MODUL AJAR
SECURITY AWARENESS TRAINING
(SAT)
KATA PENGANTAR
Penyusun mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala hikmah dan karunia-
Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Modul Ajar “Security Awareness Training”
(SAT).
Penyusun juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Balai Pendidikan dan Pelatihan
Transportasi Laut (BPPTL) Jakarta yang telah memberikan kesempatan yang baik untuk
menyampaikan materi pelajaran dalam Kursus Singkat (Short Course) Secutiry Awareness
Trainig (SAT) Pendidikan dan Latihan Ketrampilan Pelaut dan memperbaiki Modul dengan
memperjelas Kodefikasi Standard IMO berdasarkan amandemen STCW (Standars of
Training, Certification and Watchkeeping) tahun 2010 Manila.
Buku ajar ini dirangkum secara sederhana untuk memudahkan para siswa dalam memahami
dan melaksanakan tugas tanggung jawabnya di atas kapal.
Penyusun menyadari bahwa Modul Ajar “Security Awareness Training (SAT)” ini masih
jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu penyusun sangat
mengharapkan dari semua rekan seprofesi Diklat Kepelautan dan semua rekan Pengajar di
Bidang Pendidikan Kepelautan diseluruh tanah air untuk mengembangkan diskusi di dalam
kelas. Semoga modul ajar ini dapat bermanfaat bagi semua rekan pengajar pada Diklat
Kepelautan.
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Security Awareness Training (SAT) adalah pelatihan yang bertujuan untuk membina
kesadaran orang-orang yang bekerja di bidang maritim atas pengamanan kapal dan
muatannya. Pelatihan ini didasarkan pada peraturan dalam negeri, konvensi internasional, dan
peraturan lain.
Personil yang menerima pelatihan ini harus merasakan realitas masalah keamanan saat ini,
yang meliputi pembajakan, terorisme, penyelundupan, pencurian kargo, dan kerusakan
jaminan. Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan setiap personil di kapal dan pelabuhan
mampu mengidentifikasi, mencegah, atau mengurangi ancaman keamanan melalui
perencanaan yang tepat, persiapan, dan koordinasi dengan berbagai pihak.
Menyusul kejadian tragis 11 September 2001, Majelis Organisasi Maritim Internasional pada
bulan November 2001, sepakat untuk pengembangan langkah-langkah baru yang berkaitan
dengan keamanan kapal dan fasilitas pelabuhan untuk diadopsi oleh Konvensi Internasional
Safety of Life at Sea 1974 (SOLAS’74), pada Maritime Security Conference di London bulan
Desember 2002. Persyaratan baru membentuk kerangka kerja internasional di mana kapal dan
fasilitas pelabuhan dapat bekerja sama untuk mendeteksi dan mencegah tindakan yang
mengancam keamanan di sektor transportasi laut.
Pada tanggal 21 – 25 Juni 2010 diadakan konvensi mengenai STCW 1978, terjadi perubahan
besar yang kemudian dikenal dengan amandemen 2010 atau amandemen Manila yang akan
diberlakukan pada tanggal 1 Januari 2012.
3. 1 Juli 2013 seluruh program pendidikan wajib dilaksanakan berdasarkan STCW 2010
(tidak ada lagi program diklat yang dilaksanakan berdasarkan STCW 1995).
b. Isi aturan STCW 1978 Amandemen 2010 yang berhubungan dengan Security
Training.
1. Reg VI/5 Ship Security Officer (SSO) sesuai dengan tabel A-VI/5
2. Reg VI/6-1 semua pelaut wajib memiliki sertifikat Security Awareness sesuai tabel A-
VI/6-1
3. Reg VI/6-2 pelaut yang ditunjuk untuk tugas keamanan atau security duties sesuai
tabel A-VI/6-2.
Catatan :
ISPS Code tidak berlaku untuk:
kapal perang;
kapal cadangan angkatan laut;
kapal lainnya yang dimiliki atau dioperasikan oleh pihak Pemerintah dan digunakan
hanya pada non-komersial pemerintah.
Menyerang kapal atau pesawat lain di lautan, atau menyerang orang atau property di
atas kapal;
Menyerang kapal, pesawat, atau property di suatu tempat di luar yurisdiksi suatu suatu
negara;
Keterlibatan atau tindakan partisipasi pada operasi kapal aatau pesawat yang
mensukseskan pembajakan kapala atau pesawat.
Wordldwide piracy Risk by Risk Level HIGH RISK MODERATEH RISK LOW RISK
Dari gambar, terlihat beberapa daerah dengan resiko tinggi pembajakan di antaranya,
bagian timur Amerika Latin, bagian barat dan timur Afrika, India, semenanjung Malaya,
Indonesia dan Laut Cina Selatan.
Pembajakan yang terjadi memiliki karakteristik yang tertentu. Berikut adalah beberapa
karakteristik pembajakan di berbagai belahan dunia;
a. Type Asia:
Kapal dinaiki untuk mendapatkan uang tunai dan barang berharga;
Sedikit penggunaan kekerasan;
Beroperasi menggunakan kapal kecil, didekat kepulauan, dimana kapal diharuskan
untuk menurunkan kecepatan;
Biasanya dilakukan secara acak.
3. Kapal Hantu:
Kapal dinaiki untuk diambil “segalanya”
Terjadi kekerasan tingkat tinggi (pembunuhan inkluasif)
Sindikat terorganisir untuk memfasilitasi penipuan muatan
Direncanakan dan diatur dengan baik
Beberapa kasus: MV Tenyu, MV Cheung Son, MV Petro Ranger, MV Alondra
Rainbow.
Suatu metode untuk mencegah dan mengantisipasi pembajakan, dikenal dengan ShipLoc.
Kru kapal dapa lebih siap menerima serangan yang ditujukan pada kapalnya bila
mengetahui karakteristik pembajakan yang biasa terjadi.
Berikut adal beberapa karakterisitik yang perlu diketahui oleh kru kapal:
Pembajakan lebih sering terjadi di peratiran teritorial disbanding perairan
internasional, dan dapat terjadi saat kapal di pelabuhan, lego jangkar atau saat kapal
jalan;
Kapal dinaiki di malam hari mengunakan kapal kecil, perahu, atau kapal cepat/speed
boat;
Menaiki kapal melalui area buritan atau haluan menggunakan kait jepitan besi,
bamboo dengan kait, atau tali jarring.
Mencuri segala sesuatu yang ditemukan: muatan, peralatan/perlengkapan kapal, tali-
tali, barang-barang di gudang, danbarang berharga milik kru/awak kapal;
Target utama: kamar nakhoda, barang berharga milik kapal;
Tidak selalu membawa senjata api, sebagian besar membawa pisau atau parang besar;
Terjadi bila kelompok perompak mengetahui informasi mengenai muatan yang
berharga.
Karena pihak berwenang tidak selalu ada di setiap tempat, sebuah kapal perlu memiliki
kemampuan untuk mempertahankan diri sendiri saat kapal tersebut mengalami
pembajakan, adapun langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam mewaspadai terjadinya
pembajakan secara umum adalah sebagai berikut:
Menempatkan lebih banyak pengintai saat melewati area yang rawan pembajakan;
Menyalakan perangan dek dan air, untuk mengawasi bila ada kapal kecil yang
mendekat;
Mengawasi krus, khususnya kru baru, yang bertugas sementara;
Memasang system penjagaan, seperti ShipLoc, atau system pengaman khusus.
Saat ini sudah ada Pusat Pembajakan Regional yang didirikan di Kuala Lumpur.
Organisasi ini didukung oleh IMO dan INMARSAT, sebagai pusat anti pembajakan dan
bekerja sama dengan pihak berwenang dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara.
Organisasi ini memberitakan laporan pembajakan dan perompakan bersenjata secara
regular, juga menyiarkan pesan peringatan ke kapal menggunakan layanan keamanan
NET & NAVTEX.
1.3.2 TERORISME
Beberapa tindakan teroris antara lain, pengeboman (bunuh diri), pembakaran rumah,
penculikan, pembajakan, penyergapan, pembantaian, serangan bersenjata, dan barikade.
Beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi terorisme, antara lain:
identifikasi daftar target yang mereka incar;
identifikasi kelemahan kita yang menjadi ancaman;
waspada setiap waktu;
laksanakan pengecekan ulang system pengamanan;
perkuat system pengaman dengan pendidikan dan latihan;
ambil sistemperlindungan individu;
gunakan system anti teroris secara acak untuk membingungkan penyelidikan
mereka;
pastikan bahwa rencana pengaman yang dimiliki sudah mencakup semua
kemungkinan.
