Anda di halaman 1dari 113

DIKLAT

TEKNIS SUBSTANTIF DASAR


KEPABEANAN DAN CUKAI

MODUL

KLASIFIKASI BARANG

Disusun Oleh:
Adang Karyana Syahbana, S.ST.
(Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI
2014
DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF DASAR
KEPABEANAN DAN CUKAI

MODUL

KLASIFIKASI BARANG

Disusun Oleh:
Adang Karyana Syahbana, S.ST.
(Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI
2014
Klasifikasi Barang

KATA PENGANTAR DAN PENGESAHAN

KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BEA DAN CUKAI

Menunjuk Nota Dinas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bea dan
Cukai Nomor ND-243/PP.5/2012 tanggal 26 September 2012 hal Review dan
Update Modul Diklat untuk Diklat Tahun Anggaran 2013, dengan ini Sdr. Adang
Karyana S, S. ST selaku penyusun modul Klasifikasi Barang untuk Diklat Teknis
Substantif Dasar (DTSD) Kepabeanan dan Cukai telah melakukan revisi modul
tersebut.

Oleh karena materi modul sebagaimana terlampir telah direvisi, maka


dengan ini kami nyatakan bahwa modul dimaksud sah dan layak untuk menjadi
Modul DTSD Kepabeanan dan Cukai di lingkungan Badan Pendidikan dan
Pelatihan Keuangan.

Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada penyusun dan
semua pihak yang telah membantu penyelesaian revisi modul tersebut.

Demikian kata pengantar dan pengesahan ini dibuat untuk dipergunakan


sebagaimana mestinya.

Jakarta, Januari 2013


Kepala Pusdiklat Bea dan Cukai

DTSD Kepabeanan dan Cukai i


DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ... v

PETA KONSEP MODUL . vi

MODUL

KLASIFIKASI BARANG
A. Pendahuluan 1

1. Deskripsi Singkat ...................................................... 1

2. Prasyarat Kompetensi ...................................................... 1

3. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) ........................ 2

4. Relevansi Modul .............. 2

B. KEGIATAN BELAJAR ........................................................................... 4

1. Kegiatan Belajar (KB) 1 ...................................................... 4

KLASIFIKASI BARANG
Indikator Keberhasilan .. 4

1.1. Uraian dan contoh .......................................................................... 4

A. Identifikasi dan Klasifikasi Barang ................... 5

1) Identifikasi dan Klasifikasi Barang ...... 5

2) Langkah-Langkah Dalam Mengklasifikasi Barang 8

ii DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang

B. Harmonized System 9

1) Pengantar 9

2) Tujuan Harmonized System ... 11

3) Publikasi Pelengkap HS 12

4) Sistem Pengkodean . 13

C. Buku Tarif Kepabeanan Indonesia . 15

1) Dasar Hukum .. 15

2) Struktur BTKII 17

3) Kode Penomoran dan Pentakikan 21

4) Arti kata lain-lain .. 23

1.2. Latihan 1 ........ 26

1.3. Rangkuman ... 26

1.4. Tes Formatif 1 .... 28

1.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ........................ 31

2. Kegiatan Belajar (KB) 2 ....................................................... 32

TEKNIK KLASIFIKASI BARANG


Indikator Keberhasilan .. 32

2.1. Uraian dan contoh ........................................................................... 32

A. Ketentuan Umum Untuk Menginterpretasi Harmonized

System .................................................................................... 32

1) ketentuan umum untuk menginterpretasi harmonized

system nomor 1 .. 32

2) Ketentuan Umum Menginterpretasi Harmonized System

DTSD Kepabeanan dan Cukai iii


nomor 2a dan 2b 34

3) Ketentuan Umum Menginterpretasi Harmonized System

nomor 3a, b dan c .. 36

4) Ketentuan Umum Menginterpretasi Harmonized System

nomor 4 40

5) Ketentuan Umum Menginterpretasi Harmonized System

nomor 5 41

6) Ketentuan Umum Menginterpretasi Harmonized System

nomor 6 43

B. Tahapan Mengklasifikasi Barang .............................................. 44

C. Nota Penelitian . 46

1) Pengantar 46

2) Nota Penelitian Klasifikasi Barang .. 46

3) Praktek Pembuatan Nota Penelitian Klasifikasi Barang 48

2.2. Latihan 2 ......... 50

2.3. Rangkuman .... 51

2.4. Tes Formatif 2 .... 52

2.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ........................ 54

3. Kegiatan Belajar (KB) 3 ....................................................... 58

CATATAN PENTING DALAM

BUKU TARIF KEPABEANAN INDONESIA

(BTKI)

Indikator Keberhasilan .. 56

3.1. Uraian dan contoh ........................................................................... 56

iv DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang

A. Jenis Catatan pada BTKII ........................................................ 56

1) Catatan definitive 57

2) Catatan Eksklusif .. 57

3) Catatan Ilustratif . 58

4) Catatan lain-lain . 58

B. Struktur Pengelompokan Barang Pada BTKI ......................... 59

1) Gambaran per bagian 62

2) Hubungan antar BAB . 66

3) Bab pada BTKII . 68

C. Catatan Penting Pada BTKI ... 79

3.2. Latihan 3 ......... 87

3.3. Rangkuman .... 87

3.4. Tes Formatif 3 .... 88

3.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ........................ 91

PENUTUP .. 92

TES SUMATIF ................................................................ 94

KUNCI JAWABAN ( TES FORMATIF DAN TES SUMATIF ) 97

DAFTAR PUSTAKA . 102

DTSD Kepabeanan dan Cukai v


PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Untuk dapat memahami modul ini secara benar, maka peserta diklat

diharapkan mempelajari modul ini secara urut mulai dari Kegiatan Belajar 1
sampai dengan Kegiatan Belajar 3.

Cara mempelajari setiap kegiatan belajar adalah mengikuti tahap-tahap


berikut ini:

1. Lihat apa yang menjadi target indikator dari kegiatan belajar tersebut;

2. Pelajari materi yang menjadi isi dari setiap kegiatan belajar (dengan cara
membaca materi minimal 3 kali membaca isi materi kegiatan belajar
tersebut);

3. Lakukan review materi secara umum, dengan cara membaca kembali

ringkasan materi untuk mendapatkan hal-hal penting yang menjadi fokus


perhatian pada kegiatan belajar ini;

4. Kerjakanlah Tes Formatif pada kegiatan belajar yang sedang dipelajari;

5. Lihat kunci jawaban Tes Formatif dari kegiatan belajar tersebut yang terletak
pada bagian akhir modul ini.

6. Cocokkan hasil tes formatif dengan kunci jawaban tersebut, apabila ternyata

hasil Tes Formatif peserta diklat memperoleh nilai minimal 67 (jumlah yang
benar x 100/15), maka kegiatan belajar dapat dilanjutkan pada kegiatan

belajar berikutnya, namun apabila diperoleh angka di bawah 67, maka


peserta diklat diharuskan mempelajari kembali kegiatan belajar tersebut agar

selanjutnya dapat diperoleh angka minimal 67.

7. Kerjakan Tes Sumatif apabila semua Tes Formatif dari seluruh kegiatan
belajar telah dilakukan.

8. Lihat kunci jawaban Tes Sumatif yang terletak pada bagian akhir modul ini

vi DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang

9. Cocokkan hasil tes sumatif dengan kunci jawaban tes sumatif, apabila

ternyata hasil tes sumatif peserta diklat memperoleh nilai minimal 67 (jumlah

yang benar x 100/25), maka peserta diklat dapat dinyatakan lulus dari
kegiatan belajar

DTSD Kepabeanan dan Cukai vii


PETA KONSEP
Dalam mempelajari modul ini, agar lebih mudah dipahami maka disarankan
kepada peserta diklat untuk mempelajari peta konsep modul. Dengan demikian
pola pikir yang sistematik dalam mempelajari modul dapat terjaga secara
berkesinambungan selama mempelajari modul.

Kegiatan Belajar 1 KLASIFIKASI BARANG


Materi : Identifikasi dan Klasifikasi Barang: Identifikasi dan Klasifikasi
Barang, Langkah-Langkah Dalam Mengklasifikasi Barang; Harmonized
System : Pengantar, Tujuan Harmonized System, Publikasi Pelengkap
HS, Sistem Pengkodean; Buku Tarif Bea Masuk Indonesia : Dasar
Hukum, Struktur BTBMI, Kode Penomoran dan Pentakikan, Arti kata
lain-lain

Kegiatan Belajar 2 TEKNIK KLASIFIKASI BARANG


Materi : Ketentuan Umum Untuk Menginterpretasi Harmonized System
: ketentuan umum untuk menginterpretasi harmonized system nomor
1, 2a, 2b, 3a, 3b, 3c, 4, 5, 6; Tahapan Mengklasifikasi Barang; Nota
Penelitian : Pengantar; Nota Penelitian Klasifikasi Barang; Praktek
Pembuatan Nota Penelitian Klasifikasi Barang

viii DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang

Kegiatan Belajar 3 CATATAN PENTING DALAM BUKU


TARIF BEA MASUK INDONESIA (BTBMI)
Materi : Jenis Catatan pada BTBMI : Catatan definitive, Catatan
Eksklusif, Catatan Ilustratif, Catatan lain-lain; Struktur
Pengelompokan Barang Pada BTBMI : Gambaran per bagian,
Hubungan antar BAB, BAB pada BTBMI; Catatan Penting Pada
BTBMI

DTSD Kepabeanan dan Cukai ix


Klasifikasi Barang

A
PENDAHULUAN

MODUL
KLASIFIKASI BARANG
1. Diskripsi singkat

Seorang Pegawai Ditjen Bea dan Cukai harus menjadi seorang klasifikator
dibidang kepabeanan Oleh karena itu, seorang klasifikator harus terlebih dahulu
memahami pengetahuan barang dan pengetahuan mengenai klasifikasi barang.
Seorang klasifikator harus memiliki kemampuan dalam mengidentifikasi dan
mengklasifikasi barang karena akan menentukan ketepatan dalam klasifikasi
dalam Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang pada akhirnya menentukan
ketepatan jumlah bea masuk dan pungutan impor lainnya yang harus dibayar.

2. Prasyarat Kompetensi

Untuk mempelajari modul ini idealnya anda telah ditunjuk sebagi Peserta
DTSD Kepabeanan dan Cukai dan telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut
1. Pegawai DJBC yang belum pernah mengikuti diklat teknis Kepabeanan
& Cukai;
2. Telah lulus DTU Kesamaptaan
DTSD Kepabeanan dan Cukai 1
3. Minimal lulusan SLTA atau sederajat;
4. Usia maksimal 50 tahun;
5. Sehat jasmani dan rohani;
6. Tidak sedang menjalani atau dalam proses penjatuhan hukuman disiplin;
7. Tidak sedang ditunjuk mengikuti diklat lain;
8. Ditunjuk oleh Sekretaris DJBC.

3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi
Setelah mengikuti mata diklat ini peserta diklat mampu melaksanakan
ketentuan klasifikasi barang

Kompetensi Dasar
1. Peserta mampu menjelaskan tentang sejarah, dasar hukum dan sistem
klasifikasi barang
2. Peserta mampu menjelaskan tentang jenis catatan
3. Peserta mampu menerapkan KUM HS No 1 dan 2
4. Peserta mampu menerapkan KUM HS No. 3 s.d 6
5. Peserta mampu mengaplikasikan prosedur pengklasifikasian bardan
membuat nota penelitian klasifikasian
6. Peserta mampu menjelaskan tentang hubungan antar bagian dan bab dalam
BTKI
7. Peserta mampu mempraktekan klasifikasi barang pada bagian I s.d XXI
BTKI

4. Relevansi Modul
Relevansi modul terhadap tugas pekerjaan yang akan dijalankan peserta
diklat adalah sebagai berikut :
a. Setelah mempelajari materi modul ini diharapkan peserta mendapat
pemahaman yang benar tentang klasifikasi barang, Harmonize System,
Buku Tarif Kepabeanan Indonesia, Ketentuan Umum untuk
Menginterpretasikan Harmonized System, Tahapan Mengklasifikai

2 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang
Barang, Nota Penelitian, serta Catatan Penting dalam Buku Tarif
Kepabeanan Indonesia (BTKI).
b. Materi modul ini terkait pada mata pelajaran lain, dan diharapkan dapat
memberikan gambaran secara utuh tugas pegawai Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai dalam pengklasifikasian barang.

DTSD Kepabeanan dan Cukai 3


B
KEGIATAN
BELAJAR

1. Kegiatan Belajar (KB) 1

KLASIFIKASI BARANG
Indikator Keberhasilan :
Setelah mempelajari materi diharapkan siswa mampu menjelaskan: :
1. Identifikasi dan klasifikasi barang
2. Harmonized System (HS)
3. Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI ) 2012

1.1. Uraian dan Contoh

Seorang Pegawai Ditjen Bea dan Cukai harus menjadi seorang klasifikator
dibidang kepabeanan Oleh karena itu, seorang klasifikator harus terlebih dahulu
memahami pengetahuan barang dan pengetahuan mengenai klasifikasi barang.
Seorang klasifikator harus memiliki kemampuan dalam mengidentifikasi dan
mengklasifikasi barang karena akan menentukan ketepatan dalam klasifikasi
dalam Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang pada akhirnya menentukan
ketepatan jumlah bea masuk dan pungutan impor lainnya yang harus dibayar.

4 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang
A. IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI BARANG

1) Identifikasi dan Klasifikasi Barang

Langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk dapat mengklasifikasi


suatu barang dengan benar? Biasanya klasifikasi tersebut dilakukan dengan
mencari langsung pos tarif yang dianggap sesuai. Cara seperti ini tidak akurat
dan sering menyebabkan terjadinya kesalahan klasifikasi yang mengakibatkan
negara dirugikan.
Dalam buku ini akan dijelaskan dengan singkat langkah-langkah praktis
dalam mengklasifikasi barang. Diharapkan dengan menggunakan metode ini
para siswa dapat dengan mudah mengklasifikasi barang. Namun sekali lagi
perlu diingat, klasifikasi yang benar hanya dapat dilakukan apabila mengetahui
jenis barang dan memahami aturan-aturan mengklasifikasi dengan benar.
Langkah pertama dalam mengklasifikasi adalah apa yang akan
diklasifikasikan. Sebelum mengklasifikasi suatu barang, kita harus tahu lebih
dulu spesifikasi barang itu. Langkah ini dinamakan Identifikasi barang.
Keakuratan mengklasifikasi tergantung dari keakuratan dalam mengidentifikasi
barang. Seorang klasifikaotr tidak mungkin dapat mengklasifikasikan suatu
barang dengan benar bila ia tidak tahu spesifikasi barang tersebut.
Setelah kita mendapatkan seluruh informasi yang dibutuhkan melalui
identifikasi barang, barulah kita dapat melakukan langkah kedua yaitu Klasifikasi
barang. Perlu diingat bahwa setelah melakukan tahap klasifikasi, baru diketahui
bahwa informasi yang ada belum lengkap sehingga kita harus kembali
melakukan identifikasi barang untuk memperoleh informasi yang diperlukan
tersebut.
Informasi apa yang diperlukan untuk mengidentifikasi suatu barang dan
darimana informasi tersebut diperoleh? Informasi yang diperlukan sebenarnya
tergantung dari uraian yang ada pada BTKI yang berkaitan dengan barang
bersangkutan. Semakin sederhana dan rinci uraian barang pada BTKI, semakin
mudah bagi kita untuk mengklasifikasikan barang karena tidak dibutuhkan
informasi yang terlalu rumit (misalnya, informasi yang diperlukan untuk
mengklasifikasikan kuda hidup, hanyalah kuda bibit, untuk tujuan olah raga, atau
DTSD Kepabeanan dan Cukai 5
kuda untuk sirkus).
Bagaimana seandainya yang akan kita klasifikasikan adalah suatu bahan
kimia? Barangkali sebelum mengklasifikasi kita memerlukan berbagai informasi
mengenai barang kimia tersebut: apakah organik atau anorganik, apakah bentuk
asal atau preparat, apa komposisinya, apa kegunaannya, bagaimana bentuknya,
dan sebagainya. Informasi yang diperlukan tentunya semakin banyak dan rumit.
Demikian juga apabila barang tersebut berupa barang elektronik. Berapa watt
dan voltage tenaga listrik yang dibutuhkan, kegunaan, buatan, dan keterangan
lainnya.
Darimana kita dapat memperoleh informasi yang kita perlukan untuk
mengklasifikasi suatu barang? Mari menjawab pertanyaan tesebut dengan
memperhatikan bagan di bawah ini:
Untuk mengetahui spesifikasi barang yang akan kita klasifikasikan, banyak
sumber informasi yang dapat kita gunakan. Fisik barang itu sendiri sudah
memberikan beberapa informasi yang kita butuhkan, misalnya apakah bentuknya
cair atau padat, butiran atau bongkahan, bagaimana pengemasnya, dan
sebagainya. Informasi lain dapat kita peroleh dari berbagai sumber di atas.
Semakin banyak informasi yang kita miliki tentang barang tersebut, semakin
akurat kita mengklasifikasikannya.

6 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang
Identifikasi barang diperlukan untuk menjawab setidak-tidaknya empat
pertanyaan dasar di bawah ini:
What is it?
Barang apa yang diimpor? bahan baku, setengah jadi, atau barang jadi?
produk pertanian, kimia, elektronik, mesin?
What is it made of?
Dibuat dari apa barang tersebut? komposisi, campuran, bahan yang
dominan?
What for?
Digunakan untuk apa? kegunaan tertentu, bagian dari barang lain,
aksesoris, lebh dari satu macam kegunaan?
How is it imported?
Bagaimana saat diimpor? kemasan? belum lengkap? terurai? dalam
bentuk set?

Pertanyaan di atas harus dijawab sebelum kita memulai tahap klasifikasi.


Apabila kita sudah mempunyai jawaban, barulah kita berusaha mencari pos yang
tepat. Dengan kata lain, setelah 3W + 1H What are the classifiable codes?
Mengapa What are classifiable codes? (pos-pos, bukan satu pos
tertentu?). Kita dapat menemukan satu pos tertentu bila pos dimaksud dengan
spesifik menguraikan jenis barangnya. Namun pada umumnya suatu pos
mencakup atau menguraikan satu kelompok barang sehingga sepintas lalu
seakan-akan ada satu barang yang dicakup oleh dua atau lebih pos. Untuk itu
kita perlu mengantisipasi semua pos tarif yang mungkin untuk dipilih satu pos
yang paling sesuai.
Keterangan pabrik atau produsen barang perlu diperhatikan, dari jenis
pabrik apa, misalnya apakah pabrik farmasi atau pabrik produksi pipa plastik. Hal
ini untuk mengetahui grade atau kemurnian dari bahan tersebut. Kalau pabrik
farmasi kecenderungannya akan menmproduksi grade farmasi atau dengan
kemurnian mendekati 100 %. Keterangan kemurnian barang akan berkaitan
dengan harga barang tersebut, demikian juga negara asal barang akan
berpengaruh terhadap mutu atau harga barang.

DTSD Kepabeanan dan Cukai 7


2) Langkah-Langkah Dalam Mengklasifikasi Barang

a. Prosedur Umum Klasifikasi

Dalam mengklasifikasi barang menggunakan BTKI, prosedur yang


digunakan adalah sebagai berikut :
i. identifikasi barang yang akan diklasifikasikan;
ii. mempelajari jenis, fungsi, bahan baku dan semua informasi mengenai
barang;
iii. merumuskan identitas atau deskripsi barang tersebut;
iv. melihat buku Tarif Bea Kepabeanan Indonesia (BTKI);
v. menentukan klasifikasi barang ke dalam BTKI (dapat dimulai baik dari segi
bahan baku menjadi barang jadi, proses sederhana dan proses
canggih/kompleks, pertanian, mineral, kimia, mesin, dan seterusnya).

b. Tahapan Mengklasifikasi Barang

Dalam penjelasan ini disajikan tahapan mengklasifikasi barang secara


garis besar. Tahapan lebih rinci akan dijelaskan kemudian setelah memahami
apa itu Harmonized System, Buku Tarif Kepabeanan Indonesia, Ketentuan
Umum Untuk Menginterpretasi Harmonized System dan teori pendukung lainnya.
1. Kita identifikasi dulu barang yang akan kita klasifikasi. Dengan mengetahui
spesifikasi barang, misalnya barang tersebut produk pertanian, barang kimia,
atau mesin, kita bisa memilih bab-bab yang lebih spesifik. Identitas barang
meliputi : nama, guna, fungsi, bauatan, berat, kemasan dan informasi lain
yang bergunauntuk mengklasifikasi barang.
2. Pilih bab atau bab-bab yang berkaitan dengan spesifikasi barang tersebut.
Bila sudah kita tentukan, baca dan perhatikan baik-baik catatan Bagian dan
catatan Bab yang berkaitan dengan pilihan bab atau bab-bab pada butir 1.
3. Perhatikan penjelasan-penjelasan dalam catatan Bagian maupun catatan
Bab yang berkaitan dengan barang yang akan kita klasifikasi. Apabila ada
catatan yang mengeluarkan barang tersebut dari Bab atau Bagian yang kita
pilih, perhatikan pada Bagian, Bab, atau pos mana barang tersebut

8 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang
diklasifikasikan. Pada tahap ini, biasanya kita sudah mempunyai gambaran
umum apakah barang tersebut diklasifikasikan di bab tersebut atau di bab
lainnya.
4. Setelah menemukan satu bab yang paling sesuai berdasarkan kajian di atas,
maka kita mulai menelusuri pos-pos yang mungkin mencakup barang yang
akan kita klasifikasikan dalam bab tersebut. Pada tahap ini kadang-kadang
kita sudah dapat menemukan pos yang mencakup barang tersebut dengan
rinci. Bila sudah kita temukan satu pos yang tepat, maka langkah selanjutnya
tinggal menentukan sub-pos (6-digit) dan pos tarif (10-digit) yang sesuai.
Ingat, dalam penentuan sub-pos dan pos tarif pun kadang timbul
permasalahan klasifikasi yang sama dengan penentuan pos (4-digit). Dalam
tahap ini tentunya menggunakan kaidah-kaidah seperti yang ada dalam
nomor 1 sampai dengan 6 pada Ketentuan Umum Untuk Menginterpretasi
Harmonized System
5. Apabila sudah dipilih satu pos tarif yang benar-benar sesuai dengan uraian
barang, langkah selanjutnya adalah melihat pembebanannya (BM, PPN,
PPnBM, atau cukai). Karena pembebanan tersebut sering berubah, jangan
lupa selalu menggunakan pembebanan yang up to date berdasarkan
ketentuan yang terbaru.

