MODUL
KLASIFIKASI
BARANG
Disusun
Oleh:
Adang
Karyana
Syahbana,
S.ST.
(Widyaiswara
Pusdiklat
Bea
dan
Cukai)
MODUL
KLASIFIKASI
BARANG
Disusun
Oleh:
Adang
Karyana
Syahbana,
S.ST.
(Widyaiswara
Pusdiklat
Bea
dan
Cukai)
Menunjuk Nota Dinas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bea dan
Cukai Nomor ND-243/PP.5/2012 tanggal 26 September 2012 hal Review dan
Update Modul Diklat untuk Diklat Tahun Anggaran 2013, dengan ini Sdr. Adang
Karyana S, S. ST selaku penyusun modul Klasifikasi Barang untuk Diklat Teknis
Substantif Dasar (DTSD) Kepabeanan dan Cukai telah melakukan revisi modul
tersebut.
Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada penyusun dan
semua pihak yang telah membantu penyelesaian revisi modul tersebut.
MODUL
KLASIFIKASI BARANG
A. Pendahuluan 1
KLASIFIKASI BARANG
Indikator Keberhasilan .. 4
B. Harmonized System 9
1) Pengantar 9
3) Publikasi Pelengkap HS 12
4) Sistem Pengkodean . 13
1) Dasar Hukum .. 15
2) Struktur BTKII 17
System .................................................................................... 32
system nomor 1 .. 32
nomor 4 40
nomor 5 41
nomor 6 43
C. Nota Penelitian . 46
1) Pengantar 46
(BTKI)
Indikator Keberhasilan .. 56
1) Catatan definitive 57
2) Catatan Eksklusif .. 57
3) Catatan Ilustratif . 58
4) Catatan lain-lain . 58
PENUTUP .. 92
Untuk dapat memahami modul ini secara benar, maka peserta diklat
diharapkan mempelajari modul ini secara urut mulai dari Kegiatan Belajar 1
sampai dengan Kegiatan Belajar 3.
1. Lihat apa yang menjadi target indikator dari kegiatan belajar tersebut;
2. Pelajari materi yang menjadi isi dari setiap kegiatan belajar (dengan cara
membaca materi minimal 3 kali membaca isi materi kegiatan belajar
tersebut);
5. Lihat kunci jawaban Tes Formatif dari kegiatan belajar tersebut yang terletak
pada bagian akhir modul ini.
6. Cocokkan hasil tes formatif dengan kunci jawaban tersebut, apabila ternyata
hasil Tes Formatif peserta diklat memperoleh nilai minimal 67 (jumlah yang
benar x 100/15), maka kegiatan belajar dapat dilanjutkan pada kegiatan
7. Kerjakan Tes Sumatif apabila semua Tes Formatif dari seluruh kegiatan
belajar telah dilakukan.
8. Lihat kunci jawaban Tes Sumatif yang terletak pada bagian akhir modul ini
9. Cocokkan hasil tes sumatif dengan kunci jawaban tes sumatif, apabila
ternyata hasil tes sumatif peserta diklat memperoleh nilai minimal 67 (jumlah
yang benar x 100/25), maka peserta diklat dapat dinyatakan lulus dari
kegiatan belajar
A
PENDAHULUAN
MODUL
KLASIFIKASI
BARANG
1. Diskripsi singkat
Seorang Pegawai Ditjen Bea dan Cukai harus menjadi seorang klasifikator
dibidang kepabeanan Oleh karena itu, seorang klasifikator harus terlebih dahulu
memahami pengetahuan barang dan pengetahuan mengenai klasifikasi barang.
Seorang klasifikator harus memiliki kemampuan dalam mengidentifikasi dan
mengklasifikasi barang karena akan menentukan ketepatan dalam klasifikasi
dalam Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang pada akhirnya menentukan
ketepatan jumlah bea masuk dan pungutan impor lainnya yang harus dibayar.
2. Prasyarat Kompetensi
Untuk mempelajari modul ini idealnya anda telah ditunjuk sebagi Peserta
DTSD Kepabeanan dan Cukai dan telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut
1. Pegawai DJBC yang belum pernah mengikuti diklat teknis Kepabeanan
& Cukai;
2. Telah lulus DTU Kesamaptaan
DTSD Kepabeanan dan Cukai 1
3. Minimal lulusan SLTA atau sederajat;
4. Usia maksimal 50 tahun;
5. Sehat jasmani dan rohani;
6. Tidak sedang menjalani atau dalam proses penjatuhan hukuman disiplin;
7. Tidak sedang ditunjuk mengikuti diklat lain;
8. Ditunjuk oleh Sekretaris DJBC.
Standar Kompetensi
Setelah mengikuti mata diklat ini peserta diklat mampu melaksanakan
ketentuan klasifikasi barang
Kompetensi Dasar
1. Peserta mampu menjelaskan tentang sejarah, dasar hukum dan sistem
klasifikasi barang
2. Peserta mampu menjelaskan tentang jenis catatan
3. Peserta mampu menerapkan KUM HS No 1 dan 2
4. Peserta mampu menerapkan KUM HS No. 3 s.d 6
5. Peserta mampu mengaplikasikan prosedur pengklasifikasian bardan
membuat nota penelitian klasifikasian
6. Peserta mampu menjelaskan tentang hubungan antar bagian dan bab dalam
BTKI
7. Peserta mampu mempraktekan klasifikasi barang pada bagian I s.d XXI
BTKI
4. Relevansi Modul
Relevansi modul terhadap tugas pekerjaan yang akan dijalankan peserta
diklat adalah sebagai berikut :
a. Setelah mempelajari materi modul ini diharapkan peserta mendapat
pemahaman yang benar tentang klasifikasi barang, Harmonize System,
Buku Tarif Kepabeanan Indonesia, Ketentuan Umum untuk
Menginterpretasikan Harmonized System, Tahapan Mengklasifikai
KLASIFIKASI
BARANG
Indikator
Keberhasilan
:
Setelah
mempelajari
materi
diharapkan
siswa
mampu
menjelaskan:
:
1. Identifikasi
dan
klasifikasi
barang
2. Harmonized
System
(HS)
3. Buku
Tarif
Kepabeanan
Indonesia
(BTKI
)
2012
Seorang Pegawai Ditjen Bea dan Cukai harus menjadi seorang klasifikator
dibidang kepabeanan Oleh karena itu, seorang klasifikator harus terlebih dahulu
memahami pengetahuan barang dan pengetahuan mengenai klasifikasi barang.
Seorang klasifikator harus memiliki kemampuan dalam mengidentifikasi dan
mengklasifikasi barang karena akan menentukan ketepatan dalam klasifikasi
dalam Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang pada akhirnya menentukan
ketepatan jumlah bea masuk dan pungutan impor lainnya yang harus dibayar.
B. HARMONIZED SYSTEM
1) Pengantar
b. Mengapa HS ?
3) Publikasi Pelengkap HS
Explanatory Notes bukan merupakan bagian yang integral dari HS, namun
sebagaimana disetujui WCO, explanatory notes merupakan interpretasi resmi
c. Publikasi lain
Publikasi lain yang merupakan pelengkap HS adalah the Compendium of
Classification Opinions, the Harmonized System Commodity Data Base (dalam
bentuk CD-ROM), Dispute Settled Classification Opinion, the Training Modules,
dan Correlation Tables.
4) Sistem Pengkodean
b. Structured nomenclature
HS adalah nomenklatur yang terdiri dari 21 Bagian, 96 Bab (+ Bab 77), dan
1.241 pos. HS yang tersusun dari pos dan sub-pos, bersama dengan Ketentuan
Umum Menginterpretasi, Catatan Bagian, Catatan Bab, dan Catatan Sub-Pos,
merupakan pedoman mengklasifikasi barang yang sistematik dan seragam.
Ada tiga Bab yang belum digunakan dalam HS yang ada saat ini, yaitu Bab
77, 98, dan 99. Bab 77 dipersiapkan untuk keperluan di masa mendatang,
sedangkan Bab 98 dan 99 digunakan untuk keperluan khusus bagi masing-
masing contracting party, misalnya untuk barang pos atau peralatan tertentu.
Indonesia juga menggunakan Bab 98 untuk keperluan ekspor barang tertentu
yang pada bulan April 1999 dicabut kembali. Saat ini Indonesia menggunakan
kembali Bab 98 untuk keperluan impor suku cadang kendaraan bermotor yang
diimpor oleh importir produsen kendaraan bermotor.