Penyelundupan narkoba telah menjadi salah satu ancaman terbesar bagi masyarakat
umum di masa modern. Sebagian besar penyelundupan dan perdagangan narkoba
dilakukan dengan kapal. Kesempatan terbuka dengan besarnya volume pelayaran antara
negara produsen dan konsumen.
Berikut ini adalah peta penyebaran daerah yang rawan penyelundupan narkoba:
Sebuah kapal mudah untuk dimanfaatkan sebagai sarana penyelundupan narkoba, antara
lain:
oleh kru, pengunjung, kontraktor, buruh pelabuhan;
di bagasi, ruang muatan, dan container;
di mobil, truk, dan trailer;
disembunyikan atau dipasang di peralatan kapal.
Terjadinya penyelundupan narkoba pada kapal tempat bekerja tentu suatu hal yang sangat
tidak menyenangkan. Bagaimana pun ada beberapa hal penting dilakukan bila di kapal
ditemukan narkoba:
Penumpang gelap didefinisikan sebagai orang yang dirahasikan berada di sebuah kapal,
atau di dalam kargo yang dimuat di kapal, tanpa diketahui oleh pemilik kapal atau
nakhoda atau orang yang bertanggung jawab lainnya, dan baru diketahui berada di kapal
setelah kapal meningkalkan pelabuhan, atau di dalam kargo saat dibuka di pelabuhan
tujuan, dan dilaporkan sebagai penumpang gelap oleh nakhoda pada pihhak berwenang.
Sedangkan pengungsi didefinisikan sebagaiorang yang karena rasa takut untuk dianiaya
atas alasan ras, agama, nasionalisme, keanggotaan kelompok social tertentu atau
pendirian politik, berada di luar negaranya, dan tidak dapat atau takut mencari
perlindungan di negaranya.
Penumpang gelap yang berada di kapal merupakan masalah serius. Sebuah kapal di setiap
pelabuhan pada hakekatnya mudah disusupi penumpang gelap. Kemungkinan kru
menemukan penumpang gelap jauh lebih besar dibandingkan dengan kemungkinan
menemukan selundupan narkoba atau mengalami serangan pembajakan. Sementara
resikonya sama dengan berhadapan dengan pembajak, karena penumpang gelap adalah
orang yang bukan kru kapal. Penumpang gelap yang “menumpang” di kapal untuk waktu
yang lama dapat putus asa dan mendorongnya untuk melakukan tindakan yang
menempatkan diri sebagai sendiri dan kru pada bahaya.
Awak kru perlu melakukan tindakan untuk mencegah kehadiran penumpang gelap.
Berikut adalah beberapa tindakan yang dapat dilakukan:
selalu mengawasi semua sisi kapal dari kedatangan kapal kecil atau bahkan orang
yang berenang menuju kapal;
akses ke kapal harus dibatasi hanya melalui jalan masu;
jika mempekerjakan seorang pengawas local, pada saat melakukan tugas
pengecekan petugas lokas harus dibawa;
di malam hari jalan masuk harus diangkat dan area sekeliling kapal harus
diterangi;
jumlah orang yang datang ke kapal harus diketahui;
pintu ruang-ruang akomodasi harus dikunci atau dijaga selama kapal berada di
pelabuhan;
loker penyimpanan, ruang mesin, ruang muatan, dan ruangan-ruangan lain harus
dikunci atau disegel;
tidak ada tali atau tangga yang ditinggal tergantung di sisi kapal;
rat guard (penangkal tikus masuk) harus dipasang pada semua tali tambat;
tutup pipa hawse harus berada di tempatnya.
Walaupun usaha pencegahan naiknya penumpang gelap telah dilakukan, bukan mustahil
masih ada penumpang gelap yang berhasil berada di kapal, dan baru diketahui saat kapal
sudah meninggalkan pelabuhan.
Berikut adalah beberapa tindakan yang perlu dilakukan bila ditemukan penumpang gelap
saat kapal sudah berlayar:
beritahu perusahaan, pihak berwenang di pelabuhan pemberangkatan dan tujuan,
negara dari bendera kapal, dan klub P & I;
cari senjata, narkoba dan kertas identitas yang mungkin disembunyikan oleh
penumpang gelap;
perlakukan penumpang gelap dengan manusiawi, beri makanan cukup, fasilitas
dan perlengkapan mandi;
ambil foto dan pernyataan dari si penumpang gelap;
penumpang gelap berada di kapal untuk waktu yang lama, kumpulkan fakta untuk
membuktikan bahwa mereka telah diperlakukan manusiawi;
ambil penumpang gelap dan fasilitas tinggalnya secara periodik.
a. Beritahu perusahaan, klub Protection and Indemnity (P&I), dan agen di pelabuhan
terakhir dan berikutnya melalui telepon.
b. Perwakilan Klub P & I akan mendatangi kapal saat kedatangan untuk mendapatkan
pernyataan dan dokumentasi yang diperlukan.
c. Kedutaan atau konsulat yang bersangkutan akan mengidentifikasi penumpang gelap
untuk menyusun dokumentasi perjalanan darurat.
d. Perwakilan P & I akan menyusun dokumentasi perjalanan dan tiket untuk pemulangan
penumpang gelap.
Pencurian yang paling sering di fasilitas pelabuhan atau di atas kapal adalah pencurian
muatan/kargo. Pencurian kargo meliputi:
peralatan dan suplai yang dicuri dari ruang kerja;
uang yang diambil dari kotak uang tunai; dan
bentuk pencurian lain.
Sistem pengamanan untuk mencegah pencurian kargo meliputi pengamanan fisik dan
pengamanan operasional.
Pengamanan fisik dipasang di fasilitas pelabuhan dan kapal seperti pagar, peralatan
pendeteksi gangguan, sistem pengawasan, penerangan, kunci, alarm, dan
sebagainya.
Pengrusakan kapal terjadi bila muncul api, ledakan, atau serangan yang menghasilkan
kerusakan kapal atau fasilitasnya. Walaupun terjadinya kerusakan seringkali tidak
terduga, kerugiannya tidak dapat diabaikan. Oleh karena itu usaha pencegahan untuk
meminimalkan kejadian ini perlu dilakukan.
BAB 2
KEBIJAKAN KEMANAN
Setelah insiden 11 September, Sekretaris Jenderal IMO berinisiatif untuk meninjau aturan
IMO yang ada, yang bertujuan untuk:
mencegah dan menekan aksi terorisme terhadap kapal di laut dan di pelabuhan;
meningkatkan keamanan di atas kapal dan di darat;
memerangi tindakan kekerasan dan kejahatan di laut.
2.1.1 IMO
Keamanan Maritim
Kapal Perdagangan
Fasilitas pelabuhan
- status kapal sekarang tanpa memperhatikan perubahan bendera kapal, pemilik atau
penyewa;
- harus diperbaharui maksimal 3 bulan dari waktu perubahan;
- dapat diinspeksi setiap saat.
Penomoran Bab XI menjadi XI-1 mengenai Keselamatan Maritim.
Bab baru pada SOLAS yaitu XI-2 mengenai Keamanan Maritim.
Reg. 2 – Penerapan
Kapal yang melakukan pelayaran internasional termasuk:
- kapal penumpang termasuk kapal penumpang dengan kecepatan tinggi;
- kapal barang, termasuk yang berkecepatan tinggi, > 500 GT;
- unit pengeboran lepas pantai yang bergerak;
- fasilitas pelabuhan yang melayani kapal.
- kapal kargo lain dengan bobot > 500 GT dan unit pengeboran lepas pantai
bergerak yagn diproduksi sebelum 1 Juli 2004,sudah menerapkannya
sebelumpengecekan radio setelah 1 Juli 2006.
Ketentuan tambahan :
- ketika tindakan pengontrolan dilakukan, pemerintah yang terikat
persetujuan harus memberitahukan pihak yang menerbitkan sertifikat
keamanan kapal;
- jika sebuah kapal ditolak masuk, atau diusir, maka pelabuhan berikutnya
yang dituju harus diberitahu mengenai fakta-fakta yang diperlukan.
- Penolakan untuk masuk atau pengusiran hanya dikenakan bila ada bukti
kuat untuk meyakini bahwa kapal tersebut menimbulkan ancaman
langsung terhadap
Negara yang terikat persetujuan wajib, paling lambat 1 Juli 2004, menyampaikan kepada
IMO:
Rincian organisasi keamanan yang diakui (Recognized Security Organization) RSO
yang berwenang untuk bertindak atas nama mereka.
Daftar pelabuhan dengan rencana keamanan pelabuhan disetejui.
