Anda di halaman 1dari 5

BIRO KLASIFIKASI

ARTI DAN FAEDAH BIRO KLASIFIKASI


Biro Klasifikasi adalah badan teknik yang melakukan kegiatan dalam
nidang pengawasan terhadap kapal, baik yang sedang dibangun maupun yang
sedang berlayar. Berdasarkan hasil pemeriksaannya maka Biro Klasifikasi
mengeluarkan sertifikat klasifikasi sebagai penilaian atas kesempurnaan
konstruksi, instalasi mesin termasuk instalasi listrik serta perlengkapannya dari
sebuah kapal.
Jika sebuah kapal dapat dianggap memenuhi syarat, maka kapal tersebut
dimasukan dalam suatu golongan yang disebut kelas berdasarkan keadaan
teknisnya, dan dicatat dalam Buku Registrasi. Prosedur ini dinamakan peng-kelas-
an atau klasifikasi.
Klasifikasi mengabdi pada kepentingan2 semua fihak yang berkepentingan
dalam bidang perkapalan. Di kebanyakan negara, pihak2 resmi menerima
sertifikat2 yang dikeluarkan oleh biro2 klasifikasi yang diakui dan di beberapa
negara, biro2 klasifikasi juga diberi kuasa untuk menjalankan tugas2 kekuasaan
negara dibidang perkapalan, seperti penentuan lambung timbul sesuai dengan
konvensi garis muat 1930 – 1966 yang berlaku dan pemeriksaan2 sesuai dengan
konvensi internasional tentang keselamatan jiwa dilaut (SOLAS) 1948, 1960 dan
1974.
Klasifikasi memungkinkan perencana atau galangan2 kapal untuk
melaksanakan pembangunan kapal menurut standart yang disusun berdasarkan
pengalaman praktek, riset ilmiah dan perhitungan2 yang teliti. Hal ini dilaksanakan
tidak hanya dengan peraturan2 konstruksi yang dikeluarkan oleh biro2 klasifikasi
dan pemeriksaan gambar2 konstruksi oleh biro2 klasifikasi, tetapi juga penga-
wasan selama pembangunan dan pengujian bahan2 dan perlengkapannya.

Biro Klasifikasi mengeluarkan peraturan konstruksi dan mesin kapal yang


memudahkan pekerjaan perancangan dan pembangunan serta menjamin
kekuatan kapal yang dibangun. Oleh karena itu maka pembangunan kapal2
lazimnya mengikuti/sesuai dengan peraturan2 konstruksi yang dikeluarkan oleh
suatu Biro Klasifikasi.

Mengenai kapal2 yang sedang berlayar, klasifikasi erat hubungannya


dengan asuransi. Andaikata tidak ada Biro Klasifikasi, maka fihak asuransi harus
berusaha sendiri untuk mendapatkan keterangan2 tentang setiap kapal yang
diasuransikan muatannya atau kapalnya sendiri. Hal tersebut tentu sangat sulit
untuk dilaksanakan. Sertifikat dari biro klasifikasi yang mengadakan pemeriksaan
secara sistematik dan periodic atas sebuah kapal, merupakan suatu jaminan atas
keadaan kapal tersebut. Oleh karena itu kapal yang mempunyai sertifikat kelas,
jauh lebih rendah premi asuransinya jika dibandingkan dengan kapal yang tidak
mempunyai kelas.

Begitu pula klasifikasi amat penting artinya bagi awak kapal, penumpang
kapal dan pemilik barang muatan yang akan diangkut. Dibeberapa negara, kapal
yang tidak dikelaskan sukar sekali untuk mendapatklan barang muatan apalagi
penumpang. Dari pengalaman menunjukkan pula, bahwa klasifikasi telah banyak
sekali mengurangi kecelakaan tenggelamnya kapal dilaut.
Kecuali yang telah diterangkan diatas biro2 klasifikasi juga mengawasi dan
memberikan petunjuk2 dalam perombakan dan perbaikan kapal.

