PROSEDUR DARURAT
DAN SAR
Rasional
Alur pembelajaran adalah rangkaian tujuan pembelajaran yang disusun secara logis
menurut urutan pembelajaran sejak awal hingga akhir suatu fase. Tujuan pembelajaran adalah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki peserta didik dalam satu atau lebih
kegiatan pembelajaran, yang menjadi prasyarat untuk dapat mencapai “Capaian
Pembelajaran”. Alur ini disusun secara linear sebagaimana urutan kegiatan pembelajaran yang
dilakukan dari hari ke hari. Alur dan tujuan pembelajaran ini disusun untuk capaian
pembelajaran fase E yang telah ditetapkan dengan memperhatikan perkembangan tingkat
kemampuan berpikir peserta didik. Pada fase ini peserta didik memahami proses bisnis,
perkembangan teknologi dalam proses kerja dan isu-isu global, technoprenuer,job
profile,peluang usaha dan pekerjaan, Prosedur darurat, CCRF, bangunan dan stabilitas kapal,
teknik penangkapan, penanganan, penyimpanan dan pemasaran ikan dan mesin penggerak
kapal penangkap ikan. Agar tujuan pembelajaran mudah dicapai, perlu adanya alur
pembelajaran yang runtut, sistematis dan logis.
ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN
TP 12 TP 11 TP 10 TP 6 TP 5 TP 4
TP 13 TP 14 TP 17 TP 18 TP 15 TP 16
TP 22 TP 21 TP 20 TP 19
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami materi kesehatan dan keselamatan awak
kapal penangkap ikan, respons situasi darurat kapal penangkap ikan, identifikasi jenis-jenis
keadaan darurat, prosedur-prosedur darurat, penanggulangan keadaan darurat, penggunaan
isyarat bahaya, pengorganisasian tindakan dalam keadaan darurat, pemberian bantuan pada
situasi darurat, pelaksanaan SAR untuk menolong orang dan kapal lain sesuai SOP.
PERTEMUAN 1
(6JP)
TUJUAN PEMBELAJARAN KRITERIA KETERCAPAIAN
Memahami materi kesehatan dan Peraturan keselamatan dan kesehatan kerja
keselamatan awak kapal penangkap ikan. Peralatan keselamatan kerja
Tindakan memasuki ruang tertutup
Menerapkan Pencegahan kecelakaan
Pencegahan
Perbaikan pada unsur sistem produksi ini selain dapat mencegah terjadinya kecelakaan/insiden yang
merugikan, juga dapat meningkatkan produktifitas perusahaan .
Pendekatan Sub Sistem Lingkungan fisik.
Usaha keselamatan kerja yang diarahkan pada lingkungan fisik ini bertujuan untuk
menghilangkan, mengendalikan atau mengurangi akibat dari bahaya-bahaya yang terkandung
dalam peralatan, bahan-bahan produksi maupun lingkungan kerja.
Menurut ASSE dalam “Thje Dictionary of term used in the safety professional”, bahaya
adalah suatu keadaan atau perubahan lingkungan yang mengandung potensi untuk
menyebabkan cedera, penyakit, kerusakan harta benda, bahaya ini dapat berbentuk bahaya
mekanik, fisik, kimia, dan listrik. Usaha Pencegahan Kecelakaan melalui :
1. Perancangan mesin atau peralatan dengan memperhatikan segi-segi keselamatannya.
2. Perancangan peralatan atau lingkungan kerja yang sesuai dengan batas kemampuan
pekerja, agar tercipta “The Right Design for Human” sehingga dapat dihindari ketegangan
jiwa, badan maupun penyakit kerja terhadap manusia.
3. Pembelian yang didasarkan mutu dan syarat keselamatan kerja.
4. Pengelolaan (pengangkutan, penyusunan, penyimpanan) bahan-bahan produksi dengan
memperhitungkan standar keselamatan yang berlaku.
5. Pembuangan bahan limbah/ ballast/air got dengan memper-hitungkan kemungkinan
bahaya-nya, baik terhadap masyarakat maupun lingkungan sekitarnya.
Pendekatan Sub Sistem Manusia.
Tinjauan terhadap unsur manusia ini dapat berdiri sendiri, tetapi harus dikaitkan dengan
interaksinya bersama unsur lingkungan fisik dan sistem manajemen.
Dari sudut manusia secara pribadi, kita harus mengusahakan agar dapat dicapainya
penempatan kerja yang benar (the right man in the right job) disertai suasana kerja yang baik.
Oleh karena itu usaha pencegahan kecelakaan ditinjau dari sudut unsur manusia meliputi
antara lain :
1. Dari Segi Kemampuan
Dari segi kemampuan, dapat dilakukan program pemilihan penempatan dan pemindahan
pegawai yang baik, selain itu perlu dilaksanakan pendidikan yang terpadu bagi semua karyawan
sesuai dengan kebutuhan jabatan yang ada.
Karyawan
/ ABK yang secara fisik mampu melaksanakan pekerjaannya dengan baik, perlu dilakukan :
a. Uji kesehatan pra kerja
b. Uji kesehatan tahuanan secara berkala
c. Penempatan kerja yang baik
d. Uji kesehatan untuk pemindahan pegawai pengamatan keterbatasan fisik dari pekerja, dll.
Sedangkan untuk memperoleh karyawan/ABK yang tepat dari segi pengetahuannya , keterampilan
dan sikap kerja sesuai kompetensi perlu dilakukan pembinaan, baik bagi pekerja/ABK baru,
maupun pekerja lainnya.
2. Dari Segi Kemauan
Dari segi kemauan, perlu dilakukan program yang mampu / mau, memberikan motivasi pada
para pekerja agar bersedia bekerja secara aman.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan karyawan dalam bidang keselamatan kerja antara
lain :
a. Contoh yang diberikan oleh pengawas, pimpinan madya maupun pejabat teras perusahaan.
b. Komunikasi, dalam bentuk safety contact, safety indoctrination, propaganda & publikasi
kesela-matan dan lain-lain.
c. Partisipasi karyawan, seperti : safety talks, safety meeting safety observer program dan
lain-lain.
d. Enforcement, melalui penerapan peraturan keselamatan kerja dan saksi-saksinya.
e. Hadiah ( Reward ) dalam bentuk “Safe Behavior Reinforcement “ maupun “Award
Program”
f. Dari segi keadaan mental, seperti: marah, ketegangan kerja (stress), kelemahan mental,
bioritmik, dll. Dapat diatasi melalui perencanaan alat dan kepengawasan yang baik, sehingga
tercipta suasana kerja yang aman dan nyaman.
Pendekatan Sub Sistem Manajemen.
Manajemen merupakan unsur penting dalam usaha penanggulangan kecelakaan, karena
manajemenlah yang menentukan pengaturan unsur produksi lainnya. Dalam kaitannya dengan
manajemen ini, perlu digaris bawahi bahwa keselamatan kerja yang baik harus terpadu dalam
kegiatan perusahaan. Ini dapat terwujud jika keselamatan kerja dipadukan dalam prosedur
yang ada dalam perusahaan
Selain usaha untuk memadukan keselamatan kerja kedalam sistem prosedur kerja perusahaan,
masih diperlukan usaha-usaha lain untuk memadukan keselamatan kerja dalam kegiatan operasi
perusahaan. Umumnya usaha-usaha ini dirumuskan dalam suatu program keselamatan kerja
yang komponen-komponennya antara lain :
1. Kebijakan keselamatan kerja (Safety Policy) dan partisipasi manajemen (Manajemen
Participation).
2. Pembagian tanggung jawab dan pertanggungjawaban (Accountability) dalam bidang
keselamatan kerja.
3. Panitia keselamatan kerja (Safety Commitee).
4. Peraturan standar dan prosedur keselamatan kerja.
5. Sistem untuk menentukan bahaya, baik yang potensial melalui inspeksi, analisa kegagalan
(Fault Tree Analysis). Analisa keselmatan (Job Safety Observation).
