Anda di halaman 1dari 59

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dinas di kapal meliputi Dinas Harian yang dilakukan pada hari-hari

kerja, sedangkan hari minggu dan hari besar libur. Tugas-tugas yang dilakukan

meliputi tugas Administrasi dan perawatan / operasional kapal, sesui jabatan dan

tanggung jawab masing-masing personel. Dinas Jaga dilakukan diluar-luar jam

kerja harian terdiri dari: jaga laut, jaga pelabuhan dan jaga radio.

Maksud dan tujuan dilakukannya tugas jaga adalah Menjaga keamanan,

keselamatan, ketertiban kapal, muatan penumpang dan lingkungan,

melaksanakan/mentaati peraturan dan ketentuan-ketentuan yang berlaku

(nasional/internasional), melaksanakan perintah/instruksi dari perusahaan atau

nahkoda (tertulis/lisan). Standing order/Bridge order.

Keamanan terhadap bahaya-bahaya yang dihadapi pada saat tugas jaga

antara lain:

1. Bahaya navigasi (kandas, drifting, cuaca buruk)

2. Bahaya tubrukan

3. Bahaya pencemaran

4. Bahaya kebakaran

5. Bahaya pencurian, kecelakaan, dll.

Untuk dapat mengantisipasi keadaan (situasi) secara dini serta membuat

penilaian yang tepat terhadap situasi maupun perubahan situasi, yang berkaitan

dengan keamanan dan keselamatan kapal terhadap bahya-bahaya yang timbul

1
setiap saat, maka pengamatan yang cermat perlu dilakukan oleh setiap regu

dinas jaga.

Setiap peraturan / ketentuan, baik internasional maupun nasional yang

berlaku harus ditaati dan dilaksanakan dengan pertanggungjawaban. Berbagai

macam peraturan / ketentuan yang berhubungan dengan pengoperasian kapal

antara lain:

a. STCW 1978 ( Amandemen 1995)

b. SOLAS 1974 (Sejarah perkembangannya s/d konsilidasi 1992/1997)

c. COLREG 1972 (Resolusi IMO 1981)

d. MARPOL 1973/1978

e. Seluruh ketentuan yang terdapat didalam ketentuan hukum Maritim

f. ISM Code dan BTM

Perusahaan / Pemilik / Nahkoda dapat mengeluarkan perintah Instruksi

yang sifatnya tetap atau harian apabila diperlukan demi keselamatan, keamanan

dan ketertiban kapal.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana prosedur Jaga Laut, Jaga Pelabuhan dan Jaga Radio ?

2. Apa saja prinsip – prinsip tugas jaga di kapal ?

3. Apa saja standart - standart yang berkaitan dengan Tugas Jaga ?

C. Ruang Lengkap

Mengingat luasnya permasalahan dalam memaksimalkan pelaksanaan

disiplin kerja untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja maka dalam penulisan

makalah ini penulis membatasi pembahasan hanya pada ” KURANGNYA

TANGGUNG JAWAB MUALIM ATAU PERWIRA JAGA SAAT

2
MELAKUKAN DINAS JAGA ( LAUT, PELABUHAN, RADIO ) ” DI ATAS

KAPAL MV.FUYO 18 ’’

D. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui apa saja prinsip - prinsip tugas jaga di kapal.

b. Untuk mengetahui bagaimana prosedur jaga laut dan jaga pelabuhan.

c. Untuk mencari dan mengetahui apa saja standart - standart yang berkaitan

dengan tugas jaga.

2. Manfaat Penulisan

a. Manfaat bagi dunia akademik

1) Memperkaya pengetahuan bagi penulis sendiri khususnya maupun

bagi para pelaut pada umumnya untuk mengetahui tentang Dinas Jaga

Kapal.

2) Sumbangsih kepada perpustakaan Akademi Maritim (AKMI) Suaka

Bahari Cirebon untuk menambah perbendaharaan buku bacaan.

b. Manfaat bagi dunia praktis

1) Memberikan sumbang saran pengetahuan dan pengalaman kepada

kawan-kawan satu profesi dalam meningkatkan dinas jaga kapal yang

pernah penulis dapatkan selama praktek di atas kapal MV.FUYO 18.

