Anda di halaman 1dari 30

P2TL & DINAS JAGA

SESI-11
ATURAN 28
Kapal yang Terkekang oleh Saratnya
Kapal yang terkendala oleh saratnya, sebagai tambahan atas penerangan-
penerangan yang ditentukan bagi kapal-kapal tebaga di dalm Aturan 23, boleh
memperlihatkan :
► Sama dengan kapal tenaga
► 3 lampu merah keliling bersusun tegak lurus,
► Sosok benda sebuah silinder ditempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-
jelasnya.
ATURAN 29
Kapal Pandu

a. Kapal pandu yang sedang bertugas memandu harus memperlihatkan :

(i). Di puncak atau didekatnya, dua penerangan keliling bersusun tegak lurus
yang diatas putih dan yang dibawah merah.
(ii). Bilamana sedang berlayar, sebagai tambahan, penerangan-penerangan
lambung dan penerangan buritan.
(iii). Bilamana berlabuh jangkar, sebagi atas penerangan-penerangan yang
ditentukan di dalam sub paragraf (i), penerangan-penerangan atau sosok
benda yang ditentukan di dalam Aturan 30 bagi kapal-kapal yang berlabuh
jangkar.

b. Kapal pandu bilamana tidak sedang bertugas memandu harus memerhatikkan


penerangan-penerangan atau sosok-sosok benda yang ditentukan bagi kapal yang
serupa dengan panjangnya.
ATURAN 30
Kapal yang Berlabuh Jangkar dan Kapal yang Kandas

a. Kapal yang berlabuh jangkar harus memperhatikkan suatu tempat yang dapat
kelihatan dengan sejelas-jelasnya :

(i). di bagian depan , penerangan putih keliling atau satu bola


(ii). Diburitan atau di dekatnya dan di suatu ketinggian yang lebih rendah daripada
penerangan yang ditentukan di dalam paragraf (i) sebuah penerangan putih
keliling.

b. Kapal yang panjangnya kurang dari 50 meter boleh memperlihatkan sebuah penerangan
putih di suatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya .

c. Kapal yang berlabuh jangkar juga menggunakan penerangan-penerangan yang sepanjang


yang ada di kapal untuk menerangi geladak, sedangkan kapal yanh panjangnya 100 meter
keatas harus memperlihatkan penerangan-penerangan demikian.
d. Kapal yang kandas harus memperlihatkan penerangan-penerangan yang ditentukan
di dalam paragraf (a) atau (b) Aturan ini dan sebagai tambahan, di suatu tempat yang
dapat kelihatan dengan sejels-jelasnya:

(i) Dua penerangan merah keliling bersusun tegak lurus.


(ii) Tiga bola hitam bersusun tegak lurus.
e. Kapal yang panjangnya kurang dari 7 meter, bilamana berlabuh jangkar, tidak
di dalam atau di dekat alur pelayaran sempit, air pelayaran atau tempat
berlabuhjangkar, atau tempat yang biasa dilayari oleh kapal-kapal lain, tidak
disyaratkan memperlihatkan penerangan-penerangan atau sosok-sosok benda
yang ditentukan di dalam sub paragraf (a) atau (b) Aturan ini.

f. Kapal yang panjangnya kurang dari 12 meter, bilamana kandas, tidak


disyaratkan memperlihatkan penerangan-penerangan atau sosok-sosok benda
yang di tentukan di dalam sub paragraf (d) (i) dan (ii) Aturan ini.
ATURAN 31
Pesawat Terbang Laut

Apabila pesawat terbang laut tidak mampu


memperlihatkan penerangan-penerangan dan sosok-
sosok benda dengan sifat-sifat atau kedudukan-
kedudukan yang ditentukan di dalam Aturan-aturan
bagian ini, pesawat terbang laut itu harus
memperlihatkan penerangan-penerangan atau sosok-
sosok benda yang sifat-sifat dan kedudukan-
kedudukannya semirip mungkin dengan penerangan-
penerangan da sosok-sosok benda.
TUGAS JAGA DILAUT
( WATCH KEEPING AT SEA )
Prinsip-prinsip yang berlaku untuk tugas jaga pada umumnya
sbb :

