Anda di halaman 1dari 20

TATA CARA PENERBITAN SURAT

PERSETUJUAN BERLAYAR DAN


OLAH GERAK KAPAL
Oleh: Direktorat Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai

Direktorat Jenderal Perhubungan Laut


Kementerian Perhubungan Republik Indonesia
OUTLINE
01 LATAR BELAKANG

02 DEFINISI

03 SURAT PERSETUJUAN BERLAYAR / PORT CLEARANCE

04 OLAH GERAK KAPAL

05 SANKSI PENERAPAN UU CIPTA KERJA

06
LATAR BELAKANG
UU 6 Tahun 2023 Ttg Penetapan PERPPU No.2 Tahun 2022
Ttg CIPTA KERJA Menjadi UU

Pemeriksaan dan Penyimpanan Surat,


Dokumen, dan Warta Kapal
Pasal 213
(1) Pemilik, Operator Kapal, atau Nakhoda wajib memberitahukan kedatangan kapalnya di
pelabuhan kepada Syahbandar.
(2) Setiap kapal yang memasuki pelabuhan wajib menyerahkan surat, dokumen, dan warta
kapal kepada Syahbandar seketika pada saat kapal tiba di pelabuhan dan/atau
menyampaikan secara elektronik sebelum kapal tiba untuk dilakukan pemeriksaan.
(3) Setelah dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) surat, dokumen, dan
warta kapal disimpan oleh Syahbandar untuk diserahkan kembali bersamaan dengan
diterbitkannya Surat Persetujuan Berlayar.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberitahuan kedatangan kapal, pemeriksaan,
penyerahan, serta penyimpanan surat, dokumen, dan warta kapal sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
DEFINISI …
BERLAYAR SYAHBANDAR

KAPAL TIDAK SEDANG BERLABUH JANGKAR ATAU TERIKAT PADA DARATAN PEJABAT PEMERINTAH DI PELABUHAN YANG DIANGKAT
ATAU KANDAS YANG BERTOLAK MENINGGALKAN PELABUHAN OLEH MENTERI DAN MEMILIKI KEWENANGAN TERTINGGI
UNTUK MENJALANKAN DAN MELAKUKAN PENGAWASAN
KEGIATAN OLAH GERAK KAPAL TERHADAP DIPENUHINYA KETENTUAN PERATURAN
PERUNDANG UNDANGAN UNTUK MENJAMIN
KEGIATAN MENGUASAI KAPAL DALAM KEADAAN DIAM ATAU BERGERAK
KESELAMATAN DAN KEAMANAN PELAYARAN
DARI SUATU TEMPAT KE TEMPAT LAINNYA DI DALAM DAERAH
LINGKUNGAN KEPENTINGAN PELABUHAN (DLKP) DAN DAERAH KESELAMATAN KAPAL
LINGKUNGAN KERJA (DLKR) UNTUK MENCAPAI PELAYARAN YANG AMAN
KEADAAN KAPAL YANG MEMENUHI PERSYARATAN
DAN EFISIEN DENGAN MENGGUNAKAN SARANA YANG TERDAPAT DI
MATERIAL, KONTRUKSI, BANGUNAN, PERMESINAN DAN
KAPAL PERLISTRIKAN, STABILITAS, TATA SUSUNAN SERTA
KEGIATAN MENUNDA PERLENGKAPAN TERMASUK PERLENGKAPAN ALAT
PENOLONG DAN RADIO, ELEKTRONIK KAPAL YANG
KEGIATAN MENDORONG, MENARIK, MENGGANDENG, MENGAWAL DIBUKTIKAN DENGAN SERTIFIKAT SETELAH DILAKUKAN
(ESCORT), DAN MEMBANTU (ASSIST) KAPAL YANG BEROLAH-GERAK DI PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
ALUR-PELAYARAN, DAERAH LABUH JANGKAR MAUPUN KOLAM
KELAIKLAUTAN KAPAL
PELABUHAN, BAIK UNTUK BERTAMBAT KE ATAU UNTUK MELEPAS DARI
DERMAGA, JETTY, TRESTLE, PIER, PELAMPUNG, DOLPHIN, KAPAL, DAN KEADAAN KAPAL YANG MEMENUHI PERSYARATAN
FASILITAS TAMBAT LAINNYA DENGAN MEMPERGUNAKAN KAPAL TUNDA KESELAMATAN KAPAL, PENCEGAHAN PENCEMARAN
SESUAI DENGAN KETENTUAN YANG DIPERSYARATKAN. DARI KAPAL, PENGAWAKAN, GARIS MUAT, PEMUATAN,
KESEJAHTERAAN AWAK KAPAL DAN KESEHATAN
KEGIATAN PERBAIKAN KAPAL PENUMPANG, STATUS HUKUM KAPAL, MANAJEMEN
KEGIATAN PERBAIKAN KECIL DI ATAS KAPAL YANG SEDANG BERADA DI KESELAMATAN DAN PENCEGAHAN PENCEMARAN DARI
PELABUHAN YANG DILAKUKAN OLEH PERUSAHAAN DI BIDANG JASA KAPAL DAN MANAJEMEN KEAMANAN KAPAL UNTUK
BERLAYAR DI PERAIRAN TERTENTU
PERBAIKAN KAPAL DAN/ATAU AWAK KAPAL
KEMENTERIAN
PERHUBUNGAN

