Disusun Oleh:
Disusun Oleh:
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL …………………………………………....... viii
PETA KONSEP MODUL ………………………………………………………...….. ix
MODUL
UNDANG-UNDANG PABEAN
A.Pendahuluan …………………………………………………………………...…. 1
1. Deskripsi Singkat …………………............................................................ 1
2. Prasyarat Kompetensi ……………........................................................... 1
3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar........................................... 2
4. Relevansi Modul......................……………………………..……………...… 3
B.KEGIATAN BELAJAR …............................................................................. 4
1. Kegiatan Belajar (KB) 1 ……………......................................................... 4
Ketentuan Umum Kepabeanan
Indikator ………………………………………………………………...…….. 4
1.1. Uraian dan contoh............................................................................ 4
A. Pengantar Kepabeanan ….......................................................... 4
1) Latar belakang …………………………………………………… 4
2) Aspek-aspek Undang-undang No. 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan ……………………………………………………… 5
3) Hal-hal baru didalam Undang-undang No. 10 Tahun 1995
tentang Kepabeanan …………………………………..……….. 7
4) Latar belakang perubahan UU No. 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan ……………………………………………………… 7
B. Prinsip-Prinsip Dasar Ketentuan Kepabeanan............................. 10
1) Terminologi ……………...……………………………………… 10
2) Anggapan tentang impor dan ekspor …………………….…… 12
3) Pengenaan Bea Keluar........................................................... 13
4) Pemeriksaan Pabean atas barang impor dan ekspor dan
barang tertentu..................................................................... 14
5) Pengawasan pengangkutan barang tertentu dalam Daerah
Pabean …………………………………………………………… 14
6) Pemenuhan Kewajiban Pabean dan Pemberitahuan
Pabean.................................................................................. 15
7) Registrasi Kepabeanan.......................................................... 16
1.2. Latihan 1 …………………………………….....…………………............. 17
1.3. Rangkuman ……………………………………...…………………......... 17
1.4. Tes Formatif 1 ……………………………………...……………….......... 19
1.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut …………………...….......................... 23
2. Kegiatan Belajar (KB) 2 ……………......................................................... 24
Pengangkutan Barang Impor dan Ekspor
Indikator ………………………………………………………..………………. 24
2.1. Uraian dan contoh............................................................................. 24
A. Pengangkutan Barang …………………………………...………… 24
1) Kedatangan Sarana Pengangkut ……………...………………. 24
2) Pengangkutan barang........................................................... 26
3) Keberangkatan Sarana Pengangkut …………………………. 27
4) Pembongkaran, Penimbunan dan Pengeluaran....................... 28
B. Impor Untuk Dipakai, Impor Sementara dan Ekspor …………… 30
1) Impor Untuk Dipakai...............................................…………. 30
2) Impor Sementara ………………………………………………… 32
3) Ekspor ……………………………………………………….…… 33
2.2. Latihan 2 …….………………………………….........………………........ 33
2.3. Rangkuman …………………………………….........…………....……… 34
2.4. Tes Formatif 2 ………………………………….........…………...………. 36
2.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut …………………......…...................... 40
3. Kegiatan Belajar (KB) 3 …………….......................................................... 41
Tarif, Nilai Pabean, Bea Masuk, Bea Masuk Tambahan
dan Fasilitas Pabean
Indikator ……….…………………………………………..……….……...…… 41
3.1. Uraian dan contoh............................................................................. 41
A. Tarif dan Nilai Pabean.................................................................. 41
1) Tarif dan klasifikasi barang …….………………………….… 41
2) Nilai Pabean …….……………….......................................... 43
kepabeanan................................................................ 164
i. Sanksi pidana atas penyediaan blangko faktur
perusahaan asing........................................................ 164
j. Sanksi pidana atas perusakan segel.............................. 165
k. Sanksi Pidana terhadap PPJK...................................... 166
l. Sanksi pidana terhadap badan hukum yang
melakukan tindak pidana............................................... 167
2) Penyidikan............................................................................ 170
6.2. Latihan 6 …….…………………………………………..……….............. 172
6.3. Rangkuman ……………………………………………...……….....….... 174
6.4. Tes Formatif 6 …………………………………………..…………........... 178
6.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ……………………............................. 185
PENUTUP …………………………………………………………………….....……. 186
TES SUMATIF …………………………............................................................... 187
KUNCI JAWABAN ( TES FORMATIF DAN TES SUMATIF ) ……………......…… 195
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….....…… 198
PETA KONSEP
UNDANG-UNDANG PABEAN
PRINSIP DASAR
PENGANGKUTAN
PENIMBUNAN
PEMBERITAHUAN PABEAN
PENAGIHAN
A
PENDAHULUAN
MODUL
UNDANG-UNDANG PABEAN
1. Deskripsi Singkat
2. Prasyarat Kompetensi
Untuk dapat mempelajari modul ini dengan baik peserta Diklat harus sudah
menguasai teknik pabean dasar (DTSD Tingkat Dasar), dan sekurang-kurangnya
telah lulus Sekolah Menegah Umum atau sederajat.
4. Relevansi Modul
Modul ini berguna bagi peserta diklat Teknis Substantif Dasar tingkat
lanjutan untuk bekal dalam bekerja dilapangan. Hal ini berkaitan dengan tugas
pegawai bea dan cukai yaitu melakukan pengawasan atas lalu lintas barang
impor dan ekspor dan penyelesaian kewajiban pabean oleh importir atau
eksportir. Modul ini juga berguna bagi peserta diklat dalam mempelajari modul
atau mata pelajaran lainnya yang terkait, seperti Modul Tarif dan Klasifikasi
Barang, dan Modul Nilai Pabean, Modul Perbendaharaan Penerimaan dan
sebagainya.
B
KEGIATAN
BELAJAR
Indikator Keberhasilan :
Setelah mempelajari materi diharapkan siswa mampu
1) Menjelaskan latar belakang , aspek-aspek dan hal-hal baru yang diatur
didalam Undang-undang Kepabeanan :
2) Menjelaskan terminologi yang selalu digunakan didalam segala ketentuan
kepabeanan ;.
3) Menjelaskan ketentuan dasar tentang impor dan ekspor
4) Menjawab pertanyaan tentang ketentuan umum kepabeanan
A. PENGANTAR KEPABEANAN
1) Latar belakang
bersumber pada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Akan tetapi, sejak
kemerdekaan Undang-undang kepabeanan nasional belum dapat dibentuk
sehingga Indische Tarief Wet (Undang-undang Tarif Indonesia) Staatsblad Tahun
1873 Nomor 35, Rechten Ordonnantie (Ordonansi Bea) Staatsblad Tahun 1882
Nomor 240, dan Tarief Ordonnantie (Ordonansi Tarif) Staatsblad Tahun 1910
Nomor 628 masih diberlakukan berdasarkan Pasal II Aturan Peralihan Undang-
undang Dasar 1945. Meskipun terhadap ketiga peraturan perundang-undangan
tersebut telah dilakukan perubahan dan penambahan untuk menjawab tuntutan
pembangunan nasional, karena perubahan tersebut bersifat partial dan tidak
mendasar serta berbeda falsafah yang melatarbelakangi, perubahan dan
penambahan tersebut belum dapat memenuhi tuntutan dimaksud sehingga perlu
dilakukan pembaruan.
Dalam mewujudkan peraturan perundang-undangan yang berlandaskan
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, yang didalamnya terkandung asas
keadilan, menjunjung tinggi hak setiap anggota masyarakat, dan menempatkan
Kewajiban Pabean sebagai kewajiban kenegaraan yang mencerminkan peran
serta anggota masyarakat dalam menghimpun dana melalui pembayaran Bea
Masuk, maka peraturan perundang-undangan kepabeanan ini sebagai bagian dari
hukum fiskal harus dapat menjamin perlindungan kepentingan masyarakat,
kelancaran arus barang, orang, dan dokumen, penerimaan Bea Masuk yang
optimal, dan dapat menciptakan iklim usaha yang dapat lebih mendorong laju
pembangunan nasional. Produk perundang-undangan yang lahir disetelah
kemerdekaan adalah Undang-undang No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan
yang mulai diberlakukan secara penuh pada tanggal 1 Maret 1997. Karena
adanya tuntutan dan masukan dari masyarakat maka sebelas tahun kemudian
Undang-undang ini kemudian diubah dengan Undang-undang No. 17 Tahun
2006 tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan.
1) Terminologi
i. Pejabat Bea dan Cukai adalah pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
yang ditunjuk dalam jabatan tertentu untuk melaksanakan tugas tertentu
berdasarkan Undang-undang ini.
j. Orang adalah orang perseorangan atau badan hukum.
k. Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam Daerah Pabean.
l. Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari Daerah Pabean.
m. Bea Masuk adalah pungutan negara berdasarkan Undang-undang ini yang
dikenakan terhadap barang yang diimpor.
n. Bea Keluar adalah pungutan Negara berdasarkan undang-undang ini yang
dikenakan terhadap barang ekspor.
o. Tempat Penimbunan Sementara adalah bangunan dan atau lapangan atau
tempat lain yang disamakan dengan itu di Kawasan Pabean untuk
menimbun barang sementara menunggu pemuatan atau pengeluarannya.
p. Tempat Penimbunan Berikat adalah bangunan, tempat atau kawasan yang
memenuhi persyaratan tertentu yang digunakan untuk menimbun barang
dengan tujuan tertentu dengan mendapatkan penangguhan Bea Masuk.
q. Tempat Penimbunan Pabean adalah bangunan dan/atau lapangan atau
tempat lain yang disamakan dengan itu yang disediakan oleh Pemerintah di
Kantor Pabean yang berada dibawah pengelolaan Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai untuk menyimpan barang yang dinyatakan tidak dikuasai, barang
yang dikuasai negara, dan barang yang menjadi milik negara berdasarkan
Undang-undang ini.
r. Barang tertentu adalah barang yang ditetapkan oleh instansi tehnis terkait
sebagai barang yang pengangkutannya di dalam daerah pabean diawasi.
s. Audit kepabeanan adalah kegiatan pemeriksaan laporan keuangan, buku,
catatan dan dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan, surat yang
berkaitan dengan kegiatan usaha termasuk data elektronik, surat yang
berkaitan dengan kegiatan di bidang kepabeanan, dan/atau sediaan barang
dalm rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan
dibidang kepabeanan.
t. Tarif adalah klasifikasi barang dan pembebanan bea masuk atau keluar.
Secara yuridis pengertian Impor terjadi sejak saat barang impor memasuki
Daerah Pabean. Sejak saat itu barang tersebut diperlakukan sebagai barang
impor dan terutang Bea Masuk, artinya kewajiban membayar Bea Masuk melekat
pada barang yang bersangkutan. Argumen ini menjadikan pasal 2 UU
Kepabeanan merupakan dasar yuridis bagi Pejabat Bea dan Cukai untuk
melakukan pengawasan.
Barang yang telah dimuat di sarana pengangkut untuk dikeluarkan dari
Daerah Pabean dianggap telah diekspor dan diperlakukan sebagai barang
ekspor. Secara nyata Ekspor terjadi pada saat barang melintasi Daerah Pabean,
namun mengingat dari segi pelayanan dan pengamanan tidak mungkin
menempatkan Pejabat Bea dan Cukai di sepanjang garis perbatasan untuk
memberikan pelayanan dan melakukan pengawasan ekspor barang, maka secara
yuridis ekspor dianggap telah terjadi pada saat barang tersebut sudah dimuat di
sarana pengangkut yang akan berangkat ke luar Daerah Pabean. Yang dimaksud
dengan "sarana pengangkut" adalah setiap kendaraan, pesawat udara, kapal laut,
atau sarana lain yang digunakan untuk mengangkut barang atau orang. ‘Akan
dimuat’, mengandung pengertian bahwa barang ekspor tersebut telah dapat
diketahui untuk tujuan dikirim ke luar Daerah Pabean (ekspor), karena telah
diserahkannya Pemberitahuan Pabean kepada Pejabat Bea dan Cukai. Dapat
saja barang tersebut masih berada di Tempat Penimbunan Sementara atau di
tempat-tempat yang disediakan khusus untuk itu, termasuk di gudang atau pabrik
eksportir yang bersangkutan.
Namun demikian dalam hal suatu party barang telah dimuat di sarana
pengangkut yang akan berangkat ke luar Daerah Pabean, jika dapat dibuktikan
barang tersebut akan dibongkar di dalam Daerah Pabean dengan menyerahkan
suatu Pemberitahuan Pabean, barang tersebut tidak dianggap sebagai barang
ekspor.
Untuk memperjelas pengertian Daerah Pabean , barang impor, barang
ekspor dan barang terutang Bea Masuk , perhatikan gambar berikut :
brg impor
ekspor
Terutang BM
dianggap telah
diekspor
zee
batas laut
wilayah
Daerah Pabean adalah wilayah RI meliputi perairan darat, perairan dan ruang udara
diatasnya termasuk tempat-tempat tertentu di ZEE dan LK
dimana bertlaku UU Kepabeanan
dipenuhi dengan lebih mudah, aman, dan murah, pemberian kemudahan tersebut
bersifat sementara.
Penunjukan Pos Pengawasan Pabean dimaksudkan untuk tempat Pejabat
Bea dan Cukai melakukan pengawasan. Pos tersebut merupakan bagian dari
Kantor Pabean dan di tempat tersebut tidak dapat dipenuhi Kewajiban Pabean.
Pemberitahuan Pabean diserahkan kepada Pejabat Bea dan Cukai di
Kantor Pabean atau tempat lain yang disamakan dengan Kantor Pabean dalam
bentuk tulisan di atas formulir atau dalam bentuk data elektronik. Yang dimaksud
dengan ’data elektronik’ adalah informasi atau rangkaian informasi yang disusun
dan/atau dihimpun untuk kegunaan khusus yang diterima, direkam, dikirim,
disimpan, diproses, diambil kembali, atau diproduksi secara elektronik dengan
menggunakan komputer atau perangkat pengolah data elektronik, optikal atau
cara laian yang sejenis .
7) Registrasi Kepabeanan
1.2. Latihan 1
1.3. Rangkuman
Pilih dan berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d pada jawaban yang paling
tepat!
4) Barang yang datang dari luar Daerah Pabean dan baru saja melintasi wilayah
perbatasan RI …
a. sudah terutang Bea Masuk.
b. belum terutang Bea Masuk.
c. belum merupakan barang impor
d. wajib membayar Bea Masuk.
5) Suatu barang telah dimuat ke sarana pengangkut . Sesuai dokumen yang
bersangkutan, barang tersebut akan diekspor ke Jepang. Terhadap barang
tersebut …
a. belum diperlakukan sebagai barang ekspor.
b. diperlakukan sebagai barang yang berasal dari Daerah Pabean
c. diperlakukan sebagai barang yang berasal dari derah bebas.
d. diperlakukan sebagai barang ekspor.
6) Tempat Penimbunan Sementara adalah tempat untuk menimbun ...
a. barang impor, barang ekspor dan barang antar pulau, sementara
menunggu pemuatan atan pengeluarannya.
b. barang impor, barang ekspor , barang yang tidak dikuasai dan barang
dikuasai negara sementara menunggu pemuatan atau
pengeluarannya.
c. barang impor, barang ekspor dan barang yang dinyatakan dikuasai
negara sementara menunggu pemuatan atau pengeluarannya.
d. barang impor dan barang ekspor sementara menunggu pengeluaran
atau pemuatannya.
