Anda di halaman 1dari 16

Minggu ke-1 OLAH GERAK & PENGENDALIAN KAPAL

BAB II
KETENTUAN STCW CODE 1995 (2010), CHAPTER VIII
TENTANG “STANDARD REGARDING WATCHKEEPING”
(Dari buku Olah Gerak Kapal oleh Capt. H.R.Soebekti, S. M.Mar; Deepublish, November 2012,
Section A – viii/2, tentang “Watchkeeping Arrangement and Principles to be observed”,
Part : 3/3. 1/4/4. 1/4. 3/4. 5.)

BAGIAN 1 Pelaksanaan Jaga Laut


Prinsip-prinsip pelaksanaan jaga pada umumnya.
1) Instansi-instansi harus mengarahkan perhatian Perusahaan, Nakhoda, Kepala Kamar Mesin,
Perwira dan Anggota penjagaan terhadap prinsip-prinsip berikut, yang harus diamati untuk
menjamin bahwa penjagaan yang aman dilangsungkan setiap saat.

2) Nakhoda tiap kapal harus menjamin bahwa Susunan Penjagaan adalah cukup untuk melangsungkan
jaga laut yang aman. Di bawah petunjuk umum dari Nakhoda, para Perwira jaga laut bertanggung
jawab atas keselamatan pelayaran kapalnya selama jangka waktu tugasnya, terutama mengenai
pencegahan tubrukan dan kandas.

3) Kepala Kamar Mesin tiap kapal berkonsultasi dengan Nakhoda, harus menjamin bahwa susunan
penjagaan adalah cukup untuk melangsungkan jaga mesin yang aman.

Perlindungan lingkungan laut.


4) Nakhoda, para Perwira dan ABK harus menyadari adanya pengaruh yang serius dari pencemaran
lingkungan laut yang bersifat operasional atau insidental, dan harus mengambil segala tindakan
purba jaga (dini), untuk mencegah pencemaran demikian, khususnya dalam rangka peraturan
Internasional dan Pelabuhan yang bersangkutan.

BAGIAN 1.1 Prinsip-prinsip Dasar yang Harus Diperhatikan dalam Pelaksanaan Jaga Laut.
5) Perwira jaga laut adalah Wakil dari Nakhoda, dan terutama bertanggung jawab setiap saat atas
keselamatan berlayar dari kapalnya dan mentaati Peraturan Internasional untuk Tubrukan di Laut
(P2TL-1972).

Pengamatan
6) Pengamatan yang baik harus diselenggarakan setiap saat, menurut Aturan 5, Peraturan Internasional
untuk Pencegahan Tubrukan di Laut 1972 dan harus melayani maksud dan tujuan sebagai berikut :

a) Penyelenggaraan kewaspadaan yang terus menerus baik oleh penglihatan dan pendengaran
maupun oleh segala alat lain yang tersedia dengan memperhatikan tiap perubahan yang penting
di lingkungannya.

b) Penilaian penuh terhadap situasi dan risiko tubrukan, kandas serta bahaya-bahaya navigasi
lainnya.
c) Pendeteksian kapal atau pesawat terbang dalam mara bahaya, korban kapal karam, kerangka
kapal, reruntuhan/puing dan bahaya-bahaya lain terhadap keselamatan berlayar.

7) Seorang pengamat harus mampu memberikan perhatian penuh pada penyelenggaraan pengamatan
yang baik dan tidak boleh diserahi atau melakukan pekerjaan lain yang dapat mengganggu
penugasan tersebut.

8) Tugas seorang pengamat adalah terpisah dari tugas jurumudi. Dan seorang jurumudi tidak boleh
dianggap sebagai pengamat sambil mengemudi, kecuali kapal-kapal kecil dengan pandangan
keliling di tempat kemudi tidak terhalang dan tanpa pelemahan penglihatan malam atau kesulitan
lain dalam pelaksanaan pengamatan yang baik. Perwira yang bertugas jaga laut dapat bertindak
sebagai pengamat tunggal pada siang hari, asalkan pada tiap kesempatan demikian :

a) Situasi telah dinilai dengan hati-hati dan dapat dilangsungkan tanpa ragu-ragu keselamatannya.

b) Faktor-faktor yang relevan telah diperhitungkan sepenuhnya, termasuk tetapi tidak terbatas
pada:

- Keadaan cuaca,
- Penglihatan
- Kepadatan lalu-lintas.
- Dekatnya dengan bahaya navigasi dan
- Perhatian yang diperlukan apabila berlayar di dalam atau di dekat bagian terpisah lalu-lintas
(Traffic Separation Schemes), dan

c) Bantuan yang segera tersedia untuk diperintahkan ke anjungan apabila terjadi sesuatu
perubahan dalam situasi.

