Anda di halaman 1dari 15

TUGAS UJIAN PRAKTEK

TANGGGUNG JAWAB DAN PENANGANAN

MUATAN DI KAPAL MV. BEA SCHULTE

Disusun oleh :
Nama : Danang Farhan Nurbiyanto
NIT : 51145112 N
Kelas : N VIII A

PROGRAM STUDI NAUTIKA DIPLOMA IV


POLITEKNIK ILMU PELAYARAN
SEMARANG
2019

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ 1

DAFTAR ISI .................................................................................................... 2

BAB I ............................................................................................................... 3

BAB II .............................................................................................................. 6

BAB III ............................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 13

LAMPIRAN ..................................................................................................... 14

2
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang terdiri dari beribu-

ribu pulau yang terbentang luas dari Sabang sampai Merauke. Pada saat

ini Indonesia memiliki wilayah seluas 1.919.440 juta km2 yang terdiri

kurang lebih 17.508 pulau. Selain itu letak Indonesia yang strategis yang

terletak di arus lalu-lintas perdagangan dunia yang menghubungkan antara

benua Asia dan benua Australia. Pertumbuhan perekonomian dari suatu

negara tidak lepas dari pertumbuhan di berbagai bidang ekonomi, salah

satunya adalah perdagangan. Bidang perdagangan yang memiliki fokus

pada ekspor dan impor berbagai macam komoditi membutuhkan

pendistribusian, sedangkan dalam pendistribusian dibutuhkan sarana

transportasi. Dengan demikian transportasi memiliki peranan yang

penting dalam memindahkan dan menyebar luaskan komoditi yang

diproduksi oleh suatu negara.

Penulis melaksanakan praktek laut di kapal bermuatan kontainer yaitu

MV. Bea Schulte dalam hal mengangkut barang sesuai dengan jenis

muatannya, maka diperlukan tahapan dan juga proses untuk memuat

3
muatan tersebut agar bisa dimuat dikapal dengan aman dan efisien, maka

penulis akan menjabarkan cara untuk melakukan proses pemuatan dengan

aman dan efisien sesuai dengan pengalaman penulis. Ada beberapa jenis

kontainer yang dimuat dikapal MV. Spil Hana antara lain General Cargo

Container, Reefer Container, Dry Bulk Container, Open Top Container,

Tank Container, Open Side Container, Platform Container, dan Flat Rack

Container.

Untuk tanggung jawab dari proses pemuatan hingga muatan sampai

ditempat tujuan merupakan tanggung jawab dari mualim I yang dibantu

oleh mualim II dan mualim III dalam kerja dilapangannya dan tidak luput

bantuan darin orang mesin dan crew di deck seperti bosun,OS dan

jurumudi (AB).

2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses pemuatan serta proses penanganan muatan yang

dilakukan Chief Officer di kapal MV. Bea Sculte ?

2. Apakah terdapat perbedaan antara prosedur perusahaan dengan

prakteknya di lapangan ?

3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui proses pemuatan dan penanganan muatan di Spil

Hana.

2. Untuk mengetahui perbedaan prosedur perusahaan dengan praktek

pemuatan di lapangan.

4
4. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti untuk menuangkan pemikiran dan ide dengan bukti

penelitian.

2. Bagi para pembaca untuk menambah pengetahuan mengenai pemuatan,

pengaturan, dan sistem pengamanan kontainer diatas kapal yang sesuai

dengan aturan dan kemampuan kapal.

5
BAB II

PEMBAHASAN

1. Bagaimana proses pemuatan serta proses penanganan muatan yang

dilakukan Chief Officer di kapal MV. Bea Schulte?

a. Sebelum Pemuatan

1. Menyiapkan discharge plan mengidentifikasi container mana yang

akan di bongkar di pelabuhan tersebut. Termasuk muatan reefer

container, DG cargo dan OOG (out of gauge).

2. Menghitung discharge plan menggunakan aplikasi computer, dan

mengetahui kondisi kapal saat sebelum bongkar.

3. Mengirim data diatas ke planner/pihak darat sebelum kedatangan

di pelabuhan.

b. Pembongkaran Kontainer

6
1. Dari pihak darat akan mengirim discharge plan dan setelah chief

officer mengsetujui, maka discharge plan akan di berikan ke

officer jaga yang bertugas.

2. Dalam discharge plan terdapat juga list dangerous good, reefer

container, sebelum melakukan pembongkaran officer atau AB jaga

akan mengun-plug reefer dan memastikan semua container sudah

lepas dari lashing.

3. Sebelum memulai pembongkaran under deck AB akan memasang

safety railing supaya stevedores dan foreman yang mengawasi

merasa lebih aman.