2) Sumbangsih kepada perusahaan pelayaran agar lebih memperhatikan

manajemen keselamatan kerja di semua kapalnya terutama mengenai

dinas jaga kapal.

3
E. Metode Penelitian

1. Metode pengumpulan data

a) Studi lapangan

Berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis selama

praktek di MV. FUYO 18 dalam kurun waktu 2018 sampai 2019 dengan

jabatan sebagai Cadet Deck.

b) Studi kepustakaan

Dalam metode kepustakaan ini, penulis mengambil data – data

dari berbagai sumber bacaan yaitu buku yang berkaitan dengan penulisan

makalah ini serta buku yang ada di perpustakaan Akademi Maritim

(AKMI) Suaka Bahari Cirebon dan website terutama yang berkaitan

dengan dinas jaga di atas kapal yang sangat membantu sebagai landasan

teori dan pedoman di dalam mengumpulkan data.

2. Metode analisis data

Metode yang digunakan penulis melalui pengalaman dan melakukan

pengamatan langsung selama berada di atas kapal, kemudian di analisa dengan

metode penelitian deskriptif yaitu penelitian yang terbatas pada usaha

mengungkapkan fakta saja dan dilakukan dengan menjelaskan serta

menggambarkan variabel masa lalu dan sekarang.

4
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori

1. Prinsip Umum Tugas Jaga

a. Pengaturan Tugas Jaga di Kapal oleh Nahkoda meliputi:

1) Tugas Jaga Laut

2) Tugas Jaga Pelabuhan

3) Tugas Jaga radio

Menentukan komposisi petugas jaga termasuk bawahan yang ikut

serta, beberapa faktor dibawah ini harus menjadi pertimbangan :

1) Anjungan tidak pernah ditinggal kosong

2) Keadaan cuaca, jarak tampak siang maupun malam

3) Penggunaan dan kondisi operasional peralatan navigasi

4) Apakah dilengkapi kemudi otomatis

5) Kamar mesin yang tidak di jaga ( Unmanned )

6) Keadaan khusus yang mungkin terjadi, sehubungan dengan operasi kapal

yang tidak sebagai mana biasanya;

2. Komposisi Tugas Jaga.

Komposisi tugas Jaga menjamin dilaksanakan pengamatan secara terus

menerus dan cermat. Nahkoda perlu mempertimbangkan berbagai faktor dalam

menyusun komposisi tugas jaga navigasi:

a) Jarak tampak, keadaan laut dan cuaca;

b) Kepadatan lalu lintas dan kegiatan-kegiatan yang sedang dilakukan di

perairan dimana kapal berlayar (latihan perang, pengerukan, pemasangan

kabel laut, dll);

5
c) Seberapa besar perhatian yang diperlukan jika berada di atau dekat bagan

pemisah (separation scheme);

d) Banyak pekerjaan yang harus dilakukan di anjungan berkaitan fungsi-fungfi

kapal dan olah gerak yang mungkin harus dilakukan dengan segera;

e) Kebugaran (fitnes) masing-masing personil yang ikut tugas jaga ;

f) Pengetahuan dan kepercayaan diri secara proporsional dari para perwira

jaga;

g) Pengalaman masing-masing perwira dan tingkat pengenalan terhdap setiap

peralatan navigasi, prosedur yang ada serta kemampuan olah gerak kapal;

h) Kegiatan yang dilakukan di kapal pada saat termasuk kesibukan komunikasi

Radio dan kemudahan mendapat bantuan tenaga segera datang ke anjungan

bila diperlukan;

i) Status operasional dari alat-alat di anjungan termasuk alat kontrol dan alarm;

j) Karakteristik olah gerak kapal termasuk karakteristik baling-baling dan

kemudi

k) Ukuran kapal dan besarnya sudut pandang dari tempat pengamatan;

l) Penataan anjungan yang mungkin mempengaruhi kemampuan deteksi

seorang pengamat terhadap setiap perkembangan situasi yang terjadi;

m)Setiap standard atau ketentuan atau prosedur serta petunjuk berkaitan dengan

pelaksanaan jaga yang telah ditetapkan oleh IMO (misal ISM Code).

