Anda di halaman 1dari 27

COLREG 72

Adalah Pedoman yang berisi peraturan tentang pencegahan tubrukan di laut

https://www.imorules.com/COLREG90_RULES.html

Berisi 41 Aturan terbagi dalam 6 bagian & 4 Annex

Part A : General 1-3


Aturan 1 : Application

a. Berlaku bagi Kapal di laut & Perairan yg terhubung ke laut.

b. Tidak ada satupun yg bisa mengganggu peraturan ini selama perairan terhubung dengan laut

c. Di dekat laut tidak boleh memakai isyarat lampu, suara & visual seenaknya agar tidak salah paham

d. TSS boleh dibuat oleh organisasi

e. Jika pemerintah tidak dapat memenuhi jumlah, posisi, jangkauan isyarat visual & suara sesuai
aturan paling tidak harus mendekati

Aturan 2 : Responsibility

a. Semua wajib mengikuti peraturan (Kapal, Pemilik, Kapten & kru)

b. Boleh tidak mematuhi aturan jika harus dilakukan untuk menghindari tubrukan

Aturan 3 : General definition

a. Kapal : Mencakup semuanya yg bisa digunakan di laut

b. PD : Kapal yg pakai mesin

c. SV : Kapal layar (Tidak pakai mesin)

d. Engage in Fishing : Kapal yg menangkap ikan susah untuk manoever

e. Seaplane : Pesawat yg bisa manoever di air

f. NUC : Tidak dapat manoever menghindari kapal lain

g. Restricted her ability to manoever : Tidak dapat manoever menghindari kapal lain karena
pekerjaannya. Yaitu :
i. Kapal yang terlibat dalam peletakan, pemeliharaan, atau pengambilan tanda navigasi, kabel bawah
laut, atau pipa
ii. Kapal keruk, survei, atau operasi bawah air
iii. Transfer orang, makanan & Cargo saat kapal jalan
iv. Peuncuran & Recovery aircraft
v. Pembersihan ranjau
vi. Towing & Pushing

h. Constrained by draft : Tidak bisa manoever karena draftnya dalam

i. Underway : Tidak berlabuh, terikat, kandas

j. Lenght : LOA, Breadth : Lebar maximumnya

k. Kapal dianggap terlihat jika salah satu bisa melihat secara visual

l. Restricted viaibility : penglihatan terbatas oleh kabut, salju, hujan, badai pasir dll

j. Wing in Ground (WIG) craft : saat terbang dekat dengan permukaan

Part B : Steering & Sailing rule 5-19


Section 1 : Conduct of vessel in any condition of visibility. 4-10
Section 2 : Conduct of Vessels in Sight of One Another. 11-18
Section 3 : Conduct of Vessels in Restricted Visibility. 19

Section 1 : Conduct of vessel in any condition of visibility. 4-10

Aturan 4 : Apllicationt
Aturan ini berlaku dalam kondisi penglihatan apapun

Aturan 5 : Look out

Look out : Setiap kapal harus setiap saat melakukan pengawasan yang baik melalui penglihatan dan
pendengaran serta dengan semua cara yang tersedia yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang
berlaku sehingga dapat melakukan penilaian penuh atas situasi dan risiko tabrakan.

Aturan 6 : Safe speed

Setiap kapal harus setiap saat melaju dengan kecepatan yang aman sehingga dapat mengambil
tindakan yang tepat dan efektif untuk menghindari tabrakan dan dihentikan dalam jarak yang sesuai
dengan situasi dan kondisi yang berlaku. Faktor” :
a. By all vessel
i. jarak pandang
ii. Kepadatan lalu lintas termasuk konsentrasi kapal penangkap ikan atau kapal lain
iii. Kemampuan manuver kapal dengan referensi khusus pada jarak berhenti dan kemampuan berbelok
pada kondisi yang berlaku
iv. Pada malam hari, adanya cahaya latar belakang seperti dari lampu pantai atau dari hamburan
cahaya dari lampu sendiri
v.Keadaan angin, ombak, arus, dan kedekatan bahaya navigasi
vi. Draft dengan kedalaman air.

b. Kapal dengan Radar


i.Karakteristik, efisiensi, keterbatasan radar
ii. Range radar saat digunakan
iii.Pengaruh kondisi laut, cuaca, dan sumber gangguan lainnya terhadap radar
iv.Kemungkinan bahwa kapal kecil, es, dan benda-benda terapung lainnya tidak dapat dideteksi oleh
radar pada jangkauan yang memadai
v.Jumlah lokasi dan pergerakan kapal yang terdeteksi oleh radar;
vi.Penilaian yang lebih tepat tentang jarak pandang yang mungkin dilakukan ketika radar digunakan
untuk menentukan jangkauan kapal atau benda-benda lain di sekitarnya.

Aturan 7 : Risk of collision

a. Setiap kapal harus menggunakan semua cara yang tersedia yang sesuai dengan situasi dan kondisi
yang berlaku untuk menentukan apakah risiko tubrukan ada. Jika ada keraguan, risiko tersebut akan
dianggap ada.

b. Penggunaan yang tepat harus dilakukan terhadap peralatan radar jika dipasang dan beroperasi,
termasuk pemindaian jarak jauh untuk mendapatkan peringatan dini risiko tabrakan dan plotting radar
atau pengamatan sistematis yang setara terhadap objek yang terdeteksi.

c. Asumsi tidak boleh dibuat berdasarkan informasi yang sedikit, terutama informasi radar yang
sedikit.

d. Dalam menentukan apakah risiko tabrakan ada, pertimbangan-pertimbangan berikut ini harus
dipertimbangkan:
i. Risiko tersebut dianggap ada jika baringan kapal yang mendekat tidak berubah secara signifikan
ii. Risiko tersebut terkadang dapat terjadi bahkan ketika perubahan arah baringan yang cukup besar,
khususnya ketika mendekati kapal yang sangat besar atau kapal penarik atau ketika mendekati kapal
dalam jarak dekat.

Aturan 8 : Action to avoid collision

a. Setiap tindakan untuk menghindari tabrakan harus dilakukan sesuai dengan Aturan, dilakukan
dalam waktu yang cukup.

b. Setiap mengubah haluan dan speed tidak boleh sedikit”, harus jelas dilihat secara visual / radar

c. Mengubah haluan cara yg paling tepat jika ruang mencukupi, tetapi harus dengan waktu yg tepat &
tidak membuat bahaya lainya

d. Pastikan Tindakan menghindar harus dengan jarak aman sampai lewat & clear
e. Jika menganalisa untuk menghindari tabrakan memerlukan lebih banyak waktu, dapat mengurangi
kecepatannya/stop mesin/ Mesin mundur
i. Untuk kapal yg Give way harus memberikan ruang bagi kapal yg Stand on
ii. Kapal yg give way wajib mengambil tindakan dengan hati” saat menghindar agar tidak
membahayakan kapal lain
iii. Kapal yg stand on wajib mematuhi aturan walaupun ada bahaya tabrakan dari kapal lain

Aturan 9 : Narrow Channel

a. Kapal wajib mepet kanan alur sebisa mungkin

b. Kapal kurang dari 20 meter / kapal layar tidak boleh menghalangi janan kapal yang hanya dapat
bernavigasi di dalam alur sempit

c. Kapal penangkap ikan tidak boleh menghalangi jalan kapal yang hanya dapat bernavigasi di dalam
alur sempit.

c. Kapal tidak boleh motong alur kapal yg berlayar di alur sempit. Kalau masih ngeyel kasih isyarat
bunyi sesuai aturan 34 d

e. i. Boleh overtake kalau diijinkan oleh kapal yg di overtake. Kalau mau over take bunyikan sinyal
34.c.i ( — — . Dari kanan, — — . . Dari kiri), Kalau yg di overtake setuju 34.c.ii ( — . — . ) , Kalau yg di
overtake ragu”/tidak setuju 34.d ( . . . . . 5 pendek secara cepat/ 5x Flashing cepat)
ii. Kapal yg overtake wajib mengikuti sesuai aturan 13

f. Kapal yg dekat tikungan yang next jalurnya tidak kelihatan kalau ada kapal lain harus waspada dan
membunyikan isyarat 34.e ( — Satu suling lanjang), kapal disebelah yg dengar balas dengan ( — satu
tiup panjang juga)

g. Tidak boleh berlabuh jika memungkinkan

Aturan 10 : Traffic separation schemes

a. Kapal di TSS tetap wajib mengikuti aturan Colreg

b. Kapal di TSS harus :


i. Harus di alur yg sesuai. Tidak boleh lawan arah
ii. Sejauh mungkin, jauhi garis zona pemisah. Bagusnya mepet kanan.
iii. Join atau lepas TSS dengan sudut sekecil mungkin, jangan motong terus masuk / keluar langsung
motong

c. Gaboleh crossing, kalau terpaksa crossing sudutnya 90 jgn sudut kecil bikin bingung kapal lain

d. i. Kapal Motor Tidak boleh menggunakan inshore/ jalur luar TSS kalau ada TSS, kecuali kapal <20
mtr, kapa layar dan kapal penangkap ikan
ii. PD Boleh lewat inshore jika dari/ke pelabuhan, ke offshore/rig, jemput pilot dan menghindari bahaya
e. Kapal crossing, join/ keluar TSS tidak boleh kecuali :
i. Emergency menghindari bahaya
ii. Menangkap ikan di zona pemisah( Zona pemisah ada yg luas jadi boleh menangkap ikan disana)

f. Kapal yg dekat dengan pintu masuk/ keluar TSS harus sangat hati”

g. Tidak boleh berlabuh di TSS atau Pintu masuk/ keluar TSS

h. Kapal diluar TSS harus menjauh sebisa mungkin dari TSS

i. Kapal penangkap ikan tidak menghalangi jalan kapal lain di TSS

j. Kapal <20 mtr / kapal layar tidak boleh memghalangi kapal motor di alur TSS

k. Kapal yg sulit manoever untuk mempertahankan keselamatan navigasi boleh tidak mematuhi aturan
di TSS.