Incident Recall Techniques maupun yang telah terjadi melalui penyelidikan kecelakaan
(Accident Investigation):
1. Pencegahan secara teknik melalui: pengawasan teknik, perlindungan mesin, alat-alat
keselamatan, perlindungan perorangan (Personal Protective Equipment), program medis,
pengendalian lingkungan dan tata rumah tangga.
2. Prosedur pemilihan, penempatan dan pemindahan pegawai serta program pembinaan.
3. Program motivasi yang meliputi : indoktrinasi keselamatan kerja, pertemuan keselamatan
kerja dan lain-lain.
4. Enforcement dan Supervission.
5. Emergency Action Plan (Rencana Tindakan Darurat).
6. Program Pengendalian Kebakaran.
7. Pengendalian Tuntutan dan Biaya Ganti Rugi.
8. Penilaian efektifitas program keselamatan kerja, melalui Catatan dan Analisa Kecelakaan,
Pelaporan Kecelakaan Audit Keselamatan, perhitungan biaya dan operasi produksi.
PERSIAPAN PEMBELAJARAN
Kesehatan Dan Keselamatan Awak Kapal Penangkap Ikan
DAFTAR PUSTAKA
Aliredjo Subroto.2010. Teknika Kapal Penangkap Ikan untuk Sekolah Menegah Kejuruan .
Direktorat Pembinaan SMK, Jakarta.
a. Remedial
Remedial dilakukan apanila tujuan pembelajaran belum tercapai. Belum tercapainya tujuan
pembelajaran dapat diketahui apabila skor perolehan dari instrument penilaian/assesmen
masih dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
b. Pengayaan
Merujuk pada sumber belajar lainnya dalam menambah wawasan peserta didik disajikan pada
video https://www.youtube.com/watch?v=AEqEBUOUv8U
Dan penanganan kebakaran https://www.youtube.com/watch?v=MZqdI3HQge0
Lampiran
I. KOMPETENSI DASAR
Menerapkan kesehatan dan keselamatan awak kapal penangkap ikan
Setelah menyimak materi kesehatan dan keselamatan awak kapal penangkap ikan , peserta
didik dapat mengidentifikasi tindakan saat di atas kapal
III. RINGKASAN MATERI
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu kegiatan untuk menciptakan lingkungan kerja
yang aman, nyaman dan cara peningkatan serta pemeliharaan kesehatan tenaga kerja baik
jasmani, rohani dan sosial. Keselamatan dan kesehatan kerja secara khusus bertujuan untuk
mencegah atau mengurangi kecelakaan dan akibatnya, dan untuk mengamankan kapal,
peralatan kerja, dan produk hasil tangkapan.
PERATURAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Peraturan yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja di kapal an sebagai berikut:
1. UU No. 1 Th. 1970 mengenai keselamatan kerja.
2. Peraturan Menteri No. 4 Tahun 1980 mengenai syarat-syarat pemasangan dan
pemeliharaan alat pemadam api ringan.
3. SOLAS 1974 beserta amandemen -amandemennya mengenai persyaratan keselamatan
kapal.
4. STCW 1978 Amandemen 1995 mengenai standar pelatihan bagi para pelaut.
5. ISM Code mengenai code manajemen internasional untuk keselamatan
pengoperasian kapal dan pencegahan pencemaran.
6. Occupational Health Th. 1950 mengenai usaha kesehatan kerja.
International Code of Practice mengenai petunjuk - petunjuk tentang prosedur / keselamatan
kerja pada suatu peralatan, pengoperasian kapal dan terminal.
Penyebab Terjadinya Kecelakaan
4. Tidak tahu, dimana yang bersangkutan tidak mengetahui bagaimana melakukan pekerjaan
dengan aman , dan tidak tahu bahaya-bahaya yang ditimbul-kannya sehingga terjadi
kecelakaan.
5. Tidak mau yang bersangkutan, walupun telah mengetahui dengan jelas cara kerja
/ peraturan dan bahaya-bahaya yang ditimbulkan-nya serta mampu atau dapat melakukannya,
tetapi kemauannya tidak ada yang berakibat terjadinya kesalahan sehingga terjadi kecelakaan.
3. Tidak mampu / tidak bisa, yang bersangkutan telah mengetahui cara yang aman dan bahaya
-bahaya yang mungkin ditimbul-kannya, namun belum mampu atau kurang terampil sehingga
melakukan suatu kesalahan yang fatal.
IV. MARI BERDISKUSI
A.
1.Siapa saja yang akan di rugikan jika terjadi kecelakaan kerja di atas kapal dan sebutkan
kerugian yang di alami?
Jawab:
............................................................................................................................
2. Analisislah mengapa kesehatan dan keselamatan awak kapal penangkap ikan harus
dilaksanakan?
Jawab:
............................................................................................................................
3. Apa saja tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan ?
Jawab:
…………………………………………………………………………………............
4. Berdasarkan kegiatan ini, bagaimana fungsi dari masing-masing alat keselamatan?
Jawab:
………………………………………………………………………………..
I. KOMPETENSI DASAR
Menerapkan fasilitas keselamatan diatas kapal sesuai tindakan isyarat bahaya
Sarana dan perlengkapan keselamatan yang harus dimiliki sebuah kapal sesuai
Amandemen 1983 adalah:
1) Alat-alat penolong perorangan
2) Pesawat luput maut
3) Sekoci penyelamat
4) Alat-alat peluncuran dan embarkasi
5) Isyarat-isyarat visual
Alat-alat penolong lain Pemakaian dan penempatan sarana dan perlengkapan keselamatan
diatur sedemikian rupa agar mudah terlihat, dijangkau dan dikenakan oleh setiap orang
dilengkapi dengan petunjuk penyimpanan dan pemakaian.
1. Sebutkan sarana dan prasarana yang harus dimiliki pada sebuah kapal?
Jawab:
............................................................................................................................
2.Bagaimana perancagan layak untuk rompi penolong ?
Jawab:
............................................................................................................................
3. Bagaimana pengaturan penyimpanan lifebuoy alat keselamatan agar dapat terlepas
sendiri ?
Jawab:
…………………………………………………………………………………............
4. Berdasarkan kegiatan ini, bagaimana cara mengatur kapasistas sekoci penolong ? Jawab:
………………………………………………………………………………..
Kriteria penilaian:
Sangat Baik (SB) : apabila memperoleh skor rata-rata: 3 < skor rata-rata ≤ 4
Baik (B) : apabila memperoleh skor rata-rata: 2 < skor rata-rata ≤ 3
Cukup (C) : apabila memperoleh skor rata-rata: 1 < skor rata-rata ≤ 2
Kurang (K) : apabila memperoleh skor rata-rata: skor rata-rata ≤ 1
PERTEMUAN 2
(6JP)
TUJUAN PEMBELAJARAN KRITERIA KETERCAPAIAN
Memahami Respons Situasi Darurat Kapal Menerapkan prosedur penyelamatan diri
Penangkap Ikan dan Identifikasi Jenis-Jenis di kapal
Keadaan Darurat. Memahami peralatan keselamatan kapal
Memahami Komunikasi dalam situasi
keadaan darurat
Memahami jenis-jenis keadaan darurat
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pengaturan Peserta Didik
Berkelompok (5-6 orang)
Metode
Ceramah
Diskusi
Penugasan
MATERI, ALAT DAN BAHAN
Materi Ajar
Ruang Lingkup Materi:
1. Menerapkan prosedur penyelamatan diri di kapal
2. Memahami peralatan keselamatan kapal
3. Memahami Komunikasi dalam situasi keadaan darurat
4. Memahami jenis-jenis keadaan darurat
MENERAPKAN PROSEDUR PENYELAMATAN DIRI DI KAPAL
A. Definisi
Penyelamatan jiwa manusia di laut merupakan suatu pengetahuan praktis pelaut yang
menyangkut bagaimana cara menyelamatkan diri maupun orang lain dalam keadaan darurat di
laut, akibat kecelakaan seperti terbakar, tubrukan, kandas, bocor dan tenggelam. Bahaya
tersebut dapat setiap saat menimpa para pelaut yang sedang berlayar atau orang-orang yang
sedang di atas kapal. Didalam proses penyelamatan ini baik para penolong maupun yang
ditolong harus memahami tentang :
1. Cara menggunakan alat-alat penolong yang ada di kapal dan teknik pelaksanaannya.
2. Tindakan-tindakan yang harus dilakukan sebelum dan setelah terjun dari kapal ke laut.
3. Tindakan-tindakan selama terapung dan bertahan di laut.
4. Tindakan-tindakan pada waktu naik sekoci/rakit penolong.
5. Semua tindakan ini dimaksudkan agar setiap orang dalam keadaan bahaya atau darurat
dapat :
6. Menolong dirinya sendiri maupun orang lain secara cepat dan tepat, baik pada waktu terjun
ke laut maupun waktu bertahan/terapung di laut.