3. Nahkoda memimpin, mengarahkan dan membimbing para Perwira Tugas Jaga

dibawah pengaruh dan bimbingan Nahkoda, para perwira melaksanakan tugas

jaga navigasi dan ikut bertanggung jawab atas keselamatan pelayaran selama

tugas jaga, pencegahan tubrukan dan kandas.

6
4. Perlindungan Lingkungan Laut (Protection of Marine Enviroment)

a. Setiap anggota tugas jaga harus memahami dan menyadari sepenuhnya,

akibat yang timbul apabila terjadi pencemaran;

b. Untuk itu harus mengambil setiap tindakan pencegahan terhadap terjadinya

pencemaran;

c. Tindakan pencegahan pencemaran mengacu pada peraturan-peraturan

internasional dan peraturan nasional / setempat yang berlaku. (MARPOL –

73/78).

5. Look – Out (pengamatan)

a. Pelaksanaan harus selalu dilaksanakan terutama untuk memenuhi aturan 5

Colreg 72 :

1) Senantisa waspada secara visual maupun pendengaran dan dengan segala

cara lain terhadap setiap perubahan situasi;

2) Membuat penilaian tepat terhadap situasi dan resiko tubrukan , kandas

dan bahaya-bahaya navigasi lainnya;

3) Mendeteksi adanya kapal-kapal dan orang-orang didalam keadaan

marabahaya, kerangka kapal dan bahaya navigasi lainnya;

b. Petugas pengamat harus dapat sepenuhnya melaksanakan tugas tanpa

dibebani tugas-tugas lain yang dapat mengganggu pelaksanaan tugas

pengamatan;

c. Pemegang kemudi yang sedang bertugas tidak dapat ditugasi sebagai

pengamat, kecuali untuk kapal kecil, dimana posisi pengemudi tidak

terhalang oleh bangunan kapal;

d. Perwira jaga dapat melakukan jaga sendiri di siang hari, apabila:

1) Situasi yang ada telah diyakini dalam keadaan aman;

7
2) Faktor-faktor yang relevan telah benar-benar dipertimbangkan ,

antara lain: keadaan cuaca, jarak nampak, kepadatan lalu lintas,

bahaya-bahaya navigasi yang ada, bagan pemisah;

3) Bantuan petugas jaga dapat segera diperoleh.

Pengamatan dilakukan secara keliling dan layak, dengan senantiasa

waspada menggunakan penglihatan, pendengaran dan sarana yang tersedia

di kapal.

Setiap pengamat atau orang yang ditunjuk sebagai pengamat harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. bertanggung jawab terhadap tugasnya/disiplin.

2. dapat dengan cepat membaca/mengantisipasi keadaan (situsi) atau

perubahannya untuk melakukan tindakan yang cepat dan tepat demi

keselamatan kapal (tangkap).

3. megerti dan dapat menempatkan diri terhadap keadaan serta kesulitan

orang lain, saling membantu (tanggon).

4. sehat jasmani dan rohani

5. memiliki kemampuan dan pengetahuan sesui tugas dan kewajibannya.

6. tidak dibebani oleh tugas-tugas lain yang dapat mengganggu pelaksanaan

tugas jaga. Dengan kata lain, memiliki ”kebiasaan/kecakapan pelaut”

yang baik.

B. Definisi

Dari hasil penelitian pada para korban akibat kecelakaan di laut seperti

tubrukan, kandas dan sebagainya sering terungkap bahwa faktor penyebab

utamanya adalah kegagalan untuk memelihara kewaspadaan yang baik dan

kelemahan pada organisasi anjungan (termasuk di dalamnya organisasi Dinas jaga).

8
Berbagai peraturan dan penyelesaian yang disetujui oleh para wakil dari

Organisasi Maritim Internasional (International Maritime Organization/IMO)

dimaksudkan untuk membantu para pelaut dalam memenuhi tugas-tugas jaga

mereka dengan seksama.

Sebagai dasar dari penjelasan tentang tugas jaga dalam modul ini adalah

berpedoman pada Konvensi Internasional untuk Standard of Training Certification

and Watchkeeping for Seafarers (STCW 1978 Amandemen 1995) yaitu suatu

badan internasional yang berwenang untuk subyek itu.