01 01 21
__ Bab (Chapter) 1
_______ Pos (Heading) 01. 01
______________ Sub-pos (Sub-heading) 0101. 21
Dua angka pertama untuk menunjukkan pada bab mana barang itu
diklasifikasikan. Pada contoh di atas, barang dimaksud diklasifikasikan pada
Bab 1.
Empat angka pertama menunjukkan Pos atau Heading dalam setiap bab.
Pada contoh di atas, barang dimaksud diklasifikasikan pada pos 01.01.
Enam angka pertama menunjukkan Sub Pos dalam setiap Pos. Pada contoh
di atas, barang dimaksud diklasifikasikan pada sub-pos 0101.21.
Untuk keperluan nasional, Indonesia menggunakan sistem penomoran 10
digit dalam BTKI yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari sub-sub pos dalam
HS. Penjelasan mengenai hal ini akan dibahas lebih rinci pada penjelasan
berikutnya.
1) Dasar Hukum
2) Struktur BTKI
2. Kolom kedua adalah kolom Uraian Barang dalam bahasa Indonesia yang
disusun dengan pola sebagai berikut:
a. Uraian barang pada pos (4 digit) dan subpos (6 digit) merupakan terjemahan
dari teks HS;
b. Uraian barang pada subpos ASEAN (8 digit) merupakan terjemahan dari
teks AHTN;
c. Uraian barang pada subpos nasional (10 digit) merupakan teks berasal dari
uraian barang dalam bahasa Indonesia, kecuali:
i. yang 2 digit terakhirnya 00 (misalnya 0301.11.94.00), berarti berasal
dari teks AHTN;
ii. yang 4 digit terakhirnya 00.00 (misalnya 0301.91.00.00), berarti berasal
dari teks HS WCO.
5. Kolom kelima adalah kolom Bea Keluar yang mencantumkan tanda satu
asterisk (*) menunjukkan klasifikasi barang ekspor yang dikenakan bea keluar.
Besarnya pembebanan tarif dan jenis barang yang dikenakan Bea Keluar diatur
dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 67/PMK.011/2010 sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
128/PMK.011/2011;
7. Kolom ketujuh adalah kolom PPnBM (Pajak Penjualan Atas Barang Mewah)
yang mencantumkan pembebanan tarif PPnBM yang ditetapkan berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 355/KMK.03/2003 dan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 620/PMK.03/2004 sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 103/PMK.03/2009;
Hal lainnya yang perlu diketahui mengenai BTKI adalah beberapa pengertian
sebagai berikut :
1. Pencantuman tanda satu asterisk *) pada kolom PPN dan PPnBM berarti
pengenaan PPN dan PPnBM berlaku hanya terhadap sebagian jenis barang atau
sebagian kelompok barang dalam pos tarif bersangkutan, sesuai dengan
DTSD Kepabeanan dan Cukai 19
peraturan perundangan yang berlaku atas pengenaan PPN dan PPnBM.
2. Pencantuman tanda satu asterisk *) pada kolom Bea Keluar berarti pengenaan
Bea Keluar berlaku hanya terhadap sebagian jenis barang atau semua barang
dalam pos tariff bersangkutan, sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku atas pengenaan Bea
Keluar.
3. Pencantuman tanda strip (-) pada kolom pembebanan tarif PPN, PpnBM dan
Bea Keluar berarti komoditi pada pos tarif bersangkutan tidak dikenakan
pembebanan PPN, PpnBM dan Bea Keluar.
4. Untuk beberapa subpos AHTN (8 digit), tersedia Catatan Penjelasan Tambahan
(Supplementary Explanatory Notes/SEN) yang merupakan pedoman dalam
menginterpretasikan pengertian maupun istilah teknis barang yang tercantum
dalam subpos AHTN tersebut. Text yang mengikat secara hukum adalah text
asli SEN dalam bahasa Inggris.
5. Pengguna BTKI 2012 diharapkan selalu merujuk kepada Peraturan Menteri
Keuangan dan peraturan perundang-undangan lain yang menjadi dasar
hukumnya dan melakukan updating data secara berkala untuk mengantisipasi
adanya perubahan kebijakan tarif yang dinamis dari waktu ke waktu.
6. BTKI 2012 selain digunakan untuk keperluan klasifikasi dan pembebanan tarif
bea masuk atas barang impor, dapat digunakan juga untuk klasifikasi barang
ekspor, pungutan yang berkaitan dengan ekspor, statistik perdagangan, dan
keperluan lainnya yang berkaitan.
7. Apabila terdapat keraguan dalam menginterpretasikan teks pada kolom uraian
barang atau description of goods dalam BTKI 2012, maka yang mengikat
adalah:
- bahasa Inggrisnya untuk pos WCO dan subpos AHTN.
- bahasa Indonesianya untuk subpos nasional.
a. Sistem Penomoran
Sistem penomoran klasifikasi dalam BTKI menggunakan 10-digit dengan
susunan 6 digit pertama mengacu pada konvensi HS, 2 digit selanjutnya
mengacu kepada AHTN dan 2 digit terakhir adalah pecahan pos tarif nasional.
Untuk memahami sistem penomoran tersebut, perhatikan contoh berikut:
0705.11.00.00 Selada kubis (selada bongkahan)
(1) Dua digit pertama (07) menunjukkan Bab.
Bab 07 : Sayuran, akar dan bonggol tertentu yang dapat dimakan.
(2) Empat digit pertama (0705) menunjukkan Pos.
Pos 07.05: Selada (Lactuca sativa) dan chicory (Chicorium spp.), segar atau
dingin.
(3) Enam digit pertama (0705.10) menunjukkan Sub-pos yaitu selada.
Sub-pos 0705.10 dipecah menjadi 0705.11 dan 0705.19:
0705.10: - Selada
(4) Sepuluh digit pertama (0705.11.00.00) menunjukkan Pos Tarif
0705.19.00.00 : - - Lain-lain)
b. Sistem Takik
Di bawah ini disajikan contoh sistem takik dengan menggunakan contoh yang
sudah ada (pos tarif 0705.11.000):
07.05 Selada (Lactuca sativa) dan chicory (Chicorium spp.), segar atau dingin).
0705.11.00.10 - - - Segar
0705.11.00.20 - - - Dingin
Namun apabila ASEAN misalnya akan membagi dari subpos 0705.11. maka :
0705.11.10.00 - - - Segar
0705.11.20.00 - - - Dingin
Perlu diperhatikan bahwa kadang-kadang nomor sub-pos atau pos tarif yang
dipecah lebih lanjut tidak dicantumkan secara eksplisit dalam BTKI, contoh :
1) sub-pos 0705.10, dalam BTKI tidak dicantumkan (hanya dicantumkan uraian
barangnya yaitu: - selada) karena sub-pos tersebut dipecah lebih lanjut
menjadi 0705.11 dan 0705.19.
2) Dalam HS/BTKI hanya ada dua jenis barang, yaitu barang tertentu dan lain-
lain. Kedua jenis barang tersebut dapat dipecah kembali lagi menjadi dua
kelompok di atas (barang tertentu dan lain-lain) yang lebih spesifik.
3) Setiap kelompok barang di atas (baik dalam pos, sub-pos, maupun pos tarif)
dibagi atau dirinci dengan dua cara, yaitu barang tertentu A - barang tertentu
B atau barang tertentu A - barang lainnya (lain-lain).
Contoh:
Barang tertentu A - barang tertentu B :
Pos 07.07 (Ketimun dan ketimun acar, segar atau dingin) dibagi menjadi
ketimun dan ketimun acar saja. Barang tertentu A - barang lainnya (lain-lain).
Pos 07.01 (Kentang, segar atau dingin) dibagi menjadi bibit dan lain-lain.
4) Bila pos dipecah menjadi sub-sub pos, perhatikan digit kelima dan keenam.
Barang tertentu mempunyai kode 10, 20, 30, ..., 80.
Bila kode 10 dipecah lagi menjadi lebih rinci, digunakan digit kesembilan,
yaitu menjadi 11, 12, ..., 19.
Demikian juga kode 900 bila dipecah menjadi 91, 92, ..., 99.
Di bawah ini disajikan beberapa contoh pengertian kata lain-lain yang terdapat
dalam BTKI:
a) Judul Bab.
Bab 63: Barang tekstil sudah jadi lainnya ....