► 1.Pihak-pihak peserta Konvensi harus mengarahkan agar perhatian


perusahaan , Nakhoda, Kepala kamar mesin dan personil tugas jaga,
ditujukan pada prinsip-prinsip dibawah ini, yang harus diperhatikkan
untuk menjamin bahwa pelaksanaan tugas jaga secara aman, selalu
terpelihara.
► 2. Nakhoda setiap kapal wajib menjamin bahwa pengaturan tugas jaga
telah memadai untuk selalu dilaksanakan secara aman dibawah
pengarahan Nakhoda. Perwira tugas jaga bertanggung jawab
melaksanakan navigasi secara aman selamperiode tugas jaga masing
masing
► 3. Melalui musyawarah dengan Nakhoda. Kepala kamar mesin wajib
menjamin bahwa pengaturan tugas jaga telah memadai untuk
memelihara suatu tugas jaga mesin yang aman.
Perlindungan lingkungan laut
Nakhoda, perwira, dan bawahan harus mengetahui akibat serius dari
pencemaran karena operasional atau pencemaran karena kecelakaan
bagi lingkungan laut, dan harus menjaga kecermatan untuk mencegah
pencemaran, terutama sesuai dengan peraturan-peraturan
Internasional dan peraturan-peraturan yang berlaku di suatu pelabuhan
PRINSIP—PRINSIP YANG HARUS DIPERHATIKKAN DALAM
MELAKSANAKAN TUGAS JAGA NAVIGASI

Perwira yang bertugas jaga navigasi merupakan wakil Nakhoda,


dan terutama selalu bertanggung jawab atas navigasi yang aman, dan
mematuhi Peraturan International Pencegahan Tubrukan di Laut, 1972.
Pengamatan ( Look – out)

Suatu pengamatan yang baik harus selalu dilaksanakan sesuai dengan aturan
lima Peraturan Internasional Pencegahan Tubrukan di Laut, 1972 yang harus
sesuai dengan tujuan untuk :

1. Menjaga kewaspadaan secara terus – menerus dengan penglihatan dan


pendengaran dan juga dengan saran lain yang ada, sehubungan dengan
setiap perubahan penting dalam hal suasana pengoperasian.
2. Memperhatikkan sepenuhnya situasi – situasi dan resiko –resiko
tubrukan, kandas dan bahaya navigasi lain.

3. Mendeteksi kapal – kapal atau pesawat terbang yang sedang berada


dalam bahaya, orang – orang yang mengalami kecelakaan kapal,
kerangka kapal, dan bahaya – bahaya yang lain yang mengancam
navigasi.

Tugas seorang pengamat dan tugas seorang pemegang kemudi harus


terpisah, dan pemegang kemudi tidak boleh merangkap atau dianggap
merangkap tugas pengamatan kecuali pada kapal – kapal kecil dimana
pandangan kesegala arah tidak terhalang dari tempat kemudi, dan tidak ada
gangguan pandangan malam hari.
Perwira yang melaksanakan tugas jaga navigasi dapat
merupakan satu – satunya yang melakukan pengamatan
pada siang hari, asalkan :

1. Situasi yang ada telah diperhitungkan secara cermat dan tidak


diragukan lagi keamanannya.

2. Seluruh faktor yang relevan telah diperhitungkan sepenuhnya


termasuk :
a. Keadaan cuaca
b. Jarak Tampak
c. Kepadatan lalu lintas
d. Bahaya – bahaya Navigasi
e. Perhatian yang perlu diberikan jika sedang melakukan
navigasi didalam atau didekat jalur – jalur pemisah lalu lintas.

