Anda di halaman 1dari 129

BAB I

STANDAR TUGAS JAGA SESUAI BAB VIII SECTION A – STCW 1995


FITNES ( KEBUGARAN ) UNTUK MENJALANKAN TUGAS

1. Semua orang yang ditunjuk untuk menjalankan tugas sebagai perwira yang
melaksanakan suatu tugas jaga atau sebagai bawahan yang ambil bagian dalam suatu
tugas jaga, harus diberi waktu istirahat paling sedikit 10 jam setiap periode 24 jam.
2. Jam – jam istirahat ini hanya boleh dibagi paling banyak menjadi 2 periode istirahat,
yang salah satunya paling tidak kurang dari 6 jam.
3. Persyaratan untuk periode istirahat yang diuraikan pada paragraph 1 dan paragraph
2 di atas, tidak harus diikuti jika berada dalam situasi darurat atau situasi latihan atau
terjadi kondisi – kondisi operasional yang mendesak.
4. Meskipun adanya ketentuan di dalam paragraph 1 dan paragraph 2 di atas, tetapi
metode minimum 10 jam tersebut dapat dikurangi menjadi paling sedikit 6 jam
berturut – turut, asalkan pengurangan semacam ini tidak lebih dari 2 hari, dan paling
sedikit harus ada 70 jam istirahat selama periode 7 hari.
5. Pemerintah yang bersangkutan harus menetapkan agar jadwal – jadwal jaga
ditempatkan pada tempat – tempat yang mudah dilihat.

Dinas Jaga | 1
PENGATURAN TUGAS JAGA DAN PRINSIP – PRINSIP YANG HARUS DIPERHATIKAN
BAGIAN 1 – SERTIFIKAT (CERTIFICATION)

1. Perwira yang melaksanakan tugas jaga navigasi atau tugas jaga deck, harus
memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan – ketentuan yang berkaitan dengan jaga
navigasi tugas jaga deck.
2. Perwira yang bertugas jaga mesin harus memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan –
ketentuan yang berkaitan dengan tugas jaga mesin.

BAGIAN 2 RENCANA PELAYARAN


(VOYAGE PELANNING)

1. Pelayaran yang akan dilakukan harus direncanakan terlebih dahulu, dengan


mempertimbangkan seluruh informasi yang terkait, dan setiap haluan yang
ditetapkan, harus diperiksa sebelum pelayaran dilaksanakan.
2. Melalui musyawarah dengan Nahkoda, Kepala Kamar Mesin harus terlebih dahulu
menentukan kebutuhan – kebutuhan untuk pelayaran yang akan dilakukan, dengan
mempertimbangkan persyaratan – persyaratan tentang bahan bakar, air, minyak
lumas, bahan – bahan kimia, suku cadang, alat – alat, persediaan dan persyaratan –
persyaratan lain.

Perencanaan Setiap Kali Akan Melakukan Pelayaran


Setiap kali akan melakukan pelayaran, Nahkoda harus menjamin bahwa rute yang telah
ditetapkan dari pelabuhan – pelabuhan pemberangkatan menuju ke pelabuhan
berikutnya yang pertama, harus direncanakan dengan menggunakan peta – peta dan
publikasi nautika lain yang memadai, yang memuat informasi terbaru yang lengkap dan
tepat sehubungan dengan bahaya – bahaya dan kesulitan – kesulitan navigasi yang
bersifat tetap atau dapat diramalkan terlebih dahulu, dan yang releven dengan
pelaksanaan navigasi yang aman.

Dinas Jaga | 2
Vertifikasi Dan Membuat Haluan Yang Telah Direncanakan
Setelah dilakukan vertifikasi terhdap perencanaan rute dengan mempertimbangkan
seluruh informasi yang terkait haluan yang telah direncanakan yang akan diteliti harus
dibuat pada peta – peta yang sesuai dan harus selalu siap digunakan sewaktu – waktu
oleh perwira yang sedang melakukan tugas jaga yang harus meneliti ketetapan setiap
haluan yang harus diikuti selama pelayaran.

Penyimpangan Dari Rute Yang Telah Direncanakan


Jika selama pelayaran diambil suatu keputusan untuk merubah pelabuhan tujuan yang
telah ditetapkan atau jika memang diperlukan untuk mengubah arah dari rute yang
ditetapkan karena alasan – alasan tertentu, maka rute baru yang bersangkutan harus
direncanakan terlebih dahulu sebelum mengubah arah dari rute semula.

BAGIAN 3 – TUGAS JAGA (WATCH KEEPING)


Prinsip – Prinsip Yang Berlaku Untuk Tugas Jaga Pada Umumnya
1. Pihak – pihak peserta Konvensi harus mengarahkan agar perhatian perusahaan,
Nahkoda, Kepala Kamar Mesin dan personil tugas jaga, ditunjukan pada prinsip –
prinsip di bawah ini, yang harus diperhatikan untuk menjamin bahwa pelaksanaan
tugas jaga secara aman selalu terpelihara.
2. Nahkoda setiap kapal, wajib menjamin bahwa pengaturan tugas jaga telah memadai
untuk selalu dilaksanakan secara aman. Dibawah pengarahan Nahkoda perwira –
perwira tugas jaga bertanggung jawab melaksanakan navigasi secara aman selama
periode tugas jaga masing – masing.
3. Melalui musyawarah dengan Nahkoda, Kepala Kamar Mesin wajib menjamin bahwa
pengaturan tugas jaga telah memadai untuk memlihara suatu tugas jaga mesin yang
aman.

Perlindungan Lingkungan Laut


Nahkoda perwira dan bawahan harus mengetahui akibat serius dari pencemaran
lingkungan laut karena operasional atau karena kecelakaan kapal, dan harus menjaga

Dinas Jaga | 3
kecermatan untuk mencegah pencemaran, terutama sesuai dengan peraturan –
peraturan international dan peraturan – peraturan yang berlaku di suatu pelabuhan.

BAGIAN 3 – 1 PRINSIP – PRINSIP YANG HARUS


DIPERHATIKAN DALAM MELAKSANAKAN SUATU TUGAS JAGA NAVIGASI
Perwira yang bertugas jaga navigasi merupakan wakil Nahkoda, dan terutama selalu
bertanggung jawab atas navigasi yang aman, dan mematuhi Peraturan International
Pencegahan Tubrukan di Laut – Tahun 1972.

Pengamatan (Look Out)


1. Suatu pengamatan yang baik harus selalu dilaksanakan sesuai dengan Aturan 5
Peraturan International Pencegahan Tubrukan di Laut – Tahun 1972 dan harus sesuai
dengan tujuan untuk :
a) Menjaga kewaspadaan secara terus – menerus dengan penglihatan, pendengaran
dan juga dengan sarana lain yang ada sehubungan dengan setiap perubahan
penting dalam hal suasana pengoperasian.
b) Memperhatikan sepenuhnya situasi – situasi dan resiko – resiko tubrukan kandas
dan bahaya navigasi lain.
c) Mendeteksi kapal – kapal atau pesawat terbang yang sedang berada dalam
bahaya, orang – orang yang mengalami kecelakaan kapal, kerangka kapal, serta
bahaya – bahaya lain yang mengancam navigasi.
2. Petugas pengamat harus mampu memberikan perhatian penuh untuk menjamin
suatu pengamatan yang baik, dan tidak diberikan tugas lain kepada seorang
pengamat karena dapat menganggu pelaksanaan pengamatan.
3. Tugas seorang pengamat dan tugas seorang pemegang kemudi harus terpisah.
Pemegang kemudi tidak boleh merangkap atau dianggap merangkap tugas
pengamatan kecuali pada kapal – kapal kecil dimana tidak ada ganguan pandangan
malam hari. Perwira yang melaksanakan tugas jaga navigasi dapat merupakan satu –
satunya orang yang melakukan pengamatan pada siang hari, asalkan :
a) Situasi yang ada telah diperhitungkan secara cermat dan tidak diragukan lagi
keamanannya.
Dinas Jaga | 4
b) Seluruh factor yang releven telah diperhitungkan sepenuhnya, termasuk :
- Keadaan cuaca
- Jarak tampak
- Kepadatan lalu lintas
- Bahaya – bahaya navigasi
- Perhatian yang perlu diberikan jika sedang melakukan navigasi di dalam atau
di dekat jalur - jalur pemisah lalu lintas.
c) Bantuan secepatnya dapat diberikan ke anjungan jika setiap perubahan situasi
memang memerlukannya
4. Dalam menentukan bahwa komposisi tugas jaga navigasi telah memadai untuk
menjamin dilaksanakannya pengamatan yang baik secara terus – menerus. Nahkoda
harus mempertimbangkan semua factor yang releven, termasuk yang diuraikan di
dalam section Kode SCTW, dan juga factor – factor sebagai berikut :
a) Jarak tampak , keadaan cuaca dan laut.
b) Kepadatan lalu lintas dan aktivitas – aktivitas lain yang terjadi di derah dimana
kapal sedang melakukan navigasi.
c) Perhatian yang perlu jika sedang melakukan navigasi di dalam atau di dekat jalur
– jalur pemisah lalu lintas, atau langkah – langkah lain yang berkaitan dengan
penentuan rute.
d) Beban kerja tambahan yang disebabkan oleh sifat fungsi kapal, oleh kebutuhan
pengoperasian yang bersifat mendadak, dan oleh gerak yang diperkirakan harus
dilakukan.
e) Kemampuan untuk menjalankan tugas setiap anggota tugas jaga.
f) Pengetahuan dan keyakinan kompetenasi professional para perwira dan para
awak kapal.
g) Pengalaman setiap perwira yang melakukan tugas jaga navigasi, dan
pengetahuan perwira tugas jaga yang bersangkutan tentang peralatan, prosedur
– prosedur dan kemampuan olah gerak kapal.
h) Kegiatan – kegiatan yang terjadi sewaktu – waktu, termasuk kegiatan – kegiatan
komunikasi radio dan tersedianya bantuan secepatnya ke anjungan jika
diperlukan.
Dinas Jaga | 5
i) Kemampuan operational instrument – instrument dan alat – alat pengendali di
anjungan, termasuk system tanda bahaya.
j) Daun kemudi, baling – baling, serta sifat olah gerak kapal.
k) Ukuran kapal dan medan pendangan dari tempat pengamat.
l) Tata ruang anjungan, sampai pada tingkat dimana tata ruang yang bersangkutan
mungkin dapat menghalangi seorang awak kapal yang melakukan tugas jaga
dalam mendeteksi setiap perkembangan situasi dengan penglihatan dan
pendengaran.
m) Setiap standard, prosedur atau pedoman releven lain yang berkaitan dengan
pengaturan tugas jaga dan dengan kemampuan melaksanakan tugas jaga, yang
telah ditetapkan oleh organisasi.

Pengaturan Tugas Jaga


1. Jika mengambil keputusan tentang komposisi tugas jaga di anjungan, termasuk
bahawan yang memenuhi syarat, factor – factor berikut harus dipertimbangkan :
a) Anjungan tidak pernah boleh ditinggikan tanpa seorangpun menjaganya.
b) Kondisi cuca, jarak tampak siang atau malam hari.
c) Adanya bahaya – bahaya navigasi yang dapat memungkinkan perwira yang
sedang melaksankan tugas jaga harus menjalankan tugas – tugas tambahan.
d) Penggunaan, dan kondisi alat bantu navigasi seperti radar atau alat – alat
penentu posisi elektronik, dan peralatan lain yang memperngaruhi keamanan
navigasi.
e) Apakah kapal yang bersangkutan dilengkapi dengan kemudi otomatis atau
tidak.
f) Pengendali UMS (Unmanned Machinery Space kamar mesin yang tidak
dijaga), tanda bahaya dan indicator yang ada di anjungan, prosedur untuk
penggunaannya dan keterbatasannya.
g) Setiap kebutuhan luar biasa pada tugas jaga navigasi, yang dapat terjadi
karena keadaan khusus.

Dinas Jaga | 6
Serah Terima Tugas Jaga
1. Perwira pengganti harus menjamin bahwa anggota – anggota tugas jaga yang
membantunya, sepenuhnya mampu menjalankan tugas – tugas khususnya,
sehubungan dengan penyesuaian diri dengan pandangan di malam hari.
Perwira pengganti tidak boleh mengambil alih tugas jaga sebelum daya
pandanganya sepenuhnya telah menyesuaikan dengan kondisi cahaya yang
ada.
2. Sebelum mengambil alih tugas jaga, perwira pengganti harus mendapat
kepastian tentang posisi yang sebenarnya atau posisi duga kapal, serta harus
mendapat kejelasan tentang haluan dan kecepatan kapal, pengendalian UMS
(Unmanned Machinery Space), dan harus mencatat setiap kemungkinan
bahaya navigasi selama tugas jaga.
3. Perwira pengganti harus memperoleh kepastian dalam hal :
a) Perintah – perintah harian dan petunjuk – petunjuk khusus lain dari
Nahkoda, yang berkaitan dengan navigasi.
b) Posisi, haluan, kecepatan dan sarat kapal.
c) Gelombang laut pada saat itu atau yang diperkirakan, arus laut, cuaca,
jarak tampak dan pengaruh factor – factor tersebut terhdap haluan dan
kecepatan kapal.
d) Prosedur – prosedur penggunaan mesin induk untuk olah gerak, jika
mesin induk berada dibawah kendali anjungan.
e) Situasi navigasi, termasuk :
- Kondisi operasional seluruh peralatan navigasi dan peralatan
pengamanan yang sedang digunakan atau yang mungkin akan
digunakan selama tugas jaga.
- Kesalahan – kesalahan kompas gyro dan kompas magnetic.
- Adanya dan terlihatnya kapal – kapal lain atau adanya kapal – kapal
lain yang tidak terlalu jauh dari kapal sendiri.
- Kemungkinan adanya efek – efek kemiringan, trim, berat jenis air dan
squat terhdap jarak lunas kapal dengan dasar laut

Dinas Jaga | 7
4. Jika pada suatu saat perwira tugas jaga navigasi harus diganti dalam keadaan
sedang melakukan olah gerak atau tindakan tertentu lain untuk menghindari
setiap bahaya yang sedang mengancam, maka penggantian tugas jaga ini
harus ditangguhkan sampai tindakan atau olah gerak yang bersangkutan telah
selesai.

Melaksanakan Tugas Jaga Navigasi


1. Perwira yang melaksanakan tugas jaga navigasi harus :
a) Melaksanakan tugas jaga di anjungan
b) Sama sekali tidak diperkenankan meninggalkan anjungan sebelum diganti
c) Terus melaksanakan tanggung jawab navigasi secara aman, meskipun
Nahkoda ada anjungan kecuali jika diberitahu secara khusus bahwa
Nahkoda telah mengambil alih tanggung jawab dan pemberitahuan ini
harus saling dimengerti.
d) Jika merasa ragu tentang tindakan apa yang harus dilakukan demi
keselamatan kapal, harus memberi tahu Nahkoda.
2. Selama tugas jaga, haluan, posisi dan kecepatan kapal harus diperiksa secara
berkala dengan menggunakan setiap peralatan navigasi yang ada, untuk
menjamin bahwa kapal berada pada haluan yang telah direncanakan.
3. Perwira tugas jaga harus memiliki pengetahuan penuh tentang letak
pengoperasian seluruh peralatan navigasi yang ada, dan harus mengetahui
serta mempertimbangkan keterbatasan kemampuan operasional peralatan
yang bersangkutan.
4. Perwira yang bertanggung jawab dalam tugas jaga navigasi, tidak boleh
merangkap atau diberi tugas – tugas lain yang mengganggu keselamatan
navigasi.
5. Perwira tugas jaga navigasi harus menggunakan seluruh peralatan navigasi
seefektif mungkin.
6. Jika menggunakan radar, perwira tugas jaga navigasi harus selalu mengingat
pada ketentuan – ketentuan yang termuat di dalam Peraturan International
Pencegahan Tubrukan di laut, sehubungan dengan cara menggunakan radar.
Dinas Jaga | 8
7. Jika diperlukan, perwira tugas jaga nevigasi tidak boleh ragu untuk
menggunakan kemudi, mesin dan system semboyan bunyi yang ad. Tetapi,
pemberitahuan dalam waktu tepat tentang perubahan kecepatan mesin
harus dilakukan, atau pengendalian secara efektif atas kendali UMS
(Unmanned Machinery Space) yang ada di anjungan, harus sesuai dengan
prosedur – prosedur yang berlaku.
8. Perwira tugas navigasi mengetahui sifat olah gerak kapal, termasuk jarak
henti, dan juga harus mempertimbangkan bahwa kapal – kapal lain memiliki
sifat – sifat olah gerak yang berbeda – beda.
9. Harus dilakukan pencatatan secara baik selama tugas jaga, sehubungan
dengan olah gerak dan aktifitas – aktifitas yang berkaitan dengan navigasi.
10. Perwira tugas jaga harus selalu menjamin bahwa pengamatan secara baik
dilakukan terus – menerus. Pada kapal yang memiliki kamar peta yang
terpisah, perwira tugas jaga navigasi boleh mengunjungi kamar peta ini jika
memang perlu untuk kepentingan tugas navigasi, asalkan terlebih dahulu
memastikan bahwa tindakannya bersifat aman dan pengamanan tetap
dilaksanakan.
11. Penguji kemampuan operasional peralatan navigasi harus dilakukan sesering
mungkin yang dapat dilaksanakan sesuai dengan situasi yang ada, khususnya
sebelum terjadi situasi yang membahayakan. Pengujian – pengujian semacam
ini harus dicatat. Dan pengujian – pengujian semacam ini juga harus dilakukan
sebelum tiba dan sebelum berangkat dari pelabuhan.
12. Perwira tugas jaga navigasi harus melakukan pemeriksaan tetap untuk
menjamin bahawa :
a) Kemudi otomatis atau orang – orang yang menjalankan kemudi tangan
mengikuti haluan yang benar.
b) Kesalahan pada standar kompas ditentukan sedikitnya sekali setiap
putaran tugas jaga, dan setelah perubahan haluan yang cukup besar.
Kompas standard an kompas gyro sering dibandingkan, dan repeater –
repeater disamakan dengan kompas induk.

Dinas Jaga | 9
c) Kemudi otomatis harus diuji secara manual paling sedikit setiap satu
putaran tugas jaga
d) Lampu navigasi dan lampu isyarat peralatan navigasi lain berfungsi
dengan baik
e) Peralatan radio berfungsi dengan baik sesuai dengan paragraph 86 di
bawah ini
f) Alat kendali UMS, tanda bahaya dan indicator – indicator berfungsi
dengan baik.
13. Perwira tugas jaga navigasi harus ingat untuk selalu mematuhi persyaratan –
persyaratan SOLAS tahun 1974, dengan mempertimbangkan :
a) Keharusan menempatkan seorang awak kapal untuk mengemudikan kapal
dan untuk mengijinkan kemudi tangan dalam situasi yang mengijinkan
guna memungkinkan penanggulangan setiap kemungkinan bahaya secara
aman.
b) Bahwa jika kapal sedang menggunakan kemudi otomatis akan sangat
berbahaya jika membiarkan terus berkembangnya situasi sampai pada
suatu tingkat di mana perwira tugas jaga tidak memperoleh bantuan dan
harus menghentikan pelaksanakan pengamatannya karena mengambil
suatu tindakan darurat tertentu.
14. Perwira – perwira yang melaksanakan tugas jaga navigasi harus sepenuhnya
mengenal penggunaan semua alat bantu navigasi elektronik, termasuk
kemampuan – kemampuan dan keterbatasan – keterbatasannya, serta juga
harus menggunakan setiap alat bantu tersebut jika diperlukan, harus juga
ingat bahwa perum gema adalah merupakan alat bantu yang sangat penting
untuk navigasi.
15. Perwira tugas jaga navigasi harus menggunakan radar setiap kali terjadi atau
diperkirakan akan terjadi berkurangnya jarak tampak dan secara terus –
menerus jika sedang ada di perairan yang penuh dengan lalu lintas kapal lain,
sambil memperhatikan keterbatasan – keterbatasan kemampuan radar yang
ada.

Dinas Jaga | 10
16. Perwira tugas jaga navigasi harus menjamin bahwa skala jarak yang
diterapkan diubah secara berkala sehingga setiap sasaran dapat terdeteksi
sedini mungkin. Harus diingat bahwa sasaran – sasaran kecil atau sasaran
yang kurang jelas dapat lolos dari pengamatan rada.
17. Jika menggunakan radar perwira tugas jaga harus memilih suatu skala jarak
yang memadai dan harus mengamati layar radar secara cermat, serta harus
menjamin bahwa analisa sistematis dan plotting mulai dilakukan sedini
mungkin.
18. Perwira tugas jaga navigasi harus member tahu Nahkoda :
a) Jika terjadi atau diperkirakan akan terjadi berkurangnya jarak tampak
b) Jika kondisi lalu lintas dan gerak kapal – kapal lain mengahruskan
perhatian khusus.
c) Jika sulit mempertahankan haluan yang benar
d) Jika tidak melihat adanya daratan, tidak ada rambu navigasi atau tidak
mendengar semboyan bunyi pada waktu yang telah diperkirakan
e) Jika secara tidak terduga melihat adanya daratan atau rambu navigasi,
atau jika terjadi perubahan semboyan bunyi
f) Jika terjadi kerusakan mesin, telegrap, mesin kemudi, peralatan penting
lain untuk navigasi system tanda bahaya dan indicator.
g) Jika peralatan radio tidak berfungsi
h) Jika dalam cuaca buruk merasa ragu tentang kemungkinan akibat buruk
yang akan terjadi
i) Jika kapal menemui setiap bahaya navigasi seperti gunung es atau
kerangka kapal
j) Jika dalam keadaan darurat atau ragu mengambil keputusan
19. Mesikipun ada keharusan untuk memberitahu Nahkoda seperti tersebut di
atas, perwira tugas jaga navigasi juga tidak boleh ragu untuk mengambil
tindakan secepatnya demi keselamatan kapal jika situasi memang
mengharuskan

Dinas Jaga | 11
20. Perwira tugas jaga navigasi harus memberi petunjuk – petunjuk dan informasi
yang perlu kepada bawahan yang membantu tugas jaga yang akan menjamin
suatu pelaksanaan tugas jaga yang aman serta pengamatan yang baik.

I. TUGAS JAGA DEK DALAM KONDISI


DAN DAERAH YANG BERBEDA – BEDA
A. Cuaca Baik / Terang :
1. Perwira tugas jaga navigasi harus sering melakukan baringan – baringan terhadap
kapal – kapal yang mendekat secara tepat, untuk dijadikan petunjuk pendeteksian
adanya resiko tubrukan secara dini, dan harus selalu ingat bahwa resiko tubrukan
masih tetap ada mesikipun ada perubahan baringan yang cukup besar, khususnya
jika sedang mendekati sebuah kapal yang sangat dekat dengan sebuah kapal lain.
Perwira tugas jaga harus mengambil tindakan dini yang positif sesuai dengan
Peraturan International Pencegahan Tubrukan Di Laut – 1972, dan kemudian
memastikan bahwa tindakannya telah memberikan hasil yang diinginkan.
2. Dalam cuaca baik dan setiap saat dapat dilakukan, perwira tugas jaga navigasi harus
melaksankan pengoperasian radar

B. Jarak Tampak Terbatas :


Jika jarak tampak berkurang atau diperkirakan akan berkurang tanggung jawab pertama
tugas jaga navigasi adalah menganut pada peraturan – peraturan sesua dengan
Peraturan International Pencegahan Tubrukan Di laut 1972, dengan perhatian khusus
pada isyarat kabut, melaju dengan kecepatan yang aman dan menyiapkan mesin untuk
melakukan olah gerak setiap saat. Selain itu perwira tugas jaga navigasi juga harus :
a) Memberitahu Nahkoda
b) Menempatkan seorang pengamat yang baik
c) Mengoperasikan dan menggunakan radar

C. Pada Waktu Gelap


Jika menyusun tugas pengamatan, Nahkoda dan perwira tugas jaga navigasi harus
mempertimbangkan peralatan yang ada di anjungan dan peralatan bantu navigasi yang
Dinas Jaga | 12
siap digunakan beserta keterbatasan – keterbatasannya, prosedur – prosedur dan
kecermatan yang harus dilakukan

D. Perairan Pantai Dan Perairan Pada Lalu Lintas


1. Harus menggunakan peta yang memiliki skala terbesar dan sesuai dengan daerah
yang bersangkutan dan harus dikoreksi sesuai dengan informasi yang diperoleh
paling akhir. Penentuan posisi harus sering dilakukan dengan berbagai macam cara.
2. Perwira tugas jaga navigasi harus mengindentifikasi seluruh rambu – rambu navigasi
yang relevan secara benar.

E. Navigasi Ketika Sedang Ada Pandu Di Atas Kapal


1. Meskipun adanya tugas – tugas dan kewajiban seorang Pandu, tetapi keberadaan
Pandu di atas kapal tidak mengganti tugas dan tanggung jawab Nahkoda dari perwira
tugas jaga atas keselamatan kapal. Nahkoda dan Pandu harus saling bertukar
informasi dalam hal prosedur – prosedur navigasi, kondisi setempat dan sifat – sifat
kapal. Nahkoda dan atau perwira tugas jaga harus saling bekerja sama dengan Pandu
dan memeriksa posisi serta gerakan kapal secara akurat.
2. Jika terjadi keraguan tentang tindakan dan maksud – maksud Pandu, maka perwira
tugas jaga navigasi harus minta penjelasan dari Pandu, dan jika keraguan tetap
berlanjut, harus memberitahu Nahkoda secepatnya dan mengambil tindakan apa saja
yang perlu, sebelum Nahkoda datang.

F. Kapal Yang Berlabuh Jangkar


1. Jika Nahkoda mempertimbangkan perlu suatu tugas jaga navigasi harus terus
dilakukan ketika sedang berlabuh jangkar, maka perwira tugas jaga harus :
a) Menentukan dan menggambar posisi pada peta, sendini mungkin.
b) Jika situasi mengijinkan, melakukan pemeriksaan secara berkala dengan waktu
yang memadai untuk memastikan bahwa kapal tetap pada posisi labuh jangkar
yang aman, dengan memeriksa baringan – baringan rambu – rambu navigasi
permanen yang ada atau obyek – obyek pantai yang ada.
c) Menjamin bahwa pengamatan yang baik terus dilaksanakan
Dinas Jaga | 13
d) Memastikan bahwa pemeriksaan kapal dilakukan secara berkala
e) Mengamati keadaan gelombang dan cuaca serta keadaan laut
f) Memberitahukan Nahkoda dan mengambil langkah – langkah yang perlu jika
jangkar menggaruk atau hanyut
g) Memastikan bahwa kesiapan mesin induk dan mesin – mesin lain telah sesuai
dengan petunjuk – petunjuk Nahkoda
h) Jika jarak tampak berkurang, Nahkoda harus diberitahu
i) Memastikan bahwa kapal menunjukkan lampu – lampu dan tanda – tanda siang
hari yang cukup, dan bahwa isyarat – isyarat bunyi dilakukan sesuai dengan
semua peraturan yang ada
j) Mengmbil langkah – langkah untuk melindungi lingkungan dari pencemaran oleh
kapal, dan mematuhi peraturan pencemaran yang berlaku.