Daftar ini dapat :
diperbaharui bila lokasi pelabuhan berubah
diperbaharui bila pelabuhan dihapus
diperbaharui bila ada pelabuhan yang ditambahkan
sepenuhnya direvisi setiap 5 tahun.
ISPS Code TIDAK berlaku untuk: kapal perang, alat bantu kapal, dan kapal yang dimiliki
oleh negara yang terikat persetujuan yang digunakan untuk layanan pemerintah non-
komersial.
Deklarasi keamanan memenuhi persyaratan keamanan antara kapal dan pelabuhan serta
tanggung jawabnya. Negara yang terikat persetujuan harus menentukan kapal Deklarasi
Keamanan (DoS) diperlukan untuk menilai resiko hubungan kapal dan pelabuhan.
Sebuah kapal wajib untuk bertindak sesuai dengan keamanan yang ditetapkan oleh negara
yang terikat persetujuan.
Tingkat 1 – Tindakan keamanan protektif minimum yang diperlukan dilaksanakan
setiap saat.
Tingkat 2 – tindakan keamanan tambahan yang diperlukan harus dilaksanakan akibat
naiknya resiko insiden keamanan.
Tingkat 3 – tindakan keamanan protektif yang lebih jauh harus dilaksanakan bila
insiden keamanan besar kemungkinan terjadi atau dekat.
Bila keamanan kapal berada pada tingkat 1, kegiatan yang harus dilakukan adalah:
memastikan kinerja semua petugas keamanan kapal;
mengontrol akses ke kapal;
mengontrol keluar masuk orang dan barang bawaannya;
memonitor area tertutup untuk akses yang sah;
memonitor wilayah dek dan sekitar kapal;
mengawasi penanganan kargo dan persediaan kapal;
memastikan alat komunikasi keamanan dalam kondisi baik
Pada tingkat keamanan 2, tindakan perlindungan tambahan yang ditetapkan dalam rencana
keamanan kapal harus dilaksanakan untuk setiap aktivitas yang dilakukan di tingkat 1.
Pada tingkat keamanan 3, upaya perlindungan lebih spesifik yang ditetapkan dalam rencana
keamanan kapal harus dilaksanakan untuk setiap aktivitas yang dilakukan di tingkat 1.
Sebuah kapal wajib memberitahukan pelabuhan jika di tingkat keamanannya lebih tinggi
dibanding pelabuhan. Kapal harus menjaga kewaspadaan dan mengatasi masalh keamanan
Pihak Pemerintah memberi saran tindakan yang diperlukan oleh kapal untuk tingkat
keamanan ditetapkan.
Penilaian Keamanan Kapal adalah bagian penting dan integral dari rencana keamanankapal.
CSO harus memastikan penilaian keamanan kapal dilakukan dengan personil terlatih yang
sesuai, seorang RSO dapat melaksanakan penilaian keamanan kapal. Penilaian keamanan
kapal harus mencakup survei keamanan langsung dan setidaknya:
identifikasi tindakan keamanan yang ada;
identifikasi danevaluasi operasi kapal;
identifikasi ancamn yang mungkin;
identifikasi kelemahan.
Penilaian keamanan kapal harus: didokumentasikan, ditinjau, diterima dan disimpan oleh
perusahaan.
Rencana yang telah disetujui harus dilaksanakan. Seorang RSO dapat terlibat dalam
persiapan peninjauan dan persetujuan OR, tetapi tidak keduanya. Rencana ini harus sesuai
dengan Bag. B. Penulisannya dalam bahasa kerja kapal dan diterjemahkan ke Bahasa Inggris,
Perancis, atau Spanyol jika diperlukan.
identifikasi tindakan dan batasan untuk mencegah akses pihak yang tidak
berkepentingan;
tindakan untuk mencegah akses orang yang tidak berkepentingan ke kapal;
prosedur untuk menanggapi ancaman keamanan;
prosedur untuk menanggapi instruksi dari negara yang terikat persetujuan;
prosedur evakuasi;
tugas personil kapal;
prosedur untuk audit sistem keamanan;
training, latihan umum dan latihan khusus;
hubungan dengan fasilitas pelabuhan;
tinjauan dan pembaharuan periodik;
pelaporan insidenkeamanan;
identifikasi SSO;
identifikasi kontak 24 jam CO;
inspeksi, pengujian, kalibrasi, dan perawatan peralatan keamanan;
frekuensi pengujian peralatan keamanan;
lokasi titik aktivasi sistem peringatan keamanan kapal;
prosedur untuk menggunakan sistem peringatan keamanan kapal;
Auditor Internal harus independen dari aktivitas yang diaudit. Rencana dalam format
elektronik harus dilindungi untuk mencegah: penghapusan, pengrusakan dan pengubahan
oleh orang yang tidak berkepentingan. Rencananya harus dilindungi dari akses atau
pengungkapan oleh pihak yang tidak berkepentingan. Rencana keamanan kapal BUKAN
subjek pemeriksaan oleh Negara yang Terkait Persetujuan kecuali bukti kuat untuk meyakini
pelanggaran kapal.
2.1.3.7 DOKUMENTASI
Perusahaan pelayaran harus menunjuk seorang CS. Sebuah perusahaan dapat menunjuk lebih
dari satu CSO asalkan jelas pada kapal mana saja tanggung jawabsetiap CSO.
CSO dan personil darat yang terkait harus memiliki pengetahuan dan menerima training. SSO
juga harus memiliki pengetahuan danmenerima training. Personel kapal dengan tugas
keamanan khusus harus memahami tugas mereka dan memiliki pengetahuan yang cukup
serta kemampuan untuk melakukan tugas mereka. Latihan khusus harus dilakukan dengan
interval yang sesuai. CSO harus memastikan koordinasi yang efektif dari rencana keamanan
kapal dengan berpartisipasi dalam latihan umum.
Keamanan pada fasilitas pelabuhan diperlukan untuk bertindak sesuai tingkat keamanan yang
ditetapkan negara yang terikat persetujuan. Tindakan keamanan harus dilaksanakan untuk
meminimalkan gangguan dan penundaan.
Jika PFSO diberitahu bahwa kapal mengalami kesulitan memenuhi tingkat keamanan yang
ditetapkan maka PFSO danSO harus bekerja sama dan mengkoordinasikan tindakan yang
tepat. Ketika kapal berada pada tingkat keamanan yang lebih tinggi dari pelabuhan maka
PFSO wajib melaporkan kepada pejabat yang berwenang.
Laporan tersebut harus dilindungi dariakses atau pengungkapan oleh pihak yang tidak
berkepentingan.
Rencana keamanan fasilitas pelabuhan harus memuat ketentuan untuk 3 tingkat keamanan.
Rencana ini disusun dalm bahasa kerja pelabuhan oleh RSO dan harus disetujui oleh negara
yang terikat persetujuan.
Suatu rencana harus terdiri atas:
rancangan tindakan untuk mencegah senaja dan zat berbahaya yang tidak sah
dimasukkan ke pelabuhan atau ke kapal;
rancangan tindakan untuk mencegah pihak yang tidak berkepentingan mengakses
fasilitas pelabuhan,kapal dipelabuhan, dan area tertutup di pelabuhan;
prosedur untuk menanggapi ancaman atau pelanggaran keamanan;
prosedur untuk menanggapi instruksi keamanan dari negara yang terikat persetujuan;
prosedur evakuasi dalam kasus ancaman atau pelanggaran keamanan;
prosedur untuk berinteraksi dengan aktivitas keamanan kapal;
prosedur untuk peninjauan berkala,pembaruan dan pelaporan insiden keamanan;
identifikasi PFSO termasuk rincian kontak yang siaga 24 jam;
tindakan untuk memastikan keamanan perencanaan serta keamanan yang efektif pada
kargo dan peralatan penanganan kargo;
prosedur untuk mengaudit rencana;
prosedur untuk menanggapi kapal;
prosedur untuk menanggapi sistem peringatan keamanan kapal untuk kapal yang
berada di pelabuhan;
prosedur untuk memfasilitasi pemberangkatan personil kapal dan akses untuk
pengunjung yang diijinkan naik ke kapal;
auditor internal harus independen terhadap aktivitas yang sedang diaudit;
Rencana dapat disimpan dalam bentuk elektronik, tetapi harus dilindungiuntuk mencegah
penghapusan, pengrusakan dan pengubahan oleh pihak yang tidak berkepentingan. rencana
juga harus dilindungi dari akses atau pengungkapan oleh pihak yang tidak berkepentingan.
Seorang perwira keamanan fasilitas pelabuhan harus ditugaskan di setiap fasilitas pelabuhan.
