungan yang terbakar tak akan naik sampai 180 C di atas suhu semula,
 Pemerintah (Administration) dapat menetapkan kriteria pengujian prototipe di atas.

2). Kelas B

Pembagian ruangan / kompartemen yang dibentuk oleh sekat, geladak, dan langit-langit atau
lapisan-lapisan harus :
 Dikonstruksi sedemikian rupa sehingga dapat menahan lidah api selama 30 menit dari
pengujian kebakaran;
 Memiliki kemampuan isolasi sehingga suhu rata-rata dari sisi yang tertutup tak akan
meningkat > 139 C di atas suhu semula, dan pada titik manapun termasuk sambungan
tidak > 225 C di atas suhu semula dalam rentang waktu, seperti : B-15 = 15 menit.
 Terbuat dari approved material yang tak mudah terbakar atau material yang memenuhi
kriteria batas suhu.
 Pemerintah (Administration) dapat menetapkan kriteria pengujian prototipe di atas

3). Kelas C

Pembagian ruangan / kompartemen yang dibentuk oleh sekat, geladak, dan langit-langit atau
lapisan-lapisan harus terbuat dari approved material yang tak mudah terbakar, tapi tidak
diharuskan memenuhi ketentuan yang berkaitan dengan lewatnya asap dan lidah api serta
batas peningkatan suhu.

c. Peralatan pemadam kebakaran tetap


 Inspeksi untuk mengetahui kondisi sistem/instalasi sebelum dilakukannya pengujian (test).
 Pengujian untuk meyakinkan bahwa sistem siap dioperasikan setiap saat diinginkan.
 Inspeksi dan pengujian dilakukan secara periodikal (bulanan, triwulanan, semesteran, atau
tahunan) tergantung dari program kerja.
 Pemeliharaan ditujukan untuk membersihkan, melumasi, mengganti bagian yang rusak, dsb
sesuai program kerja

LATIHAN TUGAS :

1. Menurut SOLAS 1974, Bab III, Peraturan 19 menyebutkan beberapa hal yang menyangkut peraturan-
peraturan Keselamatan. Sebutkan Peraturan 19 tersebut.
2. Jelaskan apa yang diharuskan pada setiap awak kapal yang baru bergabung di kapal berhubungan
dengan instruksi pengetahuan tentang pemadaman kebakaran.
3. Apa saja yang perlu dicatat dalam Log Book ketika melakukan peran kebakaran (Fire Drill)
4. Perlengkapan apa saja yang diperlukan dalam melakukan latihan pemadaman kebakaran di kapal.
5. Jelaskan tujuan dilakukannya latihan Keadaan Darurat.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 53


RANGKUMAN

Muster list dan instruksi darurat yang sesuai dengan persyaratan peraturan nomor 37 harus diperlihatkan
di tempat yang terlihat di seluruh kapal termasuk di anjungan, ruang mesin dan ruang akomodasi awak

Ilustrasi dan instruksi dalam bahasa yang sesuai harus ditempelkan dikabin penumpang dan ditampilkan
secara terlihat di muster station dan ruang penumpang lain untuk memberi tahu penumpang tentang :
 lokasi muster station
 tindakan penting yang harus mereka lakukan dalam keadaan darurat;
 cara mengenakan life jacket

On-board training serta dalam penggunaan alat-alat keselamatan, termasuk peralatan survival craft, dan
dalam penggunaan peralatan pemadam dikapal harus diberikan sesegera mungkin dan tidak lebih dari dua
minggu setelah anggota awak bergabung dengan kapal.
Namun, jika anggota kru berada dalam tugas bergilir yang dijadwalkan secara rutin di kapal, pelatihan
tersebut harus diberikan selambat-lambatnya dua minggu setelah waktu pertama bergabung dengan kapal.
Instruksi dalam penggunaan alat pemadam kebakaran kapal, alat-alat keselamatan dan cara bertahan
hidup di laut diberikan dengan interval yang sama sesuai latihan
Setiap anggota crew harus diberikan instruksi yang harus dilibatkan dalam pengoperasian dan
penggunaan peralatan pemadam kebakaran

Tujuan dasar dari penyelidikan adalah untuk meningkatkan keselamatan jiwa manusia dan kapal di laut.
Dilakukan dengan memprakarsai tindakan-tindakan perbaikan segera bila diperlukan dengan menetapkan
penyebab, dan memanfaatkan pengetahuan untuk menentukan tindakan-tindakan/ukuran-ukuran apa yang
perlu diambil untuk mencegah terulangnya sebuah kejadian. Tujuan awal adalah menentukan sebab,
sedangkan tujuan akhir adalah meningkatkan keselamatan di laut. Tujuan lain yang sama pentingnya
adalah melengkapi penerangan kepada yang berwenang/penguasa agar mereka dapat menanggapi dengan
pengetahuan yang luas bila ditanya kecelakaan yang terjadi.