BAGIAN 3 – 3 PRINSIP – PRINSIP


YANG HARUS DIPERHATIKAN SELAMA TUGAS JAGA RADIO
A. Persyaratan Umum
Pemerintah harus memberikan perhatian agar perusahaan – perusahaan, para Nahkoda,
dan personil tugas jaga radio selalu mematuhi ketentuan – ketentuan di bawah ini guna
selalu menjamin bahwa tugas jaga radio yang memadai demi keselamatan terus
dipertahankan. Dalam mematuhi kode SCTW ini, perhatian harus diberikan pada
Peraturan – Peraturan Radio.

B. Pengaturan Tugas Jaga


Dalam memutuskan pengaturan tugas jaga radio, Nahkoda harus :
a) Menjamin bahwa tugas jaga radio dilaksanakan sesuai dengan ketentuan – ketentuan
yang relevan dari Peraturan Radio dan Konvensi SOLAS
b) Menjamin tugas – tugas utama dalam tugas jaga radio tidak terganggu oleh
pemantauan berita – berita radio yang tidak relevan dengan pengoperasian kapal
dan navigasi yang aman
c) Mempertimbangkan peralatan radio yang ada di kapal dan kemampuan
operasionalnya
Dinas Jaga | 14
C. Melaksanakan Tugas Jaga Radio
1. Operator radio yang melaksanakan tugas jaga harus :
a) Menjamin bahwa tugas jaga dilaksanakan pada frekuensi gelombang yang telah
ditetapkan di dalam Peraturan Radio dan Konvensi SOLAS
b) Memeriksa secara teratur pengoperasian peralatan radio yang ada serta sumber
– sumber energinya, dan memberikan laporan kepada Nahkoda jika terjadi tidak
berfungsinya peralatan.
2. Persyaratan – persyaratan Peraturan Radio dan Konvensi SOLAS tentang pencatatan
radio telegram atau buku harian radio harus selalu dipatuhi
3. Penyelenggaraan buku harian radio dalam mematuhi persyaratan – persyaratan
Peraturan Radio dan Konvensi SOLAS adalah merupakan tanggung jawab operator
radio yang ditunjuk untuk melaksanakan tanggung jawab utama dalam komunikasi
radio selama keadaan marabahaya. Hal – hal berikut harus dicatat bersama dengan
waktu kejadiannya :
a) Ringkasan – ringkasan tentang keadaan bahaya, keadaan mendesak dan
komunikasi – komunikasi radio yang menyangkut hal keselamatan
b) Peristiwa – peristiwa penting yang berkaitan dengan pelayanan radio
c) Jika mungkin, posisi kapal paling tidak satu kali sehari
d) Ringkasan tentang kondisi peralatan radio termasuk sumber – sumber energinya
4. Buku harian radio harus dipelihara pada waktu pengoperasian komunikasi –
komunikasi marabahaya, dan harus selalu siap :
a) Untuk diperiksa oleh Nahkoda
b) Untuk diperiksa oleh petugas resmi dari Pemerintah yang bersangkutan, dan oleh
setiap petugas lain yang berwenang dan sedang melakukan pemeriksaan sesuai
dengan Artikel X Konvensi SOLAS

Dinas Jaga | 15
BAGIAN 4 TUGAS JAGA DI PEABUHAN
PRINSIP – PRINSIP YANG BERLAKU TERHADAP SEMUA PELAKSANAAN JAGA

A. Umum
Pada setiap kapal yang sandar dengan aman sesuai situasi – situasi normal di pelabuhan
Nahkoda harus mengatur agar tugas jaga yang memadai dan efektif tetap dijalankan
untuk tujuan keselamatan.
Persyaratan – persyaratan mungkin diperlukan untuk jenis – jenis khusus system
penggerak kapal atau peralatan bantu untuk kapal – kapal yang membawa muatan
berbahaya beracun atau mudah terbakar atau jenis – jenis khusus muatan lain.

B. Pengaturan Tugas Jaga


1. Pengaturan untuk melaksanakan tugas jaga dek ketika kapal berada di pebuhan
harus selalu memadai untuk :
a) Menjamin keselamatan jiwa, kapal, pelabuhan dan lingkungan, serta
pengoperasian seluruh peralatan yang berkaitan dengan penanganan muatan.
b) Memperhatikan aturran – aturan international, nasional dan local
c) Menjaga ketertiban dan rutinitas normal kapal
2. Nahkoda harus memutuskan komposisi dan lama tugas jaga dek, tergantung pada
kondisi sandar, jenis kapal dan sifat tugas – tugas.
3. Jika dipetimbangkan perlu oleh Nahkoda seorang perwira yang memenuhi syarat
harus bertanggung jawab dalam tugas jaga dek
4. Peralatan yang perlu harus diatur sedemikian rupa untuk menghasilkan tugas jaga
yang efisien
5. Melalui musyawarah dengan Nahkoda Kepala Kamar Mesin harus menjamin bahwa
pengaturan tugas jaga mesin tetap memadai untuk mempertahankan suatu tugas
jaga mesin yang aman di pelabuhan. Ketika memutuskan pengaturan komposisi tugas
jaga mesin yang dapat melibatkan bawahan – bawahan yang sesuai di kamar mesin,
beberapa hal yang harus dipertimbangkan antara lain adalah :
a) Pada kapal yang memiliki tenaga penggerak dengan kekuatan 3000KW atau lebih
harus selalu ada perwira yang bertugas jaga mesin
Dinas Jaga | 16
b) Pada kapal yang memiliki tenaga pengegerak dengan kekuatan kurang dari
3000KW, sesuai kebijaksanaan Nahkoda melalui musyawarah dengan Kepala
Kamar Mesin, boleh tidak ada perwira yang harus bertanggung jawab dalam
tugas jaga mesin
c) Perwira – perwira yang sedang melaksanakan tugas jaga mesin tidak boleh
merangkap atau diberi tugas lain yang akan menggangu pengawasan terhadap
system permesinan kapal.

C. Serah Terima Tugas Jaga


1. Perwira – perwira yang bertugas jaga geladak atau bertugas jaga mesin tidak boleh
menyerahkan kepada perwira penggantinya, jika timbul keraguan bahwa
penggantinya tidak mampu untuk melaksanakan tugas jaganya secara efektif, maka
dalam hal ini Nahkoda harus diberitahu. Perwira pengganti tugas jaga geladak atau
tugas jaga mesin harus yakin bahwa anggota – anggota penjaganya cukup mampu
untuk melaksanakan tugasnya secara efektif.
2. Jika pada saat penyerahan jaga geladak atau jaga permesinan sedang dilakukan suatu
operasi penting, maka hal ini harus disimpulkan oleh perwira yang akan digantikan,
kecuali bilamana diperintahkan lain oleh Nahkoda atau Kapal Kamar Mesin.

BAGIAN 4 – 1 PENYERAHAN TUGAS JAGA GELADAK


1. Tepat sebelum penyerahan jaga geladak perwira pengganti harus diberitahukan oleh
perwira yang bertugas jaga geladak hal – hal sebagai berikut :
a) Kedalaman air di tempat sandar, sarat kapal, kedudukan dan saat air tinggi
rendah, pengikatan tros – tros pengepit, pengaturan jangkar dan panjang rantai
jangkar dan hal ikhwal pengepilan lainnya yang penting bagi keselamatan kapal
keadaan mesin – mesin induk dan kemampuannya untuk pemakaian darurat
b) Semua pekerjaan yang dilakukan di atas kapal, jenis, jumlah dan disposisi muatan
yang dimuat atau sisinya dan setiap sisa di kapal setelah pembongkaran muatan
c) Kedudukan air di got – got palka dan tangki – tangki tolak bara
d) Isyarat – isyarat atau lampu – lampu yang dipasang atau dibunyikan

Dinas Jaga | 17
e) Jumlah anggota awak kapal yang diperlukan di kapal dan kehadiran tiap orang di
kapal
f) Keadaan alat – alat pemadam kebakaran
g) Tiap peraturan pelabuhan khusus
h) Perintah – perintah tetap dan khusus dari Nahkoda
i) Garis komunikasi yang tersedia anatara kapal dan personil di darat, termasuk
penguasa pelabuhan dalam hal timbulnya keadaan darurat atau pemberian
bantuan
j) Tiap keadaan penting lainnya terhadap keselamatan kapal, awak kapal, muatan
atau perlindungan lingkungan dari pencemaran
k) Prosedur – prosedur untuk pemberitahuan kepada penguasa yang tepat tentang
pencemaran lingkungan sebagai hasil kegiatan kapal
2. Perwira pengganti, sebelum mulai bertugas jaga geladak harus memeriksa bahwa :
a) Pengikatan tros – tros pengepit dan rantai jangkar adalah cukup
b) Isyarat – isyarat atau lampu – lampu yang tepat dipasang atau dibunyikan dengan
baik
c) Peraturan tentang tindakan keselamatan dan perlindungan kebakaran telah
ditaati
d) Mereka memahami jenis uap muatan berbahaya yang dimuat atau dibongkar dan
tindakan yang tepat yang harus diambil jika terjadi suatu tumpahan atau
kebakaran
e) Tidak adanya kondisi atau hal ikhwal luar yang membahayakan kapal dan tidak
membahayakan apapun lainnya

Dinas Jaga | 18
BAGIAN 4 – 2 MELKASANAKAN JAGA GELADAK
1. Perwira yang bertugas jaga geladak harus :
a) Melakukan tugas killing untuk memeriksa kapal secara berkala pada waktu
yang tepat
b) Menaruh perhatian khusus pada :
1) Kondisi dan pengikatan jalan sempit (gangway), rantai jangkar dan tros –
tros pengepil, terutama pada penggantian pasang surut pada dermaga
dengan kenaikan san penurunan air yang besar jika perlu, mengambil
tindakan – tindakan guna menjamin bahwa semua ini berada dalam
kondisi kerja yang biasa
2) Sarat kebebasan di bawah lunas dan keadaan umum kapal, guna
mencegah senget atau trim yang berbahaya selama menangani muatan
atau tolak bara (ballast)
3) Cuaca dan kadaaan laut
4) Penataan semua peraturan tentang keselamatan dan perlindungan
kebakaran
5) Kedudukan air di got – got dan tangki – tangki
6) Semua orang di kapal dan lokasinya khususnya mereka yang berada di
dalam ruangan – ruangan jarak jauh atau tertutup
7) Pemasangan dan pembunyian secara tepat dari lampu – lampu dan isyarat
– isyarat
c) Dalam cuaca buruk atau pada penerimaan peringatan topan, mengambil
tindakan seperlunya untuk melindungi kapal, para pelayar di kapal dan
muatan
d) Mengambil tindakan purbajaga terhadap polusi lingkungan oleh kapal
e) Dalam keadaan darurat yang mengancam keselamatan kapal, dibunyikan
alarm, beritahukan Nahkoda, mengambil semua tindakan yang mungkin guna
mencegah kerusakan apapun pada kapal, muatannya dan para pelayar di
kapal, dan jika perlu, minta bantuan dari penguasa di darat atau kapal – kapal
yang berdekatan

Dinas Jaga | 19
f) Mengetahui tentang kondisi stabilitas kapal demikian sehingga jika terjadi
kebakaran, penguasa pemadam kebakaran di darat dapat diberitahukan
tentang banyaknya air yang dapat dipompakan di kapal tanpa membahayakan
kapal
g) Memberikan bantuan kepada kapal atau orang alam marabahaya
h) Mengambil tindakan purbajaga untuk mencegah kecelakaan atau kerusakan
apabila baling – baling harus diputar.
i) Mencatat di dalam buku harian yang tersedia semua peristiwa penting
mengenai kapal

BAGIAN 4 – 3 JAGA DI PELABUHAN


DI KAPAL YANG MENGANKUT MUATAN BERBAHAYA
A. Umum
1. Nahkoda setiap kapal yang mengangkut muatan berbahaya, entah bersifat meledak,
mudah menyala, beracun, mengancam kesehatan atau yang mencemari lingkungan,
harus menjamin bahwa pengaturan penjagaan yang aman dilangsungkan. Di kapal
yang mengangkut muatan curah yang berbahaya ini dapat dicapai oleh kesiap –
siagaan dari para perwira yang berwenang dan ABK yang tersedia, meskipun kapal
dikepil dengan aman atau berlabuh jangkar dengan aman di pelabuhan.
2. Di kapal – kapal yang berbahaya selain dari yang di curah, maka Nahkoda harus
secepatnya memperhitungkan sifat, jumlah, pembungkusan dan pemadatan muatan
berbahaya, dan pada tiap kondisi khusus di kapal, di laut dan di darat.

Dinas Jaga | 20
PEDOMAN YANG BERKAITAN
DENGAN TUGAS JAGA SESUAI BAB VIII SECTION B – SCTW 1995

PEDOMAN YANG BERKAITAN DENGAN TUGAS JAGA


Pencegahan Kelelahan
1. Dalam memperhatikan persyaratan – persyaratan untuk periode istirahat, “suatu
kegiatan yang mendesak” harus diartikan hanya untuk pekerjaan kapal yang tidak
dapat ditunda – tunda, demi keselamatan atau karena alasan – alasan lingkungan,
atau yang tidak dapat diantisipasi di awal pelayaran.
2. Meskipun untuk “kelelahan” tidak ada definisi yang seragam, tetapi setiap orang
yang terlibat di dalam pengoperasian kapal harus selalu waspada terhadap factor –
factor yang dapat menyebabkan terjadinya kelelahan tersebut termasuk (tetapi tidak
terbatas pada) factor – factor yang disebutkan oleh organisasi, yang harus
dipertimbangkan jika membuat keputusan – keputusan yang berkaitan dengan
pengoperasian kapal.
3. Dalam menerapkan Peraturan VIII / 1, hal – hal berikut harus diperhatikan :
a) Ketentuan – ketentuan yang dibuat untuk mencegah kelelahan, harus menjamin
bahwa jam kerja yang berlebihan atau tidak masuk akal, tidak akan diterapkan.
Periode – periode istirahat minimum yang ditetapkan di dalam Section A-VIII / I
secara khusus, tidak boleh diartikan bahwa jam – jam kerja yang selebihnya dapat
dicurahkan pada tugas jaga atau tugas – tugas lain
b) Frekuensi dan lama periode istirahat, serta pemberian waktu istirahat tambahan
sebagai kompensasi, adalah merupakan factor – factor materi yang mencegah
terjadinya kelelahan
c) Ketentuan – ketentuan dalam hal ini bervariasi untuk kapal – kapal yang
melakukan pelayaran – pelayaran pendek, asalkan pengaturan keselamatan tetap
diterapkan
4. Pemerintah harus mempertimbangkan penerapan suatu persyaratan yang mencatat
jam – jam kerja dan jam – jam istirahat bagi para pelaut, dan catatan – catatan
semacam ini harus diperiksa oleh Pemerintah yang bersangkutan secara berkala,
guna menjamin kepatuhan terhadap peraturan yang berkait
Dinas Jaga | 21
5. Berdasar pada informasi yang diperoleh dari penyelidikan kecelakaan – kecelakaan
laut. Pemerintah harus meninjau kembali ketentuan – ketentuan yang
diberlakukannya sendiri yang berkaitan dengan pencegahan kelelahan

PEDOMAN TENTANG PELAKSANAAN SUATU TUGAS JAGA


A. Pengantar
1. Pedoman khusus mungkin diperlukan untuk kapal – kapal yang membawa muatan
berbahaya, beracun atau mudah terbakar, Nahkoda harus member pedoman
operasional untuk hal ini sepenuhnya
2. Perwira – perwira tugas jaga harus selalu diingat, bahwa pelaksanaan tugas secara
efisien adalah perlu demi keselamatan jiwa dan harta berada di laut, serta untuk
mencegah pencemaran lingkungan laut

B. Penanganan Sumber Daya Di Anjungan


1. Perusahaan – perusahaan harus memberikan pedoman tentang prosedur – prosedur
yang benar di anjungan dan harus meningkatkan penggunaan daftar – daftar
pemeriksaan (check list) yang sesuai bagi setiap kapal, dengan mempertimbangkan
pedoman nasional dan internasional yang berlaku
2. Perusahaan – perusahaan juga harus memberikan pedoman untuk para Nahkoda dan
Perwira yang bertanggung jawab dalam tugas jaga navigasi di setiap kapal, yang
berkaitan dengan keharusan untuk terus – menerus menilai ulang bagaimana sumber
– sumber tugas jaga di anjungan dialokasikan dan digunakan, dengan berdasar pada
prinsip – prinsip penanganan dan sumber – sumber daya di anjungan sebagai berikut:
a) Sejumlah cukup individu – individu yang memenuhi syarat harus selalu
melakukan tugas jaga untuk menjamin efektifitas pelaksanaan seluruh tugas.
b) Seluruh peserta tugas jaga navigasi harus memenuhi syarat sebagaimana
mestinya dan mampu melaksanakan tugas masing – masing secara efisien dan
efektif, atau perwira tugas jaga navigasi harus mempertimbangkan setiap batas
kualifikasi para anggota yang ada jika membuat keputusan – keputusan
operasional dan tugas jaga navigasi

Dinas Jaga | 22
c) Tugas – tugas harus diberikan secara jelas kepada setiap individu tertentu yang
ada, yang harus memastikan bahwa dirinya memahami tanggung jawab yang
diberikan.
d) Tugas – tugas harus dilaksanakan sesuai urut – urutan prioritas yang jelas
e) Tak seorangpun anggota tugas jaga navigasi diberi tugas melebihi
kemampuannya, agar dapat melaksanakan tugas secara efektif
f) Para individu harus selalu ditempatkan dalam tugas – tugas yang dapat
dilaksanakannya secara paling efektif dan paling efisien, jika situasi memang
mengharuskan, para individu juaga harus ditempatkan pada lokasi – lokasi tugas
lain
g) Anggota – anggota tugas navigasi tidak boleh ditugaskan pada tugas – tugas atau
lokasi – lokasi tugas lain sebelum perwira yang bertanggung jawab dalam tugas
jaga navigasi merasa pasti bahwa pengalihan tugas jaga ini akan dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien
h) Alat dan peralatan yang perlu untuk pelaksanaan tugas secara efektif harus selalu
tersedia bagi anggota – anggota tugas jaga navigasi yang sesuai
i) Komunikasi antar anggota tugas jaga navigasi harus jelas, cepat, dapat
diandalkan, dikurangi atau dihilangkan
j) Aktifitas yang tidak perlu dan aktifitas yang menyimpang harus dihindari,
dikurangi atau dihilangkan
k) Seluruh peralatan anjungan harus beroperasi secara benar, jika tidak, Perwira
yang bertanggung jawab dalam tugas jaga navigasi harus mempertimbangkan
setiap kemungkinan tidak berfungsinya peralatan yang bersangkutan didalam
membuat keputusan
l) Seluruh informasi penting harus diperoleh, diproses dan diartikan, serta harus
disampaikan kepada pihak – pihak yang memerlukan guna pelaksanaan tugas
m) Barang – barang yang tidak perlu, tidak boleh ditempatkan di anjungan atau di
setiap tempat tugas yang lain
n) Anggota – anggota tugas jaga navigasi harus selalu siap untuk mengambil langkah
– langkah yang efisien dan efekktif, sesuai dengan perubahan – perubahan situasi
yang terjadi
Dinas Jaga | 23
C. Pedoman Tentang Pelaksanaan Tugas Jaga Mesin
1. Pedoman khusus mungkin diperlukan untuk system – system penggerak jenis khusus,
atau untuk peralatan pelengkap, atau untuk kapal – kapal yang membawa muatan
berbahaya, beracun dan sangat mudah terbakar, atau jenis – jenis khusus muatan
yang lain. Kepala Kamar Mesin harus memberikan pedoman operasional ini
sepenuhnya
2. Perwira yang bertanggung jawab dalam tugas jaga mesin harus selalu ingat bahwa
pelaksanaan kerja secara efisien di kamar mesin adalah perlu demi keselamatan jiwa
dan harta benda di laut, serta untuk pencegahan pencemaran lingkungan laut
3. Sebelum mengambil alih tanggung jawab tugas jaga mesin, perwira pengganti harus :
a) Mengetahui letak dan kegunaan peralatan yang disediakan untuk keselamatan
jiwa di dalam lingkungan yang beracun dan berbahaya
b) Memastikan bahwa bahan – bahan untuk pemberian pertolongan pertama dalam
keadaan darurat selalu siap, khususnya yang diperlukan untuk merawat luka
bakar api dan luka terkena cairan panas
c) Jika di pelabuhan atau ketika sedang berlabuh jangkar secara aman, harus
mengetahui tentang :
1) Aktivitas – aktivitas yang berkaitan dengan muatan, status pemeliharaan dan
fungsi – fungsi perbaikan, serta seluruh opersi yang mempengaruhi tugas jaga
sedang dilakukan
2) Motor bantu yang sedang diopersikan untuk pemberian pelayanan
penumpang atau awak kapal, untuk operasi – operasi penanganan muatan,
untuk system saluran air operasional dan system pembuangan

D. Pedoman Tentang Pelaksanaan Jaga Radio Umum


1. Peraturan Radio antara lain mengharuskan agar setiap stasiun radio di kapal memiliki
ijin, di bawah kewenangan Nahkoda atau orang lain yang bertanggung jawab
terhadap kapal dan hanya dioperasikan di bawah kendali seorang personil yang
memenuhi syarat Peraturan Radio juga mengharuskan agar tanda bahaya yang
berkaittan dengan marabahaya hanya dikirim atas perintah Nahkoda atau orang lain
yang bertanggung jawab atas kapal yang bersangkutan
Dinas Jaga | 24
2. Nahkoda harus selalu ingat bahwa setiap personil yang diberi bertanggung jawab
untuk mengirim suatu tanda bahaya, harus diberi petunjuk sehubungan dengan
pengetahuan dan kemampuan mengoperasikan secara benar seluruh peralatan radio
yang ada di kapal, sebagaimana ditetapkan oleh Peraturan 1/14 paragraf 1.4. Hal ini
harus dicatat di dalam buku harian radio atau buku harian dek
Tugas Jaga
1. Selain persyaratan – persyaratan yang berkaitan dengan tugas jaga radio, Nahkoda
setiap kapal yang sedang berlayar harus menjamin :
a) Bahwa stasiun kapal dilayani oleh personil – personil dalam jumlah yang cukup
pertukaran komunikasi khususnya komunikasi umum, dengan
mempertimbangkan kesulitan yang dihadapi oleh petugas –petugas yang
mengopersikan
b) Peralatan radio yang ada di kapal (dan jika ada termasuk sumber – sumber
energy) dipelihara tetap dalam kondisi kerja yang efisien
2. Secara berkala, harus diberikan petunjuk dan informasi yang perlu tentang
penggunaan peralatan radio serta prosedur – prosedur untuk tujuan pengamanan
dan penanganan keadaan marabahaya kepada seluruh awak kapal yang terkait atau
oleh orang yang ditunjuk untuk melaksanakan tanggung jawab komunikasi radio
selama kejadian marabahaya. Hal ini semua harus dicatat ke dalam buku harian radio
3. Nahkoda setiap kapal yang tidak harus mematuhi Konvensi SOLAS, harus memastikan
ditetapkan oleh Pemerintah yang bersangkutan dengan mempertimbangkan
Peraturan Radio
Operasional
1. Sebelum berlayar, operasional radio yang ditunjuk untuk melaksanakan tanggung
jawab utama dalam komunikasi radio selama keadaan marabahaya, harus menjamin
bahwa :
a) Seluruh peralatan radio marabahaya dan keselamatan serta sumber energy
cadangan, ada dalam kondisi kerja yang efisien, dan hal ini dicatat di dalam buku
harian radio
b) Seluruh dokumen yang diharuskan oleh perjanjian – perjanjian international,
pemberitahuan untuk stasiun – stasiun radio kapal, dan dokumen – dokumen
Dinas Jaga | 25
tambahan yang diharuskan oleh Pemerintah yang bersangkutan, selalu siap dan
telah dikoreksi sesuai dengan masukan – masukan terakhir, dan bahwa setiap hal
yang tidak sesuai dilaporkan kepada Nahkoda
c) Jam radio telah diatur sesuai isyarat waktu standar
d) Antenna telah ditempatkan secara benar, tidak rusak dan dihubungkan secara
benar
e) Sampai pada tingkat yang ada dilaksanakan berita – berita rutin tentang
peringatan cuaca dan peringatan navigasi untuk daerah yang akan dilayari, selalu
diperbaharui, bersama dengan berita – berita semacam itu untuk daerah –
daerah lain sesuai permintaan Nahkoda, dan bahwa barita – berita semacam ini
disampaiakan kepada Nahkoda
2. Ketika memulai pelayaran dan membuka stasiun, operator radio yang bertugas
harus:
a) Secara cermat mendengarkan frekuensi – frekuensi marabahaya yang sesuai,
untuk mengetahui kemungkinan – kemungkinan adanya situasi marabahaya
b) Mengirim laporan perjalanan (nama, posis, tempat tujuan dan lain – lain) kepada
stasiun pantai setempat dan stasiun pantai lain yang sesuai, dari mana
komunikasi – komunikasi umum mungkin akan diterima
3. Ketika stasiun sedang dibuka, operator radio yang sedang bertugas harus :
a) Memeriksa jam radio dan membandingkan dengan isyarat waktu standar, paling
tidak sehari sekali
b) Mengirim laporan perjalanan (traffic report) jika sedang memasuki dan sedang
meninggalkan daerah pelayaran suatu stasiun pantai, dari mana komunikasi –
komunikasi umum mungkin akan diterima
c) Memasukkan laporan – laporan ke system pelaporan kapal, sesuai dengan
petunjuk – petunjuk dari Nahkoda
4. Ketika sedang berlayar di tengah laut, operator radio yang bertanggung jawab dalam
komunikasi radio selama keadaan marabahaya harus menjamin bahwa fungsi –
fungsi berikut ini berjalan dengan baik :

Dinas Jaga | 26
a) Peralatan DSC (Digital Selective Calling) marabahaya dan peralatan radio
penyelamatan, dengan melakukan panggilan percobaan paling sedikit seminggu
sekali
b) Peralatan radio marabahaya dan penyelamatan dengan melakukan panggilan
percobaan paling sedikit satu kali sehari, tetapi tanpa memancarkan isyarat
apapun
Hasil – hasil percobaan / pengujian tersebut dicatat ke dalam buku harian radio
5. Operator radio yang ditunjuk untuk menangani komunikasi – komunikasi umum
harus menjamin bahwa suatu tugas jaga yang efektif tetap dipelihara pada frekuensi
– frekuensi yang mungkin terjadi pertukaran – komunikasi, dengan
mempertimbangkan posis kapal, dalam kaitannya dengan stasiun – stasiun pantai
dan stasiun – stasiun bumi di pantai, dari mana lalu lintas diperkirakan aka nada. Jika
saling bertukar lalu lintas komunikasi, operator – operator radio harus patuh pada
anjuran – anjuran dari ITU (international Telecommunication).
6. Jika menutup stasiun ketika sampai di suatu pelabuhan, operator radio yang sedang
bertugas harus member tahu stasiun pantai setempat dan stasiun – stasiun pantai
lain yang sebelumya telah dihubungi, tentang tibanya kapal di pelabuhan yang
bersangkutan dan bahwa stasiun radio telah ditutup
7. Jika menutup stasiun radio, operator radio yang bertugas dalam komunikasi
marabahaya harus :
a) Memastikan bahwa antenna pemancar telah dihentikan fungsinya
b) Memeriksa bahwa sumber energy cadangan telah diisi penuh