Seorang perwira dapat bertugas untuk lebih dari satu fasilitas pelabuhan. Tugas dan tanggung
jawabnya meliputi:
melaksanakan survei keamanan komprehensif awal yang sesuai dengan penilaian
fasilitas pelabuhan;
memastikan pengembangan danpelaksanaan rencana keamanan fasilitas pelabuhan;
melakukan pemeriksaan keamanan rutin untuk memastikan kelanjuta pelaksanaan
tindakan keamanan yang tepat;
merekomendasikan dan mengimplementasikan kelanjuta pelaksanaan tindakan
keamanan yang tepat;
merekomendasikan dan mengimplementasikan modifikasi PFSP untuk memperbaiki
kekurangan dan acuan perubahan;
meningkatkan kesadaran keamanan;
memastikan pelatihan yang memadai;
mengkoordinasikan pelaksanaan PFSP dengan CSO dan SSO yang terkait;
melaporkan dan menyimpan dokumentasi kejadian yang berhubungan dengan
keamanan;
berkoordinasi dengan petugas keamanan;
memastikan standar untuk personil yang bertanggung jawab atas keamanan terpenuhi;
memastikan peralatan keamanan digunakan, diuji, dikalibrasi dan dirawat dengan
benar;
membantu SSO mengkonfirmasi identitas orang yang hendak naik ke kapal.
PFSO dan personil yang terkait harus memiliki pengetahuan & menerima training. Personil
yang memiliki tugas khusus harus memahami tugas dan tanggung jawab, serta kemampuan
untuk melakukan tugas mereka.
Latihan khusus dilakukan dengan interval yang cukup dengan mempertimbangkan; jenis
fasilitas, pergantian personel, jenis kapal dilayani dan keadaan lain yang relevan. PFSO harus
berpartisipasi dalam latihan ini.
Setiap kapal merupakan sasaran verifikasi awal, verifikasi lanjutan, verifikasi menengah dan
verifikasi tambahan yang ditentukan oleh pihak berwenang. Verifikasi harus dilaksanakan
oleh petugas yang berwenang atau RSO. Setelah verifikasi sistem dan peralatan keamanan
harus dirawat untuk keperluan konfirmasi. Tidak mengubah sistem dan peralatan tanpa
persetujuan pihak berwenang. Sertifikat keamanan kapal internasional (International Ship
Security Certificate, ISSC) harus diterbitkan setelah verifikasi awal atau pembaruan oleh
pihak berwenang. Sertifikat jadi tidak berlaku bila:
verifikasi terkait tidak diselesaikan dalam waktu tertentu;
sertifikat tidak didukung dengan validasi;
perusahaan baru mengambil alih kepemilikan kapal;
negara bendera kapal dialihkan.
Jika kapal dialihkan negara benderanya – negara asal harus memberikan informasi yang
relevan mengenai laporan sertifikat dan validasi ke negara baru. Untuk pengambil alihan
kapal oleh perusahaan baru, perusahaan asal harus memberikan informasi yang relevan
mengenai sertifikat dan verifikasi ke perusahaan baru.
Sertifikat sementara dapat diterbitkan oleh pihak berwenang atau RSO, berlaku untuk
maksimal 6 bulan atau sampai sertifikat asli diterbitkan dan tidak dapat diperpanjang. Sebuah
negara yang terikat persetujuan tidak boleh menerbitkan sertifat sementara berturut-turut jika
meyakini bertujuan untuk menghindari persyaratan pada Code. Sebuah negara yang terikat
persetujuan dapat memastikan persyaratan mengenai CSO dan personil di atas kapal telah
dipenuhi sebelum menerima sertifikat sementara.
Pasal 116 UU 17 Tahun 2008 tentang keselamatan dan keamanan pelayaran yang meliputi :
keselamatan dan keamanan angkutan di perairan;
keselamatan dan keamanan angkutan di pelabuhan;
perlindungan terhadap lingkungan di pelabuhan;
penyelenggaraan keselamatan dan keamanan pelayaran yang dilaksanakan oleh
pemerintah.
2.3 DEFINISI
Ship Security Plan (SSP) merupakan dokumen tertulis yang dikembangkan untuk
memastikan tindakan tersebut dilaksanakan atau diaplikasin di atas kapal untuk
melindungi orang yang berada diataskapal, muatan, dan kapal dari resiko insiden
keamanan.
Company Security Officer (CSO) merupakan orang yang ditunjuk oleh pemilik atau
operator kapal yang bertanggung jawab untuk menyiapkan penilaian keamanan kapal
dan untuk mengembangkan, menjaga dan mengimplementasikan rencana keamanan
kapal yang disetujui.
Ship Security Officer (SSO) merupakan orang di atas kapal yang bertanggung jawab
kepada nakhoda mengenai keamanan kapal dan bertanggung jawab pada pelaksanaan
rencana keamanan kapal dan berkoordinasi mengenai aktivitas keamanan dengan
CSO dan PFSO.
Port Facility merupakan lokasi dimana kapal atau fasilitas pelabuhan bekerja sama,
termasuk wilayah untuk labuh jangkar, tempat sandar kapal untuk menunggu dan jalur
pemberangkatan yang sesuai.
Ship / Port Interface merupakan aktifitas yang dilakukan di atas kapal dan di fasilitas
pelabuhan dimana kapal berada ketika orang, barang dan muatan dipindahkan dari
atau ke kapal.
Ship to Ship (STS) Activity merupakan aktivitas yang tidak ada hubungannya dengan
fasilitas pelabuhan yang melibatkan pemindahan barang, orang dari satu kapal ke
kapal lainnya.
Port Facility Security Officer (PFSO) merupakan orang di fasilitas pelabuhan yang
bertanggung jawab terhadap pengembangan, pelaksanaan dan pemeliharaan rencana
keamanan fasilitas pelabuhan dan berkoordinasi mengenai aktivitas keamanan dengan
SSO dan CSO.
BAB 3
TANGGUNG JAWAB KEAMANAN
Negara yang terikat persetujuan adalah negara yang telah melakukan perjanjian dengan IMO
untuk mengimplementasikan Konvensi Safety Of Life At Sea (SOLAS) tahun 1974. Bagian ini
menjelaskan tanggung jawab negara-negara yang terikat persetujuan untuk mematuhi SOLAS
bab XI-2 dan ISPS Code. Sesuai dengan ketetapan regulasi XI-2/3 dan XI-2/7, negara yang
terikat persetujuan harus menerapkan tingkat keamanan dan menyiapkan petunjuk untuk
perlindungan terhadap insiden keamanan.
Tingkat keamanan yang lebih tinggi mengindikasikan terjadinya insiden keamanan yang
lebih sering. Suatu negara yang terikat persetujuan, bila menerapkan tingkat keamanan 3
harus menetapkan instruksi yang diperlukan dan menyediakan informasi yang berhubungan
dengan keamanan bagi kapal dan pelabuhan yang terkena dampaknya.
Organisasi keamanan adalah organisasi yang memiliki pengetahuan mendalam dan ahli
dalam masalah keamanan pada operasi kapal dan pelabuhan, yang diberi wewenang untuk
mengkaji dan memverifikasi keamanan, serta kegiatan sertifikasi atau perijinan.
Referensi mengenai ini terdapat pada ISPS Code part B alinea 4.3 sampai 4.6
Setiap perusahaan pelayaran secara umum memiliki kewajiban untuk menunjuk setidaknya
seorang perwira keamanan perusahaan yang bertanggung jawab untuk mengembangkan,
menerapkan, dan memelihara rencana keamanan kapal untuk setiap armada kapal perusahaan
tersebut. Pemilik kapal harus menunjuk perwira keamanan kapal untuk setiap armada kapal
perusahaan tersebut.
Rencana keamanan kapal harus dengan jelas menegaskan kewenangan dan tanggung jawab
nakhoda untuk mengambil keputusan mengenai keamanan kapal. Nakhoda dapat meminta
bantuan perusahaan atau petugas pelabuhan bila diperlukan. Perusahaan harus memastikan
setiap perwira keamanan kapal memiliki dukungan yang diperlukan untuk melaksanakan
kewajiban dan tanggung jawab mereka sesuai yang pada SOLAS, ISPS Code, dan rencana
keamanan kapal.
Dengan dukuan yang harus dipenuhi oleh perusahaan kepada nakhoda antara lain informasi
mengenai:
Perusahaan manajemen kapal, agen, kontraktor, dan pemegang ijin yang bertanggung
jawab mengangkat personil kapal.
Kelompok yang bertanggung jawab untuk menetapkan hubungan kerja di kapal.