7. Menolong orang lain pada waktu naik ke sekoci atau rakit penolong sebelum pertolongan
datang.
Penyelamatan jiwa manusia menyangkut berbagai aspek, antara lain yang utama adalah
kewajiban dan tanggungjawab memberi pertolongan kepada orang-orang yang berada dalam
keadaan bahaya.
Prosedur Penyelamatan Diri
Dalam mempertahankan hidup selama berada di laut pada saat terjadi kecelakaan, beberapa
tindakan yang sangat penting untuk diketahui serta dipahami adalah sebagai berikut:
1. Sebagai modal utama adalah suatu kemauan dan kekuatan untuk hidup.
2. Menghemat energi atau tenaga sewaktu mengapung di air.
3. Menggunakan semua peralatan penolong/penyelamat yang ada di kapal dan yang mungkin
ditemukan selama berada/mengapung di laut.
4. Menggunakan peralatan penolong/penyelamat sesuai petunjuk.
5. Melakukan penghematan dalam penggunaan air minum yang ada dan tidak minum air laut.
6. Tidak makan yang berprotein karena akan menambah kebutuhan akan air.
Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam proses penyelamatan jiwa manusia di laut, selain
perlunya suatu peraturan terhadap peralatan penyelamat atau penolong juga dibutuhkan
kesiapan personil awak kapal dalam keadaan darurat. Untuk itu diperlukan pelatihan seperti
yang tertera pada peraturan internasional STCW 78 Amandemen 95 Peraturan VI-1. dalam
STCW 78/95, selain diperlukan latihan darat perlu latihan secara periodik dan sungguh-
sungguh tentang teknik penyelamatan manusia di laut.
Dalam keadaan darurat setelah mendengar isyarat meninggalkan kapal (abandon ship) yang
terdiri 7 atau lebih peluit pendek yang diikuti 1 peluit panjang menggunakan suling kapal dan
berbagai tambahannya, maka semua orang di atas kapal harus menggunakan pakaian hangat
atau baju cebur dan baju renang. Kemudian menuju ke stasiun sekoci penolong masing-
masing.
Anak buah kapal melaksanakan tugasnya masing-masing sesuai dengan sijil keadaan darurat,
awak kapal menyiapkan sekoci penolong dan perlengkapan radio sesuai dengan prosedur
yang berlaku. Salah satu kegiatan utama adalah menghidupkan mesin sekoci dan memasang
perlengkapan radio darurat .
Bahaya-Bahaya Penyelamatan Diri di Laut
Ada beberapa bahaya yang berpengaruh pada manusia apabila mengatasi situasi dan kondisi
darurat antara lain :
Kepanasan
1. Pada dasarnya panas badan manusia adalah 97,86 0 F
2. Perubahan tempratur + 20 F yang disebabkan oleh sengatan matahari dapat mempengaruhi
daya pikir manusia
3. Penambahan tempratur 60 - 80 F dari suhu normal dalam waktu yang cukup lama dapat
mengakibatkan hal-hal fatal bagi tubuh manusia
4. Lemah adalah gejala yang jelas dari kepanasan. Biasanya tubuh manusia dapat
menyesuaikan diri dari cuaca panas antara 2 - 7 hari.
5. Cara menetralkan tubuh dari sengatan matahari adalah usahakan berteduh dengan membuat
perlindungan sehingga dapat mengurangi pengaruh panas sinar matahari.
Kedinginan
Pada umumnya kedinginan menyebabkan kehilangan kepekaan syaraf, rasa ngantuk dan
kehilangan gairah kerja. Cara mengurangi rasa dingin dengan mengeringkan pakaian yang
basah kemudian baru kenakan kembali.
Mabuk Laut
Mabuk laut adalah kondisi seseorang merasa pening, dikarenakan ketidaknyamanan atau
terbiasa berada di laut.
Pencegahan mabuk laut :
1. Pil anti mabuk
2. Jangan takut akan tidur karena pil
3. Harus diberi sugesti.
Kehilangan Cairan Tubuh
Dehidrasi merupakan problema utama dalam mempertahankan tetap hidup. Pengaruh
dehidrasi pada tubuh adalah rasa ngantuk, kehilangan gairah kerja dan kontrol diri. Dehidrasi
dapat juga disebabkan oleh mabuk laut, terlebih lagi bila mabuk disertai muntah.
Minum Air Laut
Jangan minum air laut karena dapat menyebabkan :
1. Tingkat I, badan lemah
2. Tingkat II, kesadaran berkurang
3. Tingkat III, gila/ mati
Ikan Hiu
Ikan hiu serta ikan buas lainnya biasanya terdapat di laut tropis. Pada umumnya ikan hiu tidak
akan mengganggu apabila tidak diganggu, tetapi ada kalanya mereka menyerang manusia
tanpa sebab yang pasti. Petunjuk-petunjuk untuk menghindari ikan hiu dan ikan buas lainnya:
1. Berpakaian, selalu waspada dan perhatikan sekeliling rakit.
2. Jangan memasukkan anggota badan ke dalam air bila terdapat ikan buas.
3. Jangan memancing jika terdapat ikan buas di sekitar rakit.
4. Jangan bersuara.
Meninggalkan Kapal
Perintah “Meninggalkan kapal atau Abandon Ship” adalah suatu perintah Nakhoda yang
diambil bilamana keadaan darurat yang terjadi diatas kapal seperti: terbakar, bocor yang
diakibatkan oleh tubrukan, lain-lain tidak dapat diatasi dan akhirnya mengancam keselamatan
pelayar di atas kapal. Perintah meninggalkan kapal merupakan keputusan terakhir yang
diambil oleh seorang Nakhoda. Apabila ada perintah / order meninggalkan kapal maka
seluruh awak kapal harus menuju ke stasiun pesawat luput maut untuk melaksanakan tugas
sesuai sijil meninggalkan kapal.
Bagi para penumpang ikutilah petunjuk petugas :
1. Berbarislah dengan tertib untuk naik ke sekoci penolong maupun rakit penolong kembung.
2. Dahulukan anak-anak, perempuan dan orang tua.
Prosedur meninggalkan kapal bagi ABK adalah sebagai berikut:
1. Seluruh ABK menggunakan jaket penolong (life jacket), selanjutnya berkumpul di tempat
yang ditentukan oleh perwira kapal.
2. ABK yang akan terjun ke laut berdiri tegak di sisi kapal. Yakinkan tinggi tempat terjun
tidak lebih dari 4,5 meter dari atas kapal dan perhatikan bahwa tidak ada benda atau pusaran
air di tempat terjun.
3. Sebelum terjun, tutup hidung dan mulut dengan tangan kiri untuk mencegah masuknya air
laut.
4. Pegang life jacket dengan tangan kanan keras-keras untuk menahannya agar tidak terlepas.
5. Ketika terjun ke laut arahkan pandangan mata lurus ke depan.
Di dalam life raft atau rakit penolong harus diupayakan tersedia alat komunikasi darurat untuk
minta bantuan ke kapal lain atau ke tim rescue. Alat-alat komunikasi darurat yang digunakan
antara lain adalah sebagai berikut:
1. Radio darurat (emergency radio)
Radio darurat adalah suatu pesawat yang berfungsi untuk komunikasi antara kapal dalam
keadaan darurat. Untuk meminta bantuan search and rescue dapat melalui frekuensi 2182 kHz
atau radio VHF pada channel 16.