E. Prosedur – prosedur Dan Isyarat Marabahaya


1. Isyarat marabahaya atau panggilan marabahaya memiliki prioritas mutlak, melebihi
seluruh jenis pemancaran komunikasi yang lain. Seluruh stasiun yang menerima
isyarat ini, oleh Peraturan Radio, diharuskan untuk menghentikan semua
pemancaran yang dapat mengganggu komunikasi marabahaya yang bersangkutan
2. Dalam hal keadaan marabahaya pada kapalnya sendiri, operator radio yang
bertanggung jawab dalam komunikasi radio selama marabahaya harus segera

Dinas Jaga | 27
mengambil alih tanggung jawab untuk mengikuti prosedur – prosedur Peraturan
Radio dan anjuran – anjuran yang relevan dari ITU-R
3. Jika Menerima Marabahaya :
a) Operator radio yang bertugas harus memberi tahu Nahkoda. Dan jika perlu,
operator radio yang ditunjuk untuk memegang tanggung jawab utama dalam
komunikasi radio marabahaya
b) Operator radio yang memegang tanggung jawab dalam komunikasi marabahaya,
harus mengevaluasi situasi yang ada, dan segera mengambil alih tanggung jawab
untuk mengikuti prosedur – prosedur Peraturan Radio dan anjuran yang relevan
dari ITU-R

F. Berita – Berita Yang Sangat Penting (Urgency)


1. Dalam hal terjadi situasi mendesak yang mempengaruhi kapal sendiri, operator radio
yang ditunjuk memegang tanggung jawab utama dalam komunikasi marabahaya,
harus segera mengambil alih tanggung jawab untuk mengikuti prosedur – prosedur
Peraturan Radio dan anjuran – anjuran yang relevan dari ITU-R
2. Dalam hal komunikasi berkaitan dengan petunjuk medis, operator radio yang
bertanggung jawab dalam komunikasi radio marabahaya harus mengikuti prosedur –
prosedur Peraturan Radio, dan harus patuh pada persyaratan – persyaratan yang
diterbitkan oleh dokumentasi International yang ditetapkan oleh penyedia pelayaran
satelit yang bersangkutan
3. Dalam hal komunikasi yang berkaitan dengan transportasi medis, sebagaimana
ditegaskan di dalam Aneks I pada Protocol Tambahan untuk Konvensi Geneva tanggal
12 Agustus 1949, yang berkaitan dengan perlindungan terhadap korban – korban
konflik bersenjata dalam komunikasi marabahaya harus mengikuti prosedur –
prosedur Peraturan Radio
4. Jika memeriksa pesan mendesak (urgency massage) operator radio yang sedang
bertugas harus memberitahu Nahkoda. Dan jika perlu, juga operator radio yang
ditunjuk memgang tanggung jawab utama dalam komunikasi marabahaya

Dinas Jaga | 28
G. Pesan – Pesan Penyelamatan
1. Jika harus mengirim pesan – pesan penyelamatan, Nahkoda dan operator radio yang
bertugas harus mengikuti prosedur – prosedur Peraturan Radio
2. Jika menerima pesan penyelamatan, operator radio yang bertugas harus mencatat
isinya, dan bertindak sesuai petunjuk Nahkoda
3. Komunikasi antar kapal harus dilakukan pada saluran VHF – 13
Komunikasi antar kapal diuraikan sebagai Komunikasi Keselamatan Navigasi Antar
Kapal (Intership Navigastion Safety Communication), yang ada di dalam Peraturan
Radio

H. Buku Catatan Radio


1. Harus dimasukkan catatan – catatan tambahan kedalam buku harian radio, sesuai
dengan paragraph – paragraph 10, 12, 14, 17 dan 23
2. Jika mungkin, pemancaran yang tidak sah dan kejadian – kejadian ganguan yang
membahayakan harus didentifikasi dan dicatat di dalam buku harian radio, dan di
sampaikan kepada Pemerintah yang bersangkutan sesuai dengan Peraturan Radio,
bersama dengan petikan – petikan laporan tertentu yang ada di dalam buku harian
radio

I. Pemeliharaan Baterai
1. Diuji on-load dan off-load (diuji dalam keadaan sedang dipakai dan dalam keadaan
ketika sedang tidak dipakai) setiap hari, dan jika mungkin juga harus diisi penuh
2. Diuji sekali seminggu dengan hydrometer, jika hydrometer tidak dapat digunakan,
diuji dengan cara pengujian beban yang sesuai
3. Diperiksa sebulan sekali, tentang keamanan masing – masing baterai serta hubungan
– hubungannya dan kondisi baterai serta kompartemen – kompartemennya. Hasil
pengujian ini harus dicatat ke dalam buku harian radio

Dinas Jaga | 29
Pedoman Tentang Pencegahan Penyelamatan Obat – obatan dan Alkohol
1. Penyalgunaan obat – obatan dan alcohol, secara langsung mempengaruhi kebugaran
dan kemampuan seorang pelaut dalam melaksanakan tugas jaga. Seorang pelaut
yang terbukti sedang di bawah pengaruh obat – obatan atau alcohol, tidak boleh lagi
terganggu
2. Pemerintah harus menyusun peraturan nasional yang menetapkan kadar alcohol
dalam darah (BAC-Blood Alkohol Level) maksimum sebesar 0,08% selama tugas jaga,
sebagai standar jaga yang akan dilaksanakan
3. Pemerintah harus menjamin dilakukannya langkah – langkah yang memadai untuk
mencegah tergangunya kemampuan personil tugas jaga karena penyalahgunaan obat
atau alcohol, dan harus menetapkan program – program pemeriksaan yang perlu,
untuk :
a) Mengidentifikasi penyalahgunaan obat dan alcohol
b) Menghormati martabat, privacy, kerahasiaan dan hak – hak hokum orang – orang
yang terkait
c) Memperhatikan pedoman – pedoman international yang relevan

Dinas Jaga | 30
NAHKODA DAN BAGIAN DEK
Peraturan II / I
Persyaratan minimum wajib untuk memperoleh sertifikat bagi para Perwira yang
bertanggung jawab atas tugas jaga navigasi di kapal 500 gross ton atau lebih
1. Setiap perwira yang bertugas jaga navigasi pada sebuah kapal 500 gross ton atau
lebih harus memiliki sertifikat yang sesuai
2. Setiap calon yang akan memperoleh sertifikasi ini harus :
a. Paling sedikit berusia 18 tahun
b. Memiliki pengalaman berlayar tidak kurang dari 1 tahun sebagai bagian dari
suatu program pelatihan yang telah disetujui, termasuk pelatihan di atas kapal
yang memenuhi persyaratan Section A-II /I Kode SCTW, dan juga tercatat di
dalam buku catatan praktek (record book) yang telah disetujui, atau jika tidak,
harus memiliki pengalaman berlayar tidak kurang dari 3 tahun
c. Selama pengalaman berlayar yang diperlukan, telah melaksanakan tugas – tugas
jaga di anjungan di bawah pengawasan Nahkoda atau seorang perwira yang
memenuhi syarat selama tidak kurang dari 6 bulan
d. Memenuhi persyaratan peraturan yang tercantum dalam BAB IV untuk
melaksanakan tugas – tugas radio sesuai dengan Peraturan Radio
e. Telah menyelesaikan pendidikan dan pelatihan yang disetujui, dan memenuhi
standar kompetensi yang ditetapkan dalam Section A-II / Kode SCTW

Peraturan II /2
Persyaratan minimum wajib untuk memperoleh sertifikat bagi Nahkoda dan Mualim Satu
di kapal 3000 gross ton atau lebih
1. Setiap Nahkoda dan Mualim Satu di kapal 3000 gross ton atau lebih harus memiliki
sertifikat yang sesuai
2. Setiap calon yang akan memperoleh sertifikat ini harus :
a. Memenuhi persyaratan untuk memperoleh sertifikat sebagai seorang perwira
yang bertanggung jawab dalam suatu navigasi di kapal 3000 gross ton atau lebih,
dan memiliki pengalaman berlayar dengan kedudukan sebagai berikut :
1.1 Untuk memperoleh sertifikat sebagai Mualim Satu, tidak kurang dari 12 bulan
Dinas Jaga | 31
1.2 Untuk memperoleh sertifikat sebagai Nahkoda,tidak kurang dari 36 bulan.
Tetapi periode waktu ini dapat dikurangi menjadi tidak kurang dari 24 bulan,
jika tidak kurang dari 12 bulan tugas berlayarnya telah dijalani sebagai
seorang Mualim Satu
b. Telah menyelesaikan pendidikan dan pelatihan yang disetujui, dan telah
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Section A-II/2 bagi para
Nahkoda dan Mualim Satu yang bertugas di kapal 3000 gross ton atau lebih
Nahkoda dan Mualim Satu di kapal – kapal antara 500 sampai 3000 gross ton
3. Setiap Nahkoda dan Mualim Satu di kapal 500 sampai 3000 gross ton harus memiliki
sertifikat yang sesuai
4. Setiap calon untuk memperoleh sertifikat ini harus :
a. Untuk memperoleh sertifikat Mualim Satu, memenuhi persyaratan seorang
perwira yang bertanggung jawab pada suatu navigasi kapal 500 gross ton atau
lebih
b. Untk memperoleh sertifikat sebagai Nahkoda, memenuhi persyaratan seorang
perwira yang bertanggung jawab pada tugas jaga navigasi kapal 500 gross ton
atau lebih, dan memiliki pengalaman berlayar tidak kurang dari 36 bulan dalam
kedudukan ini. Tetapi periode waktu tersebut dapat dikurangi menjadi tidak
kurang dari 24 bulan, jika tidak kurang dari 12 bulan tugas berlayar yang
bersangkutan dijalani sebagai Mualim Satu
c. Telah menyelesaikan pelatihan yang disetujui, dan memenuhi standar
kompetensi yang ditetapkan dalam Section A-II/2 untuk para Nahkoda dan
Mualim Satu di kapal antara 500 sempai 3000 gross ton

Dinas Jaga | 32
Peraturan II/3
Persyaratan minimum wajib untuk memperoleh sertifikat sebagai perwira yang
bertanggung jawab dalam tugas jaga navigasi, serta untuk memperoleh sertifikat sebagai
Nahkoda di kapal kurang dari 500 gross ton
Kapal yang melakukan pelayanan dekat pantai :
1. Setiap perwira yang bertanggung jawab dalam tugas jaga navigasi kapal kurang dari
500 gross ton yang tidak melakukan pelayaran dekat pantai, harus memiliki sertifikat
yang memadai untuk kapal 50 gross ton atau lebih
2. Setiap Nahkoda pelayaran samudera di kapal kurang dari 500 gross ton dan tidak
melakukan pelayaran dekat pantai harus memiliki suatu sertifikat yang sesuai untuk
bertugas sebagai Nahkoda di kapal antara 500 sampai 300 gross ton.
Kapal – kapal yang melakukan pelayaran dekat pantai
Perwira yang bertugas dalam tugas jaga navigasi
3. Setiap perwira yang bertugas jaga navigasi di kapal kurang dari 500 gross ton dan
melakukan pelayaran dekat pantai harus memiliki sertifikat yang sesuai
4. Setiap calon untuk memperoleh sertifikat sebagai seorang perwira yang bertanggung
jawab dalam tugas jaga navigasi di kapal kurang dari 500 gross ton dan melakukan
pelayaran dekat pantai harus :
1. Berusia tidak kurang dari 18 tahun
2. Telah menyelesaikan :
2.1 Pelatihan khusus, termasuk suatu periode pengalaman berlayar yang
memadai sebagaimana diharuskan oleh Pemerintah yang bersangkutan
2.2 Tugas berlayar yang disetujui di bagian dek selama tidak kurang dari 3 tahun
3. Memenuhi persyaratan – persyaratan di dalam bab IV untuk melaksanakan tugas
– tugas radio yang ditentukan , sesuai dengan Peraturan Radio
4. Telah menyelesaikan pendidikan dan Pelatihan yang telah disetujui, dan
memenuhi standar kompetensi yang diterapkan dalam Section A-II/3 bagi perwira
– perwira yang bertanggung jawab dalam tugas jaga navigasi di kapal – kapal
kurang dari 500 gross ton dan melakukan pelayaran dekat pantai

Dinas Jaga | 33
Nahkoda
5. Setiap Nahkoda yang bertugas di kapal kurang dari 500 gross ton dan melakukan
pelayaran dekat pantai harus memiliki sertifikat yang sesuai
6. Setiap calon untuk memperoleh sertifikat sebagai Nahkoda di kapal kurang dari
500 gross ton dan melakukan pelayaran dekat pantai harus :
1. Berusia tidak kurang dari 20 tahun
2. Telah bertugas selama tidak kurang dari 12 bulan sebagai perwira yang
bertanggung jawab dalam tugas jaga navigasi
3. Telah menyelesaikan pendidikan dan pelatihan yang telah disetujui, dan
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Section A-II/3 Kode
SCTW bagi Nahkoda di kapal kurang dari 500 gross ton yang melakukan
pelayaran dekat pantai

Pembebasan
7. Pemerintah yang bersangkutan jika mempertimbangkan bahwa ukuran sebuah
kapal dan kondisi pelayaran mempunyai sifat sedemikian rupa sehingga
berpendapat bahwa pemberlakuan persyaratan – persyaratan peraturan ini
sepenuhnya dan peraturan di dalam Section A-II/3 merupakan hal yang tidak
masuk akal dan tidak dapat dilaksanakan dalam tugas jaga navigasi pada kapal –
kapal jenis ini, dari beberapa persyaratan yang ada, tetapi dengan tetap
mengingat keselamatan semua kapal yang penting sedang beroperasi di perairan
yang sama.

Peraturan II/4
Persyaratan minimum wajib untuk memperoleh sertifikat sebagai bawahan yang ambil
bagian dalam tugas jaga navigasi
1. Setiap bawahan yang ambil bagian dalam suatu tugas jaga navigasi di kapal 500 gross
ton atau lebih tetapi bukan bawahan yang sedang menjalani pelatihan dan bawahan
yang tugas – tugasnya ketika sedang ambil bagian dalam tugas jaga navigasi yang
bersangkutan bersifat non ahli, harus memiliki sertifikat untuk melaksanakan tugas –
tugas semacam ini
Dinas Jaga | 34
2. Setiap calon untuk memperoleh sertifikat harus :
1. Berusia tak kurang dari 16 tahun
2. Telah menyelesaikan :
2.1 Tugas berlayar yang telah disetujui, termasuk tidak kurang dari 6 bulan
pelatihan dan pengalaman, atau
2.2 Pelatihan khusus, menjelang tugas berlayar atau ketika telah menjalankan
tugas berlayar, termasuk suatu periode pengalaman berlayara yang telah
disetujui, selama tidak kurang dari 2 bulan; dan
3. Memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Section A-II / 4 kode SCTW
3. Pengalaman berlayar dan pengalaman yang diharuskan oleh sub paragraph 2.2.1 dan
2.2.2 di atas, harus dikaitkan dengan fungsi – fungsi navigasi dan harus melibatkan
tugas – tugas yang dilaksanakan di bawah pengawasan langsung Nahkoda atau
perwira yang bertanggung jawab dalam navigasi yang bersangkutan atau di bawah
pengawasan langsung seorang bawahan yang telah memenuhi syarat
4. Oleh Pihak yang bersangkutan, para pelaut dapat dipertumbangkan sebagai telah
memenuhi persyaratan peraturan ini jika telah bertugas dalam suatu jabatan yang
relevan di bagian dek selama tidak kurang dari 1 tahun dalam 5 tahun terakhir ketika
Konvensi telah berlaku bagi Pihak yang bersangkutan

Dinas Jaga | 35
BAB II
PERATURAN
PENCEGAHAN TUBRUKAN DI LAUT TAHUN 1972 DENGAN AMANDEMENT 1993
BAGIAN A
UMUM
(ATURAN 1 – ATURAN 3)
ATURAN – 1
PENERAPAN

a. Aturan – aturan ini berlaku bagi semua kapal di laut bebas (high seas) dan di semua
perairan yang saling berhubungan serta dapat dilayari oleh kapal – kapal laut.
b. Aturan – aturan ini tidak menghilangi berlakunya aturan – aturan khusus yang dibuat
oleh pihak yang berwenang atas Bandar – Bandar, pelabuhan – pelabuhan, suangi –
sungai, danau – danau, atau perairan – perairan pedalaman yang berhubungan
dengan laut bebas dan dapat dilayari oleh kapal – kapal laut
c. Aturan – aturan ini tidak akan mencampuri pelaksanaan aturan – aturan khusus yang
dibuat oleh Pemerintah setiap Negara sehubungan dengan kedudukan atau lampu –
lampu isyarat atau isyarat – isyarat suling tambahan bagi kapal – kapal perang dan
kapal – kapal yang berlayar dalam konvoi atau kapal nelayan yang sedang
menangkap ikan yang merupakan suatu kelompok / armada. Kedudukan dari lampu –
lampu isyarat, sosok benda atau isyarat – isyarat suling tambahan ini, sedapat
mungkin harus sedemikian rupa sehingga tidak dapat disalah – artikan oleh setiap
lampu atau isyarat yang telah disahkan salam Aturan – aturan ini
d. Bagian – bagian pemisah (separation schemes) lalu lintas laut dapat disahkan oleh
organisasi untuk tujuan Aturan – aturan itu
e. Apabila Pemerintah yang bersangkutan telah memantapkan bahwa sebuah kapal
dengan konstruksi atau kegunaan khusus tidak dapat sepenuhnya memenuhi salah
satu ketentuan dari aturan – aturan ini sehubungan dengan jumiah, jarak atau busur
tampak lampu – lampu atau sosok – sosok benda, maupun penempatan dan cirri –
cirri atau isyarat bunyi, tanpa menghalangi tugas khusus kapal – kapal itu, maka kapal

Dinas Jaga | 36
yang demikian itu harus memenuhi ketentuan – ketentuan lain yang berhubungan
dengan jumlah tempat, jarak atau busur tampak lampu – lampau ataupun sosok –
sosok benda maupun yang berhubungan dengan penerapan dan cirri – cirri alat
isyarat bunyi, sebagaimana yang ditentukan bagai kapal – kapal bersangkutan oleh
Pemerintahnya, yang semirip mungkin dengan aturan – aturan ini

ATURAN – 2
TANGGUNG JAWAB
a. Aturan – aturan ini tidak akan membebaskan setiap kapal atau pemiliknya, Nahkoda
atau pemiliknya Nahkoda atau awak kapalnya atas akibat – akibat dari setiap
kelalaian untuk memenuhi aturan ini atau atas kelalaian terhadap setiap tindakan
berjaga – jaga yang dipandang perlu menuntut kebiasaan seorang pelaut atau
terahadap keadaan – keadaan khusus di mana kapal itu berada.
b. Dalam menafsirkan dan memenuhi aturan – aturan ini, setiap kapal harus benar –
benar memperhatikan semua bahaya navigasi dan bahaya tubrukan serta setiap
keadaan khusus termasuk ketertibatasan dari kapal – kapal yang bersangkutan yang
memaksa menyimpang dari aturan – aturan ini untuk menghindari bahaya mendadak

ATURAN – 3
DEFINISI – DEFINISI UMUM
Untuk maksud dari aturan – aturan ini kecuali apabila didalamnya diartikan lain :
a. Kata “kapal” mencakup setiap jenis kendaraan air termasuk kapal tanpa benanam
(displacement) dan pesawat terbang laut, yang digunakan atau dapat digunakan
sebagai sarana angkutan di air
b. Istilah “kapal tenaga” berarti setiap kapal yang digerakkan dengan mesin
c. Istilah “kapal layar” berarti setiap kapal yang sedang berlayar dengan menggunakan
layar, dengan ketentuan bahwa mesin penggeraknya bila ada tidak sedang
dipergunakan
d. Istilah “kapal yang sedang menangkap ikan” berarti setiap kapal yang menangkap
ikan dengan jarring, tali pancing, pukat atau alat – alat penangkap ikan lainnya yang
membatasi kemampuan olah geraknya, tetapi tidak termasuk kapal yang menangkap
Dinas Jaga | 37
ikan dengan tali pancing tunda atau alat penangkap ikan lainnya yang tidak
membatasi kemampuan olah geraknya
e. Kata “pesawat terbang laut” mencakup setiap pesawat terbang yang dibuat untuk
mengolah gerak di atas air
f. Istilah “kapal yang tidak dapat diolah gerak” berarti kapal yang karena suatu
keadaan istimewa tidak mampu untuk mengolah gerak seperti yang diisyaratkan oleh
aturan – aturan ini dan karenanya tidak mampu menyimpan kapal – kapal lain
g. Istilah “kapal yang terbatas kemampuan olah geraknya” berarti kapal yang karena
sifat pekerjaanya, mengakibatkan kemampuannya untuk mengolah gerak seperti
yang diisyaratkan oleh aturan – aturan ini menjadi terbatas dan oleh karenanya tidak
mampu untuk menyimpangi kapal lain
Kapal – kapal berikut ini harus dianggap sebagai kapal yang terbatas kemampuan
olah geraknya :
(i) Kapal yang digunakan untuk memasang merawat atau mengangkat merkah
navigasi kabel laut atau pipa dalam laut
(ii) Kapal yang sedang melakukan pengerukan, penelitian atau pekerjaan –
pekerjaan di bawah air
(iii) Kapal yang melakukan pengisian atau pemindahan orang – orang, perbekalan
atau muatan pada waktu sedang berlayar
(iv) Kapal yang digunakan untuk meluncurkan atau sedang mendaratkan kembali
pesawat terbang
(v) Kapal yang sedang melakukan kegiatan membersihkan ranjau laut
(vi) Kapal yang dipergunakan dalam pekerjaan menunda sehingga mengakibatkan
tidak mampu untuk menyimpang dari haluannya
h. Istilah “kapal yang terkungkung oleh saratnya” berarti kapal tenaga yang karena
saratnya terhadap kedalaman air dan lebarnya perairan yang dapat dilayari
mengakibatkan terbatasnya kemampuan olah geraknya untuk menyimpang dari garis
haluan yang sedang dilayarinya
i. Istilah “sedang berlayar” berarti bahwa kapal tidak berlabuh jangkar atau terbatas
pada daratan atau kandas

Dinas Jaga | 38
j. Kapal – kapal yang dianggap “saling melihat” satu sama bainya hanya apabila kapal
yang satu dapat dilihat dengan nyata oleh kapal yang lainnya
k. Istilah “penglihatan terbatas” berarti setiap keadaan dimana daya tampaknya
dibatasi oleh kabut, cuaca redup, hujan salju, hujan badai, badai pasir atau setiap
keadaan lain yang serupa

Dinas Jaga | 39
PERATURAN
PENCEGAHAN TUBRUKAN DI LAUT – TAHUN 1972 DENGAN AMANDEMENT 1993
BAGIAN – B
SEKSI I
MENYIMPANG DAN BERLAYAR
(ATURAN 4 – ATURAN 19)
ATURAN - 4
PENERAPAN
Aturan – aturan dalam seksi ini berlaku dalam setiap keadaan penglihatan

ATURAN – 5
PENGAMATAN
Tiap kapal senantiasa melakukan pengamatan yang cermat, baik dengan penglihatan dan
pendengaran maupun dengan semua sarana yang tersedia sesuai dengan keadaan dan
suasana sebagaimana lazimnya, sehingga dapat membuat penilaian yang layak terhadap
dapat membuat penilaian yang layak terhadap situasi dan bahaya tubrukan

ATURAN – 6
KECEPATAN AMAN
Setiap kapal harus senantiasa bergerak dengan kecepatan aman sehingga dapat mengambil
tindakan yang tepat dan efektif untuk menghindari tubrukan dan dapat dihentikan dalam
jarak yang sesuai dengan keadaan dan suasana yang sedang dialami
Dalam menentukan kecepatan aman, factor – factor berikut in termasuk hal – hal yang harus
diperhitungkan :
a. Oleh Semua Kapal
(i) Tingkat penglihatan
(ii) Kepadatan lalu lintas termasuk pemusatan kapal – kapal ikan atau kapal –
kapal lainnya
(iii) Kemampuan olah gerak kapal, khususnya yang berhubungan dengan gerak
hanta dan kemampuan berputar dalam setiap kondisi yang ada

Dinas Jaga | 40
(iv) Pada malam hari terdapat cahaya latar belakang seperti lampu – lampu
darurat atau pantulan dari lampu – lampu kapal kita
(v) Keadaan angin, laut dan arus serta adanya bahaya – bahaya navigasi yang ada
disekitarnya
(vi) Sarat kapal sehubungan dengan kedalaman air yang dilalui

b. Tamabahan Bagi Kapal – Kapal Yang Radarnya Bekerja


(i) Cirri – cirri efisiensi dan keterbatasan – keterbatasan dari pesawat radar
(ii) Setiap keterbatasan yang timbul oleh skala jarak radar yang dipergunakan
(iii) Gangguan pada radar akibat keadaan laut, cuaca dan sumber – sumber
gangguan lainnya
(iv) Kemungkinan bahwa kapal – kapal kecil, gumpalan es dan benda – benda
terapung lainnya yang tidak dapat ditangkap oleh radar pada jarak tertentu
(v) Jumlah posisi dan pergerakan kapal – kapal yang tertangkap oleh radar
(vi) Lebih tepat penilaian dengan penglihatan karena banyak kemungkinan bila
radar dipergunakan untuk menentukan jarak kapal – kapal atau benda benda
lain didekatnya

ATURAN – 7
BAHAYA TUBRUKAN
a. Setiap kapal harus menggunakan semua sarana yang tersedia sesuai dengan
keadaannya dan suasana yang lazimnya ada untuk menentukan apakah ada bahaya
tubrukan. Jika timbul keragu – raguan, maka bahaya yang demikian itu, harus
dianggap ada.
b. Jika dipasang dan bekerja dengan baik, maka penggunaan pesawat radar harus
dilakukan dengan tepat, termasuk penggunaan skala jarak jauh untuk memperoleh
peringatan dari akan adanya bahaya tubrukan dan penggunaan radar ploting atau
pengamatan secara cermat atas benda yang terdeteksi.
c. Praduga – praduga tidak boleh dibuat berdasarkan keterangan yang sangat kurang,
khususnya keterangan radar yang kurang jelas.