Istilah jaga menurut kamus berarti melihat dengan cermat atau waspada.

Dalam tugas jaga laut, istilah ini berarti tugas yang biasanya berlaku selama empat

jam. Tugas jaga harus dilaksanakan secara :

a. Cermat yaitu menyatakan atau memberikan perhatian penuh dan mengawasi

dengan waspada atau menjaga kapal dengan seksama.

b. Awas berarti penjagaan dengan terus menerus dan sangat hati-hati karena

suatu alasan atau tujuan yang pasti, terutama untuk melihat dan menghindari

bahaya tubrukan.

c. Waspada mengandung pengertian tentang penekanan pada suatu keadaan

sangat siaga dan siap untuk bertindak mengatasi apapun yang akan terjadi.

Sebagai contoh dapat dilihat tabel daftar jaga di bawah ini :

Petugas kamar
Regu Jam jaga Nama jaga Petugas dek
mesin
1 04.00 – Jaga subuh Mualim I dengan juru mudi dan AMK I dengan

08.00 Jaga sore panjarwala juru minyak

16.00 –

20.00
2 08.00 – Jaga pagi Mualim III dengan juru mudi dan AMK III dengan

9
12.00 Jaga malam panjarwala juru minyak

20.00 –

24.00
3 00.00 – Jaga tengah Mualim II dengan juru mudi dan AMK II dengan

04.00 malam panjarwala juru minyak

Jaga siang

12.00 –

16.00

BAB III

PEMBAHASAN

10
A. Objek Penelitian

MV.Fuyo 18 adalah kapal jenis Cement Carrier (Cargo Curah) yang

dimiliki oleh PT.Andalas Bahtera Baruna (ABB) dimana penulis mengadakan

penelitian terhadap Perwira dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari terutama

berdinas jaga di atas kapal. Perusahaan pelayaran ini telah mengikuti Safety

Management System ( SMS ) sejalan dengan ISM – Code.

Kapal kargo curah atau kapal bulker adalah kapal untuk dagang yang

dirancang untuk mengangkut kargo curah unpackaged, seperti contoh batu bara

dan semen. Adapun kelebihan dari kapal ini mempunyai daya angkut yang besar.

Kapal pengangkut barang curah merupakan kapal barang yang berfungsi

untuk mengangkut barang - barang seperti batu bara, semen, biji - bijian, bijih

logam, dan sebagainya di dalam sel - sel / rongga - rongga kargo yang terpisah.

Kapal ini memiliki spesifikasi mengangkut muatan curah. Dikatakan curah

karena cara meletakkan muatan dengan cara mencurahkan / menuangkan butiran /

biji - bijian. Produk muatan yang berbentuk curah terdiri dari berbagai macam.

Berdasarkan jenis muatannya kapal bulk carrier terbagi atas beberapa kelompok :

1. Grain carrier zzzz9biji tumbuh - tumbuhan)

2. Ore carrier (biji tambang)

3. Coal carrier (disingkat : collier) atau muatan batu bara

4. Oil - ore carrier, muatan yang diangkut batu bara dan minyak secara

bergantian

5. Coal - oil carrier, memjuat batu bara dan bijih besi secara bergantian

B. Analisis dan Pembahaan

1. Analisis

11
a. Kurangnya pengawasan pelaksanaan dinas jaga

Dari permasalahan ini penulis menganalisa penyebab – penyebabnya

yaitu:

1) Kurangnya pengetahuan pengawas terhadap prosedur dinas jaga yang benar

Dengan masih kurang memadainya bimbingan yang biasa perusahaan

lakukan terhadap perwira yang akan bekerja di kapal – kapalnya, yang pada

umumnya hanya terbatas pada cara membuat laporan harian, laporan

bulanan dan sistem perencanaan perawatan kapal (Planned Maintenance

System). Tetapi tidak disertai dengan yang menyangkut manajemen

keselamatan kerja dan penegasan mengenai pentingnya perhatian dan

pengawasan yang cukup dalam pelaksanaan Manajemen Keselamatan Kerja

(Safety Awareness & Safety Concern) yang harus dilakukan oleh pimpinan

maupun perwira – perwiranya terutama oleh safety officer sebagai ship

safety officer di atas kapal.