7) Kepabeanan adalah ...
a. Kegiatan pemungutan Bea Masuk dan Pajak dalam rangka impor
yang dilakukan Ditjen Bea dan Cukai ;
b. Tatalaksana Kepabeanan di bidang impor;
c. Segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu-
lintas barang yang masuk atau keluar Daerah Pabean oleh Pajabt
Pabean;
d. Segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu-
lintas barang yang masuk atau keluar Daerah Pabean dan
pemungutan Bea Masuk.
8) Di Tempat Penimbunan Pabean , disimpan …
c. pemeriksaan pembukuan.
d. pemeriksaan fisik dan penelitian dokumen.
20) Kewajiban melakukan registrasi berlaku bagi ...
a. semua orang yang melakukan kewajiban pabean.
b. eksportir saja.
c. importir saja.
d. importir dan eksportir
Cocokkan hasil jawaban dengan kunci yang terdapat di bagian belakang modul ini.
Hitung jawaban Anda dengan benar. Kemudian gunakan rumus untuk
mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi.
PENGANGKUTAN BARANG
IMPOR DAN EKSPOR
Indikator Keberhasilan :
Setelah mempelajari materi diharapkan siswa mampu
a. Menjelaskan ketentuan pengangkutan barang impor dan ekspor.
b. Menjelaskan ketentuan impor untuk dipakai dan impor sementara.
c. Menjelaskan ketentuan ekspor.
d. Menjawab pertanyaan tentang pengangkutan barang impor dan
ekspor.
A. PENGANGKUTAN BARANG
ii. saat mendarat di landasan bandar udara untuk sarana pengangkut melalaui
udara.
2) Pengangkutan barang
Pabean yang mengangkut barang impor, baik diangkut terus atau diangkut lanjut,
barang ekspor dan/atau barang asal Daerah pabean yang diangkut ke tempat lain
dalam Daerah Pabean melalui luar Daerah Pabean. Jika pengangkut tidak
memenuhi ketentuan dimaksud , dikenai sanksi adminstrasi berupa denda paling
sedikit Rp. 10.000.000,00 dan paling banyak Rp. 100.000.000,00.
Pengangkut yang sarana pengangkutnya menuju ke luar Daerah Pabean
wajib mencantumkan barang yang diangkutnya dalam manifestnya.
Barang impor yang diangkut sarana pengangkut oleh sarana pengangkut laut
atau udara wajib dibongkar di kawasan pabean atau dapat dibongkar di tempat
lain setelah mendapat izin Kepala Kantor Pabean. Pembongkaran di tempat lain
dilakukan dengan memperhatikan teknis pembongkaran atau sebab lain atas
pertimbangan kepala kantor pabean, misalnya sarana pengangkut tidak dapat
sandar di dermaga atau alat bongkar tidak tersedia. Barang impor dimaksud
juga dapat dapat dibongkar ke sarana pengangkut lainnya di laut, jika dilakukan di
pelabuhan yang belum dapat disandari langsung sehingga pembongkaran
dilakukan di luar pelabuhan (reede).
Pengangkut yang membongkar barang impor, tetapi jumlah barang impor
yang dibongkar kurang dari yang diberitahukan dalam pemberitahuan pabean dan
tidak dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut terjadi di luar
kemampuannya, wajib membayar bea masuk atas barang impor yang kurang
dibongkar dan dikenai sanksi administrasi berupa denda paling sedikit
Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) dan paling banyak
Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah). Sebaliknya jika jumlah
barang impor yang dibongkar lebih banyak dari yang diberitahukan dalam
pemberitahuan pabean dan tidak dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut
terjadi di luar kemampuannya, dikenai sanksi administrasi berupa denda paling
sedikit Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) dan paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Barang impor, sementara menunggu pengeluarannya dari kawasan pabean,
dapat ditimbun di tempat penimbunan sementara. Ini berarti bahwa penimbunan
barang di tempat penimbunan sementara bukan merupakan keharusan karena
penimbunan tersebut hanya dilakukan dalam hal barang tidak dapat dikeluarkan
dengan segera.
Dalam hal tertentu, barang impor dapat ditimbun di tempat lain yang
diperlakukan sama dengan tempat penimbunan sementara. Yang dimaksud
dalam hal tertentu yaitu apabila penimbunan di tempat penimbunan sementara
tidak dapat dilakukan seperti kongesti, kendala teknis penimbunan, sifat barang,
atau sebab lain sehingga tidak memungkinkan barang impor ditimbun. Termasuk
dalam pengertian ini yaitu pemberian fasilitas penimbunan selain di tempat
penimbunan sementara dengan tujuan untuk menghindari beban biaya
penumpukan yang mungkin atau yang telah timbul selama dalam proses
pemenuhan kewajiban pabean. Ketentuan yang berlaku pada tempat
penimbunan sementara berlaku di tempat lain yang dimaksud pada ayat ini.
Barang impor dapat dikeluarkan dari kawasan pabean atau tempat lain
selain tempat penimbunan sementara , setelah dipenuhinya kewajiban pabean
untuk tujuan :
i. diimpor untuk dipakai;
ii. diimpor sementara;
iii. ditimbun di tempat penimbunan berikat;
iv. diangkut ke tempat penimbunan sementara di kawasan pabean lainnya;
v. diangkut terus atau diangkut lanjut;
vi. diekspor kembali.
Yang dimaksud dengan barang diangkut terus yaitu barang yang diangkut
dengan sarana pengangkut melalui kantor pabean tanpa dilakukan
pembongkaran terlebih dulu. Yang dimaksud dengan barang diangkut lanjut yaitu
barang yang diangkut dengan sarana pengangkut melalui kantor pabean dengan
dilakukan pembongkaran terlebih dulu. Yang dimaksud dengan diekspor kembali
antara lain:
i. pengiriman kembali barang impor keluar daerah pabean karena ternyata
tidak sesuai dengan yang dipesan;
ii. oleh karena suatu ketentuan baru dari pemerintah tidak boleh diimpor ke
dalam daerah pabean.
Orang yang mengeluarkan barang impor dari kawasan pabean atau tempat
lain selain tempat penimbunan sementara, setelah memenuhi semua ketentuan
tetapi belum mendapat persetujuan pengeluaran dari pejabat bea dan cukai, jika
Pengeluaran barang dimaksud dilakukan tanpa bermaksud untuk mengelakkan
pembayaran bea masuk, karena telah diajukan pemberitahuan pabean dan bea
masuknya telah dilunasi dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar
Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).
Dalam materi ini dibahas mengenai ketentuan impor barang untuk dipakai,
impor sementara dan ketentuan ekspor.
iii. diserahkan dokumen pelengkap pabean dan jaminan tersebut butir ii diatas
Misalnya , kemudahan pengeluaran segera untuk barang peka waktu yang
diurus pengusaha jasa titipan .
mengandung persengketaan antara pejabat bea dan cukai dengan pengguna jasa
kepabeanan, misalnya:
- kesalahan tulis berupa kesalahan penulisan nama atau alamat;
- kesalahan hitung berupa kesalahan perhitungan bea masuk atau pajak;
- kesalahan penerapan aturan berupa ketidaktahuan adanya perubahan
peraturan, sering terjadi pada awal berlakunya peraturan baru.
2) Impor Sementara
Barang impor dapat dikeluarkan sebagai barang impor sementara jika pada
waktu importasinya benar-benar dimaksudkan untuk diekspor kembali paling lama
3 (tiga) tahun. Barang impor sementara sampai saat diekspor kembali berada
dalam pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Barang impor sementara dapat diberikan pembebasan atau keringanan bea
masuk. Besarnya bea masuk untuk barang impor sementara yang mendapat
fasilitas keringanan , setiap bulan dikenai paling tinggi sebesar 5% (lima persen)
dari bea masuk yang seharusnya dibayar.
Orang yang terlambat mengekspor kembali barang impor sementara dalam
jangka waktu yang diizinkan dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar
100% (seratus persen) dari bea masuk yang seharusnya dibayar. Yang dimaksud
dengan terlambat yaitu barang tersebut telah selesai dipergunakan sesuai dengan
jangka waktu yang diizinkan, tetapi yang bersangkutan tidak mengurus
administrasi kepabeanannya sampai dengan tanggal jatuh tempo. Perhitungan
bea masuk pada ayat ini dihitung berdasarkan tarif dan nilai pabean pada saat
pengajuan pemberitahuan pabean atas impor sementara tersebut.
Orang yang tidak mengekspor kembali barang impor sementara dalam
jangka waktu yang diizinkan wajib membayar bea masuk dan dikenai sanksi
administrasi berupa denda 100% (seratus persen) dari bea masuk yang
seharusnya dibayar.
3) Ekspor
2.2. Latihan 2
2.3. Rangkuman
1. Pengangkut yang sarana pengangkut yang akan datang dari luar Daerah
Pabean wajib memberitahukan rencana kedatangannya dalam waktu ...
a. paling lambat 24 jam sebelum kedatangannya
b. paling lama 24 jam sebelum kedatangannya
c. sebelum kedatangannya
d. sebelum melakukan pembongkaran
2. Pengangkut yang sarana pengangkutnya memasuki Daerah Pabean wajib
mencantumkan barang yang diangkutnya dalam ...
a. manifest
b. B/L
c. pemberitahuan pabean
d. RKSP
3. Pengangkut yang sarana pengangkutnya datang dari Daerah Pabean
diwajibkan memberitahukan rencana kedatangannya. Ketentuan tersebut
hanya berlaku terhadap ...
a. semua sarana pengangkut yang akan datang
b. hanya sarana pengangkut yang berbendera asing
c. hanya sarana pengangkut yang awaknya orang asing
d. sarana pengangkut yang membawa barang impor atau ekspor
4. Pengangkut yang sarana pengangkutnya datang dari luar Daerah Pabean
wajib menyerahkan pemberitahuan pabean mengenai barang yang
diangkutnya dalam jangka waktu ...
a. paling lambat 24 jam sejak kedatangannya .
b. paling lama 24 jam sejak kedatangannya.
c. sebelum kedatangannya.
d. sebelum melakukan pembongkaran.
5. Dalam hal pembongkaran tidak dapat segera dilakukan, kewajiban
menyerahkan pemberitahuan mengenai barang yang diangkutnya untuk
sarana pengangkut melalaui laut wajib diserahkan dalam jangka waktu:
a. paling lambat 24 jam sejak kedatangannya .
b. paling lambat 8 jam sejak kedatangannya.
c. sebelum kedatangannya.
d. sebelum melakukan pembongkaran.
6. Dalam hal pembongkaran tidak dapat segera dilakukan, kewajiban
menyerahkan pemberitahuan mengenai barang yang diangkutnya untuk
sarana pengangkut melalaui udara wajib diserahkan dalam jangka waktu ...
a. paling lambat 24 jam sejak kedatangannya .
b. paling lambat 8 jam sejak kedatangannya.
c. sebelum kedatangannya.
d. sebelum melakukan pembongkaran.
7. Dikecualikan dari kewajiban menyerahkan pemberitahuan pabean adalah
sarana pengangkut ...
a. yang berlabuh paling lama 24 jam dan tidak melakukan
pembongkaran barang
b. yang tidak membawa barang dagangan.
c. yang tidak melakukan pembongkaran barang.
d. yang hanya mengangkut barang yang diangkut terus atau diangkut
lanjut.
8. Dalam hal sarana pengangkut dalam keadaan darurat , maka pengangkut
wajib menyerahkan pemberitahuan pabean paling lambat ...
a. paling lambat 24 jam sesudah pembongkarannya.
b. paling lama 24 jam sesudah pembongkarannya
c. paling lambat 72 jam sesudah pembongkarannya.
d. paling lama 72 jam sesudah pembongkarannya
9. Yang dimaksud dengan saat kedatangan sarana pengangkut melalaui laut
adalah ...
a. saat lego jangkar di perairan pelabuhan .
b. saat sandar di kade pelabuhan.
Cocokkan hasil jawaban dengan kunci jawaban yang terdapat di modul ini.
Hitung jawaban Saudara dengan benar. Kemudian gunakan rumus untuk
mengetahui tingkat pemahaman Saudara terhadap materi impor ekspor.
Indikator Keberhasilan :
Setelah mempelajari materi diharapkan siswa mampu
1. Menjelaskan ketentuan penetapan tarif dan Nilai Pabean.
2. Menjelaskan ketentuan pemungutan bea masuk dan bea
masuk, bea masuk anti dumping, bea masuk imbalan, bea
masuk tindakan pengamanan dan bea masuk pembalasan.
3. Menjelaskan ketentuan pemberian fasilitas pembebasan dan
keringanan bea masuk.
4. Menjawab pertanyaan tentangketentuan penetapan tarif dan
nilai pabean, pemungutan bea masuk dan pemberian fasilitas
Dalam materi ini dibahas mengenai ketentuan penetapan tarif dan nilai
pabean.
2) Nilai Pabean
Ketentuan Nilai Pabean untuk penghitungan Bea Masuk yang ada didalam
UU UU No. 17 Tahun 2006 yang merupakan perubahan dari UU No. 10 Tahun
1995 tentang Kepabeanan, diadopsi dari Agreement on Implementation of Article
VII of GATT 1994, sebagai salah satu persetujuan yang terlampir didalam
perjanjian internasional tentang pendirian badan dunia WTO. Sesuai pasal 15
UU Kepabeanan, terdapat 6 (enam) metode untuk penetapan Nilai Pabean, yaitu:
Metode I yaitu metode nilai transaksi barang impor yang bersangkutan ;
Metode II yaitu metode nilai transaksi barang identik;
Metode III yaitu metode nilai transaksi barang serupa;
Metode IV yaitu metode deduksi;
Metode V yaitu metode komputasi ; dan
Metode VI, yaitu metode penetapan nilai pabean berdasarkan prinsip-prinsip
dan tatacara yang wajar dari metode I sampai dengan metode V yang
diterapkan secara fleksibel berdasarkan data di Daerah Pabean.
Dalam hal nilai pabean untuk penghitungan Bea Masuk tidak dapat
ditentukan berdasarkan nilai transaksi barang impor yang bersangkutan (metode
I), maka nilai pabean untuk menghitung Bea Masuk dihitung berdasarkan nilai
transaksi dari barang indentik (metode II). Dua barang dianggap identik apabila
keduanya sana dalam segala hal, setidak-tidaknya karakter fisik, kualitas, dan
reputasinya sama serta diproduksi oleh produsen yang sama di negara yang
sama; atau diproduksi oleh produsen lain di negara yang sama.
Dalam hal nilai pabean untuk menghitung Bea Masuk tidak dapat ditentukan
berdasarkan nilai transaksi barang identik (metode II) , maka penghitungan Bea
Masuk dihitung berdasarkan nilai transaksi dari barang serupa (metode III). Dua
barang dianggap serupa jika mempunyai karakter fisik dan komponen material
sama, berfungsi sama, secara komersial dapat saling dipertukarkan serta dibuat
dinegara yang sama oleh produsen yang sama atau yang berbeda.