B. HARMONIZED SYSTEM

1) Pengantar

Klasifikasi barang adalah suatu daftar penggolongan barang yang dibuat


secara sistematis dengan tujuan untuk mempermudah pentarifan transaksi
perdagangan, pengangkutan dan statistik. Berdasarkan pasal 14 ayat 2 Undang-
undang Kepabenan Indonesia Nomor 10 tahun 1995 sebagaimana telah
diamandemen dengan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2006, penetapan
klasifikasi barang diatur lebih lanjut oleh Menteri Keuangan. Pada saat ini sistem
pengklasifikasian barang di Indonesia didasarkan pada Harmonized System dan
dituangkan dalam bentuk suatu daftar tarif yang kita kenal dengan sebutan Buku
Tarif Kepabeanan Indonesia.

DTSD Kepabeanan dan Cukai 9


a. Sejarah Sistem Klasifikasi di Indonesia

Sebelum diberlakukannya Harmonized System, Indonesia telah


menggunakan beberapa sistem klasifikasi untuk barang impor, yaitu :
a. Sistem Jenewa (Geneve Nomenclature), yang berlaku sejak kemerdekaan
Republik Indonesia sampai dengan 31 Desember 1972.
b. Sistem Brussel (Brussel Tariff Nomenclature atau BTN), mulai berlaku sejak
tanggal 1 Januari 1973 sampai dengan 30 Juni 1975.
c. Sistem Brussel Edisi 1975 (BTN 1975). Penetapan tarif ini merupakan
penyempurnaan dari penetapan tarif sebelumnya dan mulai diberlakukan
pada tanggal 1 Juli 1975 sampai dengan 30 september 1980.
d. Sistem Customs Cooperation Council (CCCN). Pada dasarnya sistem
pentarifan ini sama dengan sistem sebelumnya, hanya pada sistem CCCN ini
terdapat penyempurnaan sistem penomoran pada sub-pos dari dua digit
menjadi tiga digit atau semula 6 digit menjadi 7 digit. Sistem CCCN ini mulai
diberlakukan pada tanggal 1 Oktober 1980 sampai dengan 31 Maret 1985.
e. Sistem CCCN Edisi 1985 (CCCN 1985). Sistem ini merupakan
penyempurnaan dari sistem CCCN sebelumnya dan mulai diberlakukan pada
tanggal 1 April 1987 sampai dengan 31 desember 1988.
f. Sistem Harmonisasi (Harmonized System). Sistem ini diterapkan di Indonesia
berdasarkan PP No. 26 tahun 1988 dan diwujudkan dalam bentuk Buku Tarif
Bea Masuk Indonesia tahun 1989 (BTBMI Tahun 1989) dan dinyatakan
berlaku mulai tanggal 1 Januari 1989. Paa saat ini mulai 1 Januari tahun 2012
menggunakan BTKI.

b. Mengapa HS ?

Sejak tahun 1970, Customs Cooperation Council (CCC) yang sekarang


dikenal dengan nama World Customs Organisation (Organisasi Pabean Dunia)
telah membentuk suatu kelompok studi yang berusaha untuk menciptakan suatu
nomenklatur klasifikasi barang yang tidak semata-mata untuk keperluan pabean,
tetapi juga digunakan untuk kepentingan lain seperti statistik, pengangkutan, dan
negosiasi perdagangan.

10 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang
Pada akhir tahun 1986, kelompok studi tersebut berhasil menyusun suatu
nomenklatur (daftar klasifikasi barang berdasarkan kelompok-kelompok) yang
dinamakan Harmonized Commodity Description and Coding System atau
lebih dikenal dengan sebutan Harmonized System (HS). Untuk memberikan
kekuatan hukum yang pasti, nomenklatur tersebut disahkan dalam suatu
konvensi yang dikenal dengan nama Konvensi HS.
Pada awalnya, konvensi HS ditandatangani oleh 70 negara yang sebagian
besar adalah negara Eropa. Namun sekarang hampir seluruh negara di dunia
telah meratifikasi konvensi ini, termasuk Indonesia yang telah meratifikasi
konvensi HS dengan Keppres Nomor 35 tahun 1993. Meskipun baru meratifikasi
pada tahun 1993, sebenarnya Indonesia telah menggunakan BTBMI sejak
tanggal 1 Januari 1989.

2) Tujuan Harmonized System

Adanya perbedaan sistem klasifikasi tarif antara negara di dunia,


mengakibatkan timbulnya kesulitan dalam mengantisipasi kemajuan teknologi,
perkembangan masyarakat industri dan pola perdagangan Internasional.
Menyadari hal yang demikian WCO pada tanggal 14 Juni 1983 meluncurkan HS
yang mulai berlaku secara internasional pada tanggal 1 Januari 1988, dengan
tujuan :
i. Memberikan keseragaman dalam daftar penggolongan barang yang dibuat
secara sistematis, untuk penetapan Tarif Pabean secara mendunia.
ii. Memudahkan pengumpulan, pembuatan dan analisis Statistik perdagangan
dunia.
iii. Memberikan Sistem Internasional yang resmi untuk pemberian Kode,
Pen jelasan dan penggolongan barang untuk tujuan perdagangan seperti
tarif pengangkutan, keperluan pengangkutan, dokumentasi dan
sebagainya.
iv. Memperbaharui sistem klasifikasi barang sebelumnya, untuk memberikan
perhatian kepada perkembangan teknologi dan masyarakat industri serta
pola perdagangan Internasional.
Mengapa HS dijadikan dasar klasifikasi secara internasional? Ada

DTSD Kepabeanan dan Cukai 11


beberapa keuntungan yang didapat setiap negara yang mengadopsi HS sebagai
pedoman klasifikasi barang, yaitu:
1. HS adalah pedoman klasifikasi yang sistematik untuk seluruh barang yang
diperdagangkan secara internasional.
2. HS menggunakan dasar yang seragam untuk keperluan pentarifan secara
internasional.
3. Menggunakan bahasa pabean sehingga dapat dengan mudah dimengerti
oleh importir, eksportir, produsen, pengangkut, dan aparat bea dan cukai.
4. Sederhana dan memberikan kepastian dalam hal aplikasi dan interpretasi
yang benar dan sama untuk keperluan negosiasi.
5. Merupakan kumpulan data yang seragam secara internasional sehingga
dapat digunakan untuk mendukung analisis dan statistik perdagangan
internasional.
HS telah dibuat sedemikian rupa sehingga standard klasifikasi barang dan
sistem kode penomoran barang dapat dijadikan acuan untuk berbagai kebutuhan
oleh berbagai lembaga internasional yang berkaitan dengan perdagangan,
misalnya:
a. World Customs Organization (WCO).
b. The International Chamber or Shipping (ICS).
c. The International Air Transport Association (IATA).
d. The International Union Railway (IUR).
e. The Standard International Trade Classificatioan (SITC)

3) Publikasi Pelengkap HS

Harmonized System mempunyai beberapa publikasi pelengkap yang


digunakan untuk lebih mempermudah klasifikasi barang. Publikasi-publikasi
tersebut juga diterbitkan oleh WCO. Publikasi dimaksud adalah:

a. The Explanatory Notes to the Harmonized System (EN)

Explanatory Notes bukan merupakan bagian yang integral dari HS, namun
sebagaimana disetujui WCO, explanatory notes merupakan interpretasi resmi

12 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang
(official interpretation) dari HS pada level internasional dan merupakan
pelengkap yang sangat penting dari HS.
Explanatory Notes adalah referensi yang sangat diperlukan untuk
mendapatkan interpretasi yang benar dari HS. Karena pentingnya Explanatory
Notes ini, sebagian negara anggota WCO mensahkannya sebagai dokumen
yang berkekuatan hukum
Seiring perkembangan teknologi, Explanatory Notes juga mengalami
perubahan (amandemen) untuk menyesuaikan isinya dengan struktur HS. Untuk
itu membaca Explanatory Notes harus selalu disesuaikan dengan konteksnya
dalam HS.
Explanatory Notes yang digunakan saat ini adalah edisi kelima tahun 2012
yang terdiri dari lima volume, yaitu Vol. 1 (Bab 1 - 28), Volume 2 (Bab 29- 43),
Volume 3 (Bab 44 - 70), Volume 4 (Bab 71 - 84) dan Volume 5 (Bab 85 - 97).

b. The Alphabetical Index

Untuk mempermudah mengklasifikasikan suatu barang pada pos-pos atau


sub-sub pos dalam nomenklatur HS atau Explanatory Notes, WCO juga
menerbitkan buku indeks yang dikenal dengan nama the Alphabetical Index.
Alphabetical Index terdiri dari dua volume, yaitu Volume I (A - L) dan Volume II
(M - Z).

c. Publikasi lain
Publikasi lain yang merupakan pelengkap HS adalah the Compendium of
Classification Opinions, the Harmonized System Commodity Data Base (dalam
bentuk CD-ROM), Dispute Settled Classification Opinion, the Training Modules,
dan Correlation Tables.

4) Sistem Pengkodean

Harmonized System mempunyai dua karakteristik yang sangat mendasar,


yaitu:

DTSD Kepabeanan dan Cukai 13


a. Multipurpose nomenclature

HS yang mempunyai 6 digit penggolongan, dirancang tidak hanya untuk


keperluan kepabeanan, namun juga dipergunakan secara internasional dalam
bidang lain seperti negosiasi perdagangan, pengangkutan, statistik, dan
sebagainya. Masing-masing negara penandatangan konvensi (contracting party)
dapat mengembangkan penggolongan 6-digit tersebut menjadi kelompok yang
lebih spesifik sesuai dengan kebijaksanaan ekonomi dan industrinya. Dengan
tetap berdasar kepada HS 6-digit, semua negara mempunyai kesatuan persepsi
tentang pengklasifikasian suatu barang.

b. Structured nomenclature

HS adalah nomenklatur yang terdiri dari 21 Bagian, 96 Bab (+ Bab 77), dan
1.241 pos. HS yang tersusun dari pos dan sub-pos, bersama dengan Ketentuan
Umum Menginterpretasi, Catatan Bagian, Catatan Bab, dan Catatan Sub-Pos,
merupakan pedoman mengklasifikasi barang yang sistematik dan seragam.
Ada tiga Bab yang belum digunakan dalam HS yang ada saat ini, yaitu Bab
77, 98, dan 99. Bab 77 dipersiapkan untuk keperluan di masa mendatang,
sedangkan Bab 98 dan 99 digunakan untuk keperluan khusus bagi masing-
masing contracting party, misalnya untuk barang pos atau peralatan tertentu.
Indonesia juga menggunakan Bab 98 untuk keperluan ekspor barang tertentu
yang pada bulan April 1999 dicabut kembali. Saat ini Indonesia menggunakan
kembali Bab 98 untuk keperluan impor suku cadang kendaraan bermotor yang
diimpor oleh importir produsen kendaraan bermotor.

Seperti telah disinggung sebelumnya, Harmonized System mempunyai tiga


bagian utama atau integral, yaitu:
1. Ketentuan Umum Untuk Menginterpretasi Harmonized System (General Rules
for the Interpretation of the HS). Ketentuan Umum Menginterpretasi
Harmonized System (KUM HS) merupakan bagian terpenting yang harus
dipahami sebelum melangkah lebih jauh untuk meng klasifikasikan barang
menggunakan HS. KUM HS berisi enam prinsip dasar yang harus dipatuhi
dalam mengklasifikasi barang. Mengingat pentingnya memahami KUM HS,

14 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang
bagian ini akan dibahas tersendiri.
2. Catatan Bagian, Catatan Bab, dan Catatan Sub-Pos.
3. Pos (4-digit) dan Sub-pos (6-digit) yang disusun dengan sistematik.
HS menggunakan kode nomor dalam mengklasifikasikan barang. Kode-
kode nomor tersebut mencakup uraian barang yang tersusun secara sistematis.
Sistem penomoran dalam HS terbagi menjadi Bab (2-digit), pos (4-digit), dan
sub-pos (6-digit) dengan penjelasan sebagai berikut:

01 01 21
__ Bab (Chapter) 1
_______ Pos (Heading) 01. 01
______________ Sub-pos (Sub-heading) 0101. 21

Dua angka pertama untuk menunjukkan pada bab mana barang itu
diklasifikasikan. Pada contoh di atas, barang dimaksud diklasifikasikan pada
Bab 1.
Empat angka pertama menunjukkan Pos atau Heading dalam setiap bab.
Pada contoh di atas, barang dimaksud diklasifikasikan pada pos 01.01.
Enam angka pertama menunjukkan Sub Pos dalam setiap Pos. Pada contoh
di atas, barang dimaksud diklasifikasikan pada sub-pos 0101.21.
Untuk keperluan nasional, Indonesia menggunakan sistem penomoran 10
digit dalam BTKI yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari sub-sub pos dalam
HS. Penjelasan mengenai hal ini akan dibahas lebih rinci pada penjelasan
berikutnya.

C. BUKU TARIF KEPABEANAN INDONESIA

1) Dasar Hukum

Pada akhir tahun 1995, Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat


telah berhasil membahas dan menyetujui Rancangan Undang-Undang
Kepabeanan, yang kemudian dikenal dengan nama Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1995 tentang Kepabeanan saat ini telah diamandemend dengan UU no.
DTSD Kepabeanan dan Cukai 15
17 tahun 2006 . Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang ini menyebutkan bahwa
Untuk penetapan tarif Bea Masuk dan Bea Keluar, barang dikelompokkan
berdasarkan sistem klasifikasi barang. Selanjutnya berdasarkan pasal 14 ayat 2
Undang-undang tersebut, penetapan klasifikasi barang ditentukan oleh Menteri
Keuangan.
Pengaturan lebih lanjut penentuan klasifikasi barang dilakukan dengan
memperhatikan:
a) Upaya peningkatan daya saing produk Indonesia dipasar Internasional.
b) Perlindungan terhadap konsumen dalam negeri.
c) Pengurangan hambatan dalam perdagangan Internasional guna
mendukung terciptanya perdagangan bebas.
d) Pemenuhan perjanjian serta kesepakatan Internasional.
Atas dasar pertimbangan di atas, Pemerintah menerbitkan Keputusan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 440/KMK.05/1996 tanggal 21
Juni 1996 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan Besarnya Tarif Bea
Masuk Atas Barang Impor. Dalam Pasal 1 Keputusan ini disebutkan Untuk
penetapan tarif Bea Masuk, barang barang dikelompokkan berdasarkan sistem
klasifikasi sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 35 Tahun 1993 tentang Pengesahan International Convention
The Harmonized Commodity Description and Coding System beserta protocol-
nya.
Indonesia telah menjadi anggota World Customs Organization, yang
sebelumnya dikenal dengan nama Customs Cooperation Council sejak tanggal
30 April 1957. Sebagai anggota WCO, Indonesia telah menunjukkan peran serta
yang aktif dalam kegiatan WCO dan telah banyak menarik manfaat dari
organisasi ini. Berbagai bantuan teknis dalam rangka menunjang kelancaran
pelaksanaan sistem dan prosedur kepabeanan Internasional, telah diterima oleh
Indonesia.
Berdasarkan keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 35 tahun
1993, Indonesia telah menjadi Contracting Party dari International Convention
on the Harmonized Commodity Description and Coding Sistem. Sebagai tindak
lanjutnya , berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 81/KMK.05/1994
tanggal 16 Maret 1994 telah ditetapkan bahwa terhitung sejak 1 April 1994 ,
struktur Klasifikasi barang dalam Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI)

16 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang
mengacu kepada sistem klasifikasi dari HS Convention.
Berdasarkan Artikel XVI HS Convention, World Customs Organization
telah mengesahkan amandemen lampiran konvensi, yang semula
mempergunakan HS versi 1992, menjadi HS versi 2012. Menindaklanjuti
adanya amandemen HS 2012 tersebut, Pemerintah pada tanggal 14 Desember
2012 mengeluarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nnomor 213/PMK,Oll/2011 Tentang Penetapan
Sistem Klasifikasi Barang dan Pembebanan Tarif Bea Masuk atas Barang Impor
Menetapkan sistem klasifikasi barang dan pembebanan tariff yang terdiri dari :
1. Ketentuan umum untuk menginterpretasi Harmonized System sebagaimana
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini;

2. Catatan bagian, catatan sebagaimana tercantum merupakan bagian tidak


Menteri ini; bab, dan catatan subpos dalam Lampiran II yang terpisahkan dari
Peraturan

3. Struktur klasifikasi barang dan pembebanan tarif bea masuk sebagaimana


tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

2) Struktur BTKI

Pada bab terdahulu kita telah mempelajari gambaran umum tentang


Harmonized System. Sekarang kta akan mempelajari tentang BTKI. BTKI
adalah Buku Tarif Bea Kepabeanan Indonesia yang digunakan semenjak tanggal
1 Januari 2012. BTKI tidak lain adalah HS yang dimodifikasi atau dijabarkan
lebih lanjut untuk digunakan dalam pentarifan dan penanganan barang impor ke
Indonesia.
Perbandingan struktur BTBMI 2017 dengan BTKI 2012 seperti pada tabel
berikut ini :

DTSD Kepabeanan dan Cukai 17


Tabel 1.1. Perbandingan Struktur BTBMI dan BTKI

JUMLAH POS TARIF


HS
BTBMI 2007 BTKI 2012
WCO 5,055 5,205
AHTN 8,300 9,558
Nasional:
1. HS Nasional 8,742 10,012
2. BAB 98 (IKD) 13 13
Total Pos Tarif: 8,755 10,025

Materi pokok yang tertuang dalam BTKI 2012 terdiri atas :


1. Kolom pertama adalah kolom Pos/Subpos yang mencantumkan nomor
pos/subpos sebagai berikut :
a. 4 (empat) dan 6 (enam) digit pertama berasal dari teks Harmonized System
(HS);
b. 8 (delapan) digit berasal dari teks AHTN;
c. 10 (sepuluh) digit merupakan sub pos nasional (pos tarif nasional) berupa
teks uraian barang untuk kepentingan nasional, kecuali:
i apabila 2 digit terakhirnya 00 (misalnya 0301.11.94.00), berarti berasal
dari teks AHTN;
ii. apabila 4 digit terakhirnya 00.00 (misalnya 0301.91.00.00), berarti
berasal dari teks HS WCO.

2. Kolom kedua adalah kolom Uraian Barang dalam bahasa Indonesia yang
disusun dengan pola sebagai berikut:
a. Uraian barang pada pos (4 digit) dan subpos (6 digit) merupakan terjemahan
dari teks HS;
b. Uraian barang pada subpos ASEAN (8 digit) merupakan terjemahan dari
teks AHTN;
c. Uraian barang pada subpos nasional (10 digit) merupakan teks berasal dari
uraian barang dalam bahasa Indonesia, kecuali:
i. yang 2 digit terakhirnya 00 (misalnya 0301.11.94.00), berarti berasal
dari teks AHTN;
ii. yang 4 digit terakhirnya 00.00 (misalnya 0301.91.00.00), berarti berasal
dari teks HS WCO.

18 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang
3. Kolom ketiga adalah kolom Description of Goods dalam bahasa Inggris yang
disusun dengan pola sebagai berikut :
a. Uraian barang pos (4 digit) dan subpos (6 digit) merupakan teks HS dalam
bahasa Inggris;
b. Uraian barang pada subpos ASEAN (8 digit) merupakan teks AHTN dalam
bahasa Inggris;
c. Uraian barang pada subpos nasional (10 digit) merupakan terjemahan dari
teks bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris, kecuali:
i. yang 2 digit terakhirnya 00 (misalnya 0301.11.94.00) merupakan teks
AHTN;
ii. yang 4 digit terakhirnya 00.00 (misalnya 0301.91.00.00) merupakan teks
asli HS WCO.

4. Kolom keempat adalah kolom Bea Masuk yang mencantumkan pembebanan


tarif bea masuk atas barang impor berlaku umum yang saat ini. Besaran tarif
bea masuk pada kolom ini adalah dalam bentuk advalorum (presentase),
kecuali disebutkan lain, misal dalam bentuk Rp/kg, Rp/ltr atau Rp/mnt (Bea
Masuk spesifik);

5. Kolom kelima adalah kolom Bea Keluar yang mencantumkan tanda satu
asterisk (*) menunjukkan klasifikasi barang ekspor yang dikenakan bea keluar.
Besarnya pembebanan tarif dan jenis barang yang dikenakan Bea Keluar diatur
dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 67/PMK.011/2010 sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
128/PMK.011/2011;

6. Kolom keenam adalah kolom PPN (Pajak Pertambahan Nilai) yang


mencantumkan pembebanan tarif PPN yang ditetapkan berdasarkan Undang-
undang Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009;

7. Kolom ketujuh adalah kolom PPnBM (Pajak Penjualan Atas Barang Mewah)
yang mencantumkan pembebanan tarif PPnBM yang ditetapkan berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 355/KMK.03/2003 dan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 620/PMK.03/2004 sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 103/PMK.03/2009;

8. Kolom kedelapan adalah kolom Keterangan yang disediakan untuk


mencantumkan keterangan tambahan yang dianggap perlu dan ketentuan lain yang
belum ditampung pada kolom-kolom sebelumnya.