l. Kapal sulit manoever karena peletakan, perawatan, pengambilan kabel laut boleh tidak mematuhi
aturan TSS.

Section 2 : Conduct of Vessels in Sight of One Another. 11-18

Aturan 11 : Application
Aturan ini berlaku untuk kapal terlihat satu sama lain

Aturan 12 : Sailing vessel

a. ketika dua kapal berlayar saling mendekat satu sama lain, sehingga menimbulkan risiko tabrakan,
salah satu dari mereka harus menjauhi kapal yang lain sebagai berikut:
i. Saat angin dari arah berbeda, Kapal yg punya angin disebelah kiri harus menghindar
ii. Saat angin sama, kapal yg diatas angin harus menghindar
iii. Kapal yg memiliki angin di sebelah kiri harus menghindar kapal lain saat ragu dia punya angin di
atas/bawah angin (leeward)

b. Untuk tujuan Peraturan ini, sisi angin harus dianggap sebagai sisi yang berlawanan dengan sisi di
mana layar utama dibawa ( Kalau layar di buritan sisi angin berarti dari arah depan dan sebaliknya),
atau dalam kasus kapal dengan layar persegi, sisi yang berlawanan dengan sisi di mana layar depan
dan belakang terbesar dibawa. (Layay yg terbesar yg dipakai)

Aturan 13 : Overtaking

a. Terlepas dari apa pun yang tercantum dalam Peraturan Bagian B, Bagian I dan II, setiap kapal yang
menyalip kapal lain harus menjauhi kapal yang disalipnya.

b. Kapal overtaking yaitu kapal yg didepanya membentuk sudut lebih dari 22.5 dari haluan (kalau mau
overtake jgn sudut yg kecil karena terlalu mepet nantinya), saat malam cuma terlihat lampu buritan,
lampu samping tidak keliatan
c. Jika ragu” overtake atau tidak harus dianggap overtake

d. Dalam perubahan haluan kedua kapal, kapal yg overtake jangan sampai menjadi situasi crossing
dan kapal overtake harus keep clear sampai bebas dan aman

Aturan 14 : Head on situation

a. Saat berhadapan masing” merubah haluan ke kanan dan ketemu kiri”

b. Situasi head on terjadi saat kapal melihat lampu tiang sejajar / mendekati dan juga melihat kedua
lampu samping. Kalau siang mengamati aspek kapal lainya.

c. Saat ragu” ini situasi head on atau bukan makan harus dianggap ini situasi head on

Aturan 15 : Crossing situation

Jika dua PD crossing dan menimbulkan bahaya tubrukan, kapal yg melihat disisi kananya harus
mengambil buritanya dan jika memungkinkan hindari juga haluan kapal lain.

Aturan 16 : Action by give way vessel

Kapal yg posisi sebagai give way sedini mungkin harus mengambil tindakan menghindar

Aturan 17 : Action by stand on vessel

a. i. Kapal yg stand on harus menjaga haluan dan speednya


ii. Boleh mengambil tindakan manoever sesegera mungkin jika kapal yg Give way tidak melakukan
tindakan apapun

b. Ketika kapal stand on harus menjaga speed dan coursenya tetapi bahaya masih ada karena
tindakan give way masih belum cukup maka harus mengambil tindakan sebaik mungkin agar tidak
terjadi tubrukan.

c. Sesuai a.ii Boleh mengambil tindakan tetapi jangan merubah haluan ke kiri saat ada kapal di sebelah
kiri

d. Aturan ini tidak membebaskan kapal yg harusnya give way seenaknya sendiri (harus sesuai aturan)

Aturan 18 : Responsibility between vessel

Kecuali jika aturan 9(Narrow), 10(TSS), dan 13(Overtake) menyatakan sebaliknya:

a. PD underway keep clear of :


i. NUC
ii. Restricted to maonever
iii. Kapal sedang menangkap ikan
iv. Kapal layar

b. Kapal layar underway keep clear of :


i. NUC
ii. Restricted to maonever
iii. Kapal sedang menangkap ikan

c. Kapal menangkap ikan keep clear of :


i. NUC
ii. Restricted to manoever

d. i. Kapal lain selain NUC & Restricted to manoever tidak menghalangi kapal yg Contrained by Draft.
Kapal CbD harus menunjukkan Isyarat visual 28 (malam hari 3 lampu merah berurutan, siang hari
Cylinder)

e. Sea plane harus menjaga jarak sejauh mungkin dari semua kapal agar tidak mengganggu navigasi,
namun dalam keadaan dimana terdapat resiko tubrukan wajib mengikuti aturan colreg

f. i. Kapal WIG harus, saat lepas landas, mendarat dan terbang di dekat permukaan, menjaga jarak
yang cukup jauh dari semua kapal lain dan tidak menghalangi navigasi mereka
ii. WIG Craft yg beroperasi di atas air harus menenpatkan diri mereka sebagai PD dan wajib mengikuti
aturan colreg

Section 3 : Conduct of Vessels in Restricted Visibility. 19

Aturan 19 : Conduct of Vessels in Restricted Visibility.

a. Aturan ini berlaku untuk kapal yang tidak terlihat satu sama lain saat bernavigasi di atau dekat area
dengan jarak pandang terbatas.

b. Setiap kapal harus melaju dengan kecepatan yang aman yang disesuaikan dengan keadaan dan
kondisi jarak pandang yang terbatas. Kapal yang digerakkan dengan tenaga mesin harus siap untuk
melakukan manuver dengan segera(engine stand by)

c. Setiap kapal harus memperhatikan keadaan dan kondisi jarak pandang terbatas yang berlaku ketika
mematuhi Aturan Bagian I Bagian ini.

d. Sebuah kapal yang mendeteksi melalui radar keberadaan kapal lain harus menentukan apakah
situasi jarak dekat sedang berkembang dan/atau ada risiko tabrakan. Jika demikian, dia harus
mengambil tindakan menghindar dalam waktu yang cukup, asalkan jika tindakan tersebut terdiri dari
perubahan arah, sejauh mungkin hal berikut ini harus dihindari:
i. Mengubah haluan kekiri untuk kapal yg di sisi depanya ada kapal, kecuali kapal yg akan di overtake
(kapal yg di overtake boleh kekiri)
ii. Menubah haluan kearah sisi depan maupun belakang kapal lain
e. Kecuali bahwa risiko tabrakan tidak ada, setiap kapal yang mendengar fog sinyal dari kapal lain dari
arah depan, atau yang tidak dapat menghindari situasi jarak dekat dengan kapal lain di depannya
(mendadak jika didepan tiba” ada kapal), harus mengurangi kecepatannya sampai minimum speed
yang masih bisa mempertahankan coursenya. Jika perlu, kapal tersebut harus mengambil semua jalan
keluar dan dalam hal apa pun harus bernavigasi dengan sangat hati-hati sampai bahaya tabrakan
berakhir.

Part C : Light and Shape 20-31

Aturan 20 : Apllication

a. Peraturan ini harus dipatuhi dalam segala cuaca.

b. Peraturan mengenai lampu harus dipatuhi dari matahari terbenam hingga matahari terbit, dan
selama waktu tersebut tidak ada lampu lain yang boleh diperlihatkan, kecuali lampu yang tidak dapat
disalahartikan sebagai lampu yang ditentukan dalam Peraturan ini atau tidak mengganggu jarak
pandang atau karakter khasnya, atau mengganggu saat look out.

c. Lampu yang ditentukan oleh peraturan ini harus, jika dilakukan, juga diperlihatkan dari matahari
terbit hingga terbenam dalam jarak pandang terbatas dan dapat diperlihatkan dalam semua keadaan
lain ketika dianggap perlu (Hujan lebat, kabut/asap, salju, badai pasir dll)

d. Pada siang hari wajib pakai day shape

e. Light and shape yang ditentukan dalam Peraturan ini harus sesuai dengan ketentuan Lampiran I
Peraturan ini.