Dalam hal nilai pabean untuk penghitungan Bea Masuk tidak dapat
ditentukan berdasarkan nilai transaksi barang serupa (metode III) maka , nilai
pabean untuk penghitungan Bea Masuk dihitung berdasarkan metode deduksi
(metode IV). Yang dimaksud dengan "metode deduksi" adalah metode untuk
menghitung nilai pabean barang impor berdasarkan data harga dari harga pasar
dalam Daerah Pabean dikurangi biaya/pengeluaran, antara lain
komisi/keuntungan, transportasi, asuransi, Bea Masuk, dan pajak dalam rangka
impor .
Dalam hal nilai pabean untuk penghitungan Bea Masuk tidak dapat
ditentukan berdasarkan metode deduksi (metode IV) maka nilai pabean untuk
penghitungan Bea Masuk dihitung berdasarkan metode komputasi (metode V) .
Yang dimaksud dengan "metode komputasi" adalah metode untuk menghitung
nilai pabean barang impor berdasarkan penjumlahan bahan baku, biaya proses
pembuatan, dan biaya/pengeluaran lainnya sampai barang tersebut tiba di
pelabuhan atau tempat impor di Daerah Pabean.
Dalam hal nilai pabean untuk penghitungan Bea Masuk tidak dapat
ditentukan berdasarkan metode I sampai dengan metode V tersebut diatas maka
nilai pabean untuk penghitungan Bea Masuk dihitung dengan menggunakan tata
cara yang wajar dan konsisten dengan prinsip dan ketentuan metode I sampai
dengan metode V berdasarkan data yang tersedia di daerah Pabean dengan
pembatasan tertentu. Yang dimaksud dengan 'pembatasan tertentu" adalah
bahwa dalam perhitungan nilai pabean barang impor berdasarkan ayat ini tidak
diizinkan ditetapkan berdasarkan :
i. harga jual barang produksi dalam negeri;
ii. suatu sistem yang menentukan nilai yang lebih tinggi apabila ada dua
alternatif nilai pembanding;
iii. harga barang di pasaran dalam negeri negara pengekspor;
iv. biaya produksi, selain nilai yang dihitung berdasarkan metode komputasi
yang telah ditentukan untuk barang identik atau serupa;
v. harga barang yang diekspor ke suatu negara selain ke Daerah Pabean; vi.
harga patokan;
vii. nilai yang ditetapkan dengan sewenang-wenang atau fiktif.
3) Penetapan tarif dan nilai pabean oleh Pejabat Bea dan Cukai (pasal 16
UU Kepabeanan) .
Pejabat Bea dan Cukai dapat menetapkan tarif atas barang impor sebelum
penyerahan Pemberitahuan Pabean atau dalam waktu tiga puluh hari sejak
tanggal Pemberitahuan Pabean. Demikian juga Pejabat Bea dan Cukai dapat
menetapkan nilai pabean untuk penghitungan Bea Masuk sebelum penyeraham
pemberitahuan pabean atau dalam waktu tiga puluh hari sejak tanggal
pemberitahuan pabean.
Prinsip yang dianut dalam pembayaran Bea Masuk adalah asas perhitungan
sendiri (self assessment). Namun, Pejabat Bea dan Cukai tetap diberi wewenang
untuk meneliti dan menetapkan tarif dan nilai pabean untuk perhitungan Bea
Masuk yang tersebut dalam Pemberitahuan Pabean yang diserahkan importir.
Penetapan tarif dan nilai pabean diberikan sebelum atau sesudah Pemberitahuan
Pabean atas impor diserahkan. Dalam hal penetapan sebagaimana dimaksud,
mengakibatkan kekurangan pembayaran Bea Masuk, kecuali importir mengajukan
keberatan, importir harus melunasi Bea Masuk yang kurang dibayar sesuai
dengan penetapan.
Importir yang salah memberitahukan nilai pabean untuk menghitung Bea
Masuk sehingga mengakibatkan kekurangan pembayaran Bea Masuk dikenai
sanksi administrasi berupa denda paling banyak lima ratus persen dari Bea
Masuk yang kurang dibayar atau paling sedikit seratus persen dari Bea Masuk
yang kurang dibayar. Dalam hal penetapan tarif dan/atau nilai pabean dari
Pejabat Bea dan Cukai mengakibatkan kelebihan pembayaran Bea Masuk,
pengembalian Bea Masuk dibayar sebesar kelebihannya.
Bahwa Pejabat Bea dan Cukai menetapkan tarif dan nilai pabean hanya
dalam hal tarif dan nilai pabean yang diberitahukan berbeda dengan tarif yang
ada dan/atau nilai pabean barang yang sebenarnya sehingga :
i. Bea Masuk kurang dibayar dalam hal tarif dan/atau nilai pabean yang
ditetapkan lebih tinggi;
ii. Bea Masuk lebih dibayar dalam hal tarif dan/atau nilai pabean yang
ditetapkan lebih rendah.
4) Penetapan kembali tarif dan nilai pabean oleh Pejabat Bea dan Cukai
(pasal 17 UU Kepabeanan).
Direktur Jenderal Bea dan Cukai dapat menetapkan kembali tarif dan nilai
pabean untuk penghitungan Bea Masuk dalam jangka waktu dua tahun terhitung
sejak tanggal Pemberitahuan Pabean. Sebenarnya pada dasarnya penetapan
Pejabat Bea dan Cukai sudah mengikat dan dapat dilaksanakan. Akan tetapi, jika
hasil pemeriksaan ulang atas Pemberitahuan Pabean atau Dokumen Pelengkap
Pabean menunjukkan adanya kekurangan atau kelebihan pembayaran Bea dan
Masuk, untuk mengamankan penerimaan negara atau menjamin hak pengguna
jasa, Direktur Jenderal dapat membuat penetapan baru.
Dalam hal penetapan Dirketur Jenderal Bea dan Cukai berbeda dengan
penetapan Pejabat Bea dan Cukai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 UU
Kepabeanan, Direktur Jenderal memberitahukan secara tertulis kepada importir
untuk :
i. melunasi Bea Masuk yang kurang dibayar; atau
ii. diberikan pengembalian Bea Masuk yang lebih dibayar.
Bea masuk yang kurang dibayar atau pengembalian Bea Masuk yang
dibayar lebih akan dibayar sesuai dengan penetapan kembali. Dalam hal
penerbitanm penetapan kembali diakibatkan oleh adanya kesalahan nilai
transaksi yang diberitahukan sehingga mengakibatkan kekurangan pembayaran
bea masuk, dikenai sanksi adminstrasi berupa denda paling sedikit 100 % dari
be masuk yang kurang dibayar dan paling banyak 1000 % dari bea masuk yang
kurang dibayar. Ketentuan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa pada
dasarnya yang mengetahui besarnya suatu transaksi yang dilakukan hanyalah
pihak penjual dan pembeli sehingga kebenaran pemberitahuan nilai transaksi
semata-mata tergantung pada kejujuran pihak yang bertransaksi. Oleh karena
itu, kesalahan akibat ketidak jujuran yang ditemukan dalam penelitian kembali
atau dalam pelaksanaan audit kepabeanan dikenai sanksi administrasi berupa
denda.
B. Bea Masuk, Bea Masuk Anti Dumping dan Bea Masuk Imbalan
1) Bea Masuk
Bea Masuk Anti Dumping dikenakan terhadap barang impor dalam hal:
harga ekspor dari barang tersebut lebih rendah dari nilai normalnya; dan
impor barang tersebut :
- menyebabkan kerugian terhadap industri dalam negeri yang
memproduksi barang sejenis dengan barang tersebut;
- mengecam terjadinya kerugian terhadap industri dalam negeri yang
memproduksi barang sejenis dengan barang tersebut; dan
- menghalangi pengembangan industri barang sejenis di dalam negeri.
hal tidak terdapat barang sejenis yang dijual di pasar domestik negara
pengekspor atau volume penjualan di pasar domestik negara pengekspor relatif
kecil sehingga tidak dapat digunakan sebagai pembanding, nilai normal
ditetapkan berdasarkan:
- harga tinggi barang sejenis yang diekspor ke negara ketiga; atau
- harga yang dibentuk dari penjumlahan biaya produksi, biaya administrasi,
biaya penjualan, dan laba yang wajar (constructed value).
Yang dimaksud dengan "barang sejenis" adalah barang yang identik atau
sama dalam segala hal dengan barang impor dimaksud atau barang yang
memiliki karakteristik fisik, teknik, atau kimiawi menyerupai barang impor
dimaksud.
Bea Masuk Antidumping dikenakan terhadap barang impor yang memenuhi
kriteria tersebut diatas setinggi-tingginya sebesar selisih antara nilai normal
dengan harga ekspor dari barang tersebut dan merupakan tambahan dari Bea
Masuk yang dipungut berdasarkan Pasal 12 ayat (1) UU Kepabeanan.
Bea Masuk Imbalan adalah merupakan tambahan dari Bea Masuk yang
dipungut berdasarkan pasal 12 ayat (1) UU Kepabeanan, dikenakan terhadap
barang impor yang memenuhi kriteria tersebut diatas setinggi-tingginya sebesar
selisih antara subsidi dengan :
- biaya permohonan, tanggungan atau pungutan lain yang dikeluarkan untuk
memperoleh subsidi; dan/atau
- pungutan yang dikenakan pada saat ekspor untuk mengganti subsidi yang
diberikan kepada barang ekspor tersebut.
Bea masuk pembalasan dikenakan terhadap barang impor yang berasal dari
negara yang memperlakukan barang ekspor secara diskrimatif, yaitu
perlakuan tidak wajar misalnya pembatasan, larangan atau pengenaan tambahan
bea masuk. Bea masuk pembalasan adalah merupakan tambahan bea masuk
yang dipungut berdasarkan pasal 12 ayat (1) UU Kepabeanan.
1
Pembebasan tersebut diberikan apabila negara yang bersangkutan memberikan perlakuan yang sama
terhadap diplomat Indonesia.
2
Pembebasan ini tidak diberikan kepada pejabat badan internasional yang memegang paspor
Indonesia.
3
Yang dimaksud "barang untuk keperluan ibadah umum" adalah barang-barang yang semata-mata
digunakan untuk keperluan ibadah dari setiap agama yang diakui di Indonesia , sedangkan yang
dimaksud dengan "barang keperluan amal dan sosial" adalah barang yang semata-mata ditujukan
untuk keperluan amal/sosial dan tidak mengandung unsur komersial, seperti bantuan untuk bencana
alam atau pemberantasan wabah penyakit dan yang dimaksud dengan "barang untuk keperluan
kebudayaan" adalah barang yang ditujukan untuk meningkatkan hubungan kebudayaan antarnegara.
Pembebasan Bea Masuk diberikan berdasarkan rekomendasi dari departemen terkait.
4
Yang dimaksud dengan "barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan" adalah barang atau peralatan yang digunakan untuk melakukan penelitian/riset atau
vii. barang untuk keperluan khusus kaum tuna netra dan penyandang cacat
lainnya;
viii. persenjataan, amunisi, dan perlengkapan militer, termasuk suku cadang yang
diperuntukkan bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara;
ix. barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang bagi
keperluan pertahanan dan keamanan negara;
x. barang contoh yang tidak untuk diperdagangkan, yang diimpor khusus
sebagai contoh, antara lain untuk keperluan produksi (prototipe) dan pameran
dalam jumlah dan jenis yang terbatas, baik tipe maupun merek.
xi. peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah;
xii. barang pindahan 5 ;
xiii. barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan
barang kiriman sampai batas nilai pabean dan/atau jumlah tertentu6 ;
xiv. obat-obatan yang diimpor dengan menggunakan anggaran pemerintah yang
diperuntukkan bagi kepentingan masyarakat ;
xv. barang yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan, dan
pengujian 7;
xvi. barang yang telah diekspor, kemudian diimpor kembali dalam kualitas yang
sama 8 .
percobaan guna peningkatan atau pengembangan suatu penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi. Pembebasan Bea Masuk diberikan berdasarkan rekomendasi dari departemen terkait.
5
barang pindahan , yaitu barang-barang keperluan rumah tangga milik orang yang semula
berdomisili di luar negeri, kemudian dibawa pindah ke dalam negeri.
6
Barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan barang kiriman sampai batas
nilai pabean dan/atau jumlah tertentu , adalah barang-barang yang dibawa oleh mereka
sebagaimana dimaksud dalam Penjelasan Pasal 8 ayat (3) UU Kepabeanan , sedangkan barang
kiriman adalah barang yang dikirim adalah barang yang dikirim oleh pengirim tertentu di luar negeri
kepada penerima tertentu di dalam negeri.
7
Yang dimaksud dengan "perbaikan" adalah penanganan barang yang rusak, usang, atau tua
dengan mengembalikannya pada keadaan semula tanpa mengubah sifat hakikinya. Yang dimaksud
dengan "pengerjaan" adalah penanganan barang, selain perbaikan tersebut di atas, juga
mengakibatkan peningkatan harga barang dari segi ekonomis tanpa mengubah sifat hakikinya.
Pengajuan meliputi pemeriksaan barang dari segi teknik dan menyangkut mutu serta kapasitasnya sesuai
dengan standar yang ditetapkan. Pembebasan atau keringanan dalam hal ini hanya dapat diberikan
terhadap barang dalam keadaan seperti pada waktu diekspor, sedangkan atas bagian yang diganti atau
ditambah dan biaya perbaikan tetap dikenakan Bea Masuk
8
Pembebasan Bea Masuk dapat diberikan terhadap barang setelah diekspor, diimpor kembali tanpa
mengalami suatu proses pengerjaan atau penyempurnaan apa pun, seperti barang yang dibawa oleh
penumpang ke luar negeri, barang keperluan pameran, pertunjukan, atau perlombaan. Terhadap
barang lain yang diekspor untuk kemudian karena suatu hal, diimpor kembali dalam keadaan yang
sama dengan ketentuan segala fasilitas yang pernah diterimanya dikembalikan.
9
Bahan terapi manusia, pengelompokan darah, dan bahan penjenisan jaringan adalah :
a bahan terapi yang berasal dari manusia, yaitu darah manusia serta derivatifnya
(turunannya) seperti darah seluruhnya, plasma kering, albumin, gamaglobulin, fibrinogen, serta
organ tubuh;
bahan pengelompokan darah yang berasal dari manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, atau sumber
lain; bahan penjenisan jaringan yang berasal dari manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, atau
sumber lain;
10
Yang dimaksud dengan "barang dan bahan" ialah semua barang atau bahan, tidak melihat jenis dan
komposisinya, yang digunakan sebagai bahan atau komponen untuk menghasilkan barang jadi, sedangkan
batas waktu akan diatur dalam keputusan pelaksanaannya.
11
Yang dimaksud dengan mesin untuk pembangunan dan pengembangan industri adalah setiap
mesin, permesinan, alat perlengkapan instalasi pabrik, peralatan, atau perkakas yang digunakan
untuk pembangunan dan pengembangan industri. Pengertian pembangunan dan pengembangan
industri meliputi pendirian perusahaan atau pabrik baru serta perluasan (diversifikasi) hasil
produksi, modernisasi, rehabilitasi untuk tujuan peningkatan kapasitas produksi dari perusahaan atau
pabrik yang telah ada.