Hal lainnya yang perlu diketahui mengenai BTKI adalah beberapa pengertian
sebagai berikut :
1. Pencantuman tanda satu asterisk *) pada kolom PPN dan PPnBM berarti
pengenaan PPN dan PPnBM berlaku hanya terhadap sebagian jenis barang atau
sebagian kelompok barang dalam pos tarif bersangkutan, sesuai dengan
DTSD Kepabeanan dan Cukai 19
peraturan perundangan yang berlaku atas pengenaan PPN dan PPnBM.
2. Pencantuman tanda satu asterisk *) pada kolom Bea Keluar berarti pengenaan
Bea Keluar berlaku hanya terhadap sebagian jenis barang atau semua barang
dalam pos tariff bersangkutan, sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku atas pengenaan Bea
Keluar.
3. Pencantuman tanda strip (-) pada kolom pembebanan tarif PPN, PpnBM dan
Bea Keluar berarti komoditi pada pos tarif bersangkutan tidak dikenakan
pembebanan PPN, PpnBM dan Bea Keluar.
4. Untuk beberapa subpos AHTN (8 digit), tersedia Catatan Penjelasan Tambahan
(Supplementary Explanatory Notes/SEN) yang merupakan pedoman dalam
menginterpretasikan pengertian maupun istilah teknis barang yang tercantum
dalam subpos AHTN tersebut. Text yang mengikat secara hukum adalah text
asli SEN dalam bahasa Inggris.
5. Pengguna BTKI 2012 diharapkan selalu merujuk kepada Peraturan Menteri
Keuangan dan peraturan perundang-undangan lain yang menjadi dasar
hukumnya dan melakukan updating data secara berkala untuk mengantisipasi
adanya perubahan kebijakan tarif yang dinamis dari waktu ke waktu.
6. BTKI 2012 selain digunakan untuk keperluan klasifikasi dan pembebanan tarif
bea masuk atas barang impor, dapat digunakan juga untuk klasifikasi barang
ekspor, pungutan yang berkaitan dengan ekspor, statistik perdagangan, dan
keperluan lainnya yang berkaitan.
7. Apabila terdapat keraguan dalam menginterpretasikan teks pada kolom uraian
barang atau description of goods dalam BTKI 2012, maka yang mengikat
adalah:
- bahasa Inggrisnya untuk pos WCO dan subpos AHTN.
- bahasa Indonesianya untuk subpos nasional.

4 Catatan Penjelasan Tambahan (SEN) merupakan pedoman dalam


menginterpretasikan pengertian maupun istilah teknis barang yang tercantum
dalam Subpos pos tarif tertentu. Apabila terdapat keraguan dalam
menginterpretasikan teks yang tercantum dalam Catatan Penjelasan
Tambahan (SEN), maka yang mengikat secara hukum adalah teks asli SEN
dalam bahasa Inggris.
Nomor Pos tarif (10-digit) dan uraiannya, besarnya BM, PPN, dan PPnBM
ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Perlu diingat bahwa selain BM yang
tercantum dalam BTKI, terdapat juga BM Anti Dumping yang ditetapkan
tersendiri oleh Menteri Keuangan. Bea Masuk Anti Dumping berlaku di Indonesia
sejak tanggal 1 April 1996 berlandaskan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1995
tentang Kepabeanan sesuai pasal 18, 19 dan 20.

20 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang
3) Kode Penomoran dan Pentakikan

a. Sistem Penomoran
Sistem penomoran klasifikasi dalam BTKI menggunakan 10-digit dengan
susunan 6 digit pertama mengacu pada konvensi HS, 2 digit selanjutnya
mengacu kepada AHTN dan 2 digit terakhir adalah pecahan pos tarif nasional.
Untuk memahami sistem penomoran tersebut, perhatikan contoh berikut:
0705.11.00.00 Selada kubis (selada bongkahan)
(1) Dua digit pertama (07) menunjukkan Bab.
Bab 07 : Sayuran, akar dan bonggol tertentu yang dapat dimakan.
(2) Empat digit pertama (0705) menunjukkan Pos.
Pos 07.05: Selada (Lactuca sativa) dan chicory (Chicorium spp.), segar atau
dingin.
(3) Enam digit pertama (0705.10) menunjukkan Sub-pos yaitu selada.
Sub-pos 0705.10 dipecah menjadi 0705.11 dan 0705.19:
0705.10: - Selada
(4) Sepuluh digit pertama (0705.11.00.00) menunjukkan Pos Tarif
0705.19.00.00 : - - Lain-lain)

b. Sistem Takik

Selain menggunakan sistem nomor, HS/BTKI juga menggunakan sistem


takik (dash, -) untuk mengklasifikasi barang, dengan penjelasan sebagai berikut:
(1) Pos (4-digit) tidak diberi takik.
(2) Penggunaan satu takik (-) dimulai pada uraian Sub-pos (6-digit).
(3) Bila uraian pada butir b dipecah, digunakan dua takik (- -).
(4) Bila uraian pada butir c dipecah lagi, digunakan tiga takik (- - -), demikian
seterusnya sehingga diperoleh pengelompokan barang yang lebih rinci.

Di bawah ini disajikan contoh sistem takik dengan menggunakan contoh yang
sudah ada (pos tarif 0705.11.000):

07.05 Selada (Lactuca sativa) dan chicory (Chicorium spp.), segar atau dingin).

DTSD Kepabeanan dan Cukai 21


0705.10 - Selada
* Ingat, dalam HS/BTKI sub-pos 0705.10 tidak dicantumkan karena sub-pos
tersebut dipecah lagi menjadi sub-pos 0705.11 dan 0705 19.

0705.11.00.00 -- Selada kubis (selada bongkolan).


Apabila pos tarif 0705.11 dipecah lagi menjadi pos tarif yang lebih rinci, khusus
untuk negara Indonesia, maka digunakan pemecahan menggunakan tiga takik
pada digit 9 dan 10, misalnya :

0705.11.00.10 - - - Segar
0705.11.00.20 - - - Dingin

Namun apabila ASEAN misalnya akan membagi dari subpos 0705.11. maka :
0705.11.10.00 - - - Segar
0705.11.20.00 - - - Dingin

Perlu diperhatikan bahwa kadang-kadang nomor sub-pos atau pos tarif yang
dipecah lebih lanjut tidak dicantumkan secara eksplisit dalam BTKI, contoh :
1) sub-pos 0705.10, dalam BTKI tidak dicantumkan (hanya dicantumkan uraian
barangnya yaitu: - selada) karena sub-pos tersebut dipecah lebih lanjut
menjadi 0705.11 dan 0705.19.
2) Dalam HS/BTKI hanya ada dua jenis barang, yaitu barang tertentu dan lain-
lain. Kedua jenis barang tersebut dapat dipecah kembali lagi menjadi dua
kelompok di atas (barang tertentu dan lain-lain) yang lebih spesifik.
3) Setiap kelompok barang di atas (baik dalam pos, sub-pos, maupun pos tarif)
dibagi atau dirinci dengan dua cara, yaitu barang tertentu A - barang tertentu
B atau barang tertentu A - barang lainnya (lain-lain).
Contoh:
Barang tertentu A - barang tertentu B :
Pos 07.07 (Ketimun dan ketimun acar, segar atau dingin) dibagi menjadi
ketimun dan ketimun acar saja. Barang tertentu A - barang lainnya (lain-lain).
Pos 07.01 (Kentang, segar atau dingin) dibagi menjadi bibit dan lain-lain.
4) Bila pos dipecah menjadi sub-sub pos, perhatikan digit kelima dan keenam.
Barang tertentu mempunyai kode 10, 20, 30, ..., 80.

22 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang
5) Pemecahan pos tarif (10-digit) juga mengikuti pola di atas. Mari kita lihat
contoh berikut:

39.01 Polimer dari etilena, dalam bentuk asal.


3901.10 - Polietilena dengan berat jenis kurang dari 0,94:
- - Dalam bentuk cair atau pasta:
3901.10.12.00 - - - Linear Low-Density Polyethylene (LLDPE)
3901.10.19.00 - - - Lain-lain
- - Lain-lain:
3901.10.92.00 - - - Linear Low-Density Polyethylene (LLDPE)
3901.10.99 - - - Lain-lain:
3901.10.99.10 - - - - Low Density Polyethylene (LDPE)
3901.10.99.90 - - - - Lain-lain
3901.20.00.00 - Polietilena dengan berat jenis 0,94 atau lebih
3901.30.00.00 - Kopolimer etilena-vinil asetat
3901.90 - Lain-lain:
3901.90.40.00 - - Dalam bentuk dispersi
3901.90.90.00 - - Lain-lain

Untuk pemecahan pos tarif,perhatikan dua digit terakhir.

Barang tertentu mempunyai kode 10, 20, ..., 30;

Barang lainnya (lain-lain) diberi kode 90.

Bila kode 10 dipecah lagi menjadi lebih rinci, digunakan digit kesembilan,
yaitu menjadi 11, 12, ..., 19.

Demikian juga kode 900 bila dipecah menjadi 91, 92, ..., 99.

4) Arti kata lain-lain

Dalam klasifikasi BTKI dengan sistem HS kata Lain-lain, berfungsi untuk


menampung barang yang belum disebut pada uraian jenis barang sebelumnya.
Kata lain-lain terdapat pada Bab, Pos, Sub-Pos dan Pos Tarif Nasional

DTSD Kepabeanan dan Cukai 23


Untuk dapat memahami arti kata Lain-lain , perhatikan hal-hal berikut ini:
a) bandingkan kelompok barang lain-lain dimaksud dengan kelompok barang
yang setara.
b) apabila kata lain-lain dimaksud terdapat pada bab, bandingkan dengan
uraian barang pada bab-bab terdahulu.
c) apabila kata lain-lain dimaksud terdapat pada pos, bandingkan dengan
uraian barang pada pos-pos terdahulu dalam bab yang sama.
d) apabila kata lain-lain dimaksud terdapat pada sub-pos, bandingkan dengan
uraian barang pada sub-sub pos terdahulu, dalam pos yang sama.
e) apabila kata lain-lain dimaksud terdapat pada pos tarif, bandingkan dengan
uraian barang pada pos-pos tarif terdahulu, pada sub-pos yang sama.
Metode di atas dapat difahami dengan lebih mudah apabila kita dapat
menggambarkannya dalam bentuk diagram pohon, sehingga akan jelas
kelompok barang mana yang akan dibandingkan dengan barang lain-lain barang
lain-lain yang ingin kita ketahui.
Di bawah ini disajikan mengetahui kelompok barang yang termasuk lain-
lain dengan menggunakan metode diagram pohon dengan contoh sebagai
berikut:

Barang A dibagi menjadi barang A1, A2, dan Lain-lain (1);


Barang Lain-lain (1) dibagi menjadi barang B1, B2, dan Lain-lain (2).
Barang Lain-lain (2) dibagi menjadi barang C1, C2, dan Lain-lain (3).

24 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang
Cara membaca:
Lain-lain (3): barang selain C1 dan C2, yang termasuk dalam Lain-lain (2).
Lain-lain (2): barang selain B1 dan B2, yang termasuk dalam Lain-lain (1).
Lain-lain (1): barang selain A1 dan A2, yang termasuk dalam barang A.
Jadi, Lain-lain (3) adalah termasuk kelompok barang A selain A1 dan A2, selain
B1 dan B2, selain C1 dan C2. Lain-lain (2) adalah termasuk kelompok barang A
selain A1 dan A2, selain B1 dan B2. Lain-lain (3) adalah termasuk kelompok
barang A selain A1 dan A2.
Dengan sedikit latihan menggunakan BTKI, pengertian kata lain-lain
tersebut akan dapat dengan mudah dimengerti. Dalam diktat ini pengertian lain-
lain dibatasi pemahamannya sebatas berkaitan dengan uraian jenis barang pada
judul Bab, Pos, Sub-pos maupun Pos tarif nasional, tanpa dikaitkan dengan
catatan Bagian, catatan Bab, maupun catatan Sub-pos.

Di bawah ini disajikan beberapa contoh pengertian kata lain-lain yang terdapat
dalam BTKI:
a) Judul Bab.
Bab 63: Barang tekstil sudah jadi lainnya ....
Secara singkat makna kata lainnya berfungsi untuk menampung barang
tekstil sudah jadi yang belum disebutkan pada bab-bab sebelumnya dalam
Bagian XI. Secara lebih rinci judul bab tersebut dapat diuraikan menjadi
Tekstil dan barang tekstil, selain yang telah disebutkan pada Bab 50
sampai dengan Bab 62.
b) Judul Pos.
Pos 01.06: Binatang hidup lainnya.
Kata lainnya dalam pos ini berfungsi untuk menampung binatang hidup yang
belum disebutkan pada pos-pos sebelumnya. Secara lebih rinci uraian pos
tersebut dapat diuraikan menjadi:
Binatang hidup,
6) selain kuda, keledai, bagal dan hinnies, selain binatang sejenis
lembu, selain babi
7) selain biri-biri dan kambing
8) selain unggas dari jenis : ayam spesies Gallus domesticus, bebek,

DTSD Kepabeanan dan Cukai 25


kalkun dan ayam mutiara

c) Judul Sub Pos


Sub-pos 0102.90 : - Lain-lain
Kata lain-lain dalam sub-pos ini berfungsi untuk menampung binatang sejenis
lembu, hidup yang belum disebutkan pada sub-sub pos sebelumnya. Secara
lebih rinci uraian dalam sub-po stersebut dapat diuraikan menjadi:
Binatang hidup,
9) selain kuda, keledai, bagal dan hinnies,
10) termasuk binatang sejenis lembu, namun bukan untuk bibit

1.2. Latihan 1

1. Mengapa kita harus mengidentifikasi barang sebelum


mengklasifikasinya ?
2. Bila akan diimpor sebuah pompa air yang menggunakan tenaga listrk,
data apa yang diperlukan mengenai pompa tersebut ?
3. Bagaimana langkah-langkah dalam meng klasifi kasi barang ?
4. Apa yang dimaksud dengan Harmonized System ?
5. Apa tujuan Harmonized System
6. Bagaimana sistem penomoran Harmonized System ?
7. Pasal berapa dalam Undang-undang no. 10 tahun 1995 yang berkaitan
dengan klasifikasi barang ?
8. Apa isi Buku Tarif Kepabeanan Indonesia ?
9. Apa yang dimaksud dengan sistem pentakikan dalam penomoran HS?
10. Bagaimana cara membaca pengertian kata Lain-lain dalam BTKI ?

1.3. Rangkuman

1. Dalam kegiatan belajar ini telah dijelaskan dengan singkat langkah-


langkah praktis dalam mengklasifikasi barang. Bagaimana seandainya
yang akan kita klasifikasikan adalah suatu bahan kimia? Sebelum

26 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang
mengklasifikasi kita memerlukan identifikasi untuk mendapatkan informasi
mengenai: : organik atau anorganik, bentuk asal atau preparat,
komposisinya, kegunaannya, bentuknya, dan sebagainya.
2. Dalam mengklasifikasi barang menggunakan BTKI, prosedur yang
digunakan adalah sebagai berikut :
a. identifikasi barang,
b. mempelajari jenis, fungsi, bahan baku dan semua informasi
mengenai barang;
c. merumuskan identitas;
d. melihat BTKI ;
e. menentukan klasifikasi barang.
3. Klasifikasi barang adalah suatu daftar penggolongan barang yang dibuat
secara sistematis dengan tujuan untuk mempermudah pentarifan
transaksi perdagangan, pengangkutan dan statistik. Berdasarkan pasal
14 ayat 2 Undang-undang Kepabenan Indonesia Nomor 10 tahun 1995.
Pada saat ini sistem pengklasifikasian barang di Indonesia didasarkan
pada Harmonized System dan dituangkan dalam bentuk suatu daftar tarif
yang kita kenal dengan sebutan Buku Tarif Kepabeanan Indonesia.
4. Perbedaan sistem klasifikasi tarif antara negara di dunia, mengakibatkan
timbulnya kesulitan dalam mengantisipasi kemajuan teknologi,
perkembangan masyarakat industri dan pola perdagangan Internasional.
WCO meluncurkan HS yang mulai berlaku secara internasional pada
tanggal 1 Januari 1988. HS menggunakan kode nomor dalam
mengklasifikasikan barang. Kode-kode nomor tersebut mencakup uraian
barang yang tersusun secara sistematis. Untuk keperluan nasional,
Indonesia menggunakan sistem penomoran 10 digit dalam BTKI yang
merupakan penjabaran lebih lanjut dari sub-sub pos dalam HS.
5. Indonesia telah menjadi Contracting Party dari International Convention
on the Harmonized Commodity Description and Coding Sistem.
berdasarkan keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 35 tahun
1993. Sebagai tindak lanjutnya struktur Klasifikasi barang dalam Buku
Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI) mengacu kepada sistem klasifikasi
dari HS Convention

DTSD Kepabeanan dan Cukai 27


6. Sistem penomoran klasifikasi dalam BTKI menggunakan 10-digit dengan
susunan 6 digit pertama mengacu pada konvensi HS dan 2 digit terakhir
adalah pecahan pos tarif nasional. Selain menggunakan sistem nomor,
HS/BTKI juga menggunakan sistem takik (dash, -) untuk mengklasifikasi
barang
7. Dalam klasifikasi BTKI dengan sistem HS kata Lain-lain, berfungsi untuk
menampung barang yang belum disebut pada uraian jenis barang
sebelumnya. Kata lain-lain terdapat pada Bab, Pos, Sub-Pos dan Pos
Tarif Nasional. Dengan sedikit latihan menggunakan BTKI, pengertian
kata lain-lain tersebut akan dapat dengan mudah dimengerti

1.4. Test Formatif 1

A. Lingkarilah huruf B apabila pernyataan ini Saudara anggap benar dan


huruf S apabila pernyataan Saudara anggap salah.

1. ( B - S ) Untuk mengklasifikasi barang diperlukan data mengenai nama,


jenis dan spesifikasi lainnya secara akurat. Informasi mengenai
barang tersebut dapat kita peroleh melalui : kondisi fisik, brosur,
sertificate of analysis, label kemasan dan data lainnya.
2. ( B - S ) Customs Cooperation Council di Brussels pada tanggal 14 Juni
1983 menghasilkan Konvensi Internasional tentang The
Harmonized Commodity Description and Coding System (HS)
dan mulai berlaku di Indonesi sejak tanggal 1 Januari 1988.
3. ( B - S ) HS bersifat harmonis karena standard klasifikasi dan sistem kode
penomoran barang digunakan untuk berbagai kepentingan,
seperti Pabean, statistik, perdagangan internasional dan
pengangkutan laut, udara dan kereta api. Salah satu tujuan HS
adalah untuk memberikan ketidak seragaman secara
internasional penggolongan barang dalam tarif pabean.
4. ( B - S ) Apabila terdapat perbedaan sistem klasifikasi pada setiap
negara akan memperpanjang waktu untuk penetapan bea masuk
dan pengeluaran barang impor di pelabuhan. Fungsi dasar HS
adalah untuk memberikan keseragaman dalam mengklasifikasi

28 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang
barang guna memberikan kemudahan pada perdagangan
internasional.
5. ( B - S ) Ditinjau dari fungsi pengklasifikasian, struktur HS terdiri dari :
KUM HS ; Catatan Bagian, Bab dan Subheading ; Heading, sub-
heading dan penomoran hingga ke Pos tarif (10 digit). Demikian
dalam kekuatan hukumnya sama, karena yang utama adalah
uraian barangnya.

B. Pilihlah jawaban yang Saudara anggap benar dengan cara melingkari


huruf yang terdapat di depan jawaban tersebut a, b, c, atau d )

1. Untuk penetapan tarif bea masuk, barang dikelompokkan berdasarkan


sistem klasifikasi barang. Bunyi kalimat diatas sesuai dengan bunyi UU no.
10 tahun 1995 tentang Kepabeanan pada
a. pasal 16
b. pasal 115
c. pasal 14
d. pasal 116
2. The Harmonized Commodity Description and Coding System (HS) mulai
berlaku secara internasional sejak
a. tanggal 1 Januari 1989
b. tanggal 1 Agustus 1988
c. tanggal 31 Januari 1988
d. tanggal 11 Januari 1989
3. Untuk mengklasifikasi barang, dikenal prosedur umum untuk mengklasifikasi
barang. Prosedur tersebut secara umum ialah .........
a. mengidentifikasi barang dengan mempelajari jenis dan
spesifikasinya
b. merumuskan identitas atau deskripsi barang tersebut
c. melihat Buku Tarif Kepabeanan Indonesia dan menentukan
klasifikasinya
d. pernyataan a, b dan c benar
4. Dalam pengamatan sementara untuk mengklasifikasi barang, maka

DTSD Kepabeanan dan Cukai 29


sebutkan pernyataan dibawah ini yang tidak benar
a. Jenis suatu jenis barang dimungkinkan tidak ada dalam HS
b. Dapat terkait dengan beberapa bab
c. Mengklasifikasi barang seluruhnya harus tepat secara eksak
d. Barang tidak dapat diklasifikasikan, karena uraian jenis barangnya
tidak ada dalam BTKI
5. Pencantuman Bea Masuk pada Buku Tarif Kepabeanan Indonesia .
a. hanyalah sementara (mengikuti surat Keputusan Menteri Keuangan
RI)
b. harus mengacu kepada perkembangan terakhir besarnya
penetapan Bea Masuk
c. selalu berubah
d. pernyataan a, b dan c benar

C. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan singkat dan benar

1. Sebutkan 3 Sistem dalam mengklasifikasi barang yang pernah digunakan


Pemerintahan Republik Indonesia, sebelum HS !
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan konvensi HS ?
3. Mengapa kita memilih suatu system seperti HS dalam menentukan
klasifikasi barang ?
4. Sebutkan tujuan Harmonized System ?
5. Apakah besarnya tarif bea masuk Indonesia secara hukum sesuai seperti
apa yang tertulis dalam BTKI tersebut ?

30 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang
1.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Bandingkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang
ada di belakang modul ini. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar atau
sejauh mana Anda menguasai mata pelajaran tersebut. Kemudian gunakan
rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
terhadap materi kegiatan belajar

Rumus Tingkat Penguasaan


Untuk kelompok A dan B :
Jumlah Jawaban yang benar dibagi 10 kemudian dikali 100 % = ............