PM 28 Tahun 2022 Tentang Tata Cara Penerbitan


Surat Persetujuan Berlayar Dan Persetujuan
Kegiatan Kapal Di Pelabuhan mengatur, tentang
kapal yang berlayar dan melakukan kegiatan di
Pelabuhan Indonesia, yaitu:

➢ Kapal berbendera Indonesia yang surat dan


dokumen kapal diterbitkan oleh Direktur
Jenderal Perhubungan Laut: dan
➢ Kapal asing selain kapal penangkap ikan
Surat Persetujuan Berlayar (SPB) Atau Port Clearance
DASAR HUKUM SPB
1.
Undang-Undang No. 17 Tahun 2008
Tentang Pelayaran

2.

Peraturan Menteri Perhubungan


No. PM. 28 Tahun 2022
tentang
Tata Cara Penerbitan Surat Persetujuan
Berlayar dan Persetujuan Kegiatan Kapal di
Pelabuhan

19
UU No.17 Th 2008 Tentang Pelayaran

Penjelasan Pasal 219


SURAT PERSETUJUAN BERLAYAR

- Surat Persetujuan Blanko SPB


Berlayar tidak berlaku
apabila Kapal dalam
jangka waktu 24 (dua
puluh empat) jam
setelah Surat
Persetujuan Berlayar
diberikan, Kapal tidak
bertolak dari Pelabuhan.

- Surat Persetujuan
Berlayar digunakan untuk
1 (satu) kali pelayaran.
SURAT PERSETUJUAN BERLAYAR

Pasal 8
❑ Setiap Kapal yang Berlayar
wajib memiliki Surat
Persetujuan Berlayar yang
diterbitkan oleh Syahbandar.

❑ Surat Persetujuan Berlayar


tersebut, harus memenuhi
persyaratan Kelaiklautan Kapal
dan daftar periksa pemenuhan
kewajiban Kapal.

❑ Daftar periksa pemenuhan


kewajiban Kapal dilakukan
dengan menggunakan format
TATA CARA PENERBITAN SPB

Syahbandar melakukan pemeriksaan secara


administratif terhadap permohonan penerbitan SPB,
melalui verifikasi dan validitas terhadap
kelengkapan surat dan dokumen Kapal dg
menggunakan format

Syahbandar melakukan pemeriksaan kapal, jika


mendapat laporan dan/atau mengetahui bahwa
Kapal yang akan Berlayar tidak memenuhi
persyaratan kelaiklautan dan keamanan Kapal
Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 2021
Syahbandar dapat menunda keberangkatan Kapal Tentang
untuk Berlayar, jika: Penyelenggaraan Bidang Pelayaran
- Kapal yang akan Berlayar tidak memenuhi
Pasal 168 ayat (3)
persyaratan kelaiklautan dan keamanan Kapal
“Syahbandar dalam melakukan pemeriksaan atas
- Pertimbangan cuaca
kelengkapan surat, dokumen dan warta kapal tidak
bertanggung jawab atas keabsahan surat dan
dokumen kapal”
LANJUTAN .. TATA CARA PENERBITAN SPB

Surat Pernyataan Nakhoda (Master


Sailing Declaration) untuk menjamin
kesanggupan berlayar & memastikan
bahwa:
- kapalnya telah memenuhi
persyaratan kelaiklautan &
keamanan kapal
- Keamanan para penumpang; dan
- Pengangkutan muatannya sebelum
berlayar