9) Dalam menentukan bahwa komposisi jaga laut adalah cukup untuk menjamin berlangsungnya
pengamatan yang baik secara kontinu, Nakhoda harus memperhitungkan semua faktor yang
bersangkut-paut, termasuk yang diuraikan di dalam seksi “Code” ialah faktor-faktor sebagai berikut
:

a) Penglihatan, keadaan cuaca dan laut.

b) Kepadatan lalu lintas dan aktivitas lain yang terjadi di dalam kawasan tempat berlayar.

c) Perhatian yang diperlukan apabila berlayar di dalam atau di dekat bagan pemisah lalu lintas
atau langkah-langkah untuk pemilihan rute lainnya.

d) Beban kerja tambahan yang disebabkan sifat fungsi kapal persyaratan operasi yang mendadak
dan olah gerak yang di-antisipasikan.

e) Kemampuan bertugas dari setiap anggota awak kapal yang telah ditetapkan sebagai anggota
jaga.

f) Pengetahuan ini dan kepercayaan terhadap kompetensi professional para Perwira dan awak
kapal.

g) Pengalaman setiap Perwira jaga laut dan keakrabannya/familiar dengan perlengkapan kapal,
prosedur-prosedur dan kemampuan olah-geraknya.
h) Aktifitas yang terjadi di kapal setiap waktu tertentu termasuk aktivitas komunikasi radio dan
bantuan yang tersedia yang harus segera diperintahkan ke anjungan bila diperlukan.

i) Status operasional dari instrument dan kontrol-kontrol anjungan, termasuk sistem-sistem alarm.

j) Kontrol kemudi dan baling-baling dan karakteristik olah gerak kapal.

k) Ukuran dan medan pandangan dari empat geladak komando (Navigation Deck).

l) Bentuk dan susunan anjungan sejauh mana ini dapat menghalangi anggota penjagaan dalam
mendeteksi setiap pengembangan ekstern oleh penglihatan dan pendengaran.

m) Setiap standard, prosedur atau petunjuk lain yang tersangkut-paut mengenai susunan penjagaan
serta kemampuan bertugas yang telah disetujui oleh Organisasi.

Pengaturan Penjagaan
10) Dalam penentuan komposisi penjagaan di anjungan, termasuk ABK yang bersedia dan memenuhi
syarat (berijazah), harus diperhatikan antara hal-hal sebagai berikut :

a) Pada saat manapun juga, anjungan tidak boleh ditinggalkan, tanpa terawasi oleh petugas jaga.

b) Kondisi cuaca, penglihatan pada waktu siang (terang) maupun malam (gelap).

c) Dekat dengan bahaya-bahaya navigasi sehingga Perwira yang bertugas jaga laut terpaksa
melakukan tugas-tugas navigasi tambahan.

d) Penggunaan dan operasional dari alat-alat bantu navigasi, seperti radar atau alat penentuan
posisi elektronik dan perlengkapan yang lain yang mempengaruhi keselamatan berlayar bagi
kapalnya.

e) Apakah kapal dilengkapi dengan alat pengemudi otomatik.

f) Apakah ada penugasan radio yang harus dilaksanakan.

g) Kontrol-kontrol alarm dan indikator yang tidak di-awaki (Unmanned Machinery Space = UMS)
yang berada di anjungan, prosedur pemakaian dan keterbatasannya, dan

h) Tiap tuntutan luar biasa dalam jaga laut yang mungkin timbul sebagai hasil dari keadaan-
keadaan operasional yang khusus.

Penyerahan Tugas Jaga


11) Perwira yang bertugas jaga laut tidak dibenarkan untuk menyerahkan tugas jaga kepada Perwira
penggantinya, jika timbul keraguan bahwa penggantinya tidak mampu untuk melaksanakan tugas
jaganya secara efektif, maka dalam hal ini Nakhoda harus diberi tahu.

12) Perwira pengganti harus yakin bahwa anggota-anggota penjagaannya adalah cukup mampu untuk
melaksanakan tugasnya, terutama mengenai penyesuaian penglihatan pada malam hari. Perwira
pengganti tidak dibenarkan untuk mengambil oper penjagaan sebelum penglihatan mereka
diselesaikan sepenuhnya pada kondisi cahaya malam hari.

13) Sebelum mengambil-oper penjagaan, Perwira pengganti harus meyakinkan diri sendiri tentang
posisi duga atau sejati kapalnya dan menegaskan perjalanan yang dikehendaki, haluan dan laju,
serta kontrol-kontrol UMS sepatutnya, dan harus memperhatikan setiap bahaya navigasi yang
diprakirakan akan dihadapinya selama penjagaan.

14) Perwira pengganti secara pribadi harus meyakinkan diri tentang :

a) Perintah tetap dan instruksi khusus lain dari Nakhoda sehubungan dengan navigasi kapalnya.

b) Posisi, haluan, laju dan sarat kapal.

c) Pasang surut, arus, cuaca dan penglihatan yang sedang berlaku dan yang diprakirakan, dan
pengaruh faktor-faktor ini terhadap haluan dan laju.

d) Prosedur penggunaan mesin induk untuk olah gerak, apabila mesin induk adalah di bawah
kontrol anjungan dan

e) Situasi pelayaran, termasuk tetapi tidak terbatas pada hal-hal sebagai berikut :

- Kondisi operasional semua perlengkapan navigasi dan keselamatan yang sedang


dipergunakan atau digunakan selama penjagaan.
- Kesalahan pedoman-pedoman magnet dan gyro,
- Kehadiran dan gerakan kapal-kapal yang nampak atau diketahui ada di sekitarnya;
- Kondisi dan bahaya-bahaya yang mungkin dihadapi selama penjagaan dan
- Kemungkinan pengaruh-pengaruh senget, trim, berat jenis air dan segala pembenaman
pembebasan bawah lunas (squat).

15) Jika pada saat penggantian, Perwira yang bertugas jaga laut yang harus diganti, sedang melakukan
olah gerak atau tindakan lain untuk menghindari sesuatu bahaya, maka pengganian perwira tersebut
harus ditangguhkan dulu, sampai tindakan demikian diselesaikan.