Informasi nomor kontak mengenai penyewaan menurut waktu atau pelayaran, saat
kapal digunakan di bawah perjanjian penyewaan.
Perusahaan harus mengetahui semua informasi terbaru dan meng-update perubahan yang
terjadi. Hanya informasi terbaru, up-to-date, yang harus dipegang oleh orang di kapal.
Perusahaan tidak berkewajiban menyediakan informasi mengenai pemilik atau operator kapal
sebelumnya.
Referensi mengenai hal ini terdapat pada SOLAS Bab XI-1 Reg.5, ISPS Code Bag. A alinea
6, SOLAS Bab XI-1 Reg.8 dan ISPS Code Bag. A alinea 6.1.
3.4 KAPAL
Istilah kapal yang digunakan di sini adalah kapal yang mengaplikasikan SOLAS bab XI.
Bagian yang terpisah dari Bab XI dan ISPS Code mengemukakan orang-orang, aktivitas,
rencana, dokumentasi dan sebagainya pada sebuah kapal dalam konteks keamanan. Semua
peserta pelatihan harus memahami hal ini berkenaan dengan sistem transportasi maritim.
Referensi mengenai hal ini terdapat pada ISPS Code Bag. A alinea 7.
Fasilitas pelabuhan didefinisikan pada SOLAS Bab XI-2 Reg. 1 bagian 1.9 dan terdapat pada
bagian yang saling berhubungan antara kapal pelabuhan. Bermacam-macam tugas dan
aktivitas dilaksanakan pada fasilitas pelabuhan. Semua peserta pelatihan harus memahami
peran fasilitas pelabuhan dalam menjaga keamanan sistem transportasi maritim.
Perwira keamanan kapal (SSO) adalah orang di atas kapal yang ditunjuk oleh pemilik kapal
atau operator untuk bertanggung jawab terhadap keamanan di atas kapal.
Tugas dan tanggung jawab SSO antara lain:
Menugaskan inspeksi keamanan reguler pada kapal untuk memastikan terpeliharanya
tindakan keamanan yang diperlukan.
Menjaga dan mengawasi implementasi rencana keamanan kapal.
Mengkoordinasi aspek keamanan muatan dan melakukan penanganan bersama
personil kapal lain dan bersama perwira keamanan fasilitas pelabuhan.
Mengajukan modifikasi yang sesuai atau amandemen terhadap rencana keamanan
kapal.
Melapor kepada perwira keamanan perusahaan bila ada penurunan atau hal yang tidak
sesuai yang ditemukan pada audit internal, peninjauan periodik, inspeksi keamanan,
atau verifikasi pelaksanaan, juga melaksnakan tindakan perbaikan bila diperlukan.
Mempertinggi kesadaran keamanan dan kewaspadaan di atas kapal.
Memastikan bahwa personil dengan tugas dan kewaspadaan di atas kapal telah terlatih
dengan baik.
Seorang Perwira Keamanan Perusahaan (CSO) adalah orang yang ditunjuk oleh pemilik
kapal atau operator untuk mengembangkan, mengimplementasikan, dan memelihara rencana
keamanan kapal pada seluruh atau sebagian armada kapal perusahaan tersebut. Bergantung
pada bagaimana pengorganisasian armada kapal, sebuah perusahaan dapat menunjuk lebih
dari satu Perwira Keamanan Perusahaan sepanjang pembagian kapal bagi setiap Perwira
Keamanan Perusahaan jelas. Tugas dan tanggung jawab CSO antara lain:
memberi petunjuk pada kapal mengenai tingkat ancaman keamanan yang dihadapi
oleh kapal;
mengawasi pengkajian keamanan untuk setiap kapal;
mengawasi pengembangan, ijin, implementasi dan pemeliharaan setiap rencana
keamanan kapal;
mengawasi modifikasi rencana keamanan kapal untuk memperbaiki kekurangan yang
ditemukan pada rencana sebelumnya;
menyusun audit internal dan peninjauan aktivitas keamanan kapal;
menyusun inspeksi persyaratan keamanan awal dan lanjutan oleh negara bendera
kapal atau organisasi keamanan yang terkait;
mengatasi defisiensi dan ketidaksesuaian yang ditemukan pada audit internal,
peninjauan periodic, inspeksi keamanan dan verifikasi;
meningkatkan kesadaran keamanan dan kewaspadaan di kapal dan perusahaan;
memastikan pelatihan yang cukup bagi orang y ang bertanggung jawab terhadap
keamanan kapal;
mengawasi komunikasi dan kerjasama yang efektif antara perwira keamanan kapal
dan perwira keamanan fasilitas pelabuhan masing-masing;
memastikan konsistensi antara tindakann keamanan dan tindakan keselamatan;
memastikan rencana keamanan untuk setiap kapal merefleksikan informasi spesifik
kapal dan sekitaranya secara akurat;
memastikan bahwa tindakan keamanan alternative yang sesuai dan disetujui, jika ada,
diimplementasikan dan dipelihara.
Referensi mengenai hal ini terdapat pada ISPS Code Bag. A alinea 11.
Perwira Keamanan Fasilitas Pelabuhan (PFSO) harus ada di setiap fasilitas pelabuhan.
Seseorang dapat ditunjuk sebagai PFSO untuk satu fasilitas pelabuhan atau lebih.
Tugas dan tanggung jawab seorang PFSO antara lain:
memerintahkan survey keamanan awal yang komprehensif pada fasilitas pelabuhan
sebagai acuan untuk pengkajian keamanan fasilitas pelabuhan;
Awak kapal dengan tugas jaga keamanan adalah anggota kru kapal yang diitunjuk khusus
untuk tugas jaga keamanan untuk mendukung rencana keamanan kapal. Hal ini mengacu
pada ISPS Code Bag. B alinea 13.3
Petugas jaga fasilitas pelabuhan adalah personil fasilitas pelabuhan selain PFSO yang
ditunjuk khusus untuk tugas jaga keamanan untuk mendukung rencana keamanan fasilitas
pelabuhan. Hal ini mengacu pada ISPS Code Bag. B alinea 18.2.
Petugas lain yang terkait maksudnya semua personil kapal dan fasilitas pelabuhan dapat
memegangg peranan dalam peningkatan keamanan maritime. Hal ini mengacu ada ISPS
Code Bag. B alinea 13.4.
BAB 4
IDENTIFIKASI ANCAMAN, PENGENALAN DAN RESPON
Definisi PBB mengenai Senjata Pemusnah Masal (Weapon of Mass Destruction, WMD)
adalah suatu senjata yang dirancang untuk menyebabkan kerusakan serius terhadap tubuh
manusia, kemampuan menewaskan manusia dalam jumlah besar, atau menyebabkan
kerusakan property secara luas, diluar kemampuan system senjata konvensional.
Saat ini WMD didefinisikan lebih spesifik sebagai zat biologis atau kimia, tumbuhan atau
binatang beracun, zat radiologis dan peralatan nuklir yang digunakan sebagai senjata untuk
menyerang manusia, binatang, tumbuhan, material atau fasilitas. Menurut PBB lebih dari 45
negara telah atau sedangg mengembangkan senjata kimia, biologis, dan nuklir.
Pengiriman WMD dilakukan dengan berbagai cara antara lain menggunakan kargo/container,
kapal, mobil, truk, manusia, lapisan altileri, paket, dan surat. WMD biasa digunakan pada
kondisi sebagai berikut: ruang tertutup, kumpulan orang banyak, insfrastruktur dan fasilitas
penting, menghasilkan efek besar.
Biologis
- anthrax, sejak digunakan Oktober 2001, 18 terluka, 5 orang tewas di AS
- botulism, salah satu racun yang paling potensial;
- risin, terbuat dari kacang castor;
- cacar, saat ini permintaan untuk vaksin sangat tinggi di AS;
nuklir, nyata dan potensial, memiliki kekuatan penghancur yang sangat besar
sehingga memerlukan intervensi pemerintah.
Jenis lain senjata yang digunakann dewasa ini adalah alat peledak yang dirancang khusus
(Improvised Explosive Device, IED).
Alat peledak ini dibuat dengan maksud khusus dengan menggabungkan penghancuran,
pembantaian, pembakaran. Dirancang untuk merusak, menjelekkan, membingungkan atau
mengusik. Dapat digabungkan dengan peralatan militer, namun biasanya dimasukkan pada
komponen non militer.
IED memiliki klasifikasi eksplosiff dan membakar. Eksplosif maksudnya membuat keusakan
dengan memecah, menghasilkan panas dan ledakan. Panas yang dihasilkan sering
menyebabkan kebakaran. Membakar maksudnya menghasilkan api, menghasilkan panas
terjadi ledakan IED terbukti menimbulkan kerusakan, untuk menewaskan orang dibutuhkan
kurang darai 1 kg, sedangkan untuk menghancurkan property dibutuhkan kurang dari 500 kg.