12
Yang dimaksud dengan "bibit dan benih" ialah segala jenis tumbuh-tumbuhan atau hewan yang
diimpor dengan tujuan nyata-nyata untuk dikembangbiakkan lebih lanjut dalam rangka
pengembangan bidang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan.
13
Yang dimaksud dengan "hasil laut" ialah semua jenis tumbuhan laut, ikan atau hewan laut yang
layak untuk dimakan seperti ikan, udang, kerang, dan kepiting yang belum atau sudah diolah dalam
sarana penangkap yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan "sarana penangkap" ialah satu atau
sekelompok kapal yang mempunyai peralatan untuk menangkap atau mengambil hasil laut,
termasuk juga yang mempunyai peralatan pengolahan. Yang dimaksud dengan "sarana penangkap
yang telah mendapat izin" adalah sarana penangkap yang berbendera Indonesia atau berbendera
asing yang telah memperoleh izin dari Pemerintah Indonesia untuk melakukan penangkapan atau
pengambilan hasil laut.
14
Dalam transaksi perdagangan kemungkinan adanya perubahan kondisi barang sebelum barang
diterima oleh pembeli dapat saja terjadi. Sedangkan prinsip pemungutan Bea Masuk dalam
Undang-undang ini diterapkan atas semua barang yang diimpor untuk dipakai sehingga, apabila terjadi
perubahan kondisi (kerusakan, penurunan mutu, kemusnahan, atau penyusutan volume atau berat karena
sebab alamiah), barang tersebut tidak sepenuhnya dapat dipakai atau memberikan manfaat
sebagaimana diharapkan, wajar apabila barang yang mengalami perubahan kondisi sebagaimana
diuraikan di atas tidak sepenuhnya dipungut Bea Masuk. Oleh karena itu pembatasan pada saat kapan
terjadinya perubahan kondisi barang tersebut, adalah antara waktu pengangkutan dan diberikannya
persetujuan impor untuk dipakai.
15
Yang dimaksud dengan "kepentingan umum" adalah kepentingan masyarakat yang tidak
mengutamakan kepentingan di bidang keuangan, misalnya proyek pemasangan lampu jalan
umum.
16
Fasilitas ini merupakan fasilitas untuk menghilangkan beban yang dipikul oleh mporter
produsen yang akan memberikan nilai tambah terhadap barang atau bahan impor dimaksud dengan
cara mengolah, merakit, atau memasangnya pada barang lain, kemudian mengekspor barang
jadinya.
3.2. Latihan 3
3.3. Rangkuman
Pilih dan berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d satu jawaban yang paling
tepat!
1) Jika besaran Bea Masuk ditentukan oleh besaran tarif dikalikan harga
barang , maka sistem tarif yang digunakan adalah ...
a. tarif spesifik.
b. tarif advalorum.
c. tarif progresif .
d. tarif rata-rata.
2) Jika besaran Bea Masuk ditentukan oleh besaran tarif per satuan barang
dikalikan jumlha satuan barang , maka sistem tarif yang digunakan
adalah ...
a. tarif spesifik.
b. tarif advalorum.
c. tarif progresif .
d. tarif rata-rata.
3) Barang yang diangkut terus atau diangkut lanjut keluar Daerah Pabean ,
mendapat fasilitas …
a. pembebasan Bea Masuk.
b. keringanan Bea Masuk.
c. pembebasan atau keringanan Bea Masuk.
d. tidak dipungut Bea Masuk.
10) Sistem klasifikasi yang terdapat pada Buku Tarif Bea Masuk Indonesia
(BTBMI) 2007 adalah adopsi dari ...
a. Amandemen HS 2006 dan AHTN .
b. Amandemen HS 2002.
c. AHTN
d. Brussell Tariff Nomenclature.
11) Metode-metode penetapan nilai pabean untuk penghitungan Bea Masuk
tertuang didalam ...
a. metode I .
b. metode I s/d metode VI sesuai pilihan Pejabat Bea dan Cukai.
c. metode I s/d VI yang diterapkan secara hierarkhi.
d. salah satu metode yang ditetapkan Pejabat Bea dan Cukai. 12)
Obyek penggunaan Metode I adalah ...
a. barang yang dijual dinegara pengekspor.
b. barang yang dijual dinegara di Daerah Pabean.
c. barang yang dijual untuk diekspor ke Daerah Pabean.
d. barang yang dijual untuk dekspor ke luar Daerah Pabean.
13) Nilai barang atau jasa yang dipasok oleh importir kepada eksportir di
luar negeri ...
a. harus ditambahkan pada nilai transaksi
b. tidak perlu ditambahkan pada nilai transaksi.
c. dapat ditambahkan pada nilai transaksi.
d. bukan merupakan biaya proses nilai tambah.
14) Royalty dan biaya lisensi ..
a. harus ditambahkan pada nilai transaksi
b. tidak perlu ditambahkan pada nilai transaksi.
c. dapat ditambahkan pada nilai transaksi.
d. bukan merupakan biaya proses nilai tambah.
15) Biaya pengangkutan dari pelabuhan ekspor sampai dengan pelabuhan
tujuan di Daerah Pabean ..
a. harus ditambahkan pada nilai transaksi
b. tidak perlu ditambahkan pada nilai transaksi.
c. dapat ditambahkan pada nilai transaksi.
d. bukan merupakan biaya proses nilai tambah.
Cocokkan hasil jawaban dengan kunci yang terdapat di bagian belakang modul ini.
Hitung jawaban Anda dengan benar. Kemudian gunakan rumus untuk
mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi.
Indikator Keberhasilan :
Setelah mempelajari materi diharapkan siswa mampu
1. Menjelaskan ketentuan penyerahan pemberitahuan pabean.
2. Menjelaskan ketentuan tanggung jawab bea masuk,
pembayaran bea masuk, penagihan utang dan jaminan.
3. Menjelaskan ketentuan tentang penyelenggaraan pembukuan.
4. Menjawab pertanyaan tentang pemberitahuan pabean dan
pembayaran bea masuk, serta penyelenggaraan pembukuan.
1) Pemberitahuan pabean.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa prinsip yang dianut dalam
perundang-undangan kepabeanan atas barang yang dimasukan kedalam daerah
pabean diperlakukan sebagai barang impor dan terhutang bea masuk.
Mengingat bahwa tidak mungkin penyelesaian formalitas atau kewajiban
pabean dipenuhi pada saat melintasi batas daerah pabean, maka kewajiban
tersebut dipindahkan ke Kawasan Pabean, yang dalam pengertian sehari-hari
merupakan kawasan pelabuhan (bisa juga tempat lain) yang berada dibawah
pengawasan pabean.
Oleh karena Kawasan Pabean ini merupakan tempat untuk lalulintas barang
atau tempat menimbun sementara barang yang masih berada di bawah
pengawasan pabean, maka barang harus segera dikeluarkan dari tempat
tersebut. Penyelesaian kewajiban pabean atas barang-barang dimaksud harus
dilakukan dengan mengajukan pemberitahuan pabean kepada Kantor Bea dan
Cukai setempat.
Kewajiban pabean adalah semua kegiatan dibidang kepabeanan yang wajib
dilakukan untuk memenuhi ketentuan dalam undang-undang kepabeanan.
Sedangkan pemberitahuan pabean adalah pernyataan yang dibuat oleh orang
dalam rangka melaksanakan kewajiban pabean dalam bentuk dan syarat yang
ditetapkan dalam perundang-undangan kepabeanan yang berlaku.
Dalam rangka tertib administrasi dan untuk memberikan kemudahan
terhadap penyelesaian kewajiban pabean, maka jenis-jenis dan bentuk
pemberitahuan pabean telah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri
Keuangan.
Pemberitahuan pabean yang diajukan dalam rangka memenuhi kewajiban
pabean dapat berupa tulisan diatas formulir, atau dapat juga melalui pesan
elektronik (electronic massage).
Dalam pasal 28 Undang-undang Kepabeanan, disebutkan bahwa ketentuan
dan tata cara tentang :
- bentuk, isi, dan keabsahan Pemberitahuan Pabean dan buku catatan
pabean;
- penyerahan dan pendaftaran Pemberitahuan Pabean;
- penelitian, perubahan, penambahan, dan pembatalan Pemberitahuan
Pabean dan buku catatan pabean;
- pendistribusian dan penatausahaan Pemberitahuan Pabean dan buku
catatan pabean;
- penggunaan dokumen pelengkap pabean;
diatur oleh Menteri.
Undang-undang Kepabeanan memberi kewenangan kepada Menteri
Keuangan untuk mengatur lebih lanjut hal-hal yang berkenaan dengan
pemberitahuan pabean, buku catatan pabean, dan dokumen pelengkap pabean.
Kegiatan impor dan kegiatan ekspor melibatkan berbagai pihak yang terkait
dengan penyelesaian pengurusannya. Pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan
pengurusan barang impor sejak tiba di Indonesia hingga pengeluaran barang dari
kawasan pabean/pelabuhan antara lain pihak pengelola pelabuhan, administratur
pelabuhan, pihak pelayaran/pengangkut, terminar operator pelabuhan, instanis
terkait seperti Karantina dan Bea dan Cukai. Demikian juga terhadap pengurusan
barang ekspor.
Berkaitan dengan pengurusan pemberitahuan pabean , pihak-pihak yang
berhak melakukan pengurusan pemberitahuan pabean adalah pengangkut,
importir atau eksportir.
Dalam pasal 29 Undang-undang Kepabeanan disebutkan bahwa:
(1) Pengurusan Pemberitahuan Pabean yang diwajibkan Undang-undang ini
dilakukan oleh pengangkut, importir, atau eksportir.
(2) Dalam hal pengurusan Pemberitahuan Pabean sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak dilakukan sendiri, importir atau eksportir
menguasakannya kepada pengusaha pengurusan jasa kepabeanan.
(3) Ketentuan tentang pengurusan Pemberitahuan Pabean diatur lebih
lanjut oleh Manteri.
Nilai pabean yang dimaksud dalam pasal 15 tersebut diatas adalah nilai
pabean untuk perhitungan bea masuk berdasarkan nilai transaksi dari barang
yang bersangkutan.
Tanggung jawab importir bukan hanya terhadap pelunasan bea masuk atas
importasi barang yang dilakukannya, akan tetapi juga konsekuensi dari
pemberitahuan impor barang yang disampaikan ke pihak Bea dan Cukai.
Konsekuensi tersebut meliputi kemungkinan pengenaan sanksi administrasi
ataupun sanksi pidana atas pelanggaran ketentuan Undang-undang Kepabeanan
sesuai ketentuan yang berlaku.
Pada prinsipnya pungutan bea masuk atas barang impor merupakan
tanggung jawab importir yang bersangkutan. Namun apabila pengurusan
pengajuan pemberitahuan impor dikuasakan kepada pengusaha pengurusan jasa
kepabeanan (PPJK), maka pihak PPJK juga dapat dimintakan
pertanggungjawabannya atas bea masuk yang terhutang. Hal ini dapat terjadi
apabila karena sesuatu hal ( misalnya terjadi pelanggaran kepabeanan) dilakukan
penagihan bea masuk atau denda administrasi, namun importirnya tidak dapat
ditemukan, misalnya melarikan diri atau alamatnya palsu dan sebagainya.
Dalam hal demikian maka tanggung jawab atas bea masuk tersebut beralih
kepada pihak pengusaha pengurusan jasa kepabeanan. Ketentuan mengenai
tanggung jawab PPJK tersebut tercantum dalam pasal 31 Undang-undang
Kepabeanan, sebagai berikut :
Pengusaha pengurusan jasa kepabeanan yang mendapat kuasa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) bertanggung jawab terhadap
Bea Masuk yang terutang dalam hal importir tidak ditemukan.
Pihak lain yang juga dapat dimintakan pertanggungjawabannya atas
pungutan bea masuk adalah pengusaha TPS ( Tempat Penimbunan
Sementara ).
TPP (Tempat Penimbunan Pabean) maka status barang tersebut menjadi barang
tidak dikuasai. Namun kepada pemilik barang masih diberi kesempatan untuk
menyelesaikannya sampai batas waktu pelelangan. TPP berada dibawah
pengelolaan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Apabila terjadi kasus pertanggungjawaban bea masuk oleh pengusaha TPS
terdiri dari beberapa jenis barang impor dengan satu nama umum, maka
perhitungan bea masuknya dilakukan dengan cara sebagai berikut: Apabila
barang impor yang harus dilunasi bea masuknya terdiri dari beberapa jenis
dengan satu nama umum/golongan barang (karena biasanya nama barang yang
ditimbun tidak rinci) sedangkan jenis barang yang sebenarnya tidak dapat
diketahui, maka sebagai dasar perhitungan bea masuk diambil tarif tertinggi
yang berlaku atas golongan barang tersebut, dan nilai pabean ditetapkan oleh
pejabat Bea dan Cukai.
Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara yang tidak dapat
mempertanggungjawabkan barang yang seharusnya berada di tempat tersebut
selain harus membayar bea masuk juga dikenai sanksi administrasi berupa denda
sebesar 25 % (dua puluh lima persen) dari bea masuk yang seharusnya dibayar
(lihat pasal 43 tentang Tempat Penimbunan Sementara).
Selanjutnya apabila barang impor ditimbun di TPB ( tempat penimbunan
berikat ), tanggung jawab bea masuk atas barang yang ditimbun disitu menjadi
beban pengusaha TPB yang bersangkutan.
Seperti kita ketahui bahwa barang-barang impor yang ditimbun di TPB
mendapat penangguhan bea masuk sampai barang tersebut diekspor kembali
atau diimpor untuk dipakai.
Dalam pasal 33 Undang-undang Kepabeanan diatur sebagai berikut:
(1) Pengusaha Tempat Penimbunan Berikat bertanggung jawab terhadap Bea
Masuk yang terutang atas barang yang ditimbun di Tempat Penimbunan
Berikatnya.
(2) Pengusaha Tempat Penimbunan Berikat dibebaskan dari tanggung jawab
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam hal barang yang ditimbun di
Tempat Penimbunan Berikatnya :
a. musnah tanpa sengaja;
b.telah diekspor kembali, diimpor untuk dipakai, atau diimpor sementara;
atau
Sebagai contoh atas impor sementara barang berupa alat berat perata
tanah yang mendapat pembebasan/keringanan bea masuk, apabila peralatan
tersebut digunakan tidak sesuai tujuan semula, maka atas barang tersebut ditagih
bea masuk beserta dendanya. Dalam hal demikian orang yang mendapat
pembebasan atau orang yang menguasai barang yang bersangkutan (dalam hal
importirnya tidakditemukan) bertanggung jawab atas bea masuk yang terutang
beserta dendanya.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, dalam pasal 34 Undang-undang
Kepabeanan disebutkan sebagai berikut:
(1) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 dan Pasal 26
tidak lagi dipenuhi, Bea Masuk atas barang impor yang terutang menjadi
tanggung jawab :
- Orang yang mendapatkan pembebasan atau kekeringan; atau
- Orang yang menguasai barang yang bersangkutan dalam hal Orang
sebagaimana dimaksud huruf a tidak ditemukan.