“Jangan pernah memotong pohon di musim dingin. Jangan pernah membuat keputusan yang
paling penting ketika Anda berada di suasana hati buruk. Tunggu. Bersabarlah. Badai akan
berlalu.” – Robert H. Schuller

TES FORMATIF

Pilihlah satu jawaban yang benar.

1. Dalam melakukan latihan pemadaman kebakaran (Fire Drill), mencakup beberapa hal, kecuali…
a. Mempersiapkan pompa pemadam kebakaran.
b. Memeriksa kelengkapan pakaian pemadam kebakaran.
c. Memeriksa suhu air pendingin.
d. Memeriksa peralatan komunikasi yang sesuai.

2. Alat pelindung diri yang perlu dilengkapi saat dilakukan latihan pemadaman kebakaran sebagai
berikut, kecuali ….
a. Sepatu karet atau bahan non-konduktif listrik lainnya.
b. Helm yang memberikan perlindungan efektif terhadap benturan.
c. Alat pernapasan/breathing apparatus.
d. Fire blanket.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 54


3. Tujuan dilakukannya latihan keadaan darurat adalah ….
a. Menjaga ketrampilan awak kapal dalam mempergunakan peralatan yang dipakai saat
menanggulangi keadaan darurat.
b. Menjaga kesiapan awak kapal baik fisik maupun mental.
c. Membiasakan diri awak kapal dalam keadaan darurat.
d. Semua jawaban benar.

4. Dibawah ini termasuk sumber panas yang cukup dapat menimbulkan bahaya kebakaran, kecuali…
a. Sumber api tertutup
b. Sumber panas listrik statis
c. Sumber panas mekanis
d. Sumber panas kimia

5. Tindakan yang tepat dilakukan apabila terjadi kebakaran yang disebabkan oleh listrik adalah …
a. Telepon anjungan
b. Matikan sumber listrik
c. Berteriak meminta tolong
d. Mengambil air sebanyak-banyaknya.

UMPAN BALIK

Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban Tes formatif yang terdapat dibagian akhir bab 4 ini.
Hitunglah jawaban benar Anda dari 5 soal Tes formatif tersebut.
Jawaban yang benar adalah :
6. c
7. d
8. d
9. a
10. b

Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80% keatas (benar 4 dari 5 soal), Anda cukup baik
memahami bab 4.

Tingkat penguasaan yang dicapai :


100% : Baik Sekali
80% : Baik
60% : Cukup
40% : Kurang
20% : Kurang Sekali

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 55


DAFTAR PUSTAKA

Ramli S, 2010, Petunjuk Praktis Manajemen Kebakaran (Fire Management), Jakarta : Dian
Rakyat.

Suma’mur PK, 1996, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Jakarta : CV. Haji
Masagung.

Syukri Sahab, 1997, Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jakarta : Badan
Perencanaan dan Pengembangan Tenaga Kerja.

Tarwaka, 2008, Keselamatan dan Kesehatan Kerja “Manajemen dan Implimentasi K3 di


Tempat Kerja”, Surakarta : Harapan Press.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 56


BIODATA

PERSONAL DATA
Name : DESFERIANSYAH, M.Mar.Eng.
Place & Date of Birth : Jakarta, 7th December 1960
Address : Perum Permata Depok, Sektor Berlian Blok D.1. No. 30, Depok
Religion : Moslem
Marital Status : Maried

EDUCATION BACKGROUND
1968 – 1973 : Elementary School at Jakarta (SD Negeri Lontar Enclek)
1973 – 1976 : Yunior High School at Jakarta (SMP Negeri 8 Jakarta)
1976 – 1980 : Senior High School at Jakarta. (SMA Negeri 4 Jakarta)
1980 – 1983 : Merchant Marine Academy at Semarang (Pendidikan Perwira Pelayaran Besar
/ P3B Semarang
2001 : Engineer Officer Class II (ATT-II di STIP Jakarta)
2015 : Engineer Officer Class I (ATT – I di BP3IP Jakarta)

SEA SERVICE
1984 – 1985 : 3rd Engineer MV. Indobaruna I, PT. Indobaruna Bulk Transport.
1985 – 1987 : 2nd Engineer MV. Indobaruna I, PT. Indobaruna Bulk Transport
1987 – 1989 : 2nd Engineer MV. Pacific I, PT. Indo Pacific
1989 – 1992 : 2nd Engineer pada kapal-kapal perusahaan Yayasan Sabah Sdn. Bhd.
1999 – 2007 : Chief Engineer pada kapal-kapal perusahaan Chuan Hup Pte. Ltd./PT. Rig
Tender Indonesia.
2009 – 2017 : Chief Engineer pada kapal-kapal perusahaan Tide Water Marine International,
New Orleans.

SHORE SERVICE
1994 – 1999 : Planned Engineer pada perusahaan Eveready – Indonesia.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut (BP2TL) - Jakarta 57

Anda mungkin juga menyukai