Aturan 21 : Definitions

a. Masthead light : Lampu Putih yg terletak di centre line kapal yg dapat dilihat dari arah 225 dari arah
horizon dan terlihat 22.5 dari kedua sisi depan kapal

b. Side light : Lampu hijau dikanan merah dikiri yg dapat dilihat dari arah 112.5 dari arah horizon dan
terlihat 22.5 kedua arah sisi depan kapal, kapal yg < 20 mtr harus jadi 1 yg diletakkan di centreline

c. Stern light : Lampu putih yg terletak sedekat mungkin di buritan yg dapat dilihat dari arah 135 dari
arah horizon dan terlihat 67.5 dari kedua sisi belakang kapal

d. Towing light : berarti lampu kuning yang memiliki karakteristik yang sama dengan "lampu buritan"
yang didefinisikan dalam ayat (c) Peraturan ini.

e. All around light : Lampu yg terlihat 360 dari arah horizon

f. Flashing light : Lampu yg berkedip dengan interval 120 atau lebih per menit
Aturan 22 : Visibility of light

Lampu yang ditentukan dalam Peraturan ini harus memiliki intensitas seperti yang ditentukan dalam
Bagian 8 Lampiran I pada Peraturan ini agar dapat terlihat pada kisaran minimum berikut:

a. Kapal 50 mtr atau lebih


 Masthead light : 6 Mil
 Side light : 3 Mil
 Towing light : 3 Mil
 Lampu putih, merah / hijau keliling : 3 Mil
b. Kapal 12-50 mtr
 Masthead light : 5 Mil, kapal <20 mtr : 3 Mil
 Side light : 2 Mil
 Towing light & stern : 2 Mil
 Lampu putih, merah / hijau keliling : 2 Mil
c. Kapal <20 mtr
 Masthead light : 2 Mil,
 Side light : 1 Mil
 Towing light & stern : 2 Mil
 Lampu putih, merah / hijau keliling : 2 Mil
d. Kapal yg menyambung/ Di towing
 Lampu putih keliling : 3 Mil

Aturan 23 : Power driven Vessel underway

a. PD underway harus memperlihatkan :


i. Lampu tiang depan
ii. Lampu tiang kedua dibelakangnya dan harus lebih tinggi dari tiang depan, kecuali kapal <50 mtr,
tetapi boleh juga memperlihatkan
iii. Side light
iv. Stern light

b. Sebuah kapal bantalan udara (air cuasion vessel) ketika beroperasi dalam mode nondisplacement
harus, selain lampu yang ditentukan dalam ayat (a) Peraturan ini, menunjukkan lampu keliling kuning
yang berkedip-kedip.

c. WIG aircraft hanya saat lepas landas, mendarat, dan terbang di dekat permukaan harus, sebagai
tambahan dari lampu yang ditentukan dalam ayat (a) Peraturan ini, menunjukkan lampu keliling merah
yang berkedip-kedip dengan intensitas tinggi.

d. i. PD <12 mtr boleh mengganti lampu yg disebutkan paragraf (a) dengan memperlihatkan lampu
putih keliling dan side light
ii. PD <7 mtr yg kec max <7 knot boleh mengganti lampu yg disebutkan paragraf (a) dengan
meperlihatkan lampu putih keiling, kalau bisa meperlihatkan sidelight juga
iii. Lampu tiang/putih keliling pada PD <12 mtr boleh diletakkan centre line kapal, lampu side light juga
boleh diletakkan dalam 1 lentera(1 tempat yg bisa bisa diisi 3 lampu) lampu putih keliling

Aturan 24 : Towing and pushing

a. PD saat towing harus memperlihatkan


i. sebagai pengganti lampu yang ditentukan dalam Aturan 23(a)(i) atau (a)(ii), dua lampu tiang kapal
dalam satu garis vertikal. Jika panjang towing yang diukur dari buritan kapal penarik ke ujung belakang
derek melebihi 200 meter, tiga lampu seperti itu dalam satu garis vertikal.
ii. Side light
iii. Stern light
iv. Towing light vertikal diatas stern light
v. Pada siang hari >200 mtr memperlihatkan diamond shape

b. Ketika kapal pushing dan yg didorong jadi satu/nempel maka dianggap sebagai PD dan harus
memperlihatkan lampu sesuai aturan 23

c. PD jika pushing atau towing bersandar, kecuali dalam case ini menyatu/nempel harus
memperlihatkan :
i. sebagai pengganti lampu yang ditentukan dalam Aturan 23(a)(i) atau (a)(ii), dua lampu tiang kapal
dalam satu garis vertikal. Jika panjang derek yang diukur dari buritan kapal penarik ke ujung belakang
derek melebihi 200 meter, tiga lampu seperti itu dalam satu garis vertikal
ii. Side light
iii. Stern light

d. PD yg mana memakai aturan pd paragraf (a)/(c) harus mematuhi aturan 23 a.ii (Maksudnya kalau
kapal yg menarik lebih dari 50 mtr lampu tiang belakang harus lbh tinggi dri tiang depan, kalau <50 mtr
boleh tidak memakai lampu tiang belakang)

e. Kapal/ benda yg ditarik selain disebutkan pd paragraf (g) harus memperlihatkan :


i. Side light
iii. Stern light
iii. Pd siang hari kalau >200 mtr memperlihatkan diamond shape

f. Kapal yg menempel atau didorong dlm satu grup harus memperlihatkan lampu sebagai 1 kapal
i. Kapal yg didorong kedepan yg bukan menjadi 1 harus menunjukan side light di paling depan
ii. Kapal yg ditarik disamping harus menunjukkan Stern light dan side light di ujung depan

g. Kapal / Objek yg tidak terlihat/dikenal yg atau terendam sebagian atau kombinasi dari kapal/object
yg sedang ditarik, harus memperlihatkan :
i. Jika lebar <20 mtr 1 lampu putih keliling di ujung depan dan ujung belakang kecuali dracones(tabung
karet seperti fender) tidak perlu memperlihatkan
ii. Jika lebar >25 mtr memperlihatkan 2 lampu putih keliling atau lebih diletakkan pd
kaki”nya(maksudnya tiang” disampingnya)
iii. Jika panjangnya >100 mtr memperlihatkan lampu putih keliling diantara lampu yg disebutkan pd
suboaragraf (i) & (ii). Jadi lampu putih jaraknya tidak lebih dari 100 mtr
iv. Pd siang hari memperlihatkan diamond shape pada ujung paling belakang kapal/objek yg sedang
ditarik, jika >200 mtr merperlihatkan lagi diamond shape dekat pd ujung depan objek yg ditarik( jadi
ada 2 diamond shape depan & belakang)

h. Jika ada alasan yg cukup untuk kapal/objek yg ditarik pada paragraf (e) or (g) tidak bisa
memperlihatkan sesuai aturan maka semua tindakan harus dilakukan untuk menerangi kapal/object yg
ditarik atau setidaknya menunjukkan keberadaan benda/kapal yg ditarik tersebut

i. Ketika kapal dalam keadaan operasi penarikan yg tidak normal tidak bisa menunjukkan lampu sesuai
paragraf (a) (c), seperti menarik kapal yg sedang dalam bahaya(distress) atau membutuhkan bantuan,
Semua tindakan yang memungkinkan harus dilakukan untuk menunjukkan sifat hubungan antara
kapal penarik dan kapal yang ditarik sebagaimana disahkan oleh Aturan 36, khususnya dengan
menerangi tali penarik.