(2) Perhitungan Bea Masuk yang terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
didasarkan pada tarif dan nilai pabean yang berlaku pada tanggal
Pemberitahuan Pabean atas Impor.
Tidak semua pembayaran bea masuk dan pungutan impor lainnya harus
dilakukan melalui Bank Persepsi. Dalam hal di wilayah suatu Kantor Pabean tidak
ada atau belum ada Bank Persepsi, pembayaran bea masuk dapat dilakukan di
Kantor Bea dan Cukai dengan mendapat tanda terima. Begitu juga atas
pemasukan/pengiriman barang melalui Pos, barang penumpang dan pelintas
batas, pelunasan bea masuk dilakukan di Kantor Pabean setempat.
Dalam pasal 36 Undang-undang Kepabeanan disebutkan :
(1) Bea masuk, denda administrasi, dan bunga yang terutang kepada negara
menurut Undang-undang ini, dibayar di kas negara atau di tempat
pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri.
(2) Bea Masuk, denda administrasi, dan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dibulatkan jumlahnya dalam ribuan rupiah.
(3) Ketentuan mengenai tata cara pembayaran, penerimaan, penyetoran Bea
Masuk, denda administrasi, dan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
serta pembulatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan peraturan Menteri.
tersebut, pihak importir harus melunasinya dalam jangka waktu 60 hari sejak
surat pemberitahuan kekurangan pembayaran bea masuknya. Jika pelunasan
dilakukan melewati jangka waktu 60 hari (misalnya 10 hari setelah tanggal jatuh
tempo) maka disamping melunasi tagihan juga harus ditambah 2% dari jumlah
tagihan.
Dalam pasal 37 Undang-undang Kepabeanan disebutkan sebagai berikut:
(1) Bea masuk yang terutang wajib dibayar paling lambat pada tanggal
pendaftaran pemberitahuan pabean.
(2) Kewajiban membayar bea masuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat diberikan penundaan dalam hal pembayarannya ditetapkan secara
berkala atau menunggu keputusan pembebasan atau keringanan.
(2a) Penundaan kewajiban membayar bea masuk sebagaimana dimaksud pada
ayat (2):
a. tidak dikenai bunga sepanjang pembayarannya ditetapkan secara
berkala;
b. dikenai bunga sepanjang permohonan pembebasan atau keringanan
ditolak.
(3) Ketentuan mengenai penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (2a) diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan peraturan menteri.
2) Penagihan utang.
terhadap harga barang impor. Oleh karena itu jika keputusan pejabat pabean
menetapkan bea masuk yang lebih tinggi dari pada yang diberitahukan, atas
kekurangan pembayarannya akan ditagih.
Apabila pelunasannya dilakukan setelah tanggal jatuh tempo, maka atas
jumlah tagihan tadi ditambahkan dengan pungutan bunga sebesar 2% perbulan.
Contoh: Tagihan terhadap importir sebesar seratur juta rupiah, jatuh tempo pada
tanggal 31 Juli 2006. Jika pembayaran tagihan dilakukaan pada tanggal 20
Agustus 2006, maka jumlah yang harus dilunasi adalah seratus juta rupiah
ditambah dua juta rupiah, yaitu seratus dua juta rupiah.
Dalam pasal 38 UU Pabean disebutkan:
(1) Utang atau tagihan kepada negara berdasarkan undang-undang ini yang
tidak atau kurang dibayar dikenai bunga sebesar 2% (dua persen) setiap
bulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak tanggal
jatuh tempo sampai hari pembayarannya, dan bagian bulan dihitung 1 (satu)
bulan.
(2) Penghitungan utang atau tagihan kepada negara menurut undang-undang ini
dibulatkan jumlahnya dalam ribuan rupiah.
(3) Jatuh tempo sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sebagai berikut:
a. dalam hal tagihan negara kepada pihak yang terutang yaitu 60 (enam
puluh) hari sejak tanggal penetapan sebagaimana diatur dalam Pasal 37A
ayat (1);
b. dalam hal tagihan pihak yang berpiutang kepada negara yaitu 30 (tiga
puluh) hari sejak tanggal surat keputusan pengembalian oleh Menteri.
Yang dimaksud dengan jatuh tempo adalah bahwa utang wajib dibayar
selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari sejak timbulnya kewajiban
membayar. Dalam hal tagihan pihak yang berpiutang kepada negara, adalah tiga
puluh hari sejak tanggal keputusan adanya tagihan. Dengan demikian jika sudah
ada keputusan yang menguntungkan importir, apabila tidak diberikan oleh pejabat
pabean hingga saat jatuh tempo, terhadap importir yang bersangkutan berhak
mendapatkan bunga 2% perbulan.
Terhadap penagihan utang, negara mempunyai hak mendahulu atas
barang-barang milik yang berutang. Dengan demikian pemerintah berhak
mendapatkan bagian lebih dahulu dari pihak-pihak lainnya atas harta milik yang
berutang untuk melunasi tagihan pabean. Setelah tagihan pabean dilunasi , baru
diselesaikan pembayaran kepada pihak-pihaak lainnya.
Sebagaimana prosedur penagihan utang, utang yang tidak dibayar setelah
jatuh tempo dapat mengakibatkan penagihan paksa sampai dengan pelelangan
barang milik yang berutang. Hasil lelang ini terlebih dahulu diperuntukan bagi
pelunasan utang bea masuk atau tagihan lainnya.
Dalam pasal 39 UU Pabean disebutkan:
(1) Negara mempunyai hak mendahulu untuk tagihan pebean atas barang-barang
milik yang berutang.
(2) Ketentuan tentang hak mendahulu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi Bea Masuk, denda administrasi, bunga, dan biaya penagihan.
(3) Hak mendahulu untuk tagihan pabean melebihi segala hak mendahulu
lainnya, kecuali :
a. biaya perkara semata-mata disebabkan oleh suatu penghukuman untuk
melelang barang bergerak dan/atau tidak bergerak;
b. biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan suatu barang;
c. biaya perkara yang semata-mata disebabkan oleh pelelangan dan
penyelesaian suatu warisan.
(4) Hak mendahulu itu hilang setelah lampau waktu dua tahun sejak tanggal
diterbitkannya surat tagihan, kecuali apabila dalam jangka waktu tersebut
diberikan penundaan pembayaran.
(5) Dalam hal diberikan penundaan pembayaran, jangka waktu dua tahun
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dihitung sejak tanggal penundaan
pembayaran diberikan.
Walaupun tagihan bea masuk wajib dilunasi oleh si berutang, namun hak
untuk melakukan penagihan utang tersebut mempunyai batas waktu. Hak
menagih utang akan kadaluwarsa setelah lampau sepuluh tahun. Hal ini perlu
ditetapkan agar ada kepastian penagihan.
Lebih lanjut dalam pasal 40 UU Kepabeanan disebutkan bahwa :
(1) Hak penagihan atas utang berdasarkan Undang-undang ini kedaluwarsa
setelah sepuluh tahun sejak timbulnya kewajiban membayar.
(2) Masa kadaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat
diperhitungkan dalam hal :
3) Jaminan.
2) Jaminan Bank atau Garansi Bank adalah jaminaan dalam bentuk warkat yang
diterbitkan oleh Bank yang mengakibatkan kewajiban membayar kepada
pihak yang memberi garansi, jika pihak yang dijamin ingkar janji (wan
prestasi). Jaminan Bank harus memenuhi persyaratan tertentu yang
ditetapkan, seperti jangka waktu, format garansi, dsb.
3) Jaminan Perusahaan Asuransi atau Customs Bond adalah perikatan
penjaminan tiga pihak. Pihak pertama (surety - penjamin) terikat untuk
memenuhi kewajiban yang timbul dari pihak kedua (principal - dalam hal ini
importir) terhadap pihak ketiga (obligee - pihak Bea Cukai), dalam hal pihak
kedua tidak memenuhi kewajibannya. Hanya perusahaan asuransi yang
ditetapkan dapat memberikan jaminan kepada pihak Bea dan Cukai.
4) Jaminan lainnya, yaitu bentuk jaminan selain ketiga bentuk jaminan diatas.
Jaminan ini dapat berbentuk jaminan tertulis, corporate guarantee (jaminan
perusahaan), promessory note (surat sanggup bayar - SSB), personal
guarantee (jaminan perorangan).
Jaminan tertulis hanya dapat digunakan terbatas untuk mempertaruhkan
jaminan tertentu seperti : instansi pemerintah, importir produsen, importir
jalur prioritas, impor sementara bagi perusahaan pelayaran/penerbangan,
dan impor lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
C. PENYELENGGARAAN PEMBUKUAN
1) Kewajiban pembukuan.
2) Ketentuan sanksi.
usaha termasuk data elektronik, serta surat yang berkaitan dengan kegiatan di bidang
kepabeanan untuk kepentingan audit kepabeanan.
(2) Dalam hal orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berada di
tempat, kewajiban untuk menyerahkan laporan keuangan, buku, catatan dan
dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan, surat yang berkaitan dengan
kegiatan usaha termasuk data elektronik, surat yang berkaitan dengan
kegiatan di bidang kepabeanan beralih kepada yang mewakili.
Laporan keuangan, buku, catatan dan dokumen yang menjadi bukti dasar
pembukuan, dan surat yang berkaitan dengan kegiatan usaha termasuk dalam
bentuk data elektronik.
Yang dimaksud dengan Orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
berada di tempat bagi Orang berupa badan hukum adalah pimpinan badan
hukum tersebut tidak berada di tempat.
Yang dimaksud dengan “yang mewakili” adalah karyawan atau bawahan
atau pihak lain yang ditunjuk oleh Orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49.
Selanjutnya pasal 51 UU Kepabeanan mengatur mengenai ketentuan
tentang pembukuan dan jangka waktu penyimpanannya, sebagai berikut:
(1) Pembukuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 wajib diselenggarakan
dengan baik agar menggambarkan keadaan atau kegiatan usaha yang
sebenarnya, dan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai harta,
kewajiban, modal, pendapatan, dan biaya.
(2) Pembukuan wajib diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf
latin, angka Arab, mata uang rupiah, dan bahasa Indonesia, atau dengan
mata uang asing dan bahasa asing yang diizinkan oleh menteri.
(3) Laporan keuangan, buku, catatan dan dokumen yang menjadi bukti dasar
pembukuan, surat yang berkaitan dengan kegiatan usaha termasuk data
elektronik, surat yang berkaitan dengan kegiatan di bidang kepabeanan wajib
disimpan selama 10 (sepuluh) tahun pada tempat usahanya di Indonesia.
(4) Ketentuan mengenai pedoman penyelenggaraan pembukuan diatur lebih
lanjut dengan atau berdasarkan peraturan menteri.
Pengaturan pada ayat ini dimaksudkan agar dari pembukuan tersebut dapat
dihitung besarnya nilai transaksi impor atau ekspor. Untuk menjamin tercapainya
4.2. Latihan 4
4.3. Rangkuman 4
7) Dalam hal barang yang ditimbun dipindahkan ke TPS lain atau ke TPB,
maka tanggung jawab atas bea masuk barang impor beralih kepada
pengusaha TPS lain atau pengusaha TPB. Namun jika barang impor
tersebut dipindahkan ke TPP (Tempat Penimbunan Pabean) maka
status barang tersebut menjadi barang tidak dikuasai.
8) Dalam hal barang impor berupa barang yang mendapat fasilitas
pembebasan atau keringanan bea masuk, tanggung jawab bea masuk
berada pada orang yang mendapat pembebasan bea masuk atau orang
yang menguasai barang yang bersangkutan.
1) Orang yang menguasai barang impor di tempat kedatangan sarana
pengangkut atau di daerah perbatasan yang ditunjuk, bertanggung
jawab terhadap Bea Masuk yang terutang atas barang tersebut.
2) Persyaratan untuk pengeluaran barang sebagai barang impor untuk
dipakai adalah dengan menyerahkan pemberitahuan pabean dan
melunasi bea masuk.
3) Dalam hal tagihan bea masuk atau denda tersebut tidak dilunasi dalam
jangka waktu tertentu ( 60 hari ), maka atas tagihan tersebut dipungut
bunga sebesar 2 % sebulan sebanyak-banyaknya 24 bulan (bagian dari
bulan dihitung satu bulan penuh).
4) Kewajiban membayar bea masuk menurut pasal 37 tersebut diatas
timbul sejak tanggal pendaftaran pemberitahuan pabean, sedangkan
mengenai denda administrasi timbul sejak diterimanya surat
pemberitahuan oleh yang bersangkutan.
5) Undang-undang juga memberikan kelonggaran pelunasan bea masuk
berupa pemberian penundaan dengan persyaratan tertentu. Yang
dimaksud dengan penundaan adalah pemberian perpanjangan jangka
waktu pelunasan pembayaran bea masuk dan denda administrasi,
sampai batas waktu yang ditetapkan.
6) Terhadap penagihan utang, negara mempunyai hak mendahulu atas
barang-barang milik yang berutang. Dengan demikian pemerintah
berhak mendapatkan bagian lebih dahulu dari pihak-pihak lainnya atas
harta milik yang berutang untuk melunasi tagihan pabean.
7) Walaupun tagihan bea masuk wajib dilunasi oleh si berutang, namun
hak untuk melakukan penagihan utang tersebut mempunyai batas
b. Adpel.
c. PPJK.
d. KPPBC.
14) Pengusaha Tempat Penimbunan Berikat yang melakukan importasi barang
disebut sebagai:
a. Pengusaha pengolah barang untuk tujuan ekspor.
b. Eksportir barang olahan.
c. Importir.
d. Semua jawaban diatas benar.
15) Pengajuan pemberitahuan barang ekspor dilakukan oleh:
a. Importir.
b. Importir atau PPJK.
c. Eksportir.
d. Semua jawaban diatas benar.
16) Kegiatan Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK) pada suatu
Kantor Pabean di suatu pelabuhan memerlukan izin dari :
a. Adpel.
b. Pelindo.
c. KWBC.
d. KPPBC.
17) Importir bertanggung jawab atas pelunasan bea masuk sejak:
a. Tanggal pemberitahuan pabean atas barang impor.
b. Tanggal pemberitahuan pabean atas kedatangan sarana pengangkut.
c. Tanggal pemberitahuan pabean atas kedatangan barang impor.
d. Tanggal pembayaran bea masuk.
18) Bea masuk yang harus dibayar dihitung berdasarkan:
a. Perhitungan/pemberitahuan sendiri (self assessment).
b. Harga tertinggi dari barang impor.
c. Nilai pabean berdasarka harga transaksi.
d. Tarif dan nilai pabean.
19) Nilai pabean untuk perhitungan bea masuk dihitung berdasarkan :
a. Nilai transaksi.
b. Nilai barang.
c. Nilai invoice.
pembebasan tidak ditemukan, maka orang yang harus bertanggung jawab atas
tagihan bea masuk adalah:
a. Orang yang menguasai barang tersebut.
b. Importir.
c. PPJK.
d. Kontraktor.
31) Bea masuk, denda dan bunga yang terutang kepada negara dibayar ke:
a. Bank Devisa.
b. Bea dan Cukai.
c. Kas Negara.
d. Kantor POS.
32) Tagihan atas bea masuk atau denda harus dilunasi dalam jangka waktu:
a. 60 hari.
b. 3 hari.
c. 7 hari.
d. 30 hari.