Secara singkat makna kata lainnya berfungsi untuk menampung barang
tekstil sudah jadi yang belum disebutkan pada bab-bab sebelumnya dalam
Bagian XI. Secara lebih rinci judul bab tersebut dapat diuraikan menjadi
Tekstil dan barang tekstil, selain yang telah disebutkan pada Bab 50
sampai dengan Bab 62.
b) Judul Pos.
Pos 01.06: Binatang hidup lainnya.
Kata lainnya dalam pos ini berfungsi untuk menampung binatang hidup yang
belum disebutkan pada pos-pos sebelumnya. Secara lebih rinci uraian pos
tersebut dapat diuraikan menjadi:
Binatang hidup,
6) selain kuda, keledai, bagal dan hinnies, selain binatang sejenis
lembu, selain babi
7) selain biri-biri dan kambing
8) selain unggas dari jenis : ayam spesies Gallus domesticus, bebek,
1.2. Latihan 1
1.3. Rangkuman
Bandingkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang
ada di belakang modul ini. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar atau
sejauh mana Anda menguasai mata pelajaran tersebut. Kemudian gunakan
rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
terhadap materi kegiatan belajar
Untuk kelompok C :
Apabila benar seluruhnya nilai menjadi 100
Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80% keatas Anda dapat meneruskan
kepada modul atau bagian pelajaran lain. Hasilnya Baik ! akan tetapi, bila tingkat
penguasaan Anda masih dibawah 80 %, Anda harus mengulangi membaca
Modul kembali, terutama bagian yang belum Anda kuasai
Indikator
Keberhasilan
:
Setelah
mempelajari
materi
diharapkan
siswa
mampu
menjelaskan
1. Ketentuan
umum
untuk
menginterpretasikan
Harmonized
System
2. Tahapan
dalam
mengklasifikasi
barang
3. Nota
Penelitian
Klasifikasi
Barang
KUM HS 1 :
Penjelasan:
Pengklasifikasian apakah
pada bab 1 atau bab 95
KUM HS 2 a :
Setiap referensi untuk suatu barang dalam suatu pos harus dianggap
meliputi juga referensi barang tersebut dalam keadaan tidak lengkap atau belum
rampung, asalkan pada saat diajukan, barang yang tidak lengkap atau belum
rampung tersebut memiliki karakter utama dari barang itu dalam keadaan
lengkap atau rampung. Referensi ini harus dianggap juga meliputi refensi untuk
barang tersebut dalam keadaan lengkap atau rampung (atau yang berdasarkan
ketentuan ini dapat digolongkan sebagai lengkap atau rampung) yang diajukan
dalam keadaan belum dirakit atau terbongkar.
Penjelasan:
Barang tidak lengkap atau tidak rampung dianggap sebagai barang
Spesifikasi :
- Sepeda merk
:Bamby
- Ada alat
perubah
kecepatan
- memiliki laher
dalam as ban
- bisa
dikendarai
oleh orang tua
maupun anak-
anak
:
Perhatikan gambar sepeda diatas. Bagaimana pengklasifikasiannya bila
sepeda tersebut : a) tidak dicat ,b) tidak ada sadelnya c) dalam keadaan
terurai
KUM HS 2 b :
Setiap referensi untuk suatu bahan atau zat dalam pos, harus dianggap
juga meliputi referensi untuk campuran atau kombinasi dari bahan atau zat itu
dengan bahan atau zat lain. Setiap referensi untuk barang dari bahan atau zat
tertentu harus dianggap juga meliputi referensi untuk barang yang sebagian atau
seluruhnya terdiri dari bahan atau zat tersebut. Barang yang terdiri lebih dari satu
jenis bahan atau zat harus diklasifikasikan sesuai prinsip dari Ketentuan 3.
Penjelasan:
Campuran atau kombinasi dua atau lebih bahan atau zat diklasifikasikan
berdasarkan KUM HS 1. Sebagai contoh suatu susu yang telah ditambah sedikit
vitamin, maka pengklasifikasiannya tetap sebagai susu. Mengapa demikian ?
karena sifat sebagai susunya tidak berubah. Ingat, ketentuan ini hanya berlaku
DTSD Kepabeanan dan Cukai 35
apabila pos atau catatan bagian atau catatan bab tidak menentukan lain.
Contoh, pos 15.03 (-lard oil, ...tidak diemulsi atau dicampur...); karena uraian
posnya sudah menyebutkan bahwa produk dalam pos tersebut tidak dicampur,
maka KUM HS 2(b) tidak berlaku.
Apabila tambahan atau campuran bahan atau zat menghilangkan sifat
barang seperti diuraikan pada pos, KUM HS 2(b) tidak dapat digunakan (harus
digunakan KUM HS 3).
Perhatikan sumbat botol diatas, bagaimana bila sumbat botol bagian atas
dilapis plastik ?
KUM HS 3 :
Penjelasan:
KUM HS 3 hanya dipergunakan bila KUM HS 2 tidak bisa dipergunakan.
KUM HS 3 a :
Pos yang memberikan uraian yang paling spesifik, harus lebih diutamakan
dari pos yang memberikan uraian yang lebih umum. Namun demikian, apabila
dua pos atau lebih yang masing-masing pos hanya merujuk kepada bagian dari
bahan atau zat yang terkandung dalam barang campuran atau barang
komposisi,atau hanya merujuk kepada bagian dari bahan atau zat terkandung
dalam campuran atau barang komposisi atau hanya merujuk kepada bagian dari
barang dalam set yang disiapkan untuk penjualan eceran, maka pos-pos tersebut
harus dianggap setara sepanjang berkaitan dengan barang tersebut, walaupun
salah satu dari pos tersebut memberikan uraian yang lebih lengkap atau lebih
tepat.
Penjelasan:
Pos dengan uraian lebih spesifik lebih diutamakan dari pos dengan uraian
yang lebih umum. Pos yang menyebutkan nama barang lebih diutamakan dari
pos yang menyebutkan kelompok barang. Contoh shavers/hair clippers
diklasifikasikan pada pos 85.10, bukan pada pos 85.09 (self-contained motor).
Saringan oli walau sebagai bagian dari mesin pada pos 8409, namun pos 8421
uraian barangnya lebih rinci.
Pos yang menyebutkan barang yang disebutkan secara rinci lebih
diutamakan dari pos yang menyebutkan bagian suatu barang. Contoh, tufted
textile for motor cars diklasifikasikan pada pos 57.03, bukan pada pos 87.08.
Apabila dua atau lebih pos menguraikan hanya bagian dari bahan atau zat
yang terkandung dalam suatu barang campuran atau komposit, atau bagian dari
KUM HS 3 b :
Barang campuran dan barang komposisi yang terdiri dari bahan yang
berbeda atau yang dibuat dari komponen yang berbeda, serta barang yang
disiapkan dalam set untuk penjualan eceran, yang tidak dapat diklasifikasikan
berdasarkan referensi 3 (a), harus diklasifikasikan berdasarkan bahan atau
komponen yang memberikan karakter utama barang tersebut, sepanjang kriteria
ini dapat diterapkan.
Penjelasan:
KUM HS 3(b) hanya berlaku untuk campuran, barang komposit yang terdiri
dari bahan yang berbeda, barang komposit yang terdiri dari komponen yang
berbeda, dan barang yang dikemas dalam bentuk set untuk penjualan eceran,
dan bila KUM HS 3(a) tidak bisa digunakan.
Yang dimaksud dengan karakter utama (Essential character) pada KUM
HS ini mengacu pada bahan atau komponen, kemasan, jumlah, berat atau nilai,
dan bahan utama yang berkaitan dengan penggunaan barang.
KUM HS 3(b) berlaku juga untuk komponen yang terpisah, asalkan satu
sama lain adapted to the other, mutually complementary, dan bersama-sama
membentuk barang jadi yang secara normal tidak diperdagangkan terpisah.
Contoh, rak bumbu dengan beberapa botol tempat bumbu kosong.
Yang dimaksud dengan barang dikemas dalam bentuk set untuk penjualan
eceran yaitu:
Paling sedikit dua produk yang berbeda pos (sembilan sendok bukan set).
Beberapa produk/barang bersama-sama untuk keperluan/kegiatan tertentu.
Bisa langsung dijual tanpa perlu dibungkus/dikemas kembali (contoh, ready-
to-eat-meal).