Melaksanakan Jaga Laut


16) Perwira yang bertugas jaga laut harus :

a) Melaksanakan penjagaan di anjungan;

b) Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan meningalkan anjungan, sampai digantikan dengan
baik.

c) Melanjutkan untuk bertanggung jawab atas keselamatan berlayar bagi kapalnya, meskipun
Nakhoda hadir di anjungan, kecuali jika Nakhoda secara khusus memberitahukan kepadanya
bahwa ia menerima tanggung jawab tersebut dan inipun telah saling dimengerti, dan

d) Melaporkan kepada Nakhoda, apabila timbul keragu-raguan atas tindakan apa yang akan
diambil demi kepentingan keselamatan.

17) Selama penjagaan, haluan yang dikemudikan, posisi dan laju/speed harus diperiksa dalam jangka
waktu yang cukup teratur, menggunakan setiap alat bantu navigasi yang tersedia seperlunya, untuk
meyakinkan bahwa kapal mengikuti haluan yang telah direncanakan.

18) Perwira yang bertugas jaga laut harus memiliki pengetahuan sepenuhnya tentang lokasi dan
pengoperasian semua perlengkapan keselamatan dan navigasi di atas kapalnya serta harus
mengetahui dan memperhitungkan keterbatasan pengoperasian perlengkapan demikian.
19) Perwira yang bertugas jaga laut tidak boleh ditempatkan pada atau melakukan tiap tugas yang akan
mengganggu keselamatan berlayar dari kapalnya.

20) Perwira jaga harus dapat menggunakan semua perlengkapan berlayar yang tersedia baginya secara
efisien.

21) Apabila menggunakan radar, Perwira yang bertugas jaga laut, setiap saat, harus memperhatikan
keperluan untuk menaati ketentuan-ketentuan tentang penggunaan radar yang dimuat di dalam
Peraturan Internasional untuk Pencegahan Tubrukan di Laut (P2TL) yang berlaku.

22) Dalam keadaan mendesak, Perwira yang bertugas jaga laut tidak boleh ragu-ragu untuk
menggunakan kemudi, mesin-mesin dan peralatan isyarat bunyi. Namun demikian, sedapat
mungkin ragam kecepatan mesin yang dikehendaki, harus diberikan tepat pada waktunya atau
pemakaian secara efektif dari kontrol mesin UMS, yang berada di anjungan sesuai dengan prosedur
yang ada.

23) Perwira jaga laut harus mengetahui karakteristik olah gerak kapalnya termasuk jarak hentinya, dan
harus menyadari bahwa kapal-kapal lain dapat memiliki karakteristik olah gerak yang berbeda.

24) Selama penjagaan harus dilakukan pencatatan yang baik dari gerakan-gerakan dan aktivitas yang
berhubungan dengan navigasi kapal.

25) Kepentingan khusus adalah bahwa setiap waktu Perwira yang bertugas jaga laut menjamin bahwa
pengamatan yang baik tetap diselenggarakan. Di kapal dengan kamar peta, apabila diperlukan,
untuk waktu singkat guna pelaksanaan tugas-tugas navigasi, namun pertama-tama harus yakin
bahwa hal ini adalah aman dan bahwa pengamatan yang baik tetap dilangsungkan.

26) Pemeriksaan operasional dari perlengkapan navigasi di kapal harus dilakukan di laut secara teratur
dan sepraktis mungkin dan selama keadaan meng-izinkan terutama sebelum kondisi yang
berbahaya yang dipengaruhi pelayaran diprakirakan. Sepatutnya pemeriksaan-pemeriksaan tersebut
harus dicatat. Pemeriksaan-pemeriksaan demikian harus juga dilakukan sebelum kapal tolak dan
tiba di pelabuhan.

27) Perwira yang bertugas jaga laut harus mengadakan pemeriksaan secara teratur untuk menjamin
bahwa :

a) Jurumudi atau kemudi otomatik mengemudikan haluan yang sebenarnya.

b) Kesalahan pedoman tolok/standard ditentukan sekurang-kurangnya sekali setiap jaga, dan jika
mungkin sesuai tiap perubahan haluan yang besar; penunjukan pedoman tolok dan pedoman
gyro harus dicocokan secara teratur, serta anak-anak pedoman (repeater) disinkronisasikan
dengan pedoman induknya.

c) Kemudi otomatik dicoba secara manual sekurang-kurangnya sekali setiap penjagaan.

d) Lampu-lampu navigasi dan lampu-lampu isyarat serta perlengkapan navigasi lainnya berfungsi
dengan baik.

e) Peralatan radio berfungsi dengan baik, dan

f) Kontrol. Alarm dan indikator UMS berfungsi dengan baik.


28) Perwira yang bertugas jaga laut setiap waktu harus mengingat keperluan untuk men-taati
persyaratan yang berlakudari Konvensi Internasional untuk Keselamatan Jiwa di Laut (SOLAS)
1974.

Perwira Jaga Laut Harus Memperhitungkan :


a) Kebutuhan untuk menempatkan seseorang untuk mengemudikan kapal dan mengalihkan
pengemudian menjadi sitem manual tepat pada waktunya, untuk dapat menghindari situasi
berbahaya yang potensial secara aman.

b) Bahwa dengan kapal dalam pengemudian otomatik, sesungguhnya sangat berbahaya untuk
membiarkan situasinya berkembang sampai tahap dimana Perwira jaga laut tanpa seorang
pembantu, harus memutuskan kontinuitas pengamatan untuk mengambil tindakan darurat.