33) Dalam hal tagihan tidak dilunasi setelah jatuh tempo, maka atas tagihan
tersebut dipungut :
a. Denda 100% dari bea masuk.
b. Bunga 2% sebulan selama-lamanya 24 bulan.
c. Bunga 2,5% sebulan selama-lamanya 12 bulan.
d. Bunga 2.5% sebulan selama-lamanya 24 bulan.
34) Importir yang mempunyai tagihan kepada negara jika tidak dibayar setelah
jatuh tempo diberikan bunga . Jatuh tempo dihitung sejak:
a. Tanggal keputusan adanya tagihan.
b. Tanggal PIB.
c. Tanggal Surat Penetapan.
d. Tanggal surat keberatan.
35) Hak menagih utang akan menjadi kadaluwarsa setelah lewat jangka waktu:
a. 5 tahun.
b. 10 tahun.
c. 20 tahun.
d. 25 tahun.
36) Bentuk-bentuk jaminan atas pungutan bea masuk yang dapat diterima oleh
pihak pabean adalahjaminan:
a. Tunai.
b. Bank.
c. Asuransi.
d. Semua jawaban diatas benar.
37) Sesuai perundang-undangan kepabeanan, pihak yang wajib
menyelenggarakan pembukuan adalah:
a. Importir, eksportir, TPS, TPB, PPJK, pengangkut.
b. Importir, bea cukai, PPJK, pengangkut.
c. Importir, eksportir, PPJK, Pelindo, Adpel, pengnangkut.
d. Importir eksportir, PPJK.
38) Orang yang tidak menyelenggarakan pembukuan berkaitan dengan kegiatan
impor dan ekspor, dikenakan sanksi berupa:
a. Blokir perusahaan.
b. Tidak dilayani pengajuan PIBnya.
c. Dikenakan denda Rp.5 juta.
d. Dikenakan denda Rp.50 juta.
39) Orang yang tidak menyelenggarakan pembukuan dengan baik sesuai
ketentuan, dikenakan sanksi berupa:
a. Denda dua puluh lima juta rupiah.
b. Denda lima puluh juta rupiah.
c. Denda lima ratus juta rupiah.
d. Sanksi pidana.
40) Buku, catatan dan surat menyurat berkaitan dengan kewajiban
menyelenggarakan pembukuan, wajib disimpan selama:
a. 5 tahun.
b. 10 tahun.
c. 15 tahun.
d. 20 tahun.
Cocokkan hasil jawaban dengan kunci yang terdapat di bagian belakang modul ini.
Hitung jawaban Anda dengan benar. Kemudian gunakan rumus untuk
mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi.
Indikator Keberhasilan :
Setelah mempelajari materi diharapkan siswa mampu
1. Menjelaskan ketentuan tempat penimbunan yang berada
dibawah pengawasan pabean.
2. Menjelaskan ketentuan larangan dan pembatasan impor dan
ekspor.
3. Menjelaskan ketentuan barang tidak dikuasai, dikuasai negara
dan barang yang dinyatakan milik negara.
4. Menjawab pertanyaan tentang tempat penimbunan, ketentuan
larangan dan pembatasan dan barang yang tidak dikuasai
“Tempat Penimbunan Sementara adalah bangunan dan/atau lapangan atau tempat lain
yang di samakan dengan itu di Kawasan Pabean untuk menimbun barang sementara
menunggu pemuatan atau pengeluarannya.”
Barang dari tempat penimbunan berikat yang diimpor untuk dipakai , berupa
barang yang telah diolah atau digabungkan, barang yang tidak diolah , dan/atau
barang lainnya dipungut bea masuk berdasarkan tarif dan nilai pabean yang
ditetapkan dengan peraturan Menteri Keuangan.
Berdasarkan Undang-undang Kepabeanan orang yang mengeluarkan
barang dari tempat penimbunan berikat sebelum diberikan persetujuan oleh
pejabat Bea dan Cukai tanpa bermaksud mengelakkan kewajiban pabean dikenai
sanksi adminstrasi berupa denda sebesar Rp. 75.000.000,00
Pengusaha TPB yang tidak dapat mempertanggung jawabkan barang yang
seharusnya berada di tempat tersebut, wajib membayar bea masuk yang terutang
dan dikenai sanksi administrasi sebesar 100% dari bea masuk yang seharusnya
dibayar.
Kantor Pabean yang berada dibawah pengelolaan Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai dan digunakan untuk :
menyimpan barang yang dinyatakan tidak dikuasai
barang yang dikuasai negara
barang yang menjadi milik negara
Disetiap kantor pabean disediakan tempat penimbunan pabean .
Penunjukkan tempat lain yang berfungsi sebagai tempat penimbunan pabean
ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Suatu barang dilarang diimpor atau diekspor jika barang tersebut sesuai
ketentuan perundang-undang yang berlaku memang dilarang untuk diimpor atau
diekspor.
Suatu barang dibatasi impornya atau ekspornya jika barang tersebut sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku memang dibatasi untuk diimpor
atau diekspor. Pembatasan tersebut dapat dilakukan dengan melalaui proses
perizinan atau pembatasan jumlah yang diimpor atau diekspor.
Contoh pembatasan :
Contoh :
Dalam Pemberitahuan Impor Barang (PIB) diberitahukan bubuk Percusor (bahan
baku untuk membuat obat), akan tetapi tidak dilampiri surat rekomendasi dari
instansi teknis terkait kepada importir yang bersangkutan. Barang ditahan oleh
Pejabat Bea Cukai.
Atas barang impor tersebut dapat:
dibatalkan ekspornya kalau barang ekspor
Barang yang dilarang atau dibatasi untuk diimpor atau diekspor yang tidak
memenuhi syarat adalah barang impor atau ekspor yang telah diberitahukan
dengan Pemberitahuan Pabean, tetapi tidak memenuhi persyaratan sebagaimana
diatur dalam ketentuan larangan atau pembatasan atas barang yang
bersangkutan.
Barang yang dilarang atau dibatasi untuk diimpor atau diekspor yang tidak
diberitahukan atau diberitahukan secara tidak benar dinyatakan sebagai barang
milik negara.
Contoh :
Dalam Pemberitahuan Impor Barang diberitahukan biji gandum, namun pada
waktu dilakukan pemeriksaan fisik ternyata kedapatan beras.
Namun tidak semua barang larangan dikuasai negara. Terhadap barang
dimaksud dapat ditetapkan lain berdasarkan peraturan yang berlaku. Peraturan
yang bersangkutan telah mengatur secara khusus penyelesaian barang impor
yang dibatasi atau dilarang.
Contoh :
Impor limbah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun. Atas barang
tersebut tidak dikuasai negara. Barang tersebut wajib direekspor atau
dimusnahkan.
Berkaitan dengan tugas dan fungsí DJBC sesuai ketentuan yang diatur
dalam pasal 54 Undang-undang Kepabeanan, pengendalian barang hasil
pelanggaran HAKI meliputi merek atau hak cipta.
Tindakan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam melakukan
penangguhan sementara waktu pengeluaran barang impor atau ekspor di
kawasan Pabean berdasarkan bukti yang cukup, yaitu :
b. Penangguhan dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai karena jabatan. apabila
terdapat bukti yang cukup.
Tindakan karena jabatan ini dilakukan oleh Bea dan Cukai hanya
kalau dimiliki bukti yang cukup bahwa barang tersebut merupakan
pelanggaran HAKI (merk/hak cipta). Tujuannya untuk mencegah peredaran
barang-barang yang merupakan atau berasal dari hasil pelanggaran HAKI
yang berdampak buruk terhadap perekonomian pada umumnya. Dalam hal
diambil tindakan karena jabatan ini, berlaku sepenuhnya tata cara
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang HAKI (Undang-Undang
tentang Merk atau Undang-Undang tentang Hak Cipta). Tindakan Pejabat
Bea dan Cukai karena jabatan tersebut dilakukan tanpa perlu menunggu
perintah tertulis di Ketua Pengadilan Negeri setempat.
Ketentuan penangguhan pengeluaran barang yang diduga merupakan
hasil pelanggaran HAKI tidak diberlakukan terhadap barang-barang tertentu
yaitu:
Barang bawaan penumpang
Barang awak sarana pengangkut
Barang pelintas batas
Barang kiriman melalui pos
Barang kiriman jasa titipan yang tidak dimaksudkan untuk tujuan komersil
Dalam materi ini dibahas mengenai ketentuan barang yang dinyatakan tidak
dikuasai, barang yang dikuasai negara dan barang yang menjadi milik negara.
pemberitahuan dari kantor pos, si pengirim tidak juga mengambil kiriman pos
yang ditolak diluar daerah pabean tersebut.
Semua barang impor /ekspor yang telah dinyatakan sebagai barang yang
tidak dikuasai dipindahkan ke Tempat Penimbunan Pabean (TPP) dan dipungut
sewa gudang.
Pejabat Bea dan Cukai segera memberitahukan secara tertulis kepada
pemilik barang impor/ekspor bahwa barang yang tidak dikuasai akan dilelang jika
tidak diselesaikan dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari sejak disimpan di
Tempat Penimbunan Pabean (TPP).
Barang yang tidak dikuasai yang berada di Tempat Penimbunan Pabean
sepanjang belum dilelang ( dua hari kerja sebelum tanggal pelelangan) oleh
pemiliknya dapat :
a. Diimpor untuk dipakai setelah bea masuk dan biaya lainnya yang terutang
dilunasi.
b. Diekspor kembali setelah biaya yang terutang dilunasi
c. Dibatalkan ekspornya setelah biaya yang terutang dilunasi
d. Diekspor setelah biaya yang terutang dilunasi
e. Dikeluarkan dengan tujuan Tempat Penimbunan Berikat setelah biaya yang
terutang dilunasi.
Yang dimaksud dengan biaya yang terutang antara lain terdiri dari :
Sewa gudang di Tempat Penimbunan Sementara (TPS)
Sewa gudang di Tempat Penimbunan Pabean (TPP)
Biaya pemindahan barang yang tidak dikuasai dari TPS ke TPP
Barang impor /ekspor yang telah dinyatakan sebagai barang yang tidak dikuasai,
apabila ada barang :
a. Busuk segera dimusnahkan
b. Karena sifatnya tidak tahan lama, merusak, berbahaya atau pengurusannya
memerlukan biaya tinggi, barang dapat segera dilelang dengan
memberitahukan secara tertulis kepada pemiliknya. Barang-barang tersebut
adalah sebagai berikut:
Barang yang sifatnya tidak tahan lama antara lain barang cepat busuk,
contoh : buah segar; sayur segar.
Barang yang sifatnya merusak adalah barang yang dapat merusak atau
mencemari barang lainnya, contoh : asam sulfat; belerang.
Barang yang berbahaya adalah barang yang antara lain mudah terbakar,
meledak atau membahayakan kesehatan.
Barang yang memerlukan biaya tinggi adalah barang yang
pengurusannya memerlukan perlakuan khusus,
contoh :
binatang hidup; barang yang harus disimpan dalam ruangan pendingin.
c. Merupakan barang yang dilarang dinyatakan menjadi milik negara
d. Merupakan barang yang dibatasi disediakan untuk diselesaikan oleh
pemiliknya dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari terhitung sejak disimpan
di Tempat Penimbunan Pabean.
Barang yang tidak dikuasai dilelang melalui lelang umum, yaitu proses
pelelangan untuk umum yang dilakukan oleh pejabat lelang negara. Harga
terendah dari barang yang akan dilelang minimal sebesar bea masuk dan
pungutan impor lainnya serta biaya lainnya.
Yang dimaksud dengan HARGA TERENDAH adalah harga serendah-
rendahnya yang harus dicapai dan ditetapkan oleh Menteri Keuangan, yang
terdiri dari :
Bea masuk + PDRI
Sewa gudang di TPS
Sewa gudang di TPP
Biaya lain misalkan : upah buruh, ongkos angkut untuk memindahkan barang
dari TPS ke TPP.
Honor Pejabat Bea dan Cukai yang menyiapkan pelelangan.
Sisa hasil lelang ini menjadi milik negara apabila dalam jangka waktu 90
(sembilan puluh) hari sejak pemberitahuan yang diberikan oleh Pejabat Bea dan
Cukai tidak diambil oleh pemiliknya (importir/eksportir).
Yang dimaksud dengan barang yang dikuasai negara adalah barang yang
untuk sementara waktu penguasaannya berada pada negara sampai dapat
ditentukan status barang yang sebenarnya. Perubahan status ini dimaksudkan
agar Pejabat Bea dan Cukai dapat memproses barang tersebut secara
administratif sampai dapat dibuktikan bahwa terjadi kesalahan atau sama sekali
tidak terjadi kesalahan, sehingga masalah kepabeannya dapat diselesaikan
dengan ketentuan Undang-undang ini.
Barang yang dikuasai negara diberitahukan oleh Pejabat Bea dan Cukai
secara tertulis kepada pemiliknya dengan menyebutkan alasannya.
Pemberitahuan secara tertulis adalah pemberitahuan yang diberikan secara
tertulis kepada pemilik atau kuasanya yang menyatakan bahwa barang atau
sarana pengangkut miliknya berada dalam penguasaan negara, dan
pemilik/kuasanya diminta untuk menyelesaikan kewajiban pabeannya.
Sedangkan barang yang dikuasai negara yang ditinggalkan di kawasan
pabean oleh pemilik yang tidak dikenal diumumkan selama 30 (tiga puluh) hari
sejak disimpan di Tempat Penimbunan Pabean. Pengumuman yang dilakukan
adalah pengumuman yang ditempelkan pada papan pengumuman yang terdapat
di kantor-kantor pabean atau diumumkan melalui media massa seperti di surat
kabar- surat kabar.
Barang yang dikuasai negara disimpan di Tempat Penimbunan Pabean.
Barang yang di kuasai negara yang terdiri dari :
Barang yang busuk segera dimusnahkan
Karena sifatnya tidak tahan lama, merusak, berbahaya atau pengurusannya
memerlukan biaya tinggi sepanjang bukan merupakan barang yang dilarang
atau dibatasi dapat segera dilelang dengan memberitahukan secara tertulis
kepada pemiliknya.
Merupakan barang yang dilelang atau dibatasi dinyatakan sebagai barang
milik negara.
Barang yang dikuasai negara yang terdiri dari barang dan atau sarana
pengangkut yang ditegah oleh Pejabat Bea dan Cukai diserahkan kembali kepada
pemiliknya dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak penyimpanan di Tempat
Penimbunan Pabean dalam hal :
Bea masuk yang terutang telah dibayar dan apabila merupakan barang
larangan atau pembatasan telah diserahkan dokumen atau keterangan yang
diperlukan sehubungan dengan larangan atau pembatasan impor atau
ekspor, atau;
Bea masuk yang terutang telah dibayar dan apabila merupakan barang
larangan atau pembatasan telah diserahkan dokumen atau keterangan yang
diperlukan sehubungan dengan larangan atau pembatasan impor atau ekspor
serta telah diserahkan sejumlah uang yang akan ditetapkan oleh Menteri
Keuangan sebagai ganti barang yang besarnya tidak melebihi harga barang,
sepanjang barang tersebut tidak diperlukan untuk bukti pengadilan.