Contoh set: hairdressing set yang terdiri dari electric hair clipper (85.10), sisir
(96.15), gunting (82.13), sikat (96.03), dan handuk dari tekstil (63.02), dikemas
dalam tas kulit (42.02) diklasifikasikan pada pos 85.10 (berdasarkan
Spesifikasi Mie
:Instan
- Supermi instan
bungkus
- merk :Mi Enak
- Mengandung
mie, bumbu,
saus, bawang
dan cabe
Perhatikan mie instan yang sudah mask diatas. Tahukah Saudara ketika
belum dimasak yang bungkusannya terdiri dari : mie, saus, kecap,
bumbudan bahan lainnya. Bagaimana Saudara mengklasifikasi bila dalam
keadaan mentah atau dalam bungkusan ?
KUM HS 3 c:
Penjelasan:
Bila KUM HS 3(a) dan 3(b) tidak dapat digunakan, barang diklasifikasikan
pada pos terakhir. Contohnya, suatu bingkai berbentuk bujur sangkar yang 2
sisi terbuat dari kayu dan dua sisi lainnya terbuat dari logam. Bingkai ini ditinjau
dari bahan baku memiliki bahan yang sama dan seimbang antara pos 44.14 dan
pos 83.06, namun karena menurut KUM HS 3c, maka bingkai tersebut harus
diklasifikasikan pada pos terakhir, yaitu pos 83.06.
KUM HS 4:
Penjelasan:
a) KUM HS 4 baru digunakan apabila KUM HS 1 sampai dengan KUM HS 3
tidak dapat digunakan. Berdasarkan KUM HS 4, klasifikasi berdasarkan
barang yang sifatnya paling sesuai (misalnya uraian barangnya, sifatnya,
tujuannya).
b) Ketentuan ini mengenai barang-barang yang tidak dapat diklasifikasikan ke
dalam salah satu pos dalam HS, karena tidak ada uraian yang sesuai
(misalnya yang baru muncul di pasaran dunia). Ketentuan ini menetapkan
bahwa barang-barang tersebut harus digolongkan kedalam pos atas
barang yang memiliki persamaan terbanyak.
c) Pada waktu menerapkan ketentuan No.4, barang yang akan diklasifikasikan
KUM HS 5 :
Penjelasan:
KUM HS 5(a) berlaku untuk Peti (cases), kotak (boxes), dan tempat
semacam itu yang:
khusus dibuat untuk barang tertentu.
digunakan untuk jangka waktu lama.
dimasukkan bersama barangnya (bila dimasukkan terpisah diklasifikasikan
DTSD Kepabeanan dan Cukai 41
pada pos tersendiri).
biasa dijual bersama dengan barangnya.
tidak memberikan sifat utama.
Contoh: tempat perhiasan, tempat teleskop, tempat alat musik, tempat senjata,
dan sebagainya.
Spesifikasi barang :
- gitar dengan
kemasannya
- merk :Refly
- Terbuat dari karet
yang dilapisi tekstil
tebal
KUM HS 5 b :
Penjelasan:
Mengacu pada KUM HS 5(a), pembungkus/tempat simpan diklasifikasikan
dengan barangnya bila biasa dipakai untuk barang tersebut.
Ketentuan ini tidak berlaku untuk pembungkus/tempat simpan yang
digunakan berulang-ulang (repetitive use), contohnya gas yang diimpor bersama
pengemasnya (tabung gas di bawah tekanan), maka gasnya diklasifikasikan
Spesifikasi barang :
- tabung gas berisi
gas
- merk :Reflon
- Terbuat baja tahan
karat
KUM HS 6 :
Untuk tujuan hukum klasifikasi barang dalam sub pos dari suatu pos harus
ditentukan berdasarkan uraian dari subpos tersebut dan catatan subpos
bersangkutan, serta ketentuan ini di atas dengan penyesuaian seperlunya,
dengan pengertian bahwa hanya subpos yang setara yang dapat
diperbandingkan. Kecuali apabila konteksnya menentukan lain, untuk keperluan
ketentuan ini diberlakukan juga catatan Bagian dan catatan Bab.
Penjelasan:
1) Pengantar
Pada bagian akhir diktat ini disajikan juga contoh soal klasifikasi barang
menggunakan nota penelitian klasifikasi barang. Soal tersebut dapat dijawab
dengan menggunakan contoh nota penelitian di bawah ini:
Contoh 2.
(Contoh ini umumnya diterapkan pada penelitian klasifikasi di Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai):
Barang
Kesimpulan :
Shampo mengandung obat anti jamur diklasifikasikan pada pos tarif
3305.10.10.00
2.2. Latihan 2
1. Dalam mengklasifikasi barang gantungan kunci yang terdiri dari ring baja,
rantai baja dan hiasan dari plastik, harus menggunakan KUM HS nomor
berapa ?
2. Sebutkan contoh barang yang dalam mengklasifikasinya menerapkan
KUM HS nomor 3a (selain yang telah disebutkan contoh diatas)
3. Bagaimana menurut pendapat Saudara mengenai penggunaan KUM HS
nomor 4 dalam prakteknya ?
2.3. Rangkuman
1. Mengapa olahan makanan yang terbuat dari daging sapi yang dikukus tidak
diklasifikasikan pada bab 2
2. Mengapa sabun mandi mengandung obat pembasmi kuman walaupun
mengandung obat tidak diklasifikasikan pada bab 30 sebagai produk farmasi.
3. Mengapa tutup kepala (topi) pengaman untuk pengendara sepeda motor
yang terbuat dari bahan plastik tidak diklasifikasikan pada bab 39 ?
4. Sepeda statis untuk olah raga dalam ruangan
5. Benang tenun terbuat dari campuran 70 % kapas (cotton) dan 30 % nilon,
merupakan benang tunggal, dari serat disisir dengan nomor benang 150
decitex, tidak dikelantang dan tidak dimerserisasi.Ketentuan dan catatan apa
yang digunakan dalam mengklasifikasi barang tersebut
2.5. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT
Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80% keatas Anda dapat meneruskan
kepada modul atau bagian pelajaran lain. Hasilnya Baik ! akan tetapi, bila tingkat
penguasaan Anda masih dibawah 80 %, Anda harus mengulangi membaca
Modul kembali, terutama bagian yang belum Anda kuasai
2) Catatan Eksklusif
Catatan yang mengeluarkan barang tertentu dari bab suatu pos atau sub-
pos tertentu pada bab lain kedalam pos atau sub-pos lainnya.
Contoh: Catatan 1 Bab 2:
Bab ini tidak meliputi:
(a) Produk dari jenis yang diuraikan dalam pos No. 02.01 sampai dengan
02.08, atau 02.10, yang tidak layak atau tidak sesuai untuk konsumsi
manusia;
(b) Usus, kandung kemih atau perut dari binatang (pos No. 05.04) atau darah
binatang (pos No. 05.11 atau 30.02); atau
(c) Lemak hewani, selain produk dari pos No. 02.09 (Bab 15).
4) Catatan Lain-lain
Bagian II
Bagian II mencakup produk sayuran, baik yang bisa dimakan atau tidak
(tanaman, biji-bijian, sayuran, buah, sereal, tepung, dsb.), kecuali beberapa jenis
minyak dan lemak tertentu (bab 15) dan kayu (bab 44). Produk-produk yang
termasuk bagian I dan II belum mengalami proses pengerjaan kecuali sampai
tahap tertentu (dengan beberapa pengecualian). Terhadap produk yang telah
mengalami proses lebih lanjut diklasifikasikan pada bab 19, bab 20 atau bab 21.
Contohnya, produk makanan siap saji yang diawetkan diklasifikasikan pada
Bagian IV.
Bagian III
Bagaian III hanya terdiri dari bab 15 yang mencakup lemak dan minyak
hewani dan nabati dan produk terbuat daripadanya (misalnya malam/wax).
Minyak pada Bab II baik dalam keadaan mentah, telah diproses, misalnya
minyak goreng atau margarine yang siap dikonsumsi. Umumnya minyak tidak
menguap, karena minyak nabati yang mudah menguap masuk Bab 33 sebagai
minyak atsiri.
BAGIAN BAGIAN
I & II IV
*BAB 7 (SAYURAN)
BAB 8 (BUAH-BUAHAN) *BAB 20
BAB 11 (PRODUK GILINGAN,
KENTANG)
Bagian V
Pada Bagiam V mencakup produk mineral, baik sumber mineral
anorganik seperti tanah, batuan pada Bab 25 atau bijih logam pada Bab 26, dan
sumber bahan organik pada Bab 27 seperti batu bara, dan minyak bumi.