29) Pewira yang bertugas jaga laut harus benar-benar menguasai tentang penggunaan semua alat bantu
navigasi elektronik, temasuk kemampuan dan keterbatasannya, dan harus menggunakan tiap alat
bantu ini sepatutnya serta harus mengingat bahwa perum gema merupakan alat bantu navigasi yang
sangat berharga.

30) Perwira yang bertugas jaga laut harus menggunakan radar pada setiap penglihatan terbatas yang
dialami atau diprakirakan pada setiap saat di perairan yang padat dengan memperhatikan
keterbatasannya.

31) Perwira yang bertugas jaga laut harus menjamin bahwa skala yang digunakan dirubah-rubah dalam
selang waktu yang cukup teratur, demikian dengan gema-gema dapat dideteksi sedini mungkin dan
harus diingat bahwa gema-gema yang kecil atau lemah dapat luput dari deteksi.

32) Pada setiap penggunaan radar, Perwira yang bertugas jaga laut harus memilih skala jarak yang tepat
dan mengamati layar (display) dengan hati-hati dan harus menjamin bahwa plotting atau analisa
sistematik telah dimuati dalam waktu yang cukup.

33) Perwira yang bertugas jaga laut harus segera memberitahukan Nakhoda :

a) Jika mengalami atau memprakirakan penglihatan terbatas.

b) Jika kondisi lalu-lintas atau gerakan kapal-kapal lain menimbulkan kekhawatiran.

c) Jika mengalami kesulitan dalam mempertahankan haluan;

d) Apabila tidak dapat melihat daratan atau tanda navigasi atau tidak memperoleh peruman pada
saat yang telah diprakirakan;

e) Jika tak terduga, nampak daratan atau tanda navigasi atau terjadi perubahan dalam peruman-
peruman;

f) Apabila terjadi kerusakan pada mesin-mesin, kendali jarak jauh terhadap permesinan tenaga
pendorong, peralatan pengemudi atau sesuatu peralatan navigasi yang penting, alarm atau
indikator;

g) Jika perlengkapan radio berfungsi tidak baik;


h) Jika dalam cuaca buruk timbul keraguan tentang kemungkinan kerusakan akibat cuaca;

i) Jika kapal menjumpai bahaya apapun terhadap navigasi, misalnya es atau kapal yang
ditinggalkan dan

j) Dalam tiap keadaan darurat lainnya atau segala sesuatu yang diragukan.

34) Disamping persyaratan untuk segera memberitahukan Nakhoda pada keadaan terdahulu, Perwira
yang bertugas jaga laut sebagai tambahan tidak boleh ragu-ragu untuk segera mengambil tindakan
demi keselamatan kapal.

35) Perwira yang berugas jaga laut harus memberikan segala instruksi dan informasi yang tepat kepada
para anggota jaga, sehingga akan menjamin pelaksanaan jaga yang aman termasuk pengamatan
yang baik.

Tugas Jaga dalam Kondisi yang Berbeda dan Kawasan Berlainan.


Cuaca Terang
36) Perwira yang bertugas jaga laut harus mengambil baringan pedoman/kompas secara berulang-ulang
dan akurat dari kapal-kapal yang datang mendekat, untuk pedeteksian lebih dini terhadap bahaya
tubrukan dan mengingat bahwa bahaya demikian dapat terjadi, meskipun perubahan baringannya
besar, terutama apabila mendekati sebuah kapal yang sangat besar atau sebuah tundaan atau apabila
mendekati sebuah kapal pada jarak pendek, Perwira yang bertugas jaga laut harus juga mengambil
tindakan sedini mungkin dan positif (tegas), sesuai dengan Peraturan Internasional untuk
Pencegahan Tubrukan di Laut 1972 yang berlaku dan kemudian memeriksa apakah tindakan
demikian memberikan hasil seperti yang dikehendaki.

37) Pada cuaca terang, sedapat mungkin, Perwira yang bertugas jaga laut harus melakukan praktek
radar.

Penglihatan Terbatas.
38) Apabila mengalami atau memperkirakan penglihatan terbatas, pertanggung-jawaban pertama
Perwira yang bertugas jaga laut adalah mentaati aturan-aturan yang bersangkut paut (relevan) dari
Peraturan Internasional untuk Pencegahan Tubrukan di Laut (1972), terutama sekali yang
berhubungan dengan pemberian isyarat-isyarat kabut; berlayar dengan laju/kecepatan aman dan
mesin-mesin siap untuk olah gerak yang mendadak.

Sebagai tambahan, Perwira yang bertugas jaga laut harus:


a) Memberitahukan Nakhoda.

b) Menempatkan pengamat yang baik.

c) Memasang lampu-lampu navigasi.

d) Menggunakan dan mengoperasikan radar.

Dalam Saat-saat Kegelapan Malam.


39) Nakhoda dan Perwira yang bertugas jaga laut, apabila menyusun tugas pengamatan harus
memperhatikan pada perlengkapan anjungan dan alat bantu navigasi yang tersedia untuk dipakai,
keterbatasannya, melaksanakan prosedur dan usaha perlindungan.
Perairan Pantai yang Padat.
40) Di kapal harus digunakan peta skala terbesar yang cocok untuk kawasannya dan telah dikoreksi
berdasarkan informasi teakhir yang diperoleh. Penentuan posisi harus dilakukan pada selang waktu
yang teratur dan dikerjakan dengan lebih dari satu metoda, jika keadaan mengizinkan.

41) Perwira yang bertugas jaga laut harus sungguh-sungguh mengenal semua tanda-tanda navigasi yang
bersangkut paut (relevan).