(a) pipe Bomb (b) dynamite/Nail Boms (c) Bazooka Rocket (c) Grenade (d) Land Mine
Apabila ditemukan surat atau paket yang mencurigakan maka tindakan yang harus dilakukan
antara lain:
jangan membuka, memindahkan atau mengocok surat atau paket;
bungkus dengan kantor plastik untuk mencegah kebocoran dan cuci tangan hingga
bersih;
peringatkan polisi pelabuhan dan personil keamanan;
isolasi sekitar tempat tersebut;
matikan semua kipas angin dan AC di ruangan tersebut;
periksa orang yang kemungkinan terkena dampak (bila paket itu berisi zat kimia
berbahaya atau senjata biologis), pastikan mereka menerima perawatan medis.
Bagian ini akan menjelaskan mengenai pencarian yang dilakukan sebelum pemberangkatan
personil, rencana dan tindakan terhadap ancaman bom, dan perintah pencarian bom.
Ancaman bisa berupa ledakan langsung atau sekedar anaman untuk mencapai tujuan mereka.
Oleh karena itu kru harus diperingatkan dan disipakan untuk merespon dan menangani situasi
ini.
Prosedur pencarian bila terjadi ancaman bom dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut:
Menggunakan detector: detector yang dilalui dengan berjalan, detector yang
dipegang, detector plastic atau biohazard.
Pencarian fisik: dirancang dengan berjalan, tiarap, atau berlutut.
Pencarian proaktif: dirancang untuk mencegah adanya benda selundupan (narkoba
atau bom) di kapal atau di lingkungan pelabuhan. Seseorang atau sesuatu yang
mendekati kapal bisa saja membawa IED atau barang selundupan. Karena banyaknya
jumlah muatan seorang kru bisa dengan tidak sengaja mengijinkan barang tersebut
naik ke kapal.
Ancaman bom bisa saja terjadi di pelabuhan, oleh karena itu perlu diketahui juga langkah-
langkah pencarian di pelabuhan:
titik pusat pencarian atau inspeksi yang utama adalah pencarian pada trafik
kedatangan perahu;
ditempatkan diluar zona standoff minimum;
negosiasikanlebih dulu dengan agen;
sebaiknya dilakukan di siang hari.
Ancaman bom biasanya diterima melalui panggilan telepon. Setiap ancaman harus dianggap
serius sampai ada verifikasi bila itu hanya lelucon. Bisa saja ancaman itu hanya iseng untuk
mengacaukan operasi kapal. Bila ditemukan benda mencurigakan prinsip 4C:
Confirm (konfirmasi): bahwa benda yang ditemukan adalah IED, konfirmasikan
secara visual, menggunakan perasaan dan kehati-hatian.
Clear (bersihkan): bersihkan semu,a personil dari tempat sekitar benda yang dicurigai.
Cordon (isolasi): isolasi area dari personil yang tidak berkepentingan.
Control (kontrol): kontrol situasi hingga penjinak bom sampai, hubungi pihak
berwenang dan siapkan informasi sebanyak mungkin.
Setelah menerima telepon ancaman, penerima telepon harus meneruskan informasi yang
benar ke petugas penegak hukum dan perusahaan sejelas mungkin. Nakhoda yang
menentukan respon kapal untuk:
melakukan pencarian dengan atau tanpa evakuasi;
melakukan pengawasan selama pencarian;
jika evakuasi diperlukan tempat berkumpul harus dibersihkan sebelum evakuasi.
gunakan daftar cek pencarian, tim pencari harus mencari disetiap tempat dan benda,
tanpa telewatkan;
dimulai dari dermaga, kemudian dek, dan terakhir interior kapal. Area publik
diperiksa lebih dulu, kemudian area khsus.
Jika benda yang dicurigai IED/Bom ditemukan saat kapal berlayar, nakhoda memutuskan
tindakan berdasarkan ukuran dan tempat benda tersebut, lokasi kapal di laut, serta waktu
yang diperlukan untuk mendatangkan personil keamanan dan bantuan.
Untuk melakukan prosedur pencarian yang sistematik diperlukan peralatan antara lain:
senter dan beterai;
obeng, kunci inggris, dan linggis;
probe dan cermin;
sarung tangan, helm, overall, dan sepatu anti slip;
kantong plastik dan amplop untuk mengumpulkan bukti;
formulir untuk mendokumentasikan aktivitas dan penemuan.
Tempat yang biasa digunakan untuk menyembunyikan senjata, zat berbahaya, atau IED
antara lain:
kabin: dibelakang, atau dibawah laci, ruang antara laci dan dinding, di bawah bangku
tidur, misalnya direkatkan di bangku dibawah kasur, di bawah temapt cuci tangan, di
belakang kotak obat, di dalam radio/rekorder, saluran ventilasi, di dalam alat
pemanas, diatas atau di balik alat penerangan, di atas langit-langit, di dalam sekat
dinding atau lukisan yang disobek, di dasar lemari baju atau di dalam gulungan kaus
kaki;
fasilitas umum: di balik atau di bawah tempat cuci tangan, di belakang kloset, saluran
ventilasi atau pemanas, rol tisu toilet, dispenser handuk, kotak persediaan, direkatkan
pada gorden kamar mandi, pipa yang nampak atau alat penerangan, panel pada lantai,
dinding, langit-langit;
dek: ruang panel listrik, panel kontrol mesin derek, tempat penyimpanan sekoci, di
bawah gulungan tali, di ruang penyimpanan dek, kaleng cat, tempat muatan, ruang
pembangkit listrik, locker;
ruang mesin: cofferdam, tumpuan mesin, lambung kapal, tempat oli pada batang
propeler, di bawah catwalk, tangga keluar, saluran ventilasi, dipasang pada pipa, atau
di dalam tangki, kotak peralatan ruang setir darurat dan ruang penyimpanan;
dapur dan penyimpanan alat makan: toples tepung dan bahan kering lemari es, di
dalam ikan atau di sebelah daging dalam freezer, loker atau ruang penyimpanan.
Bagian ini akan menjelaskan pola perilaku yang mencurigakan dan pentingnya menghindari
penuduhan yang bersifat rasial dan stereotip etnik.
4.3.1 PENGINTAIAN
Definisi pengintaian adalah pengawasan jarak dekat yang dilakukan atas seseorang atau
sesuatu. Tujuan dari pengintaian teroris adalah mengambil informasi dan merencanakan
gerakan untuk mengelabui tindakan keamanan. Untuk menghadapi hal ini perlu kemampuan
untuk mendeteksi bahwa orang, instalasi atau kapal berada di bawah pengintaian seseorang
atau sekelompok orang yang bisa jadi memiliki maksud jahat. Metode pengintain biasanya
menggunakan kamera baik langsung maupun tidak, rekaman dan alat penyadap, percakapan,
interaksi dengan kru, suplater, vendor dan agen.
Pengiriman senjata: dikirim ke luar negeri dalam bentuk bagian-bagian yang belum
dirakit untuk menghindari deteksi. Model senjata tangan, beberapa diantaranya
terbuat dari plastik. Mendeteksi senjata tangan dengan gambar sinar-X terkadang sulit
dilakukan, senjata tangan seperti tipe “dillinger” ukurannya sangat kecil. Senjata
tangan aygn dimodifikasi disamarkan bentuknya sebagai HP atau pulpen. Pencarian
yang teliti harus dilakukan saat memeriksa tas tangan.
Bahan peledak: bom plastik atau buatan tangan dapat disembunyikan di dasr tas atau
koper. Scanning sinar-X modern dengan analisis komputer dapat mendeteksi bahan
peledak ini dengan m udah, tapi mesin scanning yang lama bergantung pada keahlian/
pengalaman operator. Pelatihan yang tepat dapat mengenali benda dicurigai dengan
perasaan (misalnya perbedaan antara penampilan dan berat tas). Detektor uap peledak
/peralatan kimia dapat digunakan untuk membantu deteksi bahan peledak.
Pedang dan pisau: bilah dan gagang dipisahkan untuk mengelabui. Mesin scanning
sinar-X dan detektorr loga harus digunakan.
Naiknya orang ke kapal ada yang melalui “jalan belakang” seperti menggunakan tali dengan
kait seperti perompak ada juga yang menggunakan penyamaran misalnya sebagai layanan
polisi atau militer. Untuk mengantisipasi cara pertama, gunakan penerangan yang baik di
malam hari. Penggunaan sistem deteksi, CCT dan petugas pengawas. Sementara untuk
mengantisipasi penyamaran, minta petugas yang datang untuk memperlihatkan dokumen
identitas, teliti identitas untuk mendeteksi pemalsuan.