Keabsahan & kebenaran


kelaiklautan & keamanan kapal Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-
yang disampaikan Nakhoda dalam benarnya bahwa kapal telah memenuhi persyaratan
Surat Pernyataan Nakhoda (Master kelaiklautan dan keamanan kapal serta keamanan para
Sailing Declaration) sepenuhnya penumpang dan pengangkutan muatannya dan apabila
menjadi tanggung jawab Nakhoda. dikemudian hari ditemukan data yang tidak benar, maka
saya bersedia mempertanggungjawabkan secara hukum
baik perdata maupun pidana
PEMBEBASAN SPB

Pembebasan Surat Persetujuan Berlayar dapat diberikan


terhadap:
a. Kapal perang;
b. Kapal negara atau Kapal pemerintah sepanjang tidak
digunakan untuk kegiatan niaga;

c. Kapal yang digunakan untuk kepentingan negara


berdasarkan surat tugas pimpinan instansi pemerintah
yang ditujukan kepada Syahbandar;
d. Kapal yang Berlayar untuk memberikan bantuan
pertolongan kepada Kapal yang dalam keadan
darurat/SAR;

e. Kapal yang menyinggahi Pelabuhan karena keadaan


darurat; atau
f. Kapal yang sedang melakukan percobaan Berlayar (sea
trial) dan/atau Kegiatan Olah Gerak Kapal.
Olah Gerak Kapal
DASAR HUKUM
Setiap Kapal yang melakukan kegiatan di Pelabuhan wajib
mendapat SPKK yang diterbitkan oleh Syahbandar

SPKK meliputi:
▪ mengizinkan atau melarang orang naik ke atas kapal;
▪ olah gerak kapal;
▪ perbaikan kapal;
▪ percobaan Berlayar (sea trial);
▪ alih muat (transhipment);
▪ menunda;
▪ pembersihan tangki (tank cleaning); dan
▪ bongkar muat barang berbahaya/barang khusus/Limbah
• UU 17 tahun 2008 ttg Pelayaran pada Barang Berbahaya dan Beracun (B3).
pasal 216 ayat (1) “kapal yang SPKK berlaku untuk 1 (satu) kali kegiatan
melakukan kegiatan perbaikan,
percobaan berlayar, kegiatan ahli muat Nakhoda bertanggungjawab setiap pelaksanaan kegiatan
di kolam pelabuhan, menunda dan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (2) dan
bongkarmuat barang berbahaya wajib dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
mendapat persetujuan Syahbandar” perundang-undangan
RESEARCH POSTER 16
SURAT PERSETUJUAN KEGIATAN KAPAL DI PELABUHAN

Persetujuan kegiatan Olah Gerak Kapal

a. Surat permohonan;
b. Surat Pernyataan Nakhoda (Master Declaration); dan
c. Fotokopi data awak Kapal.

+
Syahbandar melakukan pemeriksaan secara administratif
terhadap kelengkapan surat dan dokumen kapal

SPPK ditertbikan untuk jangka waktu tertentu


berdasarkan hasil evaluasi Syahbandar
17
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN REPUBLIKINDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT
DIREKTORAT KESATUAN PENJAGAAN LAUT DAN PANTAI

TERIMA KASIH
E-MAIL :
kplp_syahbandar@kemenhub.go.id INSTAGRAM : @djplkemenhub

FB : penjagaan laut dan pantai PHONE NUMBER : 021-3456614


DASAR HUKUM

UU NO.17 TAHUN 2008 Tentang Pelayaran

Pasal 48
(1) Barang khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44
dapat berupa:
a. kayu gelondongan (logs);
b. barang curah;
c. rel; dan
d. ternak.

(2) Barang berbahaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44


berbentuk:
a. bahan cair;
b. bahan padat; dan
c. bahan gas.
UU 17/2008

(3) Barang berbahaya sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


diklasifikasikan sebagai berikut:
a. bahan atau barang peledak (explosives);
b. gas yang dimampatkan, dicairkan, atau dilarutkan
dengan tekanan (compressed gases, liquified or
dissolved under pressure);
c. cairan mudah menyala atau terbakar (flammable liquids);
d. bahan atau barang padat mudah menyala atau terbakar
(flammable solids);
e. Bahan atau barang pengoksidasi (oxidizing substances);
f. Bahan atau barang beracun dan mudah menular (toxic
and infectious substances);
g. bahan atau barang radioaktif (radioactive material);
h. bahan atau barang perusak (corrosive substances); dan
i. berbagai bahan atau zat berbahaya lainnya
(miscellaneous dangerous substances).

Anda mungkin juga menyukai