Dinas Jaga | 41
d. Dalam menentukan apakah ada bahaya tubrukan, maka pertimbangan –
pertimbangan berikut ini haruslah selalu diperhitungkan :
(i) Bahaya yang sedemikian itu harus dianggap ada jika baringan pedoman kapal
yang sedang mendekat tidak menunjukkan perubahan yang berarti
(ii) Bahaya yang demikian itu kadang – kadang akan terjadi sekalipun perubahan
baringan yang begitu jelas sekali, terutama jika sedang mendekati kapal yang
sangat besar atau suatu gandengan atau sedang mendekati sebuah kapal
pada jarak yang dekat sekali

ATURAN – 8
TINDAKAN UNTUK MENGHINDARI TUBRUKAN
a. Setiap tindakan yang diambil untuk menghindari tubrukan, jika keadaan mengizinkan,
harus dilaksanakan dengan tegas, dilakukan dalam waktu yang cukup dan benar –
benar memperhatikan dengan seksama akan syarat – syarat kecakapan pelaut yang
baik
b. Setiap perubahan haluan dan atau kecepatan untuk menghindari tubrukan jika
keadaan mengizinkan harus cukup besar sehingga diketahui dengan jelas oleh kapal
lain yang sedang melakukan pengamatan dengan penglihatan atau dengan radar,
sedangkan perubahan – perubahan kecil dari pada haluan dan atau kecepatan harus
dihindari.
c. Jika ada ruang gerak kapal yang cukup, perubahan haluan kapal mungkin merupakan
tindakan yang paling tepat guna menghindari situasi saling mendekat, dengan
Dinas Jaga | 42
ketentuan bahwa perubahan haluan itu dilakukan dalam waktu cukup baik, tepat dan
tidak mengakibatkan terjadinya situasi saling mendekat berikutnya.
d. Tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan dengan kapal lain harus
sedemikian rupa sehingga dapat dilewati dengan jarak aman. Ketepatan dari
tindakan itu harus dikaji dengan seksama sampai kapal yang lain itu pada akhirnya
dapat dilewati dan betul – betul bebas.
e. Jika diperlukan untuk menghindari tubrukan atau untuk memberikan lebih banyak
waktu untuk menilai keadaan, kapal harus mengurangi kecepatannya atau
menghilangkan seluruh kecepatannya dengan menghentikan atau meletakkan
mesinnya pada kedudukan mundur.
f. (i) Kapal yang oleh aturan – aturan ini diwajibkan untuk tidak boleh merintangi
alur pelayaran atau jalur yang aman bagi kapal lainnya, bila keadaan
mengizinkan, harus mengambil tindakan sedini mungkin untuk memberikan
ruangan gerak yang cukup bagai lintasan yang aman
(ii) Kapal yang diwajibkan untuk tidak merintangi alur atau lintasan yang aman bagi
kapal lain, tidak dibebaskan dari kewajibannya jika mendekati kapal lain yang
mengakibatkan terjadinya bahaya tubrukan, dan apabila akan mengambil
tindakan tersebut, harus memperhatikan tindakan yang diwajibkan oleh aturan
– aturan dalam bagian ini
(iii) Kapal yang jalannya tidak boleh dirintangi harus tetap senantiasa melaksanakan
aturan – aturan dalam bagian ini, bilamana kedua kapal tersebut saling
mendekati satu sama lainnya yang mengakibatkan terjadinya bahaya tubrukan

ATURAN – 9
ALUR – ALUR PELAYARAN
a. Sebuah kapal jika berlayar mengikuti arah alur pelayaran atau air pelayaran sempit,
harus berlayar sedekat mungkin dengan batas luar alur pelayaran atau air pelayaran
yang terletak disisi lambung kanannya selama masih aman dan dapat dilaksanakan
b. Kapal dengan panjang kurang dari 20 meter atau kapal layar, tidak boleh menghalang
– halangi jalannya kapal lain yang hanya dapat berlayar dengan aman di dalam air
pelayaran sempit atau alur pelayaran
Dinas Jaga | 43
c. Kapal yang sedang menangkap ikan tidak boleh menghalang – halngi di dalam air
pelayaran sempit atau alur pelayaran
d. Kapal tidak boleh memotong air pelayaran sempit atau alur pelayaran jika
pemotongan yang demikian itu menghalngi jalannya kapal yang hanya dapat berlayar
dengan aman di dalam alur pelayaran atau air pelayaran sempit demikian itu, kapal
yang disebut belakangan boleh menggunakan isyarat bunyi yang diatur dalam
ATURAN 34(d). jika ragu – ragu terhadap tindakan dari pada kapal yang memotong
haluan itu
e. (i) Di luar pelayaran atau air pelayaran sempit dilaksanakan penyusulan, jika kapal
yang disusul itu melakukan tindakan yang memungkinkan dilewatinya dengan
aman, maka kapal yang bermaksud dengan membunyikan isyarat yang sesuai
dalam ATURAN 34 c (i). Kapal yang disusul itu bila menyetujuinya harus
memperdengarkan isyarat sesuai dengan yang ditentukan di dalam ATURAN 34 c
(ii) dan mengambil langkah – langkah memungkinkan untuk dilewati dengan
aman. Jika ragu – ragu boleh membunyikan isyarat – isyarat yang diatur dalam
ATURAN 34 (d)
(ii) Aturan ini tidak membebaskan kapal yang sedang menyusul dari kewajibannya
berdasarkan ATURAN 13
f. Kapal yang sedang mendekati tikungan atau daerah alur pelayaran atau air pelayaran
sempit di mana kapal –kapal lain dapat terhalang oleh rintangan yang terletal
diantaranya, harus berlayar dengan kewaspadaan khusus dan hati 2, dan harus
membunyikan isyarat yang sesuai dengan isyarat dalam ATURAN 34 (e).
g. Setiap kapal jika keadaan mengizinkan, harus selalu mneghindari dari berlabuh jangkar
di alur pelayaran sempit.

ATURAN – 10
BAGIAN PEMISAH LALU LINTAS LAUT
a. Aturan – aturan ini berlaku bagi bagan pemisah lalu lintas yang diterima secara resmi
oleh Organisasi dan tidak membebaskan setiap kapal dan kewajibannya untuk
melaksanakan Aturan – aturan lain
b. Kapal yang berlayar dalam bagan pemisahan lalu lintas harus :
Dinas Jaga | 44
(i) Berlayar di dalam jalur lalu lintas yang sesuai dengan arah lalu lintas umum
untuk jalur tersebut
(ii) Sejauh masih dapat dilaksanakan tetap bebas dari garis pemisah lalu lintas
atau daerah pemisah lalu lintas
(iii) Pada umumnya memasuki atau meninggalkan jalur lintas dari ujung jalur,
tetapi jika memasuki atau meninggalkan jalur itu dilakukan dari salah satu sisi,
tindakan itu harus dilakukan sedemikian rupa hingga membentuk sudut yang
sekecil – kecilnya terhadap arah lalu lintas
c. Sejauh dapat dilaksanakan kapal harus menghindari memotong jalur lalu lintas, tetapi
jika terpaksa melakukannya, harus memotong dengan haluan sedapat mungkin tegak
lurus terhadap arah lalu lintas umum
d. (i) Kapal yang berada di sekitar bagan pemisah lalu lintas tidak boleh
menggunakan daerah lalu lintas dekat pantai selama masih dapat
menggunakan jalur lalu lintas dengan aman
(ii) Lepas dari sub ayat d (i), kapal boleh menggunakan daerah lalu lintas dekat
pantai, apabila sedang berlayar menuju atau keluar dari sebuah pelabuhan,
instalasi atau bangunan lepas pantai, stasiun pandu atau setiap tempat yang
berlokasi dalam daerah lalu lintas dekat pantai atau untuk menghindari
bahaya yang timbul secara mendadak
e. Sebuah kapal , selain dari kapal yang sedang memotong atau kapal – kapal yang
sedang memotong atau kapal – kapal yang sedang memasuki atau sedang
meninggalkan jalur, pada umumnya tidak boleh memasuki daerah pemisah atau
memotong garis pemisah kecuali
(i) Dalam keadaan darurat untuk menghindari bahaya mendadak
(ii) Untuk menangkap ikan dalam daerah pemisah
f. Sebuah kapal yang sedang berlayar di daerah dekat ujung dari bagan pemisah lalu
lintas harus berlayar dengan sangat hati – hati
g. Sebuah kapal sedapat mungkin harus menghindari dari berlabuh jangkar di dalam
daerah bagan pemisah lalu lintas atau daerah – daerah dekat ujung – ujungnya

Dinas Jaga | 45
h. Sebuah kapal yang tidak dapat menggunakan system pemisahan lalu lintas harus
menghindari dengan menjauhi selebar – lebarnya tepi bagan pemisah lalu lintas
sepanjang yang dapat dilaksanakan
i. Sebuah kapal yang sedang menangkap ikan tidak boleh merintangi jalannya setiap
kapal lain yang sedang mengikuti jalur lalu lintas
j. Sebuah kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter atau kapal – kapal layar tidak
boleh merintangi jalan aman sebuah kapal tenaga yang sedang mengikuti jalur lalu
lintas
k. Sebuah kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas apabila sedang melaksanakan
tugas untuk merawat sarana keselamatan pelayaran dalam bagan pemisah lalu lintas,
disebabkan dari kewajiban untuk memenuhi aturan ini karena pentingnya
penyelenggaraan tugas tersebut
l. Sebuah kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas, bila mana sedang
melaksanakan tugas meletakkan memperbaiki atau mengangkat kabel - kabel laut di
dalam bagan pemisah lalu lintas disebebkan dari kewajiban untuk memenuhi aturan
ini selama ia masih melakukan operasinya

SEKSI II
SIKAP KAPAL – KAPAL
DALAM KEADAAN SALING MELIHAT
ATURAN – 11
PENERAPAN
Aturan – aturan dalam seksi ini berlaku bagi kapal – kapal yang saling melihat

ATURAN – 12
KAPAL – KAPAL LAYAR
a. Apabila dua buah kapal layar saling mendekati satu sama lain sehingga dapat
mengakibatkan bahaya tubrukan, salah satu diantaranya harus mengimpangi yang
lain dengan cara sebagai berikut
(i) Jika masing – masing mendapat angin pada lambung yang berlainan maka kapal
yang mendapat angin pada lambung kiri harus menyimpangi kapal layar yang lain
Dinas Jaga | 46
(ii) Jika keduanya mendapat angin pada lambung yang sama, maka kapal layar yang
berada di atas angin harus menyimpangi kapal yang berada di bawah angin
(iii) Jika kapal mendapat angin di lambung melihat sebuah kapal yang berada di atas
angin dan tidak dapat dipastikan apakah kapal yang lain itu mendapat angin pada
lambung kiri atau kanannya, maka ia harus menyimpangi kapal yang lain itu
b. Yang dimaksud dalam aturan ini dengan lambung jasa berlawanan dengan sisi
dimana layar utama, atau bagi sebuah kapal dengan layar segi empat adalah sisi yang
berlawanan dengan sisi di mana layar terbesar depan dan belakang itu terpasang

ATURAN – 13
PENYUSULAN
a. Terlepas dari apapun juga yang tercantum dalam aturan – aturan bagian B seksi I dan
II, setiap kapal yang sedang menyusul setiap kapal lain, harus menyimpang jalannya
kapal yang sedang disusul itu
b. Sebuah kapal dianggap sedang menyusul apabila sedang mendekati kapal lain dari
arah lebih dari 22.50 lebih ke belakang dari arah tepat melintangnya, yakni dalam
posisi yang sedemikian rupa sehingga terhadap kapal yang sedang disusui itu pada
malam hari hanya tampak lampu butiran kapal lain itu, tetapi tidak satupun dari
lampu – lampu lambungnya
c. Jika sebuah kapal ragu – ragu apakah ia sedang menyusul kapal lain, ia harus
menggap bahwa keadaan yang demikian itu ada dan bertindaklah sesuai dengan
ketentuan
d. Setiap perubahan baringan yang terjadi antara kedua kapal itu tidak akan
menyebabkan kapal yang sedang menyusul itu menjadi sebuah kapal yang menyilang
Dinas Jaga | 47
menurut pengertian aturan – aturan ini, atau membebaskandari kewajiban untuk
tetap menjauhi kapal yang sedang disusul ia melewatinya dan bebas sama sekali

ATURAN – 14
SITUASI BERHADAPAN
a. Jika dua buah kapal tenaga sedang bertemu dengan haluan tepat berlawanan atau
hamper tepat berlawanan sehingga dapat mengakibatkan bahaya tubrukan masing –
masing kapal harus merubah haluannya ke kanan sehingga masing – masing akan
saling berpapasan pada lambung.
b. Situasi yang demikian ini harus dianggap ada, jika sebuah kapal melihat kapal lainnya
tepat di depan atau hamper tepat di depannya dan pada waktu malam hari ia dapat
melihat lampu – lampu tiang kapal yang lain satu garis dan atau kedua lampu
lambung dan pada siang hari melihat aspek yang sama dari kapal lainnya.
c. Jika sebuah kapal merasa ragu – ragu apakah terdapat situasi semacam itu, maka ia
harus menganggap bahwa situasi itu memang akan terjadi dan bertindaklah sesuai
ketentuan yang berlaku.

Dinas Jaga | 48
ATURAN – 15
SITUASI MENYILANG
Jika dua buah kapal tenaga dengan haluan saling menyilang sehingga menimbulkan bahaya
tubrukan, maka kapal yang mengetahui ada kapal lain pada lambung kanannya, harus
menyimpang dan jika keadaan mengijinkan harus menghindari untuk memotong di depan
kapal lain itu

ATURAN – 16
TINDAKAN OLEH KAPAL YANG MENYIMPANG
Setiap kapal yang diharuskan oleh aturan – aturan ini untuk menyimpangi kapal lain sejauh
mungkin mengambil tindakan secara dini dan tegas untuk menjaga agar betul – betul bebas

ATURAN – 17
TINDAKAN KAPAL YANG BERTAHAN
a. (i) Apabila dalam aturan – aturan ini ditetapkan bahwa salah satu dari kedua buah
kapal diharuskan menyimpang, maka kapal yang lainnya harus tetap
mempertahankan haluan dan kecepatannya
(ii) Bagaimanapun juga, kapal yang tersebut belakangan boleh mengambil tindakan
untuk menghindari tubrukan dengan olah geraknya sendiri, segera setelah jelas
baginya bahwa kapal yang seharusnya menyimpang tidak mengambil tindakan
yang sesuai dalam memenuhi aturan – aturan ini
b. Jika oleh karena suatu sebab, kapal yang diwajibkan mempertahankan haluan dan
kecepatannya mengetahui bahwa dirinya berada begitu dekat, sehingga tubrukan
tidak dapat dihindari oleh tindakan kapal yang menyimpang itu saja, maka kapal
tersebut harus melakukan tindakan sedemikian rupa sebagai suatu bantuan terbaik
untuk menghindari terjadinya tubrukan
Dinas Jaga | 49
c. Kapal tenaga yang harus menyimpang dalam situasi menyilang sesuai dengan sub
ayat a (ii) aturan – aturan ini, untuk menghindari tubrukan dengan kapal tenaga lain,
jika keadaan mengijinkan tidak boleh merubah haluannya ke kiri bagi kapal yang
berada di lambung kirinya
d. Aturan ini tidak membebaskan kapal yang menyimpang akan kewajibannya untuk
menghindari dari jalannya

ATURAN – 18
TANGGUNG JAWAB ANTARA KAPAL
Kecuali yang diatur dalam aturan – aturan 9, 10 dan 13 mensyaratkan lain :
a. Sebuah kapal tenaga yang sedang berlayar harus menyimpang jalannya :
(i) Sebuah kapal yang tidak dapat di olah gerak
(ii) Sebuah kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas
(iii) Sebuah kapal yang sedang menangkap ikan
(iv) Sebuah kapal layar
b. Sebuah kapal layar yang sedang berlayar harus menyimpang jalannya :
(i) Sebuah kapal yang tidak dapat di olah gerak
(ii) Sebuah kapal yang kemampuan oleh ageraknya terbatas
(iii) Sebuah kapal yang sedang menangkap ikan
c. Sebuah kapal yang sedang menangkap ikan yang sedang berlayar, sedapat mungkin
menyimpang jalannya :
(i) Sebuah kapal yang tidak dapat di olah gerak
(ii) Sebuah kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas
d. (i) setiap kapal, selain kapal yang tidak dapat di olah gerak atau kapal yang
kemampuan olah geraknya terbatas, jika keadaan mengijinkan, harus
menghindari agar tidak menghalangi jalan yang aman bagi kapal yang
terkungkung oleh saratnya yang memperlihatkan isyarat – isyarat sesuai
ATURAN 28
(ii) Kapal yang berkungkung oleh syaratnya harus melakukan navigasi dengan
sangat hati – hati dengan memberikan perhatian penuh atas keadaannya
yang khusus itu
Dinas Jaga | 50
e. Pesawat terbang laut di atas air, pada umunya harus menjauhi semua kapal dan
menghindari agar tidak menghalang – halangi navigasi mereka. Tetapi dalam setiap
keadaan dimana terdapat bahaya tubrukan, ia harus memenuhi aturan – aturan
dalam bagian ini

SEKSI III
SIKAP KAPAL DALAM PENGLIHATAN TERBATAS
ATURAN – 19
SIKAP KAPAL – KAPAL
DALAM PENGLIHATAN TERBATAS
a. Aturan ini berlaku bagi kapal yang tidak saling melihat jika sedang berlayar di atau
dekat satu daerah dengan penglihatan terbatas
b. Sebuah kapal harus bergerak dengan kecepatan aman yang disesuaikan dengan
keadaan – keadaan dan suasana penglihatan terbatas sebagaimana layaknya. Sebuah
kapal tenaga, mesinnya harus selalu dalam keadaan siap untuk mengolah gerak
c. Setiap kapal harus selalu memperhatikan dengan seksama keadaan – keadaan dan
suasana sehubungan dengan penglihatan terbatas yang ada, dalam memenuhi
aturan – aturan pada seksi I dari bagian ini
d. Sebuah kapal dapat mendeteksi dengan radar adanya kapal lain harus betul – betul
menentukan apakah sedang berkembang keadaan terlalu dekat dan atau ada resiko
tubrukan. Jika demikian halnya, dia harus melakukan tindakan untuk menghindar
dalam waktu yang cukup dengan ketentuan bahwa suatu perubahan haluan sejauh
mungkin harus dihindari :
(i) Suatu perubahan haluan ke kiri untuk kapal yang berada di depan agak
melintang selain dari pada kapal yang sedang disusul
(ii) Suatu perubahan haluan kearah kapal tepat melintang atau di belakang arah
melintang
e. Kecuali apabila telah diyakini bahwa tidak ada bahaya tubrukan maka setiap kapal
yang mendengar isyarat kabut kapal lain yang menurut pertimbangannya berada
lebih di depan arah melintangnya harus mengurangi kecepatannya seminimum
mungkin sehingga dengan kecepatan itu, kapal tersebut masih dapat
Dinas Jaga | 51
mempertahankan haluannya. Jika dianggap perlu, kapal tersebut harus
menghentikan kecepatannya sama sekali dan tetap berlayar dengan sangat hati –
hati sampai bahaya tubrukan telah berlalu

PERATURAN
PENCEGAHAN TUBRUKAN DI LAUT – TAHUN 1972
DENGAN AMANDEMENT 1993

BAGIAN – C
LAMPU – LAMPU DAN SOSOk – SOSOk BENDA
(ATURAN 20 – ATURAN 31)

ATURAN – 20
PENERAPAN
a. Aturan – aturan dalam bagian ini harus dipenuhi dalam segala keadaan cuaca
b. Aturan – aturan tentang lampu – lampu harus dipenuhi sejak saat matahari terbenam
sampai saat matahari terbit selama waktu tersebut lampu – lampu lain tidak boleh
diperlibatkan, kecuali lampu – lampu demikian itu tidak akan terkelirukan dengan
lampu – lampu yang ditetapkan dalam aturan – aturan ini, atau tidak akan
mengurangi daya tampak atau cirri – ciri khususnya atau menghalang – halangi
kegiatan pengamatan yang baik
c. Lampu – lampu yang ditentukan dalam aturan – aturan ini, jika dipasang harus juga
diperlihatkan sejak matahari terbit sampai saat matahari terbenam dalam keadaan
penglihatan terbatas dan boleh diperlihatkan dalam semua keadaan lain jika
dianggap perlu
d. Aturan – aturan mengenai pemasangan sosok – sosok benda harus dipenuhi pada
siang hari
e. Lampu – lampu dan sosok – sosok benda yang dirinci dalam aturan – aturan ini harus
memenuhi ketentuan – ketentuan lampiran I dari peraturan ini

Dinas Jaga | 52
ATURAN – 21
DEFINISI – DEFINISI
a. “lampu tiang” berarti lampu putih yang ditempatkan di atas bidang semetri muka
dan belakang kapal yang memperlihatkan cahaya yang tidak terputus – putus
meliputi busur cakrawala 2250 dan dipasang sedemikian rupa sehingga
memperlihatkan cahaya dari arah lurus ke depan sampai 22,5 0 lebih ke belakang dari
arah melintang pada setiap lambung kapal

b. “lampu – lampu lambung” berarti lampu hijau di lambung kanan dan lampu merah di
lambung kiri, masing – masing memperlihatkan cahaya yang tidak terputus meliputi
burus cakrawala 112,50 lebih ke belakang dari arah melintang pada lambung masing –
masing.
Bagi kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter lampu – lampu lambung itu boleh
digabungkan dalam satu lentera yang ditempatkan pada bidang semetrimuka dan
belakang kapal.

c. “lampu buritan” berarti lampu putih yang ditempatkan sedekat mungkin dengan
buritan, memperlihatkan cahaya yang tidak terputus – putus yang meliputi burus

Dinas Jaga | 53
cakrawala 1350 dan dipasang sedemikian rupa sehingga memperlihatkan cahaya dari
arah tepat lurus ke belakang sampai 67,50 pada masing – masing lambung kapal

d. “lampu tunda” berarti lampu kuning yang mempunyai sifat – sifat yang sama dengan
lampu buritan yang ditentukan dalam paragraph C aturan ini

e. “lampu perling” berarti lampu – lampu yang berkelip – kelip dengan selang waktu
yang teratur dengan frekwensi 120 kedipan atau lebih tiap menit
f. “lampu keliling” berarti sebuah lampu yang memperlihatkan cahaya yang tidak
terputus meliputi busur cakrawala 3600

ATURAN – 22
DAYA TAMPAK LAMPU – LAMPU
Lampu – lampu yang diisyaratkan dalam aturan ini harus mempunyai kekuatan cahaya
seperti yang disebutkan secara terperinci dalam SEKSI “B” lampiran I supaya dapat dilihat
pada jarak tampak minimum sebagai berikut :
a. Di kapal – kapal dengan panjang 50 meter atau lebih :
- Lampu tiang 6 mil
- Lampu lambung 2 mil

Dinas Jaga | 54
- Lampu buritan 3 mil
- Lampu tunda 3 mil
- Lampu keliling putih, merah, hijau atau kuning 3 mil
b. Di kapal – kapal dengan panjang 12 meter atau lebih tetapi kurang dari 50 meter :
- Lampu tiang 5 mil, kecuali kalau panjang kapal kurang dari 30 meter, 3 mil
- Lampu lambung 2 mil
- Lampu buritan 2 mil
- Lampu tunda 2 mil
- Lampu keliling putih, merah, hijau atau kuning 2 mil
c. Di kapal – kapal dengan panjang 12 meter :
- Lampu tiang 2 mil
- Lampu lambung 1 mil
- Lampu buritan 2 mil
- Lampu tunda 2 mil
- Lampu keliling putih, merah, hijau atau kuning 2 mil
d. Di kapal – kapal yang kelihatan kurang jelas di mana sebagian badannya terbenam
atau objek – objek yang sedang di tunda :
- Lampu keliling putih 3 mil

LAMPU – LAMPU KAPAL


ATURAN 21 DAN ATURAN 22
Aturan 21 Aturan 22
Sector Jarak Tampak
No Penerangan Warna
Tampak A B C
A Tiang Depan Putih 2250 6 mil 5 mil 2 mil
B Tiang Belakang Putih 2250 6 mil - -
C Lambung Kiri Merah 112 50 3 mil 2 mil 1 mil
D Lambung Kanan Hijau 112 50 3 mil 2 mil 1 mil
E Buritan Putih 1350 3 mil 2 mil W mil
F Tunda Kuning 1350 3 mil 2 mil 2 mil
G Keliling Putih 3600 3 mil 2 mil 2 mil
Dinas Jaga | 55
Merah
Hijau
Kuning
H Cerlang Putih 120 kelip
- - -
permenit
Keterangan : A Kapal yang panjangnya 50 meter atau lebih
B Kapal yang panjangnya 12 meter atau lebih tapi kurang dari 50 meter
C Kapal yang panjangnya kurang dari 12 meter

ATURAN – 23
KAPAL – KAPAL TENAGA YANG SEDANG BERLAYAR
a. Kapal tenaga yang sedang berlayar harus memperlihatkan :
(i) Lampu tiang depan
(ii) Lampu tiang kedua belakang dan lebih tinggi dari pada lampu tiang depan,
kecuali kapal yang panjangnya kurang dari 50 meter tidak diwajibkan
memperlihatkan lampu demikian itu, tetapi boleh memperlihatkannya
(iii) Lampu – lampu lambung
(iv) Lampu buritan

b. Kapal dengan bantalan udara jika sedang bertugas tanpa berat benaman (non
displacement) disamping lampu – lampu yang telah ditentukan dalam paragraph “a”
aturan ini, harus memperlihatkan lampu keliling kuning perling.
c. (i) sebuah kapal tenaga dengan panjang kurang dari 12 meter sebagai pengganti
lampu – lampu sesuai paragraph “a” dari aturan ini boleh memperlihatkan

Dinas Jaga | 56
sebuah lampu putih yang kelihatan keliling cakrawala dan lampu – lampu
lambungnya
(ii) Sebuah kapal tenaga dengan panjang kurang dari 7 meter memiliki kecepatan
maksimum tidak melebihi 7 mil perjam sebagai gantinya dari lampu – lampu
dalam paragraph “a” dari aturan ini, boleh memperlihatkan sebuah lampu
putih yang kelihatan keliling cakrawala dan akan, jika dapat dilaksanakan,
harus juga memperlihatkan lampu – lampu lambung
(iii) Lampu tiang atau lampu putih yang kelihatan keliling cakrawala dari sebuah
kapal tenaga yang panjangnya kurang dari 12 meter mungkin tidak dapat
ditempatkan pada bidang garis tegak kapal, jika digaris tegaknya tidak
memungkinkan, dengan ketentuan bahwa lampu – lampu lambung kombinasi
dalam satu lentera yang dapat dibawa diletakkan pada bidang garis tegak
kapal atau sepanjang dapat dilaksanakan ditempatkan sedekat mungkin
ditempat yang sama pada garis haluan dan buritan di mana lampu tiang atau
lampu putih keliling berada.