Untuk kelompok C :
Apabila benar seluruhnya nilai menjadi 100

Untuk nilai keseluruhan maka dibagi rata-rata dari (A+B) dan C


Arti tingkat penguasaan :
* 90 % - 100 % = Baik sekali
* 80 % - 89 % = Baik
* 70 % - 79 % = Cukup
* 69 % = Kurang

Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80% keatas Anda dapat meneruskan
kepada modul atau bagian pelajaran lain. Hasilnya Baik ! akan tetapi, bila tingkat
penguasaan Anda masih dibawah 80 %, Anda harus mengulangi membaca
Modul kembali, terutama bagian yang belum Anda kuasai

DTSD Kepabeanan dan Cukai 31


2. Kegiatan Belajar (KB) 2

TEKNIK KLASIFIKASI BARANG

Indikator Keberhasilan :
Setelah mempelajari materi diharapkan siswa mampu menjelaskan
1. Ketentuan umum untuk menginterpretasikan Harmonized System
2. Tahapan dalam mengklasifikasi barang
3. Nota Penelitian Klasifikasi Barang

2.1. Uraian dan Contoh

Seorang klasifikator dibidang kepabeanan harus dapat mengidentifikasi


dan mengklasifikasi barang dengan terampil. Oleh karena itu, seorang klasifikator
harus terlebih dahulu memahami pengetahuan barang dan pengetahuan
mengenai klasifikasi barang. Seorang klasifikator harus memiliki kemampuan
dalam mengidentifikasi dan mengklasifikasi barang karena akan menentukan
ketepatan pengisian Pemberitahuan Impor Barang yang pada akhirnya
menentukan ketepatan jumlah bea masuk dan pungutan impor lainnya yang
harus dibayar.

A. KETENTUAN UMUM UNTUK MENGINTERPRETASI


HARMONIZED SYSTEM

1) Ketentuan Umum Menginterpretasi Harmonized


System nomor 1

Ketentuan Umum Menginterpretasi Harmonized System (KUM HS)


merupakan pintu gerbang untuk memasuki klasifikasi barang. Mengingat begitu
kompleksnya teknik klasifikasi barang, KUM HS mutlak diperlukan sebagai
pedoman dasar yang tidak boleh ditinggalkan. Setiap kali melakukan kegiatan
klasifikasi barang, sadar atau tidak, salah satu ketentuan dalam KUM HS harus
dipergunakan. Untuk itu, marilah kita pelajari satu-persatu enam butir KUM HS
tersebut.

32 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang

KUM HS 1 :

Judul Bagian, Bab dan Sub-bab hanya dimaksudkan untuk memudahkan


referensi saja; untuk tujuan hukum, klasifikasi harus ditentukan menurut uraian
yang terdapat dalam pos dan berbagai Catatan Bagian atau Bab yang berkaitan
serta menurut ketentuan-ketentuan berikut ini, asalkan pos atau Catatan tersebut
tidak menentukan lain;

Penjelasan:

HS adalah nomenklatur yang bersifat sistematik. Namun mengingat


banyaknya jenis barang, tidak mungkin semua jenis barang dapat dicakup
dengan persis pada setiap bab. Contohnya, sutera adalah produk hewani, tetapi
karena sifatnya yang khusus dalam HS tidak diklasifikasikan pada bab 5 (produk
hewani tidak dirinci atau termasuk dalam pos lainnya), tetapi diklasifikasikan
khusus pada bab 50.
Uraian pada bab hanya untuk referensi saja, tidak mempunyai kekuatan
hukum. Karena itu perlu diingat agar selalu mempertimbangkan semua bab atau
pos yang mungkin mencakup suatu barang. Yang mempunyai kekuatan hukum
adalah pos (heading), catatan bagian, catatan bab, dan catatan sub-pos. Uraian
pos dan catatan-catatan tersebut merupakan pertimbangan utama. Apabila pos
dan catatan-catatan tersebut tidak menentukan lain, dalam hal KUM HS 1 tidak
bisa digunakan barulah digunakan KUM HS 2, 3, 4, dan 5. Contohnya, catatan 2
Bab 31 menjelaskan pos 31.02 hanya untuk produk tertentu. Batasan ini tidak
boleh diperluas dengan menggunakan KUM HS 2(b).

DTSD Kepabeanan dan Cukai 33


Spesifikasi keledai :
- jenis keledai
- umur 2 tahun
- dapat mendemontrasikan
beberapa permainan dalam
pertunjukan sirkus

Pengklasifikasian apakah
pada bab 1 atau bab 95

Perhatikan gambar keledai yang biasa digunakan untuk sirkus.


Bagaimana pengklasifikasiannya bila keledai tersebut diimpor oleh grup
sirkus dari jerman ?

2) Ketentuan Umum Menginterpretasi Harmonized


System nomor 2a dan 2 b

KUM HS 2 a :

Setiap referensi untuk suatu barang dalam suatu pos harus dianggap
meliputi juga referensi barang tersebut dalam keadaan tidak lengkap atau belum
rampung, asalkan pada saat diajukan, barang yang tidak lengkap atau belum
rampung tersebut memiliki karakter utama dari barang itu dalam keadaan
lengkap atau rampung. Referensi ini harus dianggap juga meliputi refensi untuk
barang tersebut dalam keadaan lengkap atau rampung (atau yang berdasarkan
ketentuan ini dapat digolongkan sebagai lengkap atau rampung) yang diajukan
dalam keadaan belum dirakit atau terbongkar.

Penjelasan:
Barang tidak lengkap atau tidak rampung dianggap sebagai barang

34 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang
lengkap atau rampung, asalkan pada saat diimpor sudah mempunyai sifat utama
sebagai barang lengkap atau rampung Sebagai contoh beberapa set sepeda
yang diimpor dalam keadaan terurai, dan tiap setnya tidak ada sadel dan ban
dalamnya. Namun tetap dianggap set sepeda karena sifat utamanya sebagai
sepeda telah dimiliki.

Spesifikasi :
- Sepeda merk
:Bamby
- Ada alat
perubah
kecepatan
- memiliki laher
dalam as ban
- bisa
dikendarai
oleh orang tua
maupun anak-
anak
:
Perhatikan gambar sepeda diatas. Bagaimana pengklasifikasiannya bila
sepeda tersebut : a) tidak dicat ,b) tidak ada sadelnya c) dalam keadaan
terurai

KUM HS 2 b :

Setiap referensi untuk suatu bahan atau zat dalam pos, harus dianggap
juga meliputi referensi untuk campuran atau kombinasi dari bahan atau zat itu
dengan bahan atau zat lain. Setiap referensi untuk barang dari bahan atau zat
tertentu harus dianggap juga meliputi referensi untuk barang yang sebagian atau
seluruhnya terdiri dari bahan atau zat tersebut. Barang yang terdiri lebih dari satu
jenis bahan atau zat harus diklasifikasikan sesuai prinsip dari Ketentuan 3.

Penjelasan:
Campuran atau kombinasi dua atau lebih bahan atau zat diklasifikasikan
berdasarkan KUM HS 1. Sebagai contoh suatu susu yang telah ditambah sedikit
vitamin, maka pengklasifikasiannya tetap sebagai susu. Mengapa demikian ?
karena sifat sebagai susunya tidak berubah. Ingat, ketentuan ini hanya berlaku
DTSD Kepabeanan dan Cukai 35
apabila pos atau catatan bagian atau catatan bab tidak menentukan lain.
Contoh, pos 15.03 (-lard oil, ...tidak diemulsi atau dicampur...); karena uraian
posnya sudah menyebutkan bahwa produk dalam pos tersebut tidak dicampur,
maka KUM HS 2(b) tidak berlaku.
Apabila tambahan atau campuran bahan atau zat menghilangkan sifat
barang seperti diuraikan pada pos, KUM HS 2(b) tidak dapat digunakan (harus
digunakan KUM HS 3).

Spesifikasi tutup botol :


- Terbuat dari gabus
- bagian luarnya dilapisi plastik.
Bagaimana pengklasifikasian
tutup botol tersebut, apakah
pada bab 45 atau bab 39

Perhatikan sumbat botol diatas, bagaimana bila sumbat botol bagian atas
dilapis plastik ?

3) Ketentuan Umum Menginterpretasi Harmonized


System nomor 3a, b dan c

KUM HS 3 :

Apabila dengan menerapkan Ketentuan 2 (b) atau untuk berbgaia alasan


lain, barang yang dengan pertimbangan awal dapat diklasifikasikan dalam dua
pos atau lebih, maka klasifikasiannya harus diberlakukan sebagai berikut :

Penjelasan:
KUM HS 3 hanya dipergunakan bila KUM HS 2 tidak bisa dipergunakan.

36 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang
Penggunaan KUM HS 3 harus urut dari KUM HS 3(a), KUM HS 3(b), baru
kemudian KUM HS 3(c). Sekali lagi diingatkan, KUM HS 3 baru dipergunakan
apabila uraian pos, catatan bagian, atau catatan bab tidak menentukan lain.
Contoh, catatan 4(b) bab 97 menentukan bahwa barang yang dirinci pada pos
97.01 sampai dengan 97.05 dan juga dirinci pada pos 97.06, harus
diklasifikasikan pada pos terdahulu awal (berarti bertentangan dengan KUM HS
3c ). Dalam hal ini KUM HS 3(c) tidak berlaku.

KUM HS 3 a :

Pos yang memberikan uraian yang paling spesifik, harus lebih diutamakan
dari pos yang memberikan uraian yang lebih umum. Namun demikian, apabila
dua pos atau lebih yang masing-masing pos hanya merujuk kepada bagian dari
bahan atau zat yang terkandung dalam barang campuran atau barang
komposisi,atau hanya merujuk kepada bagian dari bahan atau zat terkandung
dalam campuran atau barang komposisi atau hanya merujuk kepada bagian dari
barang dalam set yang disiapkan untuk penjualan eceran, maka pos-pos tersebut
harus dianggap setara sepanjang berkaitan dengan barang tersebut, walaupun
salah satu dari pos tersebut memberikan uraian yang lebih lengkap atau lebih
tepat.

Penjelasan:
Pos dengan uraian lebih spesifik lebih diutamakan dari pos dengan uraian
yang lebih umum. Pos yang menyebutkan nama barang lebih diutamakan dari
pos yang menyebutkan kelompok barang. Contoh shavers/hair clippers
diklasifikasikan pada pos 85.10, bukan pada pos 85.09 (self-contained motor).
Saringan oli walau sebagai bagian dari mesin pada pos 8409, namun pos 8421
uraian barangnya lebih rinci.
Pos yang menyebutkan barang yang disebutkan secara rinci lebih
diutamakan dari pos yang menyebutkan bagian suatu barang. Contoh, tufted
textile for motor cars diklasifikasikan pada pos 57.03, bukan pada pos 87.08.
Apabila dua atau lebih pos menguraikan hanya bagian dari bahan atau zat
yang terkandung dalam suatu barang campuran atau komposit, atau bagian dari

DTSD Kepabeanan dan Cukai 37


item dalam satu set barang untuk penjualan eceran, maka KUM HS 3(a) tidak
berlaku dan digunakan KUM HS 3(b) atau 3(c), meskipun salah satu pos lebih
rinci dari pos lainnya.

KUM HS 3 b :

Barang campuran dan barang komposisi yang terdiri dari bahan yang
berbeda atau yang dibuat dari komponen yang berbeda, serta barang yang
disiapkan dalam set untuk penjualan eceran, yang tidak dapat diklasifikasikan
berdasarkan referensi 3 (a), harus diklasifikasikan berdasarkan bahan atau
komponen yang memberikan karakter utama barang tersebut, sepanjang kriteria
ini dapat diterapkan.

Penjelasan:
KUM HS 3(b) hanya berlaku untuk campuran, barang komposit yang terdiri
dari bahan yang berbeda, barang komposit yang terdiri dari komponen yang
berbeda, dan barang yang dikemas dalam bentuk set untuk penjualan eceran,
dan bila KUM HS 3(a) tidak bisa digunakan.
Yang dimaksud dengan karakter utama (Essential character) pada KUM
HS ini mengacu pada bahan atau komponen, kemasan, jumlah, berat atau nilai,
dan bahan utama yang berkaitan dengan penggunaan barang.
KUM HS 3(b) berlaku juga untuk komponen yang terpisah, asalkan satu
sama lain adapted to the other, mutually complementary, dan bersama-sama
membentuk barang jadi yang secara normal tidak diperdagangkan terpisah.
Contoh, rak bumbu dengan beberapa botol tempat bumbu kosong.
Yang dimaksud dengan barang dikemas dalam bentuk set untuk penjualan
eceran yaitu:
Paling sedikit dua produk yang berbeda pos (sembilan sendok bukan set).
Beberapa produk/barang bersama-sama untuk keperluan/kegiatan tertentu.
Bisa langsung dijual tanpa perlu dibungkus/dikemas kembali (contoh, ready-
to-eat-meal).
Contoh set: hairdressing set yang terdiri dari electric hair clipper (85.10), sisir
(96.15), gunting (82.13), sikat (96.03), dan handuk dari tekstil (63.02), dikemas
dalam tas kulit (42.02) diklasifikasikan pada pos 85.10 (berdasarkan

38 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang
komponen yang memberikan sifat utama).
KUM HS 3(b) tidak berlaku untuk barang yang terdiri dari beberapa bagian
yang dikemas terpisah (baik kemasan yang biasa digunakan maupun tidak),
dalam proporsi tertentu untuk keperluan industri (contoh, minuman).

Spesifikasi Mie
:Instan
- Supermi instan
bungkus
- merk :Mi Enak
- Mengandung
mie, bumbu,
saus, bawang
dan cabe

Perhatikan mie instan yang sudah mask diatas. Tahukah Saudara ketika
belum dimasak yang bungkusannya terdiri dari : mie, saus, kecap,
bumbudan bahan lainnya. Bagaimana Saudara mengklasifikasi bila dalam
keadaan mentah atau dalam bungkusan ?

KUM HS 3 c:

Apabila barang tidak dapat diklasifikasikan berdasarkan referensi 3 (a) atau


3(b), maka barang tersebut harus diklasifikasikan dalam pos tarif terakhir
berdasarkan urutan penomorannya di antara pos tarif yang mempunyai
pertimbangan yang setara.

Penjelasan:
Bila KUM HS 3(a) dan 3(b) tidak dapat digunakan, barang diklasifikasikan
pada pos terakhir. Contohnya, suatu bingkai berbentuk bujur sangkar yang 2
sisi terbuat dari kayu dan dua sisi lainnya terbuat dari logam. Bingkai ini ditinjau
dari bahan baku memiliki bahan yang sama dan seimbang antara pos 44.14 dan
pos 83.06, namun karena menurut KUM HS 3c, maka bingkai tersebut harus
diklasifikasikan pada pos terakhir, yaitu pos 83.06.

DTSD Kepabeanan dan Cukai 39


Spesifikasi barang :
- Van belt merk :
:Ando
- mengandung
bahan plastik dan
karet yang sama
tebal
- memiliki kekuatan
sama pada lapisan
karet dan plastikas
ban
-bisa dikendarai oleh
orang tua dan
Perhatikan vanbelt ini, bagaimana pengklasifikasiannya anak-anak
bila terbuat dari
bahan plastik dan karet yang sama tebalnya ?

4) Ketentuan Umum Menginterpretasi Harmonized


System nomor 4

KUM HS 4:

Barang yang tidak dapat diklasifikasikan berdasarkan referensi diatas,


harus diklasifikasikan ke dalam pos yang sesuai untuk barang yang paling
menyerupai.

Penjelasan:
a) KUM HS 4 baru digunakan apabila KUM HS 1 sampai dengan KUM HS 3
tidak dapat digunakan. Berdasarkan KUM HS 4, klasifikasi berdasarkan
barang yang sifatnya paling sesuai (misalnya uraian barangnya, sifatnya,
tujuannya).
b) Ketentuan ini mengenai barang-barang yang tidak dapat diklasifikasikan ke
dalam salah satu pos dalam HS, karena tidak ada uraian yang sesuai
(misalnya yang baru muncul di pasaran dunia). Ketentuan ini menetapkan
bahwa barang-barang tersebut harus digolongkan kedalam pos atas
barang yang memiliki persamaan terbanyak.
c) Pada waktu menerapkan ketentuan No.4, barang yang akan diklasifikasikan

40 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang
harus diperbandingkan dengan uraian barang dalam beberapa pos HS yang
memiliki kesamaan jenis atau karakternya. Hal tersebut dilakukan untuk
meneliti pada pos mana yang memiliki unsur kesamaan terbanyak.
d) Persamaan dapat tergantung dari beberapa faktor seperti nama, sifat,
penggunaan, dan seterusnya.

Perlu diingatkan, KUM HS 4 baru digunakan apabila benar-benar tidak ada


lagi data atau informasi yang dapat diperoleh untuk mengidentifikasi barang
dimaksud. Untuk itu, sebelum memutuskan menggunakan KUM HS 4, sangat
disarankan untuk mencari lebih dulu informasi tentang barang dimaksud dari
berbagai sumber yang ada, seperti literatur, data teknis, internet, dan
sebagainya.

5) Ketentuan Umum Menginterpretasi Harmonized


System nomor 5

KUM HS 5 :

Sebagai tambahan dari aturan di atas, Ketentuan berikut ini harus


diberlakukan terhadap barang tersebut di bawah ini :
Tas kamera, tas instrumen musik, koper senapan, tas instrumen gambar,
kotak kalung dan kemasan semacam itu, dibentuk secara khusus atau pas untuk
menyimpan barang atau perangkat barang tertentu, cocok untuk penggunaan
jangka panjang dan diajukan bersama barangnya, harus diklasifikasikan menurut
barangnya, apabila kemasan tersebut memang biasa dijual dengan barang
tersebut. Namun demikian, ketentuan ini tidak berlaku untuk kemasan yang
memberikan seluruh karakter utamanya;

Penjelasan:
KUM HS 5(a) berlaku untuk Peti (cases), kotak (boxes), dan tempat
semacam itu yang:
khusus dibuat untuk barang tertentu.
digunakan untuk jangka waktu lama.
dimasukkan bersama barangnya (bila dimasukkan terpisah diklasifikasikan
DTSD Kepabeanan dan Cukai 41
pada pos tersendiri).
biasa dijual bersama dengan barangnya.
tidak memberikan sifat utama.
Contoh: tempat perhiasan, tempat teleskop, tempat alat musik, tempat senjata,
dan sebagainya.

Spesifikasi barang :
- gitar dengan
kemasannya
- merk :Refly
- Terbuat dari karet
yang dilapisi tekstil
tebal

Perhatikan gambar guitar dan kemasannya diatas. Bagaimana Saudara


mengklasifikasiguitar beserta kemasan diatas ?

KUM HS 5 b :

Berdasarkan aturan dari ketentuan nomor 5 (a) di atas, bahan pembungkus


dan kemasan pembungkus yang diajukan bersama dengan barangnya harus
diklasifikasikan menurut barangnya, apabila bahan atau kemasan pembungkus
tersebut memang biasa untuk membungkus barang tersebut. Namun demikian
ketentuan ini tidak mengikat apabila bahan atau kemasan pembungkus tersebut
secara nyata cocok untuk dipakai berulangulang.

Penjelasan:
Mengacu pada KUM HS 5(a), pembungkus/tempat simpan diklasifikasikan
dengan barangnya bila biasa dipakai untuk barang tersebut.
Ketentuan ini tidak berlaku untuk pembungkus/tempat simpan yang
digunakan berulang-ulang (repetitive use), contohnya gas yang diimpor bersama
pengemasnya (tabung gas di bawah tekanan), maka gasnya diklasifikasikan

42 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang
pada pos tarif gas, sedangkan pengemasnya diklasifikasikan pada pos tarif
tabung gas.
Ketentuan ini tidak berlaku untuk tempat simpan yang nilainya jauh lebih
tinggi dari barang yang disimpan di dalamnya. Tempat semacam itu harus
diklasifikasikan tersendiri Sebagai contoh, tempat teh dari perak dan tempat
permen dari porselin berdekorasi China

Spesifikasi barang :
- tabung gas berisi
gas
- merk :Reflon
- Terbuat baja tahan
karat

Bagaimana pengklasifikasian suatu gas Oksigen beserta tabungnya yang dapat


diisi ulang ?
Tabung gas LPG dengan isinya LPG pada pos berapa dalam Harmonized
System ?

6) Ketentuan Umum Menginterpretasi Harmonized


System nomor 6

KUM HS 6 :

Untuk tujuan hukum klasifikasi barang dalam sub pos dari suatu pos harus
ditentukan berdasarkan uraian dari subpos tersebut dan catatan subpos
bersangkutan, serta ketentuan ini di atas dengan penyesuaian seperlunya,
dengan pengertian bahwa hanya subpos yang setara yang dapat
diperbandingkan. Kecuali apabila konteksnya menentukan lain, untuk keperluan
ketentuan ini diberlakukan juga catatan Bagian dan catatan Bab.
Penjelasan:

DTSD Kepabeanan dan Cukai 43


KUM HS 1 sampai dengan KUM HS 5 berlaku mutatis mutandis (secara
langsung) untuk subsub pos pada satu pos yang sama (perbandingan pada
takik yang sama).
KUM HS 6 berlaku sepanjang konteksnya tidak menentukan lain. Artinya,
catatan bagian, catatan bab, atau catatan subpos harus tetap menjadi
pertimbangan utama. Contohnya, Platinum pada catatan 4(b) Bab 71 tidak
sama dengan Platinum pada catatan subpos 2 (khusus untuk sub-pos 7110.11
dan 7110.19).