2. Radio Petunjuk Posisi Darurat atau Estimating Position Indicator Radio Beacon (EPIRB)
Radio petunjuk posisi darurat (EPIRB) merupakan pesawat yang berfungsi untuk
memancarkan signal marabahaya secara teruas menerus dalam jangka waktu 10 menit.
Diharapkan kapal lain dapat menerima signal darurat yang dipancarkan sehingga akan
membantu atau menginformasi-kan ke tim SAR.
Bagian Dek
Oiler 1 Belakang
Oiler B Membantu masinis 1
Koki Membuka tutup sekoci
Pelayan B Membawa selimut dan makanan tambahan
Membawa selimut dan makanan tambahan
C. KOMUNIKASI
Komunikasi adalah hal yang sangat penting di atas kapal apalagi dalam keadaan darurat dan
untuk permintaan bantuan (SAR), oleh karena itu sesuai dengan persyaratan Konvensi
STCW 1995 maka para pelaut harus memiliki kemampuan memahami dengan baik mengenai
instruksi-instruksi, aba-aba, maupun istilah baku umum lainnya yang dilaksanakan di kapal
terutama dalam keadaan darurat.
Komunikasi yang efektif dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang berhubungan
dengan penempatan masing-masing di atas kapal akan sangat penting untuk menjamin aspek
keselamatan seperti pemadaman kebakaran dan penyelamatan diri pada saat evakuasi, sehingga hal
demikian dapat dilaksanakan dengan cepat dan tepat. Sistem komunikasi umumnya terdiri dari
pengirim berita, penerima, mode, media dan konteks. Isi komunikasi mencakup perintah
keselamatan, bahaya navigasi dan permintaan bantuan.
Hambatan-hambatan dalam komunikasi :
1. Media komunikasi yang kurang sempurna.
2. Feedback yang kurang jelas
3. Gangguan pada pengiriman dan penerimaan Komunikasi yang efektif :
1. Jelas
2. Lengkap
3. Padat
4. Kongkrit
5. Benar
Peralatan komunikasi di kapal ;
1. GMDSS
2. SSB Radio telephone
3. Marine VHF Transceiver
4. MF/HF Transceiver
5. Radio telegrap
6. Fax data, cuaca, dll
D. Jenis-Jenis Keadaan Darurat
Kecelakaan dapat terjadi pada kapal dalam pelayaran, sedang berlabuh atau sedang
melakukan kegiatan bongkar muat di pelabuhan/terminal meskipun sudah dilakukan usaha
supaya yang kuat untuk menghindarinya. Untuk melindungi pelaut dan mencegah resiko
dalam suatu aktifitas di kapal, manajemen harus memperhatikan ketentuan yang diatur dalam
Health and Safety work Act, 1974 terutama menyangkut kesehatan dan keselamatan kerja,
baik dalam keadaan normal maupun darurat. Karena suatu keadaan darurat biasanya terjadi
sebagai akibat tidak bekerja normalnya suatu sistem secara prosedural ataupun karena
gangguan alam.
Kapal sebagai bangunan terapung yang bergerak dengan daya dorong pada kecepatan yang
bervariasi melintasi berbagai daerah pelayaran dalam kurun waktu tertentu akan mengalami
berbagai problematika yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti cuaca, keadaan alur
pelayaran, manusia, kapal itu sendiri dan lain-lain yang belum dapat diduga oleh kemampuan
manusia, yang pada akhirnya menimbulkan gangguan pelayaran dari kapal.
Prosedur adalah suatu tata cara atau pedoman kerja yang harus diikuti dalam melaksanakan
suatu kegiatan agar mendapat hasil yang baik. Keadaan darurat adalah Keadaan yang lain dari
keadaan normal yang mempunyai kecenderungan atau potensi tingkat yang membahayakan
baik bagi keselamatan manusia, harta benda maupun lingkungan. Dari pengertian tersebut
diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa Prosedur keadaan darurat adalah tata cara/pedoman
kerja dalam menanggulangi suatu keadaan darurat, dengan maksud untuk mencegah atau
mengurangi kerugian lebih lanjut atau semakin besar. Di bawah ini akan di uraikan Jenis jenis
Prosedur Keadaan Darurat antara lain :
E. Prosedur intern (lokal) Prosedur Ini merupakan pedoman pelaksanaan untuk masing-
masing bagian/ departemen, dengan pengertian keadaan darurat yang terjadi masih dapat di
atasi oleh bagian-bagian yang bersangkutan, di kapal secara terkoordinasi dan terintegrasi dari
semua unit satuan tugas di kapal dan di darat (Manajemen Respon Team/MRT) sesuai dengan
standar operasional prosedur (SOP), antara lain :
Tugas dan tanggung jawab awak kapal sesuai peraturan dinas awak kapal (PDAK) dan
penanggulangan keadaan darurat sesuai Muster List.
Tindakan penanggulangan keadaan darurat (Contingen Plant).
Ketentuan meninggalkan kapal (Abandon Ship)
Cara bertahan hidup di laut (Sea Survival).
Prosedur umum (utama)
Prosedur umum merupakan pedoman perusahaan secara keseluruhan dan telah menyangkut
keadaan darurat yang cukup besar atau paling tidak dapat membahayakan kapal-kapal lain
atau dermaga/terminal. Dari segi penanggulangannya diperlukan pengerahan tenaga yang
banyak atau melibatkan kapal-kapal / pengusaha pelabuhan setempat (MRT).
Kesiapan menghadapi keadaan darurat adalah kemampuan atau kecakapan awak kapal dan
orang-orang pekerja lainnya untuk bekerja di kapal secara profesional (terlatih) sehingga
mampu menanggulangi keadaan darurat di kapal dan apabila harus meninggalkan kapal dapat
bertahan hidup di laut (sea Survival) sampai bantuan tiba atau dapat menyelamatkan diri.
Gangguan pelayaran pada dasarnya dapat berupa gangguan yang dapat langsung diatasi,
bahkan perlu mendapat bantuan langsung dari pihak tertentu, atau gangguan yang
mengakibatkan Nakhoda dan seluruh anak buah kapal harus terlibat baik untuk mengatasi
gangguan tersebut atau untuk hares meninggalkan kapal. Keadaan gangguan pelayaran
tersebut sesuai situasi dapat dikelompokkan menjadi keadaan darurat yang didasarkan pada
jenis kejadian itu sendiri, sehingga keadaan darurat ini dapat disusun sebagai berikut :
a. Tubrukan
b. Kebakaran/ledakan
c. Kandas
d. Kebocoran/tenggelam.
e. Orang jatuh ke laut
f. Pencemaran
Dan bahaya-bahaya lain yang mengancam keselamatan kapal sehingga dapat digolongkan
keadaan darurat antara lain :
a. Kerusakan mesin induk atau mesin bantu
b. Kehilangan kemudi, baling-baling dan jangkar
c. Cuaca buruk (kabut, ombak, badai, taipon badai pasir dan salju)
d. Berlayar masuk pada daerah berbahaya alur pelayaran sempit dan dangkal
e. Berlayar masuk daerah musuh/ranjau
f. Terjadi perompakan, teroris dan perusakan
Keadaan darurat di kapal dapat merugikan Nakhoda dan anak buah kapal serta pemilik kapal
maupun Iingkungan taut bahkan juga dapat menyebabkan terganggunya 'ekosistem' dasar taut,
sehingga perlu untuk memahami kondisi keadaan darurat itu sebaik mungkin guna memiliki
kemampuan dasar untuk dapat mengindentifikasi tanda-tanda keadaan darurat agar situasi
tersebut dapat diatasi oleh Nakhoda dan anak buah kapal maupun kerjasama dengan pihak
yang terkait.