4. Officer/AB jaga melaporkan setiap DG yang di bongkar dan

memastikan semua sudah di bongkar dan memasukkan pada

monitor log.

5. Selama pembongkaran chief officer harus mengatur ballast agar

kapal tidak listing kanan/kiri.

c. Pemuatan Kontainer

7
1. Setelah menyetujui loading plan termasuk reefer container,

dangerous good, OOG (out of gauge) maka chief officer akan

memberikan dan mejelaskan kepada officer jaga dan proses

bongkar muat bisa dilakukan.

2. Sebelum memulai pemuatan under deck AB akan memasang

safety railing supaya stevedores dan foreman yang mengawasi

merasa lebih aman.

3. Chief officer dan officer jaga harus memastikan bahwa container

yang di muat sudah sesuai loading plan.

4. Tidak lupa melakukan plugging pada reefer container dan

memastikan suhu sudah sesuai dengan list yang diberikan.

5. Jika menemukan container yang rusak maka chief officer harus

membuat cargo damage dan meminta persetujuan foreman.

6. Tidak lupa juga untuk melakukan draft survey dan pengecekan

secara berkala terhadap keamanan dan kondisi kapal.

d. Pelasingan

8
1. Saat semua muatan sudah selesai di loading maka akan di lakukan

pengamanan muatan (pelasingan).

2. Sebelum melakukan pelasingan biasanya chief officer/officer jaga

akan menjelaskan tentang lashing plan pada foreman dan

stevedores karena kapal tempat cadet melakukan prala semua

pelasingan dilakukan oleh pihak darat.

3. Dari pihak kapal hanya menyipkan lashing bars jika terjadi

kekurangan.

4. Setelah semua pelasingan selesai dikerjakan maka Chief

officer/officer jaga akan melakukan pengecekan terhadap lashing

dan memastikan semua sudah terlashing dengan baik.

5. Chief officer akan menandatangani dan memberikan stempel pada

dokumen dari pihak darat yang menyatakan semua muatan sudah

terpasang lashing dengan baik dan benar.

2. Apakah terdapat perbedaan antara prosedur perusahaan dengan

prakteknya di lapangan ?

1. Perbedaan pada prosedur perusahaan dengan praktek dilapangan

biasanya di temui pada saat melakukan pelasingan/pengamanan

stevedores yang melakukan pengamanan biasanya tidak sesuai

dengan lashing plan yang sudah ditentukan kapal, hal ini di anggap

normal oleh stevedores karena menurut mereka dengan model yang

mereka lakukan muatan akan tetap aman.

9
2. Prosedur pemuatan container yang yang ditetapkan perusahaan

sangat mengutamakan keselamatan akan tetapi terkadang dari pihak

darat melakukan hal yang berbanding terbalik seperti tidak memakai

helm, tidak memakai safety harness saat mengawasi

pemuatan/pembongkaran pada under deck.

10
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Menarik garis besar prosedur penanganan muatan pada kapal tempat

taruna melakukan praktek laut yaitu di kapal MV. Bea Schulte Officer dan

ABK sudah melaksanakan tugas dan tanggung jawab sudah sesuai dengan

company prosedur.

Penanganan ini muatan bisa berjalan baik jika karena dari pihak-pihak

seperti shipper, planner, pihak kapal, foreman dan stevedores dan semua pihak

yang bersangkutan pada proses pemuatan/pembongkaran berkerjasama dengan

baik.

Kendala-kendala masih dapat diselesaikan dengan penyesuaian,

penjelasan dan penerapan dari prosedur perusahaan dan yang tidak kalah

pentingnya adalah dari pihak kapal yang lebih memahami prosedur perusahaan

harus memberikan contoh yang baik kepada pihak darat.

Pemberian teguran kepada pihak yang bersalah itu perlu sehingga

mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja salah satunya adalah

penggunakan safety equipment seperti helmet, safety harnesess, vest yang

dilengkapi dengan retro reflector ketika bekerja di malam hari dan dll.

2. Saran

Penerapan safety behaviour dan company prosedur harus benar-benar

dilaksanakan dengan baik dikarenakan akan berdampak besar kedepannya.

11
Untuk pelanggaran seperti tidak memakai safety equipment bisa dilakukan

peneguran, penjelasan tentang bahayanya dan penerapan bahwa keselamatan

paling utama datang dari diri sendiri.

12
DAFTAR PUSTAKA

Dirk koleangan 2005, “Sistem Peti kemas (Container System)”, Jakarta

2010, “Container ships Procedure”, PT.BSM, Jakarta

13
LAMPIRAN

1. Stowage plan kapal MV.Bea Schulte

14
2. Gantry Crane

3. Lashing brigde

4. Reefer container

15

Anda mungkin juga menyukai