Berlayar dengan Pandu di Kapal


42) Di samping tugas dan kewajiban Pandu, maka kehadirannya di kapal tidak membebaskan Nakhoda
atau Perwira yang bertugas jaga di laut, dari tugas dan kewajibannya terhadap keselamatan
kapalnya. Nakhoda dan Pandu harus tukar menukar informasi tentang prosedur navigasi, kondisi-
kondisi lokal dan karakteristik kapal. Nakhoda dan Perwira yang bertugas jaga laut harus erat
bekerja sama dengan Pandu dan mengadakan pemeriksaan yang akurat terhadap posisi dan gerakan
kapalnya.

43) Jika ragu-ragu terhadap tindakan dan kehedak Pandu, maka Perwira yang bertugas jaga di laut harus
minta penjelasan dari Pandu dan jika keraguan masih tetap ada, ia harus segera memberitahukan
Nakhoda dan mengambil tindakan apa saja yang diperlukan sebelum Nakhoda tiba di anjungan.

Kapal Berlabuh Jangkar


44) Jika Nakhoda memandang perlu, selama kapal berlabuh jangkar dapat dilangsungkan jaga laut terus
menerus. Selama berlabuh jangkar, Perwira yang bertugas jaga di laut harus :

a) Menentukan dan mengeplot selekas mungkin posisi kapal di peta yang terkait;

b) Apabila keadaan mengizinkan, memeriksa dalam selang waktu yang cukup berulang-ulang
apakah kapal tetap aman dalam berlabuh jangkar, dengan mengambil baringan-baringan
terhadap tanda-tanda navigasi yang tetap atau benda-benda darat yang siap dikenali;

c) Menjamin pengamatan yang baik;

d) Menjamin ronda keliling kapal secara periodik;

e) Mengambil kondisi-kondisi cuaca dan pasang surut serta keadaan laut;

f) Memberitahukan Nakhoda dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan jika jangkarnya


menggaruk (larat);

g) Menjamin kesiap-siagaan mesin-mesin induk dan permesinan lainnya adalah sesuai dengan
instruksi Nakhoda;

h) Memberitahukan Nakhoda apabila penglihatan menjadi berkurang;

i) Menjamin bahwa kapal memasang lampu-lampu dan rupa benda yang tepat serta memberikan
isyarat-isyarat bunyi yang terkait sesuai dengan semua peraturan yang berlaku dan
j) Mengambil tindakan-tindakan untuk melindungi lingkungan terhadap pencemaran oleh kapal
dan mentaati peraturan pencemaran yang berlaku.

BAGIAN 2 Pelaksanaan Jaga di Pelabuhan.


Prinsip-prinsip yang berlaku terhadap semua pelaksanaan jaga.
Umum.
45) Pada tiap terkepil dengan aman atau berlabuh jangkar dengan aman dalam keadaan biasa di
pelabuhan, Nakhoda harus mengatur agar pejagaan yang tepat dan efektif dapat berlangsung demi
kepentingan keselamatan. Persyaratan khusus sistem-sistem pendorong kapal atau perlengkapan
tambahan dan bagi kapal-kapal yang mengangkut barang-barang berbahaya, beracun atau sangat
mudah terbakar atau jenis muatan khusus lainnya.

Pengaturan Penjagaan
46) Pengaturan untuk pelaksanaan jaga di geladak/deck apabila kapal berada di pelabuhan pada setiap
saat harus cukup untuk:

a) Menjamin keselamatan jiwa, kapal, pelabuhan dan lingkungannya serta pengoperasian secara
aman untuk semua permesinan sehubungan dengan penanganan muatan;

b) Pengamatan aturan-aturan Internasional, Nasional dan Lokal, dan

c) Melangsungkan ketertiban routine biasa dari kapal.

47) Nakhoda harus menetapkan komposisi dan jangka waktu jaga di geladak, tergantung pada kondisi
tros-tros pengepil, jenis kapal dan sifat-sifat penugasan.

48) Jika Nakhoda dianggap perlu, seorang Perwira yang berwenang harus ditugaskan untuk jaga di
geladak.

49) Perlengkapan yang diperlukan harus diatur demikian untuk memberikan pelaksanaan jaga yang
efisien.

Penyerahan Tugas Jaga


50) Perwira-Perwira yang bertugas jaga geladak atau jaga permesinan tidak boleh menyerahkan
penjagaan kepada Perwira penggantinya, jika timbul keraguan bahwa penggantinya tidak mampu
melaksanakan tugas jaganya secara efektif, maka dalam hal ini Nakhoda harus diberi tahu. Perwira
pengganti jaga geladak/deck atau jaga permesinan harus yakin bahwa anggota-anggota
penjagaannya adalah cukup mampu untuk melaksanakan tugasnya secara efektif.

51) Jika pada saat penyerahan jaga geladak atau jaga permesinan, sedang dilakukan operasi penting,
maka hal ini harus disimpulkan oleh Perwira yang akan digantikan kecuali bilamana diperintahkan
lain oleh Nakhoda atau Kepala Kamar Mesin.

BAGIAN 2.1 Penyerahan Tugas Jaga Geladak.