Dibawah ini akan diuraikan jenis-jenis keadaan darurat :
1) Tubrukan
Keadaan darurat karena tubrukan kapal dengan kapal atau kapal dengan dermaga maupun
dengan benda tertentu akan mungkin terdapat situasi kerusakan pada kapal, korban manusia,
tumpahan minyak ke laut (kapal tangki), pencemaran dan kebakaran. Situasi Iainnya adalah
kepanikan atau ketakutan petugas di kapal yang justru memperlambat tindakan, pengamanan,
penyelamatan dan penanggulangan keadaan darurat tersebut.
6) Pencemaran
Pencemaran laut dapat terjadi karena buangan sampah dan tumpahan minyak saat bunkering,
buangan limbah muatan kapal tangki, buangan limbah kamar mesin yang melebihi ambang 15
ppm dan karena muatan kapal tangki yang tertumpah akibat tubrukan atau kebocoran.
Upaya untuk mengatasi pencemaran yang terjadi merupakan hal yang sulit karena untuk
mengatasi pencemaran yang terjadi memerlukan peralatan, tenaga manusia yang terlatih dan
kemungkinan-kemungkinan resiko yang harus ditanggung oleh pihak yang melanggar
ketentuan tentang pencegahan pencemaran
PERSIAPAN PEMBELAJARAN
Prosedur Darurat dan SAR
DAFTAR PUSTAKA
Aliredjo Subroto.2010. Teknika Kapal Penangkap Ikan untuk Sekolah Menegah Kejuruan .
Direktorat Pembinaan SMK, Jakarta.
b. Pengayaan
Merujuk pada sumber belajar lainnya dalam menambah wawasan peserta didik disajikan pada
Lampiran
Respons Situasi Darurat Kapal Penangkap Ikan dan Identifikasi Jenis-Jenis Keadaan
Darurat
Kelompok : 1
Anggota : …
Kelas : ...
I. KOMPETENSI DASAR
Menerapkan Respons Situasi Darurat Kapal Penangkap Ikan dan Identifikasi Jenis-Jenis
Keadaan Darurat
Penyelamatan jiwa manusia di laut merupakan suatu pengetahuan praktis pelaut yang
menyangkut bagaimana cara menyelamatkan diri maupun orang lain dalam keadaan darurat di
laut, akibat kecelakaan seperti terbakar, tubrukan, kandas, bocor dan tenggelam. Bahaya
tersebut dapat setiap saat menimpa para pelaut yang sedang berlayar atau orang-orang yang
sedang di atas kapal. Didalam proses penyelamatan ini baik para penolong maupun yang
ditolong harus memahami tentang :
1. Cara menggunakan alat-alat penolong yang ada di kapal dan teknik pelaksanaannya.
2. Tindakan-tindakan yang harus dilakukan sebelum dan setelah terjun dari kapal ke laut.
3. Tindakan-tindakan selama terapung dan bertahan di laut.
4. Tindakan-tindakan pada waktu naik sekoci/rakit penolong.
5. Semua tindakan ini dimaksudkan agar setiap orang dalam keadaan bahaya atau darurat
dapat :
6. Menolong dirinya sendiri maupun orang lain secara cepat dan tepat, baik pada waktu terjun
ke laut maupun waktu bertahan/terapung di laut.
7. Menolong orang lain pada waktu naik ke sekoci atau rakit penolong sebelum pertolongan
datang.
Peralatan keselamatan di kapal
Pelampung Penolong (life buoy),Rompi Penolong (life jacket),Pakaian Cebur (immersion
suit),Sarana Pelindung Panas (thermal protective aid) dan Pesawat Luput Maut (life raft).
A.
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pengaturan Peserta Didik
Berkelompok (5-6 orang)
Metode
Ceramah
Diskusi
Penugasan
MATERI, ALAT DAN BAHAN
Materi Ajar
Ruang Lingkup Materi:
1. Memahami Denah darurat yang ada di kapal
2. Memahami pola penanggulangan keadaan darurat di atas kapal
Peralatan pemadam kebakaran harus selalu siap untuk dipergunakan setiap saat, dengan
demikian perlu adanya pemeriksaan setiap saat yang dilaksanakan oleh perwira yang
bertanggung jawab terhadap pemeliharaan/perbaikan atau pengisian tabung, dll.
a. Alat Penolong
Alat-alat penolong yang wajib disediakan di atas kapal, sesuai SOLAS’ 74 adalah :
1) Alat Penyelamatan Diri, yaitu Pelampung Penyelamat, Baju Renang, Pakaian Cebur,
Sarana Pelindung Panas, Isyarat Visual, Cerawat tangan ( Red Hand Flare ), Cerawat Perasut
( Parachute Signal ) Isyarat asap apung ( Bouyant Smoke Signal )
2) Survival Craft :
Sekoci Penolong
Rakit Penolong
- Rakit Penolong Kembung
- Rakit Penolong Tegar
3) Sekoci Penyelamat ( Resque boat)
4) Alat – Alat Peluncur dan emberkasi
5) Roket Pelempar tali ( Line Throwing Apliances )
1) Pelampung penolong dan jaket / rompi penolong (life jacket), gunanya untuk
mengapungkan orang yang menggunakanya di atas air
2) Survival suit and Immersion Suit, gunanya sebagai pelindung/pencegah suhu tubuh yang
hilang akibat dinginya air laut.
3) Media Pelindung Panas (Thermal Protective Aid), gunanya sebagai pelindung tubuh,
mengurangi hilangnya panas tubuh.
4) Isyarat Visual (Pyrotechis), gunanya sebagai isyarat tanda bahaya bilamana penyelamat
melihat ada kapal penolong, isyarat ini hanya dapat dilihat oleh mata. Pada siang hari
digunakan isyarat asap apung (buoyant smoke signal) pada malam hari dapat digunakan obor
tangan (Red hand flare) atau obor parasut (parachute signal).
5) Pesawat luput maut (survival craft), gunanya untuk menolong / mempertahankan jiwa
orang-orang yang berada dalam bahaya dari sejak orang tersebut meninggalkan kapal.
6) Sekoci Penyelamat (life boat), selain digunakan untuk menyelamatkan orang-orang dalam
keadaan bahaya juga digunakan untuk memimpin pesawat luput maut.
Roket pelempar tali (line throwing appliances), gunanya sebagai alat penghubung pertama
antara kapal yang ditolong dengan yang menolong yang selanjutnya dipakai untuk keperluan
lainnya
B. Pola Penanggulangan Keadaan Darurat
Penanggulangan keadaan darurat didasarkan pada suatu pola terpadu yang mampu
mengintegrasikan aktivitas atau upaya. Penanggulangan keadaan darurat tersebut secara cepat,
tepat dan terkendali atas dukungan dari instansi terkait dan sumber daya manusia serta
fasilitas yang tersedia.
Dengan memahami pola penanggulangan keadaan darurat ini dapat diperoleh manfaat :
Mencegah (menghilangkan) kemungkinan kerusakan akibat meluasnya kejadian darurat
itu.
Memperkecil kerusakan-kerusakan mated dan lingkungan.
Dapat menguasai keadaan (Under control).
Untuk menanggulangi keadaan darurat diperlukan beberapa Iangkah mengantisipasi yang
terdiri dari :
a. Pendataan
Dalam menghadapi setia keadaan darurat dikenal selalu diputuskan tindakan yang akan
dilakukan untuk mengatasi peristiwa tersebut maka perlu dilakukan pendataan sejauh mana
keadaan darurat tersebut dapat membahayakan manusia (pelayar), kapal dan lingkungannya
serta bagaimana cara mengatasinya disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang tersedia.
Langkah-Langkah pendataan
Tingkat kerusakan kapal
Gangguan keselamatan kapal (Stabilitas)
Keselamatan manusia
Kondisi muatan
Pengaruh kerusakan pada lingkungan
Kemungkinan membahayakan terhadap dermaga atau kapal lain.
b. Peralatan
Sarana dan prasarana yang akan digunakan disesuaikan dengan keadaan darurat yang dialami
dengan memperhatikan kemampuan kapal dan manusia untuk melepaskan diri dari keadaan
darurat tersebut hingga kondisi normal kembali.