Pemalsuan kunci dapat diperoleh dengan menyuap kru kapal. Perampok biasa tidak akan
menggunakan cara ini karena mereka tidak mengetahui rencana pergerakan kapal. Hal ini
hanya dilakukan oleh teroris yang serius untuk mencapai tujuannya. Contoh target teroris
adalah penumpang dalam jumlah besar, pembawa LNG yang dapat digunakan sebagai WMD,
tanker minyak yang dapat digunakan untuk merusak lingkungan. Untuk mengantisipasinya
perlu dipasang sistem pengontrol kunci, jika menggunakankunci digital, kode harus diubah
setiap pergantian kru.
Serangan bom bunuh diri dilakukan dengan dua cara, diam-diam atau terang-terangan. Pelaku
memiliki keyakinan yang kuat mengenai alasan perbuatan tersebut. Sulit untuk
mengantisipasi serangan jenis ini. Contoh kasus sebuah mobil yang berisi ratusna kilo bahan
peledak yang diledakkan di sebuah dermaga cukup untuk membuat lubang besar pada kapal
di sebelahnya.
Untuk melakukan serangan bawah laut perlu keahlian khusus, unit militer khusus dapat
melakukan hal ini. Serangan ini menggunakan kapal selam kecil atau penyelam untuk
memasang peledak di dasar kapal. Untuk mengantisipasi serangan ini membutuhkan
pelatihan dan peralatan tingkat tinggi juga pengetahuan megenai struktur kapal untuk
memutuskan dimana peledak dipasang. Bila kapal digolongkan rawan menjadi target teroris.
Penjaga harus dilatih untuk meneliti gelembung udara di sekitar kapal saat berada di
pelabuhan.
Kesimpulan pembahasan ini adalah bahwa seseorang selalu mengawasi anda, terlebih bila
anda merupakan target, jadilah pengamat dan catat hasil pengamatan anda. Laporkan bila ada
keanehan dengan deskripsi yang jelas.
BAB 5
PENERAPAN SISTEM KEAMAN KAPAL
Perbedaan tingkat ini bertujuan untuk menegaskan tingkat kewaspadaan atau kesiapan
menghadapi ancaman keamanan. Level lebih tinggi menunjukkan kemungkinan insiden
keamanan yang lebih tinggi.
Faktor yang menentukan dalam menetapkan tingkat keamanan antara lain: informasi
ancaman yang dapat dipercaya, sumber informasiyang berwenang, tingkat ancaman
keamanan, dan konsekuensi potensial dari insiden keamanan yang mungkin terjadi.
Teroris dapat melakukan serangan lewat udara (menggunakan pesawat), permukaan laut
(menggunakan speedboat yang berisi peledak) dan di bawah permukaan laut (menggunakan
kapal selam kecil).
Suatu kapal perlu melaksanakan tindakan untuk mencegah ancaman keamanan sesuai dengan
tingkat keamanan yagn ditetapkan oleh negara tempat kapal berada. Tindakan yang perlu
dilakukan antara lain:
memastikan kemampuan semua petugas keamanan kapal;
mengontrol akses ke kapal;
memonitor area khusus untuk memastikan hanya orang yang diijinkan yang
mempunyai akses;
memonitor area dek dan sekitar kapal;
mengawasi penanganan kargo dan persediaan kapal;
memastikan komunikasi keamanan bekerja baik.
Tindakan keamanan untuk mengontrol akses orang ke kapal dilakukan sesuai tingkat
keamanan.
Tingkat Keamanan I :
mengecek identitas semua yang orang yang hendak naik ke kapal dan konfirmasi
maksud mereka;
dalam hubungan degnan fasilitas pelabuhan, tentukan tempat khusus untuk inspeksi
dan pemeriksaan bagasi;
pastikan bahwa kendaraan yang akan dinaikkan ke kapal juga diperiksa;
pastikan penumpang yang sudah dicek dan belum, penumpang yang naik dan turun;
tempat pengakses identitas harus diamankan untuk mencegah masuknya orang yang
tidak berkepentingan;
amankan, dengan kunci atau cara lain, ruangan yang tidak boleh dimasuki sembarang
orang;
berikan brifing keamanan kepada semua personil kapal mengenai ancaman yang bisa
terjadi, prosedur melaporkan orang, benda atau aktivitas yang dicurigai, dan perlunya
kewaspadaan.
Pada tingkat keamanan 1, pemeriksaan terhadap orang yang hendak masuk kapal dapat
dilakukan dengan random, dengan frekuensi sesuai dengan SSP yang disepakati. Seorang
personil kapal tidak boleh memeriksa orang yang memiliki hubungan pribadi dengannya.
Pemeriksaan harus dilakukan dengan menghormati HAM dan menjaga martabat mereka yang
diperiksa.
Tingkat Keamanan 2:
menempatkan personil tambahan untuk patroli di area dek selama jam malam untuk
mencegah masuknya orang yang dikenal;
membatasi jumlah titik akses ke kapal, tutup sebagian untuk pengamanan;
jaga akses melalui sisi kapal, diantaranya dengan patroli menggunakan perahu;
menerapkan larangan masuk pada sisi kapal yang menempel ke pantai;
menaikkan frekuensi dan detail pemeriksaan orang dan kendaraan yang masuk dan
keluar;
mengawal pengunjung kapal;
memberikan brifing keamanan tambahan pada semua personil kapal mengenai
pengenalan ancaman, penegasan kembali prosedur melaporkan orang, benda atau
aktivitas yang dicurigai, dan tekankan untuk meningkatkan kewaspadaan.
Tingkat Keamanan 3:
akses terbatas pada satu titik akses yang dikontrol;
akses hanya diberikan pada orang yang insiden atau ancaman keamanan;
arahkan orang-orang yang berada di atas kapal;
hentikan keluar masuk orang ke kapal;
hentikan operasi penanganan kargo, pengiriman, dan lain-lain;
evakuasi kapal;
pindahkan kapal;
siapkan pencarian penuh pada tiap bagian kapal.
Tindakan keamanan perlu dilakukan pada area tertutup dengan berbagai tingkat keamanan.
Tingkat Keamanan I:
mengunci atau mengamankan titik akses;
gunakan peralatan pengawasan untuk memonitoring area ini;
gunakan penjaga dan patroli;
gunakan peralatan deteksi gangguan otomatis untuk memperingatkan personil kapal
bila ada orang yang tidak berkepentingan masuk.
Tingkat keamanan 2:
memasang area tertutup dekat titik akses;
memonitor peralatan pengawasan secara kontinyu;
menambah personil untuk mengawal dan melakukan patroli di area tertutup.
Tingkat keamanan 3:
menetapkan area tertutup tambahan di kapal yang dipercaya menjadi ancaman
keamanan untuk menutup akses ke tempat itu;
memeriksa area tertutup sebagai bagian pemeriksaan kapal.
Setelah dinaikkan ke kapal, kargo harus diidentifikasi bahwa muatan tersebut disetujui untuk
diangkut. Sebagai tambahan, tindakan keamanan memastikan kargo yang telah dinaikkan
tidak disusupi.
Tingkat keamanan 1:
pengecekan rutin unit pengangkut dan ruang kargo;
pemeriksaan untuk memastikan kargo yang diangkut sesuai dengan dokumentasi
kargo;
memastikan bahwa kendaraan yang dinaikkan ke atas kapal diperiksa saat dinaikkan;
memeriksa segel atau metode lain untuk mencegah penyusupan;
pengecekan kargo dapat dilakukan dengan cek visual atau fisik serta menggunakan
peralatan deteksi/scanning, peralatan mekanik atau anjing.
Tingkat keamanan 2:
pemeriksaan kargo, unit pengangkut dan ruang kargo secara mendetail;
mengintensifkan pemeriksaan untuk memastikan hanya kargo untuk muatan kapal
tersebut yang dinaikkan;
mengintensifkan pemeriksaan kendaraan yang dinaikkan ke kapal;
meningkatkan frekuensi dan detail pemeriksaan segel atau metode lain untuk
mencegah penyusupan.
Tingkat keamanan 3:
hentikan pemuatan atau bongkar muat kargo;
verifikasi keberadaan benda atau zat berbahaya yang diangkut di atas kapal, jika ada,
dan lokasinya.