ATURAN – 24
MENUNDA DAN MENDORONG
a. Sebuah kapal tenaga apabila sedang menunda harus memperlihatkan :
(i) Sebagai pengganti lampu yang ditetapkan di dalam ATURAN 23 a(i), dua
lampu tiang yang bersusun tegak lurus. Apabila panjang tunda-an diukur dari
buritan kapal yang sedang menunda sampai ke ujung kelaman tunda-an lebih
dari 200 meter, tiga lampu yang demikian itu bersusun tegak lurus
(ii) Lampu – lampu lambung
(iii) Lampu buritan
(iv) Lampu tunda, letak lurus di atas lampu buritan
(v) Apabila panjang tunda lebih dari 200 meter, sebuah belah ketupat di pasang
pada tempat yang dapat kelihatan dengan jelas
b. Apabila sebuah kapal yang sedang mendorong dan kapal yang sedang didorong maju
diikat erat – erat dalam suatu rangkaian, kapal – kapal itu harus dianggap sebagai
Dinas Jaga | 57
sebuah kapal tenaga dan harus memperlihatkan lampu – lampu yang ditentukan di
dalam ATURAN 23
c. Sebuah kapal tenaga apabila sedang mendoorong maju atau sedang menggandeng di
samping kecuali di dalam hal sesuatu rangkaian harus memperlihatkan :
(i) Lampu – lampu lambung
(ii) Lampu buritan
d. Sebuah kapal tenaga yang melaksanakan paragraph (a) dan (c) dari aturan ini, harus
juga memenuhi ATURAN 23 a(i)
e. Sebuah kapal atau benda yang sedang di tunda, selain dari apa yang dinyatakan
dalam paragraph (g) aturan ini harus memperlihatkan :
(i) Lampu – lampu lambung
(ii) Lampu buritan
(iii) Bilamana panjang tunda-an lebih dari 200 meter, sebuah belah ketupat
dipasang di suatu tempat yang dapat kelihatan dengan jelas
f. Dengan ketentuan bahwa beberapa kapal yang sedang di gandeng atau di dorong
dalam satu kelompok, harus diberi lampu sebagai satu kapal
(i) Kapal yang sedang di dorong maju yang bukan merupakan bagian dari satu
kesatuan rangkaian, harus memperlihatkan lampu – lampu lambung di ujung
depan
(ii) Kapal yang sedang di gandeng disamping harus memperlihatkan lampu
buritan dan pada ujung depan lampu – lampu lambung
g. Kapal – kapal yang kelihatan kurang jelas dimana sebagai badannya terbenam atau
gabungan dari kapal – kapal atau benda demikian yang sedang di tunda harus
memperlihatkan :
(i) Jika lembarnya kurang dari 25 meter, sebuh lampu putih keliling diujung
depan atau didekatknya dan satu diujung belakang, atau didekatnya, kecuali
apabila OOO.. tidak perlu memperlihatkan lampu di ujung depan atau
didekatnya
(ii) Jika lebarnya 25 meter atau lebih, dua lampu keliling putih tambahan pada
atau dekat sisi paling luar dari lebar kapal tersebut

Dinas Jaga | 58
(iii) Jika panjangnya lebih dari 100 meter, sebagai tambahan lampu putih keliling
diletakkan di antara lampu – lampu yang ditentukan dalam Sub Paragraph (i)
dan (ii) sedemikian rupa hingga jarak antara lampu – lampu tidak boleh lebih
dari 100 meter
(iv) Sebuah belah ketupat pada atau dekat bagian yang paling belakang dari kapal
yang belakang sekali atau objek yang sedang di tunda dan apabila panjang
tunda-an melebihi 200 meter menambah sebuah belah ketupat yang dapat
dilihat dengan sebaik – baiknya dan sepanjang dapat dilaksanakan
ditempatkan jauh dari bagian depan kapal
h. Apabila karena suatu yang wajar sehingga tidak memungkinkan kapal atau benda
yang sedang di tunda memperlihatkan lampu – lampu atau sosok benda yang
ditentukan di dalam paragraph (c) atau (g) dari aturan ini, semua upaya yang akan
ditempuh untuk menerangi kapal atau benda / objek yang di tunda setidak – tidaknya
menunjukkan keberadaan kapal atau objek yang demikian itu
i. Apabila oleh suatu sebab yang cukup beralasan sehingga tidak memungkinkan kapal
yang tidak bias melakukan tugas – tugas penundaan untuk memperlihatkan lampu –
lampu yang ditentukan di dalam paragraph (a) atau (c) dari aturan ini, maka kapal
yang demikian itu tidak diwajibkan untuk memperlihatkan lampu – lampu itu bilaman
sedang menunda kapal lain dalam bahaya atau dalam keadaan lain yang
membutuhkan pertolongan. Segala upaya yang ahrus ditempuh untuk menunjukkan
hubungan antara kapal yang sedang menunda dan kapal yang sedang di tunda
sebagaimana yang diharuskan dan ditetapkan oleh ATURAN 36, terutama menerangi
tali tunda

ATURAN – 25
KAPAL – KAPAL YANG SEDANG BERLAYAR
DAN KAPAL YANG DIGERAKKAN DENGAN DAYUNG
a. Sebuah kapal yang sedang berlayar harus memperlihatkan :
(i) Lampu buritan lambung
(ii) Lampu buritan

Dinas Jaga | 59
b. Di sebuah kapal layar yang panjangnya kurang dari 20 meter, lampu – lampu yang
ditentukan di dalam paragraph (a) dari aturan ini boleh digabungkan di dalam satu
lentera yang dipasang di atau di dekat puncak tiang yang dapat kelihatan dengan
sebaik – baiknya atau jelas.
c. Sebuah kapal layar yang sedang berlayar, disamping lampu – lampu yang ditentukan
di dalam paragraph (a) dari aturan ini, boleh memperlihatkan di atau dekat puncak
tiang yang dapat kelihatan dengan sebaik baiknya / jelas lampu keliling bersusun
tegak lurus yang diatas merah dan yang dibawah berwarna hijau, tetapi lampu –
lampu ini tidak boleh diperlihatkan bersama – sams dengan lentera kombinasi yang
diperbolehkan pada paragraph (b) dari aturan ini.
d. (i) Sebuah kapal layar yang panjangnya kurang dari 7 meter, jika mungkin harus
memperlihatkan lampu – lampu yang ditentukan dalam paragraph (a) atau
harus selalu siap dengan sebuah lampu senter atau lentera yang menyala
yang memperlihatkan dalam waktu yang cukup untuk mencegah tubrukan
(ii) Sebuah kapal yang digerakkan denga dayung boleh memperlihatkan lampu –
lampu yang ditentukan dalam aturan ini bagi kapal – kapal layar, tetapi jika
tidak memperlihatkannya kapal yang sedang berlayar dengan dayung itu
harus selalu siap dengan sebuah senter atau lentera yang menyala yang
memperlihatkan cahaya putih yang harus diperlihatkan dalam waktu yang
memadai untuk mencagah tubrukan
e. Sebuah kapal yang sedang berlayar dengan mempergunakan layar dan juga
digerkkan dengan mesinnya, harus memperlihatkan sosok benda berbentuk kerucut
dengan puncak ke bawah di bagian depan kapal di suatu tempat yang dapat kelihatan
dengan sebaik – baiknya atau jelas

Dinas Jaga | 60
ATURAN 26
KAPAL – KAPAL PENANGKAP IKAN
a. Sebuah kapal yang sedang menangkap ikan, apakah sedang berlayar atau berlabuh
jangkar, hanya boleh memperlihatkan lampu – lampu dan sosok – sosok benda yang
ditentukan dalam aturan ini
b. Sebuah kapal yang sedang mendogol, yang dimaksud adalah kapal yang sedang
menangkap ikan dengan pukat tarik atau alat – alat lain di dalam air yang digunakan
sebagai alat penangkap ikan, harus memperlihatkan :
(i) Dua lampu keliling bersusun tegak lurus yang diatas hijau dan yang dibawah
putih, atau sosok benda yang terdiri dari dua kerucut yang puncaknya
berhimpit, bersusun tegak lurus
(ii) Sebuah lampu tiang belakang dan lebih tinggi dari lampu hijau keliling, sebuh
kapal yang panjangnya kurang dari 50 meter tidak diwajibkan
memperlihatkan lampu yang demikian itu, akan tetapi boleh
memperlihatkannya
(iii) Apabila mempunyai laju terhadap air, sebagai tambahan atas lampu yang
ditentukan dalam paragraph ini lampu – lampu lambung dan buritan
c. Sebuah kapal yang sedang menangkap ikan, kecuali yang sedang mendongol harus
memperlihatkan :

Dinas Jaga | 61
(i) Dua lampu keliling bersusun tegak lurus yang diatas hijau dan yang dibawah
putih, atau sosok benda yang terdiri dari dua kerucut yang puncaknya
berimpit, bersusun tegak lurus
(ii) Apabila ada alat penangkap ikan yang dipasang mendatar secara horizontal
lebih dari 150 meter dari samping kapal, sebuah lampu keliling putih atau
kerucut yang puncaknya keatas ke arah alat penangkap ikan itu berada
(iii) Apabila mempunyai kecepatan terhadap air, di samping lampu yang
ditentukan dalam paragraph ini, lampu – lampu lambung dan lampu buritan
diperlihatkan
d. Sebuah kapal ikan yang sedang menangkap ikan yang saling berdekatan dengan kapal
– kapal ikan lainnya, boleh memperlihatkan isyarat – isyarat tambahan yang
tercantum dalam Lampiran II dari aturan – aturan ini
e. Sebuah kapal yang tidak sedang menangkap ikan tidak boleh memperlihatkan lampu
– lampu atau sosok – sosok benda yang ditentukan dalam aturan ini, tetapi hanya
memperlihatkan lampu – lampu atau sosok – sosok benda yang ditentukan bagi kapal
– kapal yang sesuai dengan panjangnya

ATURAN – 27
KAPAL YANG TIDAK DAPAT DI OLAH GERAK
ATAU KEMAMPUAN OLAH GERAKNYA TERBATAS
a. Sebuah kapal yang tidak di olah gerak harus memperlihatkan :
(i) Dua lampu merah keliling bersusun tegak lurus di tempat yang dapat
kelihatan dengan jelas
Dinas Jaga | 62
(ii) Dua bola atau sosok benda yang serupa bersusun tegak lurus ditempat yang
dapat kelihatan dengan jelas
(iii) Apabila mempunyai laju terhadap air, sebagai tambahan atas lampu – lampu
yang ditentukan di dalam paragraph ini, lampu – lampu lambung dan lampu
buritan diperlihatkan

b. Sebuah kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas, kecuali kapal yang sedang
melaksanakan pekerjaan menyapu ranjau di laut, harus memperlihatkan :
(i) Tiga lampu keliling bersusun tegak lurus ditempat, yang dapat kelihatan
dengan jelas. Lampu yang tertinggi dan yang terendah harus berwarna merah,
sedangkan lampu yang ditengah berwarna putih.
(ii) Tiga sosok benda bersusun tegak lurus ditempat yang dapat kelihatan dengan
jelas, sosok benda yang tetinggi dan yang terendah berupa bola sedangkan
yang ditengah berupa belah ketupat.
(iii) Apabila mempunyai laju terhadap air, lampu atau lampu – lampu tiang,
lampu – lampu lambung dan lampu buritan, sebagai tamabahan atas lampu –
lampu yang ditentukan dalam sub paragraph (i)
(iv) Apabila sedang berlabuh jangkar, sebagai tamabahan atas lampu – lampu
atau sosok – sosok benda yang ditentukan dalam sub – paragraph (i) atau (ii)
lampu – lampu atau sosok – sosok benda yang ditentukan dalam ATURAN 30

Dinas Jaga | 63
c. Sebuah kapal tenaga yang sedang melakukan penundaan sedemikian rupa sehingga
membatasi kemampuan kapal yang sedang menunda dan tundaanya itu untuk
menyimpang dari haluannya yang ditentukan dalam aturan 24(a) harus
memperhatikan lampu – lampu atau sosok – sosok benda yang ditentukan dalam sub
paragraph b(i) dan (ii) dari aturan ini

d. Sebuah kapal yang sedang melaksanakan pengerukan atau pekerjaan di dalam air,
apabila kemampuan oalh geraknya terbatas, harus memperlihatkan lampu – lampu

Dinas Jaga | 64
dan sosok – sosok benda yang ditentukan didalam sub paragraph b(i), (ii), dan (iii)
dari aturan ini dan sebagai tamabahan apabila ada rintangan harus memperlihatkan :
(i) Dua lampu merah keliling atau dua bola bersusun tegak lurus untuk
menunjukkan sisi tempat rintangan tersebut berada
(ii) Dua lampu hijau keliling atau dua belah ketupat bersusun tegak lurus untuk
menunjukkan sisi yang boleh dilewati oleh kapal lain
(iii) Apabila kapal berlabuh jangkar, lampu – lampu atau sosok – sosok benda
yang ditentukan didalam paragraph ini sebagai pengganti lampu – lampu atau
sosok – sosok benda yang ditentukan dalam ATURAN 30

e. Apabila ukuran kapal yang sedang melaksanakan pekerjaan – pekerjaan


penyelamatan tidak memungkinkan untuk memperlihatkan semua lampu – lampu
dan sosok – sosok benda yang ditentukan dalam paragraph (d) aturan ini, harus
memperlihatkan yang berikut ini :
(i) Tiga lampu keliling bersusun tegak disuatu tempat yang diperlihatkan dengan
jelas. Lampu yang tertinggi dan yang terendah harus merah, sedangkan lampu
yang ditengah berwarna putih
(ii) Sebuah duplikat bendera “A” dari bendera kode international yang tertinggi
tidak kurang dari 1 meter. Ukurannya harus dilakukan sedemikian rupa untuk
menjamin agar dapat kelihatan keliling cakrawala
f. Sebuah kapal yang sedang melaksanakan pekerjaan menyapu ranjau, sebagai
tambahan atas lampu – lampu yang ditentukan bagi kapal tenaga dalam ATURAN 23
atau lampu – lampu sosok – sosok benda yang ditentukan bagi kapal yang berlabuh

Dinas Jaga | 65
jangkar diadakan ATURAN 20, mana yang sesuai harus memperlibatkan tiga lampu
hijau, kuning atau tiga bola
Salah satu dari lampu – lampu itu atau sosok – sosok benda ini harus diperlihatkan di
puncak tiang depan atau di dekatnya dan satu masing – masing pada ujung andang –
andang depan. Lampu – lampu atau sosok – sosok benda ini menunjukkan bahwa
berbahayalah kapal lain yang merdeka dalam jarak 1000 meter dari penyapu ranjau
itu
g. Kapal – kapal yang panjangnya kurang dari 12 meter, kecuali kapal – kapal yang
sedang menjalankan pekerjaan penyelaman, tidak wajib memperlihatkan lampu –
lampu dan sosok – sosok benda yang ditentukan dalam aturan ini
h. Isyarat – isyarat yang ditentukan di dalam aturan ini bukan isyarat – isyarat dari kapal
dalam bahaya yang melakukan pertolongan. Isyarat – isyarat yang demikian itu
tercantum dalam lampiran IV dari peraturan – peraturan ini

ATURAN – 28
KAPAL YANG TERKUNGKUNG OLEH SARATNYA
Sebuah kapal yang terkungkung oleh saratnya sebagai tambahan atas lampu – lampu yang
ditentukan bagia kapal tenaga dalam ATURAN 23, boleh memperlihatkan tiga lampu merah
keliling bersusun tegak lurus atau sebuah slinder di tempat yang dapat kelihatan dengan
sebaik – baiknya/jelas

ATURAN – 29
KAPAL – KAPAL PANDU
a. Sebuah kapal yang sedang bertugas kepanduan harus memperlihatkan :
(i) Di atau dekat puncak tiang, dua lampu keliling bersusun tegak lurus yang
diatas berwarna putih dan yang dibawah berwarna merah
Dinas Jaga | 66
(ii) Apabila sedang berlayar, sebagai tambahan, lampu – lampu lambung dan
lampu buritan
(iii) Apabila berlabuh jangkar, sebagai tambahan atas lampu – lampu yang
ditentukan di dalam sub paragraph (i), lampu – lampu atau sosok – sosok
benda yang ditentukan dalam ATURAN 30 bagia kapal – kapal yang berlabuh
jangkar

b. Sebuah kapal pandu apabila tidak sedang bertugas kepanduan harus,


memperlihatkan lampu – lampu atau sosok- sosok benda yang ditentukan bagi kapal
dengan ukuran panjnag yang serupa

ATURAN – 30
KAPAL – KAPAL YANG BERLABUH JANGKAR
DAN KAPAL – KAPAL YANG KANDAS
a. Sebuah kapal yang sedang berlabuh jangkar harus memperlihatkan ditempat yang
paling baik dapat dilihat :
(i) Pada bagian depan, lampu keliling putih atau sebuah bola
(ii) Pada atau dekat buritan pada ketinggian yang lebih rendah dari pada lampu
yang ditetapkan oleh ayat (i), sebuah lampu keliling putih

Dinas Jaga | 67
b. Sebuah kapal dengan panjang kurang dari 50 meter boleh memperlihatkan sebuah
lampu keliling putih

PERATURAN
PENCEGAHAN TUBRUKAN DI LAUT – TAHUN 1972
DENGAN AMANDEMENT 1993

BAGIAN D ISYARAT – ISYARAT BUNYI DAN CAHAYA


(ATURAN 32 – ATURAN 37)

ATURAN – 32
DEFINISI – DEFINISI
a. Kata “suling” berarti setiap alat isyarat bunyi yang dapat menghasilkan tiupan –
tiupan yang ditentukan dan yang memenuhi perincian – perincian dalam lampiran III
dari peraturan – peraturan ini
b. Istilah “tiup pendek” berarti tiupan yang lamanya kurang lebih 1 detik
c. Istilah “tiupan panjang” berarti tiupan yang lamanya 4 sampai 6 detik

ATURAN – 33
PERLENGKAPAN UNTUK ISYARAT – ISYARAT BUNYI
a. Sebuah kapal yang panjangnya 12 meter atau lebih harus dilengkapi dengan sebuah
suling dan sebuah genta, dan kapal yang panjangnya 100 meter atau lebih, sebagai

Dinas Jaga | 68
tamabahan harus dilengkapi dengan sebuah gong dimana nada dan bunyinya tidak
akan terkelirukan dengan nada dan bunyi genta tersebut di atas
b. Suling, genta atau gong itu harus memnuhi perincian – perincian dalam lampiran III
dari peraturan – peraturan ini. Genta atau gong atau kedua – duanya boleh dioganti
dengan perlengkapan lainnya yang mempunyai cirri – cirri bunyi yang sma dengan
membunyikan isyarat – isyarat yang diharuskan dengan tangan akan selalu
dimungkinkan
c. Sebuah kapal yang panjangnya 12 meter tidak diwajibkan untuk memasang
perlengkapan isyarat bunyi yang disyaratkan dalam ayat (a) dari aturan ini, tetapi jika
tidak memasangnya, ia harus dilengkapi dengan alat lain yang menghasilkan isyarat
bunyi yang efisien

ATURAN – 34
ISYARAT – ISYARAT OLEH GERAK DAN PERINGATAN
a. Jika kapal yang saling melihat satu sama lain kapal tenaga yang sedang berlayar, jika
melakukan gerak sebagaimana yang diperbolehkan atau diharuskan oleh aturan –
aturan ini harus menunjukkan olah gerak itu dengan isyarat – isyarat suling sebagai
berikut :
- Satu tiup pendek berarti “saya sedang merubah haluan ke kanan”
- Dua tiup pendek berarti “saya sedang merubah haluan kekiri”
- Tiga tiup pendek berarti “mesin saya sedang bergerak mundur”
b. Setiap kapal boleh menambahkan isyarat – isyarat suling yang ditetapkan dalam ayat
(a) dengan isyarat – isyarat cahaya, diulang sesuai kebutuhan, pada waktu olah gerak
sedang dilaksanakan :
(i) Isyarat – isyarat cahaya ini mempunyai arti sebagai berikut ini :
- Satu perling berarti “saya sedang merubah haluan ke kanan”
- Dua perling berarti “saya sedang merubah haluan ke kiri”
- Tiga perling berarti “mesin saya sedang bergerak mundur”

Dinas Jaga | 69
(ii) Jangka waktu untuk tiap perling lamanya kira – kira satu detik, dengan selang
waktu antara perling itu kira – kira satu detik, dan selang waktu antara isyarat
– isyarat yang beruntun tidak kurang dari sepuluh detik
(iii) Lampu yang digunakan untuk isyarat ini jika dipasang, harus berupa lampu
putih keliling yang dapat kelihatan paling sedikit pada jarak 5 mil dan harus
memnuhi ketentuan pada Lampiran I
c. Apabila saling melihat dalam alur pelayaran sempit :
(i) Sebuah kapal yang bermaksud menyusul kapal sesuai dengan Aturan 9 c(i)
harus menunjukkan maksudnya dengan isyarat – isyarat suling sebagai
berikut :
- Dua suling panjang diikuti satu tiup pendek berarti “saya hendak
menyusul dari sisi kanan kita”
- Dua tiup panjang diikuti dua tiup pendek berarti “saya hendak menyusul
dari sisi kiri kita”
(ii) Sebuah kapal yang akan disusul apabila bertindak sesuai dengan aturan 9 e(i)
harus menunjukkan persetujuannya dengan isyarat – isyarat sulingnya
sebagai berikut :
- Satu tiup panjang, satu tiup pendek, satu tiup panjang dan satu tiup
pendek secara berurutan
d. Apabila kapal – kapal yang saling melihat, saling mendekati satu sama lainnya dank
arena satu sebab salah satu dari kapal itu tidak dapat memahami maksud – maksud
atau tindakan yang diambil oleh kapal lain, atau dalam keadaan keragu – raguan
apakah kapal yang lain itu sedang melakukan tindakan yang memadai untuk
menghindari bahaya tubrukan, kapal yang dalam keadaan ragu – ragu itu harus
segera menyatakan keragu – raguannya dengan memperdengarkan sekurang –
kurangnya lima tiup pendek dan tiup yang cepat pada suling. Isyarat yang demikian
itu boleh ditambah dengan isyarat cahaya yang paling sedikit lima perling pendek
dengan cahaya yang cepat
e. Sebuah kapal yang sedang mendekati tikungan atau daerah alur pelayaran atau
terusan dimana kapal – kapal lain mungkin dihalang – halangi oleh rintangan yang
menggangu, harus membunyikan satu tiup panjang. Isyarat yang demikian itu harus
Dinas Jaga | 70
dibalas dengan satu tiup panjang oleh setiap kapal yang sedang mendekat yang
mungkin dalam jarak dengar sekitar lingkungan atau dibalik rintangan yang
menghalangi itu
f. Jika suling – suling yang dipasang di kapal pada jarak terpisah lebih dari 1000 meter,
hanya satu suling saja yang akan digunakan untuk memberikan isyarat – isyarat oleh
gerak dan isyarat – isyarat peringatan

Dinas Jaga | 71
ISYARAT BUNYI
DALAM KEADAAN SALING MELIHAT
(ATURAN – 34)
a. ISYARAT OLAH GERAK UNTUK KAPAL TENAGA DENGAN PANJANG 12 METER ATAU LEBIH,
SEDANG BERLAYAR DAN SALING MELIHAT SATU SAMA LAIN (ATURAN 34a)

HURUF MORSE ARTINYA

Dinas Jaga | 72
E  Saya merobah haluan kanan

I  Saya merobah haluan kiri

S  Saya menggerakkan mesin mundur


b. ISYARAT OLAH GERAK, JIKA SALING MELIHAT DIDALAM ALUR PELAYARAN ATAU AIR
PELAYARAN SEMPIT (ATURAN 34c)

HURUF MORSE ARTINYA

T Peringatan waktu mendekati tikungan yang


terhalang

G  Saya akan menyusul pada lambung kanan anda

Z  Saya akan menyusul pada lambung kiri anda

C   Saya setuju untuk disusul kapal anda


c. ISYARAT OLAH GERAK, JIKA SALING MELIHAT DALAM KEADAAN RAGU – RAGU ATAS
TINDAKAN KAPAL LAIN (ATURAN 34d)

HURUF MORSE ARTINYA

     Atau lebih Saya ragu – ragu terhadap tindakan anda

ATURAN – 35
ISYARAT – ISYARAT BUNYI
DALAM PENGLIHATAN TERBATAS
Di dalam atau dekat daerah penglihatan terbatas, baik pada siang hari atau malam hari
isyarat – isyarat yang ditetapkan dalam aturan ini harus digunakan sebagai berikut :
a. Sebuah kapal tenaga yang mempunyai laju terhadap air, memperdengarkan satu tiup
panjang dengan interval waktu / selang waktu tidak lebih dari dua menit (2 menit)
b. Sebuah kapal tenaga yang sedang berlayar tetapi mesinnya berhenti dan tidak
mempunyai laju terhadap air, harus memperdengarkan dua tiup panjang berurutan
dengan selang waktu tidak lebih dari dua menit dan selang waktu antara ke dua tiup
panjang itu kira – kira dua detik (2 detik)
c. Sebuah kapal tenaga yang tidak dapat olah gerak, kapal yang kemampuan olah
geraknya terbatas, kapal yang terkungkung oleh saratnya, kapal layar, kapal yang
Dinas Jaga | 73
sedang menangkap ikan dan kapal yang sedang menunda atau mendorong kapal lain,
sebagai pengganti isyarat – isyarat yang ditentukan di dalam ayat (a) dan (b) dari
aturan ini, harus memperdengarkan tiga tiup berurutan yakni satu tiup pendek diikuti
oleh dua tiup pendek dengan selang waktu lebih dari dua menit
d. Sebuah kapal yang sedang menangkap ikan apabila berlabuh jangkar, dan kapal yang
kemampuan olah gerkanya terbatas bilamana sedang menjalankan pekerjaannya
dalam keadaan berlabuh jangkar sebagai pengganti isyarat – isyarat yang ditentukan
didalam paragraph g dari aturan ini, harus mendengarkan isyarat – isyarat yang
ditentukan didalam ayat c dari aturan ini
e. Sebuah kapal yang ditunda atau jika kapal yang tunda itu lebih dari satu, maka kapal
yang paling belakang dari tundaan itu jika diawaki, memperdengarkan empat tiupan
panjang diikuti tiga tiupan pendek dengan selang waktu tidak lebih dari dua menit.
Apabila mungkin, isyarat ini harus diperdengarkan segera setelah isyarat yang
diperdengarkan oleh kapal yang menunda
f. Apabila kapal yang sedang menodorong dan kapal yang sedang didorong maju dan
diikat dengan erat – erat dalam satu kesatuan, maka gabungan kapal – kapal itu
harus dianggap sebagai sebuah kapal tenaga dan harus memperdengarkan isyarat –
isyarat yang ditentukan dalam ayat (a) atau (b) dari aturan ini.
g. Sebuah kapal yang sedang berlabuh jangkar harus membunyikan genta dengan cepat
selama kira – kira lima detik dengan selang waktu tidak lebih dari satu menit.
Di kapal yang panjangnya 100 meter atau lebih, genta semacam itu harus dibunyikan
di bagian depan kapal dan segera setelah membunyikan genta, gong harus dengan
cepat selama kira – kira lima detik di bagian belakang kapal.
Kapal yang berlabuh jangkar, sebagai tambahan, boleh memperdengarkan tiga tiup
berurutan yakni satu tiup pendek, satu tiup panjang dan satu tiup pendek untuk
memberikan peringatan mengenai kedudukannya dan kemungkinan terjadi tubrukan
dengan kapal lain.
h. Sebuah kapal yang kandas harus memperdengarkan isyarat genta dan jika
diperlukan, isyarat gong yang ditentukan di dalam ayat (g) dari aturan ini, dan
sebagai tambahan harus memperdengarkan tiga ketentuan terpisah dan jelas dengan
genta sesaat sebelum dan segera setelah membunyikan genta yang cepat itu. Kapal
Dinas Jaga | 74
yang kandas, sebagai tambahan boleh memperdengarkan sebuah isyarat suling yang
sesuai
i. Sebuah kapal yang panjangnya kurang dari 12 meter tidak wajib memperdengarkan
isyarat – isyarat tersebut di atas, tetapi jika tidak dilakukannya, kapal itu harus
memperdengarkan isyarat bunyi lain yang efisien dengan selang waktu tidak lebih
dari dua menit.
j. Sebuah kapal pandu apabila sedang bertugas kepanduan, sebagai tambahan atas
isyarat yang ditentukan dalam ayat (a), (b) atau (g) dari aturan ini, boleh
memperdengarkan isyarat pengenal yang terdiri dari empat tiup pendek.