Petugas atau anak buah kapal yang terlibat dalam operasi mengatasi keadaan darurat ini
seharusnya mampu untuk bekerjasama dengan pihak lain bila mana diperlukan (dermaga,
kapal lain/team SAR). Secara keseluruhan peralatan yang dipergunakan dalam keadaan
darurat adalah:
Breathing Apparatus
Alarm
Fireman Out Fit
Tandu
Alat Komunikasi
dan lain-lain disesuaikan dengan keadaan daruratnya.
PERSIAPAN PEMBELAJARAN
Prosedur-Prosedur Darurat dan Penanggulangan Keadaan Darurat
DAFTAR PUSTAKA
Aliredjo Subroto.2010. Teknika Kapal Penangkap Ikan untuk Sekolah Menegah Kejuruan .
Direktorat Pembinaan SMK, Jakarta.
REMEDIAL
a. Remedial
Remedial dilakukan apanila tujuan pembelajaran belum tercapai. Belum tercapainya tujuan
pembelajaran dapat diketahui apabila skor perolehan dari instrument penilaian/assesmen
masih dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
LEMBAR KERJA SISWA
Tugas
a. Carilah petunjuk prosedur-prosedur darurat yang ada di kapal di daerahmu dan diskusikan
b. Catat dan identifikasi, Bagaimana Upaya penanggulangan terjadinya keadaan darurat
c. Presentasikan di depan Kelas untuk berbagi informasi dengan teman belajar
Tes Formatif
1. Di dalam proses pemyelamatan diri, baik para penolong maupun yang ditolong haruslah
tahu dan paham benar tentang
a. Cara berenang di laut
b. Cara terjun ke laut
c. Tindakan yang harus dilakukan sebelum dan sesudah terjun dari kapal ke laut
d. Tindakan menolong orang di laut
e. Cara melempar tali
2. Pilih salah satu upaya terpenting untuk mencegah terjadinya keadaan darurat berikut ini
a. Berita cuaca harus dipantau setiap saat
b. ABK harus memiliki kemampuan fisik dan mental, terdidik, terampil dan disiplin
c. Badan kapal dan mesin harus kuat dan memenuhi syarat
d. Peralatan dan perlengkapan harus baik
e. Memantau kondisi kapal
3. Agar peralatan pemadam kebakaran harus selalu siap untuk dipergunakan setiap saat,
maka perlu adanya
a. Pembelian peralatan yang baru
b. Pemeriksaan secara berkala
c. Latihan penggunaan peralatan
d. Pemeriksaan dan perawatan berkala
e. Perawatan jika sudah mau di gunakan saja
4. Alat penyelamatan diri yang wajib disediakan di atas kapal, sesuai SOLAS ’74 antara
lain
a. Pelampung penyelamat, baju renang dan isyarat visual
b. Sekoci penolong, rakit penolong dan alat peluncur
c. Rakit pelempar tali, tangga embarkasi dan isyarat asap
d. Peluit, dayung dan senter
e. Pelampung dan jaket
5. Sekoci penyelamat selain digunakan untuk menyelamatkan orang-orang dalam keadaan
bahaya juga digunakan untuk
a. Memancing ikan untuk keperluan makan orang-orang di atas sekoci
b. Menggandeng pesawat luput maut
c. Memimpin pesawat luput maut
d. Mangangkut pakaian cebur
e. Mencari ikan
7. Sijil darurat bagi kapal penumpang harus dibuat dan disetujui oleh
a. Pemerintah
b. Pengusaha perkapalan
c. Asosiasi pelaut
d. Syahbandar
e. Presiden
8. Bila ada orang jatuh dan kapal ke laut maka setiap orang yang melihat pertama kali harus
a. Memperhatikan orang yang jatuh ke laut, kemudian memberitahu ABK
b. Berteriak ada orang jatuh ke laut ke arah anjungan
c. Melempar pelampung penolong, kemudian berteriak ada orang jatuh ke laut
d. Melompat ke laut dan menolongnya
e. Melepat life jaket
9. Isyarat visual untuk sebuah pertolongan di kapal yang mengalami keadaan darurat
dilakukan
a. Siang hari saja
b. Malam hari saja
c. Siang dan malam
d. Saat cuaca buruk
e. Tidak semuanya
10. Pelampung penolong dan jaket penolong gunanya adalah
a. Alat bantu berenang bagi orang yang mengalami keadaan darurat di kapal
b. Sebagai tanda bahwa orang memakai berada dalam keadaan darurat
c. Agar kelihatan menyolok sehingga menarik perhatian bagi kapal penolong
d. Mengapungkan orang yang menggunakannya di atas air
e. Di gunakan sebelum tidur
5. Aspek Menyimpulkan
Skor 4 : jika kesimpulan yang dibuat seluruhnya benar
Skor 3 : jika kesimpulan yang dibuat seluruhnya benar
Skor 2 : kesimpulan yang dibuat sebagian kecil benar
Skor 1 : Jika kesimpulan yang dibuat seluruhnya salah
6. Aspek Menyajikan
Skor 4 : jika laporan disajikan secara baik dan dapat menjawabsemua
petanyaan dengan benar
Skor 3 : Jika laporan disajikan secara baik dan hanya dapat menjawab
sebagian pertanyaan
Skor 2 : Jika laporan disajikan secara cukup baik dan hanya sebagian kecil
pertanyaan yang dapat di jawab
Skor 1 : Jika laporan disajikan secara kurang baik dan tidak dapat
menjawab pertanyaan
b. Rubrik Penilaian Diskusi
Skor
No Aspek
4 3 2 1
1. Terlibat Penuh
2. Bertanya
3. Menjawab
4. Memberikan
Gagasan/Ide
5. Kerja Sama
6. Tertib
1. Aspek Terlibat Penuh
Skor 4 : Dalam diskusi kelompok terlihat aktif, tanggung jawab,
mempunyai pemikiran/ide, berani berpendapat
Skor 3 : Dalam diskusi kelompok terlihat aktif, dan berani berpendapat
Skor 2 : Dalam diskusi kelompok kadang-kadang berpendapat
Skor 1 : Diam sama sekali tidak terlibat
2. Aspek Bertanya
Skor 4 : Memberikan pertanyaan dalam kelompok dengan bahasa yang
jelas
Skor 3 : Memberikan pertanyaan dalam kelompok dengan bahasa yang
kurang jelas
Skor 2 : Kadang-kadang memberikan pertanyaan
Skor 1 : Sama sekali tidak bertanya
3. Aspek Menjawab
Skor 4 : Memberikan jawaban dari pertanyaan dalam kelompok dengan
bahasa yang jelas
Skor 3 : Memberikan jawaban dari pertanyaan dalam kelompok dengan
bahasa yang kurang jelas
Skor 2 : Kadang-kadang memberikan jawaban dari pertanyaan
kelompoknya
Skor 1 : Diam tidak pernah menjawab pertanyaan
4. Aspek Memberikan Gagasan/Ide
Skor 4 : Memberikan gagasan/ide yang orisinil berdasarkan pemikiran
sendiri
Skor 3 : Memberikan gagasan/ide yang didapat dari buku bacaan
Skor 2 : Kadang-kadang memberikan gagasan/ide
Skor 1 : Diam tidak pernah memberikan gagasan
5. Aspek Kerjasama
Skor 4 : Dalam diskusi kelompok terlibat aktif, tanggung jawab dalam
tugas, dan membuat teman-temannya nyaman dengan
keberadaannya
Skor 3 : Dalam diskusi kelompok terlibat aktif tapi kadang-kadang
membuat teman-temannya kurang nyaman dengan keberadaannya
Skor 2 : Dalam diskusi kelompok kurang terlibat aktif
Skor 1 : Diam tidak aktif
6. Aspek Tertib
Skor 4 : Dalam diskusi kelompok aktif, santun, sabar mendengarkan
pendapat teman-temannya
Skor 3 : Dalam diskusi kelompok tampak aktif tapi kurang santun
Skor 2 : Dalam diskusi kelompok suka menyela pendapat orang lain
Skor 1 : Selama terjadi diskusi sibuk sendiri dengan cara berjalan kesana
kemari
c. Rubrik Presentasi
Skor