Apalagi perwira – perwira kapal tersebut tidak serius untuk membaca

atau mempelajari buku – buku petunjuk yang ada di kapal dari perusahaan

maupun dari pencharter sesuai dengan yang telah di anjurkan oleh

perusahaan dan pencharter sebagai bahan pengetahuan saat pengawas

melakukan tugasnya. Dengan tidak memadainya pembinaan tersebut diatas

membuat Safety Officer dan perwira–perwira lainnya kurang pemahaman

tentang cara pengawasan terhadap pelaksanaan keselamatan kerja.

2) Kurang tegasnya pengawasan Manajemen Keselamatan Kerja oleh

pengawas ( perwira jaga )

Masih ada perwira – perwira di atas kapal, khususnya Safety Officer

yang tidak mau serius membaca atau mempelajari buku –buku petunjuk

12
mengenai manajemen keselamatan kerja yang harus dilaksanakan di kapal

dari perusahaan. Mereka tidak pernah tahu bahkan tidak pernah

melaksanakan manajemen keselamatan kerja yang benar sesuai kebijakan

perusahaan.

Ada diantara para perwira yang telah membaca buku – buku petunjuk

dari perusahaan tersebut, bahkan telah berpengalaman di bidangnya, akan

tetapi mereka melaksanakannya hanya sebatas laporan lembar kerja. Tetapi

tidak melaksanakannya secara nyata, karena kebanyakan mereka

beranggapan hanya membuang – buang waktu dan menambah kegiatan saja.

Sebab pekerjaan yang akan dikerjakan sudah berulang – ulang dikerjakan

selalu lancar dan aman yang membuat mereka lalai dari tanggung jawab

sebagai pengawas terhadap keselamatan kerja.

Kebiasaan melakukan suatu pekerjaan dengan jalan pintas dan tidak

mengikuti manajemen keselamatan kerja yang ada agar pekerjaan dapat

cepat selesai, tidak membuang – buang waktu tanpa memikirkan segi

keselamatannya sehingga dapat mengakibatkan kecelakaan.

b. Kurangnya sosialisasi manajemen keselamatan kerjadi atas kapal

Dari permasalahan ini penulis menganalisa penyebab – penyebabnya

yaitu:

1) Kurangnya pemahaman manajemen keselamatan kerja oleh Mualim I

( Perwira Manajemen )

Kurangnya pemahaman prosedur keselamatan kerja dikarenakan

kurangnya sosialisasi pada saat akan bekerja di atas kapal. Menurut SMS

manual yang ditetapkan oleh perusahaan, sosialisasi harus dilakukan selama

dua hari sebelum serah terima jabatan antara ABK lama dan baru. Namun

13
yang sering terjadi di atas kapal sosialisasi dilakukan tidak sampai 1 hari,

dikarenakan mobilitas yang tinggi atau jadwal pelayaran yang sangat padat.

Sehingga ABK baru tersebut tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan

sosialisasi mengenai semua sistim dari prosedur yang ada, manajemen

tersebut mengenai keselamatan kerja, tugas – tugas serta tanggung jawab

ABK selama bekerja di atas kapal dan peraturan–peraturan sesuai dengan

kebijakan perusahaan.

Dampak dari kurangnya sosialisasi mengenai manajemen

keselamatan kerja terhadap ABK membuat ABK baru tersebut tidak

mengetahui tugas dan tangung jawabnya serta tidak menyadari pentingnya

keselamatan kerja sehingga ABK mengabaikan manajemen keselamatan

kerja.

2. Pembahasan

a. Prosedur Dinas Jaga

1. Jaga Laut

Pada umumya dilaksanakan pada saat kapal sedang berlayar.