52) Tepat sebelum penyerahan jaga geladak, Perwira pengganti harus diberitahukan oleh Perwira yang
bertugas jaga geladak hal-hal sebagai berikut:
a) Kedalaman air di tempat sandar, sarat kapal, kedudukan dan saat air tinggi dan rendah, pengikat
tros-tros pengepil, pengaturan jangkar-jangkar dan panjang rantai jangkar dan hal-ikhwal
pengepilan lainnya yang penting bagi keselamatan kapal, keadaan mesin-mesin induk dan
kemampuannya untuk pemakaian darurat;

b) Semua pekerjaan yang dilakukan di atas kapal; jenis, jumlah dan disposisi muatan yang dimuat
atau sisanya dan setiap sisa kapal setelah pembongkaran muatan;

c) Kedudukan air got-got palka dan tangki-tangki tolakbara/ballast;

d) Isyarat-isyarat atau lampu-lampu yang dipasang atau dibunyikan;

e) Jumlah anggota awak kapal yang diperlukan di kapal dan kehadiran tiap orang lain di kapal;

f) Keadaan alat-alat pemadam kebakaran;

g) Tiap peraturan pelabuhan khusus;

h) Perintah-perintah tetap dan khusus dari Nakhoda;

i) Garis komunikasi yang tersedia antara kapal dan personil di darat, termasuk Penguasa
Pelabuhan dalam hal timbulnya keadaan darurat atau pemberian bantuan;

j) Tiap keadaan penting lainnya terhadap keselamatan kapal, awak kapalnya, muatan atau
perlindungan lingkungan dari pencemaran; dan

k) Prosedur-prosedur untuk pemberitahuan kepada Penguasa yang tepat tentang pencemaran


lingkungan sebagai hasil dari kegiatan kapal.

53) Perwira pengganti, sebelum mulai bertugas jaga geladak, harus memeriksa bahwa:

a) Pengikatan tros-tros pengepil dan rantai jangkar adalah cukup;

b) Isyarat-isyarat atau lampu-lampu yang tepat dipasang atau dibunyikan dengan baik;

c) Peraturan tentang tindakan keselamatan dan perlindungan kebakaran telah ditaati;

d) Mereka memahami jenis tiap muatan berbahaya yang dimuat atau dibongkar dan tindakan yang
tepat yang harus diambil jika terjadi suatu tumpahan atau kebakaran;

e) Tidak adanya kondisi atau hal ikhwal luar yang membahayakan kapal dan tidak membahayakan
apapun lainnya.

BAGIAN 2.2 Melaksanakan Jaga Geladak


54) Perwira yang bertugas jaga geladak harus:

a) Melakukan ronda keliling untuk memeriksa kapal pada selang waktu yang tepat;

b) Menaruh perhatian khusus pada :

(1). Kondisi dan pengikatan jalan sempit/tangga akomodasi (gangway), rantai jangkar dan tros-
tros pengepil, terutama pada pergantian pasang-surut pada dermaga dengan kenaikan dan
penurunan air yang besar; jika perlu, mengambil tindakan-tindakan guna menjamin bahwa
semua ini berada dalam kondisi kerja yang biasa.

(2). Sarat/draft, kebebasan di bawah lunas dan keadaan umum kapal, guna mencegah senget
atau trim yang berbahaya selama menangani muatan atau tolakbara/ballast.

(3). Cuaca dan keadaan laut;

(4). Penataan semua Peraturan tentang keselamatan dan perlindungan kebakaran;

(5). Kedudukan air di got-got dan tangki-tangki;

(6). Semua orang di kapal dan lokasinya, khususnya mereka yang berada di dalam ruangan-
ruangan jarak jauh dan tertutup, dan;

(7). Pemasangan dan pembunyian lampu-lampu dan isyarat-isyarat.

c) Dalam cuaca buruk, atau pada penerimaan peringatan taifun, mengambil tindakan seperlunya
untuk melindungi kapal, para pelayar di kapal dan muatan;

d) Mengambil tindakan purbajaga terhadap polusi lingkungan oleh kapal;

e) Dalam keadaan daurat yang mengancam kapal, dibunyikan alarm, beritahukan Nakhoda,
mengambil semua tindakan yang mungkin guna mencegah kerusakan apapun pada kapal,
muatannya dan para pelayar di kapal, dan jika perlu, minta bantuan dari Penguasa di darat atau
kapal-kapal yang berdekatan;

f) Mengetahui tentang stabilitas kapal, demikian sehingga jika terjadi kebakaran, penguasa
pemadam kebakaran di darat dapat diberitahukan tentang banyaknya air yang dapat
dipompakan di kapal tanpa membahayakan kapal;

g) Memberikan bantuan kepada kapal-kapal atau orang-orang dalam mara bahaya;

h) Mengambil tindakan purbajaga untuk mencegah kecelakaan atau kerusakan apabila baling-
baling harus diputar; dan

i) Mencatat di dalam buku harian yang tersedia semua peristiwa penting mengenai kapal.

BAGIAN 2.3 Jaga di Pelabuhan di Kapal-kapal yang Mengangkut Muatan Berbahaya.


55) Nakhoda setiap kapal yang mengangkut muatan berbahaya, entah bersifat meledak, mudah
menyala, beracun, mengancam kesehatan atau mencemari lingkungan harus menjamin bahwa
pengaturan penjagaan yang aman dilangsungkan. Di kapal yang mengangkut muatan curah yang
berbahaya ini dapat dicapai oleh kesiap-siagaan dari para Perwira yang berwenang dan ABK yang
tersedia, meskipun kapal dikepil/ditambat dengan aman atau berlabuh jangkar dengan aman di
pelabuhan.