Aturan 25 : Sailing vessel underway & under oars

a. SV underway harus memperlihatkan :


i. Side light
ii. Stern light

b. Sailing vessel <20 mtr harus memperlihatkan lampu sesuai paragraf (a) namun harus dalam 1
lentera(tempat, jadi 1 tempat isinya 2 lampu) diatas tiang yg paling bagus terlihat

c. SV underway boleh memperlihatkan lampu sesuai paragraf (a) diatas tiang yg paling baik terlihat, 2
lampu keliling vertikal atas merah bawah hijau, tetapi lampu ini tidak boleh diperlihatkan digabung
dengan lampu yg 1 lentera tadi pd paragraf (b)

d. i. SV <7 mtr kalau bisa memperlihatkan lampu sesuai paragraf (a)&(b), tapi kalau tidak bisa harus
menunjukkan dengan senter (pakai tangan/sorot”) atau lentera lampu putih pd waktu yg cukup utk
mencegah terjadi tubrukan
ii. Kapal under oars(didayung) harus menunjukkan lampu sesuai SV, tapi kalau tidak bisa harus
menunjukkan dengan senter (pakai tangan/sorot”) atau lentera lampu putih pd waktu yg cukup utk
mencegah terjadi tubrukan

e. Kapal yg sedang jalan pakai layar yg mana punya mesin propeller juga harus menunjukkan di depan
yg mana terlihat jelas yaitu kerucut(conical), ujungnya dibawah (segitiga tapi ujungnya dibawah)

Aturan 26 : Fishing vessels

a. Kapal yg sedang menangkap ikan apakah sedang underway atau anchor harus menunjukkan lampu
& shape yg mana hanya ditunjukkan dalam aturan 26 ini.

b. Kapal yg sedang menarik pukat (semacam jaring yang besar dan panjang untuk menangkap ikan
yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan pelampung di sisi atasnya dan pemberat di
sebelah bawahnya) harus menunjukkan :
i. 2 lampu keliling vertikal atas hijau bawah putih atau kalau siang 2 Kerucut yg ujungnya saling
berhadapan (seperti jam pasir), kalau panjang kapal <20 mtr menunjukkan basket(keranjang)
ii. Lampu keliling tiang belakang lebih tinggi dari lampu hijau keliling, kapal <50 mtr tidak perlu
menunjukkan lampu itu
iii. Ketika jalan menunjukkan lampu sesuai aturan paragraf ini, sidelight & stern light

c. Kapal yg sedang menahkap ikan tetapi bukan memakai pukat harus menunjukan :
i. 2 lampu keliling vertikal atas merah bawah putih atau kalau siang 2 Kerucut yg ujungnya saling
berhadapan (seperti jam pasir), kalau panjang kapal <20 mtr menunjukkan basket(keranjang)
ii. Jika perlengkapan jauh (outlying gear) panjangnya > 150 mtr harizontal /tegak lurus dari kapal maka
memperlihatkan lampu lutih keliling atau kerucut segitiga(yg lancip diatas) arah dari peralatan tsb.
iii. Ketika jalan menunjukkan lampu sesuai aturan paragraf ini, sidelight & stern light

d. Kapal penangkap ikan yg dekat dgn kapal penangkap ikan lainnya harus menunjukkan signal
tambahan sesuai annex 2 dalam aturan ini

e. kapal yang tidak sedang menangkap ikan tidak boleh memperlihatkan lampu atau bentuk yang
ditentukan dalam Peraturan ini, tetapi hanya lampu atau bentuk yang ditentukan untuk kapal dengan
panjang yang sama.

Aturan 27 : Vessel NUC & RAM

a. kapal NUC hrs memperlihatkan :


i. 2 lampu merah keliling vertikal
ii. 2 Bola” Vertikal
iii. Saat Making way/Jalan memperlihatkan side light & Stern light

b. Kapal RAM kecuali pembersih ranjau memperlihatkan :


i. 3 lampu keliling vertikal. Atas Merah tengah putih bawah merah
iii. Siang hari atas bola tengah diamond bawah bola
iv. Saat jalan juga memperlihatkan Lampu tiang, samping & buritan
v. Saat Anchor memperlihatkan lampu / day shape sesuai paragraf (i) & (ii), dan juga sesuai aturan 30

c. PD sedang towing dan restricted manoever & towingaanya bisa menyimpang dari haluan harus
memperlihatkan light & shape sesuai aturan 24 (a) dan subparagraf (b)(i) (ii)

d. Kapal dalam pengerukan atau operasi bawah air, jika dibatasi kemampuannya untuk bermanuver,
harus menunjukkan lampu dan bentuk yang ditentukan dalam sub-ayat (b)(i), (ii) dan (iii) dan jika ada
halangan, harus menunjukkan:
i. 2 lampu keliling merah atau 2 bola” vertikal di sisi yg ada halangan
ii. 2 lampu keliling hijau atau 2 diamond vertikal di sisi yg kapal boleh lewat
iii. saat berlabuh, lampu atau bentuk yang ditentukan dalam paragraf ini, bukan lampu atau bentuk
yang ditentukan dalam Peraturan 30. (Jgn pakai sesuai aturan 30)

e. Ketika ukuran kapal yg sedang operasi bawah air menyebabkan tidak bisa memperlihatkan lampu &
shape sesuai paragraf (d) sebagai gantinya harus memperlihatkan :
i. 3 lampu keliling vertikal. Atas dan bawah merah tengah putih
ii. Bendera isyarat “A” tidak kurang dari 1 mtr, pastikan dapat dilihat dari segala arah

f. kapal yang dalam operasi pembersihan ranjau harus, selain lampu yang ditentukan untuk PD dalam
Aturan 23 atau lampu atau bentuk yang ditentukan untuk kapal yang berlabuh dalam Aturan 30,
menunjukkan tiga lampu keliling hijau/ tiga bola. Salah satu dari lampu atau bentuk ini harus
diperlihatkan di dekat tiang depan dan satu di setiap ujung haluan. Lampu atau bentuk ini
menunjukkan bahwa berbahaya bagi kapal lain untuk mendekat dalam jarak 1000 meter dari kapal
pembersih ranjau.

g. kapal <12 mtr kecuali dalam operasi bawah air tidak diwajibkan menunjukkan lampu sesuai aturan
ini

h. Signal dalam aturan ini bukanlah sinyal tanda kapal ini dalam bahaya atau membutuhkan bantuan.
Sinyal-sinyal tersebut tercantum dalam Lampiran IV pada Peraturan ini.

Aturan 28 : Vessel contrained by her draft

Kapal yg susah manoever by draft harus memperlihatkan lampu sesuai PD pada aturan 23 dan
memperlihatkan 3 lampu keliling merah vertikal atau Cylinder di siang hari.

Aturan 29 : Pilot Vessel

a. Pilot Vessel saat on duty harus menunjukkan :


i. Diatas tiang 2 lampu keliling, atas putih bawah merah
ii. Saat jalan meperlihatkan juga side & stern light
iii. Saat Anchor memperlihatkan sesuai paragraf (i) dan juga sesuai aturan 30

b. Pilot vessel yg tidak sedang bertugas harus memperlihatkan lampu & shape sesuai dengan kapal
lain dalam aturan ini

Aturan 30 : Anchored Vessels and Vessels Aground

a. Kapal Anchor harus memperlihatkan :


i. Di haluan 1 bola” / lampu keliling putih
ii. 1 lampu keliling putih di buritan (harus lebih rendah dripada haluan)

b. Kapal <50 meter dapat menunjukkan lampu putih keliling, bukan lampu yang ditentukan dalam ayat
(a) Peraturan ini.

c Kapal >100 mtr juga harus memperlihatkan lampu yg menerangi decknya

d. Kapal kandas harus memperlihatkan lampu sesuai paragraf (a)(b) dan tambahan :
i. 2 lampu merah keliling vertikal
ii. 3 bola” vertikal
e. Kapal <7 mtr saat berlabuh tidak di/dekat dgn narrow channel, OB atau alur biasanya buat kapal
jalan tidak perlu menunjukkan light/shape sesuai aturan paragraf (a)/(b)

f. Kapal <12 mtr saat kandas tidak perlu menunjukkan light & shape sesuai paragraf (d)(i)(ii)

Aturan 31 : Seaplanes

Seaplanes / WIG craft yg tidak dapat memperlihatkan light & shape sesuai aturan ini harus dapat
memperlihatkan light & shape yg semirip mungkin dengan aturan ini

PART D : Sound and Light signal 32-37

Aturan 32 : Definitions

a. Kata "Whisyle" berarti alat pemberi isyarat suara yang mampu menghasilkan bunyi yang ditentukan
dan sesuai dengan spesifikasi dalam Lampiran III Peraturan ini.

b. Short blast berarti suling sekitar 1 detik


c. ProLonged blast berarti suling sekitar 4-6 detik

Aturan 33 : Equipment for sound signals

a. Kapal 12 Mtr atau lebih harus mempunyai suling, kapal 20 mtr atau lebih harus punya suling dan bell,
kapal 100 mtr atau lebih harus punya tambahan gong yg mana suaranya tidak boleh sama dgn bell
biar tidak membingungkan. Suling, bell, dan gong harus sesuai dengan spesifikasi dalam Lampiran III
Peraturan ini. Bel atau gong atau keduanya dapat diganti dengan peralatan lain yang memiliki
karakteristik suara yang sama, asalkan sinyal yang diperlukan dapat dibunyikan secara manual.

b. Kapal <12 mtr boleh tidak mempunyai sound signal sesuai paragraf (a), namun jika tidak punya
harus mempunyai cara lain untuk membuat sinyal yg efisien