Tingkat keamanan 1:
tindakan keamanan diaplikasikan pada pengiriman persediaan kapal;
pemeriksaan untuk memastikan kiriman sesuai dengan pesanan;
pastikan kiriman langsung dimasukkan ke gudang.
Tingkat keamanan 2:
tindakan keamanan diaplikasikan pada pengiriman persediaan kapal;
menerapkan pemeriksaan pada kiriman yang diterima dan mengintensifkan inspeksi.
Tingkat keamanan 3:
tindakan keamanan diaplikasikan pada pengiriman persediaan kapal;
lakukan pemeriksaan yang lebih ekstensif terhadap kiriman;
siapkan pembatasan atau penghentian pengiriman persediaan;
tolak pengiriman persediaan ke kapal.
Tindakan keamanan perlu diaplikasikan untuk menangani bagasi yagn tidak bertuan. Pastikan
bagasi tersebut diidentifikasi dengan scanning dan pemeriksaan yang tepat sebelum dinaikkan
ke kapal.
Tingkat keamanan 1: pastikan bagasi titipan di-scanning dan diperiksa hingga 100%,
scanning dapat dilakukan menggunakan sinar-X.
Tingkat keamanan 3:
tempatkan bagasi pada scanning yang lebih ekstensif, misalnya sinar-X dilakukan
minimal dari dua sudut berbeda;
persiapan untuk membatasi atau menghentikan penanganan bagasi titipan;
tolak bagasi titipan naik ke kapal.
Prosedur dan peralatan diperlukan pada tiap tingkat keamanan dan pastikan peralatan monitor
dapat bekerja secara kontinyu, termasuk kemungkinan efek kondisi cuaca dan gangguan
energi.
Tingkat keamanan 1:
personil kapal harus mampu mendeteksi aktivitas di luar kapal baik di sisi pantai
maupun sisi laut;
pengawasan harus mencakup area di atas dan di sekitar kapal;
pengawasan harus memfasilitasi identifikasi personil pada titik akses;
pengawasan dapat dilakukan dengan koordinasi bersama fasilitas pelabuhan.
Tingkat keamanan 2:
tingkatkan frekuensi dan detail patroli keamanan;
tingkatkan pengawasan dan intensitas penerangan atau penggunaan peralatan
pengawasan dan keamanan;
tugaskan personil tambahan untuk mengawasi keamanan;
pastikan koordinasi dengan patroli keamanan di sekitar kapal.
Tingkat keamanan 3:
nyalakan semua penerangan, hingga menerangi sekitar kapal;
nyalakan semua peralatan pengawas yang dapat merekam aktivitas di atas dan sekitar
kapal;
siapkan inspeksi bawah laut untuk memeriksa lambung kapal;
lakukan tindakan untuk mendeteksi akses bawah laut ke lambung kapal, dengan cara
melambatkan putaran propeler jika memungkinkan.
Sesuai dengan ketetapan ISPS Code Bag. A paragraf 7 no 17.2, Perwira Keamanan Fasilitas
Pelabuhan harus melaporkan ke pihak berwenang yang kompeten dan menyusun laporan
insiden yang dapat membahayakan keamanan fasilitas.
Pada peristiwa insiden keamanan (misalnya pelanggaran batas) PFSO dapat melapor
ke polisi sesegera mungkin.
Jika fasilitas tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dengan prosedur yang
ditetapkan pada rencana keamanan, PFSO harus melaporkan hal ini melalui telepon
PSO ke ruang Nakhofa dan Perwira Keamanan Pelabuhan (PSO).
PSO akan berkonsultasi dengan agen pelaksana yang bertanggung jawab pada sejauh
mana aktivitas bongkar muat dapat dilanjutkan.
Jika hal ini berpengaruh pada aliran trafik, Pusat Perintah Penguncian (Lock
Command Center) akan diberi tahu.
BAB 6
PERSIAPAN DAN LATIHAN KEADAAN DARURAT
ISPS Code menetapkan perlunya pelatihan untuk keamanan kapal Bagian A alinea 13, dan
menjelaskan petunjuk mengenai pelatihan tersebut pada bagian B alinea 13.
Menurut ISPS Code A-13.4 latihan keamanan kapal harus dilaksanakan dalam interval waktu
yang sesuai untuk memastikan implementasi efektif SSP dan disesuaikan juga dengan tipe
kapal, pergantian personil kapal, pelabuhan yang dikunjungi, faktor lain yang mempengaruhi
dan petunjuk pada ISPS Code Bag. B.
Untuk mengimplementasikan SSp secara efektif, latihan harus dilaksanakan minimal, sekali
tiap tiga bulan atau bila lebih dari 25% telah diganti. Latihan harus mencakup semua elemen
rencana pertahanan terhadap skenario ancaman keamanan yang tertera di paragraf B-8.9.
B-8.9.1 Perusakan kapal atau pelabuhan
B-8.9.2 Pembajakan atau perampasan kapal atau orang di atasnya
B-8.9.3 Penyusupan pada kargo, peralatan/sistem kapal yang penting atau
persediaan kapal
B-8.9.4 Akses yang tidak berkepentingan,termasuk adanya penumpang gelap
B-8.9.5 Penyelundupan peralatan atau senjata termasuk WMD
B-8.9.6 Penggunaan kapal untuk membawa barang atau peralatan yang
menyebabkan insiden keamanan.
B-8.9.7 Penggunaan kapal itu sendiri sebagai senjata atau penyebab kerusakan.
B-8.9.8 Serangan dari sisi laut saat sandar atau lego jangkar.
B-8.9.9 Serangan di laut.
Contoh: latihan memadamkan api, latihan menolong orang yang jatuh ke laut, latihan
mengontrol akses, latihan pencarian bom.
Latihan khusus melatih elemen dari sistem respon darurat, berkisar dari yang sederhana
hingga rumit. Tujuan diadakan latihan khusus:
mempraktekkan keterampilan tangan;
menguji peralatan;
menguji prosedur.
6.1.1 PERENCANAAN
Instruksi dirumuskan tergantung pada cakupan latihan. Lembar instruksi dan evaluasi
diberikan pada evaluator (untuk latihan yang memerlukan evaluasi keterampilan). Lakukan
juga observasi.
brifing semuang peserta mengenai parameter latihan dan instruksi khusus yang harus
diikuti;
pastikan peserta memiliki pemahaman yang jelas;
tentukan titik akhir latihan yang tepat.
Amankan penyimpanan;
Kumpulkan lembar evaluasi dan catatan;
Kumpulkan semua peserta untuk mendapatkan feedback dan mengetahui pemahaman
mereka;
Siapkan laporan kelompok untuk atasan dan dokumentasi, ikuti perencanaan dan
prosedur pengembangan sesuai rekomendasi.
Kesimpulan:
peserta harus sudah terlatih keterampilannya dan mengetahui hasil yang diharapkan
sebelum mengikuti latihan khusus;
melalui perencanaan beri motivasi peserta bahwa mempunyai kesempatan sukses;
pastikan aspek keselamatan dipenuhi.
6.2.1 PERENCANAAN
Fasilitator harus:
memastikan perencanaan terkini;
mengidentifikasi tujuan latihan umum dan mendokumentasikannya untuk referensi
mendatang.
Fasilitator harus menyiapkan narasi pembukaan pada skenario pada 1-2 tahap eskalasi:
menyediakan informasi yang harus diketahui megenai kondisi darurat yang terjadi;
menyertakan data kondisi cuaca, lokasi, aktivitas yang dilakukan saat darurat terjadi
dan akibat kondisi darurat tersebut;
jangan menguraikan respon terhadap kejadian itu.
Pada tiap tahap eskalasi peserta mendapatkan informasi baru baru dan 4-6 pertanyaan
mengenai jenis respon yang harus dilakukan serta bimbingan diskusi mengenai masalah dan
respon pada tiap eskalasi, seharusnya:
tidak membuat peserta kewalahan;
menggambarkan peserta melalui rangkaian kejadian yang terjadi selama latiha.
Eskalasi 1 menilai aktivitas respon misalnya terhadap insiden,sumber yang dibutuhkan, akses
ke tempat atau rencana khusus yang diaktifkan. Pada eskalasi 2, peserta mempelajari lebih
jauh respon untuk mengingat pengaruh jangka panjang dan cara mengatasi masalah.
fasilitator mendorong peserta untuk: mengacu pada rencana dan mengevaluasi bahaya
dan pengaruh potensial dari kejadian tersebut;
fasilitator mengakhiri sesi dengan: merekap pelajaran yang diambil,
mendokumentasikannya bagi team perencana untuk aksi lebih jauh, dan menyimpan
daftar hadir untuk dokumentasi.
DAFTAR PUSTAKA
- ISPS Code