5.2. Latihan 5
5.3. Rangkuman
Pabean. Barang yang tidak dikuasai masih dapat diambil oleh pemiliknya
sampai jangka waktu minimal 2 (dua ) hari kerja sebelum hari
pelelangan. Harga lelang barang yang tidak dikuasai minimal mencapai
HARGA TERENDAH.
11) Barang yang dikuasai negara adalah barang yang untuk sementara
waktu berada pada negara. Barang yang dikuasai negara disimpan di
Tempat Penimbunan Pabean. Barang yang dikuasai negara dapat
diserahkan kepada pemiliknya setelah dilunasi bea masuknya dan telah
menyerahkan uang pengganti untuk itu, apabila tidak dibutuhkan sebagai
bukti di pengadilan. Pemanfaatan barang untuk negara ditetapkan oleh
Menteri Keuangan.
12) Pemilik barang yang dikuasai negara dapat mengajukan keberatan
kepada Menteri Keuangan.
Lingkarilah jawaban yang Saudara anggap benar dalam pertanyaan dibawah ini.
c. Pemerintah.
d. Pengusaha Swasta.
9) Tujuan didirikannya Tempat Penimbunan Pabean di Kantor Pabean
untuk digunakan :
a. Menyimpan barang yang tidak dikuasai.
b. Untuk mengolah barang.
c. Menyimpan barang yang ditangkap pejabat Bea dan Cukai.
d. Untuk menyimpan sementara barang impor sambil menunggu
lelang.
10) Yang mengeluarkan peraturan barang larangan/dibatasi adalah :
a. Menteri Keuangan.
b. Instansi Teknis terkait.
c. Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
d. Kepala Kantor Pabean.
11) Semua barang yang dilarang/dibatasi yang tidak memenuhi syarat
untuk diekspor/diimpor jika telah diberitahukan dalam pemberitahuan
pabean atas permintaan importir/eksportir barang tersebut :
a. Dibatalkan ekspornya atau impornya.
b. Dijual kepada umum.
c. Dilelang oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
d. Disumbangkan dengan tujuan sosial.
12) Pejabat Bea dan Cukai dapat melakukan penangguhan pengeluaran
barang ekspor/impor yang diduga melanggar HAKI atas perintah
tertulis dari :
a. Menteri Keuangan.
b. Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
c. Kepala Kantor Pabean setempat.
d. Ketua Pengadilan Niaga setempat.
13) Perintah tertulis yang diterima oleh pejabat Bea dan Cukai yang berisi
penangguhan pengeluaran barang impor/ekspor yang diduga
melanggar HAKI, penangguhannya berlaku selama :
a. 10 (sepuluh) hari kerja.
b. 10 (sepuluh) hari.
c. 30 (tiga puluh) hari kerja.
Cocokkan hasil jawaban dengan kunci jawaban yang terdapat di modul ini.
Hitung jawaban Saudara dengan benar. Kemudian gunakan rumus untuk
mengetahui tingkat pemahaman Saudara terhadap materi impor ekspor.
Indikator Keberhasilan :
Setelah mempelajari materi diharapkan siswa mampu
1. Menjelaskan proses pelayanan penyelesaian dokumen impor.
2. Menjelaskan penetapan penjaluran dalam system aplikasi.
3. Menjelaskan tatakerja pelaksanaan tugas PFPD
4. Menjawab pertanyaan tentang pelayanan dokumen impor dan
tata kerja PFPD.
A. WEWENANG KEPABEANAN.
Dalam materi ini dibahas mengenai ketentuan kewenangan bagi pejabat Bea
dan Cukai dalam Undang-undang Pabean.
1) Ketentuan umum.
Dalam pasal ini ditetapkan bahwa pejabat Bea dan Cukai dalam
melaksanakan pekerjaannya dalam rangka mengamankan hak-hak negara dapat
menggunakan segala upaya agar ketentuan dalam undang-undang kepabeanan
dipatuhi, baik terhadap barang, orang maupun binatang., terkait dengan kegiatan
impor dan ekspor. Bahkan jika dianggap perlu pejabat Bea dan Cukai dapat
menggunakan segala cara untuk mencari dan menemukan adanya dugaan
tindak pidana kepabeanan. Hal ini guna menentukan apakah suatu peristiwa
dapat dilakukan penyidikan sesuai undang-undang kepabeanan.
Dalam melaksanakan kewenangannya tersebut pejabat dapat dilengkapi
dengan senjata api. Namun penggunaan senjata api dibatasi mengingat
resikonya bagi keselamatan dan keamanan. Penggunaan senjata api ini juga
diberikan untuk melengkapi peralatan di kapal patroli. Hal ini mengingat dalam
penggunaan kapal patroli ada kemungkinan menghadapi bahaya yang dapat
mengancam keselamatan petugas dilapangan. Ketentuan pengawasan sarana
pengangkut diatur dalam pasal 75 UU Kepabeanan.
Dalam melaksanakan tugas pengawasan atau patroli laut, agar sarana
pengangkut melalui jalur yang ditetapkan, tidak menyimpang kearah lain, dan
untuk kepentingan pemeriksaan kapal, Bea dan Cukai tidak hanya dilengkapi
dengan sarana pengawasan berupa radio telekomunikasi atau radar, juga
dilengkapi sarana operasional berupa kapal patroli. Kapal patroli ini dapat
dilengkapi dengan senjata api.
Yang dimaksud dengan kapal patroli adalah kapal laut dan kapal udara
milik Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang dipimpin oleh pejabat Bea dan
Cukai sebagai komandan patroli, yang mempunyai kewenangan penegakan
hukum di daerah pabean sesuai dengan undang-undang kepabeanan.
Semua instansi pemerintah baik sipil maupun angkatan bersenjata jika
diminta wajib memberikan bantuan dan perlindungan terhadap pegawai Bea dan
Cukai berkaitan dengan tugas yang sedang dilakukannya. Ketentuan tersebut
diatur dalam pasal 76.
Dalam rangka pelaksanaan tugasnya, pejabat Bea dan Cukai juga diberikan
wewenang untuk melaksanakan tugas administrasi kepabeanan yaitu menegah
barang dan sarana pengangkut yang diduga melakukan pelanggaran dibidang
kepabeanan. Ketentuan penegahan barang diatur dalam pasal 77 UU tentang
Kepabeanan. Untuk dipenuhinya Kewajibannya Pabean, Pejabat Bea dan Cukai
berwenang menengah barang dan/atau sarana pengangkut.
Yang dimaksud dengan menegah barang adalah tindakan administratif
untuk menunda pengeluaran, pemuatan dan pengangkutan barang impor atau
barang ekspor hingga dipenuhinya kewajiban pabean. Sedangkan yang dimaksud
dengan menegah sarana pengangkut adalah tindakan untuk mencegah
keberangkatan sarana pengangkut. Hal ini dimaksudkan agar jangan sampai
barang memasuki atau keluar dari daerah pabean tanpa memenuhi kewajiban
pabean.
Akomodasi yang patut disediakan untuk petugas Bea dan Cukai yang
mengawasi antara lain berupa tempat atau ruang kerja, makanan dan minuman
yang cukup dan sebagainya.
3) Pemeriksaan Barang.
Pasal ini memberikan wewenang kepada Pejabat Bea dan Cukai untuk
melakukan Pemeriksaan Pabean terhadap Barang Tertentu di atas alat angkut, di
tempat pemuatan, dan di tempat pembongkaran di dalam Daerah Pabean
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4) Pemeriksaan Pembukuan.
sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta
rupiah).
Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan audit kepabeanan sebagaimana
dimaksud diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan peraturan menteri.
Audit Kepabeanan dilakukan dalam rangka pengawasan sebagai
konsekuensi diberlakukannya:
- sistem self assesment;
- ketentuan nilai pabean berdasarkan nilai transaksi;
- pemberian fasilitas tidak dipungut, pembebasan, keringanan, pengembalian,
atau penangguhan Bea Masuk yang hanya dapat diawasi dan dievaluasi
setelah barang impor keluar dari Kawasan Pabean.
Yang dimaksud dengan pihak lain yang terkait adalah pihak-pihak yang
mempunyai hubungan dengan Orang dalam kaitannya dengan transaksi yang
dilakukan oleh Orang tersebut, misalnya pembeli di dalam negeri atas barang
impor, pembeli di luar negeri atas barang ekspor, pemasok di dalam negeri atas
barang ekspor, pemasok di luar negeri atas barang impor, bank, serta pihak lain
yang diyakini dapat memberikan keterangan sehubungan transaksi yang
dilakukan oleh Orang, seperti Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan.
Yang dimaksud dengan tidak dapat melaksanakan kewenangan dalam
melaksanakan audit termasuk juga tidak menyerahkan laporan keuangan, catatan
dan dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan, buku, termasuk data
elektronik serta surat yang berkaitan dengan kegiatan di bidang Kepabeanan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50.
Pelabuhan Indonesia, terbit larangan impor daging yang berasal dari India karena
mengandung penyakit tertentu.
Berkaitan dengan pemeriksaan sarana pengangkut, lebih lanjut dalam
pasal 91 UU Kepabeanan ditetapkan bahwa pihak pengangkut wajib
menghentikan sarana pengangkutnya jika diminta oleh Bea dan Cukai.
Permintaan ini biasanya berupa isyarat, yaitu tanda-tanda yang diberikan kepada
nakhoda/pengangkut, berupa isyarat tangan, isyarat bunyi, lampu, radio dan
sebagainya yang lazim digunakan.
Pejabat Bea dan Cukai berwenang agar sarana pengangkut dibawa ke
Kantor Pabean atau tempat lain yang sesuai untuk keperluan pemeriksaan atas
biaya yang bersalah. Jadi biaya bisa ditanggung oleh yang bersangkutan maupun
oleh Bea dan Cukai. Hal ini untuk menghindari kesewenang-wenangan pejabat
Bea dan Cukai.
Pengangkut atas permintaan Pejabat Bea dan Cukai wajib menunjukkan
semua dokumen pengangkutan serta Pemberitahuan Pabean yang diwajibkan.
Yang dimaksud dengan dokumen pengangkutan adalah semua dokumen sesuai
ketentuan pengangkutan nasional maupun internasional.
Pengangkut yang menolak untuk memenuhi permintaan Pejabat Bea dan
Cukai tersebut, dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar
Rp.5.000.000,00 (lima juta rupiah).
7) Pemeriksaan Badan.
iii. Orang yang sedang berada atau baru saja meninggalkan Tempat
Penimbunan Sementara atau Tempat Penimbunan Berikat; atau
iv. Orang yang sedang berada di atau saja meninggalkan Kawasan Pabean.
pembayaran Bea Masuk yang tidak benar, misalnya tidak memenuhi persyaratan
formal meskipun persyaratan materialnya terpenuhi.
Demikian juga, Direktur Jenderal dapat mengurangkan atau menghapuskan
sanksi administrasi berupa denda dalam hal ternyata Orang yang dikenakan
sanksi hanya melakukan kekhilafan bukan kesalahan yang disengaja atau
kesalahan dimaksud terjadi akibat perbuatan Orang lain yang tidak mempunyai
hubungan usaha dengannya serta tanpa sepengetahuan dan persetujuannya.
1) Keberatan.
keberatan secara tertulis hanya kepada Direktur Jenderal dalam waktu 60 (enam puluh) hari
sejak tanggal penetapan dengan menyerahkan jaminan sebesar tagihan yang harus
dibayar.
(5) Apabila keberatan ditolak oleh Direktur Jenderal, jaminan dicairkan untuk
membayar bea masuk dan/atau sanksi administrasi berupa denda yang
ditetapkan, dan apabila keberatan dikabulkan jaminan dikembalikan.
(6) Apabila dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari Direktur Jenderal tidak
memberikan keputusan, keberatan yang bersangkutan dianggap dikabulkan
dan jaminan dikembalikan.
(7) Apabila jaminan) berupa uang tunai dan pengembalian jaminan
sebagaimana dilakukan setelah jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak
keberatan diterima, pemerintah memberikan bunga sebesar 2% (dua
persen) setiap bulannya paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.
2) Banding
1) Ketentuan pidana.
XIV sebanyak empat belas pasal, dari pasal 102 hingga pasal 111, yaitu sebagai
berikut:
Setiap orang yang mengangkut barang tertentu yang tidak sampai ke kantor
pabean tujuan dan tidak dapat membuktikan bahwa hal tersebut di luar
kemampuannya dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun
dan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling
sedikit Rp10.000.000.00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp1.000.000.000.00 (satu miliar rupiah).
- dokumen yang dibuat oleh orang yang berhak tetapi memuat data tidak
benar, yang mengakibatkan tidak terpenuhinya pungutan negara
berdasarkan Undang-undang Kepabeanan.
Sedangkan yang dimaksud dengan memberi keterangan lisan
sebagaimana dimaksud pada huruf c adalah memberitahukan secara lisan
dalam pemenuhan kewajiban pabean, terutama untuk penumpang dan pelintas
batas.
memperoleh, atau memberikan barang impor yang berasal dari tindak pidana
penyelundupan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102.
Jika barang tersebut ditemukan sebagai hasil dari pemeriksaan buku
atau audit investigasi maka penyidik dapat menyita barang tersebut sesuai
dengan wewenang berdasarkan Pasal 112 ayat (2) huruf k.
Orang yang ditemukan menimbun, memiliki, menyimpan, membeli,
menjual, menukar, memperoleh, atau memberikan barang tanpa diketahui
siapa pelaku kejahatan dapat dikenai pidana sesuai dengan pasal ini. Akan
tetapi, jika yang bersangkutan memperoleh barang tersebut dengan itikad baik,
yang bersangkutan tidak dituntut. Kemungkinan bisa terjadi, pelaku kejahatan
dapat diketahui, sehingga kedua-duanya dapat dituntut.
dapat mengirim dan/atau informasi melalui atau yang ada pada sistem
elektronik.
dan paling lama 3 tahun dan/atau denda paling sedikit Rp.500.000.000,- (lima
ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.3000.000.000,00 (tiga milyar rupiah).
Hal tersebut diatur dalam pasal 104 huruf d. Hal ini dimaksudkan untuk
mencegah dilakukannya pemalsuan atau pemanipulasian data pada dokumen
pelengkap pabean.
Sebagai contoh disuatu perusahaan impor ekspor, ditemui adanya
blangko invoice perusahaan luar negeri. Patut dicurigai, untuk apa blangko
invoice tersebut. Blangko invoice dapat disalah-gunakan untuk membuat
invoice palsu.
d, Pasal 104 huruf a atau Pasal 102A atau pasal 102D (barang tertentu)
dirampas untuk negara.
Terhadap sarana pengangkut yang semata-mata digunakan untuk
melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102 dan pasal 102
A, juga dirampas untuk negara.
Sedangkan sarana pengangkut yang digunakan untuk melakukan tindak
pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 102D, dapat dirampas untuk
negara.
Barang yang dirampas tersebut diselesaikan berdasarkan ketentuan
sebagaimana diatur dalam Pasal 73, mengenai penyelesaian barang milik
negara.
Terhadap sarana pengangkut yang “semata-mata digunakan untuk
melakukan tindak pidana” adalah sarana pengangkut yang pada saat
tertangkap nyata-nyata ditujukan untuk melakukan tindak pidana
penyelundupan.