Aturan 34 : Manoevering & Warning signal

a. Ketika PD underway saling melihat satu sama lain, ketika bermanuver harus mengikuti signal suling
sebagai berikut :
i. Satu suling pendek : saya mengubah haluan ke kanan
ii. Dua suling pendek : saya mengubah haluan ke kiri
iii. Tiga suling pendek : saya sedang memakai mesin mundur

b. Selain dengan suling signal dengan cahaya harus sebagai berikut :


i. sinyal-sinyal ini harus memiliki arti sebagai berikut:
 1 Flash : saya mengubah haluan ke kanan
 2 Flash : saya mengubah haluan ke kiri
 3 Flash : saya sedang mundur
ii. Durasi antar flash kurang lebih 1 detik, interval kurang lebih 1 detik dan interval antara signalnya
tidak boleh kurang dari 10 detik(minimal 10 detik jarak antar signal)
iii. Light signal yg digunakan harus lampu putih keliling, visible min. 5 mil dan harus mematuhi
ketentuan Lampiran I Peraturan ini.

c. Ketika di narrow channel atau OB :


i. Kapal yg ingin overtake sesuai aturan 9 (e)(i)harus :
 2 Suling panjang 1 suling pendek : saya ingin overtake dari kanan
 2 suling panjang 2 sulinh pendek : saya ingin overtake dari kiri
ii. Jika kapal yg di overtake setuju 9(e)(i) :
 1 suling panjang 1 pendek, 1 panjang 1 pendek

d. Saat kapa gagal memahami maksud atau ragu aman atau tidak maka : 5 suling pendek / 5 flashing

e. Kapal yg dekat dengan belokan, narrow channel / fairway tidak bisa melihat ada kapl atau tidak di
alurnya selanjutnya harus : 1 suling panjang, kapal yg mendengar harus membalas dengan 1 suling
panjang

f. Ketika kapal > 100 mtr ada lbh dri 1 suling cukup menggunakan 1 suling saja

Aturan 35 : Sound signal in restricted visibility

Di area penglihatan terbatas pd siang atau malam harus memakai sinyal berikut ini :
a. PD jalan : 1 suling panjang interval tidak lebih dari 2 menit

b. PD stop mesin tapi masih laju : 2 Suling panjang jarak 2 detik interval maks 2 menit

c. Kapal NUC, RAM, CBD, SV, Kapal sedang menangkap ikan, kapal sedang towing signalnya sebagai
pengganti dari (a)(b) : 1 Suling panjang 2 pendek interval maks. 2 menit

d. Kapal menangkap ikan Anchor & RAM Anchor harus membunyikan signal sesuai paragraf (g)
sebagai pengganti paragraf (c)

e. Sebuah kapal yang ditarik atau jika lebih dari satu kapal sedang ditarik, kapal terakhir dari penarik,
jika diawaki, harus membunyikan empat kali sognal secara berurutan : 1 Suling panjang 3 suling
pendek. Jika memungkinkan, isyarat ini harus diberikan segera setelah isyarat yang diberikan oleh
kapal penarik.

f. Ketika kapal pendorong dan kapal yang didorong ke depan terhubung secara kaku dalam unit
gabungan, keduanya harus dianggap sebagai kapal yang digerakkan dengan tenaga mesin dan harus
memberikan sinyal yang ditentukan dalam ayat (a) atau (b) Peraturan ini.
g. Kapal yang sedang berlabuh harus membunyikan lonceng dengan cepat selama 10 detik dengan
interval tidak lebih dari 1 menit. Pada kapal yang panjangnya 100 meter atau lebih, lonceng harus
dibunyikan di bagian depan kapal dan segera setelah lonceng dibunyikan, gong harus dibunyikan
dengan cepat selama 5 detik di bagian belakang kapal. Sebuah kapal yang sedang berlabuh dapat
membunyikan tiga kali tiupan secara berurutan, yaitu satu tiupan pendek, satu tiupan panjang dan
satu tiupan pendek, untuk memberikan peringatan tentang posisinya dan kemungkinan tabrakan
dengan kapal yang mendekat.
(Bell 10 detik, Gong 5 detik, 1 Suling pendek, 1 panjang, 1 pendek. Interval maks 1 menit)

h. Kapal yg kandas membunyikan sesuai paragraf (g) dan sebagai tambahan 3x lonceng sebelum dan
sesudah bell. Kapal yg kandas membunyikan suling yg sesuai.
(Bell 3x, Bell 10 detik, Bell 3x, Gong 5 detik, 1 Suling pendek, 1 panjang, 1 pendek. Interval maks 1
menit)

i. Kapal 12-20 mtr tidak diwajibkan membunyikan sesuai paragraf (g)(h) akan tetapi harus membuat
sinyal lain yg efisien interval maks 2 menit

j. Kapal <12 mtr tidak diwajibkan tetapi harus membuat sinyal yg efisien interval maks 2 menit

k. Sebuah kapal pandu ketika sedang menjalankan tugas pandu dapat membunyikan sinyal-sinyal
yang ditentukan dalam ayat (a), (b) atau (g) Peraturan ini sebagai tambahan dari sinyal-sinyal yang
ditentukan dalam ayat (a), (b) atau (g) Peraturan ini yang terdiri dari : 4 suling pendek

Aturan 36 : Signals to attract attention

Jika perlu untuk menarik perhatian kapal lain, setiap kapal dapat membuat sinyal cahaya atau suara
yang tidak dapat disalahartikan sebagai sinyal yang diizinkan di tempat lain dalam Peraturan ini, atau
dapat mengarahkan sinar lampu sorotnya ke arah bahaya, sedemikian rupa sehingga tidak
membebani kapal manapun. Cahaya untuk menarik perhatian kapal lain harus sedemikian rupa
sehingga tidak dapat disalahartikan sebagai alat bantu navigasi (jangan seperti buoy atau lainya nanti
dikira kapal lain buoy). Untuk tujuan Peraturan ini, penggunaan lampu yang terputus-putus atau
berputar dengan intensitas tinggi, seperti lampu strobo, harus dihindari.

Aturan 37 : Distress signal

Ketika sebuah kapal dalam keadaan bahaya dan membutuhkan bantuan, kapal tersebut harus
menggunakan atau menunjukkan sinyal-sinyal yang dijelaskan dalam Lampiran IV pada Peraturan ini.
PART E : Exemption (Pengecualian) - 38

Aturan 38 : Exemption

Setiap kapal (atau kelas kapal) asalkan memenuhi persyaratan Peraturan Internasional untuk
Pencegahan Tabrakan di Laut, 1960, yang lunasnya diletakkan atau berada pada tahap konstruksi
yang sesuai sebelum berlakunya Peraturan ini dapat dikecualikan dari kepatuhan terhadap Peraturan
ini sebagai berikut:
a. Pemasangan lampu dengan jarak yang ditentukan dalam aturan 22, hingga 4 tahun setelah tanggal
berlakunya peraturan ini.

b. Pemasangan lampu dengan spesifikasi warna seperti yang ditentukan dalam Bagian 7 Lampiran I
pada Peraturan ini, hingga 4 tahun setelah berlakunya Peraturan ini.

c. Pemosisian ulang lampu sebagai hasil konversi dari satuan Imperial ke satuan metrik dan
pembulatan angka pengukuran, dikecualikan secara permanen

d. i. Pemosisian ulang lampu tiang pada kapal yang panjangnya kurang dari 150 meter, yang
diakibatkan oleh ketentuan Bagian 3 (a) Lampiran I dari peraturan ini, pengecualian permanen
ii. Pemosisian ulang lampu tiang pada kapal dengan panjang 150 meter atau lebih, yang diakibatkan
oleh ketentuan Bagian 3 (a) Lampiran I pada peraturan ini, hingga 9 tahun setelah tanggal berlakunya
Peraturan ini.

e. Pemosisian ulang lampu kepala tiang yang dihasilkan dari ketentuan Bagian 2(b) Lampiran I pada
Peraturan ini, hingga 9 tahun setelah tanggal berlakunya Peraturan ini.

f. Pemosisian ulang lampu samping yang dihasilkan dari ketentuan Bagian 2(g) dan 3(b) Lampiran I
Peraturan ini, sampai 9 tahun setelah tanggal berlakunya Peraturan ini.

g. Persyaratan untuk peralatan sinyal suara yang ditetapkan dalam Lampiran II Peraturan ini, sampai 9
tahun setelah tanggal berlakunya Peraturan ini.

h. Pemosisian ulang lampu serba guna yang dihasilkan dari ketentuan Pasal 9(b) Lampiran I Peraturan
ini, pengecualian permanen.