Bagian VI
Bagaian VI Mencakup produk-produk kimia, baik yang berbentuk asal
(primary form) maupun produk-produk industri kimia seperti produk farmasi,
pupuk, sabun, kosmetik, cat, bahan peledak, dan lain-lain.
Bagian VII
Pada Bgaian VII mencakup plastik dan produk dari plastik (bab 39) dan
karet dan produk dari karet (bab 40). Komoditi plastik, karet buatan serta barang
dari plastik dan karet buatan banyak diimpor Indonesia. Sesuai dengan kemajuan
teknologi, maka produk barang-barang tersebut semakin bervariasi dan
bertambah jenisnya. Karena kemajuan teknologi pembuatan barang, maka
pengenalan dan proses pengidentifikasi barang tersebut semakin sulit,
khususnya dalam rangka klasifikasi barang.
Bagian VII
Bagian ini mencakup plastik/barang dari plastik serta karet/barang dari
karet. Bagian ini terdiri dari 2 bab, yaitu bab 39 (Plastik dan Barang Dari Plastik)
dan bab 40 (Karet dan Barang Dari Karet).
SUB-BAB 1
3901-3911 : POLIMER BUATAN 4001-4002 : BAHAN KARET
3912-3913 : POLIMER ALAMI 4003 : KARET PUGARAN
3914 : PENUKAR ION 4004 : SISA, REJA
4005 : COUMPOND
SUB-BAB II
3915 : SISA, REJA.... 4006 :TIDAK DIVULKANISASI
3916-3921 : BARANG SETENGAH 4007-40016 : BARANG SETENGAH
JADI JADI
3922-3924 : BARANG JADI 4017 : KARET KERAS
Bagian VIII
Selanjutnya Bagian ini mencakup produk-produk tertentu yang berasal
dari binatang seperti jangat dan kulit (bab 41), barang dari kulit atau usus
binatang (bab 42), kulit berbulu, termasuk kulit berbulu imitasi (bab 43). Perlu
dicatat bahwa pos 42.01 dan 42.02 juga mencakup produk-produk tertentu
terbuat bukan dari kulit.
Bagian IX
Bagian ini mencakup produk yang berasal dari tumbuhan, seperti kayu
dan barang dari kayu (bab 44), gabus dan barang dari gabus (bab 45), dan
barang kerajinan tangan (bab 46). Namun, beberapa produk seperti furniture
diklasifikasikan di bab lain (bab 94).
Bagian X
Bagian ini mencakup produk yang berasal dari tumbuhan, yaitu pulp (bab
47), kertas, kertas karton dan barang terbuat daripadanya (bab 48), dan produk
industri percetakan (bab 49).
Bagian XII
Bagian ini mencakup produk alas kaki (bab 64), tutup kepala (bab 65),
payung, tongkat jalan, dll. (bab 66), juga produk-produk tertentu dari bulu, bunga
buatan, dan barang dari rambut manusia (bab 67).
Bagian XIV
Bagian ini mencakup hanya bab 71 yaitu mencakup mutiara dan batu
mulia, logam mulia, perhiasan, dan uang logam.
Bagian XV
Bagian ini mencakup logam tidak mulia dan barang terbuat daripadanya.
Namun demikian bagian ini tidak mencakup barang dari logam dasar yang
termasuk dalam bab-bab di belakangnya (seperti mesin dan kendaraan).
Bagian XVI
Bagian ini mencakup mesin, peralatan mekanik, dan peralatan listrik.
Bagian ini mempunyai pos dan sub-pos yang sangat besar dibandingkan dengan
bagian lainnya.
Bagian XVII
Bagian ini mencakup kendaraan, pesawat terbang, dan alat transportasi
lainnya (kereta api, kapal laut, pesawat ruang angkasa, dll.).
Bagian XVIII
Bagian ini mencakup perlatan optik, fotografi, sinematografi, ukuran,
kontrol, medis, atau bedah (bab 90), jam (bab 91), dan perlatan musik (bab 92).
Bagian XIX
Bagian ini hanya mencakup bab 93 berupa senjata dan amunisi.
Bagian XX
Bagian ini mencakup furniture, lampu, perlengkapan penerangan, papan
Bagian XXI
Bagian ini hanya terdiri dari bab 97 yang mencakup hasil karya seni,
barang kegemaran kaum pengumpul, dan barang antik.
Apabila kita mempelajari Bab demi Bab Harmonized System, akan kita
dapati bahwa terdapat keterkaitan antara bab tertentu dengan bab atau
beberapa bab lainnya. Hal ini dapat difahami mengingat antara bab satu dengan
bab lainnya kadang-kadang mencakup barang yang mengandung bahan yang
sama atau merupakan proses lebih lanjut dari barang dalam bab sebelumnya.
Selain itu, judul bab dalam HS sebagian besar bersifat umum. Perlu
diingat bahwa judul bab bukan merupakan uraian yang bersifat mengikat secara
hukum. Dengan demikian dapat dimengerti apabila suatu barang yang sepintas
termasuk dalam suatu bab ternyata diklasifikasikan pada bab lain.
Sebagai contoh, di bawah ini disajikan gambaran keterkaitan antar bab
dalam HS:
Bab 1 mencakup antara lain binatang hidup. Namun kuda hidup yang
digunakan dalam sirkus tidak klasifikasikan pada bab 1, melainkan pada bab
95 (pos 95.08).
Daging pada Bab 2 hanya terhadap pengolahan terbatas seperti : segar,
dingin, diasap dan dipanggang. Produk yang dikemas dalam kedap udara
dan mengalami pengolahan lebih jauh selain pengolahan dari Bab 2 maka
diklasifikasikan pada bab 16.
Bab 6 meliputi semua tanaman hidup yang umumnya dimaksud untuk dijual
oleh tukang bibit atau yang bergerak dibidang hortikultura yang serasi untuk
ditanam atau dijadikan pajangan. Pada Bab 6 tidak termasuk benih, buah
atau buah berbonggol dan umbi-umbian tertentu. Sayuran atau buah yang
diawetkan dengan cuka atau dengan cara lain misalnya masuk Bab 20.
Barang dari plastik diklasifikasikan pada Bab 39. Bila sudah berbentuk barang
yang khusus dibuat untuk keperluan tertentu, barang tersebut diklasifikasikan
di bab-bab lain. Sebagai contoh, frame kacamata dari plastik (bab 90), kotak
jam dari plastik (bab 91), furniture dari plastik (bab 94), dan sebagainya.
BAGIAN I
BINATANG HIDUP;
PRODUK HEWANI
BAB
1. Binatang
hidup
2. Daging
&
sisanya
yang
d apat
dimakan
3. Ikan
dan
udang-udangan,
binatang
lunak
dan
binatang
air
lainnya
yang
tidak
bertulang
belakang
4. Produk
pabrik
susu;
telur
unggas;
madu
alam;
produk
hewani
yang
dapat
dimakan,
tidak
dirinci
atau
termasuk
dalam
p os
lain.
5. Produk
hewani,
tidak
dirinci
atau
termasuk
dalam
pos
lainnya
BAGIAN II
PRODUK NABATI
BAB
6. Pohon
hidup
dan
tanaman
lainnya;
umbi
akar
dan
yang
semacam
itu;
bunga
potong
dan
daun
untuk
hiasan
7.
Sayuran,
akar
dan
bonggol
tertentu
yang
dapat
dimakan
8. Buah
&
buah
berbatok
yang
dapat
dimakan;
kulit
dari
buah
jeruk
dan
melon
9. Kopi,
teh,
mate
d an
rempah-rempah
10. Gandum-ganduman
11. Produk
industri
penggilingan
;
malti
;
pati;
inulin
;
gluten
gandum.
12. Biji
mengandung
minyak
dan
buah
mengandung
minyak
;
bermacam-macam
butir,
biji
dan
buah;
tanaman
industri
atau
obat
;
jerami
dan
makanan
ternak.