3. Bantuan secepatnya dapat diberikan ke anjungan jika setiap


perubahan situasi memang memerlukannya.
Dalam menentukan bahwa komposisi tugas jaga navigasi telah memadai
utuk menjamin dilaksanakannya pengamatan yang baik secara terus –
menerus, Nakhoda harus mempertimbangkan semua faktor yang relevan,
termasuk yang diuraikan dalam section Kode SCTW ini, dan juga faktor –
faktor sebagai berikut :

1. Jarak nampak, keadaan cuaca dan laut.


2. Kepadatan lalu lintas dan aktivitas – aktivitas lain yang terjadi di
daerah dimana kapal sedang melakukan navigasi.
3. Perhatian yang perlu jika sedang melakukan navigasi didalam atau
didekat jalur – jalur pemisah lalu lintas atau langkah –langkah lain
yang berkaitan dengan penentuan rute.
4. Beban kerja tambahan yang disebabkan oleh sifat fungsi kapal, oleh
kebutuhan pengoperasian yang bersifat mendadak dan olah gerak
yang diperkirakan harus dilakukan.
5. Kemampuan untuk menjalankan tugas setiap anggota tugas jaga.
6. Pengetahuan dan keyakinan kompetensi profesional para perwira dan
para awak kapal.
7. Pengalaman setiap perwira yang melakukan tugas jaga navigasi, dan
pengetahuan perwira yang melakukan tugas jaga yang bersangkutan
tentang peralatan, prosedur – prosedur dan kemampuan olah gerak
kapal.
8. Kegiatan – kegiatan yang terjadi sewaktu – waktu, termasuk kegiatan –kegiatan
komunikasi radio dan tersedianya bantuan secepatnya ke anjungan jika
diperlukan.
9. Kemampuan operasional instrumen – instrumen dan alat – alat pengenali di
anjungan.
10.Daun kemudi, baling – baling, serta sifat olah gerak kapal.
11.Ukuran kapal dan medan pandangan dari tempat pengamat.
12.Tata ruang anjungan, sampai pada tingkat dimana tata ruang yang bersangkutan
mungkin dapat menghalangi seorang awak kapal, yang melakukan tugas jaga,
dalam mendeteksi setiap perkembangan situasi dengan penglihatan dan
pendengaran.
13. Setiap standart, prosedur atau pedoman relevan lain yang berkaitan dengan
pegaturan tugas jaga dan dengan kemampuan melaksanakan tugas jaga, yang
telah ditetapkan oleh organisasi.
Prosedur Tugas Jaga di Anjungan

Jika mengambil keputusan tentang komposisi tugas jaga dianjungan, dan


dapat termasuk bawahan yang memenuhi syarat, faktor – faktor berikut
harus dipertimbangkan :
1. Anjungan tidak boleh ditinggalkan tanpa seorang yang menjaganya.
2. Kondisi Cuaca, jarak tampak dan apakah siang atau malam hari.
3. Adanya bahaya – bahaya navigasi yang dapat memungkinkan perwira yang sedang
melaksanakan tugas jaga harus melaksanakan tugas – tugas tambahan.
4. Penggunaan dan kondisi alat bantu navigasi seperti radar atau alat penentu posisi
elektronik, dan peralatan lain yang mempengaruhi keamanan navigasi.
5. Apakah kapal yang bersangkutan dilengkapi dengan kemudi otomatis atau tidak.
6. Apakah ada tugas – tugas radio yang harus dilaksanakan.
7. Pengendali UMS ( Unmanned Marchinary Space/kamar mesin yang tidak jaga), tanda
bahaya dan indikator yang ada dianjungan, prosedur untuk penggunaannya dan
keterbatasannya.
8. Setiap kebutuhan luar biasa pada tugas jaga navigasi, yang dapat terjadi karena keadaan
khusus.
Serah Terima Tugas Jaga

Perwira jaga harus menjamin bahwa anggota – anggota tugas jaga


yang membantunya sepenuhnya mampu menjalankan tugas –
tugas, khusus sehubungan dengan penyesuaian diri dengan
pandangan di malam hari.

Perwira jaga pengganti tidak boleh mengambil alih tugas jaga


sebelum daya pandangnya sepenuhnya telah menyesuaikan
dengan kondisi cahaya yang ada.