ISYARAT BUNYI
DALAM PENGLIHATAN TERBATAS
( ATURAN – 35 )

ISYARAT – ISYARAT OLAH GERAK UNTUK KAPAL – KAPAL DALAM PENGLIHATAN TERBATAS
HURUF MORSE ARTINYA
Kapal tenaga sedang melaju terhadap
T air
2 menit

M Kapal tenaga tidak melaju terhadap


2 menit
Dinas Jaga | 75

2 menit
Genta cepat
X X2 Xmenit X 1 menit X X X
2 menit
X2 Xmenit XXX
air

D - Kapal tidak terkendalikan;


- Kapal yang oleh geraknya terbatas;
- Kapal yang terkungkung oleh
saratnya;
- Kapal layar;
- Kapal ikan
- Kapal yang menunda
B

- Kapal tunda yang paling terakhir


R
- Hati – hati mendekati saya (saya
H kandas/berlabuh jangkar)
- Kapal pandu sedang melaju

- Kapal yang berlabuh jangkar


- Kapal kandas
GROUNDED
(KANDAS)

ATURAN – 36
ISYARAT – ISYARAT UNTUK MENARIK PERHATIAN
Jika perlu untuk menarik perhatian kapal lain, setiap kapal boleh menggunakan isyarat
cahaya atau isyarat bunyi yang tidak dapat terkelirukan di dalam aturan ini, atau boleh
menggerakkan berkas cahaya dari lampu sorotnya kearah bahaya.
Setiap cahaya lain yang digunakan untuk menarik perhatian kapal lain, harus sedemikian
rupa sehingga tidak dapat terkelirukan dengan alat bantu navigasi lainnya.
Untuk memenuhi maksud dari aturan ini, penggunaan lampu dengan intensitas tinggi secara
bergantian atau lampu – lampu yang berputar keliling seperti penerangan dengan
strobascop harus dihindarkan.

ATURAN – 37
ISYARAT – ISYARAT BAHAYA

Dinas Jaga | 76
Apabila kapal dalam keadaan bahaya dan memerlukan pertolongan, harus menggunakan
atau memperlihatkan isyarat – isyarat yang diisyaratkan dalam Lampiran IV dari aturan –
aturan ini.

PERATURAN
PENCEGAHAN TUBRUKAN DI LAUT – YAHUN 1972
DENGAN AMANDEMENT 1993

BAGIAN E
PEMBEBASAN

ATURAN – 38
PEMBEBASAN – PEMBEBASAN
Setiap kapal (atau klasifikasi dari kapal – kapal) dengan ketentuan bahwa kapal itu
memenuhi syarat – syarat dari Peraturan International Pencegahan Tubrukan di laut 1960
ketika “Lunas” nya diletakkan atau sedang berada dalam proses pembuatan sebelum aturan
– aturan ini mulai berlaku, boleh dibebaskan dari kewajiban untuk memenuhi peraturan ini
sebagai berikut :
a. Pemasangan lampu – lampu dengan jarak yang ditentukan dalam aturan 22 samapi 4
tahun setelah tanggal mulai berlakunya peraturan – peraturan ini.
b. Pemasangan lampu – lampu dengan perincian warna sebagaimana yang telah
ditentukan dalam seksi 7 Lampiran I dari Peraturan ini, samapai 4 tahun setelah
tanggal mulai berlakunya Peraturan – Peraturan ini.
c. Penempatan kembali kedudukan lampu – lampu sebagai akibat dari perubahan
satuan – satuan ukuran – ukuran, ukuran – ukuran metric dan pembulatan –
pembulatan angka – angka satuan / ukuran merupakan suatu pengecualian yang
tetap.
d. (i) Penempatan kembali lampu – lampu tiang di kapal – kapal yang panjangnya
150 meter, sebagai akibat dari ketetapan seksi (a) Lampiran I dari Peraturan
ini, samapai Sembilan tahun setelah tanggal mulai berlakunya Peraturan ini.

Dinas Jaga | 77
(ii) Penempatan kembali lampu – lampu tiang di kapal – kapal yang panjangnya
150 meter atau lebih sebagai akibat dari ketetapan – ketetapan seksi 3(a)
Lampiran I dari Peraturan ini, sampai sembilan tahun setelah tanggal mulai
berlakunya Aturan – aturan ini.
e. Penempatan kembali lampu – lampu tiang sebagai akibata dari ketetapan –
ketetapan seksi 2(b) lampiran I dari aturan ini
f. Penempatan kembali lampu tiang, sebagai akibat dari ketetapan – ketetapan seksi
2(g) dan 3(b) lampiran I dari peraturan ini, sampai 9 tahun setelah tanggal mulai
berlakunya peraturan ini
g. Persyaratan – persyaratan tentang alat – alat isyarat bunyi yang ditentukan dalam
lampiran III dari peraturan ini, sampai Sembilan tahun setelah tanggal mulai
berlakunya aturan – aturan ini
h. Penempatan kembali lampu – lampu keliling, sebagai akibat dari ketetapan –
ketetapan seksi 9(b) lampiran I dari aturan – aturan ini, merupakan suatu
pengecualian / pembebasan yang tetap.

LAMPIRAN I
PENEMPATAN DAN PERINCIAN TEKNIS
LAMPU – LAMPU DAN SOSOK SOSOK BENDA
1. Definisi

Dinas Jaga | 78
Istilah “tinggi di atas badan” berarti ketinggian di atas geladak jalan yang paling atas.
Ketinggian ini harus di ukur dari kedudukan tegak lurus di bawah tempat lampu.
2. Penempatan Dan Pemisahan Lampu – Lampu Secara Tegak
a. Di kapal tenaga yang panjangnya 20 meter atau lebih, lampu – lampu harus
ditempatkan sebagai berikut :
i. Lampu tiang depan, atau jika hanya dipasang satu lampu, maka lampu tidak
kurang dari 6 meter dan jika lebar kapal lebih dari 6 meter, maka
ketinggiannya di atas badan tidak kurang dari lebar tersebut, tetapi sekali pun
demikian, lampu itu tidak perlu ditempatkan pada ketinggian lebih dari 12
meter.
ii. Apabila dipasang 2 lampu tiang maka lampu yang dibelakang sekurang –
kurangnya 4,5 meter tegak lurus lebih tinggi dari pada yang di depan.

4,5 meter

Pemisahan secara tegak lampu – lampu tiang kapal – kapal tenaga harus
sedemikian rupa, sehingga dalam segala keadaan trim biasa, lampu belakang
akan terlihat di atasdan terpisah dari lampu depan, pada jarak 1.000 meter
dari tinggi muka jika di lihat dari permukaan laut.

6 Meter

Dinas Jaga | 79

1000 Meter
Lampu kapal tenaga yang panjangnya 12 meter kurang dari 20 meter, harus
ditempatkan pada ketinggian di atas tutup tajuk tidak kurang dari 2,5 meter.

b. Apabila aturan – aturan mensyaratkan pemasangan dua atau tiga lampu yang
tersusun tegak, maka lampu – lampu ini harus diberi jarak sebagai berikut :
i. Di kapal yang panjangnya 20 meter atau lebih lampu – lampu yang demikian
harus dipisahkan tidak kurang dari 2 meter dan lampu yang terendah kecuali
dimana diisyaratkan lampu tunda, tidak kurang dari 4 meter di atas badan :
ii. Di kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter, lampu – lampu demikian
harus dipisahkan tidak kurang dari 1 meter dan lampu yang terendah, kecuali
di mana diisyaratkan lampu tunda, tidak kurang dari 2 meter diatas.
iii. Apabila dipasang tiga lampu, maka lampu – lampu itu harus dipisahkan
dengan jarak yang sama.

Dinas Jaga | 80
c. Lampu yang paling rendah dari 2 lampu keliling yang diisyaraktkan bagi kapal
nelayan yang sedang menangkap ikan, harus berada pada ketinggian di atas
lampu – lampu lambung, tidak kurang dari 2 kali jarak antara kedua lampu tegak
itu.

d. Lampu labuh depan yang ditentukan dalam Aturan 30(a) bilamana dipasang dua
lmapu lebuh, ahrus lebih tinggi sekurang – kurangnya 4,5 meter dari belakang.
Dikapal yang panjangnya 50 meter atau lebih, lampu labuh depan ini harus
ditempatkan pada ketinggian yang kurang dari 6 meter di atas badan.

3. Penempatan Dan Pemisahan Lampu – Lampu Secara Mendatar


a. Apabila dua lampu tiang diisyaratkan bagi kapal tenga, maka jarak mendatar
antar kedua lampu itu kurang dari setangah panjang kapal, tetapi tidak perlu
melebihi 100 meter. Lampu depan harus ditempatkan tidak lebih dari pada
seperempat panjang kapal, terhitung dari tinggi muka.
Dinas Jaga | 81
b. Di kapal yang panjangnya 20 meter, atau lebih. Lampu – lampu lambung tidak
boleh ditempatkan di muka lampu tiang depan. Lampu itu harus di letakkan di
atau dekat sisi lambung kapal.
c. Bilamana lampu – lampu yang ditentukan dalam aturan 27 b(i) atau aturan 20 itu
ditempatkan tegak lurus di antara tiang depan dan lampu – lampu keliling ini
harus ditempatkan di suatu tempat yang jarak mendatarnya dalam arah
melintang kapal tidak kurang dari 2 meter di ukur dari sumbu membujur kapal.

4. Perincian Tentang Letak Lampu Penunjuk Arah Bagi Kapal Ikan, Kapal Keruk Dan
Kapal Yang Sedang Menjalankan Pekerjaan Di Dalam Air.
a. Lampu yang menunjukkan arah alat penangkap ikan yang ditentukan dari kapal
yang sedang menangkap ikan sebagaimana yang ditentukan dalam aturan 26 c(ii),
harus ditempatkan dengan jarak mendatar yang tidak kurang dari 2 meter di ukur
dari dua lampu merah putih keliling itu. Lampu ini harus ditempatkan tidak lebih
tinggi daripada lampu – lampu keliling yang ditentukan yang ditentukan dalam
aturan 26 c(i) dan tidak lebih rendah dari pada lampu – lampu lambung.

b. Lampu – lampu dan sosok benda di kapal yang sedang mengeruk atau melakukan
kegiatan bawah air untuk menunjukkan sisi yang terhalang dan atau sisi yang
dapat dilewati dengan aman seperti yang diisyaratkan dalam aturan 27 d(i) dan
(ii) harus diperlihatkan dalam jarak mendatar yang maksimum dapat
dilaksanakan, tetapi sama sekali tidak kurang dari 2 meter dari lampu – lampu
dan sosok – sosok benda yang diisyaratkan dalam aturan 27 b dan (ii). Bagaimana

Dinas Jaga | 82
juga, lampu atau sosok benda yang paling bawah dari tiga lampu atau sosok
benda yang disyaratkan dalam aturan 27 b(i) dan (ii).

5. Tedeng Untuk Lampu Lambung


Lampu – lampu lambung dari kapal – kapal yang panjangnya 20 meter atau lebih,
harus dipasang tedeng dalam yang di cat hitam kusam, dan memenuhi syarat –
syarat. Seksi 9 lampiran ini. Di kapal – kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter,
lampu – lampu lambung itu, jika harus memenuhi syarat – syarat seksi 9 lampiran ini,
harus dipasang tedeng dalam yang di cat hitam kusam. Pada lentera gabungan yang
menggunakan kawat pijar tegak lurus tunggal dan penyekat yang sangat sempit
diantara bagian hijau dan bagian merah, tedeng luar tidak perlu dipasang.

6. Sosok – Sosok Benda


a. Sosok – sosok benda harus berwarna hitam dengan ukuran – ukuran sebagai
berikut :
(i) Bola harus dengan garis tengah tidak kurang dari 0,6 meter
(ii) Kerucut harus dengan bidang alas yang garis tengahnya tidak kurang dari
0,6 meter dan tingginya sama dengan garis tengahnya.
(iii) Silinder harus dengan garis tengah tidak kurang dari 0,6 meter dan
tingginya sama dengan dua kali garis tengahnya
(iv) Soko belah ketupat harus terdiri dari dua kerucut sebagaimana yang
diuraikan dengan jelas di dalam (ii) di atas yang mempunyai bidang alas
persekutuan.
b. Jarak tengah lurus antara sosok – sosok benda ahrus sekurang – kurangnya 1,5
meter.
c. Di kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter, boleh digunakan sosok – sosok
benda dengan ukuran – ukuran yang lebih kecil tetapi sebidang dengan ukuran
kapal dan jarak antaranya boleh dikurangi sesuai itu.

7. Perincian Warna Lampu – Lampu

Dinas Jaga | 83
Urutan warna lampu – lampu navigasi harus sesuai dengan patokan – patokan
berikut yang terletak di dalam batas – batas daerah diagram yang diperinci untuk
setiap warna oleh Komisi International tentang iluminasi (CIE)
Batas – batas daerah untuk tiap warna diberikan dengan menunjuk koordinat sudut,
sebagai berikut :
i. Putih
X 0,525 0,525 0,452 0,310 0,310 0,443
Y 0,382 0,440 0,440 0,348 0,283 0,382
ii. Hijau
X 0,028 0,009 0,300 0,203
Y 0,385 0,723 0,511 0,356
iii. Merah
X 0,680 0,660 0,735 0,721
Y 0,320 0,320 0,265 0,259
iv. Kuning
X 0,612 0,618 0,575 0,575
Y 0,382 0,382 0,425 0,406

8. Intensitas Lampu – Lampu


a. Intensitas penyinaran minimum lampu – lampu harus dihhitung dengan
menggunakan rumus :
I = 3,43 X 100 X T X D2 X K0
Instensitas penyinaran dalam lilin kondisi kerja dalam hal mana :
I = intensitas penyinaran dalam lilin kondisi kerja;
T = factor awak 2 x 10-7 lux;
D = jarak daya tampak (jarak penyinaran) lampu, dalam mil laut;
K = daya untuk pemindahan atmosfir;
Untuk lampu – lampu yang diisyaratkan, nilai K harus 0,8 sesuai dengan daya
tampak meteorology sebesar kira – kira 13 mil laut.
b. Pilihan angka – angka yang diambil dari rumus tercantum dalam daftar berikut :
Jarak tampak (jarak penyinaran) lampu Intensitas penyinaran lampu dalam lilin
Dinas Jaga | 84
dalam mil laut untuk
K =- 0,8
D 1
1 0,9
2 4,3
3 12
4 27
5 32
6 94

Catatan : intensitas penyinaran maksimum lampu – lampu navigasi harus dibatsi


untuk menghindari kilat yang tidak perlu.

9. Sector – sector Mendatar


a. i Ke arah depan, lampu lampu lambung yang dipasang harus memperlihatkan
intensitas minimum yang disyaratkan. Intensitas itu harus berkurang sampai
praktis lenyap antara 10 dan 30 di luar sector – sector yang disyaratkan
ii. Untuk lampu buritan dan lampu tiang pada 22,5 derajat dibelakang arah
melintang untuk lampu – lampu lambung, intensitas yang disyaratkan harus
dipertahankan meliputi busur cakrawala hingga 5 derakat di dalam batas –
batas yang disyaratkan dalam aturan 21. Dari 5 derajat dalam sector yang
disyaratkan itu, intensitas tersebut boleh berkurang secara tetap sampai batas
– batas yang disyaratkan intensitas itu berkurang secara tetap sampai praktis
lenyap pada sudut tidak lebih dari 5 derajat di luar batas – batas yang
disyaratkan.
b. Lampu keliling harus ditempatkan sedemikian rupa hingga tidak terhalang tiang,
puncak atau bangunan dalam sector yang bersudut lebih dari 6 derajat. Kecuali
lampu jangkar yang tidak perlu ditempatkan di atas badan pada ketinggian yang
dapat dilaksanakan.

Dinas Jaga | 85
10. Sector – sector Gelap
a. Sector tegak lampu listrik, terkecuali lampu – lampu di kapal layar harus
menjamin :
i) Sekurang – kurangnya intensitas minimum yang disyaratkan diperhatikan
pada semua sudut dari 5 derajat di atas sampai 5 derajat di bawah arah
mendatar.
ii) Sekurang – kurangnya 60 persen daripada intensitas minimum yang
disyaratkan, dipertahankan dari 7,5 derajat di atas sampai 7,5 derjat di bawah
arah mendatar.
b. Bagi kapal – kapal layar yang sedang berlayar, sector – sector tegak lurus lampu
listrik, jika dipasang harus menjamin :
(i) Sekurang – kurangnya intesitas minimum yang disyaratkan itu harus
dipertahankan disetiap sudut dari 5 derajat di atas sampai 5 derajat di
bawah bidang mendatar
(ii) Sekurang – kurangnya 50 persen intensitas minimum yang disyaratkan itu
dipertahankan dari 25 derajat di atas sampai 25 derajat di bawah bidang
mendatar.
Gunanya lampu lambung tidak hanya untuk mengenal sisi lambung mana dari
kapal bersangkutan, tetapi disamping itu juga, untuk mengathui haluan kapal
tersebut sesuai dengan baringannya.
Juga dengan menggunakan lampu lambung kapal yang mendekat dapat
diperlukan haluannya dengan rumus sebagai berikut :

Gambar A dibaring lampu merah yang timbul lalu hilang arah Utara Timur Laut.
Haluan kapal itu sama dengan arah baringan ke kiri 6 surat.

Gambar B lampu hijau dibaring lampu dibaring Barat Laut, Nampak kemudian
hilang. Haluannya kira – kira 6 surat ke kanan arah baringannya.
Dinas Jaga | 86
Bila tiba – tiba Nampak kemudian menghilang lampu lambung Merah / Hijau,
maka haluan kapal itu kira – kira 6 surat dikiri / dikanan dari baringannya.

1. Bila memabaring kedua lampu lembungnya, maka haluannya kapal itu sama
dengan kebalikan dari baringannya.
2. Kalau membaring lampu lambung merah yang “tiba – tiba” Nampak kemudian
menghilang, maka haluan kapal itu kira – kira 6 surat di kanan (menurut jarum
jam) terhadap hasil baringannya.
3. Kalau membaring lampu lambung hijau yang “tiba – tiba” Nampak lalu hilang,
maka haluan kapal itu kira – kira 6 surat di kanan (menurut jarum jam)
terhadap hasil baringannya.
4. Bila Nampak lampu lambung merah, maka haluan kapal itu kira –kira antara
kebalikan baringan dan 10 surat ke kananya (kebaikan arah jarum – jam).

LAMPIRAN II
ISYARAT – ISYARAT TAMBAHAN BAGI KAPAL – KAPAL NELAYAN
YANG SEDANG MENANGKAP IKAN
YANG SALING BERDEKATAN
1. Umum
Dinas Jaga | 87
Lampu – lampu disebutkan disini, jika diperlihatkan sesuai Aturan 26 (d) harus
ditempatkan di suatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas – jelasnya.
Lampu – lampu harus terpisah sekurang – kurangnya 0,9 meter, tetapi lebih rendah
daripada lampu yang diisyaratkan dalam aturan 26 b (i) dan c (i). lampu – lampu
harus dapat kelihatan keliling cakrawala dari jarak lampu –lampu yang ditentukan
oleh aturan ini yang diperuntukan bagi kapal – kapal lain.

2. Isyarat Bagi Kapal Dogol (trawler / pukat tarik)


(a) Kapal bilaman sedang menangkap ikan dengan dogoi, baik yang menggunakan
pukat dasar laut dangkal maupun laut dalam, boleh perlihatkan :
(i) Jika sedang memasang pukatnya : dua lampu putih bersusun tegak
(ii) Jika sedang menarik pukatnya : satu lampu putih di atas lampu merah
bersusun tegak
(iii) Jika pukatnya tersangkut pada rintangan : dua lampu merah bersusun tegak.
(b) Tiap kapal yang menangkap ikan dengan pukat secara berpasangan boleh
memperlihatkan :
(i) Pada malam hari lampu sorot diarahkan ke depan dank e jurusan kapal
lain dari pasangan itu
(ii) Jika sedang memasang atau sedang menarik pukat atau pukatnya
tersangkut pada rintangan, boleh memasang lampu – lampu yang
ditentukan dalam aturan 2 (a) diatas

3. Isyarat – isyarat bagi kapal – kapal pukat lingkar


Kapal – kapal yang sedang menangkap ikan dengan alat penangkapan ikan pukat
lingkar, boleh memperlihatkan dua lampu kuning bersusun tegak lurus.
Lampu – lampu itu harus berkedip secara bergantian setiap detik dan dengan waktu
nyala serta waktu padam yang sama. Lampu – lampu ini hanya boleh diperlihatkan
jika olah gerak kapal terganggu oleh balat penangkap ikannya.

4. Bila Nampak pada baringan lampu lambung hijau, maka kaluan kapal itu kira – kira
antara kebalikan baringannya dan 10 surat ke kiri (melawan jarum jam)
Dinas Jaga | 88
Kalau tiba – tiba diperhitungkan kapal – kapal itu melakukan perubahan haluan,
maka rumus (2) dan (3) sangat penting terutama waktu menyusul kapal lain. Karena
pada saat dimana kecuali lampu buritan Nampak salah satu lampu lambungnya,
maka haluan kapal lain dapat diperkirakan. Maka dengan perpindahan atau
perubahan dari lampu – lampu lambung kearah buritan umunya penting.
Meskipun jarak Nampak lampu lambung harus paling sedikit 2 mil, namun pada
umunya lampu lambung akan Nampak lebih jauh dibandingkan yang hijau. Hal ini
disebebkan kaca merah lebih baik pencaran sinarnya daripada kaca berwarna hijau.
Disamping itu cahaya merah, yang mempunyai panjang gelombang yang lebih besar
akan jauh menembus atmosfer.

Penjelasan Lampiran II
Khusus lampu kuning kedip pergantian bagi kapal ikan yang sedang mendogol jelas
terbatas oleh geraknya, dan jelas tidak dapat mundur. Disamping itu jarring
terutama kalau jarring apung, akan membahayakan kapal lain. Jadi lampu kuning
kedip itu merupakan tanda perhatian kapal lain yang melihat agar menjauhinya.

LAMPIRAN III
PERINCIAN TEKNIS TENTANG
ALAT – ALAT ISYARAT BUNYI SULING
(a) Frekwensi – Frekwensi dan Jarak Dengar
Frekwensi dasar isyarat harus terletak dalam batas 70 – 700 Hz. Jarak dengar
isyarat dari suling harus ditentukan oleh frekwensi – frekwensi itu dapat meliputi
Dinas Jaga | 89
dasar dan atau satu beberapa frekwensi yang lebih tinggi, yang terletak dalam
batas 180 – 700 Hz (± 1 persen) dan yang menghasilkan tingkat – tingkat tekanan
bunyi yang disebutkan secara terperinci dalam paragraph 1 c dibawah ini.

(b) Batas – Batas Frekwensi Dasar


Untuk menjamin keragaman yang laus dari cirri – cirri suling, frekwensi dasar
sebuah suling harus terletak diantara batas – batas :
(i) 70-200 Hz, bagi kapal yang panjangnya 2000 meter atau lebih
(ii) 130-350 Hz, bagi kapal yang panjangnya 75 meter tetapi kurang dari 200
meter
(iii) 250-700 Hz, bagi kapal yang panjangnya kurang dari 75 meter

(c) Kekuatan Isyarat Bunyi dan Jarak Dengar


Suling dapat dipasang di kapal dalam arah kekuatan maksimum dari suling itu di
suatu tempat yang jaraknya 1 meter dari suling itu harus menghasilkan suatu
tingkat tekanan bunyi di dalam sekurang – kurangnya 1 bidang 1/3 oktaf di dalam
batas frekwensi – frekwensi 180-700 Hz (± 1 persen) yang tidak lebih kecil
daripada angka yang sesuai dengan yang tercantum di dalam table dibawah ini :
Panjang kapal dalam meter Bidang 1/3 oktaf di 1 meter Jarak dengan dalam mil laut
tingkat lebar dalam dB dengan acu 2x10
N/M-52
200 atau lebih 143 2

75 atau lebih tetapi kurang


dari 200 138 1,5

20 atau lebih tetapi kurang


dari 75 130 1

Kurang dari 20 120 0,5


Jarak dengan di dalam table di atas digunakan sebagai informasi dan merupakan
perkiraan jarak pada bunyi suling itu dapat terdengar di sumbu depannya dengan
90 persen kemungkinan dalam keadaan udara tenang di sebuah kapal dengan
tingkat kebisingan latar belakang rata – rata di pos – pos pendengar (diambil
sebesar 68 dB didalam bidang oktaf yang dipusatkan di 250 Hz dan 63 dB didalam
lebar bidang oktaf yang dipusatkan di 500 Hz).

Dinas Jaga | 90
Didalam praktek, jarak terdengarnya bunyi suling itu sangat berubah- ubah dan
tergantung sekali pada keadaan cuca, nilai – nilai diberikan itu dapat dianggap
sebagai nilai – nilai khas, tetapi dalam kondisi angin kencang atau keadaan tingkat
kebisingan sekitar yang tinggi di pos pendengaran, jarak dengar itu dapat banyak
berkurang.

(d) Sifat – Sifat Arah


Tingkat tekanan bunyi suling yang berarah di sumbu di setiap arah bidang
mendatar di dalam = 45 derajat dari sumbu tidak boleh lebih dari 4 dB dibawah
tingkat tekanan bunyi yang ditentukan di sumbu. Tingkat tekanan bunyi di arah
lain manapun di bidang mendatar itu tidak boleh lebih dari 10 dB dibawah
tekanan bunyi yang ditentukan di sumbu itu, sehingga jarak dengar di setiap arah
akan sekurang – kurangnya sama dengan setengah jarak dengan di sumbu 0
sumbu depan. Tingkat tekanan bunyi itu harus di ukur di dalam bidang 1/3 oktaf
yang menentukan jarak dengar tersebut.