No Aspek
4 3 2 1
1. Kejelasan Presentasi
2. Pengetahuan
3. Penampilan
1. Kejelasan Presentasi
Skor 4 : Sistematika penjelasan logis dengan bahasa dan suara yang sangat
jelas
Skor 3 : Sistematika penjelasan logis dan bahasa sangat jelas tetapi suara
kurang jelas
Skor 2 : Sistematika penjelasan tidak logis meskipun menggunakan bahasa
dan suara cukup jelas
Skor 1 : Sistematika penjelasan tidak logis meskipun menggunakan bahasa
dan suara cukup jelas
2. Pengetahuan
Skor 4 : Menguasai materi presentasi dan dapat menjawab pertanyaan
dengan baik dan kesimpulan mendukung topik yang dibahas
Skor 3 : Menguasai materi presentasi dan dapat menjawab pertanyaan
dengan baik dan kesimpulan mendukung topik yang dibahas
Skor 2 : Penguasaan materi kurang meskipun bisa menjawab seluruh
pertanyaan dan kesimpulan tidak berhubungan dengan topik yang
dibahas
Skor 1 : Materi kurang dikuasai serta tidak bisa menjawab seluruh
pertanyaan dan kesimpulan tidak mendukung topik
3. Penampilan
Skor 4 : Penampilan menarik, sopan dan rapi, dengan penuh percaya diri
serta menggunakan alat bantu
Skor 3 : Penampilan cukup menarik, sopan, rapih dan percaya diri
menggunakan alat bantu
Skor 2 : Penampilan kurang menarik, sopan, rapi tetapi kurang percaya
diri serta menggunakan alat bantu
Skor 1 : Penampilan kurang menarik, sopan, rapi tetapi tidak percaya diri
dan tidak menggunakan alat bantu
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami proses bisnis Teknika kapal penangkap
ikan sebagai bagian integral dari bisnis pelayaran perikanan, antara lain tentang penerapan
prosedur darurat dan K3LH, persyaratan kerja di kapal, kontrak kerja, buku pelaut,
sertifikasi, hukum maritim dan hukum perikanan, penangkapan ikan
PERTEMUAN 4
(6JP)
TUJUAN PEMBELAJARAN KRITERIA KETERCAPAIAN
Memahami Penggunaan Isyarat Bahaya Memahami pengenalan isyarat bahaya
Menerapkan Alat isyarat bahaya di atas
kapal
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pengaturan Peserta Didik
Berkelompok (5-6 orang)
Metode
Ceramah
Diskusi
Presentasi
Sesuai dengan kemungkinan terjadinya situasi darurat di kapal, isyarat bahaya yang umumnya
dapat terjadi adalah :
1) Isyarat kebakaran (fire)
Apabila terjadi kebakaran di atas kapal maka setiap orang di atas kapal yang pertama kali
melihat adanya kebakaran wajib melaporkan kejadian tersebut pada mualim jaga di anjungan.
Mualim jaga akan terus memantau perkembangan upaya pemadaman kebakaran dan apabila
kebakaran tersebut tidak dapat di atasi dengan alat-alat pemadam portable dan dipandang
perlu untuk menggunakan peralatan pemadam kebakaran tetap serta membutuhkan peran
seluruh anak buah kapal, maka atas keputusan dan perintah Nakhoda isyarat kebakaran wajib
dibunyikan dengan kode suling atau bel satu pendek dan satu panjang secara terus menerus
seperti berikut :
Setiap anak buah kapal yang mendengar isyarat kebakaran wajib melaksanakan tugasnya
sesuai dengan perannya pada sijil kebakaran dan segera menuju ke tempat tugasnya untuk
menunggu perintah lebih lanjut dari komandan regu pemadam kebakaran.
2) Isyarat sekoci / meninggalkan kapal
Dalam keadaan darurat yang menghendaki Nakhoda dan seluruh anak buah kapal
harus meninggalkan kapal maka kode isyarat yang dibunyikan adalah melalui bel atau suling
kapal sebanyak 7 (tujuh) pendek dan satu panjang secara terus menerus seperti berikut :
3) Isyarat orang jatuh ke Laut
Dalam pelayaran sebuah kapal dapat saja terjadi orang jatuh ke laut, bila seorang
awak kapal melihat orang jatuh ke laut, maka tindakan yang harus dilakukan adalah :
• Berteriak "Orang jatuh ke laut"
• Melempar pelampung penolong (lifebuoy)
• Melapor ke Mualim jaga.
Selanjutnya Mualim jaga yang menerima laporan adanya orang jatuh ke laut dapat
melakukan manouver kapal untuk berputar mengikuti ketentuan "Willemson Turn" atau
"Carnoevan turn" untuk melakukan pertolongan. Bila ternyata korban tidak dapat ditolong
maka kapal yang bersangkutan wajib menaikkan bendera internasional huruf "O".
3) Isyarat Bahaya lainnya
Dalam hal-hal tertentu bila terjadi kecelakaan atau keadaan darurat yang sangat
mendesak dengan pertimbangan bahwa bantuan pertolongan dari pihak lain sangat dibutuhkan
maka setiap awak kapal wajib segera memberikan tanda perhatian dengan membunyikan bel
atau benda lainnya maupun berteriak untuk meminta pertolongan.
Tindakan ini dimaksud agar mendapat bantuan secepatnya sehingga korban dapat
segera ditolong dan untuk mencegah timbulnya korban yang lain atau kecelakaan maupun
bahaya yang sedang terjadi tidak meluas.
Dalam keadaan bahaya atau darurat maka peralatan yang dapat digunakan adalah
peralatan atau mesin-mesin maupun pesawat-pesawat yang mampu beroperasi dalam keadaan
tersebut. Sebuah kapal didesain dengan memperhitungkan dapat beroperasi pada kondisi
normal dan kondisi darurat.
Oleh sebab itu pada kapal dilengkapi juga dengan mesin atau pesawat yang mampu
beroperasi pada kondisi darurat. Adapun mesin-mesin atau pesawat-pesawat yang dapat
beroperasi pada keadaan darurat terdiri dari :
Emergency steering gear
Emergency generator
Emergency radio communication
Emergency fire pump
Emergency ladder
Emergency buoy
Emergency escape trunk
Emergency alarm di kamar pendingin, cargo space, engine room space, accomodation
space
Setiap mesin atau pesawat tersebut di atas telah ditetapkan berdasarkan ketentuan
SOLAS 1974 tentang penataan dan kapasitas atau kemampuan operasi. Sebagai contoh
Emergency Fire Pump (pompa pemadam darurat) berdasarkan ketentuan wajib dipasang di
luar kamar mesin dan mempunyai tekanan kerja antara 3 - 5 kilogram per sentimeter persegi
dan digerakkan oleh tenaga penggerak tersendiri. Sehingga dalam keadaan darurat bila pompa
pemadam utama tidak dapat beroperasi, maka alternatif lain hanya dapat menggunakan
pompa pemadam darurat dengan aman di luar kamar mesin.
PERSIAPAN PEMBELAJARAN
Prosedur Darurat dan SAR
Aliredjo Subroto.2010. Teknika Kapal Penangkap Ikan untuk Sekolah Menegah Kejuruan .
Direktorat Pembinaan SMK, Jakarta.
a. Remedial
Remedial dilakukan apabila tujuan pembelajaran belum tercapai. Belum tercapainya tujuan
pembelajaran dapat diketahui apabila skor perolehan dari instrument penilaian/assesmen
masih dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
b. Pengayaan
Tugas
LEMBAR KERJA SISWA
Penggunaan isyarat bahaya di atas kapal
Kelompok :
Anggota : …
Kelas : ...