Biro Klasifikasi yang tertua adalah Lloyd’s Register of Shipping didirikan


pada tahun 1760. gagasan untuk mendirikannya dicetuskan oleh sekelompok
pengusaha asuransi yang berkumpul di kedai kopi Edward Lloyd di Tower Street,
London pada tahun 1668.
Sedangkan Biro2 Klasifikasi yang diakui internasional saat ini ialah:
1. Lloyd’s Register of Shipping ( L.R.), 1760, London, Inggris.
2. Bureau Veritas ( B.V.), 1828, Paris, Perancis.
3. Registro Italiano ( R.I.), 1861, Roma, Italia.
4. American Bureau of Shipping ( A.B.S.), 1862, New York, Amerika Serikat.
5. Germanischer Lloyd ( G.L.), 1867, Hamburg, Jerman.
6. Det Norske Veritas ( N.V.), Oslo, Norwegia.
7. Nippon Kaiji Kyohai ( N.K.K.), 1899, Tokio, Jepang.
8. Register Sojoza S.S.R. ( R.S.), Moskow, Rusia.

BIRO KLASIFIKASI INDONESIA


Biro Klasifikasi Indonesia ( BKI ) didirikan oleh pemerintah Indonesia pada
tahun 1964 sebagai Perusahaan Negara dalam lingkungan Departemen
Perhubungan dengan peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1964, tanggal 24
Agustus 1964 yang berlaku surut mulai tanggal 1 Juli 1964.

Didirikannya biro klasifikasi ini, karena pada waktu itu sangat sulit
mendapatkan suku cadang untuk mesin kapal dan bahan bangunan kapal yang
bersertifikat. Banyak kapal yang sampai empat tahun tidak masuk Dok.
Selain itu syarat2 teknis yang ditetapkan oleh biro2 klasifikasi asing adakalanya
tidak sesuai untuk kapal2 Indonesia.

Mengingat pentingnya arti klasifikasi maka oleh Menteri Perhubungan Laut


dikeluarkan peraturan yang mewajibkan semua kapal2 yang berbendera Indonesia
(kecuali kapal2 perang dan kapal2 pemerintah yang dipergunakan untuk keperluan
khusus), untuk memiliki klsifikasi yang dikeluarkan oleh Biro Klasifikasi Indonesia
(Surat Keputusan Menteri Perla No.Th.1/17/1 tanggal 26 September 1964).
Pelaksanaannya dilakukan secara tahap demi tahap, pertama-tama ditujukan
kepada kapal2 berbendera Indonesia yang berlayar diperairan dalam negeri dan
berukuran 100 BRT keatas, baik yang sudah maupun yang belum memiliki kelas
dari suatu biro klasifikasi.

PERATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA TENTANG KLASIFIKASI DAN


KONSTRUKSI KAPAL LAUT
Kapal yang seluruh bagian2-nya memenuhi “Peraturan untuk konstruksi
kapal laut” yang dikeluarkan oleh BKI atau peraturan2 yang serupa, akan diberi
tanda kelas A.100.
Kapal yang tidak seluruh bagian2-nya memenuhi “Peraturan untuk
konstruksi kapal laut” yang dikeluarkan oleh BKI atau peraturan2 yang serupa,
akan diberi tanda kelas A.90.
Angka 100 menunjukkan bahwa keadaan pemeliharaan dan kekuatan lambung
seluruhnya memenuhi / sesuai dengan “Peraturan untuk konstruksi kapal laut”,
dan angka 90 menunjukkan bahwa keadaan pemeliharaan dan kekuatan lambung
tidak seluruhnya memenuhi / sesuai dengan peraturan tersebut.
Kapal dan instalasi mesin yang dibangun dibawah pengawasan BKI dan
dengan bahan yang telah diuji oleh BKI mendapat tanda didepan tanda
kelasnya. Kapal dan instalasi mesin yang dibangun dibawah pengawasan dan
sesuai dengan biro klasifikasi lain yang diakui, bila kemudian dikelaskan oleh BKI
mendapat tanda didepan tanda kelasnya. Kapal dan instalasi mesin yang
dibangun tidak dibawah pengawasan BKI atau biro klasifikasi lain yang diakui, bila
kemudian dikelaskan oleh BKI tidak diberi tanda tambahan didepan tanda
kelasnya.