Sebelum mengambil alih tugas jaga, perwira pengganti harus


mendapat kepastian tentang posisi yang sebenarnya atau posisi
duga kapal, dan harus mendapat kejelasan tentang haluan dan
kecepatan kapal, pengedalian UMS ( Unmanned Machinary Space),
dan harus mencatat setiap kemungkinan bahya navigasi selama
tugas jaganya.
Perwira pengganti harus memperoleh kepastian dalam hal :
1. Perintah – perintah harian dan petunjuk – petunjuk khusus lain dari
nakhoda, yang berkaitan dengan navigasi.
2. Posisi, Haluan, Kecepatan dan Sarat kapal.
3. Gelombang laut pada saat itu atau yang diperkirakan, arus laut, cuaca,
jarak tampak dan pengaruh faktor – faktor tersebut terhadap haluan dan
kecepatan kapal.
4. Prosedur – prosedur menggunakan mesin induk untuk olah gerak, jika
mesin induk berada dibawah kendali anjungan.
5. Situasi Navigasi, termasuk :
Kondisi Operasional seluruh peralatan navigasi dan peralatan pengaman
yang sedang digunakan atau yang mungkin akan digunakan selama tugas
jaga.

Kesalahan – kesalahan kompas gyro dan kompas magnetik .


Adanya dan terlihatnya kapal –kapal lain atau adanya kapal – kapal lain
yang tidak terlalu jauh dari kapal sendiri.
Kemungkinan kondisi – kondisi tertentu serta bahaya yang akan dihadapi
selama tugas jaga.

Kemungkinan adanya efek – efek kemiringan, trim, berat jenis air dan
squat terhadap jarak lunas kapal dengan dasar laut.
Jika pada suatu saat perwira tugas jaga navigasi harus diganti dalam
keadaan sedang melakukan olah gerak atau tindakan tertetu lain
untuk menghindari setiap bahaya yang sedang mengancam, maka
pergantian tugas jaga ini harus ditangguhkan sampai tindakan olah
gerak yang bersangkutan telah selesai.

Perwira melaksanakan tugas jaga navigasi harus :

1. Melaksanakan tugas jaga di anjungan.

2. Sama sekali tidak boleh meninggalkan anjungan sebelum diganti.

3. Terus melaksanakan tanggung jawab navigasi secara aman,


meskipun Nakhoda ada dianjungan, kecuali jika diberi tahu secara
khusus bahwa Nakhoda telah mengambil alih tanggung jawab, dan
pemberitahuan ini harus saling mengerti.

4. Jika merasa ragu tentang tindakan apa yang harus dilakukan demi
keselamatan kapal, harus memberitahu Nakhoda.
Perwira tugas jaga navigasi harus melakukan pemeriksaan tetap
untuk menjamin bahwa :

1. Kemudi otomatis atau orang – orang yang menjalankan kemudi


tangan mengikuti haluan yang benar.

2. Kesalahn pada standart kompas ditentukan paling sedikit sekali


setiap putaran tugas jaga,dan setelah perubahan haluan yang cukup
besar ; kompas standart dan kompas gyro sering dibandingkan, dan
repeater – repeater disamakan dengan kompas induk.

3 . Kemudi otomatis harus diuji secara manual paling sedikit setiap satu
kali putaran tugas jaga.

4. Lampu navigasi dan lampu isyarat dan peralatan navigasi lain


berfungsi dengan baik.

5. Peralatan radio berfungsi dengan baik sesuai dengan paragraf 86


dibawah ini.

6. Alat kemudi UMS, tanda bahaya indikator – indikator berfungsi


dengan baik.
Perwira tugas jaga navigasi harus ingat untuk selalu mematuhi
persyaratan – persyaratan SOLAS tahun 1974.

Harus mempertimbangkan :
1. Keharusan untuk menempatkan seorang awak kapal untuk
mengemudikan kapal dan untuk beralih ke kemudi tangan dalam
situasi yang menginjinkan guna memungkinkan penanggulangan
setiap kemungkinan bahaya secara aman.

2. Bahwa jika kapal sedang menggunakan kemudi otomatis, akan


sangat berbahaya jika membiarkan terus berkembangnya situasi
sampai pada suatu tingkat diaman perwira tugas jaga tidak
memperoleh bantuan dan harus menghentikkan pelaksanaan
pengamatannya karena harus mengambil suatu tindakan darurat
tertentu.