Diutamakan dalam menghadapi bahaya navigasi dan bahaya tubrukan,

namun tidak mengabaikan bahaya-bahaya yang lain.

a) Tugas Jaga Laut dilakukan di anjungan kapal

b) Regu jaga terdiri dari:

1) Perwira tugas jaga

/officer of the watch

(OOW)

2) Juru mudi jaga

3) Pengawas/Panjarwala

14
Jumlah dan komposisi personil didalam regu jaga disesuikan

oleh faktor-faktor yang ada.

a. Pengaturan tugas jaga

1) Jam jaga diatur sebagai berikut:

00.00 – 04.00 (larut malam)

04.00 – 08.00 (dini hari)

08.00 – 12.00 (pagi hari)

12.00 – 16.00 (siang hari)

16.00 – 20.00 (sore hari)

20.00 – 24.00 (malam hari)

2) Pengaturan petugas jaga, khususnya perwira, tugas jaga

diserahkan sepenuhnya kepada Nahkoda.

Contohnya :

1st Officer (dini hari/sore hari)

2st Officer (larut malam/siang hari)

3st Officer (pagi hari/malam hari)

b. Pelaksanaan tugas jaga

1) Tugas jaga Navigasi

2) Tugas jaga menghadapi bahaya tubrukan

3) Tugas jaga pada berbagai macam keadaan (situasi) dan daerah

pelayaran.

4) Tugas jaga mendampingi Pandu.

c. Serah Terima Tugas Jaga

15
Pertukaran jaga dilakukan, dengan menyerah terimakan jaga

dari perwira jaga lama kepada penggantinya, perwira jaga yang beru

akan dibangunkan ½ jam sebelumnya. Setelah berada dianjuangan

harus melihat haluan kapal, lampu suar, perintah Nahkoda,

membiasakan diri dengan situasi yang perwira yang diganti

menyerahkan jaganya dengan memberikan informasi yang diperlukan

seperti posisi terakhir, cuaca, kapal lain dan hal-hal lain yang

dianggap perlu.

Sebagai catatan perwira jaga setelah selesai jaganya diwajibkan

meronda kapal terutama pada malam hari misalnya pemeriksaan

peranginan palka, kran-kran air, cerobong asap, lashingan muatan dan

lain-lain.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat serah terima jaga:

1) Tidak menyerahkan tugas jaga kepada orang yang tidak

mampu/sakit dll, dalam hal ini Nahkoda diberitahu;

2) Perwira pengganti harus yakin bahwa anggotanya benar-benar

siap / mampu melaksanakan tugas jaga dengan baik.

3) Semua petugas pengganti jaga telah menyesuaikan diri dengan

kegelapan (malam hari), apabila belum, tidak boleh mengambil

alih tugas jaga.

4) Perwira pengganti telah yakin tentang berbagai hal yang harus

diketahui:

a) Perintah-perintah umum dan perintah khusus dari

Nahkoda berkaitan dengan Navigasi kapal;

b) Posisi, haluan, kecepatan dan draft kapal;

16
c) Arus, cuaca jarak tampak dan pengaruh terhadap haluan

dan kecepatan;

d) Prosedur penggunaan mesin induk, jika sistem yang

digunakan adalah brigge control untuk olah gerak:

1) Peralatan Navigasi dan alat-alat keselamatan yang

sedang digunakan dan akan digunakan selama tugas

jaga;

2) Kesalahan kompas gyro dan kompas magnit

3) Gerakan kapal-kapal lain yang ada disekitar

4) Bahaya-bahaya atau gangguan-gangguan yang dapat

terjadi selama tugas jaga.

5) Kemungkinan terjadinya efek kemiringan kapal,

trim, berat jenis air, dan squat sehubungan dengan

underkeel-clearance

5) Apabila telah tiba waktu serah terima jaga tetapi sedang

menghindari bahaya atau sedang mengolah gerak (merubah

haluan, merubah kecepatan) harus diselesaikan terlebuh dahulu

sampai bahaya telah lewat dan olah gerak telah selesai.

d. Melaksanakan Tugas Jaga Navigasi

Kewajiban-kewajibanPerwira Jaga Navigasi:

1. Tidak boleh meninggalkan anjungan sebelum diganti;

2. Terus melakukan tanggung jawab, walaupun nahkoda ada di

anjungan kecuali secara tegas Nahkoda mengambil alih;

3. Jika ragu-ragu terhadap apa yang akan dilakukan, segera

memberitahu Nahkoda;

17
4. Selalu memeriksa halau, posisi kecepatan dengan menggunakan

setiap peralatan yang sesuai;

5. Mengetahui sepenuhnya letak-letak alat-alat navigasi dan

pengoprasiannya serta keterbatasan alat-alat tersebut;

6. Menggunakan peralatan navigasi seefectif mungkin;

7. Tidak boleh diberi tugas lain yang dapat mengganggu

keselamatan navigasi.