Kapal yang mesin jangkar, jangkar, rantai dan tali memenuhi “Peraturan
konstruksi BKI” akan diberi tanda I dibelakang tanda kelasnya, jika perlengkapan
tersebut kurang memenuhi peraturan BKI maka diberi tanda II . Dengan demikian
tanda kelas misalnya menjadi A.100 I atau A.100 II .
Bila kapal dibangun dengan sarat kurang dari pada sarat maksimum yang
diajukan untuk kapal “Full scantling” atau “Shelter deck”, maka catatan “dengan
lambung timbul” ditambahkan kepada tanda kelas, sehingga misalnya menjadi
“ A.100 I dengan lambung timbul . . . . . . . mm”.

Tanda kelas untuk instalasi mesin adalah SM. Tanda ini diberikan bila
mesin utama mesin bantu dan perlengkapannya yang diperlukan untuk
menjalankan mesin utama, perlengkapan listrik serta seluruh perlengkapan
lainnya yang dicakup oleh klasifikasi memenuhi “Peraturan Konstruksi Mesin
Kapal Laut” BKI. Instalasi mesin yang tidak seluruhnya memenuhi peraturan BKI
diberi tanda kelas SM.
Jika terdapat pemyimpangan dari Peraturan Klasifikasi dan konstruksi BKI
berhak mencatatnya dalam sertifikat klasifikasi.

Perlu dijelaskan trim & stabilitas kapal bukan menjadi tanggung jawab BKI.

Kapal dan instalasi mesin yang memenuhi ketentuan khusus daripada


peraturan konstruksi perihal penguatan tambahan untuk pelayaran di daerah es,
akan memperoleh tanda Es dibelakang tanda kelas.
Kapal-kapal dengan penggunaan khusus dan kapal-kapal dengan
konstruksi dan rancangan yang luar biasa akan diberi catatan pada tanda seperti
“kapal tangki”, “kapal bijih tambang”, “kapal ikan”, “kapal keruk”, “kapal tarik” dan
sebagainya.
Kapal penumpang yang mempunyai sistem pembagian sekat menurut
ketentuan Konvensi Internasional untuk Keselamatan Jiwa di Laut/ International
Convention on Safety On Live At Sea (SOLAS), akan memperoleh tanda + atau ±
atau .
Kapal penumpang untuk pelayaran nasional yang memiliki sistem
pembagian sekat yang boleh menyimpang dari pada ketentuan-ketentuan SOLAS
tetapi memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku di negara tersebut akan
memperoleh tanda + atau ± atau .
Dalam peratuaran BKI, kapal terbagi atas daerah-daerah pelayaran yaitu:
A. Pelayaran Samudera adalah pelayaran perairan di seluruh dunia.
B. Pelayaran bukan Samudera, khusus untuk pelayaran perairan Indonesia
dan di sekitarnya, pembagian daerah-daerah pelayaran adalah sebagai
berikut:
I. Pelayaran Pantai (P), terbagi atas:
a. Pelayaran Nusantara Besar (Asia Tenggara)
Pelayaran dalam daerah Asia Tenggara yang dibatasi oleh pantai
Barat Birma Semenanjung Malaka, menyusur pantai Selatan Muang
Thai, Kamboja dan Vietnam sampai 11o Lintang Utara.
Dari sini ke pantai Timur pulau Mindanau kemudian ke Ujung Timur
pulau Irian. Selanjutnya menyusur pantai Selatan pulau Irian terus
menuju kepulauan Christmas. Dari sini kembali ke utara menyusur
pantai Barat kepulauan Nicobar dan Andaman kembali ke pantai Barat
Birma.
b. Pelayaran (Interinsulair).
Pelayaran di bagian perairan Nusantara Besar di dalam batas-batas
yang tidak melebihi 8o Lintang Utara, 141o Bujur Timur, 11o30’ Lintang
Selatan dan 94o Bujur Barat.
II Pelayaran Lokal (L)
Pelayaran di perairan Nusantara kecil dengan kapal-kapal ukuran
terbatas sejauh tidak lebih dari 500 mil dari pelabuhan induknya dihitung
sepanjang alur-alur pelayaran yang dapat dilayari.
III Pelayaran Terbatas (T) terbagi atas:
a. Pelayaran terbatas di laut.
Dengan kapal-kapal berukuran kecil dan selalu berlayar dalam jarak
lihat daratan, pelampung-pelampung atau rambu-rambu, yang
biasanya berlayar tidak lebih jauh dari 10 jam berlayar dengan jarak
tidak lebih dari 10 mil dari pelabuhan induknya.
b. Pelayaran pelabuhan dan sekitarnya.
Yaitu pelayaran di daerah pelabuhan dan sekitarnya dengan kapal-
kapal yang berukuran kecil yang biasa dipakai dalam daerah
pelabuhan dan sekitarnya.