13. Lak,
getah,
d amar
dan
air,
ekstrak
n abati
lainnya
14. Bahan
nabati
untuk
anyam-anyaman;
produk
nabati
tidak
dirinci
atau
termasuk
pos
lainnya
BAGIAN III
MINYAK DAN LEMAK HEWANI ATAU NABATI DAN
PRODUK DISOSIASINYA; LEMAK OLAHAN YANG
DAPAT DIMAKAN;
MALAM HEWANI ATAU NABATI
BAB
BAGIAN IV
BAHAN MAKANAN OLAHAN; MINUMAN, MINUMAN KERAS
DAN CUKA, TEMBAKAU DAN TEMBA KAU PENGGANTI
BUATAN
BAB
16. Olahan dari daging, dari ikan atau dari udang-udangan, binatang lunak atau
dari binatang air yang tidak bertulang belakang
17. Gula dan kembang gula
18. Kakao & olahan kakao
19. Olahan dari gandum-ganduman, tepung, pati atau susu; produk industri kue.
20. Olahan dari sayuran, buah, kacang atau bagian lain dari tanaman.
21. Bermacam-macam olahan yang dapat dimakan
22. Minuman, minuman keras dan cuka
23. Ampas, dan sisa dari industri makanan; olahan makanan hewan
24. Tembakau dan tembakau pengganti buatan.
BAB
25. Garam; belerang; tanah dan batu; bahan plester; kapur dan semen.
26. Bijih logam, terak dan abu
27. Bahan bakar mineral, minyak mineral dan produk sulingannya;
bahan mengandung bitumen; malam mineral
BAGIAN VI
PRODUK INDUSTRI KIMIA DAN INDUSTRI YANG ADA
HUBUNGANNYA DENGAN INDUSTRI KIMIA
BAB
28. Bahan kimia anorganik; senyawa organik atau organik dari logam
mulia, dari logam tanah langka, dari unsur radio aktif dan dari isotop
29. Bahan kimia organik
30. Produk farmasi
31. Pupuk
32. Ekstrak bahan samak atau bahan celup; bahan samak dan
turunannya; bahan celup, pigmen dan bahan pewarna lainnya; cat dan
vernis; dempul dan damar lainnya; tinta
33. Minyak atsiri dan resinoida; wangi-wangian, kosmetika atau
preparat pewangi
34. Sabun bahan organik penggiat permukaan, preparat pencuci,
preparat pencuci, preparat pelumas, malam tiruan, malam olahan,
preparat pelumas atau pembersih, lilin dan barang semacam itu, pasta
untuk membuat model, malam untuk mencetak gigi dan preparat
untuk gigi dengan bahan dasar gips.
35. Zat albumina ; modifikasi pati ; perekat ; enzim
36. Bahan peledak; produk piroteknik; korek api; paduan piroforik;
olahan tertentu yang mudah terbakar
37. Barang fotografi atau sinematografi
38. Aneka produk kimia
BAGIAN VII
PLASTIK DAN BARANG DARI PLASTIK; KARET DAN
BARANG DARI KARET
BAB
BAGIAN VIII
JANGAT DAN KULIT MENTAH, KULIT SAMAK, KULIT BERBULU
DAN BARANGNYA; PELANA TERMASUK PERLENGKAPANNYA DAN
PAKAINAN KUDA; BARANG UNTUK BERPERGIAN, TAS TANGAN
DAN TEMPAT SIMPAN SEMACAMNYA; BARANG DARI USUS
(LAIN DARI USUS ULAT SUTERA)
BAB
41. Jangat dan kulit mentah (lain dari kulit berbulu) dan kulit samak
42. Barang dari kulit samak; pelana termasuk perlengkapan dan pakaian
kuda; barang untuk bepergian, tas tangan dan wadah yang semacam itu; barang
dari usus hewan (lain dari pada usus ulat sutera)
43. Kulit berbulu dan kulit berbulu tiruan
BAB
BAGIAN X
PULP DARI KAYU ATAU DARI BAHAN SELLULOSA BERSERAT LAINNYA;
KERTAS ATAU KERTAS KARTON (BEKAS DAN SISA) YANG DIPEROLEH
KEMBALI; KERTAS DAN KERTAS KARTON DAN BARANGNYA
BAB
47. Pulp dari kayu atau dari bahan sellulosa berserat lainnya, kertas atau
kertas karton (bekas dan sisa) yang diperoleh
48. Kertas dan kertas karton; barang dari pulp kertas, dari kertas atau kertas
karton
49. Barang cetakan, surat kabar, gambar dan produk lainnya dari industri
percetakan; naskah tulisan tangan, naskah ketikan dan rencana
BAGIAN XI
TEKSTIL DAN BARANG TEKSTIL
BAB
64. Alas kaki, pelindung kaki dan yang semacam itu ; bagian dari barang
semacam
65. Tutup kepala dan bagiannya
66. Payung, payung panas, tongkat jalan, tongkat duduk, cambuk, pecut dan
bagiannya
67. Bulu unggas dan bulu unggas olahan serta barang terbuat dari bulu
unggas atau bullu unggas tiruan; bunga tiruan; barang dari rambut manusia
BAGIAN XIII
BARANG DARI BATU, GIPS, SEMEN, ASBES, MIKA ATAU DARI BAHAN
SEMACAM ITU; PRODUK KERAMIK; KACA DAN BARANG DARI KACA
BAB
BAGIAN XIV
MUTIARA ALAM DAN MUTIARA BUDIDAYA, BATU PERMATA
ATAU SEMI PERMATA, LOGAM MULIA, LOGAM MULIA
KERAJANG DAN BARANGNYA; PERHIASAN IMITASI; MATA
UANG LOGAM
BAB
71. (Judul Bab sama dengan Bagian)
BAGIAN XV
LOGAM TIDAK MULIA DAN
BARANG DARI LOGAM TIDAK MULIA
BAB
72. Besi dan baja 78. Timah hitam dan barang terbuat
73. Barang dari besi dan baja dari timah hitam
74. Tembaga dan barang terbuat dari 79. Seng dan barang terbuat dari seng
tembaga 80. Timah dan barang terbuat dari
75. Nikel dan barang terbuat dari timah
nikel 81. Logam tidak mulia lainnya; sermet;
76. Aluminium dan barang terbuat barangnya
dari aluminium
BAB
84. Reaktor nuklir, ketel uap, mesin dan pesawat mekanik; bagiannya
85. Mesin dan alat listrik serta bagiannya; pesawat perekam dan
pesawat reproduksi suara, pesawat perekam dan reproduksi gambar
dan suara untuk televisi, dan bagian serta perlengkapan dari barang
yang semacam itu
BAGIAN XVII
KENDARAAN, PESAWAT TERBANG, KENDARAAN AIR
DAN PERLENG KAPAN PENGANGKUTAN YANG BERKAITAN
BAB
86. Lokomotif kereta api atau trem, kendaran yang bergerak diatas rel dan
bagiannya; alat pemasang dan perlengkapan rel kereta api atau trem dan
bagiannya; perlengkapan isyarat lalu lintas mekanik dari segala jenis (termasuk
elektronik)
87. Kendaraan selain yang begerak diatas rel kereta api atau trem, dan bagian
serta perlengkapannya
88. Kapal udara, pesawat ruang angkasa, serta bagiannya
89. Kapal, bahtera, dan bangunan terapung
BAGIAN XVIII
ALAT DAN APARAT OPTIK, POTOGRAFI, SINEMATOGRAFI, UKUR, PENELITI,
PRESISI, KEDOKTERAN DAN BEDAH; LONCENG DAN ARLOJI; INSTRUMEN
MUSIK; BAGIAN DAN PERLENGKAPANNYA
BAB
90. Alat dan aparat optik, fotografi, sinematografi, ukur, peneliti, presisi,
kedokteran dan bedah; bagian dan perlengkapannya
91. Lonceng dan arloji dan bagiannya
92. Instrumen musik ; bagian dan perlengkapan dari barang seperti itu
BAGIAN XIX
SENJATA DAN
AMUNISI; BAGIAN
DAN
KELENGKAPANNYA
BAB
BAB
94. Perabot rumah; kasur tempat tidur, kasur, lapik kasur, bantal dan
kelengkapannya; lampu dan perlengkapan penerangan, tidak dirinci atau
termasuk dalam pos manapun; isyarat iluminasi, papan nama iluminasi
dan semacam itu; bangunan prefabrikasi
95. Mainan, keperluan permainan dan keperluan olah raga; bagian dan
kelengkapannya
96. Bermacam-macam barang hasil pabrik lain
BAGIANXXI
HASIL KARYA SENI,
BARANG
KEGEMARAN
KAUM PENGUMPUL
DAN BARANG ANTIK
BAB
1) Bagian II
Bab 7 Catatan 2
2.-
Dalam
pos
07.09,
07.10,
07.11
dan
07.12
kata
"sayuran"
meliputi
jamur,
cendawan
tanah,
buah
zaitun,
kaper,
labu
sumsum,
labu
kuning,
terong,
jagung
manis
(Zea
mays
var.
saccharata),
buah
dari
genus
Capsicum
atau
dari
genus
Pimenta,
adas
pedas,
parsley,
chervil,
tarragon,
cress
dan
marjoram
manis
(Majorana
hortensis
atau
Origanum
majorana)
yang
dapat
dimakan.