Part F : Verification Of Compliance With The Provisions Of The Convention - 39-41

Aturan 39 : Definition

a. Audit berarti suatu proses yang sistematis, independen, dan terdokumentasi untuk mendapatkan
bukti audit dan mengevaluasinya secara obyektif untuk menentukan sejauh mana kriteria audit
dipenuhi.
b. Skema Audit berarti Skema Audit Negara Anggota IMO yang ditetapkan oleh Organisasi dan
dengan mempertimbangkan pedoman yang dikembangkan oleh Organisasi.

c. Kode untuk Implementasi berarti Kode Implementasi Instrumen IMO (Kode III) yang diadopsi oleh
Organisasi melalui resolusi A.1070(28).

d. Standar Audit berarti Pedoman Pelaksanaan

Aturan 40 : Application

Para Pihak wajib menggunakan ketentuan-ketentuan Kode Etik Pelaksanaan dalam pelaksanaan
kewajiban dan tanggung jawab mereka yang tercantum dalam Konvensi ini.

Aturan 41 : Verification of compliance

a. Setiap Pihak pada Perjanjian harus tunduk pada audit berkala oleh Organisasi sesuai dengan
standar audit untuk memverifikasi kepatuhan dan pelaksanaan Konvensi ini

b. Sekretaris Jenderal Organisasi bertanggung jawab untuk mengelola Skema Audit, berdasarkan
pedoman yang dikembangkan oleh Organisasi.

c. Setiap Pihak yang Berkontrak bertanggung jawab untuk memfasilitasi pelaksanaan audit dan
implementasi program tindakan untuk mengatasi temuan-temuan, berdasarkan pedoman yang
dikembangkan oleh Organisasi.

d. Audit terhadap semua Pihak yang Berkontrak harus:


(i) berdasarkan jadwal keseluruhan yang dikembangkan oleh Sekretaris Jenderal Organisasi, dengan
mempertimbangkan pedoman yang dikembangkan oleh Organisasi; dan
(ii) dilakukan pada interval waktu tertentu, dengan mempertimbangkan pedoman yang dikembangkan
oleh Organisasi

ANNEX 1 : Position and Technical Details of Lights and Shapes

1. Definitions

Istilah "ketinggian di atas lambung kapal" berarti ketinggian di atas geladak kontinu paling atas.
Ketinggian ini harus diukur dari posisi vertikal di bawah lokasi lampu.

2. Vertical Positioning and Spacing of Lights

a. PD Panjang 20 meter atau lebih, lampu di bagian depan kapal harus ditempatkan sebagai berikut:
i. Lampu tiang depan atau hanya ada 1 lampu tiang depan tingginya tidak boleh <6 mtr dan jika
lebarnya >6 mtr, tingginya tidak boleh kurang dari lebar kapal. Namun lampu tsb tidak perlu di
tempatkan kalau lebar >12 mtr
ii. ketika dua lampu tiang dibawa, lampu di belakang harus setidaknya 4,5 meter lebih tinggi secara
vertikal dari lampu di depan.

b. Pemisahan vertikal lampu tiang PD harus sedemikian rupa sehingga dalam semua kondisi trim
normal, lampu belakang akan terlihat di atas dan terpisah dari lampu depan pada jarak 1000 meter
dari buritan jika dilihat dari permukaan laut.

c. Lampu tiang dari PD dengan panjang 12-20 meter harus ditempatkan pada ketinggian di atas
gunwale(ujung perahu yg melengkung di haluan) tidak kurang dari 2,5 meter.

d. Sebuah PD panjang < 12 meter dapat membawa lampu paling atas dengan ketinggian kurang dari
2,5 meter di atas gunwale. Namun, jika lampu buritan dibawa sebagai tambahan dari lampu samping
dan lampu buritan, maka lampu buritan atau lampu keliling tersebut harus dibawa paling sedikit 1
meter lebih tinggi dari lampu samping.

e. Salah satu dari dua atau tiga lampu tiang yang ditentukan untuk PD saat menarik atau mendorong
kapal lain harus ditempatkan pada posisi yang sama dengan lampu tiang depan atau lampu tiang
belakang, jika dibawa pada tiang belakang, lampu tiang belakang terendah harus setidaknya 4,5 meter
lebih tinggi secara vertikal daripada lampu tiang depan.

f. i. Lampu tiang depan atau lampu yang ditentukan dalam Peraturan 23(a) harus ditempatkan
sedemikian rupa sehingga berada di atas dan bebas dari semua lampu dan penghalang lain kecuali
seperti yang dijelaskan pada sub-paragraf (ii).
ii. Jika tidak bisa untuk membawa lampu keliling yang ditentukan oleh Peraturan 27(b)(i) atau Peraturan
28 di bawah lampu utama, maka lampu tersebut dapat dibawa di atas lampu utama setelah lampu
utama atau secara vertikal di antara lampu utama depan dan lampu utama setelah lampu utama,
asalkan dalam kasus terakhir, persyaratan Bagian 3(c) dari Lampiran ini harus dipenuhi

g. Lampu samping kapal yang digerakkan dengan tenaga mesin harus ditempatkan pada ketinggian di
atas lambung kapal yang tidak lebih besar dari tiga perempat dari lampu depan kapal. Lampu ini tidak
boleh terlalu rendah sehingga mengganggu lampu geladak.

h. Lampu samping, jika dalam lentera gabungan dan dibawa di atas kapal yang digerakkan dengan
tenaga kurang dari 20 meter, harus ditempatkan tidak kurang dari 1 meter di bawah lampu tiang kapal

i. Apabila Peraturan menetapkan dua atau tiga lampu yang harus dibawa dalam garis vertikal, maka
lampu-lampu tersebut harus diberi jarak sebagai berikut:
i. pada kapal yang panjangnya 20 meter atau lebih, lampu-lampu tersebut harus diberi jarak tidak
kurang dari 22 meter, dan lampu yang paling rendah, kecuali jika diperlukan lampu penarik, harus
ditempatkan pada ketinggian tidak kurang dari 4 meter di atas lambung kapal
ii. pada kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter, lampu-lampu tersebut harus ditempatkan tidak
kurang dari 20 meter dan lampu yang paling rendah, kecuali jika diperlukan lampu penarik, harus
ditempatkan pada ketinggian tidak kurang dari 2 meter di atas linggi kapal.
iii. ketika tiga lampu dibawa, mereka harus diberi jarak yang sama

j. Lampu paling bawah dari dua lampu keliling yang ditetapkan untuk sebuah kapal yang terlibat dalam
penangkapan ikan harus berada pada ketinggian di atas lampu samping tidak kurang dari dua kali
jarak antara dua lampu vertikal.
k. Lampu jangkar depan yang ditentukan dalam Aturan 30(a)(i), jika ada dua, tidak boleh kurang dari
4.5 meter di atas lampu setelahnya. Pada sebuah kapal dengan panjang 50 meter atau lebih, lampu
jangkar depan ini harus ditempatkan pada ketinggian tidak kurang dari 6 meter di atas lambung kapal.

3. Horizontal positioning and spacing of lights


a. Ketika dua lampu tiang ditetapkan untuk kapal yang digerakkan dengan tenaga mesin, jarak
horisontal di antara keduanya tidak boleh kurang dari setengah panjang kapal tetapi tidak boleh lebih
dari 100 meter. Lampu depan harus ditempatkan lebih dari seperempat panjang kapal dari buritan.

b. Pada kapal yang digerakkan dengan tenaga mesin dengan panjang 20 meter atau lebih, lampu
samping tidak boleh ditempatkan di depan lampu tiang depan kapal. Lampu ini harus ditempatkan di
atau dekat sisi kapal.

c. Jika lampu yang ditentukan dalam Aturan 27(b)(i) atau Aturan 28 ditempatkan secara vertikal di
antara lampu depan dan lampu belakang, maka lampu keliling ini harus ditempatkan pada jarak
horisontal tidak kurang dari 2 meter dari garis tengah depan dan belakang kapal ke arah kapal.

4. Details of location of direction-indicating lights for fishing vessels, dredgers and vessels
engaged in underwater operations
a. Lampu yang menunjukkan arah alat penangkap ikan dari kapal yang melakukan penangkapan ikan
seperti yang ditentukan dalam Peraturan 26(c)(ii) harus ditempatkan pada jarak horizontal tidak kurang
dari 2 meter dan tidak lebih dari 6 meter dari dua lampu keliling merah dan putih. Lampu ini harus
ditempatkan tidak lebih tinggi dari lampu putih keliling yang ditetapkan dalam Aturan 26(c)(i) dan tidak
lebih rendah dari lampu samping.

b. Lampu dan bentuk pada kapal yang terlibat dalam pengerukan atau operasi bawah air untuk
menunjukkan sisi yang terhalang dan/atau sisi yang aman untuk dilewati, sebagaimana ditentukan
dalam Aturan 27(d)(i) dan (ii), harus ditempatkan pada jarak horizontal maksimum, tetapi tidak boleh
kurang dari 2 meter, dari lampu atau bentuk yang ditentukan dalam Aturan 27(b)(i) dan (ii). Dalam hal
apa pun, bagian atas lampu dan bentuk ini tidak boleh berada pada ketinggian yang lebih tinggi
daripada bagian bawah dari tiga lampu atau bentuk yang ditentukan dalam Aturan 227(b)(i) dan (ii).