(e) Penempatan Suling – Suling


Apabila sebuah suling terarah akan digunakan sebagai satu – satunya suling
dikapal, maka suling itu harus dipasang dengan kekuatan maksimum diarahkan
lurus kedepan.
Suling harus ditempatkan setinggi mungkin dapat dilaksanakan di kapal untuk
mengurangi terhalangnya bunyi yang dihasilkan itu oleh rintangan – rintangan
dan juga untuk mengurangi hingga sekecil – kecilnya bahaya kerusakan
pendengaran petugas. Tingkat tekanan bunyi isyarat kapal itu sendiri di pos – pos
pendengaran tidak boleh lebih dari 110 dB (A) dan sedapat mungkin tidak lebih
dari 100 dB (A)

(f) Pemasangan lebih dari satu suling


Jika suling dipasang di kapal pada jarak lebih dari 100 meter, maka harus diatur
sedemikian rupa sehingga suling – suling itu tidak dibunyikan serempak.

Dinas Jaga | 91
(g) System suling gabungan
Jika suling gabungan rintang – rintangan sehingga isyarat bunyi dari suling tunggal
atau salah satu dari suling – suling yang disebut dalam paragraph (f) di atas
mungkin sekali mempunyai zona yang tingkat isyaratnya sangat berkurang, maka
dianjurkan untuk memasang system suling gabungan mengatasi pengurangan ini.
Untuk memenuhi mekasud dari lampiran ini, system suling gabungan harus
ditempatkan secara terpisah dengan jarak tidak lebih dari 100 meter dan di tata
untuk dibunyikan secara serentak, frekwensi dari salah satu suling yang manapun
harus berbeda dengan frekwensi suling – suling yang lain dengan nilai sekurang –
kurangnya 10 Hz.

(h) Genta Atau Gong


a. Intensitas isyarat
Genta atau gong atau alat bunyi yang mempunyai ciri – ciri bunyi yang serupa
harus menghasilkan tingkat tekanan bunyi tidak kurang dari 110 dB pada jarak
1 meter dari genta atau gong itu.

b. Konstruksi
Genta – genta atau gong – gong dibuat dari bahan tahan karat dan dirancang
untuk menghasilkan nada yang terang. Garis tengah mulut genta tidak boleh
kurang dari 300 mm bagi kapal – kapal yang panjangnya 20 meter atau lebih,
dan tidak boleh kurang dari 200 mm bagi kapal – kapal yang panjangnya 12
meter atau lebih kurang dari 20 meter. Bilamana mungkin, dianjurkan
menggunakan pemukul genta yang digerkkan dengan tenaga untuk
terciptanya kekuatan, yang harus juga dapat dibunyikan dengan tangan.
Massa pemukul genta itu tidak boleh kurang dari 3 persen dari massa genta.

(i) Persetujuan
Konsturksi alat – alat isyarat bunyi sifat kerja dan pemasangannya di kapal harus
dapat persetujuan dari pejabat yang berwenang dari Negara dimana benderanya
dikibarkan oleh kapal itu secara sah.
Dinas Jaga | 92
LAMPIRAN IV
ISYARAT – ISYARAT BAHAYA
1. Isyarat – isyarat ini dugunakan atau diperlihatkan secara bersama – sama atau sendiri
menunjukkan bahaya dan membutuhkan pertolongan.
(a) Tembakan senjata atau isyarat ledak lainnya yang ditembakkan dengan selang
waktu kira – kira 1 menit.
(b) Membunyikan sembarang alat isyarat kabut secara terus menerus
Dinas Jaga | 93
(c) Roket – roket atau peluru – peluru yang menebarkan bintang – bintang merah
yang ditembakkan satu demi satu dengan selang waktu singkat.
(d) Isyarat yang dipancarkan dengan telegraf radio atau dengan cara lain manapun
yang terdiri dari kelompok (SOS) dalam kode morse.
(e) Isyarat yang dipancarkan dengan telepon radio yang terdiri dari kata yang
diucapkan “MAYDAY”
(f) Isyarat dari kode international yang ditunjukkan dengan NC
(g) Isyarat yang terdiri dari sehelai bendera segi empat yang dibawah atau diatasnya
sebuah bola atau sesuatu yang berupa bola.
(h) Nyala api di kapal )misalnya dari tong ter. Tong minyak yang sedang terbakar dan
sebaginya).
(i) Cerawat paying roket atau obor tangan yang memperlihatkan cahaya merah.
(j) Isyarat asap yang menghasilkan asap warna jingga.
(k) Menaik – turunkan lengan – lengan yang terentang kesamping secara perlahan
dan berulang – ulang
(l) Tanda bahaya radio telegrafi
(m)Tanda bahaya radio telepon
(n) Isyarat – isyarat resmi (approved signals) yang dipancarkan oleh system radio
komunikasi.
(o) Isyarat – isyarat yang dipancarkan oleh rambu – rambu petunjuk posisi darurat
2. Penggunaan atau memperlihatkan setiap isyarat yang manapun dari isyarat – isyarat
tersebut di atas itu dilarang, kecuali dimaksudkan untuk menunjukkan bahaya dan
memerluaskan pertolongan serta penggunaan isyarat – isyarat lain akan dapat
menimbulkan kekeliruan terhadap isyarat – isyarat di atas.
3. Diminta perhatian terhadap bagian – bagian kode international yang sesuai. Buku
pedoman petunjuk pencarian dan pemberian pertolongan kapal niaga serta isyarat –
isyarat berikut :
(a) Sehelai kain terpal berwarna jingga dengan segi empat dan lingkaran hitam atau
lambing kain yang sesuai (untuk pengenalan dari udara)
(b) Petunjuk warna

Dinas Jaga | 94
Dinas Jaga | 95
BAB III
PETUNJUK TUGAS JAGA NIAGA
I. TUGAS JAGA UNTUK KAPAL NIAGA
Istilah jaga menurut kamus, berarti melihat dengan cermat atau waspada. Jaga juga berarti
satu masa waktu untuk berjaga. Dalam tugas jaga laut, istilah itu berarti tugas biasanya
selama empat jam) untuk perwira kapal / crew / pekerja sebuah kapal . jadi , istilah tugas
jaga berarti penjagaan dengan :
Dinas Jaga | 96
 Cermat menyatakan memberikan perhatian penuh dan mengawasi dengan waspada
atau menjaga kapal dengan seksama.
 Awas berarti penjagaan dengan terus menerus dan sangat hati – hati karena suatu alas
an tujuan yang pasti, terutama untuk melihat dan menghindari bahaya tubrukan.
 Waspada menekankan pada suatu keadaan sangat siaga dan siap untuk bertindak
mengatasi apapun yang akan terjadi.
Perwira jaga adalah wakil Nahkoda, dan tanggung jawabnya setiap waktu adalah
melaksanakan tugas jaga kapal dengan seksama. Perwira jaga harus mengenal sifat – sifat
dari kapalnya dan harus mematuhi semua peraturan untuk mencegah tubrukan di laut.
Sebagai tambahan, Perwira jaga harus memastikan bahwa pengawasan yang efisien selalu
terpelihara.
Di kapal – kapal dengan sebuah ruang peta yang terpisah Perwira jaga, sebelum mendatangi
ruang tersebut untuk melakukan tugas – tugas navigasi, ahrus memastikan bahwa keadaan
sekitarnya aman untuk melakukan tugas – tugas tersebu, dan pengawasan yang efisien
sedang dilakukan.
Perkembangan terakhir dalam disain kapal – kapal dagang / niaga telah menyebabkan
pengurangan jumlah anggota pekerja kapal. Ini berarti, bahwa peran dari petugas jaga
menjadi lebih luas bukan hanya sekedar pengawasan kapal, akan tetapi juga penanganan
semua administrasi kapal.

TUGAS JAGA (WCTCH KEEPING)


Dari hasil penelitian pada korban akibat tubrukan di laut, kandas dan sebagainya, sering
terungkap bahwa factor penyebab utamanya adalah kegagalan untuk memelihara suatu
tugas bernavigasi yang memadai. Berbagai peraturan dan penyelesaian yang disetujui oleh
para wakil dari International Maritime Organization (IMO – Organisasi Maritim,
International) dimaksudkan untuk membantu para pelaut dalam memenuhi tugas – tugas
jaga mereka dengan seksama.
Sebagai dasar dari penjelasan tentang tugas jaga dalam buku ini, dikutip dari Konvensi
International untuk Standard of Training Certification and Wachkeeping For Seafarers (SCTW
1978, Amandements 1995), suatu badan international yang paling berwenang auntuk subjek
itu.
Dinas Jaga | 97
Kutipan – kutipan itu termasuk :
- Basic Principles To Be Observed In Keeping a Safe Navigation Watch (prinsip – prinsip
dasar yang harus dipatuhi dalam memelihara suatu tugas bernavigasi yang aman)
- Recommendation On Operational Guidance for officers in charge of a navigational watch
(Rekomendasi untuk pedoman operasional bagi para perwira yang bertanggung jawab
atas suatu tugas bernavigasi dan
- Recommendations On Principles And Operational Guidance For Deck Officer In charge of
a Watch In Port (rekomendasi – rekomendasi atas pedoman prinsip – prinsip dan
operasional bagai para perwira geladak kapal yang bertanggung jawab atas penjagaan di
pelabuhan.
TUJUAN DARI TUGAS JAGA
Tujuan dari tugas dan check list dari tugas jaga seorang perwira, dapat dibagi menjadi :
A. Masalah – masalah yang terjadi di lautan terbuka / laut lepas (Open Sea)
B. Masalah – masalah yang dapat diterapkan hanya di perairan – perairan terbatas.
(restricted waters)
Walupun daftar di bawah in tidak memasukkan semuanya, tetapi daftar ini dapat digunakan
sebagai suatu pedoman untuk setiap kondisi jaga dijelaskan tersebut diatas.

A. LAUT LEPAS (OPEN SEA)


Pengertian jaga (sebelum serah terima tugas jaga)
1. Periksa perintah tetap dan perintah malam yang diberikan oleh Nahkoda, serta
informasi khusus yang dilakukan dengan memberikan tanda tangan.
2. Periksa posisi kapal dip eta
3. Evaluasi garis haluan yang diukur untuk satu masa penjagaan (4 jam)
4. Periksa kecepatan kapal
5. Tentukan jika ada potensi bahaya yang diperkirakan terhadap lalu lintas kapal selama
masa penjagaan
6. Evaluasi kondisi – kondisi cuca dan laut terhadap bahaya – bahaya navigasi
7. Periksa lampu – lampu jalan (penerangan navigasi)
8. Periksa personil yang tugas jaga (jangan sampai tertidur)
9. Periksa kompas standar dan kompas kemudi
Dinas Jaga | 98
10. Tentukan status alat bantu navigasi eletronik yang ada di kapal
11. Tentukan status VHF agar selalu stand by
12. Periksa pencatat haluan (course recorder)
13. Periksa chronometers
14. Terima informasi jaga yang tepat dan dapat mengusai keadaan sekitar kapal dengan
seksama.

Serah terima tugas jaga


1. Jangkauan posisi duga selama penjagaan pada haluan yang sedang dilayari.
2. Periksa status semua peralatan navigasi
3. Periksa lalu lintas kapal disekitar dengan radar
4. Secara lisa, berikan informasi mengeni status kapal – kapal disekitar kepada perwira
yang akan mengemudikan tugas jaga
5. Pastikan bahwa perwira yang akan melaksanakan tugas baru telah menerima
tanggung jawab tugas jaga dengan seksama
6. Masukkan informasi yang tepat ke dalam jurnal kapal (log book)

Tugas seorang pengawas visual (visual monitoring)


1. Instruksikan pengawas untuk melaporkan keadaan sekitarnya
2. Bersihkan dan sesuaikan lensa teropong
3. Pengamatan horizon untuk mendeteksi kapal – kapal atau alat bantu navigasi
(pelampung – pelampung) dan pastikan dengan teropong jika perlu.
4. Tentukan jenis, aspek dan gerakan kapal – kapal disekitarnya
5. Gunakan baringan untuk menentukan adanya bahaya tubrukan.
6. Lakukan tugas periksa keliling kapal, perubahan cuaca pintu – pintu kedap air, dan
peralatan keamanan lainnya.

Tugas – tugas menghindari tubrukan (collision avoidance)


1. Sesuaikan/operasikan radar dan atau Collision Avoiddance system (CAS = system
untuk penghindaran tubrukan)
2. Hapus/hilangkan ploting – ploting yang sudah selesai
Dinas Jaga | 99
3. Monitor dengan radar terhadap kapal – kapal baru disekitarnya, terutama di haluan
kapal
4. Tentukan dan awasi baringan – baringan dan jarak dengan target yang ada pada layar
radar.
5. Tentukan target – target pada papan maneuver (plotting sheet) untuk memastikan
keadaan yang akan berkembang
6. Terima laporan – laporan dari pengawas yang sedang bertugas
7. Berkomunikasi dengan Perwira Jaga jika diperlukan
8. Amati dengan seksama target disekitarnya
9. Tentukan jarak terdekat dengan target (CPA) dan mengolah gerak menghindari
tubrukan, sesuai ketentuan yang berlaku.
10. Berkomunikasi dengan VHF terhadap kapal – kapal yang dianggap akan terjadi
tubrukan.
11. Beritahu nahkoda mengenai keadaan disekitar dan rencana menyimpang
12. Lakukan maneuver penghindaran tubrukan sesuai ketentuan yang berlaku.

Tugas – tugas navigasi (navigation tasks)


1. Amati azimuth dari benda – benda angkasa
2. Tentukan keselamatan gyro dan penyimpangan magnetis
3. Dapatkan posisi dengan menggunakan alat penerima omega, decca, loran, GPS dan
sebagainya
4. Dapatkan posisi dengan menggunakan system navigasi satelit
5. Bandingkan posisi (3) dan (4) di atas dengan posisi DR.
6. Tentuka arah dan kekuatan arus saat ini: hitung kecepatan kapal
7. Amati dan ukur tinggi matahari; dapatkan tingginya dan intercept
8. Tentukan waktu meridiam altitude
9. Amati meridian altitude
10. Tentukan celestial fix dengan menggunakan sun lines/garis matahari
11. Hitung dan tentukan perubahan haluan yang tepat berdasarkan informasi navigasi
yang pasti
12. Tentukan jarak dan kecepatan hari ini
Dinas Jaga | 100
13. Tuntukan dengan radar untuk mendeteksi alat – alat bantu navigasi atau posisi yang
dipetakan lainnya
14. Tentukan posisi yang pasti dengan radar
15. Tentukan Estimated Time Arrival (ETA-Perkiraan waktu tiba) di stasiun pandu
16. Gunakan RDF untuk memeriksa posisi
17. Gunakan perum gema untuk memeriksa posisi
18. Monitor alat bantu navigasi; fathometer, gyrocompass, navigator satelit dan loran
19. Berikan way points pada alat navigasi satelit

Tugas – tugas komunikasi (communication tasks)


1. Gunakan pengeras suara atau telephon untuk memanggil nahkoda, kamar mesin,
stand by dan lain – lainnya
2. Monitor saluran 16 dan 13 pada radiotelephone VHF
3. Gunakan radiotelephone VHF untuk menyampaikan pesan – pesan keselamatan /
darurat / siaga
4. Terima dan catat siaran – siaran dari ramalan cuaca USCG Security dan lainnya
5. Terjemahkan dan jawab semoboyan – semboyan bendera dari kapal – kapal lain
6. Terima, catat dan kirim pesan lampu morse
7. Perdengarkan terompet kapal jika perlu untuk maneuver atau keadaan darurat dan
lainnya

Tugas – tugas control kapal


1. Ubah system pengendalian atau kemudi dari otomatis menjadi manual
2. Maneuver kapal untuk lepas / bebas dari kapal – kapal lain
3. Kurangi kecepatan kapal
4. Maneuver kapal menolong orang jatuh ke laut
5. Maneuver kapal untuk member jalan bagi kapal kecil contohnya kapal pandu

Tugas – tugas keselamatan


1. Member tanggapan terhadap keadaan darurat orang jatuh di laut

Dinas Jaga | 101


2. Memberi tanggapan terhadap kapal – kapal yang rusak mesin atau kapal yang tak
dapat olah gerak atau keadaan darurat lain
3. Memonitor terhadap kapal – kapal yang kehilangan/kerusakan alat – alat navigasi
4. Turut serta dalam latihan sekoci penyelamat dan keadaan darurat
5. Member alarm khusu/tertentu, contohnya gyrocompass rusak

Tugas – tugas menghadapi cuaca buruk


1. Periksa agar semua benda yang dapat bergerak di geladak kapal di lashing dengan
baik
2. Ingatkan crew kapal untuk memeriksa dan mengamankan benda – benda dalam
ruangn – ruangn
3. Baritahu kamar mesin
4. Beritahu nahkoda
5. Sesuaikan kecepatan dan haluan bila diperlukan buang/isi ballast bila dibutuhkan
6. Ingatkan crew kapal untuk menghindari alat – alat di geladak kapal yang berbagay
karena cuaca itu; jika diperlukan, pastikan tali – tali pengaman/tali – tali penolong
yang telah dipasang
7. Monitor laporan – laporan cuca lebih sering
8. Kirimkan laporan cuca

Tugas – tugas bernavigasi di daerah es


1. Beritahu nahkoda
2. Baritahu kamar mesin; tetap adakan pengawsan dengan baik
3. Sesuaikan kecepatan; perhatikan arah angin; jika mungkin, pelihara kecepatan dan
latihan kapal
4. Tutup pintu – pintu kedap air
5. Ingatkan crew kapal untuk membuang es yang menumpuk di sisi atas dek
6. Monitor siaran – siaran yang tepat dari pelayaran pemberitahuan es
7. Jika diperlukan, kirimkan pesan – pesan bahaya (SOLAS 1974-Bab V, Peraturan 2a)
8. Memasuki massa es tegak lurus harus terhadap sisinya dengan kecepatan rendah,
jika harus menabrak bongkah – bongkah es yang besar, lakukan itu dari depannya
Dinas Jaga | 102
Tugas – tugas navigasi menghadap badai tropis
1. Beritahu nahkoda
2. Beritahu kamar mesin
3. Menyesuaikan kecepatan dan haluan kapal jika diperlukan, isi tangki – tangki ballast
4. Pastikan agar benda – benda yang dapat bergerak di geladak kapal diperiksa, dan jika
diperlukan, diamankan/di lashing
5. Ingatkan crew kapal agar memeriksa dan melashing benda – benda di geladak kapal,
pasang tali pengaman di geladak kapal (Rig Safety Lines)
6. Monitor alat – alat meteorology yang tepat dan laporan – laporan cuaca
7. Jika diperlukan, kirimkan pesan – pesan bahaya (SOLAS 1974- Bab V, Peraturan 2a)
8. Kirimkan laporan cuca secara periodic

Lain – lain
1. Putar dan sesuaikan chronometers
2. Amati dan catat pengamatan cuca keadaan laut secara periodic
3. Siapkan laporan cuaca
4. Catat di log book (buku harian kapal) dan catatan – catatan lain yang diwajibkan.
5. Dapatkan peta cuca laut yang tepat dari penerima faksimili radio

B. PERAIRAN TERBATAS (RESTRICTED WATERS)


Serah terima jaga (sebelum dan pada saat istirahat)
Penggantian tugas jaga diperairan – perairan terbatas, pada prinsipnya sama dengan
tugas – tugas yang terdaftar pada kondisi di laut lepas/bebas.
Penekanan yang lebih utama didasarkan pada informasi tertentu yang didapat dari hasil
radar plotting untuk mendeteksi lalu lintas kapal – kapal atau alat – alat bantu navigasi
yang tersedia

Tugas – tugas pengawasan visual (visual monitoring)

Dinas Jaga | 103


Tugas – tugas yang dibutuhkan pada perairan terbatas untuk pengawasan visual, sama
dengan tugas – tugas pada kondisi laut lepas/bebas, dengan tambahan tugas – tugas
berikut ini :
1. Amati dan identifikasi alat alat bantu navigasi
2. Waspada terhadap lalu lintas kapal – kapal local
3. Mengamati dan menentukan garis – garis visual dari posisi untuk penetapan visual
yang pasti.

Tugas – tugas menghindari tubrukan (collision avoidance)


Tugas – tugas yang dicatat untuk menghindari tubrukan pada kondisi laut lepas/bebas,
prinsipnya sama dengan yang dibutuhkan pada perairan terbatas dengan tambahan
yakni keharusan untuk mengidentifikasi garis batas yang ditentukan dalam peraturan
international untuk pencegahan tubrukan di laut, yang lebih umum disebut sebagai
collision regulations (COLREGS – peraturan tubrukan)

Tugas – tugas navigasi (navigasi tasks)


Tugas – tugas yang dijelaskan pada kondisi laut lepas/bebas juga akan diterapkan untuk
navigasi di pantai atau mendekati pantai. Tugas – tugas lain yang akan dilakukan saat ini
adalah sebagai berikut:
1. Perkirakan waktu zona matahari terbenam/matahari terbit untuk estimated time
arrival (ETA = perkiraan waktu tiba) di stasiun pandu.
2. Tentukan ETA di dermaga
3. Tentukan clearance kapal dengan memperhatikan lamanya waktu di dermaga
4. Perkirakan waktu melihat alat – alat bantu navigasi berikutnya

Tugas – tugas komunikasi (communication tasks)


Tugas – tugas ini secara praktis, sama dengan yang tercatat pada kondisi laut
lepas/bebas. Pada saat mendekati pelabuhan, tugas – tugas komunikasi tertentu yang
akan dibutuhkan :

Dinas Jaga | 104


1. Beritahu pandu tentang kondisi kapal saat tiba atau akan tiba di pelabuhan,
contohnya status peralatan
2. Minta bendera yang tepat untuk dinaikkan/dikibarkan
3. Beritahu crew kapal tentang berita kapal tiba
4. Tempatkan/terima panggilan melalui stasiun pantai

Tugas – tugas lain – lain


Persiapan memasuki pelabuhan/Berlabuh jangkar/merapat di dermaga/meninggalkan
dermaga, dengan melakukan :
1. Monitor proses navigasi; bantu nahkoda dan panda jika diminta
2. Periksa peralatan yang tepat sebelum masuk atau meninggalkan pelabuhan
3. Tentukan petugas jaga waktu berlabuh jangkar

Menyiapkan dan melakukan tugas jaga


International chamber of shipping (ICS – kamar dagang pelayaran international) dan
laporan korban navigasi no. 15 januari 1976 menyimpulkan berbagai hasil investigasi
pada tingkat international yang menyatakan bahwa dua factor berikut kelihatannya
merupakan penyebab – penyebab utama tubrukan dan kapal – kapal kandas yakni,
kegagalan untuk memelihara kewaspadaan yang baik dan kelemahan pada organisasi
anjungan.
Sebuah kutipan dari kamar dagang pelayaran kerajaan inggris analisa korban no 2
termasuk yang berikut tentang terpelihara suatu pengawasan yang baik (good look out)
adalah pemeliharaan suatu pengawasan dan kewaspadaan yang terus menerus oleh
perwira jaga adalah satu – satunya dan tindakan yang paling penting dalam menghindari
bahaya navigasi
Penjagaan dan pengawasan yang efisien harus diterjemahkan dengan pengertian yang
lengkap, termasuk pokok – pokok berikut ini :
a. Suatu kewaspadaan yang tetap atau terus menerus di seluruh penjagaan secara
visual untuk memberikan gambaran yang lengkap terhadap situasi saat ini, termasuk
kapal – kapal dan tanda – tanda pantai di lingkungan itu agar tetap terpelihara.;

Dinas Jaga | 105


b. Keharusan untuk mengawasi perubahan – perubahan cuaca, termasuk/khususnya
kejelasan pandangan (visibility)
c. Keharusan untuk mengamati gerakan – gerakan dan baringan dari kapal – kapal yang
mendekat
d. Keharusan untuk mengidentifikasi kapal dan lampu – lampu pantai dengan tepat
e. Keharusan untuk mengamati dengan radar dan pengawasan juga terhadap perum
gema
f. Keharusan untuk memastikan dikendalikan dengan tepat dan perintah – perintah
untuk juru mudi dilakukan dengan benar

Kelemahan pada organisasi anjungan juga merupakan kegagalan umum pada banyak
peristiwa, termasuk masalah – masalah sebagai berikut :
a. Menetapkan jaga ganda pada keadaan – keadaan tertentu / keadaan ramai
b. Memastikan personil yang memadai ada pada keadaan – keadaan tertentu,
contohnya lalu lintas kapal yang padat
c. Instruksi yang tepat untuk memanggil nahkoda
d. Menempatkan pengawasan pada tempat – tempat yang tinggi (atas anjungan)
e. Menempatkan juru mudi yang berpengalaman
f. Merubah dari kemudi otomatis menjadi kemudi manual / tangan (merupakan tugas
rutin)
g. Instruksi yang tepat untuk mengurangi kecepatan kapal apabila menghadapi
pandangan yang terbatas
Pada nahkoda dapat menerbitkan instruksi jaga yang bersifat tetap (standing order) yang
dilengkapi dengan sebuah buku perintah malam, tetapi dalam pelaksanaannya
diharapkan agar para perwira jaga tidak ragu – ragu melakukan tindakan yang tepat
sesuai dengan apa yang mereka lakukan
Menurut sebuah laporan oleh dewan keselamatan transportasi nasional tertanggal 9
september 1981 yang berjudul studi khusus “major marine collisions and effects of
prevention recommendation” penyebab utama tubrukan laut dari tahun 1970 sampai
dengan tahun 1979 adalah kesalahan manusia. Pada tahun 1982 236 kapal (dengan total

Dinas Jaga | 106


1.460.000 GRT yang terdaftar) hilang melalui berbagai penyebab. Dan lima tahun
kemudian ada kerugian 156 kapal (dengan total 1.207.400 GRT yang terdaftar).
Jadi “kesalahan manusia” (Human Error) masih memainkan peran utama pada korban
dan kecelakaan kapal laut
Departemen pelayaran & pedagang kerajaan inggris pemberitahuan No.M.854 berjudul
“Navigation Safety” (keselamatan navigasi) yang kami kutip berikut ini menunjukkan
suatu keseriusan pemerintah menghadapi masalah keselamatan di atas kapal :

Kerajaan Inggria Departemen Pelayaran & Pedagang


Pemberitahuan No. M.854
KESELAMATAN NAVIGASI
Pendahuluan :
Pemberitahuan kepada para pemilik kapal dan para perwira geladak Angkatan Laut, Kapal
Dagang dan Nahkoda dan orang kedua kapal Penangkapan ikan :
1. Riset terhadap kecelakaan – kecelakaan terakhir yang terjadi terhadap kapal telah
menunjukkan bahwa yang merupakan penyebab paling penting pada kecelakaan
navigasi adalah kesalahan manusia, dan dalam banyak kasus yang seharusnya bias
mencegah kecelakaan itu adalah mereka yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan navigasi kapal – kapal yang dimaksud.
2. Tidak ada bukti yang menunjukkan kekurangan yang serius dari perwira – perwira
dek yang berhubungan dengan pelatihan dasar untuk keahlian bernavigasi maupun
kemampuan untuk menggunakan instrument – instrument dan peralatan navigasi.
Kecelakaan – kecelakaan itu terjadi karena kesalahan manusia yang mana semua
manusia cenderung berbuat kesalahan dalam suatu situasi dimana tidak ada petugas
navigasi secara terus – menerus mampu mendeteksi sebelum sebuah kecelakaan
terjadi.
3. Untuk membantu nahkoda dan para perwira dek menilai resiko – resiko yang akan
terjadi, dan untuk memberikan bantuan mengurangi resiko – resiko ini, maka
dianjurkan agar langkah – langkah yang harus diambil adalah sebagai berikut :
a. Memastikan semua navigasi kapal terencana dengan baik, termasuk dengan
rencana keadaan darurat jika diperlukan (Passage Planning)
Dinas Jaga | 107
b. Pastikan bahwa ada suatu organisasi anjungan yang sistematis dengan memberi :
1) Briefing lengkap terhadap semua yang bertanggung jawab terhadap navigasi
kapal
2) Monitor dari dekat dan terus menerus terhadap posisi kapal serta yakin benar
bahwa dengan cara yang berbeda dalam menentukan posisi kapal, digunakan
untuk memeriksa terhadap kesalahan pada satu system
3) Pemeriksaan silang terhadap keputusan – keputusan manusia secara
perorangan agar kesalahan – kesalahan itu dapat dideteksi dan dibenarkan
seawal mungkin
4) Informasi yang tersedia dari plotting lalu lintas kapal lain disekitarnya harus
digunakan dengan hati – hati. Juga harus selalu waspada apabila kapal – kapal
lain setiap saat merubah haluan atau mengurangi kecepatan.
5) Memastikan agar pengunaan secara optimal dan sistematis dilakukan
terhadap semua informasi yang telah dibuat sehingga meyakini bagai perwira
navigasi kapal.
6) Memastikan agar maksud dari seorang Pandu sepenuhnya dimengerti dan
dapat diterima bagi perwira navigasi kapal
c. Tambahan terhadap pemeberitahuan ini memberikan informasi atas
perencanaan dan tindakan dari pelayaran yang mungkin berguna bagai para
pelaut

Persiapan – persiapan
Sesuai dengan SCTW, system jaga harus dilaksanakan sedemikian tupa sehingga
efisiensi bagi para perwira jaga tidak terlambat oleh kelelahan. Tugas – tugas harus
diatur agar penjagaan pertama pada permulaan pelayaran dan istirahat jaga setelah
itu secara memadai diistirahatkan dan yang sebaliknya memiliki kebugaran untuk
tugas jaga berikutnya.
Sesuai dengan Code of US Federal Regulations (Kode Peraturan Federal Amerika
Serikat) Judul 46. Bagian 157.20-5(b) dan 157.20-10(a) tugas jaga tiga system meliputi
semua perwira terhadap dan mereka harus tidak diminta bertugas lebih dari 8 jam
dalam satu hari kecuali di bawah kondisi luar biasa.
Dinas Jaga | 108
Untuk kapal – kapal dagang saat ini, kelelahan bias merupakan suatu masalah,
terutama untuk Mualim Satu yang bertugas jaga di atas kapal dengan tiga petugas
bergiliran
Perwira jaga harus menyiapkan dirinya sendiri untuk penjagaan itu, dengan
memikirkan bahwa persiapan sebelumnya yang tepat mencegah kinerja yang buruk.
Ia harus mengenal rencana dan peta pelayaran yang akan digunakan selama jaga
empat jam. Perwira jaga harus membaca dan menandatangani perintah – perintah
jaga sebelum jaga pertamanya, berada di ruang peta paling tidak 20 menit sebelum
jaga, dan mengenal peta yang akan digunakan. Jika tugas jaga itu malam hari, perwira
jaga harus membaca serta menandatangani perintah malam dan memungkinkan
waktu untuk penyesuaian pengalihan malam. Pergantian jaga harus lengkap sebelum
hal itu diulangi: hal ini secara resmi mentransfer jaga.
Harus ada daftar periksa (cheek list) di mana perwira yang bertugas dan
menggantikan harus menandatanganinya.
Daftar ini harus sama dengan table dibawah ini. Jenis daftar periksa lain yang
digunakan oleh Maersk Line ditunjukkan dalam table – table selanjutnya.
Melakakukan tugas jaga
Dalam melaksanakan tugas jaga yang baik, perwira jaga harus mematuhi perintah –
perintah jaga di kapal itu. Ada banyak contoh perintah jaga dari berbagai perusahaan
pelayaran di seluruh dunia.