56) Di kapal-kapal yang mengangkut muatan yang berbahaya selain dari yang dicurah, maka Nakhoda
harus sepenuhnya memperhitungkan sifat, jumlah, pembungkusan dan pemadatan muatan
berbahaya dan pada tiap kondisi khusus di kapal, di laut dan di darat.
SOAL : Lingkari jawaban yang benar!!

1. Untuk menjamin bahwa penjagaan yang aman dilangsungkan setiap saat.harus


dilakukan oleh:
A. Nakhoda, Perwira dan Crew kapal.
B. Master, Perwira dan ABK kapal.
C. Perusahaan, Master, C/Eng, Perwira dan Crew kapal.
D. Perusahaan, Nakhoda, KKM, Semua Perwira dan ABK kapal. Mana yang
benar?
Note: Crew adalah semua awak kapal termasuk juga Nakhoda, sedangkan ABK
adalah awak kapal pada Supporting Level (Bosun/Mandor/Koki ke bawah). Dan
Operation Level adalah Perwiwa Junior (Mualim II dan II), sedang Management
Level adalah Perwira Senior (Mualim I dan Nakhoda).
D

2. Dan yang harus mengambil segala tindakan purba jaga (dini), untuk mencegah
pencemaran di laut adalah:
A. Nakhoda, Perwira dan Crew kapal.
B. Master, Perwira dan ABK kapal.
C. Perusahaan, Master, C/Eng, Perwira dan Crew kapal.
D. Perusahaan, Nakhoda, KKM, Semua Perwira dan ABK kapal.
Tanya: Mana yang benar?
B
3. Dan seorang jurumudi tidak boleh dianggap sebagai pengamat sambil mengemudi,
kecuali kapal-kapal kecil dengan pandangan keliling di tempat kemudi tidak
terhalang dan tanpa pelemahan penglihatan malam atau kesulitan lain dalam
pelaksanaan pengamatan yang baik.
Bolehkah Jurumudi Jaga meninggalkan Anjungan?
I. Boleh, bila siang hari situasi mengizinkan (tidak ada masalah lalu lintas, dll).
II. Tidak boleh, bila system pengemudan harus manual (kemudi tangan).
A. Hanya I B. Hanya II C. Keduanya I dan II D. Tidak
I maupun II.
C

4. Bolehkah Perwira Jaga meninggalkan Anjungan sewaktu kapal berlayar?


I. Tidak boleh, bila tidak ada pengganti Perwira Deck atau Nakhoda
II. Boleh, bila ingin ke toilet.
A. Hanya I B. Hanya II C. Keduanya I dan II D. Tidak I maupun II.
A

5. Prinsip-prinsip Dasar yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan Jaga Laut adalah:
A. Perwira jaga laut adalah Wakil dari Nakhoda,
B. Dan bertanggung jawab setiap saat atas keselamatan berlayar dari kapalnya
C. Dan mentaati Peraturan Internasional untuk Tubrukan di Laut (P2TL-1972).
D. Dan mewakili Perusahaan dalam komunikasi dengan Agent.
Tanya: Mana yang kurang tepat?
D

6. Kepercayaan terhadap kompetensi professional para Perwira dan awak kapal


adalah:
1. Familiarisasi terhadap semua peralatan bantu navigasi yang ada di anjungan.
2. Tahu kapan saatnya memanggil/minta bantuan Nakhoda
3. Selalu menjaga haluan yang dikemudikan, baik secara manual maupun automatis.
4. Memakai peta yang benar baik dalam skala maupun koreksi yang up to date.
A. No.1,2,3 dan 4 adalah benar
B. Hanya no.1,3 dan 4 yang benar.
C. Hanya no.1 dan 4 yang benar.
D. Tidak ada yang benar.
A

7. Saat timbang terima jaga di laut, seorang Perwira dan Jurumudi Jaga pengganti:
A. Harus datang di anjungan tepat waktunya.
B. Harus datang minimal 15 menit sebelum waktu timbang terima
C. Harus datang sampai menunggu saat kemudi dijalankan secara automatis.
D. Harus dating sampai bunyi bel/alarm dari anjungan.
Tanya: Mana yang benar.
A

8. Perwira jaga pengganti harus mempelajari kondisi dan situasi kapal dari Perwira
yang akan diganti, misalnya:
A. Haluan kapal yang sedang berjalan
B. Semua peralatan bantu navigasi yang sedang operasi
C. Adanya bahaya-bahaya yang akan timbul atau dekat terjadi
D. Adanya Perintah Malam Nakhoda (Master Night Order) yang harus dipatuhi.
E. Mengawasi muatan bahaya yang ada di dalam palka.
Tanya: Mana yang tidak benar?
E

9. Bila kapal sedang sandar di Pelabuhan, maka Perwira jaga harus memperhatikan:
A. Tali-tali tambat agar kapal tetap pada posisi yang benar (tdak terlalu kencang
atau slack).
B. Buruh tidak merokok di deck ataupun di dalam palka.
C. Semua orang diberi tanda pengenal kecuali tamu
D. Tamu dicatat dalam buku tamu yang tersedia dekat tangga akomodasi.
Tanya: Mana yang salah?.
C
10. Dalam kondisi jaga laut maupun jaga Pelabuhan, Perwira dan Jurumudi jaga harus
mengadakan ronda kililing kapal, untuk:
A. Mengetahui secara dini bila ada kebakaran.
B. Bila ada bajak laut yang naik ke kapal
C. Bila ada tumpahan minyak dari pipa minyak yang bocor.
D. Bila cuaca tiba-tiba memburuk,atau bahaya yang tidak terduga datang.
E. Membangunkan crew kapal agar selalu waspada.
Tanya: Mana yang kurang tepat?
E