Perwira – perwira yang melaksanakan tugas jaga navigasi harus


sepenuhnya mengenal penggunaan alat bantu elektronik, termasuk
kemampuan – kemampuan dan keterbatasan–keterbatasannya, dan
juga harus menggunakan setiap alat bantu yang sangat penting untuk
navigasi.
Perwira tugas jaga navigasi harus menggunakan radar setiap kali terjadi
atau diperkirakan akan terjadi berkurangnya jarak tampak, dan secara
terus – menerus jika sedang ada perairan yang penuh dengan lalu lintas
kapal lain, sambil memperhatikkan keterbatasan – keterbatasan
kemampuan radar yang ada.

Perwira tugas jaga navigasi harus menjamin bahwa skala jarak yang
diterapkan diubah secara berkala, sehingga setiap sasaran dapat
terindeksi sedini mungkin. Harus diingat bahwa sasaran kecil atau
sasaran yang kurang jelas dapat lolos dari pengamatan radar.

Jika menggunakan radar, perwira tugas jaga harus memilih suatu skala
jarak yang memadai, dan harus mengamati layar secara cermat, serta
harus menjamin bahwa analisis sistematis dan plotting mulai dilakukan
sedini mungkin .
Perwira tugas jaga navigasi harus memberitahu
Nakhoda :

1. Jika terjadi atau diperkirakan akan terjadi berkurangnya jarak


tampak.
2. Jika kondisi lalu lintas dan gerakan kapal – kapal lain mengharuskan
perhatian khusus.
3. Jika sulit mempertahankan haluan yang benar.
4. Jika tidak berhasil melihat adanya daratan, tidak ada rambu
navigasi, atau tidak mendengar semboyan bunyi pada waktu yang
telah diperkirakan
5. Jika secara terduga melihat adanya daratan atau rambu navigasi,
atau jika terjadi perubahan semboyan bunyi.
6. Jika terjadi kerusakan mesin, telegrap, mesin kemudi, peralatan
penting untuk navigasi, sistem tanda bahaya dan indikator.
7. Jika peralatan radio tidak berfungsi.
8. Jika dalam cuaca buruk merasa ragu tentang kemungkinan akibat
buruk yang terjadi.
9. jika kapal menemui setiap bahaya navigasi, seperti gunung es atau
kerangka kapal.
10. Jika dalam keadaan darurat atau ragu untuk mengambil keputusan.
Tugas jaga dalam kondisi–kondisi dan daerah–daerah yang
berbeda – beda:

1. Cuaca baik

Perwira tugas jaga navigasi harus sering melakukan baringan –


baringan terhadap kapal– kapal yang mendekat secara tepat, untuk
dijadikan petunjuk pendeteksian adanya resiko tubrukan secara dini,
dan harus selalu ingat bahwa resiko tubrukan masih tetap ada
meskipun adanya perubahan baringan yang cukup besar,
khususnya jika sedang mendekati kapal yang sangat besar atau
sebuah kapal tunda, atau jika sangat dekat dengan sebuah kapal
lain.

Perwira tugas jaga harus mengambil tindakan dini yang positif


sesuai dengan Peraturan Internasional Pencegahan Tubrukan di
Laut tahun 1972, dan kemudian memastikan bahwa tindakannya
telah memberikan hasil yang diinginkan.

Dalam cuaca baik dan kapanpun dapat dilakukan, perwira tugas jaga
navigasi harus melaksanakan pengoperasian radar.
2. Jarak Tampak Terbatas

Jika jarak tampak berkurang atau diperkirakan akan berkurang,


tanggung jawab pertama perwira jaga navigasi adalah menganut
pada peraturan – peraturan sesuai dengan Peraturan Internasional
Pencegahan Tubrukan di Laut Tahun 1972,dengan perhatian khusus
pada isyarat kabut melaju dengan kecepatan yang aman menyiapkan
mesin untuk melakukan olah gerak setiap saat.

Selain itu, perwira tugas jaga navigasi ini juga harus :


1. Memberi tahu Nakhoda
2. Menempatkan seorang pengamat yang baik
3. Menghidupkan Lampu – lampu navigasi
4. Mengoperasikan dan menggunakan radar
3. Pada Waktu Gelap
Jika menyusun tugas pengamatan, Nakhoda dan perwira tugas jaga
navigasi harus mempertimbangkan peralatan yang ada dianjungan
dan peralatan bantu navigasi yang siap digunakan beserta
keterbatasan – keterbatasannya, prosedur – prosedur dan
kecermatan yang harus dilakukan.