Checks to be conducted daily @ noon and recorded in Log Book.

Dinas Jaga | 109


Vessel Name: Date:

Port/Location: Checked by
Duty Officer:
1 Navigation:
 Charts, Tide Table
 Vessel Draft: Forward___________ Aft___________
2 Instruments:
 Navigation Lights

 Binoculars
 NAVTEX

 Echo Sounder
 GPS

 Master Gyro
 Gyro Repeater (s)
 Magnetic Compass (s)
 Radar No.1
 Radar No. 2
 AIS

 Speed Log
3 Communication:
 VHF Radio Telephones
 Walkie Talkies

 Telephones – Emergency Telephones
 Public Address System

 Aldis Lamp
 Whistle
4 Mooring and Anchoring Arrangement
 Power on deck
 Anchor ready
5 Pilot Disembarkation Arrangement:
 Pilot Ladder ready with safety equipment
 Pilot Ladder sufficiently illuminated
6 
Engine related matters:
 Engine Telegraph and Emergency Telegraph

 Steering Gear and FU-NFU tested
 Rudder Indicator
7 
Security
 No Stowaway
 No Unauthorized Person Onboard

Verified By Master: _____________________ Vessel: ____________________

Dinas Jaga | 110


CHECKLIST BRIDGE FAMILIARIZATION

The following shall be carefully examined:

 Indicates the check has been performed and appropriate action taken
Bridge & deck lighting
Emergency arrangements in the event of main power failure
Navigation and signal lights, including
searchlight, signaling lamp, morse light
Sound signaling apparatus, including
whistles
fog bell and gong system
Safety equipment, including
LSA equipment including pyrotechnics, EPIRB and SART
bridge fire detection panel
general and fire alarm signaling arrangements
emergency pump, ventilation and watertight door control
Internal ship communications facilities, including
portable radios
emergency ‘batteryless’ phone system
public address system
External communication equipment, including
VHF and GMDSS equipment
satellite systems
Alarm systems on bridge
Echo sounder
Electronic navigational position fixing systems
Gyro compass/repeaters
Magnetic compass including deviation card
Off-course alarm
Radar including ARPA
Speed/distance recorder
Engine and thruster controls
Steering gear, including manual, auto-pilot and emergency changeover and testing arrangements
Automatic track-keeping system, if fitted
ECDIS and electronic charts, if fitted
Location and operation of ancillary bridge equipment (e.g. binoculars, flags, meteorological
equipment)
Stowage of charts and publications
AIS
Course recorder
Familiarization by : _____________________________ Date: ________________

Rank : ____________________________ Time: ________________

MASTER’S STANDING ORDER

Dinas Jaga | 111


GENERAL

1. The primarily responsibility of the OOW at all times is the safe navigation of the ship.
2. The regulation for preventing Collision at the sea must be complied with all times.
3. An efficient lookout must be maintained at all times.
4. The OOW is reminded that the main engine is at his disposal, however timely notice of planned reduction of
the engine speed is desirable.
5. The sound signalling apparatus MUST be used as required.
6. Any action taken to avoid collision must be made as early as possible, and must be substantial so as to be
readily apparent to other vessels. A series of small alteration in speed and/or course must be avoided.
7. The OOW is not to leave the bridge unless properly relieved by another officer.

TESTING OF NAVIGATIONAL EQUIPMENT

1. All appropriate equipment MUST be tested to ensure that they are functioning properly.
2. At all times, only Manual Steering are allow during passages within the port limits.
3. All test & checks MUST be carried out as per company checklist .
4. The OOW MUST be familiar with all navigational aids on board, including the equipment capabilities
limitations and inherent errors

RADAR

1. The OOW MUST use the Radar as required.


2. They must be switch on and in operational readiness at all times during navigational passages in port limits.

CHARTS

1. Only approved passage plan issued by the company to be used during all passages within port limits.
2. The largest scale chart available on board MUST be use.
3. Only one chart at a time is to be on the chart table.
4. Vessel position MUST be plotted when passing reporting point and recorded into the chief officer logbook.
Comparison MUST be made using the GPS / Radar (Distance/Bearing) position.
5. To report to Port Operation control when passing abeam of reporting point and record in chief officer log
book.
6. Echo Sounder MUST be used at all times during passages.

ACTION IN RESTRICTED VISIBILITY

When restricted visibility (Vis < 3 nm) is encountered or expected, the first responsibility of the OOW is to
comply with the relevant rules and regulations for preventing collisions at sea, proceedings at a safe speed.

In additions, he MUST:

1. Inform Master & engineer on watch.


2. Post a proper look out and helmsman.
3. Exhibit navigational lights.
Dinas Jaga | 112
4. Increase the position fixing frequency to at least every 10 mins. & after large (>30 0) alteration.
5. Bosun to stand by at forward station.
The OOW MUST know the handling of characteristics of his ship, including its stopping distance and MUST
appreciate that other ships may have different handling characteristics.

OTHERS

While at anchor, loading & discharging the officer of the watch MUST follow instructions as per Master Order
Book.

Please remember that at anytime when in doubt, inform MASTER.

Master Date ___________

Chief Officer Date ___________

2nd Officer Date ___________

MASTER STANDING ORDER’S (OCEAN)

GENERAL
1) The primarily responsibility of the OOW at all times is the safe navigation of the ship.
2) The regulations for preventing Collision at the sea must be compiled with at all times.
3) An efficient lookout must be maintained at all times.
4) The OOW is reminded that the main engine is at his disposal, however timely notice of
planned reduction of engine speed is desirable.
5) The sound signalling apparatus should be used as required.

Dinas Jaga | 113


6) Any action taken to avoid collision must be made as early as possible, and must be
substantial so as to be readily apparent to another vessels. A series of small alteration in
speed and/or course must be avoided.
7) The OOW is not to leave the bridge at sea unless properly relieved by another officer.

TAKING OVER THE NAVIGATIONAL WATCH


1) The relieving OOW and members of his watch must be capable of performing their duties.
2) All must be adjusted to night vision.
3) Before taking over the watch, the relieving OOW must be satisfied regarding the position,
course, speed and draught of the vessel.
4) Master’s standing orders and other orders have been read and understood. The master order
book is then signed.
5) If at the time of taking over the watch a manoevre or other action to avoid any hazard is
taking place of the officer should be deffered until later.

TESTING OP NAVIGATIONAL EQUIPMENT


1) All appropriate equipment should be tested to ensure that they are functioning properly.
2) The auto pilot is reverted to manual steering at least once a watch.
3) The change over from Automatic pilot to manual control must be carried out in good time
and always under the supervision of a responsible officer.

ELECTRONIC NAVIGXI1ONAL EQUIPMENT


The OOW must be familiar with all navigational aids on board, including the equipment capabilities,
limitations and inherent errors.
RADAR AND ARPA
The OOW should use the Radar and ARPA as required. They must be operational in restricted
visibility, expect restricted visibly and in congested waters with due regard to their limitations.
Plotting and systematic analysis of targets is commenced early. Radar plotting practice should be
carried in clear weather.
CHARTS
The largest scale chart available on board should be in use. Vessel position must be plotted at frequent
intervals using more than one method. To determine if risk of collision exist, the OOW shall take
accurate compass bearings of approaching vessels. If the bearing does not change appreciably then
risk collision exist. However risk may sometimes exist even when then is an appreciable change in
bearing. Especially when approaching a very large ship or a tow or when approaching a Ship at close
range.
ACTION IN RESTRICTED VISIBILITY
When restricted visibility is encountered or expected, the first responsibility of the officer of the watch
is to comply with the relevant rules of the applicable regulations for preventing collisions at the sea,

Dinas Jaga | 114


with particular regard to the sounding of fog signals, proceedings at a safe speed and having the
engines ready for immediate manoeuvers. In additions, he should. –
a) Inform me;
b) Post a proper look out helmsman and, in congested water, revert hand steering
immediately;
c) Exhibit navigation lights;
d) Operate and use the radar.

The OOW should know the handing of characteristics of his ship, including its stopping distance and
should appreciate that other ships may have different handling characteristics

WHEN TO CALL ME
The OOW must call me immediately in the following situations: -
1) If restricted visibility is encountered or expected; (Visibility 3 n.m. or less)
2) If the traffic conditions or the movements of other ships are causing concern;
3) If difficulty is experienced in maintaining course;
4) On failure to sight land, a navigation mark or to obtain soundings by the expected time;
5) If, unexpectedly, land or a navigation mark is sighted or change in soundings occurs;
6) On the breakdown of the engines, steering gear or any essential navigational equipment;
7) In heavy weather if in any doubt about the possibility of weather damage; (Wind force 6 and
more)
8) If the ship meets any hazard to navigation such as ice or derelicts;
9) On receipt of weather reports which might affect vessel’s route;
10) In case the vessel cannot meet the CPA of 1Nm even after taking early avoiding action, due
to traffic conditions in the vicinity, the Master shall be called immediately.
11) In any other emergency or situation in which he is in doubt.

Despite the requirement to call me immediately in the foregoing circumstances, the OOW should in
addition take immediate action for the safety of the ship.

PILOT ON BOARD
If the OOW is in any doubt as to the pilot’s actions or intentions, he should seek clarification horn the
pilot; if doubt still exists he should call me immediately and take whatever action is necessary.

WATCHKEEPING PERSONNEL
The OOW should give watching personnel all appropriate instructions and Information which will
ensure the keeping of a safe watch.

Dinas Jaga | 115


SHIP AT ANCHOR
If I consider it necessary a continuous navigational watch will be maintained at anchor. While at
anchor the officer of the watch should;

1) Determine and plot the ships position on the appropriate chart as soon as practicable when
circumstances permit, check at sufficiently frequent intervals whether the ship is remaining
securely at anchor by taking bearings of fixed navigation marks of readily identifiable shore
objects
2) Ensure that an efficient look-out is maintained,
3) Ensure that Inspection rounds of the ship are made periodically;
4) Observe meteorological and tidal conditions and the state of the sea;
5) Call me and undertake all necessary measures If the ship drags anchor;
6) Ensure that the state of readiness of the main engines arid other machinery is in accordance
with my instructions;
7) If visibility deteriorates, call me and comply with the applicable regulations for preventing
collisions at sea;
8) Ensure that the ship exhibits the appropriate lights and shapes and that appropriate sound
signals are made at all times.
9) Take measures to prevent pollution by the ship and comply with the pollution regulations and
Company’s policy.
10) A listening watch on the VHF to be maintained.

Chief Officer:

Name: Signature: Date:

Second Officer:

Name: Signature: Date:

Third Officer:

Dinas Jaga | 116


Name: Signature: Date

Navigation Assessment

Vessel
From To

Date Weather/Sea

Master Wind

Chief Officer Visibility

2nd Officer Complement

Marine Superintendent

1) Appraisal and Planning

Content Complete according to procedure and guidelines. Charts and publications complete
and up-to-date. Course lines drawn, no-go areas identified and marked, critical
areas, passage plan contained important and relevant information. Risk
assessment. Briefing.

2) Execution

Content Equipment tested as per procedure and recorded. Manpower utilization sufficient.

Dinas Jaga | 117


Additional lookout considered or utilized. Full utilization of navigational equipment.
Speed, navigational consideration. Communication.

3) Monitoring

Content Position fixing. Counter checking using different equipment e.g. radar and GPS.
Equipment operational. Situational awareness. Parallel indexing. Route monitoring.

4) Voyage Performance Overall

Content Bridge team management. Communication, coordination and teamwork.


Recording.

5) Comments & Feedback

Content Good/positive observations. Learning experience. Recommendations or


suggestions. Procedure review.

……………………………
Marine Superintendent

Dinas Jaga | 118


Vessel: ________________________ Voyage: _________________

CHECKLIST PREPARING VOYAGE PLANNING

 Indicates the check has been considered and/or prepared.


N/A indicates the check is not applicable to the vessel or prevailing conditions.
Port of Departure-ETD (date/time) and Departure draft
Port of Destination- ETA (date/time) and Arrival draft
Total Distance
Pilot to pilot distance
Average speed and steaming time in open waters
Charts – large scale for coastal waters & small scale for ocean passages – corrected up to date
Charts – Routeing, climatic, pilot, load line zone
Notices to Mariners, Local & NAVAREA Warnings, Navtex & T&P notices
Nautical publications (Light list, ALRS, tide table, Sailing direction etc)
Local information/ VHF Channels
Tides and currents
Pilots- time to notify
Tugboats- time to notify
Pilot embarkation/disembarkation areas
Route planning- waypoints/courses/distances
Alternative routes, emergency anchoring, no-go areas, abort positions
Traffic separation/routing schemes, Ship Reporting System, VTS
Under keel clearance- draught, speed and squat
Position fixing methods
Position fixing intervals
Navigational marks, including parallel indexing

Dinas Jaga | 119


Traffic likely to be encountered
Obstructions and hazards to navigation
Vessel’s security including piracy taken into consideration
Weather information and weather routeing
Ship to Shore Master/Pilot Exchange form prepared
Port guides studied including arrival/berthing restriction
Passage plan signed by the officer who prepared it
Passage plan approved and signed by the Master
Any special route requirement for cargo on board
Fuel, water, lubricants, chemicals, expendable and other spare parts, tools, suppliers and etc.
(Discussed & confirmed with Chief Engineer)
Checked by: ____________________ Date: ____________________ Time:_______________

Vessel: _____________________________ Voyage:____________________

CHECKLIST PREPARING FOR SEA

The following shall be carefully examined:


√ indicates the check has been performed and appropriate action taken
N/A indicates the check is not applicable to the vessel or prevailing condition

Navigation
Charts, Tide Tables, Sailing Directions, Passage
Vessel Draft: F A
Plan
Instruments
Navigation Lights Master Gyro
Clocks Gyro Repeaters
Window wiper / Clear view screen Bell book / Movement book
Weather Facsimile Magnetic Compass
NAVTEX and EGC Radar No. 1 and ARPA
Echo Sounder Radar No. 2 and ARPA
Speed Log GPS
AIS updated Binoculars
Communications
VHF Radio Telephone Aldis Lamp
Walkie Talkies Whistle
Telephone (Bridge, E/R & steering room) Public Address System

Mooring and Anchoring Arrangements


Power on deck Anchors ready
Pilot Embarkations Arrangements
Pilot Ladder ready with safety equipment Pilot Ladder sufficiently illuminated
Pilot Card and Exchange ready Passage Plan for Pilotage Waters
Engine / Machinery related matters
Engine Telegraph Emergency Telegraph
Manoeuvring Printer Steering Gear and FU-NFU tested
Bow thruster ready Rudder & RPM indicators

Dinas Jaga | 120


Checked by : __________________________ Rank : ________________________
Signature_____________________

To be Completed by Master
Crew onboard Search stowaway, Security Search
Crane and deck secured Main Engine and Bow Thruster ready
Upon completion of checks, entry to be made in vessel’s Logbook

Port : _____________________________

Date : ________________________Time: __________

Vessel: _____________________________ Voyage:____________________

CHECKLIST PREPARATION FOR ARRIVAL IN PORT

The following shall be carefully examined:

√ indicates the check has been performed and appropriate action taken

N/A indicates the check is not applicable to the vessel or prevailing condition

Navigation
Charts, Tide Tables, sailing Directions Reporting to VTIS / Port done

Chart corrected for latest Navtex warning Information obtained from port

Instruments
Gyro Repeaters Radars / ARPA

AIS updated Echo Sounder

Manual steering tested Clock synchronised

Communications
VHF Radio Telephone Aldis Lamp

Walkie Talkies Whistle

Telephone (Bridge, E/R, Steering room) Public Address System

Mooring and Anchoring Arrangements


Dinas Jaga | 121
Power on deck Mooring lines ready

Winches and Windlass ready Time for calling crew

Anchor clear away Deck lighting / Search light

Pilot Embarkations Arrangements


ETA Pilot Time: Pilot contacted

Pilot Ladder ready with safety equipment Pilot Ladder sufficiently illuminated

Pilot Card and Exchange ready Passage Plan for Pilotage Waters

Engine / Machinery related matters


Engine Telegraph Emergency Telegraph

Manoeuvring Printer Steering Gear and FU-NFU tested

Duty Engineer informed Chief engineer reported Main Engine ready

Astern maneuver carried out Bow thruster tested

Upon completion of checks, entry to be made in vessel’s Logbook

Port: _________________________________

Checked by: _________________________________ Rank : ____________________________

Date: ________________________ Time: __________ Signature (Checker): ________________________

Dinas Jaga | 122


Vessel: __________________ Voyage: __________________

CHECKLIST NAVIGATION IN COASTAL WATER

The following shall be carefully examined:

 Indicates the check has been performed and appropriate action taken
N/A indicates the check is not applicable to the vessel or prevailing conditions
1 Have all charts and publications to be used been corrected up to date?

2 Have the following factors been taken into consideration in preparing the passage plan?

- advice/recommendations in sailing directions

- ship’s draft

- effect or squat

- weather

- tides and current


- available navigational aids and their accuracy

- position fixing methods to be used

- daylight/ night time passing of danger points

- traffic likely to be encountered

- requirements for traffic separation/ routing schemes

3 Are local/ coastal warning broadcasts being monitored?

4 Is participation in area reporting systems recommended?

5 Have courses been laid off well clear of obstructions?

6 Is the ship’s position being fixed in accordance with the Navigator’s Guidelines?

7 Has equipment been regular checked / tested, including

- Gyro / magnetic compass errors

- Manual steering before entering coastal waters if automatic steering has been engaged for
prolonged period
- Radar performance and Radar heading line marker alignment

- Echo sounder

Dinas Jaga | 123


8 Is the OOW prepared to use the engines and call a look-out or a helmsman to the bridge

9 Have measures has been taken to protect the environment from pollution by ship and to comply with
applicable pollution regulations
Comments:

Checked by: _________________________________ Rank : ____________________________

Date: ________________________ Time: __________ Signature (Checker): ________________________

Vessel: ___________________ Voyage: _________________

CHECKLIST NAVIGATION IN OCEAN WATER

The following shall be carefully examined:

 Indicates the check has been performed and appropriate action taken
N/A indicates the check is no applicable to the vessel or prevailing conditions.

1 Have all charts and nautical publications to be used been corrected up to date?
2 Has the Passage Plan been updated as required?
3 Are Navarea Warning Broadcasts being monitored?
4 Is participation in Area Reporting Systems (e.g. AMVER) being monitored?
5 Are the Errors of Gyro/Magnetic Compasses being checked once per Watch?
6 Is Radar Performance being regularly checked?
7 Is keeping a Look-Out being given Priority?
8 Is the ship’s position being fixed in accordance with the Navigator’s Guidelines?
9 Have preparation been made for landfall?
Are changes to the local weather being monitored and is the barometer regularly
10
observed?
Have measures has been taken to protect the environment from pollution by ship and to comply with
11 applicable pollution regulations?

Comments:

Checked by: _________________________________ Rank : ____________________________

Dinas Jaga | 124


Date: ________________________ Time: __________ Signature (Checker): ________________________

Vessel: ________________________ Voyage ________________

CHECKLIST NAVIGATION IN RESTRICTED VISIBILITY

Has the following equipment been checked to ensure that it is fully operational?

1. Radar, ARPA or other plotting facilities

2. VHF

3. Fog signaling apparatus

4. Navigation lights

5. Echo sounder, if in shallow waters

6. Water tight doors, if fitted

Have lookout (s) been posted and is a helmsman on standby

Have the master and engine room been informed, and the engines put on standby?

Are the COLREGS being complied with, particularly with regard to rule 19 and
proceeding at a safe speed?

Is the ship ready to reduce speed, stop or turn away from danger?

If the ship’s position is in doubt, has the possibility of anchoring been considered?

Other checks :

Dinas Jaga | 125


Checked By:_________________________ Date:_______________________

Vessel: ____________________ Voyage:_____________________

CHECKLIST Navigation in Heavy Weather or in tropical storm areas (Ocean)

A vessel specific heavy weather checklist shall be available onboard all vessels to facilitate an efficient “making ready for
sea” check on departure from port, bound for an ocean passage, when expecting adverse weather between coastal ports, or
when the weather deteriorates while on route the inclusion of items below shall be considered and the shipboard
management shall, thoroughly and well In advance, compose their own checklist with all appropriate check items

Master, Engine room and crew informed


Speed and course adjusted as required
Weather routing and forecasts scrutinized and monitored
Heavy Weather manoeuvring characteristics known and consulted
Personnel instructed and familiar with available means for heavy weather response
Loading condition checked
(eg. GM, stress, tank sloshing, immersion of propeller, freeboard)
Hatch access locking devices rechecked
Anchors properly lashed and brakes engaged
Dampers for ventilation on forecastle and bow thruster closed
Stores, equipment etc. stowed on deck secured
Store room forward and Paint locker checked and additional lashings applied as
necessary
Steering gear and Engine room checked and additional lashings applied as necessary
Portable gangway, Pilot ladders and hoists properly secured
Chief cook notified and provision room and gallery prepared for rough weather
Furniture and appliances in Dining Saloon and Duty Mess and secured
Additional lashings on PC monitors, copy machines and printers
Bridge, Deck & Engine control room prepared for rough weather
Crew instructed about restrictions in work outside accommodation
Weather report to ship and authorities as per SOLAS transmitted

Dinas Jaga | 126


Checked By:___________________ Date:_________________

Vessel: ____________________ Voyage:________________

CHECKLIST ANCHORING AND ANCHOR WATCH

The following shall be carefully examined:

 Indicates the check has been performed and appropriate action taken
N/A indicates the check is not applicable to the vessel or prevailing conditions.
Has an anchoring plan been prepared taking into account

- Speed reduction in ample time


- Direction / strength of wind and current
- Tidal stream when manoeuvring at low speed
- Need for adequate sea room particularly to seaward
- Depth of water, type of seabed and the scope of anchor cable required
Have the engine room and anchor party been informed of the time of stand-by for anchoring
Are the anchors, lights / shapes and sound signaling apparatus ready for use
Has the anchor position of the ship been reported to the port authority
After anchoring

Has an Anchor Watch been established?

While at anchor, the OOW shall

- Determine and regularly check of Anchor Position

- Give Notice for Main Engines especially if weather deteriorates as per Master’s instruction

- Take Anti-fouling precautions

- Maintain proper look-out

- Make inspection round including forecastle area

- Observe meteorological, tidal and state of sea condition

- Notify Master and take necessary action if drags anchor

- Ensure that ship exhibits the appropriate lights and shapes and sound signal as per
COLREG 72

- Take measures to protect the environment from pollution by ship and to comply with
applicable
pollution Regulations.
Dinas Jaga | 127
Checked by : _____________________________ Date: ________________

Rank : ____________________________ Time: ________________

Dinas Jaga | 128


Vessel: ________________________ Voyage ________________

CHECKLIST NAVIGATION IN ICE

1. Master, Engine room and crew informed of the ice conditions

2. Watertight doors shut

3. Speed adjusted

4. Sounding of bilge and ballast tanks checked frequently

5. Ice advisory service broadcast monitored

6. Danger message to ship and authorities as per SOLAS transmitted


Other checks :

Checked By:______________________ Date:__________________

Dinas Jaga | 129

Anda mungkin juga menyukai