2) Bagian II
Bab 16 Catatan 2
4) Bagian IV
Bab 20 catatan subpos 2
5) Bagian VI
Bagian VI catatan 3
3.-
Barang
yang
disiapkan
dalam
set
yang
terdiri
dari
dua
atau
lebih
unsur
yang
terpisah,
beberapa
atau
seluruhnya
yang
digolongkan
dalam
Bagian
ini
dan
dimaksudkan
untuk
dicampur
bersama
untuk
memperoleh
produk
dari
Bagian
VI
atau
VII,
harus
diklasifikasikan
dalam
pos
yang
sesuai
dengan
produk
tersebut,
asalkan
unsur
tersebut
berdasarkan
penyiapannya
jelas
dapat
dikenal
untuk
digunakan
bersamasama
tanpa
dibungkus
ulang
sebelumnya;
(b)
diajukan
bersama;
dan
(c)
pada
saat
diajukan,
dapat
dikenali
sebagai
unsur
yang
saling
melengkapi
satu
sama
lain,
baik
berdasarkan
sifat
atau
perbandingan
relatifnya.
7) Bagian VII
Bab 40 catatan 4 (a)
4.-
Dalam
Catatan
1
Bab
ini
dan
dalam
pos
40.02,
istilah
"karet
sintetik"
berlaku
untuk
:
(a)
Zat
sintetik
tidak
jenuh
yang
dapat
diubah
dengan
tidak
kembali
ke
sifat
semula
melalui
vulkanisasi
menggunakan
belerang
menjadi
zat
non
termoplastik,
yang
pada
suhu
antara
18
C
dan
29
C
tidak
akan
putus
bila
di
rentang
hingga
tiga
kali
panjang
aslinya,
dan
setelah
direntang
hingga
dua
kali
panjang
aslinya
selama
lima
menit,
panjangnya
akan
kembali
menjadi
tidak
lebih
dari
satu
setengah
kali
panjang
aslinya.
Untuk
keperluan
pengujian
ini,
dapat
ditambahkan
zat
yang
diperlukan
untuk
ikatan
silang,
seperti
pengaktif
dan
akselerator
vulkanisasi;
keberadaan
zat
yang
dimaksud
oleh
Catatan
5
(b)
(ii)
dan
(iii)
juga
diperkenankan.
Namun
demikian,
keberadaan
berbagai
zat
yang
tidak
diperlukan
untuk
ikatan
silang,
seperti
perentang,
peliat
dan
pengisi,
tidak
diperkenankan;
2.-
(A)
Barang
yang
dapat
diklasifikasikan
dalam
Bab
50
sampai
dengan
55
atau
dalam
pos
58.09
atau
59.02
dan
dari
campuran
dua
bahan
tekstil
atau
lebih
harus
diklasifikasikan
seolah-olah
seluruhnya
terdiri
dari
satu
bahan
tekstil
yang
beratnya
mendominasi
berat
setiap
bahan
tekstil
lainnya.
Apabila
tidak
satupun
bahan
tekstil
yang
mendominasi
menurut
beratnya,
barang
tersebut
harus
diklasifikasikan
seolah-olah
seluruhnya
terdiri
dari
satu
bahan
tekstil
yang
termasuk
dalam
pos
terakhir
berdasarkan
urutan
penomoran
di
antara
pos-pos
dengan
pertimbangan
yang
setara.
(B)
Untuk
keperluan
ketentuan
di
atas
:
(a)
Benang
lilit
dari
bulu
kuda
(pos
51.10)
dan
benang
berlogam
(pos
56.05)
harus
diperlakukan
sebagai
bahan
tekstil
tunggal
yang
beratnya
dianggap
seperti
berat
keseluruhan
komponennya;
untuk
pengklasifikasian
kain
tenunan,
benang
berlogam
harus
dianggap
sebagai
bahan
tekstil;
(b)
Pilihan
pos
yang
sesuai
harus
dilakukan,
pertama,
dengan
menentukan
Babnya,
dan
kemudian
pos
yang
tepat
dalam
Bab
tersebut,
tanpa
memperhatikan
berbagai
bahan
yang
tidak
diklasifikasikan
dalam
Bab
tersebut;
(c)
Apabila
Bab
54
dan
55
berkaitan
dengan
berbagai
Bab
lainnya,
maka
Bab
54
dan
55
harus
diperlakukan
sebagai
Bab
tunggal;
(d)
Apabila
Bab
atau
pos
merujuk
pada
barang
dari
bahan
tekstil
yang
berbeda
,
maka
bahan
tersebut
harus
diperlakukan
sebagai
bahan
tekstil
tunggal.
9)
Bagian XV
Bagian XV catatan 2
5.-
(A)
Untuk
keperluan
pos
84.71,
istilah
"mesin
pengolah
data
otomatis"
berarti
mesin
yang
dapat
:
(i)
Menyimpan
program
atau
programprogram
pengolahan
dan
sekurang-kurangnya
data
yang
diperlukan
segera
untuk
pelaksanaan
program
tersebut;
(ii)
Diprogram
secara
bebas
menurut
kebutuhan
pemakai;
(iii)
Mengerjakan
perhitungan
aritmatika
yang
ditentukan
oleh
pemakai;
dan,
(iv)
Tanpa
intervensi
manusia,
melaksanakan
program
pengolahan
yang
memerlukan
modifikasi
pelaksanaannya,
dengan
keputusan
yang
logis,
selama
berlangsungnya
pengolahan;
DTSD Kepabeanan dan Cukai 83
12) Bagian XVI
Bab 84 catatan 7
7.-
Untuk
keperluan
klasifikasi,
mesin
yang
digunakan
untuk
lebih
dari
satu
kegunaan,
harus
diperlakukan
seolah-olah
kegunaan
utamanya
adalah
kegunaan
satu-satunya.
Berdasarkan
Catatan
2
pada
Bab
ini
dan
Catatan
3
pada
Bagian
XVI,
suatu
mesin
yang
kegunaan
utamanya
tidak
diuraikan
dalam
pos
manapun
atau
yang
tidak
ada
satupun
kegunaannya
merupakan
kegunaan
utama,
kecuali
apabila
konteksnya
menentukan
lain,
harus
diklasifikasikan
dalam
pos
84.79.
Pos
84.79
juga
meliputi
mesin
untuk
membuat
tali
atau
kabel
(misalnya,
mesin
penjalin,
mesin
pemilin
atau
mesin
pembuat
kabel)
dari
kawat
logam,
benang
tekstil
atau
berbagai
bahan
lainnya
atau
dari
kombinasi
bahan
bahan
tersebut.
5.-
Untuk
keperluan
pos
85.34
"sirkit
tercetak"
adalah
sirkit
yang
diperoleh
dengan
pembentukan
di
atas
dasar
pengisolasi,
melalui
berbagai
proses
pencetakan
(misalnya,
pencetakan
timbul,
penyepuhan,
pengetsaan)
atau
melalui
teknik
"sirkit
film"
berupa
elemen
konduktor,
kontak
atau
komponen
tercetak
lainnya
(misalnya,
induktansi,
resistor,
kapasitor),
tersendiri
atau
saling
berhubungan
menurut
pola
yang
ditetapkan
sebelumnya,
selain
elemen
yang
dapat
memproduksi,
menyearahkan,
memodulasi
atau
memperkuat
sinyal
elektris
(misalnya,
elemen
semi
konduktor).
Istilah
"
sirkit
tercetak
"
tidak
meliputi
sirkit
yang
dikombinasi
dengan
elemen
selain
yang
diperoleh
selama
proses
pencetakan,
juga
tidak
meliputi
resistor,
kapasitor,
atau
induktansi
khusus.
Namun
demikian,
sirkit
tercetak
dapat
dilengkapi
dengan
elemen
penghubung
tidak
dicetak.
Sirkit
film
tipis
atau
tebal
yang
terdiri
dari
elemen
pasif
dan
aktif
yang
diperoleh
selama
proses
teknologis
yang
sama,
harus
diklasifikasikan
dalam
pos
85.42.