I. KOMPETENSI DASAR
Memahami dan menjelaskan penggunaan isyarat bahaya di atas kapal
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah menyimak materi hukum maritime, peserta didik dapat mengidentifikasi kebijakan
yang harus di patuhi saat berada di laut
Kriteria penilaian:
Sangat Baik (SB) : apabila memperoleh skor rata-rata: 3 < skor rata-rata ≤ 4
Baik (B) : apabila memperoleh skor rata-rata: 2 < skor rata-rata ≤ 3
Cukup (C) : apabila memperoleh skor rata-rata: 1 < skor rata-rata ≤ 2
Kurang (K) : apabila memperoleh skor rata-rata: skor rata-rata ≤ 1
PERTEMUAN 5
(6JP)
TUJUAN PEMBELAJARAN KRITERIA KETERCAPAIAN
Memahami Pengorganisasian Tindakan Memahami Sijil keadaan darurat
dalam Keadaan Darurat Memahami merkah-merkah lintas
penyelamatan diri
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pengaturan Peserta Didik
Berkelompok (5-6 orang)
Metode
Ceramah
Diskusi
Penugasan
MATERI, ALAT DAN BAHAN
Materi Ajar
Ruang Lingkup Materi:
3. Perjanjian Kerja Laut
4. Sertifikasi Keahlian Pelaut
A. Sijil Bahaya Atau Keadaan Darurat
Dalam keadaan darurat atau bahaya setiap awak kapal wajib bertindak sesuai ketentuan sijil
keadaan darurat, oleh sebab itu sejil keadaan darurat senantiasa dibuat dan diinformasikan
pada seluruh awak kapal. Sijil keadaan darurat di kapal perlu digantungkan di tempat yang
strategis, sesuai, mudah dilihat dan mudah dibaca oleh seluruh pelayar.
Perincian prosedur dalam keadaan darurat, seperti :
a. Tugas-tugas khusus yang harus ditanggulangi di dalam keadaan darurat oleh setiap anak
buah kapal.
b. Sijil keadaan darurat selain menunjukkan tempat tugas-tugas khusus, juga tempat
berkumpul (kemana setiap awak kapal harus pergi).
c. Sijil keadaan darurat bagi setiap penumpang harus dibuat dalam bentuk yang ditetapkan
oleh pemerintah.
d. Sebelum kapal berangkat, sijil keadaan darurat harus sudah dibuat dan salinannya
digantungkan dibeberapa tempat yang strategis di kapal, terutama diruang ABK.
e. Didalam sijil keadaan darurat juga diberikan pembagian tugas yang berlainan bagi setiap
ABK (misalnya : menutup pintu kedap air, menurunkan sekoci penolong, menyiapkan alat-
alat pemadam kebakaran, dll).
f. Selain itu di dalam sijil keadaan darurat disebutkan tugas-tugas khusus yang dikerjakan
oleh anak buah kapal bagian Security Duties (SD)
Dalam hal yang menyangkut pemadam kebakaran, sijil keadaan darurat memberikan petunjuk
cara-cara yang terjadi biasanya dikerjakan dalam terjadi kebakaran, serta tugas-tugas khusus
yang harus dilaksanakan dalam hubungan dengan operasi pemadaman, peralatan-peralatan
dan instalasi pemadam kebakaran di kapal.
Sijil keadaan darurat harus membedakan secara khusus semboyan- semboyan panggilan bagi
ABK untuk berkumpul di sekoci penolong mereka masing-masing, di rakit penolong atau
ditempat berkumpul untuk memadamkan kebakaran
Suatu organisasi keadaan darurat harus disusun untuk operasi keadaan darurat. Maksud dan
tujuan organisasi bagi setiap situasi adalah untuk :
a. Menghidupkan tanda bahaya
b. Menemukan dan menaksir besarnya kejadian dan
c. Kemungkinan bahayanya
d. Mengorganisasi tenaga dan peralatan.
Ada empat petunjuk perencanaan yang perlu diikuti dalam pengorganisasian keadaan darurat,
antara lain :
a. Pusat Komando.
b. Satuan Keadaan Darurat.
c. Satuan Pendukung.
d. Kelompok Ahli Mesin
DAFTAR PUSTAKA
Aliredjo Subroto.2010. Teknika Kapal Penangkap Ikan untuk Sekolah Menegah Kejuruan .
Direktorat Pembinaan SMK, Jakarta.
a. Remedial
Remedial dilakukan apabila tujuan pembelajaran belum tercapai. Belum tercapainya tujuan
pembelajaran dapat diketahui apabila skor perolehan dari instrument penilaian/assesmen
masih dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
c. Pengayaan
Tugas
LEMBAR KERJA SISWA
Pengorganisasian keadaan darurat
Kelompok : 1
Anggota : …
Kelas : ...
I. KOMPETENSI DASAR
Memahami dan menjelaskan pengorganisasian keadaan darurat
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah menyimak materi pengorganisasian keadaan darurat , peserta didik dapat
mengidentifikasi kebijakan yang harus di patuhi saat berada di laut
Ada empat petunjuk perencanaan yang perlu diikuti dalam pengorganisasian keadaan darurat,
antara lain :
e. Pusat Komando.
f. Satuan Keadaan Darurat.
g. Satuan Pendukung.
h. Kelompok Ahli Mesin
A.
Kriteria penilaian:
Sangat Baik (SB) : apabila memperoleh skor rata-rata: 3 < skor rata-rata ≤ 4
Baik (B) : apabila memperoleh skor rata-rata: 2 < skor rata-rata ≤ 3
Cukup (C) : apabila memperoleh skor rata-rata: 1 < skor rata-rata ≤ 2
Kurang (K) : apabila memperoleh skor rata-rata: skor rata-rata ≤ 1
PERTEMUAN 6
(6JP)
TUJUAN PEMBELAJARAN KRITERIA KETERCAPAIAN
Memahami Pemberian bantuan dan SAR Melakukan sar untuk menolong orang dan
kapal lain
Memahami pola sar dengan bantuan
helikopter
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pengaturan Peserta Didik
Berkelompok (5-6 orang)
Metode
Ceramah
Diskusi
Penugasan
MATERI, ALAT DAN BAHAN
Materi Ajar
Ruang Lingkup Materi:
Melakukan sar untuk menolong orang dan kapal lain
Memahami pola sar dengan bantuan helikopter
1. Stop mesin
2. Bunyikan sirine bahaya
3. Pintu-pintu kedap air ditutup
4. Nahkoda diberi tahu
5. Petugas kamar mesin diberi tahu
6. VHF dipindahkan ke chanel 16
7. Tanda-tanda bunyi "kapal kandas" dibunyikan
8. Lampu dan sosok-sosok benda diperlihatkan
9. Lampu dek dinyalakan
10. Ketinggian air pada got-got dan tangki-tangki diukur
11. Kedalaman laut di sekitar kapal diukur
12. Data tentang posisi kapal diletakan di ruang radio dan diperbaharui bila ada
perubahan posisi.
PERSIAPAN PEMBELAJARAN
Prosedur Darurat dan SAR
DAFTAR PUSTAKA
Aliredjo Subroto.2010. Teknika Kapal Penangkap Ikan untuk Sekolah Menegah Kejuruan .
Direktorat Pembinaan SMK, Jakarta.
a. Remedial
Remedial dilakukan apabila tujuan pembelajaran belum tercapai. Belum tercapainya tujuan
pembelajaran dapat diketahui apabila skor perolehan dari instrument penilaian/assesmen
masih dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
d. Pengayaan
LEMBAR KERJA SISWA
Pemberian bantuan dan SAR
Kelompok : 1
Anggota : …
Kelas : ...
I. KOMPETENSI DASAR
Memahami dan menerapkan Pemberian bantuan dan SAR
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah menyimak materi Pemberian bantuan dan SAR, peserta didik dapat
mengidentifikasi kebijakan yang harus di patuhi saat berada di laut
A.
Diskusikanlah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini bersama Teman-temanmu.