UKURAN-UKURAN UTAMA
Ukuran-ukuran utama dari kapal yang terdapat dari tabel dari peraturan
klasifikasi dan konstruksi kapal laut BKI diukur dalam (m) ialah sebagai berikut:
L – Panjang L adalah jarak pada garis muat musim panas dari pinggir depan
linggi haluan ke pinggir belakang linggi kemudi atau garis sumbu dari tongkat
kemudi, jika tidak ada linggi kemudi.
L tidak boleh kurang dari 96% dan tidak perlu lebih besar dari 97% garis
muat musim panas.
B – Lebar B diukur pada sisi luar gading-gading pada lebar terbesar dari kapal.
H – Tinggi H diukur pada pertengahan panjang L, sebagai jarak vertikal antara
pinggir atas lunas dan pinggir atas balok geladak utama pada sisi kapal.
T – Sarat T diukur pada pertengahan panjang kapal L, sebagi jarak vertikal
antara pinggir atas lunas dengan tanda lambung timbul untuk garis muat
musim panas.
Peratuaran BKI hanya berlaku untuk kapal dalam daerah pelayaran dengan tinggi
kapal H tidak kurang dari:
H ≥ L
→ Pelayaran Samudra
14

H ≥ L
→ Pelayaran Pantai (P)
16

H ≥ L
→ Pelayaran Lokal (L)
18

H ≥ L
→ Pelayaran Terbatas (T)
19

TANDA LAMBUNG TIMBUL


Banyaknya terjadi kecelakaan kapal di laut, pada umumnya diakibatkan
oleh terlalu banyaknya muatan yang diangkut. Oleh sebab itu untuk membatasi
jumlah pemuatan barang perlu diberikan suatu peraturan.
Konvensi Internasional tentang garis muat, berisi peraturan yang
menentukan batas sarat maksimum yang diijinkan untuk setiap kapal, dengan
suatu tanda yang biasa disebut “Tanda Lambung Timbul”. Konvensi internasional
tentang garis muat ini menentukan tinggi minimum lambung kapal yang berada
diatas garis air pada saat kapal muatan penuh.
Pada permukaan garis air muatan penuh pada musim panas untuk setiap
kapal, di lambung kapal dipasang gambar yang merupakan tanda lambung timbul.
Tanda ini mempunyai bentuk utama berupa lingkaran, yang biasa disebut
“Lingkaran Plimsol” atau “Tanda Plimsol”.

Tanda plimsol sesuai peraturan konvensi internasional diletakkan


dilambung kanan dan kiri kapal, di tengah panjang kapal dengan jarak vertical
tertentu dari bagian atas sisi geladak kapal. Standart ukuran gambar tanda plimsol
menurut konvensi internasional tersebut adalah sebagai berikut:

300

Summer
freeboard 540

35
75
TF
115
F T
50
S
25 W
Catatan: WNA
Tebal garis 25 mm 300
Semua satuan dalam mm 230
450 25

Anda mungkin juga menyukai