B. TAHAPAN MENGKLASIFIKASI BARANG

Secara lebih rinci, langkah-langkah berikut ini dapat digunakan untuk


mengklasifikasi barang:
1. Kita identifikasi dulu barang yang akan kita klasifikasi. Dengan mengetahui
spesifikasi barang, misalnya barang tersebut produk pertanian, barang kimia,
atau mesin, kita bisa memilih bab-bab yang lebih spesifik.
2. Pilih bab atau bab-bab yang berkaitan dengan spesifikasi barang tersebut.
Bila sudah kita tentukan, baca dan perhatikan baik-baik catatan Bagian dan
catatan Bab yang berkaitan dengan pilihan bab atau bab-bab pada butir 1.
3. Perhatikan penjelasan-penjelasan dalam catatan Bagian maupun catatan
Bab yang berkaitan dengan barang yang akan kita klasifikasi. Apabila ada
catatan yang mengeluarkan barang tersebut dari Bab atau Bagian yang kita
pilih, perhatikan pada Bagian, Bab, atau pos mana barang tersebut
diklasifikasikan.
4. Baca dan cermati catatan Bagian atau Bab (atau catatan Sub-pos dalam hal
tertentu) yang ditunjuk oleh penjelasan pada butir 3. Kita ulangi proses
pengklasifikasian pada butir 3. Pada tahap ini, biasanya kita sudah
mempunyai gambaran umum apakah barang tersebut diklasifikasikan di bab
tersebut atau di bab lainnya.
5. Setelah menemukan satu bab yang paling sesuai berdasarkan kajian di atas,
maka kita mulai menelusuri pos-pos yang mungkin mencakup barang yang
akan kita klasifikasikan dalam bab tersebut. Pada tahap ini kadang-kadang
kita sudah dapat menemukan pos yang mencakup barang tersebut dengan

44 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang
rinci. Bila sudah kita temukan satu pos yang tepat, maka langkah selanjutnya
tinggal menentukan sub-pos (6-digit) dan pos tarif (9-digit) yang sesuai.
Ingat, dalam penentuan sub-pos dan pos tarif pun kadang timbul
permasalahan klasifikasi yang sama dengan penentuan pos (4-digit).
Sampai tahap ini sebenarnya kita sedang menggunakan KUM HS 1.
6. Apabila sepintas lalu ada beberapa pos yang sesuai dengan spesifikasi
barang, kita mulai menggunakan KUM HS 2. Ingat, kita baru dapat
menggunakan KUM HS 2 apabila KUM HS 1 benar-benasr tidak dapat
digunakan. Cara untuk meyakinkan bahwa KUM HS 1 gugur adalah dengan
berusaha membuktikan bahwa hanya ada satu pos yang sesuai untuk barang
tersebut. Dalam hal KUM HS 1 tidak bisa diterapkan karena informasi atau
data spesifikasi barang kurang lengkap, maka yang harus dikerjakan adalah
mencari informasi atau data tersebut lebih dulu. Jangan terburu-buru
menggunakan KUM HS 2 sebelum kita benar-benar yakin KUM HS 1 tidak
dapat digunakan.
7. Dalam hal menggunakan KUM HS 3 (b), perlu diperhatikan bahwa yang
dimaksud dengan sifat utama (essential character) meliputi berbagai
aspek. Beberapa aspek yang dapat digunakan sebagai dasar penentuan
sifat utama adalah fungsi/kegunaan, nilai (value), dan bentuk fisik
(appearance). Usahakan paling tidak selalu mempertimbangkan ketiga
aspek tersebut sebelum menentukan sifat utama suatu barang campuran.
8. Dalam membandingkan pos-pos, sub-sub pos, atau pos-pos tarif, harus
selalu diingat bahwa yang dibandingkan adalah pos-pos , sub-sub pos,
atau pos-pos tarif yang setara (perhatikan takiknya). Ingat, dalam
mengklasifikasi, perbandingan dimaksud tidak berdasarkan pembebanan
impornya!.
Apabila sudah dipilih satu pos tarif yang benar-benar sesuai dengan uraian
barang, langkah selanjutnya adalah melihat pembebanannya (BM, PPN, PPnBM,
atau cukai) dan ada atau tidak peraturan tata niaganya (IT, IP, Pertamina, dan
lain-lain.). Karena pembebanan tersebut sering berubah, jangan lupa selalu
menggunakan pembebanan yang up to date berdasarkan ketentuan yang
terbaru.

DTSD Kepabeanan dan Cukai 45


C. NOTA PENELITIAN KLASIFIKASI BARANG

1) Pengantar

Berkaitan dengan klasifikasi barang, setidaknya ada dua fihak yang


berkepentingan yaitu aparat DJBC dan importir/PPJK. Sebagaimana selama ini
telah berjalan, dalam rangka pengimporan importir/PPJK memberitahukan sendiri
jenis barang, klasifikasi, dan pembebanan impornya. Selanjutnya DJBC akan
meneliti dan menetapkan klasifikasi barang tersebut.
Dalam mekanisme ini tidak jarang timbul perbedaan pendapat mengenai
klasifikasi barang antara importir atau PPJK dan aparat DJBC. Dalam
mempertahankan pendapatnya, aparat DJBC diharuskan membuat uraian rinci
yang menjelaskan dasar klasifikasi barang dimaksud. Dalam diktat ini disajikan
cara membuat uraian rinci klasifikasi barang tersebut.
Untuk memudahkan, uraian rinci klasifikasi barang dimaksud kita sebut
saja Nota Penelitian Klasifikasi Barang. Kerangka nota penelitian klasifikasi
barang sebenarnya tidak baku, bisa singkat atau memerlukan uraian yang cukup
panjang tergantung pada permasalahan yang dihadapi. Namun dalam diktat ini
pembuatan nota penelitian klasifikasi barang tersebut diarahkan untuk mengikuti
ketentuan-ketentuan dasar mengklasifikasi barang sesuai HS/BTKI.

2) Nota Penelitian Klasifikasi Barang

Pada bagian akhir diktat ini disajikan juga contoh soal klasifikasi barang
menggunakan nota penelitian klasifikasi barang. Soal tersebut dapat dijawab
dengan menggunakan contoh nota penelitian di bawah ini:

46 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang
Contoh 1.

Contoh 2.
(Contoh ini umumnya diterapkan pada penelitian klasifikasi di Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai):

DTSD Kepabeanan dan Cukai 47


3) Praktek Pembuatan Nota Penelitian Klasifikasi

Barang

1. Nama dan Jenis barang :


Norit mengandung arang aktif dari arang kayu dalam bentuk tablet 5 gram
dipergunakan untuk mengatasi keracunan atau perut kembung. Bahan
tersebut telah terdaftar dalam Farmakope Indonesia
Alasan Klasifikasi :
- Kayu, gabus dan barang anyaman masuk Bagian IX
- Arang kayu masuk Bab 44.
- Menurut catatan 1 (d) Bab 44 tidak meliputi arang aktif masuk pos 3802
- Bab 38 catatan 1 (d) tidak meliputi barang untuk obat masuk Bab 30
Uraian klasifikasi :
- Bab 30..Produk farmasi
- Pos 3004. Obat dalam dosis tertentu..
- Subpos 3004.90 Lain-lain
- Subpos 3004.90.90 Lain-lain
- Pos tarif 3004.90.99.00 Lain-lain
Kesimpulan :
Norit diklasifikasikan pada pos tarif 3004.90.99.00

2. Nama dan Jenis barang :


Shampo merk : KAO dalam tube 100 ml mengandung obat anti ketombe (anti
jamur) .
Alasan Klasifikasi :
- Produk kimia masuk Bagian VI
- Shampo termasuk kosmetik Bab 33, shampo Pos 3305. ;
- Bila mengandung obat Bab 30 Lihat catatan 1(d) Bab 30: Bab ini tidak
meliputi pos 3303-3307 walau mengandung obat
Uraian klasifikasi :
- Bab 33..kosmetika
- Pos 3305 preparat digunakan pada rambut..
- Subpos 3305.10 shampo

48 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang
- Pos tarif 3305.10.10.00..mengandung anti jamur

Kesimpulan :
Shampo mengandung obat anti jamur diklasifikasikan pada pos tarif
3305.10.10.00

3. Nama dan Jenis barang :


Sosis daging sapi yang dimasak dalam kemasan kedap udara i Kg
Alasan Klasifikasi :
- Makanan olahan masuk Bagian IV
- Olahan dari ikan masuk Bab 16, lihat cat 1 ..diolah selain dari bab 2 dan 3
masuk Bab 16
- Catatan 2 Bab 16 Bab 16 meliputi olahan makanan mengandung daging
lebih dari 20 %
Uraian klasifikasi :
- Bab 16 ...Olahan dari daging
- Pos 1601 ...sosis
- Pos tariff 1601.00.10.00 dalam kemasan kedap udara
Kesimpulan :
Sosis daging sapi tersebut diklasifikasikan pada pos tarif 1601.00.10.00

4. Nama dan Jenis barang :


Kawat pilinan dari baja terdiri dari 3 buah yang dipilin tidak disepuh bukan
locked coil ukuran diameter 1,5 cm digunakan untuk penarik mobil derek
bukan jenis prestressing steel strand:
Alasan Klasifikasi :
- Barang dari logam tidak mulia masuk Bagian XV.
- Barang dari logam tidak mulia masuk Bab 73, (walau bagian untuk mobil
derek)
- Catatan 2 Bagian XV kawat dipilin masuk bagian untuk pemakaian umum
pos 7312 .Mobil derek masuk bab 87

DTSD Kepabeanan dan Cukai 49


Uraian klasifikasi :
- Bab 73..barang dari baja
- Pos 7312 ..kawat
- Subpos 7312.10. kawat dipilin
- Subpos 7312.10. 90. lain-lain
- Pos tarif 7312.10.99.00 ukuran 25 mm
Kesimpulan :
Kawat tersebut diklasifikasikan pada pos tarif 7312.10.99.00

5. Nama dan Jenis barang :


Radiator untuk kendaraan sedan
Alasan Klasifikasi :
- Kendaraan yang bergerak selain diatas relmasuk Bagian XVII
- Kendaraan Bab 87
Uraian klasifikasi :
- Bab 87 Kendaraan yang bergerak selain diatas rel
- Pos 8708 bagian untuk kendaraan bermotor..
- Sub pos 8708.90 bagian dan aksesori lainnya .
- Sub pos 8708.91. radiator dan bagiannya
- Sub pos 8708.91.10 radiator
- Pos tarif 8708.91.16.00 untuk pos 8703
Kesimpulan :
Radiaotor tersebut diklasifikasikan pada pos tarif 8708.91.16.00

2.2. Latihan 2

1. Dalam mengklasifikasi barang gantungan kunci yang terdiri dari ring baja,
rantai baja dan hiasan dari plastik, harus menggunakan KUM HS nomor
berapa ?
2. Sebutkan contoh barang yang dalam mengklasifikasinya menerapkan
KUM HS nomor 3a (selain yang telah disebutkan contoh diatas)
3. Bagaimana menurut pendapat Saudara mengenai penggunaan KUM HS
nomor 4 dalam prakteknya ?

50 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang
4. Mengapa sebelum mengklasifikasi barang, diperlukan data mengenai
barangnya ? Sebutkan contoh kasus !
5. Bagaimana tahapan dalam mengklasifikasi barang agar menghasilkan
pos tarif yang akurat ?
6. Mengapa dalam mengklsifikasi barang harus memperhatiakan bagian dan
bab serta catatan bagian dan catatan babnya yang terkait dengan barang
tersebut ?
7. Sebutkab tahapan dalam membuat nota penelitian klasifikasi barang ?
8. Nota penelitian klasifikasi barang seyogyanya memuat hal-hal apa saja ?
9. Mengapa dalam mengklasifikasi barang tidak hanya menyebutkan 9
digitnya atau kesimpulannya saja ?

2.3. Rangkuman

1. Dalam mengklasifikasi barang dalam BTKI diperlukan suatu pedoman.


Pedoman tersebut adalah Ketentuan Umum Menginterpretasi
Harmonized System (KUM HS) merupakan ketentuan untuk memasuki
klasifikasi barang. Saat ini KUM HS hanya terdiri dari nomor 1 sampai
dengan nomor 6. Dahulu sampai dengan 10, nomor 7 sampai 10
dihilangkan dan beberapa diantaranya menjadi surat keputusan Dirjen
Bea dan Cukai
2. Dalam proses mengklasifikasi barang diperlukan tahapan yang sesuai,
agar menghasilkan keputusan yang tepat sesuai aturan yang benar. Pada
prinsipnya meliputi identifikasi barang, mendeskripsikan jenis barang,
kemudian melihat uraian barang dalam BTKI sesuai dengan yang akan
diklasifikasi. Pengamatan uraian barang dalam BTKI dengan melihat
bagaian, bab dan catatan yang berkaitan dengan barang yang akan
diklasifikasi. Berdasarkan pertimbangan tersebut baru ditentukan pos tarif
yang tepat.
3. Proses dalam mengklasifikasi barang harus seuai dengan aturan,
demikian juga hasil penelitian klasifikasi barang harus disajikan dalam
bentuk format yang benar. Pada umumnya hsil penelitian dituangkan
dalam suatu format yang berisikan komponen : nama dan jenis barang,

DTSD Kepabeanan dan Cukai 51


alas an klasifikasi, uraian klasifikasi dan kesimpulan. Dalam membuat
nota penelitian klasifikasi barang ada yang sederhana dengan hanya
menggunakan BTKI, namun dilapangan nama barang berdasarkan hasil
pemeriksaan, ditambah informasi barang dari brosur, hasil analisa
laboratorium atau sumber informasi lainnya

2.4. Test Formatif 2

A. Lingkarilah huruf B apabila pernyataan ini Saudara anggap benar dan


huruf S apabila pernyataan Saudara anggap salah.

1. ( B - S ) Judul Bagian, Bab dan Sub-bab pada Buku Tarif


Kepabeanan Indonesia hanya dimaksudkan untuk
memudahkan penyebutan saja. Tidak mengikat secara
hukum dalam mengklasifikasi
2. ( B - S ) Pernyataan 2b pada KUM HS adalah Barang tidak lengkap
atau tidak rampung dianggap sebagai barang lengkap atau
rampung, asalkan pada saat diimpor sudah mempunyai sifat
utama sebagai barang lengkap atau rampung
3. ( B - S) Pernyataan 3a pada KUM HS adalah Pos yang memuat
uraian yang paling terinci harus lebih diutamakan daripada
pos yang memuat uraian yang lebih umum sifatnya
4. ( B - S ) Pernyataan 5b pada KUM HS adalah Peti kamera, peti
instrumen dan tempat simpan yang semacam, dengan
bentuk atau kelengkapan khusus untuk menyimpan barang
tertentu atau seperangkat barang tertentu, cocok untuk
pemakaian jangka panjang dan diimpor lengkap dengan
isinya, harus diklasifikasikan dengan barang tersebut jika
biasa dijual dengan barang itu
5. ( B - S ) Sebelum mengklasifikasi barang, sebaiknya kita identifikasi
dulu barang yang akan kita klasifikasi. Dengan mengetahui
spesifikasi barang maka akan lebih mendekati keakuratan
dalam mengklasifikasi barang

52 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang

B. Pililihlah jawaban yang Saudara anggap benar dengan cara melingkari


huruf yang terdapat di depan jawaban tersebut

1. Dalam membuat Nota Penelitian Klasifikasi Barang maka diperlukan


kerangka yang singkat atau memerlukan uraian yang cukup panjang
tergantung pada permasalahan yang dihadapi. Namun demikian nota
tersebut setidak-tidaknya memuat tentang
a. nama barang dan uraian jenis barang
b. alasan atau catatan yang digunakan
c. Uraian klasifikasi mulai 2 digit sampai dengan 9 digit
d. pernyataan a, b dan c benar

2. Suatu kemasan mengandung mie, bumbu, saos dan bawang,


diklasifikasikan sebagai mie pada bab 19, berdasarkan KUM HS nomor
a. 2b
b. 3a
c. 3b
d. 5a

3. Larutan dengan kandungan asam cuka (acetic acid) lebih dari 10 %


dikeluarkan dari bab 22 berdasarkan catatan
a. Definitif
b. esklusif
c. ilustrasi
d. pengertian

4. Walalupun etil alkohol merupakan bahan kimia organik, namun


diklasifikasikan pada bab 22 dikarenakan KUM HS nomor
a. 1
b. 2a
c. 2b
d. 3a

DTSD Kepabeanan dan Cukai 53


5. Tabung gas LPG yang berisi gas LPG tidak dapat diklasifikasikan menjadi
stu pos tarif karena ketentuan menurut KUM HS nomor
a. 3b
b. 3c
c. 5a
d. 5b

C. Jawablah dengan benar dan lengkap

1. Mengapa olahan makanan yang terbuat dari daging sapi yang dikukus tidak
diklasifikasikan pada bab 2
2. Mengapa sabun mandi mengandung obat pembasmi kuman walaupun
mengandung obat tidak diklasifikasikan pada bab 30 sebagai produk farmasi.
3. Mengapa tutup kepala (topi) pengaman untuk pengendara sepeda motor
yang terbuat dari bahan plastik tidak diklasifikasikan pada bab 39 ?
4. Sepeda statis untuk olah raga dalam ruangan
5. Benang tenun terbuat dari campuran 70 % kapas (cotton) dan 30 % nilon,
merupakan benang tunggal, dari serat disisir dengan nomor benang 150
decitex, tidak dikelantang dan tidak dimerserisasi.Ketentuan dan catatan apa
yang digunakan dalam mengklasifikasi barang tersebut


2.5. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

Bandingkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif


yang ada di belakang modul ini. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar
atau sejauh mana Anda menguasai mata pelajaran tersebut. Kemudian gunakan
rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
terhadap materi kegiatan belajar

Rumus Tingkat Penguasaan


Jumlah Jawaban Anda yang benar dibagi 15 kemudian dikali 100 % = ............

54 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang
Arti tingkat penguasaan :
* 90 % - 100 % = Baik sekali
* 80 % - 89 % = Baik
* 70 % - 79 % = Cukup
* 69 % = Kurang

Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80% keatas Anda dapat meneruskan
kepada modul atau bagian pelajaran lain. Hasilnya Baik ! akan tetapi, bila tingkat
penguasaan Anda masih dibawah 80 %, Anda harus mengulangi membaca
Modul kembali, terutama bagian yang belum Anda kuasai

DTSD Kepabeanan dan Cukai 55


3. Kegiatan Belajar (KB) 3

CATATAN PENTING DALAM BUKU


TARIF KEPABEANAN INDONESIA
Indikator Keberhasilan :
Setelah mempelajari materi diharapkan siswa mampu menjelaskan:
1. Jenis catatan pada BTKI
2. Struktur pengelompokkan barang
3. Catatan penting dalam BTKI

3.1. Uraian dan Contoh

Untuk menjadi menjadi seorang klasifikator dibidang kepabeanan yang


handal harus dapat mengidentifikasi dan mengklasifikasi barang dengan
terampil. Oleh karena itu, seorang klasifikator harus terlebih dahulu memahami
pengetahuan barang dan pengetahuan mengenai klasifikasi barang. Seorang
klasifikator harus memiliki kemampuan dalam mengidentifikasi dan
mengklasifikasi barang karena akan menentukan ketepatan pengisian
Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang pada akhirnya menentukan ketepatan
jumlah bea masuk dan pungutan impor lainnya yang harus dibayar.

A. JENIS CATATAN PADA BTKI

Disamping KUM HS, catatan-catatan dalam HS merupakan bagian integral


yang harus diperhatikan benar-benar. Catatan-catatan tersebut mempunyai
kekuatan hukum sama seperti uraian pos atau sub-pos. HS mempunyai Catatan
Bagian, Catatan Bab, dan Catatan Sub-pos. Catatan-catatan tersebut dapat
dibagi berdasarkan jenisnya, yaitu :

56 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang
1) Catatan Definitif

Catatan yang menjelaskan pengklasifikasian suatu barang pada pos atau


sekumpulan pos tertentu.
Contoh: Catatan 4 Bab 30:
Pos no. 30.04 hanya berlaku untuk hal berikut ini, yang harus diklasifikasikan
dalam pos tersebut dan tidak dalam pos lainnya dari Nomenklatur ini:
(a) Catgut bedah steril, bahan jahit bedah steril yang semacam itu dan perekat
kertas steril untuk penutup luka bedah;
(b) Laminaria steril dan laminaria steril yang dapat menggembung;
(c) Hemostatik bedah atau gigi steril yang dapat menyerap;
(d)
(e)
(f)
(g)
(h) Preparat kontrasepsi kimia dengan bahan dasar hormon atau pembunuh
sperma.

2) Catatan Eksklusif

Catatan yang mengeluarkan barang tertentu dari bab suatu pos atau sub-
pos tertentu pada bab lain kedalam pos atau sub-pos lainnya.
Contoh: Catatan 1 Bab 2:
Bab ini tidak meliputi:
(a) Produk dari jenis yang diuraikan dalam pos No. 02.01 sampai dengan
02.08, atau 02.10, yang tidak layak atau tidak sesuai untuk konsumsi
manusia;
(b) Usus, kandung kemih atau perut dari binatang (pos No. 05.04) atau darah
binatang (pos No. 05.11 atau 30.02); atau
(c) Lemak hewani, selain produk dari pos No. 02.09 (Bab 15).

DTSD Kepabeanan dan Cukai 57


3) Catatan Ilustratif

Catatan yang memberikan gambaran terhadap pengertian atau istilah yang


perlu dijabarkan lebih lanjut. Umumnya beberap barang masuk bab tertentu dan
barang lainnya pada bab lainnya

Contoh : Catatan 3 Bab 42:


Untuk keperluan pos no. 42.03, istilah barang pakaian dan perlengkapan
pakaian berlaku, antara lain, untuk sarung tangan (termasuk sarung tangan olah
raga), apron dan pakaian pelindung lainnya, tali penahan celana, ikat pinggang,
tali sandang dan semua jenis gelang, tetapi tidak termasuk arloji tangan (pos no.
91.13).

4) Catatan Lain-lain

Catatan yang menguraikan pengertian-pengertian yang bersifat


teknis.Contoh:
i. Catatan 2 Bab 3:
Dalam Bab ini pengertian pellet adalah produk-produk yang telah
diaglomerasi baik secara langsung dengan cara dikompresi atau dengan
penambahan sejumlah kecil bahan pengikat.
ii. Catatan 1 Bab 9:
Campuran dari produk dimaksud dalam pos no. 09.04 sampai dengan
09.10 harus diklasifikasikan sebagai berikut:
(a) Campuran dua produk atau lebih dari pos yang sama harus
digolongkan dalam pos itu;
(b) Campuran dua produk atau lebih dari pos yang berlainan harus
digolongkan dalam pos no. 09.10.
Tambahan dari bahan lainnya ke dalam produk dari pos no. 09.04 sampai
dengan 09.10 (atau campuran seperti yang dimaksud dalam (a) atau (b) di
atas) tidak mempengaruhi penggolongannya asalkan..
iii. Catatan 2 Bagian XV:
Dalam seluruh Nomenklatur, istilah bagian untuk pemakaian umum
berarti:

58 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang
(a) Barang dari pos no. 73.07, 73.12, 73.15, 73.17 atau 73.18 dan barang
semacam itu dari logam tidak mulia lainnya;
(b) Pegas dan lembaran untuk pegas, dari logam tidak mulia, selain pegas
untuk lonceng atau arloji (pos no. 91.14); dan
(c) Barang dari pos no. 83.01, 83.02, 83.08, 83.10 dan bingkai serta kaca
dari logam tidak mulia, dari pos no. 83.06.
Dalam Bab 73 sampai dengan 76 dan 78 sampai dengan 82 (tetapi bukan
dalam pos no. 73.15) apa yang disebut bagian dari barang tidaklah
termasuk uraian tentang bagian untuk pemakaian umum seperti diuraikan
di atas.
Dengan memperhatikan ketentuan dalam ayat di atas dan Catatan 1 Bab
83, barang dari Bab 82 atau 83 tidak termasuk dari Bab 72 sampai dengan
76 Bab 78 sampai dengan 81.