Yang dimaksud dengan “dapat dirampas” adalah memberikan
kewenangan kepada hakim untuk mempertimbangkan putusan dengan
memperhatikan kasus per kasus, misalnya kapal yang hanya mengangkut
Barang Tertentu dalam jumlah sedikit sedangkan kapal tersebut diperlukan
sebagai alat angkut untuk menopang perdagangan ekonomi daerah tentunya
diputuskan untuk tidak dirampas.
Secara umum pelaksanaan putusan pengadilan dilakukan oleh penuntut
umum. Namun barang impor/ekspor yang berdasarkan putusan pengadilan
dinyatakan dirampas untuk negara, berdasarkan UU Kepabeanan barang
tersebut menjadi milik negara. Barang tersebut pemanfaatannya ditetapkan
oleh Menteri Keuangan.
Berkaitan dengan pidana denda, dalam hal pidana denda tidak dibayar
oleh terpidana, sebagai gantinya diambil dari kekayaan dan/atau pendapatan
terpidana.
Dalam hal penggantian sebagaimana dimaksud diatas tidak dapat
dipenuhi, pidana denda diganti dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam)
bulan. Hal tersebut diatur dalam pasal 110 UU Kepabeanan.
Selanjutnya dalam hal tindak pidana sudah kadaluwarsa, dalam pasal
111 ditetapkan bahwa terhadap tindak pidana di bidang Kepabeanan tidak
2) Penyidikan.
Pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai terdapat pejabat pegawai negeri
sipil yang ditunjuk sebagai penyidik. PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil) ini
diberi wewenang khusus untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang
kepabeanan.
Kewenangan penyidikan tersebut diatur dalam pasal 112 Undang-undang
Kepabeanan. Kewenangan penyidikannya sangat luas, meliputi segala hal yang
perlu dilakukan untuk kelancaran penyidikan dibidang kepabeanan. Atas
tindakannya tersebut PPNS memberitahukan dan menyampaikan hasil
penyidikannya langsung kepada Penuntut Umum (pihak Kejaksaan).
Pasal 112 tersebut mengatur bahwa Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di
lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai diberi wewenang khusus
sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun
1981 tentang Hukum Acara Pidana untuk melakukan penyidikan tindak pidana di
bidang Kepabeanan.
Penyidik Pegawai Negeri Sipil tersebut dalam melaksanakan tugasnya
sebagai penyidik diberikan wewenang sebagai berikut :
i. menerima laporan atau keterangan dari seseorang tentang adanya tindak
pidana di bidang Kepabeanan;
ii. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi;
iii. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan dengan tindak pidana di
bidang Kepabeanan;
iv. melakukan penangkapan dan penahanan terhadap orang yang disangka
melakukan tindak pidana di bidang Kepabeanan;
v. meminta keterangan dan bukti dari orang yang sangka melakukan tindak
pidana di bidang Kepabeanan;
6.2. Latihan 6
9) Hal-hal apa saja yang dapat diajukan keberatan atas penetapan pejabat
Bea dan Cukai oleh pengguna jasa.
10) Bagaimana cara mengajukan keberatan, apa syarat-syaratnya dan kemana
keberatan ditujukan.
11) Apa akibatnya jika tagihan telah melampaui jangka waktu tiga puluh hari
dan belum diajukan keberatan oleh yang bersangkutan.
12) Jika importir mengajukan keberatan atas penetapan bea masuk, bagaimana
penyelesaiannya jika:
(1). Keberatan ditolak.
(2). Keberatan diterima seluruhnya.
(3). Keberatan tidak dijawab hingga melewati jangka waktu 30
hari.
13) Dalam hal keberatan diterima , apabila jaminan yang diserahkan berupa
uang tunai dan pengembalian jaminan berupa jaminan tunai dilakukan
setelah jangka waktu enam puluh hari. Apa konsekuensi dari keterlambatan
jaminan tersebut.
14) Apa yang dapat dilakukan oleh importir jika pengajuan keberatannya ditolak
oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai .
15) Kemana pengajuan banding dapat diajukan dan bagaimana prosedur serta
apa syarat-syarat pengajuannya.
16) Terhadap pelanggaran ketentuan bidang kepabeanan, sanksi apa saja
yang diatur dalam Undang-undang Kepabeanan. Sebutkan dan jelaskan
sanksi pidana yang diatur dalam UU Kepabeanan
17) Jelaskan pengertian penyelundupan menurut UU Kepabeanan, dan berikan
contohnya.
18) Atas pemeriksaan barang yang diberitahukan dalam pemberitahuan
pabean, kedapatan jumlah barang berbeda daripada yang tercantum dalam
invoice/packing list. Kemungkinan sanksi apa yang dapat dikenakan
terhadap importir yang bersangkutan.
19) Apa sanksinya atas orang yang mengeluarkan barang dari TPS ke
peredaran bebas tanpa izin Bea dan Cukai. Padahal PIBnya telah diajukan
dan bea masuk telah dibayar.
20) Barang yang telah berada diperedaran bebas, ternyata dari hasil informasi
intelijen diketahui sebagai barang selundupan. Apakah pihak Bea dan
Cukai dapat mengambil tindakan, mengapa demikian?.
21) Pada pemeriksaan terhadap perusahaan PPJK ditemui adanya
faktur/invoice kosong milik perusahaan di Singapore. Apakah ada
pelanggaran kepabeanan, dan apa tindakan Bea dan Cukai.
22) Atas importasi barang proyek, ternyata barang tidak dapat dibongkar di
pelabuhan (Kawasan Pabean) karena terlalu besar sehingga dapat
mengganggu lalu lintas barang di pelabuhan. Bolehkah barang tersebut
dibongkar ditempat lain?
23) Atas container barang ekspor yang disegel oleh pabean ternyata segelnya
rusak/robek dalam perjalanan ke pelabuhan. Apa tindakan Bea dan Cukai.
24) Dalam melakukan penyidikan dibidang kepabeanan, wewenang apa saja
yang diberikan kepada PPNS Bea dan Cukai.
6.3. Rangkuman.
30) PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil) ini diberi wewenang khusus untuk
melakukan penyidikan tindak pidana dibidang kepabeanan. Kewenangan
penyidikannya sangat luas, meliputi segala hal yang perlu dilakukan untuk
kelancaran penyidikan dibidang kepabeanan.
31) Walaupun pelanggaran berkaitan dengan tindak pidana, namun untuk
kepentingan penerimaan negara, atas permintaan Menteri, Jaksa Agung
dapat menghentikan penyidikan tindak pidana di Bidang Kepabeanan.
34) Kapal laut dari luar negeri yang membawa barang berupa kendaraan
bermotor bekas, namun tidak terdapat dalam pemberitahuan pabean.
Pelanggaran tersebut termasuk dalam pengertian:
a. Penyelundupan.
b. Pelanggaran administrasi.
c. Pelanggaran pidana.
d. Barang impor illegal.
35) Penggunaan invoice/packing list palsu dalam pembuatan dokumen pabean
dapat diancam sanksi:
a. Administrasi.
b. Pidana.
c. Denda.
d. Bea masuk dan denda.
36) Menurut UU Pabean seseorang dapat diancam dengan sanksi pidana jika:
a. Membeli baju bekas eks selundupan.
b. Menimbun baju bekas.
c. Menyimpan baju bekas.
d. Menjual baju bekas.
37) Dapat dipidana berdasarkan UU Pabean terhadap orang yang:
a. Menyimpan invoice yang berisi data palsu.
b. Menyimpan invoice yang masih kosong milik perusahaan luar negeri.
c. Menyimpan invoice kosong.
d. Menyimpan blanko invoice milik orang lain.
38) Berkaitan dengan pelanggaran UU Pabean yang diancam dengan sanksi
pidana, barang yang berasal dari tindak pidana:
a. Dirampas untuk negara.
b. Diberi izin untuk pengurusannya.
c. Dijadikan barang tidak dikuasai.
d. Dijadikan barang dikuasai negara.
39) Tindak pidana dibidang kepabeanan tidak dapat dituntut setelah lampau :
a. 1 tahun.
b. 5 tahun.
c. 10 tahun.
d. Tidak ada batas waktu.
Cocokkan hasil jawaban dengan kunci jawaban yang terdapat di modul ini.
Hitung jawaban Saudara dengan benar. Kemudian gunakan rumus untuk
mengetahui tingkat pemahaman Saudara terhadap materi impor ekspor.
PENUTUP
Semoga sukses.
TEST SUMATIF
I. PILIHAN GANDA )
Coret dengan tanda ( X ) pada huruf a, b, c atau d, pada pernyataan yang anda anggap
benar
c. Kantor Pabean.
d. Wilayah Republik Indonesia.
6. Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari ...
a. Kawasan Pabean .
b. Daerah Pabean.
c. Kantor Pabean.
d. Wilayah Republik Indonesia.
7. Fasilitas kepabeanan bagi barang yang ditimbun di Tempat Penimbunan
Berikat adalah …
a. pembebasan Bea Masuk .
b. keringanan Bea Masuk .
c. penangguhan Bea Masuk.
d. tidak dipungut Bea Masuk.
8. Yang berwenang menetapkan suatu barang sebagai ‘barang tertentu’ ,
adalah , …
a. Menteri Keuangan .
b. Presiden .
c. Menteri Perdagangan .
d. Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
9. Pupuk telah ditetapkan sebagai komoditi/barang tertentu yang diawasi
pengangkutannya di dalam negeri oleh DJBC. Terhadap pengangkutan
pupuk dari Palembang ke Medan melalui jalan darat … .
a. Wajib dilindungi dokumen pabean
b. Wajib dilindungi dokumen pabean dan dokumen pengangkutan
lainnya.
c. Wajib dilindungi PIB dan dokumen pelengkap pabean
d. Tidak wajib dilindungi dokumen pabean.
10. Pemeriksaan pabean secara selektif adalah meliputi ...
a. pemeriksaan fisik .
b. penelitian dokumen .
c. pemeriksaan pembukuan.
d. pemeriksaan fisik dan penelitian dokumen.
11. Kewajiban melakukan registrasi berlaku bagi ...
a. semua orang yang melakukan kewajiban pabean.
b. eksportir saja.
c. importir saja.
d. importir dan eksportir.
12. Pengangkut yang sarana pengangkut yang akan datang dari luar Daerah
Pabean wajib memberitahukan rencana kedatangannya dalam waktu ...
a. paling lambat 24 jam sebelum kedatangannya
b. paling lama 24 jam sebelum kedatangannya
c. sebelum kedatangannya
d. sebelum melakukan pembongkaran
13. Pengangkut yang sarana pengangkutnya memasuki Daerah Pabean wajib
mencantumkan barang yang diangkutnya dalam ...
e. manifest
f. B/L
g. pemberitahuan pabean
h. RKSP
14. Dalam hal pembongkaran tidak dapat segera dilakukan, kewajiban
menyerahkan pemberitahuan mengenai barang yang diangkutnya untuk
sarana pengangkut melalui udara wajib diserahkan kepada Kantor Bea dan
Cukai dalam jangka waktu ...
a. paling lambat 24 jam sejak kedatangannya .
b. paling lambat 8 jam sejak kedatangannya.
c. sebelum kedatangannya.
d. sebelum melakukan pembongkaran.
15. Pengangkutan barang impor dari tempat penimbunan sementara ke tempat
penimbunan berikat wajib diberitahukan ke kantor pabean . Ketentuan
tersebut hanya berlaku untuk pengangkutan barang impor yang melalui ...
a. Darat, laut atau udara.
b. laut atau udara.
c. laut
d. darat.
16. Pengukuran terakhir bagi barang yang pengangkutannya melalaui transmisi
atau saluran pipa dilakukan ...
a. diluar Daerah Pabean.
b. diluar atau didalam Daerah Pabean.
22. Pemberitahuan pabean untuk barang yang akan diekspor tidak diwajibkan
bagi ...
a. ekspor barang kiriman sampai batas nilai pabean dan/atau jumlah
tertentu.
b. ekspor barang bukan barang dagangan.
c. ekspor barang milik pemerintah.
d. ekspor barang bantuan atau hibah.
23. Jika besaran Bea Masuk ditentukan oleh besaran tarif per satuan barang
dikalikan jumlah satuan barang , maka sistem tarif yang digunakan adalah ...
a. tarif spesifik.
b. tarif advalorum.
c. tarif progresif .
d. tarif rata-rata.
24. Barang yang diangkut terus atau diangkut lanjut keluar Daerah Pabean ,
mendapat fasilitas …
a. pembebasan Bea Masuk.
b. keringanan Bea Masuk.
c. pembebasan atau keringanan Bea Masuk.
d. tidak dipungut Bea Masuk.
25. Salah satu alasan reekspor atas barang impor , adalah ...
a. barang impor kedapatan salah kirim setelah diterima importir.
b. barang impor kedapatan tidak sesuai pesanan setelah diterima
importir.
c. barang impor bukan untuk tujuan komersial.
d. barang impor yang kedapatan berkualitas lebih rendah sebelum
mendapat persetujuan impor.
26. Alasan pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengaman adalah ...
a. harga barang impor lebih rendah dari nilai normalnya.
b. adanya subsidi di negara pengekspor.
c. terdapat lonjakan impor yang merugikan industri barang sejenis di
Indonesia.
d. impor barang berasal dari negara yang memperlakukan barang
ekspor Indonesia secara diskrimatif.
27. Tagihan atas bea masuk atau denda harus dilunasi dalam jangka waktu:
a. 60 hari.
b. 3 hari.
c. 7 hari.
d. 30 hari.
28. Dalam hal tagihan tidak dilunasi setelah jatuh tempo, maka atas tagihan
tersebut dipungut......
a. Denda 100% dari bea masuk.
b. Bunga 2% sebulan selama-lamanya 24 bulan.
c. Bunga 2,5% sebulan selama-lamanya 12 bulan.
d. Bunga 2.5% sebulan selama-lamanya 24 bulan.
29. Seorang pengusaha mebel ingin mengimpor serat fiber sebagai bahan
baku untuk membuat sofa. Untuk itu, dia mengimpor serat fiber tersebut
dari Cina dengan kesepakatan eksportir harus mengirimkan barang contoh
untuk dicocokkan dengan barang yang diinginkan pengusaha tersebut.
Pengiriman barang contoh tersebut dari Cina oleh Bea Cukai Indonesia
akan:
a. dibebaskan dari pemungutan bea masuk
b. dilarang memasuki daerah pabean Indonesi
c. dikenakan bea masuk tambahan
d. ditahan di kawasan pabean.
30. Impor di bawah ini yang mendapatkan pembebasan bea masuk adalah……
a. Impor obat-obatan oleh PT.Medicindo saat ada musibah banjir di
Jakarta.
b. M obil dengan mesin 1000cc yang diekspor, kemudian diimpor
kembali dengan kapasitas mesin menjadi 1500cc dan sudah
dimodifikasi.
c. PT.Gramedia mengimpor buku Ensiklopedi dari Oxford.
d. PT.Nike mengimpor alat-alat olahraga untuk Tim Bulutangkis
Indonesia.
KUNCI JAWABAN
1 Test Formatif
2 Test Sumatif
DAFTAR PUSTAKA