2.-
Istilah
"bagian"
serta
"bagian
dan
aksesori"
tidak
berlaku
untuk
barang
berikut,
dapat
diidentifikasi
sebagai
barang
dari
Bagian
ini
maupun
tidak
:
(a)
Sambungan,
cincin
pipih
atau
sejenisnya
dari
berbagai
bahan
(diklasifikasikan
menurut
bahan
utamanya
atau
dalam
pos
84.84)
atau
barang
lainnya
dari
karet
divulkanisasi
selain
karet
keras
(pos
40.16);
(b)
Bagian
untuk
pemakaian
umum,
sebagaimana
dirinci
dalam
Catatan
2
Bagian
XV,
dari
logam
tidak
mulia
(Bagian
XV),
atau
barang
semacam
itu
dari
plastik
(Bab
39);
(c)
Barang
dari
Bab
82
(perkakas);
(d)
Barang
dari
pos
83.06;
(e)
Mesin
atau
aparatus
dari
pos
84.01
sampai
dengan
84.79,
atau
bagiannya;
barang
dari
pos
84.81
atau
84.82
atau
barang
dari
pos
84.83,
asalkan
barang
tersebut
merupakan
bagian
integral
dari
mesin
atau
motor;
(f)
Mesin
atau
perlengkapan
elektris
(Bab
85);
(g)
Barang
dari
Bab
90;
(h)
Barang
dari
Bab
91;
(ij)
Senjata
(Bab
93);
(k)
Lampu
atau
alat
kelengkapan
penerangan
dari
pos
94.05;
atau
(l)
Sikat
dari
jenis
yang
digunakan
sebagai
bagian
dari
kendaraan
(pos
96.03).
3.-
Referensi
untuk
"bagian"
atau
"aksesori"
dalam
Bab
86
sampai
dengan
88
tidak
berlaku
untuk
bagian
atau
aksesori
yang
tidak
cocok
untuk
digunakan
sematamata
atau
terutama
dengan
barang
dari
Bab-bab
tersebut.
Bagian
atau
aksesori
yang
memenuhi
uraian
dalam
dua
pos
atau
lebih
dari
pos
pada
Bab-bab
tersebut,
harus
diklasifikasikan
menurut
pos
yang
sesuai
dengan
penggunaan
utama
dari
bagian
atau
aksesori
tersebut.
5.-
Bingkai
yang
terpasang
pada
lukisan,
gambar,
gambar
pastel,
kolase
atau
plakat
hiasan
semacam
itu,
ukiran,
barang
cetakan
atau
litograf
harus
diklasifikasikan
dengan
barang
tersebut,
asalkan
dari
jenis
dan
nilai
yang
wajar
untuk
barang
tersebut.
Merujuk
pada
Catatan
ini,
bingkai
yang
bukan
merupakan
jenis
atau
nilai
yang
wajar
untuk
barang
tersebut,
harus
diklasifikasikan
terpisah.
3.3. Rangkuman
5. Tabung gas LPG yang berisi gas LPG tidak dapat diklasifikasikan menjadi
stu pos tarif karena ketentuan menurut KUM HS nomor :
a. 3b
b. 3c
c. 5a
d. 5b
1. Mengapa olahan makanan yang terbuat dari daging sapi yang dikukus tidak
diklasifikasikan pada bab 2
2. Mengapa sabun mandi mengandung obat pembasmi kuman walaupun
mengandung obat tidak diklasifikasikan pada bab 30 sebagai produk farmasi.
3. Mengapa tutup kepala (topi) pengaman untuk pengendara sepeda motor
yang terbuat dari bahan plastik tidak diklasifikasikan pada bab 39 ?
4. Automatic voltage regulator yang digunakan sebagai stabilizer otomatis untuk
komputer harus diklasifikasikan pada pos 85.04 atau 90.32 . Sebutkan
alasannya
5. Benang tenun terbuat dari campuran 70 % kapas (cotton) dan 30 % nilon,
merupakan benang tunggal, dari serat disisir dengan nomor benang 150
decitex, tidak dikelantang dan tidak dimerserisasi.Ketentuan dan catatan apa
yang digunakan dalam mengklasifikasi barang tersebut
Bandingkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang
ada di belakang modul ini. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar atau
sejauh mana Anda menguasai mata pelajaran tersebut. Kemudian gunakan
rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
terhadap materi kegiatan belajar
Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80% keatas Anda dapat meneruskan
kepada modul atau bagian pelajaran lain. Hasilnya Baik ! akan tetapi, bila tingkat
penguasaan Anda masih dibawah 80 %, Anda harus mengulangi membaca
Modul kembali, terutama bagian yang belum Anda kuasai
TES SUMATIF
Pilihlah jawaban yang Saudara anggap benar dengan cara melingkari huruf
yang terdapat di depan jawaban tersebut a, b, c, atau d )
10. Tabung gas LPG yang berisi gas LPG tidak dapat diklasifikasikan menjadi
stu pos tarif karena ketentuan menurut KUM HS nomor
a. 3b
b. 3c
c. 5a
d. 5b
13. Larutan dengan kandungan asam cuka (acetic acid) lebih dari 10 %
dikeluarkan dari bab 22 berdasarkan catatan
a. definitif
15. Tabung gas LPG yang berisi gas LPG tidak dapat diklasifikasikan menjadi
stu pos tarif karena ketentuan menurut KUM HS nomor ....
a. 3b
b. 3c
c. 5a
d. 5b
KUNCI JAWABAN
I. KUNCI JAWABAN TEST FORMATIF 1, 2, 3
1. TEST FORMATIF 1
C. Kelompok Essay
Nomor 1
a) Sistem Brussel Edisi 1975 (BTN 1975). Penetapan tarif ini
merupakan penyempurnaan dari penetapan tarif sebelumnya dan
mulai diberlakukan pada tanggal 1 Juli 1975 sampai dengan 30
september 1980.
b) Sistem Customs Cooperation Council (CCCN). Pada dasarnya
sistem pentarifan ini sama dengan sistem sebelumnya, hanya pada
sistem CCCN ini terdapat penyempurnaan sistem penomoran pada
sub-pos dari dua digit menjadi tiga digit atau semula 6 digit menjadi
7 digit. Sistem CCCN ini mulai diberlakukan pada tanggal 1
Oktober 1980 sampai dengan 31 Maret 1985.
DTSD Kepabeanan dan Cukai 97
c) Sistem CCCN Edisi 1985 (CCCN 1985). Sistem ini merupakan
penyempurnaan dari sistem CCCN sebelumnya dan mulai
diberlakukan pada tanggal 1 April 1987 sampai dengan 31
desember 1988.
Nomor 2
Pada akhir tahun 1986, kelompok studi tersebut berhasil menyusun
suatu nomenklatur (daftar klasifikasi barang berdasarkan kelompok-
kelompok) yang dinamakan Harmonized Commodity Description and
Coding System atau lebih dikenal dengan sebutan Harmonized
System (HS). Untuk memberikan kekuatan hukum yang pasti,
nomenklatur disahkan dalam Konvensi HS
Nomor 3
a) HS adalah pedoman klasifikasi yang sistematik untuk seluruh
barang yang diperdagangkan secara internasional.
b) HS adalah pedoman klasifikasi yang sistematik untuk seluruh
barang yang diperdagangkan secara internasional.
c) HS menggunakan dasar yang seragam untuk keperluan pentarifan
secara internasional.
d) Menggunakan bahasa pabean sehingga dapat dengan mudah
dimengerti oleh importir, eksportir, produsen, pengangkut, dan
aparat bea dan cukai.
e) Sederhana dan memberikan kepastian dalam hal aplikasi dan
interpretasi yang benar dan sama untuk keperluan negosiasi.
f) Merupakan kumpulan data yang seragam secara internasional
sehingga dapat digunakan untuk mendukung analisis dan statistik
perdagangan internasional.
Nomor 4
a) Memberikan keseragaman dalam daftar penggolongan barang yang
dibuat secara sistematis, untuk penetapan Tarif Pabean secara
mendunia.
b) Memudahkan pengumpulan, pembuatan dan analisis Statistik
Nomor 5
Buku Tarif Kepabeanan Indonesia hanyalah suatu referensi praktis agar
dapat secara optimal digunakan di lapangan. Ketentuan hukum yang
legal adalah sesuai Surat Keputusan Menteri Keuangan tentang
perubahan Tarif Bea Masuk Indonesia
(lihat Kata Pengantar pada BBTKI)
2. TEST FORMATIF 2
3. TES FORMATIF 3
1. a
2. b
3. d
4. c
2. d
3. d
4. c
5. b
6. a
7. d
8. d
9. c
10. b
11. a
12. d
***