4. Perairan Pantai dan Perairan Padat Lalu Lintas


Harus menggunakan peta yang memiliki skala terbesar dan sesuai
dengan daerah yang bersangkutan dan harus dikoreksi sesuai
dengan informasi yang diperoleh paling akhir. Penentuan posisi harus
sering dilakukan berbagai macam cara.

Perwira tugas jaga navigasi harus mengidentifikasi seluruh rambu –


rambu navigasi yang relevan secara benar.
Navigasi Ketika Sedang Ada Pandu Diatas Kapal :

Meskipun adanya tugas – tugas dan kewajiban seorang pandu, tetapi


keberadaan pandu diatas kapal tidak mengganti tugas dan tanggung
jawab Nakhoda dan perwira tugas jaga atas keselamatan kapal.
Nakhoda dan pandu harus sering bertukaran informasi dalam hal
prosedur – prosedur navigasi, kondisi setempat, dan sifat – sifat kapal.

Nakhoda dan perwira tugas jaga harus sering bekerja sama dengan
pandu dan memeriksa posisi dan gerak kapal secara akurat.

Jika terjadi keraguan tentang tindakan dan maksud – maksud pandu,


maka perwira tugas jaga navigasi harus meminta penjelasan dari
pandu, dan jika keraguan tetap berlanjut harus memberi tahu Nakhoda
secepatnya dan mengambil tindakan apa saja yang perlu sebelum
Nakhoda datang.
Berlabuh jangkar
Ketika sedang berlabuh jangkar, perwira tugas jaga harus :
1. Menentukan Dan Menggambar Posisi Kapal Pada Peta, Sedini
Mungkin
2. Jika situasi mengijinkan, melakukan pemeriksaan dengan selang - selang
waktu yang memadai untuk memastikan bahwa kapal tetap posisi labuh
jangkar yang aman, dengan memeriksa baringan–baringan, rambu–rambu
navigasi permanen yang ada atau obyek–obyek pantai yang ada.
3. Menjamin bahwa pengamatan yang baik terus dilaksanakan.
4. Memastikan bahwa pemeriksaan kapal dilakukan secara berkala.
5. Mengamati keadaan gelombang dan cuaca serta keadaan laut.
6. Memberi tahu Nakhoda dan mengambil langkah –langkah yang perlu jika
jangkar menggaruk atau hanyut.
7. Memastikan bahwa kesiapan mesin induk dan mesin – mesin lain telah
sesuai dengan petunjuk – petunjuk Nakhoda.
8. Jika jarak tampak berkurang, Nakhoda harus diberi tahu.
9. Memastikan bahwa kapal menunjukkan lampu-lampu dan tanda-tanda siang
hari yang cukup, bahwa isyarat-isyarat bunyi dilakukan sesuai dengan semua
peraturan yang ada
10. Mengambil langkah-langkah untuk melindungi lingkungan dari pencemaran
oleh kapal, untuk mematuhi peraturan yang berlaku.
PEDOMAN TENTANG PENCEGAHAN PEYALAHGUNAAN OBAT-
OBATAN DAN ALKOHOL

Penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol, secara langsung


mempengaruhi kebugaran dan kemampuan seorang pelaut dalam
melaksanakan tugas jaga. Seorang pelaut yang terbukti sedang ada
dibawah pengaruh obat-obatan atau alkohol, tidak boleh
melaksanakan tugas jaga sampai kemampuannya tidak lagi
terganggu.
Pedoman–Pedoman Tentang Program Pemeriksaan Peyalahgunaan
Obat Dan Alkohol

Pemerintah harus menjamin dilakukannya langkah-langkah yang memadai


untuk mencegah terganggunya kemampuan personil tugas jaga, karena
peyalahgunaan obat terlarang atau alkohol, dan harus menerapkan
program-program pemeriksaan yang perlu untuk:

1. Megindentifikasi peyalahgunaan obat dan alkohol


2. Menghormati martabat, privacy, kerahasiaan dan hak-hak
hukum orang-orang yang terkait
3 . Memperhatikan pedoman-pedoman yang relevan.

Anda mungkin juga menyukai