11. Karakteristis olah gerak kapal bisa dilihat pada blue-print atau sudah terpampang
di anjungan, antara lain:
1. Data-data lingkaran putar (Turning Circle) Perwira jaga laut harus mengetahui
karakteristik olah gerak kapalnya termasuk jarak hentinya, dan harus menyadari
bahwa kapal-kapal lain dapat memiliki karakteristik olah gerak yang berbedaan
atau tanda navigasi
2. Jarak dan waktu henti (Distance and Time of Head Reach)
3. Setiap kapal mempunyai karakteristik olah gerak yang berbeda
4. Penempatan baling-baling dan daun kemudi yang berbeda.
A. A,B,C dan D benar, B. A,C dan D benar C. B,C, dan D benar.
A

12. Data lingkaran putar (turning circle) antara lain:


1. Advance 2. Transfer 3. Tactical Diameter 4. Kick.
A. A,B,C, dan D benar, B. Hanya A dan D yang benar C. Salah
semuanya.
A

13. Perwia Jaga laut harus memanggil Nakhoda bila:


A. Mengalami atau memprakiraakan penglihatan terbatas.
B. Kondisi lalu lintas atau Gerakan kapal-kapal lain menimbulkan kekhawatiran
C. Mengalami kesulitan dalam mempertahankan haluan
D. Tidak dapat melihat daratan atau tanda navigasi yang seharusnya sudah terlihat.
E. Apabila ada kerusakan mesin dan perlengkapan radio dan radar tidak berfungsi
dengan baik.
F. Ada bahaya lain dan situasi yang meragukan lainnya.
G. Memberitahu Nakhoda harus dalam waktu yang cukup (ample time) untuk bisa
menganalisa tindakan yang tepat dan benar. Artinya tidak terlambat.
Tanya: Mana dari item di atas yang waktunya agak longgar?
A

14. Pada penglihatan terbatas, Perwira Jaga laut harus:


A. Memberitahukan Nakhoda
B. Menempatkan pengamat yang baik
C. Memasang lampu-lampu navigasi dan persiapan alat semboyan (suling kabut)
D. Menggunakan dan mengoperasikan radar.
E. Kecepatan aman dan mesin-mesin siap untuk olah gerak mendadak
Tanya: Dari item tersebut, mana yang memerlukan bantuan orang mesin?
E

15. Berlayar di pantai yang padat lalu lintasnya, maka haruslah:


A. Menggunakan peta skala besar
B. Menggunakan peta skala kecil
C. Penentuan posisi sesering mungkin atau teratur
D. Menggunakan metoda penentuan posisi yang berbeda
E. Perwira Jaga harus sungguh mengenal semua tanda-tanda navigasi yang relevan
Tanya: Mana yang salah?
A

16. Berlayar dengan Pandu di kapal:


A. Tidak membebaskan Nakhoda dan Perwira yang bertugas jaga di laut dari tugas
dan kewajibannya terhadap keselamatan kapalnya.
B. Nakhoda dan Pandu harus bertukar informasi tentang prosedur navigasi,kondisi
local dan karakter kapal.
C. Nakhoda dan Perwira Jaga harus bekerja sama dengan Pandu untuk mengadakan
pemeriksaan yang akurat terhadap posisi dan Gerakan kapalnya.
D. Jika ragu-ragu terhadap tindakan dan kehendak Pandu, maka Perwira Jaga harus
minta penjelasan dari Pandu, jika masih ada keraguan, ia harus memberi tahu
Nakhoda.
Tanya: Bila Pandu menanyakan ‘ships particular’ kapal, itu termasuk dalam item yang
mana?
B

17. Kapal sedang berlabuh jangkar, maka:


A. Harus diadakan pemeriksaan posisi berulang-ulang
B. Bila jangkar menggaruk segera memberitahu Nakhoda
C. Bila jangkar menggaruk, harus membunyikan suling dan menaikkan bendera B
D. Melaksanakan ronda keliling.
Tanya: Mana yang kurang relevan?
C

18. How many stages are there in the planning of a safe voyage?
a. Two b. Four c. Six d. Eight.
B

19. What is the purpose of the voyage planning?


a. To satisfy STCW regulation b. To support the bridge team
c. To meet company regulations d. To satisfy IMO regulation
B

20. What is the definition of a waypoint?


a. A way point is a position on leg b. A way point is the starting point of a
voyage
c. A way point is a position where the ship’s course is going to be changed
d. A waypoint is the destination of a route
C

21. When should voyage planning be done?


a. During the sailing b. Prior to sailing c. After sailing d. Before the
pilot is leaving.
B

22. Who is responsible for the voyage report?


a. The person who has done the planning b. The Master
c. The navigator officer d. The owner
B

23. Can voyage planning be executed on ECDIS?


a. Yes b. No
c. Only if approved by the flag state d. Only if approved by the flag
owner
C

24. Can RNC charts be used for voyage planning? Note: Raster Navigational Charts
(RNC).
a. Only together with paper charts b. Yes c. No d. Only if approved by
flag state.
A

25. What is most important when transferring route plans to other navigation system?
a. Both systems are made by the same manufacturer
b. Both system use the same chart datum
c. Both systems are approved by the classification society
d. Both system work according to specification.
B

FINISH for 1st week. GOOD LUCK !!!

@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@

Anda mungkin juga menyukai