5. Screen for sidelights


Lampu samping kapal dengan panjang 20 meter atau lebih harus dilengkapi dengan layar di dalam
kapal yang dicat hitam pekat, dan memenuhi persyaratan Bagian 9 Lampiran ini. Pada kapal yang
panjangnya kurang dari 20 meter, lampu samping, jika perlu untuk memenuhi persyaratan Bagian 9
Lampiran ini, harus dilengkapi dengan layar hitam pekat di dalam kapal. Dengan lentera gabungan,
dengan menggunakan filamen vertikal tunggal dan pembagian yang sangat sempit antara bagian
merah dan hijau, layar eksternal tidak perlu dipasang.

6. Shape
a. Shape harus hitam dengan ukuran :
i. Bola dengan diameter min. 0.6 mtr
ii. Kerucut diameter min 0.6 mtr dan tingginya = diameter
iii. Cylinder diameter min 0.6 dan tingginya 2x Diameter
iv. Diamond terdiri dari 2 kerucut (cone) yg speknya sama dengan (ii)
b. Jarak vertikal antar shape 1.5 mtr
c. kapal < 20 meter, bentuk-bentuk dengan dimensi yang lebih kecil tetapi sepadan dengan ukuran
kapal dapat digunakan dan jaraknya juga dapat dikurangi.

7. Colour specification for lights


Kromatisitas semua lampu navigasi harus sesuai dengan standar berikut ini, yang berada dalam
batas-batas area diagram yang ditentukan untuk setiap warna oleh Komisi Internasional tentang
Penerangan (CIE).

Batas-batas area untuk tiap warna diberikan dengan mengindikasikan koordinat sudut, yaitu sebagai
berikut:

8. Intensity of light
a. Intensitas cahaya minimum lampu harus dihitung dengan menggunakan rumus:

b. Pilihan angka yang berasal dari rumus diberikan dalam tabel berikut ini:
Catatan: Intensitas cahaya maksimum lampu navigasi harus dibatasi untuk menghindari silau yang
tidak semestinya. Hal ini tidak dapat dicapai dengan kontrol variabel intensitas cahaya.

9. Horizontal sector
a. i. Pada arah depan, lampu samping yang dipasang di kapal harus menunjukkan intensitas minimum
yang disyaratkan. Intensitas harus berkurang hingga mencapai batas praktis antara 1 derajat dan 3
derajat di luar sektor yang ditentukan.
ii. Untuk lampu buritan dan lampu tiang depan dan pada 22.5 derajat lambung belakang untuk lampu
samping, intensitas minimum yang disyaratkan harus dipertahankan di atas busur cakrawala hingga 5
derajat dalam batas sektor-sektor yang ditentukan dalam Aturan 21. Dari 5 derajat di dalam
sektor-sektor yang ditentukan, intensitas harus menurun hingga mencapai batas yang ditentukan. Dari
5 derajat di dalam sektor yang ditentukan, intensitas harus berkurang sebesar 50 persen hingga batas
yang ditentukan; intensitas harus terus berkurang hingga mencapai batas praktis tidak lebih dari 5
derajat di luar sektor yang ditentukan.

b. Lampu keliling harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak terhalang oleh tiang, tiang atas
atau struktur dalam sektor sudut lebih dari 6 derajat, kecuali lampu jangkar yang ditentukan pada
Aturan 30, yang tidak perlu ditempatkan pada ketinggian yang tidak memungkinkan di atas lambung
kapal.

10. Vertical sector


a. Sektor vertikal lampu listrik yang dipasang, dengan pengecualian untuk kapal layar yang sedang
berlayar harus memastikan hal tersebut:
i. setidaknya intensitas minimum yang disyaratkan dipertahankan pada semua sudut dari 5 derajat di
atas hingga 5 derajat di bawah horizontal;
ii. setidaknya 60 persen dari intensitas minimum yang disyaratkan dipertahankan dari 7,5 derajat di
atas hingga 7,5 derajat di bawah horizontal.

b. Dalam hal kapal layar yang sedang berlayar, sektor vertikal lampu listrik yang dipasang harus
memastikan bahwa:
(i) setidaknya intensitas minimum yang disyaratkan dipertahankan pada semua sudut dari 5 derajat di
atas hingga 5 derajat di bawah horisontal;
(ii) paling tidak 50 persen dari intensitas minimum yang disyaratkan dipertahankan dari 25 derajat di
atas sampai 25 derajat di bawah horisontal.

c. Untuk lampu selain listrik, spesifikasi ini harus dipenuhi semaksimal mungkin.

11. Intensity of non-electric lights


Lampu non-listrik harus sejauh mungkin memenuhi intensitas minimum, seperti yang ditentukan dalam
Tabel yang diberikan dalam Bagian 8 Lampiran ini.

12. Manoevering light


Menyimpang dari ketentuan ayat 2(f) Lampiran ini, lampu manuver yang dijelaskan pada Peraturan
34(b) harus ditempatkan pada bidang vertikal yang sama di depan dan di belakang seperti lampu atau
lampu-lampu di buritan dan, jika dapat dilakukan, pada ketinggian minimum 2 meter vertikal di atas
lampu buritan depan, dengan ketentuan bahwa lampu tersebut harus dibawa tidak kurang dari 2 meter
vertikal di atas atau di bawah lampu buritan. Pada kapal yang hanya memiliki satu lampu di bagian
depan kapal, lampu manuver, jika dipasang, harus dibawa ke tempat yang paling mudah dilihat, tidak
kurang dari 2 meter secara vertikal dari lampu di bagian depan kapal.

13. High speed craft


a. Lampu kepala tiang kapal berkecepatan tinggi dapat ditempatkan pada ketinggian yang berkaitan
dengan lebar kapal yang lebih rendah dari yang ditentukan pada ayat 2(a)(i) lampiran ini, asalkan sudut
dasar segitiga sama kaki yang dibentuk oleh lampu samping dan lampu kepala tiang, jika dilihat pada
elevasi akhir, tidak kurang dari 27°.
b. Pada kapal berkecepatan tinggi dengan panjang 50 meter atau lebih, jarak vertikal antara lampu
depan dan lampu utama sebesar 4.5 meter yang disyaratkan oleh ayat 29a)(ii) lampiran ini dapat
dimodifikasi asalkan jarak tersebut tidak kurang dari nilai yang ditentukan oleh rumus berikut:

14. Approval
Konstruksi lampu dan bentuk serta pemasangan lampu di atas kapal harus sesuai dengan persetujuan
otoritas yang tepat dari Negara yang benderanya berhak dikibarkan oleh kapal tersebut.

Annex 2 : Additional Signals for Fishing Vessels Fishing in Close Proximity

1. General

Lampu yang disebutkan di sini harus, jika dipamerkan sesuai dengan Peraturan 26(d), ditempatkan di
tempat yang dapat dilihat dengan baik. Lampu-lampu tersebut harus berjarak minimal 0.9 meter tetapi
pada tingkat yang lebih rendah daripada lampu yang ditentukan dalam Peraturan 26(b)(i) dan (c)(i).
Lampu-lampu tersebut harus terlihat di sekeliling cakrawala pada jarak sekurang-kurangnya 1 mil
tetapi pada jarak yang lebih rendah daripada lampu yang ditentukan oleh Peraturan ini untuk kapal
penangkap ikan.

2. Signal for trawlers


a. Kapal yang terlibat dalam pukat harimau (trawler), baik yang menggunakan alat tangkap demersal
maupun pelagis, dapat menunjukkannya:
i. saat menebar jaring : dua lampu putih dalam satu garis vertikal
ii. saat mengangkut jaring : satu lampu putih di atas satu lampu merah di bawah dalam satu garis
vertikal.

b. Setiap kapal yang terlibat dalam penangkapan dengan pukat bersama/2 kapal menangkap bersama
(Pair trawling) dapat menunjukkan:
i. pada malam hari, lampu sorot yang diarahkan ke depan dan ke arah kapal lain dari pasangan
tersebut.
ii. ketika menebar atau mengangkut jaring mereka atau ketika jaring mereka melaju kencang di atas
rintangan, lampu-lampu yang ditetapkan dalam Aturan 26(a) di atas.

3. Signaling for purse seiner(jaring memutar)


Kapal yang melakukan penangkapan ikan dengan pukat cincin dapat menunjukkan dua lampu kuning
dalam garis vertikal. Lampu-lampu ini harus berkedip secara bergantian setiap detik dan dengan
durasi cahaya dan penyinaran yang sama. Lampu-lampu ini hanya boleh dinyalakan ketika kapal
terhalang oleh alat tangkapnya.