Membaca dengan teliti dan memahami catatan-catatan di atas, termasuk


KUM HS, Explanatory Notes, dan uraian pada pos, sub-pos, dan pos tarif yang
berkaitan dengan barang yang akan diklasifikasikan merupakan syarat mutlak
yang harus dilakukan agar klasifikasi yang dilakukan benar-benar akurat.
Mengklasifikasi barang tidak dapat dilakukan dengan hanya sekedar mencari
satu pos tertentu saja. Untuk beberapa hal cara seperti ini mungkin berhasil
namun labih banyak risiko kegagalannya. Tatacara mengklasifikasi harus diikuti
dengan urut agar benar-benar diperoleh hasil yang akurat.

B. Struktur Pengelompokan Barang Pada BTKI

1) Gambaran Per Bagian

Dalam Harmonized System (HS), barang dikelompokkan dalam 96 bab


(dan bab 77 sebagai persiapan masa mendatang) yang dikelompokkan dalam 21
bagian. Pengelompokan tersebut berdasarkan urutan tingkat pengerjaannya,
yaitu bahan baku (raw material), bahan yang tidak/belum dikerjakan (unworked
products), barang setengah jadi (semi-finished products), dan barang jadi

DTSD Kepabeanan dan Cukai 59


(finished products). Sebagai contoh, binatang hidup diklasifikasikan pada Bab 1,
jangat dan kulit binatang pada Bab 41, sepatu dari kulit binatang pada Bab 64.
Urutan pengelompokan ini juga berlaku untuk bab dan pos.

Di bawah ini disajikan urutan pengelompokan barang dalam HS/BTKI:


Bagian I
Bagian I mencakup binatang hidup dan produk dari binatang (daging,
ikan, produk susu, telur, madu, produk yang dapat dimakan lainnya, dan produk
yang tidak dapat dimakan). Namun beberapa jenis minyak dan lemak
dikeluarkan dari bagian I dan diklasifikasikan pada bab 15, demikian juga halnya
dengan jangat, kulit, bulu dan barang terbuat daripadanya (diklasifikasikan pada
bagian VIII). Bab 1 sampai dengan bab 24 (Bagian I sampai dengan Bagian IV)
mencakup produk-produk pertanian dalam arti luas.

Bagian II
Bagian II mencakup produk sayuran, baik yang bisa dimakan atau tidak
(tanaman, biji-bijian, sayuran, buah, sereal, tepung, dsb.), kecuali beberapa jenis
minyak dan lemak tertentu (bab 15) dan kayu (bab 44). Produk-produk yang
termasuk bagian I dan II belum mengalami proses pengerjaan kecuali sampai
tahap tertentu (dengan beberapa pengecualian). Terhadap produk yang telah
mengalami proses lebih lanjut diklasifikasikan pada bab 19, bab 20 atau bab 21.
Contohnya, produk makanan siap saji yang diawetkan diklasifikasikan pada
Bagian IV.

Bagian III
Bagaian III hanya terdiri dari bab 15 yang mencakup lemak dan minyak
hewani dan nabati dan produk terbuat daripadanya (misalnya malam/wax).
Minyak pada Bab II baik dalam keadaan mentah, telah diproses, misalnya
minyak goreng atau margarine yang siap dikonsumsi. Umumnya minyak tidak
menguap, karena minyak nabati yang mudah menguap masuk Bab 33 sebagai
minyak atsiri.

60 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang
Bagian IV
Bagian IV mencakup produk minuman, minuman keras, cuka,dan
tembakau, bersama-sama dengan produk industri makanan yang tidak dicakup
bab-bab sebelumnya. Bab 16 meliputi daging atau ikan yang telah mengalami
proses lebih lanjut, diantaranya digoreng, dikukus atau diawetkan secara
permanen. Bab 17 meliputi gula dan bahan lainnya seperti sirop, madu tiruan
dan karamel. Berbagai jenis gula yang murni secara kimiawi diklasifikasikan pada
Bab 29. Demikian juga bahan pemanis tiruan masuk Bab 29, seperti saccharin
dan dulcin.

HUBUNGAN BAGIAN I DAN II DENGAN BAGIAN IV

BAGIAN BAGIAN
I & II IV

*BAB 2 (DAGING) *BAB 16


BAB 3 (IKAN)

*BAB 4 (SUSU) DIPROSES


BAB 10 (GANDUM- GANDUMAN) *BAB 19
LEBIH
BAB 11 (PRODUK-GILINGAN)
LANJUT

*BAB 7 (SAYURAN)
BAB 8 (BUAH-BUAHAN) *BAB 20
BAB 11 (PRODUK GILINGAN,
KENTANG)

Bagian V
Pada Bagiam V mencakup produk mineral, baik sumber mineral
anorganik seperti tanah, batuan pada Bab 25 atau bijih logam pada Bab 26, dan
sumber bahan organik pada Bab 27 seperti batu bara, dan minyak bumi.

DTSD Kepabeanan dan Cukai 61


Kecuali kalau susunannya mensyaratkan lain, maka Bab 25 meliputi produk
tambang, seperti garam, belerang dan batuan lainnya hanya dalam keadaan
mentah (crude), telah dicuci, hancur, hasil tumbuk, hasil gilingan atau saringan.
Hasil pertambangan yang telah diolah secara lain, misalnya dimurnikan sebagai
bahan kimia anorganik masuk Bab 28, sedangkan apabila merupakan hasil
bentukan atau pahatan masuk Bab 68 dan kalau bahan tersebut merupakan
hasil pembakaran maka masuk Bab 69. Batu-batuan setengah permata atau batu
permata digolongkan pada Bab 71.

Bagian VI
Bagaian VI Mencakup produk-produk kimia, baik yang berbentuk asal
(primary form) maupun produk-produk industri kimia seperti produk farmasi,
pupuk, sabun, kosmetik, cat, bahan peledak, dan lain-lain.

Bagian VII
Pada Bgaian VII mencakup plastik dan produk dari plastik (bab 39) dan
karet dan produk dari karet (bab 40). Komoditi plastik, karet buatan serta barang
dari plastik dan karet buatan banyak diimpor Indonesia. Sesuai dengan kemajuan
teknologi, maka produk barang-barang tersebut semakin bervariasi dan
bertambah jenisnya. Karena kemajuan teknologi pembuatan barang, maka
pengenalan dan proses pengidentifikasi barang tersebut semakin sulit,
khususnya dalam rangka klasifikasi barang.

Bagian VII
Bagian ini mencakup plastik/barang dari plastik serta karet/barang dari
karet. Bagian ini terdiri dari 2 bab, yaitu bab 39 (Plastik dan Barang Dari Plastik)
dan bab 40 (Karet dan Barang Dari Karet).

62 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang
Struktur dalam Bab 39 secara garis besar adalah :
BAB 39 BAB 40
PLASTIK DAN BARANG DARI KARET DAN BARANG DARI
PLASTIK KARET

SUB-BAB 1
3901-3911 : POLIMER BUATAN 4001-4002 : BAHAN KARET
3912-3913 : POLIMER ALAMI 4003 : KARET PUGARAN
3914 : PENUKAR ION 4004 : SISA, REJA
4005 : COUMPOND
SUB-BAB II
3915 : SISA, REJA.... 4006 :TIDAK DIVULKANISASI
3916-3921 : BARANG SETENGAH 4007-40016 : BARANG SETENGAH
JADI JADI
3922-3924 : BARANG JADI 4017 : KARET KERAS

Bagian VIII
Selanjutnya Bagian ini mencakup produk-produk tertentu yang berasal
dari binatang seperti jangat dan kulit (bab 41), barang dari kulit atau usus
binatang (bab 42), kulit berbulu, termasuk kulit berbulu imitasi (bab 43). Perlu
dicatat bahwa pos 42.01 dan 42.02 juga mencakup produk-produk tertentu
terbuat bukan dari kulit.

Bagian IX
Bagian ini mencakup produk yang berasal dari tumbuhan, seperti kayu
dan barang dari kayu (bab 44), gabus dan barang dari gabus (bab 45), dan
barang kerajinan tangan (bab 46). Namun, beberapa produk seperti furniture
diklasifikasikan di bab lain (bab 94).

Bagian X
Bagian ini mencakup produk yang berasal dari tumbuhan, yaitu pulp (bab
47), kertas, kertas karton dan barang terbuat daripadanya (bab 48), dan produk
industri percetakan (bab 49).

DTSD Kepabeanan dan Cukai 63


Bagian XI
Bagian ini mencakup produk tekstil mulai dari sutera (bab 50) sampai
dengan pakaian dan permadani (bab 63). Bahan dasar tekstil adalah serat. Serat
bila diproses akan menjadi benang, kemudian dari benang menjadi kain atau
produk tekstil lainnya. Serat dapat berasal dari tumbuhan, hewani, mineral dan
buatan manusia. Serat dari tumbuhan atau disebut serat nabati, misalnya serat
kapas, flaks, rami, henneps, goni dan sisal. Serat yang berasal dari hewan
misalnya bulu domba atau bulu anak domba, bulu unta, bulu kelinci, bulu
kambing Angora (Mohair) dan sutera.
Serat buatan manusia atau man made fiber terbagi dua, yaitu serat sintetik dan
serat artificial (tiruan). Serat buatan adalah serat hasil industri kimia. Untuk
memahami ini lihat Catatan 1 Bab 54. Istilah sintetik digunakan dalam hubungan
bahan polimer seperti poliamida, poliester, poliurethan dan lainnya, sedangkan
serat tiruan digunakan dalam hubungan untuk bahan dari rayon viskosa, asetat
sellulosa, dan semacam itu.
Melalui data nomor benang, bisa dilihat besar atau kecilnya suatu benang.
Ada dua sistem yang dipakai dalam penomoran benang, yaitu :
1. Sistem penomoran benang langsung (Direct Yarn Number)
2. Sistem penomoran benang tidak langsung (Indirect Yarn Number)
Kain yang terbuat dari benang dengan cara tenun, dibuat dengan mesin tenun
melalui cara menyilangkan kelompok benang satu terhadap yang lain. Benang
tersebut biasa disebut sebagai lusi dan pakan, benang pakan kalau dalam mesin
rajut adalah yang bergerak menyilang benang lusi atau sesuai arah lebar kain.
Kain rajut dibuat dengan jalan menjeratkan benang satu dengan yang lain atau
pada benang itu sendiri, contohnya kaos, T shirt dan kain katun (lihat Bab 60
tentang jenis kain ini).

Bagian XII
Bagian ini mencakup produk alas kaki (bab 64), tutup kepala (bab 65),
payung, tongkat jalan, dll. (bab 66), juga produk-produk tertentu dari bulu, bunga
buatan, dan barang dari rambut manusia (bab 67).

64 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang
Bagian XIII
Bagian ini mencakup produk-produk yang diperoleh dari batu, gips,
plaster, semen, dll. (bab 68), keramik (bab 69), dan kaca/barang dari kaca (bab
70).

Bagian XIV

Bagian ini mencakup hanya bab 71 yaitu mencakup mutiara dan batu
mulia, logam mulia, perhiasan, dan uang logam.

Bagian XV
Bagian ini mencakup logam tidak mulia dan barang terbuat daripadanya.
Namun demikian bagian ini tidak mencakup barang dari logam dasar yang
termasuk dalam bab-bab di belakangnya (seperti mesin dan kendaraan).

Bagian XVI
Bagian ini mencakup mesin, peralatan mekanik, dan peralatan listrik.
Bagian ini mempunyai pos dan sub-pos yang sangat besar dibandingkan dengan
bagian lainnya.

Bagian XVII
Bagian ini mencakup kendaraan, pesawat terbang, dan alat transportasi
lainnya (kereta api, kapal laut, pesawat ruang angkasa, dll.).

Bagian XVIII
Bagian ini mencakup perlatan optik, fotografi, sinematografi, ukuran,
kontrol, medis, atau bedah (bab 90), jam (bab 91), dan perlatan musik (bab 92).

Bagian XIX
Bagian ini hanya mencakup bab 93 berupa senjata dan amunisi.

Bagian XX
Bagian ini mencakup furniture, lampu, perlengkapan penerangan, papan

DTSD Kepabeanan dan Cukai 65


nama iluminasi, dan bangunan prefabrikasi (bab 94), mainan, peralatan
permainan, dan peralatan olahraga (bab 95), dan bermacam-macam barang
hasil pabrik (bab 96).

Bagian XXI
Bagian ini hanya terdiri dari bab 97 yang mencakup hasil karya seni,
barang kegemaran kaum pengumpul, dan barang antik.

2) Hubungan Antar Bab

Apabila kita mempelajari Bab demi Bab Harmonized System, akan kita
dapati bahwa terdapat keterkaitan antara bab tertentu dengan bab atau
beberapa bab lainnya. Hal ini dapat difahami mengingat antara bab satu dengan
bab lainnya kadang-kadang mencakup barang yang mengandung bahan yang
sama atau merupakan proses lebih lanjut dari barang dalam bab sebelumnya.
Selain itu, judul bab dalam HS sebagian besar bersifat umum. Perlu
diingat bahwa judul bab bukan merupakan uraian yang bersifat mengikat secara
hukum. Dengan demikian dapat dimengerti apabila suatu barang yang sepintas
termasuk dalam suatu bab ternyata diklasifikasikan pada bab lain.
Sebagai contoh, di bawah ini disajikan gambaran keterkaitan antar bab
dalam HS:
Bab 1 mencakup antara lain binatang hidup. Namun kuda hidup yang
digunakan dalam sirkus tidak klasifikasikan pada bab 1, melainkan pada bab
95 (pos 95.08).
Daging pada Bab 2 hanya terhadap pengolahan terbatas seperti : segar,
dingin, diasap dan dipanggang. Produk yang dikemas dalam kedap udara
dan mengalami pengolahan lebih jauh selain pengolahan dari Bab 2 maka
diklasifikasikan pada bab 16.
Bab 6 meliputi semua tanaman hidup yang umumnya dimaksud untuk dijual
oleh tukang bibit atau yang bergerak dibidang hortikultura yang serasi untuk
ditanam atau dijadikan pajangan. Pada Bab 6 tidak termasuk benih, buah
atau buah berbonggol dan umbi-umbian tertentu. Sayuran atau buah yang
diawetkan dengan cuka atau dengan cara lain misalnya masuk Bab 20.

66 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang
Kembang gula (sugar confectionery) diklasifikasikan pada bab 17. Tetapi
apabila kembang gula tersebut mengandung kokoa, maka harus
diklasifikasikan olahan makanan mengandung kokoa pada bab 18 (pos
18.06).
Bahan kimia etilena diklasifikasikan pada Bab 29 (bahan kimia organik).
Namun apabila etilene terpolimerisasi menjadi polietilena dengan jumlah unit
monomer (n) 5 atau lebih, maka harus diklasifikasikan pada Bab 39 (plastik).

Barang dari plastik diklasifikasikan pada Bab 39. Bila sudah berbentuk barang
yang khusus dibuat untuk keperluan tertentu, barang tersebut diklasifikasikan
di bab-bab lain. Sebagai contoh, frame kacamata dari plastik (bab 90), kotak
jam dari plastik (bab 91), furniture dari plastik (bab 94), dan sebagainya.

Mesin dan peralatan mekanis diklasifikasikan pada bab 84 sedangkan mesin


dan peralatan listrik diklasifikasikan pada bab 85. Namun demikian,
beberapa mesin dan peralatan tertentu tetap diklasifikasikan pada bab 84
meskipun elektrik, seperti mesin dengan motor listrik, mesin pada pos 84.03
(electric central heating boiler) dan pos 84.19 (wood dryer), dan beberapa
mesin lainnya.
Contoh-contoh di atas adalah sebagian kecil contoh keterkaitan antar bab
dalam HS. Adalah tidak mungkin untuk menggambarkan dengan rinci keterkaitan
antas bab dalam diktat ini. Untuk mengetahui keterkaitan antara bab satu
dengan bab lainnya, kita dapat melihat di catatan bab maupun catatan bagian.
Untuk itu membaca catatan bab maupun catatan bagian merupakan kewajiban
sebelum kita mengklasifikasikan suatu barang pada pos tertentu.

DTSD Kepabeanan dan Cukai 67


3) Bab Pada BTKI

BAGIAN I
BINATANG HIDUP;
PRODUK HEWANI

BAB

1. Binatang hidup
2. Daging & sisanya yang d apat dimakan
3. Ikan dan udang-udangan, binatang lunak dan binatang air lainnya yang
tidak bertulang belakang
4. Produk pabrik susu; telur unggas; madu alam; produk hewani yang dapat
dimakan, tidak dirinci atau termasuk dalam p os lain.
5. Produk hewani, tidak dirinci atau termasuk dalam pos lainnya

BAGIAN II
PRODUK NABATI

BAB

6. Pohon hidup dan tanaman lainnya; umbi akar dan yang semacam itu; bunga
potong dan daun untuk hiasan
7. Sayuran, akar dan bonggol tertentu yang dapat dimakan
8. Buah & buah berbatok yang dapat dimakan; kulit dari buah jeruk dan melon
9. Kopi, teh, mate d an rempah-rempah
10. Gandum-ganduman
11. Produk industri penggilingan ; malti ; pati; inulin ; gluten gandum.
12. Biji mengandung minyak dan buah mengandung minyak ; bermacam-macam
butir, biji dan buah; tanaman industri atau obat ; jerami dan makanan
ternak.
13. Lak, getah, d amar dan air, ekstrak n abati lainnya
14. Bahan nabati untuk anyam-anyaman; produk nabati tidak dirinci atau
termasuk pos lainnya

68 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang

BAGIAN III
MINYAK DAN LEMAK HEWANI ATAU NABATI DAN
PRODUK DISOSIASINYA; LEMAK OLAHAN YANG
DAPAT DIMAKAN;
MALAM HEWANI ATAU NABATI

BAB

15. (Judul Bab sama dengan Bagian)

BAGIAN IV
BAHAN MAKANAN OLAHAN; MINUMAN, MINUMAN KERAS
DAN CUKA, TEMBAKAU DAN TEMBA KAU PENGGANTI
BUATAN

BAB

16. Olahan dari daging, dari ikan atau dari udang-udangan, binatang lunak atau
dari binatang air yang tidak bertulang belakang
17. Gula dan kembang gula
18. Kakao & olahan kakao
19. Olahan dari gandum-ganduman, tepung, pati atau susu; produk industri kue.
20. Olahan dari sayuran, buah, kacang atau bagian lain dari tanaman.
21. Bermacam-macam olahan yang dapat dimakan
22. Minuman, minuman keras dan cuka
23. Ampas, dan sisa dari industri makanan; olahan makanan hewan
24. Tembakau dan tembakau pengganti buatan.