Annex 3 : Technical Details of Sound Signal Appliances


1. Whistle
a. Frekuensi dan jangkauan audibilitas Frekuensi dasar sinyal harus berada dalam kisaran 70-700Hz.
Jangkauan audibilitas sinyal dari peluit harus ditentukan oleh frekuensi-frekuensi tersebut, yang dapat
mencakup frekuensi dasar dan/atau satu atau lebih frekuensi yang lebih tinggi, yang berada dalam
kisaran 180-700Hz (+/-1%) untuk kapal dengan panjang 20 meter atau lebih, atau 180-2100Hz (+/-1%)
untuk kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter dan yang memberikan tingkat tekanan suara yang
ditetapkan dalam paragraf 1(c) di bawah ini.
Kisaran audibilitas sinyal dari peluit harus ditentukan oleh frekuensi-frekuensi tersebut, yang dapat
mencakup frekuensi dasar dan/atau satu atau lebih frekuensi yang lebih tinggi, yang berada dalam
kisaran 180-700 Hz (+/- 1%) dan yang memberikan tingkat tekanan suara yang ditetapkan dalam ayat
1(c) di bawah ini.

b. Batas frekuensi fundamental. Untuk memastikan berbagai macam karakteristik peluit, frekuensi
fundamental peluit harus berada di antara batas-batas berikut ini:
(i) 70-200 Hz, untuk kapal dengan panjang 200 meter atau lebih;
(ii) 130-350 Hz, untuk kapal dengan panjang 75 meter tetapi kurang dari 200 meter;
(iii) 250-700 Hz, untuk kapal dengan panjang kurang dari 75 meter.

c. Intensitas sinyal suara dan jangkauan kemampuan mendengar Peluit yang dipasang di dalam kapal
harus memberikan, ke arah intensitas maksimum peluit dan pada jarak 1 meter darinya, tingkat
tekanan suara dalam setidaknya satu pita oktaf ke-1/3 dalam rentang frekuensi 180-700Hz (+/-1%)
untuk kapal dengan panjang 20 meter atau lebih, atau 180-2100Hz (+/-1%) untuk kapal dengan
panjang kurang dari 20 meter, yang tidak kurang dari angka yang sesuai yang diberikan pada tabel di
bawah ini.
*1 Ketika frekuensi yang diukur berada dalam kisaran 180-450Hz
*2 Ketika frekuensi yang diukur berada dalam kisaran 450-800Hz
*3 Ketika frekuensi yang diukur berada dalam kisaran 800-2100Hz

Kisaran kemampuan mendengar pada tabel di atas adalah untuk informasi dan merupakan kisaran di
mana peluit dapat didengar pada sumbu depannya dengan probabilitas 90 persen dalam kondisi
udara tenang di atas kapal yang memiliki tingkat kebisingan latar belakang rata-rata di pos
pendengaran (dianggap 68 dB pada pita oktaf yang berpusat pada 259 Hz dan 63 bB pada pita oktaf
yang berpusat pada 500 Hz).
Dalam praktiknya, jarak di mana peluit dapat didengar sangat bervariasi dan sangat bergantung pada
kondisi cuaca; nilai yang diberikan dapat dianggap sebagai nilai yang umum, namun dalam kondisi
angin kencang atau tingkat kebisingan sekitar yang tinggi di pos pendengaran, jarak tersebut dapat
jauh berkurang.

d. Sifat arah. Tingkat tekanan suara peluit arah tidak boleh lebih dari 4 dB di bawah tingkat tekanan
suara yang ditentukan pada sumbu pada arah mana pun dalam bidang horizontal dalam jarak +/- 45
derajat dari sumbu. Tingkat tekanan suara pada arah lain dalam bidang horizontal tidak boleh lebih
dari 10 dB di bawah tingkat tekanan suara yang ditentukan pada sumbu, sehingga jangkauan ke arah
mana pun harus setidaknya setengah dari jangkauan pada sumbu depan. Tingkat tekanan suara harus
diukur pada pita oktaf sepertiga yang menentukan rentang audibilitas.

e. Penempatan peluit. Jika peluit pengarah akan digunakan sebagai satu-satunya peluit di kapal, peluit
tersebut harus dipasang dengan intensitas maksimum yang diarahkan lurus ke depan.
Peluit harus ditempatkan setinggi mungkin di atas kapal, untuk mengurangi intersepsi suara yang
dipancarkan oleh penghalang dan juga untuk meminimalkan risiko kerusakan pendengaran pada
personel. Tingkat tekanan suara dari sinyal kapal sendiri di pos pendengaran tidak boleh melebihi 110
dB (A) dan sejauh mungkin tidak boleh melebihi 100 dB (A).

f. Pemasangan lebih dari satu peluit. Jika peluit dipasang pada jarak yang terpisah lebih dari 100 meter,
peluit harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak dibunyikan secara bersamaan.
g. Sistem peluit gabungan. Jika karena adanya penghalang, bidang suara dari peluit tunggal atau
salah satu peluit yang disebutkan pada ayat 1(f) di atas kemungkinan besar memiliki zona dengan
tingkat sinyal yang sangat berkurang, disarankan agar sistem peluit gabungan dipasang untuk
mengatasi pengurangan ini. Untuk tujuan Peraturan, sistem peluit gabungan dianggap sebagai peluit
tunggal. Peluit dari sistem gabungan harus ditempatkan pada jarak yang tidak lebih dari 100 meter
dan diatur untuk dibunyikan secara bersamaan. Frekuensi salah satu peluit harus berbeda dengan
peluit lainnya minimal 10 Hz.

2. Bell or gong

a. Intensitas sinyal. Lonceng atau gong, atau perangkat lain yang memiliki karakteristik suara yang
serupa harus menghasilkan tingkat tekanan suara tidak kurang dari 110 dB pada jarak 1 meter
darinya.

b. Konstruksi Lonceng dan gong harus terbuat dari bahan yang tahan korosi dan dirancang untuk
menghasilkan nada yang jelas. Diameter mulut lonceng harus tidak kurang dari 300 mm untuk kapal
dengan panjang 20 meter atau lebih. Jika memungkinkan, pemukul lonceng yang digerakkan oleh
tenaga direkomendasikan untuk memastikan kekuatan yang konstan tetapi pengoperasian secara
manual tetap dapat dilakukan. Massa striker harus tidak kurang dari 3 persen dari massa lonceng.

3. Persetujuan
Konstruksi peralatan sinyal suara, kinerjanya, dan pemasangannya di atas kapal harus sesuai dengan
persetujuan otoritas yang tepat dari Negara yang benderanya berhak dikibarkan oleh kapal tersebut.

Annex 4 : Distress signal

1. Need of assistance
Sinyal-sinyal berikut ini, yang digunakan atau diperlihatkan secara bersamaan atau terpisah,
mengindikasikan adanya bahaya dan kebutuhan akan bantuan:
(a) bunyi senjata atau sinyal ledakan lainnya yang ditembakkan dengan interval sekitar satu menit
(b) bunyi yang terus menerus dengan alat pemberi sinyal saat kabut
(c) roket atau peluru, melempar bintang merah yang ditembakkan satu per satu dengan interval
pendek
(d) sinyal yang dibuat dengan radiotelegrafi atau dengan metode pensinyalan lainnya yang terdiri dari
kelompok ...---... (SOS) dalam Kode Morse
(e) sinyal yang dikirim melalui telepon radio yang terdiri dari kata yang diucapkan "Mayday"
(f) sinyal Kode Internasional tanda bahaya yang ditunjukkan oleh N.C
(g) sinyal yang terdiri dari bendera persegi yang di atasnya atau di bawahnya terdapat bola atau
sesuatu yang menyerupai bola
(h) api di atas kapal (seperti dari tong tar yang terbakar, tong minyak, dll.)
(i) suar parasut roket atau suar tangan yang menunjukkan cahaya merah
(j) sinyal asap yang mengeluarkan asap berwarna oranye
(k) mengangkat dan menurunkan tangan secara perlahan dan berulang kali dengan tangan terentang
ke setiap sisi
(l) sinyal alarm radiotelegraf
(m) sinyal alarm telepon radio
(n) sinyal yang dipancarkan oleh suar radio penunjuk posisi darurat
(o) sinyal yang disetujui yang ditransmisikan oleh sistem komunikasi radio

2. Dilarang menggunakan atau menunjukkan salah satu sinyal di atas kecuali untuk tujuan
menunjukkan kesulitan atau kebutuhan akan bantuan dan penggunaan sinyal lain yang dapat
disalahartikan sebagai sinyal di atas.

3. Perhatikan bagian yang relevan pada Kode Sinyal Internasional, Manual Pencarian dan
Pertolongan Kapal Niaga, dan sinyal-sinyal berikut ini:
a. selembar kanvas berwarna oranye dengan kotak dan lingkaran hitam atau sinyal lain yang sesuai
(untuk identifikasi dari udara);

b. sebuah penanda pewarna.

Anda mungkin juga menyukai