DTSD Kepabeanan dan Cukai 69


BAGIAN V
PRODUK MINERAL

BAB

25. Garam; belerang; tanah dan batu; bahan plester; kapur dan semen.
26. Bijih logam, terak dan abu
27. Bahan bakar mineral, minyak mineral dan produk sulingannya;
bahan mengandung bitumen; malam mineral

BAGIAN VI
PRODUK INDUSTRI KIMIA DAN INDUSTRI YANG ADA
HUBUNGANNYA DENGAN INDUSTRI KIMIA

BAB

28. Bahan kimia anorganik; senyawa organik atau organik dari logam
mulia, dari logam tanah langka, dari unsur radio aktif dan dari isotop
29. Bahan kimia organik
30. Produk farmasi
31. Pupuk
32. Ekstrak bahan samak atau bahan celup; bahan samak dan
turunannya; bahan celup, pigmen dan bahan pewarna lainnya; cat dan
vernis; dempul dan damar lainnya; tinta
33. Minyak atsiri dan resinoida; wangi-wangian, kosmetika atau
preparat pewangi
34. Sabun bahan organik penggiat permukaan, preparat pencuci,
preparat pencuci, preparat pelumas, malam tiruan, malam olahan,
preparat pelumas atau pembersih, lilin dan barang semacam itu, pasta
untuk membuat model, malam untuk mencetak gigi dan preparat
untuk gigi dengan bahan dasar gips.
35. Zat albumina ; modifikasi pati ; perekat ; enzim
36. Bahan peledak; produk piroteknik; korek api; paduan piroforik;
olahan tertentu yang mudah terbakar
37. Barang fotografi atau sinematografi
38. Aneka produk kimia

70 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang

BAGIAN VII
PLASTIK DAN BARANG DARI PLASTIK; KARET DAN
BARANG DARI KARET

BAB

39. Plastik dan Barang dari plastik


40. Kulit dan Barang dari Kulit

BAGIAN VIII
JANGAT DAN KULIT MENTAH, KULIT SAMAK, KULIT BERBULU
DAN BARANGNYA; PELANA TERMASUK PERLENGKAPANNYA DAN
PAKAINAN KUDA; BARANG UNTUK BERPERGIAN, TAS TANGAN
DAN TEMPAT SIMPAN SEMACAMNYA; BARANG DARI USUS
(LAIN DARI USUS ULAT SUTERA)

BAB

41. Jangat dan kulit mentah (lain dari kulit berbulu) dan kulit samak
42. Barang dari kulit samak; pelana termasuk perlengkapan dan pakaian
kuda; barang untuk bepergian, tas tangan dan wadah yang semacam itu; barang
dari usus hewan (lain dari pada usus ulat sutera)
43. Kulit berbulu dan kulit berbulu tiruan

DTSD Kepabeanan dan Cukai 71


BAGIAN IX
KAYU DAN BARANG DARI KAYU; ARANG KAYU; GABUS
DAN BARANG DARI GABUS; BARANG DARI JERAMI, RUMPUT
ESPARTO ATAU DARI BAHAN ANYAMAN LAINNYA; KERANJANG
DAN BARANG ANYAMAN

BAB

44. Kayu dan barang dari kayu; arang kayu


45. Gabus dan barang dari gabus
46. Barang dari jerami, dari rumput esparto atau dari bahan anyaman
lainnya; keranjang dan barang anyaman

BAGIAN X
PULP DARI KAYU ATAU DARI BAHAN SELLULOSA BERSERAT LAINNYA;
KERTAS ATAU KERTAS KARTON (BEKAS DAN SISA) YANG DIPEROLEH
KEMBALI; KERTAS DAN KERTAS KARTON DAN BARANGNYA

BAB

47. Pulp dari kayu atau dari bahan sellulosa berserat lainnya, kertas atau
kertas karton (bekas dan sisa) yang diperoleh
48. Kertas dan kertas karton; barang dari pulp kertas, dari kertas atau kertas
karton
49. Barang cetakan, surat kabar, gambar dan produk lainnya dari industri
percetakan; naskah tulisan tangan, naskah ketikan dan rencana

72 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang

BAGIAN XI
TEKSTIL DAN BARANG TEKSTIL

50. Sutera 56. Gumpalan, kain kempa dan


51. Wool, bulu hewan bukan tenunan; benang khsusu;
halus atau kasar; benang benang pintal, tali tambang dan kabel
bulu kuda dan kain dan barang-barangnya
tenunan 57. Permadani dan tekstil penutup
lantai lainnya
52. Kapas
58. Kain tenunan khusus; kain
53. Serat tekstil dari tekstil berjumbai; renda; permadani;
nabati lainnya ; benang hiasan; sulaman
kertas dan tenunan dari 59. Kain tekstil diresapi, dilapisi,
benang kertas ditutupi atau dibuat berlapis-lapis;
54. Filamen buatan barang tekstil dari jenis yang cocok
untuk digunakan dalam industri
55. Serat staple buatan 60. Kain rajutan atau kain kaitan
61. Barang dan perlengkapan pakaian, rajutan atau kaitan
62. Barang dan perlengkapan pakaian, tidak dirajut atau dikait
63. Barang tekstil sudah jadi lainnya, setelan; pakaian bekas
dan barang tekstil bekas; gombal

DTSD Kepabeanan dan Cukai 73


BAGIAN XII
ALAS KAKI, TUTUP KEPALA, PAYUNG, PAYUNG PANAS, TONGKAT JALAN,
TONGKAT DUDUK, CAMBUK, PECUT DAN BAGIANNYA; BULU UNGGAS; OLAHAN
DAN BARANGNYA; BUNGA TIRUAN; BARANG DARI RAMBUT MANUSIA

BAB

64. Alas kaki, pelindung kaki dan yang semacam itu ; bagian dari barang
semacam
65. Tutup kepala dan bagiannya
66. Payung, payung panas, tongkat jalan, tongkat duduk, cambuk, pecut dan
bagiannya
67. Bulu unggas dan bulu unggas olahan serta barang terbuat dari bulu
unggas atau bullu unggas tiruan; bunga tiruan; barang dari rambut manusia

BAGIAN XIII
BARANG DARI BATU, GIPS, SEMEN, ASBES, MIKA ATAU DARI BAHAN
SEMACAM ITU; PRODUK KERAMIK; KACA DAN BARANG DARI KACA

BAB

68. Barang dari batu, gips, semen, asbes, mika atau


bahan semacam itu
69. Produk keramik
70. Kaca dan barang dari kaca

74 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang

BAGIAN XIV
MUTIARA ALAM DAN MUTIARA BUDIDAYA, BATU PERMATA
ATAU SEMI PERMATA, LOGAM MULIA, LOGAM MULIA
KERAJANG DAN BARANGNYA; PERHIASAN IMITASI; MATA
UANG LOGAM

BAB
71. (Judul Bab sama dengan Bagian)

BAGIAN XV
LOGAM TIDAK MULIA DAN
BARANG DARI LOGAM TIDAK MULIA

BAB

72. Besi dan baja 78. Timah hitam dan barang terbuat
73. Barang dari besi dan baja dari timah hitam
74. Tembaga dan barang terbuat dari 79. Seng dan barang terbuat dari seng
tembaga 80. Timah dan barang terbuat dari
75. Nikel dan barang terbuat dari timah
nikel 81. Logam tidak mulia lainnya; sermet;
76. Aluminium dan barang terbuat barangnya
dari aluminium

82. Perkakas, peralatan, barang 83. Bermacam-macam barang dari


tajam,sendok dan garpu, dari logam logam tidak mulia
tidak mulia;bagian bagiannya dari
logam tidak mulia

DTSD Kepabeanan dan Cukai 75


BAGIAN XVI
MESIN DAN PESAWAT MEKANIK; PERLENGKAPAN LISTRIK; BAGIANNYA
PESAWAT PEREKAM DAN PESAWAT REPRODUKSI SUARA, PESAWAT
PEREKAM ATAU REPRODUKSI SUARA DAN GAMBAR UNTUK TELEVISI,
DAN BAGIAN SERTA PERLENGKAPAN DARI BARANG YANG SEMACAM ITU

BAB

84. Reaktor nuklir, ketel uap, mesin dan pesawat mekanik; bagiannya
85. Mesin dan alat listrik serta bagiannya; pesawat perekam dan
pesawat reproduksi suara, pesawat perekam dan reproduksi gambar
dan suara untuk televisi, dan bagian serta perlengkapan dari barang
yang semacam itu

BAGIAN XVII
KENDARAAN, PESAWAT TERBANG, KENDARAAN AIR
DAN PERLENG KAPAN PENGANGKUTAN YANG BERKAITAN

BAB

86. Lokomotif kereta api atau trem, kendaran yang bergerak diatas rel dan
bagiannya; alat pemasang dan perlengkapan rel kereta api atau trem dan
bagiannya; perlengkapan isyarat lalu lintas mekanik dari segala jenis (termasuk
elektronik)
87. Kendaraan selain yang begerak diatas rel kereta api atau trem, dan bagian
serta perlengkapannya
88. Kapal udara, pesawat ruang angkasa, serta bagiannya
89. Kapal, bahtera, dan bangunan terapung

76 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang

BAGIAN XVIII
ALAT DAN APARAT OPTIK, POTOGRAFI, SINEMATOGRAFI, UKUR, PENELITI,
PRESISI, KEDOKTERAN DAN BEDAH; LONCENG DAN ARLOJI; INSTRUMEN
MUSIK; BAGIAN DAN PERLENGKAPANNYA

BAB

90. Alat dan aparat optik, fotografi, sinematografi, ukur, peneliti, presisi,
kedokteran dan bedah; bagian dan perlengkapannya
91. Lonceng dan arloji dan bagiannya
92. Instrumen musik ; bagian dan perlengkapan dari barang seperti itu

BAGIAN XIX
SENJATA DAN
AMUNISI; BAGIAN
DAN
KELENGKAPANNYA

BAB

93. (Judul Bab sama dengan Bagian)

DTSD Kepabeanan dan Cukai 77


BAGIAN XX
BERMACAM-MACAM BARANG
HASIL PABRIK

BAB

94. Perabot rumah; kasur tempat tidur, kasur, lapik kasur, bantal dan
kelengkapannya; lampu dan perlengkapan penerangan, tidak dirinci atau
termasuk dalam pos manapun; isyarat iluminasi, papan nama iluminasi
dan semacam itu; bangunan prefabrikasi
95. Mainan, keperluan permainan dan keperluan olah raga; bagian dan
kelengkapannya
96. Bermacam-macam barang hasil pabrik lain

BAGIANXXI
HASIL KARYA SENI,
BARANG
KEGEMARAN
KAUM PENGUMPUL
DAN BARANG ANTIK

BAB

97. (Judul Bab sama dengan Bagian)

78 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang

C. Catatan Penting Pada BTKI

Disamping KUM HS, catatan-catatan dalam HS merupakan bagian integral yang


harus diperhatikan benar-benar. Catatan-catatan tersebut mempunyai kekuatan
hukum sama seperti uraian pos atau sub-pos. HS mempunyai Catatan Bagian,
Catatan Bab, dan Catatan Sub-pos. Catatan-catatan penting tersebut adalah :

1) Bagian II
Bab 7 Catatan 2

2.- Dalam pos 07.09, 07.10, 07.11 dan 07.12 kata "sayuran" meliputi
jamur, cendawan tanah, buah zaitun, kaper, labu sumsum, labu kuning,
terong, jagung manis (Zea mays var. saccharata), buah dari genus
Capsicum atau dari genus Pimenta, adas pedas, parsley, chervil,
tarragon, cress dan marjoram manis (Majorana hortensis atau
Origanum majorana) yang dapat dimakan.

2) Bagian II
Bab 16 Catatan 2

2.- Olahan makanan digolongkan dalam Bab ini asalkan mengandung


sosis, daging, sisa daging, darah, ikan atau krustasea, moluska atau
invertebrata air lainnya, atau berbagai kombinasinya, lebih dari 20%
menurut beratnya. Dalam hal apabila olahan mengandung dua atau
lebih produk yang disebut di atas, diklasifikasikan dalam pos pada Bab
16 yang sesuai dengan komponen atau komponen-komponen yang
mendominasi menurut beratnya. Ketentuan ini tidak berlaku untuk
produk diisi dari pos 19.02 atau olahan dari pos 21.03 atau 21.04.

DTSD Kepabeanan dan Cukai 79


3) Bagian IV
Bab 19 Cacatan 1

1.- Bab ini tidak meliputi :


(a) Kecuali dalam hal produk diisi dari pos 19.02, olahan makanan
mengandung sosis, daging, sisa daging, darah, ikan atau krustasea,
moluska atau invertebrata air lainnya, atau berbagai kombinasinya, lebih
dari 20% menurut beratnya (Bab 16);
(b) Biskuit atau barang lain yang dibuat dari tepung atau dari pati, diolah
secara khusus untuk makanan hewan (pos 23.09); atau
(c) Obat-obatan dan produk lain dari Bab 30.

4) Bagian IV
Bab 20 catatan subpos 2

2.- Untuk keperluan subpos 2007.10, istilah "olahan homogen" berarti


olahan buah, dihomogenisasi secara halus, disiapkan untuk penjualan
eceran sebagai makanan bayi atau untuk keperluan diet, dalam
kemasan dengan berat bersih tidak melebihi 250 g. Untuk penerapan
definisi ini tidak memperhitungkan sejumlah kecil berbagai bahan yang
ditambahkan pada olahan tersebut sebagai penyedap, pengawet atau
keperluan lain. Olahan ini dapat mengandung sejumlah kecil buah yang
dapat dilihat. Subpos 2007.10 harus dipertimbangkan lebih dahulu
daripada subpos lain dari pos 20.07.

5) Bagian VI
Bagian VI catatan 3

3.- Barang yang disiapkan dalam set yang terdiri dari dua atau lebih unsur
yang terpisah, beberapa atau seluruhnya yang digolongkan dalam
Bagian ini dan dimaksudkan untuk dicampur bersama untuk
memperoleh produk dari Bagian VI atau VII, harus diklasifikasikan
dalam pos yang sesuai dengan produk tersebut, asalkan unsur tersebut
berdasarkan penyiapannya jelas dapat dikenal untuk digunakan
bersamasama tanpa dibungkus ulang sebelumnya;
(b) diajukan bersama; dan
(c) pada saat diajukan, dapat dikenali sebagai unsur yang saling
melengkapi satu sama lain, baik berdasarkan sifat atau
perbandingan relatifnya.

80 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang
6) Bagian VII
Bab 39 catatan 4

4.- Istilah "kopolimer" meliputi semua polimer yang unit monomer


tunggalnya tidak ada yang beratnya 95% atau lebih menurut berat
total kandungan polimer tersebut.

Untuk keperluan Bab ini, kecuali apabila konteksnya menentukan
lain, kopolimer (termasuk kopolikondensasi, produk kopoliadisi,
block copolymer dan graft copolymer) dan campuran polimer harus
diklasifikasikan dalam pos yang mencakup polimer dari unit
komonomer tersebut yang beratnya mendominasi berat unit
komonomer tunggal lainnya. Untuk keperluan Catatan ini, bagian
unit komonomer dari polimer yang termasuk dalam pos yang sama
harus digolongkan bersama.
Dalam hal tidak terdapat unit komonomer tunggal yang
mendominasi, maka kopolimer atau campuran polimer harus
diklasifikasikan dalam pos terakhir berdasarkan urutan penomoran
di antara pos yang mempunyai pertimbangan yang setara.

7) Bagian VII
Bab 40 catatan 4 (a)

4.- Dalam Catatan 1 Bab ini dan dalam pos 40.02, istilah "karet sintetik"
berlaku untuk :
(a) Zat sintetik tidak jenuh yang dapat diubah dengan tidak kembali
ke sifat semula melalui vulkanisasi menggunakan belerang
menjadi zat non termoplastik, yang pada suhu antara 18 C dan 29
C tidak akan putus bila di rentang hingga tiga kali panjang aslinya,
dan setelah direntang hingga dua kali panjang aslinya selama
lima menit, panjangnya akan kembali menjadi tidak lebih dari
satu setengah kali panjang aslinya. Untuk keperluan pengujian
ini, dapat ditambahkan zat yang diperlukan untuk ikatan silang,
seperti pengaktif dan akselerator vulkanisasi; keberadaan zat
yang dimaksud oleh Catatan 5 (b) (ii) dan (iii) juga diperkenankan.
Namun demikian, keberadaan berbagai zat yang tidak diperlukan
untuk ikatan silang, seperti perentang, peliat dan pengisi, tidak
diperkenankan;

DTSD Kepabeanan dan Cukai 81


8) Bagian XI
Bagian XI catatan 2 (A-B)

2.- (A) Barang yang dapat diklasifikasikan dalam Bab 50 sampai dengan 55
atau dalam pos 58.09 atau 59.02 dan dari campuran dua bahan tekstil
atau lebih harus diklasifikasikan seolah-olah seluruhnya terdiri dari
satu bahan tekstil yang beratnya mendominasi berat setiap bahan
tekstil lainnya.
Apabila tidak satupun bahan tekstil yang mendominasi menurut
beratnya, barang tersebut harus diklasifikasikan seolah-olah
seluruhnya terdiri dari satu bahan tekstil yang termasuk dalam pos
terakhir berdasarkan urutan penomoran di antara pos-pos dengan
pertimbangan yang setara.
(B) Untuk keperluan ketentuan di atas :
(a) Benang lilit dari bulu kuda (pos 51.10) dan benang berlogam (pos
56.05) harus diperlakukan sebagai bahan tekstil tunggal yang
beratnya dianggap seperti berat keseluruhan komponennya;
untuk pengklasifikasian kain tenunan, benang berlogam harus
dianggap sebagai bahan tekstil;
(b) Pilihan pos yang sesuai harus dilakukan, pertama, dengan
menentukan Babnya, dan kemudian pos yang tepat dalam Bab
tersebut, tanpa memperhatikan berbagai bahan yang tidak
diklasifikasikan dalam Bab tersebut;
(c) Apabila Bab 54 dan 55 berkaitan dengan berbagai Bab lainnya,
maka Bab 54 dan 55 harus diperlakukan sebagai Bab tunggal;
(d) Apabila Bab atau pos merujuk pada barang dari bahan tekstil
yang berbeda , maka bahan tersebut harus diperlakukan sebagai
bahan tekstil tunggal.
9) Bagian XV
Bagian XV catatan 2

2. Dalam Nomenklatur ini, istilah "bagian untuk pemakaian umum" berarti:


(a) Barang dari pos 73.07, 73.12, 73.15, 73.17 atau 73.18 dan barang
semacam itu dari logam tidak mulia lainnya;
(b) Pegas dan lembaran untuk pegas, dari logam tidak mulia, selain
pegas jam atau arloji (pos 91.14); dan
(c) Barang dari pos 83.01, 83.02, 83.08, 83.10 dan bingkai serta cermin
dari logam tidak mulia, dari pos 83.06.
......................................

82 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang
10) Bagian XVI
Bagaian XVI catatan 3, 4 dan 5

3.- Kecuali apabila konteksnya menentukan lain, mesin gabungan yang


terdiri dari dua atau lebih mesin yang dipasang bersama untuk
membentuk satu kesatuan dan mesin lainnya yang dirancang untuk
keperluan melakukan dua fungsi atau lebih yang saling melengkapi
atau fungsi alternatif, harus diklasifikasikan seolah-olah terdiri
hanya dari komponen tersebut atau sebagai mesin tersebut yang
melakukan fungsi utama.

4.- Apabila mesin (termasuk kombinasi mesin) terdiri dari komponen
tersendiri (terpisah atau saling dihubungkan dengan pipa, dengan
peralatan penggerak, dengan kabel listrik atau dengan peralatan
lainnya) yang dimaksudkan untuk digunakan bersama untuk
melakukan fungsi tertentu secara jelas, yang termasuk dalam salah
satu pos dalam Bab 84 atau 85, seluruhnya harus diklasifikasikan
dalam pos yang sesuai dengan fungsi tersebut.

5.- Untuk keperluan Catatan ini, istilah " mesin " berarti berbagai mesin,
permesinan, instalasi, perlengkapan, aparatus atau peralatan yang
disebut dalam pos pada Bab 84 atau 85.

11) Bagian XVI


Bab 84 catatan 5

5.- (A) Untuk keperluan pos 84.71, istilah "mesin pengolah data otomatis"
berarti mesin yang dapat :
(i) Menyimpan program atau programprogram pengolahan dan
sekurang-kurangnya data yang diperlukan segera untuk
pelaksanaan program tersebut;
(ii) Diprogram secara bebas menurut kebutuhan pemakai;
(iii) Mengerjakan perhitungan aritmatika yang ditentukan oleh
pemakai; dan,
(iv) Tanpa intervensi manusia, melaksanakan program pengolahan
yang memerlukan modifikasi pelaksanaannya, dengan keputusan
yang logis, selama berlangsungnya pengolahan;

DTSD Kepabeanan dan Cukai 83
12) Bagian XVI
Bab 84 catatan 7

7.- Untuk keperluan klasifikasi, mesin yang digunakan untuk lebih dari satu
kegunaan, harus diperlakukan seolah-olah kegunaan utamanya adalah
kegunaan satu-satunya.

Berdasarkan Catatan 2 pada Bab ini dan Catatan 3 pada Bagian XVI,
suatu mesin yang kegunaan utamanya tidak diuraikan dalam pos
manapun atau yang tidak ada satupun kegunaannya merupakan
kegunaan utama, kecuali apabila konteksnya menentukan lain, harus
diklasifikasikan dalam pos 84.79. Pos 84.79 juga meliputi mesin untuk
membuat tali atau kabel (misalnya, mesin penjalin, mesin pemilin atau
mesin pembuat kabel) dari kawat logam, benang tekstil atau berbagai
bahan lainnya atau dari kombinasi bahan bahan tersebut.

13) Bagian XVI


Bab 85 catatan 5

5.- Untuk keperluan pos 85.34 "sirkit tercetak" adalah sirkit yang
diperoleh dengan pembentukan di atas dasar pengisolasi, melalui
berbagai proses pencetakan (misalnya, pencetakan timbul,
penyepuhan, pengetsaan) atau melalui teknik "sirkit film" berupa
elemen konduktor, kontak atau komponen tercetak lainnya
(misalnya, induktansi, resistor, kapasitor), tersendiri atau saling
berhubungan menurut pola yang ditetapkan sebelumnya, selain
elemen yang dapat memproduksi, menyearahkan, memodulasi atau
memperkuat sinyal elektris (misalnya, elemen semi konduktor).
Istilah " sirkit tercetak " tidak meliputi sirkit yang dikombinasi
dengan elemen selain yang diperoleh selama proses pencetakan,
juga tidak meliputi resistor, kapasitor, atau induktansi khusus.
Namun demikian, sirkit tercetak dapat dilengkapi dengan elemen
penghubung tidak dicetak. Sirkit film tipis atau tebal yang terdiri dari
elemen pasif dan aktif yang diperoleh selama proses teknologis yang
sama, harus diklasifikasikan dalam pos 85.42.

84 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang

14) Bagaian XVII


Bagian XVII catatan 2 dan 3

2.- Istilah "bagian" serta "bagian dan aksesori" tidak berlaku untuk
barang berikut, dapat diidentifikasi sebagai barang dari Bagian ini
maupun tidak :
(a) Sambungan, cincin pipih atau sejenisnya dari berbagai bahan
(diklasifikasikan menurut bahan utamanya atau dalam pos
84.84) atau barang lainnya dari karet divulkanisasi selain karet
keras (pos 40.16);
(b) Bagian untuk pemakaian umum, sebagaimana dirinci dalam
Catatan 2 Bagian XV, dari logam tidak mulia (Bagian XV), atau
barang semacam itu dari plastik (Bab 39);
(c) Barang dari Bab 82 (perkakas);
(d) Barang dari pos 83.06;
(e) Mesin atau aparatus dari pos 84.01 sampai dengan 84.79,
atau bagiannya; barang dari pos 84.81 atau 84.82 atau barang
dari pos 84.83, asalkan barang tersebut merupakan bagian
integral dari mesin atau motor;
(f) Mesin atau perlengkapan elektris (Bab 85);
(g) Barang dari Bab 90;
(h) Barang dari Bab 91;
(ij) Senjata (Bab 93);
(k) Lampu atau alat kelengkapan penerangan dari pos 94.05; atau
(l) Sikat dari jenis yang digunakan sebagai bagian dari kendaraan
(pos 96.03).

3.- Referensi untuk "bagian" atau "aksesori" dalam Bab 86 sampai
dengan 88 tidak berlaku untuk bagian atau aksesori yang tidak
cocok untuk digunakan sematamata atau terutama dengan barang
dari Bab-bab tersebut. Bagian atau aksesori yang memenuhi
uraian dalam dua pos atau lebih dari pos pada Bab-bab tersebut,
harus diklasifikasikan menurut pos yang sesuai dengan
penggunaan utama dari bagian atau aksesori tersebut.

DTSD Kepabeanan dan Cukai 85


15) Bagian XVIII
Bab 90 catatan 7

7.- Pos 90.32 berlaku hanya untuk :


(a) Instrumen dan aparatus untuk mengontrol arus, tinggi
permukaan, tekanan atau variabel lainnya dari cairan atau gas
secara otomatis, atau untuk mengontrol suhu secara otomatis,
yang penggunaannya tergantung maupun tidak pada fenomena
elektris yang berubah-ubah menurut faktor yang harus dikontrol
secara otomatis, yang dirancang untuk memberi faktor tersebut
untuk, dan mempertahankannya pada nilai yang dikehendaki,
distabilkan terhadap gangguan, dengan pengukuran nilai aktual
secara konstan atau periodik; dan
(b) Regulator besaran listrik otomatis dan instrumen atau aparatus
untuk mengontrol besaran bukan listrik secara otomatis, yang
pengoperasiannya tergantung pada fenomena listrik yang
berubah-ubah menurut faktor yang dikontrol, yang dirancang
untuk memberi faktor ini untuk, dan mempertahankannya pada
nilai yang dikehendaki, distabilkan terhadap gangguan, dengan
pengukuran nilai aktual secara konstan atau periodik.

16) Bagian XXI


Bab 97 catatan 5

5.- Bingkai yang terpasang pada lukisan, gambar, gambar pastel, kolase atau
plakat hiasan semacam itu, ukiran, barang cetakan atau litograf harus
diklasifikasikan dengan barang tersebut, asalkan dari jenis dan nilai yang
wajar untuk barang tersebut. Merujuk pada Catatan ini, bingkai yang
bukan merupakan jenis atau nilai yang wajar untuk barang tersebut, harus
diklasifikasikan terpisah.

86 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang
3.2. Latihan 3

1. Sebutkan contoh catatan definitif pada Bab 39 ?


2. Sebutkan contoh catatan ekslusif pada Bab 71 ?
3. Sebutkan catatan ilustratif pada pada Bagian ?
4. Sebutkan pos saja untuk barang mentega dan margarin ?
5. Daging sapi yang diolah sederhana masuk pos berapa ? Bagaimana bila
telah dikukus masuk Bab berapa ?
6. Sebutkan posnya saja batu pualam yang masih bongkahan dan yang
telah jadi ubin ?
7. Sebutkan 3 contoh barang termasuk bagian untuk pemakaian umum ?
8. Bagaimana syarat komputer menurut Harmonized system pada Bab 84 ?
9. Bagaimana pengklasifikasian motor untuk mobil mainan ?
10. Saringan udara untuk mesin diklasifikasikan pada pos berapa ?
11. Apakah bingkai dan gambar yang sama mahal harganya diklasifikasikan dalam
satu pos tarif ?

3.3. Rangkuman

1. Catatan merupakan pintu gerbang dalam memasuk bagian dan bab


dalam BTKI. Secara garis besarnya pintu gerbang tersebut akan
mengatur tentang suatu barang yang boleh dimasukan, dikeluarkan, atau
dikeluarkan sebagian serta penjelasan lainyya. Hal ini diperlukan agar
jangan sampai salah dalam menempatkan pengelompokan barang sesuai
Harmonized system. Secara singkat jenis catatan tersebut meliputi,
catatan definitive, eksklusive, illustratif, dan penjelasan.
2. BTKI terdiri dari 21 Bagian, Bab 1 sampai dengan 77 dan bab 78 sampai
dengan bab 98. Urutan pengelompokan barang umumnya didasarkan
atas bahan dasar, proses setengah jadi dan barang jadi. Pengelompokan
barang ini berawal dari binatang, hewani, nabati mineral dan selanjutnya
kepada bahan kimia dan produknya. Terakhir dengan mesin, kendaraan,
barang presisi, barang untuk kemanan dan barang kelontong.
Pemahaman pengelompokan barang akan mempermudah dan
DTSD Kepabeanan dan Cukai 87
mempercepat dalam mengklasifikasi.Sebaiknya seorang klasifikator yang
bak akan memahami pengelompokan jenis barang dalam BTKI
3. Salah satu syarat menjadi seorang klasifikator yang baik adalah harus
dapat memahami catatan penting. Catatan merupakan salah satu syarat
penting dalam mengklasifikasi barang. Bahkan dalam KUM HS nomor
satu dinyatakan bahwa hal yang mengikat dalam mengklasifikasi barang
adalah catatan, baik catatan bagian, bab maupun subpos. Berbagai jenis
barang akan dijelaskan dengan catatan dalam bagian, bab maupun
subpos yang bersifat mengikat.

3.4. Test Formatif 3

A. Lingkarilah huruf B apabila pernyataan ini Saudara anggap benar dan


huruf S apabila pernyataan Saudara anggap salah.

1. ( B - S ) Judul Bagian, Bab dan Sub-bab pada Buku Tarif


Kepabeanan Indonesia hanya dimaksudkan untuk
memudahkan penyebutan saja. Tidak mengikat secara
hukum dalam mengklasifikasi
2. ( B - S ) Pernyataan 2b pada KUM HS adalah Barang tidak lengkap
atau tidak rampung dianggap sebagai barang lengkap atau
rampung, asalkan pada saat diimpor sudah mempunyai sifat
utama sebagai barang lengkap atau rampung
3. ( B - S) Pernyataan 3a pada KUM HS adalah Pos yang memuat
uraian yang paling terinci harus lebih diutamakan daripada
pos yang memuat uraian yang lebih umum sifatnya
4. ( B - S ) Pernyataan 5b pada KUM HS adalah Peti kamera, peti
instrumen dan tempat simpan yang semacam, dengan
bentuk atau kelengkapan khusus untuk menyimpan barang
tertentu atau seperangkat barang tertentu, cocok untuk
pemakaian jangka panjang dan diimpor lengkap dengan
isinya, harus diklasifikasikan dengan barang tersebut jika
biasa dijual dengan barang itu
5. ( B - S ) Sebelum mengklasifikasi barang, sebaiknya kita identifikasi

88 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang
dulu barang yang akan kita klasifikasi. Dengan mengetahui
spesifikasi barang maka akan lebih mendekati keakuratan
dalam mengklasifikasi barang

B. Pilihlah jawaban yang Saudara anggap benar dengan cara melingkari


huruf yang terdapat di depan jawaban tersebut

1. Dalam membuat Nota Penelitian Klasifikasi Barang maka diperlukan


kerangka yang singkat atau memerlukan uraian yang cukup panjang
tergantung pada permasalahan yang dihadapi. Namun demikian nota
tersebut setidak-tidaknya memuat tentang :
a. nama barang dan uraian jenis barang
b. alasan atau catatan yang digunakan
c. Uraian klasifikasi mulai 2 digit sampai dengan 9 digit
d. pernyataan a, b dan c benar

2. Suatu kemasan mengandung mie, bumbu, saos dan bawang,


diklasifikasikan sebagai mie pada bab 19, berdasarkan KUM HS nomor :
a. 2b
b. 3a
c. 3b
d. 5a

3. Larutan dengan kandungan asam cuka (acetic acid) lebih dari 10 %


dikeluarkan dari bab 22 berdasarkan catatan :
a. definitif
b. esklusif
c. ilustrasi
d. pengertian

DTSD Kepabeanan dan Cukai 89


4. Walalupun etil alkohol merupakan bahan kimia organik, namun
diklasifikasikan pada bab 22 dikarenakan KUM HS nomor :
a. 1
b. 2a
c. 2b
d. 3a

5. Tabung gas LPG yang berisi gas LPG tidak dapat diklasifikasikan menjadi
stu pos tarif karena ketentuan menurut KUM HS nomor :
a. 3b
b. 3c
c. 5a
d. 5b

C. Jawablah pertanyaan soal dibawah ini dengan ringkas

1. Mengapa olahan makanan yang terbuat dari daging sapi yang dikukus tidak
diklasifikasikan pada bab 2
2. Mengapa sabun mandi mengandung obat pembasmi kuman walaupun
mengandung obat tidak diklasifikasikan pada bab 30 sebagai produk farmasi.
3. Mengapa tutup kepala (topi) pengaman untuk pengendara sepeda motor
yang terbuat dari bahan plastik tidak diklasifikasikan pada bab 39 ?
4. Automatic voltage regulator yang digunakan sebagai stabilizer otomatis untuk
komputer harus diklasifikasikan pada pos 85.04 atau 90.32 . Sebutkan
alasannya
5. Benang tenun terbuat dari campuran 70 % kapas (cotton) dan 30 % nilon,
merupakan benang tunggal, dari serat disisir dengan nomor benang 150
decitex, tidak dikelantang dan tidak dimerserisasi.Ketentuan dan catatan apa
yang digunakan dalam mengklasifikasi barang tersebut

90 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang

3.5. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

Bandingkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang
ada di belakang modul ini. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar atau
sejauh mana Anda menguasai mata pelajaran tersebut. Kemudian gunakan
rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
terhadap materi kegiatan belajar

Rumus Tingkat Penguasaan


Jumlah Jawaban Anda yang benar dibagi 15 kemudian dikali 100 % = ............
Arti tingkat penguasaan :
* 90 % - 100 % = Baik sekali
* 80 % - 89 % = Baik
* 70 % - 79 % = Cukup
* 69 % = Kurang

Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80% keatas Anda dapat meneruskan
kepada modul atau bagian pelajaran lain. Hasilnya Baik ! akan tetapi, bila tingkat
penguasaan Anda masih dibawah 80 %, Anda harus mengulangi membaca
Modul kembali, terutama bagian yang belum Anda kuasai

DTSD Kepabeanan dan Cukai 91


PENUTUP

Setelah Saudara selesai mempelajari Modul ini (membaca serta


mengerjakan latihan soal, maupun tes formatif yang tersedia) diharapkan
Saudara telah memahami bagaimana cara bahan / barang kimia anorganik
organic maupun produk yang terbuat daripadanya; mengidentifikasi Plastik dan
Barang dari Plastik; Karet dan Barang dari Karet; dan Jangat, Kulit dan Barang
dari Kulit; mengidentifikasi Serat, Benang dan Kain; Penomoran Benang; dan
Identifikasi Serat; mengidentifikasi Barang dari Batu, Produk Keramik dan Barang
dari Kaca; Mutiara, Intan dan Logam Mulia; dan Logam Mulia dan
mengidentifikasi mesin mesin serta barang barang dari elektronika
Dengan kemampuan Saudara mengidentifikasi barang-barang tersebut
diharapkan Saudara nantinya dapat mengklasifikasikannya kedalam Buku Tarif
Kepabeanan Indonesia.
Modul ini merupakan dasar dari pengetahuan dan identifikasi barang
yang minimal harus Saudara ketahui. Untuk hal yang lebih complicated
Saudara harus mencari tambahan pengetahuan sendiri melalui informasi di
media masa, baik buku pengetahuan, koran, majalah serta media internet.

92 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang

TES SUMATIF
Pilihlah jawaban yang Saudara anggap benar dengan cara melingkari huruf
yang terdapat di depan jawaban tersebut a, b, c, atau d )

1. Untuk penetapan tarif bea masuk, barang dikelompokkan berdasarkan


sistem klasifikasi barang. Bunyi kalimat diatas sesuai dengan bunyi UU no.
10 tahun 1995 tentang Kepabeanan pada :
a. pasal 16
b. pasal 115
c. pasal 14
d. pasal 116

2. The Harmonized Commodity Description and Coding System (HS) mulai


berlaku secara internasional sejak :
a. tanggal 1 Januari 1989
b. tanggal 1 Agustus 1988
c. tanggal 31 Januari 1988
d. tanggal 11 Januari 1989

3. Untuk mengklasifikasi barang, dikenal prosedur umum untuk mengklasifikasi


barang. Prosedur tersebut secara umum ialah .........
a. mengidentifikasi barang dengan mempelajari jenis dan
spesifikasinya
b. merumuskan identitas atau deskripsi barang tersebut
c. melihat Buku Tarif Kepabeanan Indonesia dan menentukan
klasifikasinya
d. pernyataan a, b dan c benar

4. Dalam pengamatan sementara untuk mengklasifikasi barang, maka


sebutkan pernyataan dibawah ini yang tidak benar
a. Jenis suatu jenis barang dimungkinkan tidak ada dalam HS
b. Dapat terkait dengan beberapa bab

DTSD Kepabeanan dan Cukai 93


c. Mengklasifikasi barang seluruhnya harus tepat secara eksak
d. Barang tidak dapat diklasifikasikan, karena uraian jenis barangnya
tidak ada dalam BTKI

5. Pencantuman besarnya Bea Masuk pada Buku Tarif Kepabeanan Indonesia


a. hanyalah sementara (mengikuti surat Keputusan Menteri Keuangan
RI)
b. harus mengacu kepada perkembangan terakhir besarnya
penetapan Bea Masuk
c. selalu berubah
d. pernyataan a, b dan c benar

6. Dalam membuat Nota Penelitian Klasifikasi Barang maka diperlukan


kerangka yang singkat atau memerlukan uraian yang cukup panjang
tergantung pada permasalahan yang dihadapi. Namun demikian nota
tersebut setidak-tidaknya memuat tentang
a. nama barang dan uraian jenis barang
b. alasan atau catatan yang digunakan
c. Uraian klasifikasi mulai 2 digit sampai dengan 9 digit
d. pernyataan a, b dan c benar

7. Suatu kemasan mengandung mie, bumbu, saos dan bawang,


diklasifikasikan sebagai mie pada bab 19, berdasarkan KUM HS nomor :
a. 2b
b. 3a
c. 3b
d. 5a

8. Larutan dengan kandungan asam cuka (acetic acid) lebih dari 10 %


dikeluarkan dari bab 22 berdasarkan catatan :
a. Definitif
b. esklusif
c. ilustrasi
d. pengertian

94 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang
9. Walalupun etil alkohol merupakan bahan kimia organik, namun
diklasifikasikan pada bab 22 dikarenakan KUM HS nomor .
a. 1
b. 2a
c. 2b
d. 3a

10. Tabung gas LPG yang berisi gas LPG tidak dapat diklasifikasikan menjadi
stu pos tarif karena ketentuan menurut KUM HS nomor
a. 3b
b. 3c
c. 5a
d. 5b

11. Dalam membuat Nota Penelitian Klasifikasi Barang maka diperlukan


kerangka yang singkat atau memerlukan uraian yang cukup panjang
tergantung pada permasalahan yang dihadapi. Namun demikian nota
tersebut setidak-tidaknya memuat tentang ....
a. nama barang dan uraian jenis barang
b. alasan atau catatan yang digunakan
c. Uraian klasifikasi mulai 2 digit sampai dengan 9 digit
d. pernyataan a, b dan c benar

12. Suatu kemasan mengandung mie, bumbu, saos dan bawang,


diklasifikasikan sebagai mie pada bab 19, berdasarkan KUM HS nomor ...
a. 2b
b. 3a
c. 3b
d. 5a

13. Larutan dengan kandungan asam cuka (acetic acid) lebih dari 10 %
dikeluarkan dari bab 22 berdasarkan catatan
a. definitif

DTSD Kepabeanan dan Cukai 95


b. esklusif
c. ilustrasi
d. pengertian

14. Walalupun etil alkohol merupakan bahan kimia organik, namun


diklasifikasikan pada bab 22 dikarenakan KUM HS nomor
a. 1
b. 2a
c. 2b
d. 3a

15. Tabung gas LPG yang berisi gas LPG tidak dapat diklasifikasikan menjadi
stu pos tarif karena ketentuan menurut KUM HS nomor ....
a. 3b
b. 3c
c. 5a
d. 5b

96 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang

KUNCI JAWABAN
I. KUNCI JAWABAN TEST FORMATIF 1, 2, 3

1. TEST FORMATIF 1

A. Kelompok Pernyataan Benar (B) atau Salah (S)


1 B.
2. S
3. B.
4. B
5. S

B. Kelompok Pilihan Ganda


1. a
2. b
3. d
4. c
5. d

C. Kelompok Essay

Nomor 1
a) Sistem Brussel Edisi 1975 (BTN 1975). Penetapan tarif ini
merupakan penyempurnaan dari penetapan tarif sebelumnya dan
mulai diberlakukan pada tanggal 1 Juli 1975 sampai dengan 30
september 1980.
b) Sistem Customs Cooperation Council (CCCN). Pada dasarnya
sistem pentarifan ini sama dengan sistem sebelumnya, hanya pada
sistem CCCN ini terdapat penyempurnaan sistem penomoran pada
sub-pos dari dua digit menjadi tiga digit atau semula 6 digit menjadi
7 digit. Sistem CCCN ini mulai diberlakukan pada tanggal 1
Oktober 1980 sampai dengan 31 Maret 1985.
DTSD Kepabeanan dan Cukai 97
c) Sistem CCCN Edisi 1985 (CCCN 1985). Sistem ini merupakan
penyempurnaan dari sistem CCCN sebelumnya dan mulai
diberlakukan pada tanggal 1 April 1987 sampai dengan 31
desember 1988.

Nomor 2
Pada akhir tahun 1986, kelompok studi tersebut berhasil menyusun
suatu nomenklatur (daftar klasifikasi barang berdasarkan kelompok-
kelompok) yang dinamakan Harmonized Commodity Description and
Coding System atau lebih dikenal dengan sebutan Harmonized
System (HS). Untuk memberikan kekuatan hukum yang pasti,
nomenklatur disahkan dalam Konvensi HS

Nomor 3
a) HS adalah pedoman klasifikasi yang sistematik untuk seluruh
barang yang diperdagangkan secara internasional.
b) HS adalah pedoman klasifikasi yang sistematik untuk seluruh
barang yang diperdagangkan secara internasional.
c) HS menggunakan dasar yang seragam untuk keperluan pentarifan
secara internasional.
d) Menggunakan bahasa pabean sehingga dapat dengan mudah
dimengerti oleh importir, eksportir, produsen, pengangkut, dan
aparat bea dan cukai.
e) Sederhana dan memberikan kepastian dalam hal aplikasi dan
interpretasi yang benar dan sama untuk keperluan negosiasi.
f) Merupakan kumpulan data yang seragam secara internasional
sehingga dapat digunakan untuk mendukung analisis dan statistik
perdagangan internasional.

Nomor 4
a) Memberikan keseragaman dalam daftar penggolongan barang yang
dibuat secara sistematis, untuk penetapan Tarif Pabean secara
mendunia.
b) Memudahkan pengumpulan, pembuatan dan analisis Statistik

98 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang
perdagangan dunia, dan ;
c) Memberikan Sistem Internasional yang resmi untuk pemberian
Kode, Pen jelasan dan penggolongan barang untuk tujuan
perdagangan seperti tarif pengangkutan, keperluan pengangkutan,
dokumentasi dan sebagainya.
d) Memperbaharui sistem klasifikasi barang sebelumnya, untuk
memberikan perhatian kepada perkembangan teknologi dan
masyarakat industri serta pola perdagangan Internasional.

Nomor 5
Buku Tarif Kepabeanan Indonesia hanyalah suatu referensi praktis agar
dapat secara optimal digunakan di lapangan. Ketentuan hukum yang
legal adalah sesuai Surat Keputusan Menteri Keuangan tentang
perubahan Tarif Bea Masuk Indonesia
(lihat Kata Pengantar pada BBTKI)

2. TEST FORMATIF 2

A. Kelompok Pernyataan Benar (B) atau Salah (S)


1. B
2. S
3. B
4. S
5. B

B. Kelompok Pilihan Ganda


1. d
2. c
3. b
4. a
5. d

DTSD Kepabeanan dan Cukai 99


C. Kelompok Essay

Diberitahukan hanya 6 digitnya (sub posnya)


1. Daging sapi hasil olahan sesuai bab 2 (pengolahan sementara/terbatas)
diklasifikasikan pada bab 2. Bentuk pengolahan bukan sederhana, seperti
dipanggang, dikukus dan pengolahan selain pada bab 2 diklasifikasikan
pada bab 16. Lihat catatan 1 bab 16. Perhatikan pos tarif 1602.50.000.
2. Lihat catatan 1(e) Bab 30
3. Lihat catatan 1(n) Bab 39
4. Lihat catatan 2(A) Bagian XI
5. Lihat catatan 6(b) Bab 90
Perhatikan sub-pos 5206.24.

3. TES FORMATIF 3

A. Kelompok Pernyataan Benar (B) atau Salah (S)


1. B
2. S
3. B
4. S
5. B

B. Kelompok Pilihan Ganda


1. d
2. c
3. b
4. a
5. d

100 DTSD Kepabeanan dan Cukai


Klasifikasi Barang
C. Kelompok Essay

Diberitahukan hanya 6 digitnya (sub posnya)


1. Daging sapi hasil olahan sesuai bab 2 (pengolahan
sementara/terbatas) diklasifikasikan pada bab 2. Bentuk pengolahan
bukan sederhana, seperti di panggang, dikukus dan pengolahan selain
pada bab 2 diklasifikasikan pada bab 16. Lihat catatan 1 bab 16.
Perhatikan pos tarif 1602.50.000
2. Lihat catatan 1(e) Bab 30
3. Lihat catatan 1(n) Bab 39
4. Lihat catatan 2(A) Bagian XI
5. Lihat catatan 6(b) Bab 90
Perhatikan sub-pos 5206.24.

II. KUNCI JAWABAN TES SUMATIF

1. a
2. b
3. d
4. c
2. d
3. d
4. c
5. b
6. a
7. d
8. d
9. c
10. b
11. a
12. d

DTSD Kepabeanan dan Cukai 101


DAFTAR PUSTAKA

Harmonized System, Wordl Customs Organization, 2012 version


Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (2012) Departemen Keuangan RI, Jakarta
Explanatory Notes, World Customs Organization, 2012
Pengantar Klasifikasi Barang. (1995) Pusdiklat Bea dan Cukai. Jakarta
Classification Disputes Settled by The Harmonized System Committee. World
Organization (1994)

***

102 DTSD Kepabeanan dan Cukai

Anda mungkin juga menyukai