8. Jika menggunakan radar, harus menngingat ketentuan-ketentuan

Colreg sehubungan dengan penggunaan radar;

9. Jika diperlukan tidak boleh ragu-ragu untuk menggunakan

kemudi, mesin dan semboyan bunyi;

10. Mengetahui sifat oleh gerak kapal, termasuk lingkaran putar dan

jarak henti, serta menyadari bahwa kapal-kapal lain mempunyai

sifat yang berbeda-beda;

11. Mencatat semua kegiatan berkaitan dengan navigasi dan olah

gerak;

12. Jika akan masuk kamar peta untuk kepentingan nafigasi, harus

merasa yakin bahwa keadaan tetap aman dan pengamatan tetap

dilaksanakan;

13. Melakukan pengujian alat-alat sebelum terjadi sesuatu yang

membahayakan dan sebelum sampai ditempat tujuan, juga

sebelum kapal berangkat;

14. Melakukan kompas standard diperiksa paling sedikit sekali

selama pereode jaga dan setiap perubahan haluan yang cukup

besar;

18
15. Kesalahan kompas standard diperiksa paling sedikit sekali selama

pereode jaga dan setiap perubahan haluan yang cukup besar;

16. Membandingkan kompas standard dan kompas gyro secara

berkala;

17. Kemudi otomatis selalu diuji secara manual paling sedikit sekali

selama pereode jaga;

18. Mematikan lampu-lampu navigasi dan lampu-lampu lain;

19. Peralatan komunikasi;

20. Peralatan kendali, indikator-indikator dan alarm selalu berfungsi

dengan baik;

Perwira tugas jaga Navigasi harus selalu mematuhi SOLAS 1974:

1. Mempertimbangkan untuk menempatkan seseorang untuk

mengganti kemudi otomatis dengan kemudi tangan dalam saat

yang tepat untuk mencegah bahaya yang akan timbul;

2. Pada waktu menggunakan kemudi otomatis tidak boleh

membiarkan situasi berkembang sampai pada tingkat yang

berbahaya sedangkan bantuan tidak dapat segera datang ke

anjungan.

Perwira Tugas Jaga Navigasi harus selalu:

1. Mampu menggunakan alat-alat navigasi electronic, jika

diperlukan dan megetahui segala keterbatasannya;

2. Menggunakan radar tiap kali diperkirakan akan berkurangnya

jarak tampak dan terus menerus di peraian ramai dengan

mengetahui segala keterbatasannya;

19
3. Menggunakan jarak jangkau radar yang memadai dan harus

selalu dirubah secara berkala, sehingga setiap sasaran dapat

dipantau sedini mungkin;

4. Melakukan plotting sedini mungkin;

5. Mengingat bahwa sasaran kecil dapat lolos dari pengamatan

radar;

6. Menyadari perum gema adalah alat yang sangat penting untuk

navigasi;

Perwira tugas jaga navigasi segera memberitahu Nahkoda apabila:

1. Terjadi atau diperkirakan akan terjadi berkurangnya jarak

tampak;

2. Ada kapal lain yang gerakannya memerlukan perhatian khusus;

3. Sulit mempertahankan haluan yang benar;

4. Tidak melihat benda darat atau bul atau tidak memperoleh hasil

pengukuran kedalaman air (sounding) pada waktu yang telah

diperkirakan;

5. Secara tidak terduga melihat benda darat atau bul atau terjadi

kelalaian hasil pengukuran kedalaman air (sounding);

6. Terjadi kerusakan mesin, telegrap, mesin kemudi, peralatan

penting lain untuk navigasi, sistem alarm bahaya dan indikator-

indikator;

7. Peralatan komunikasi tidak berfungsi

8. Cuaca buruk yang mengakibatkan kemungkinan sesuatu

kerusakan akan terjadi;

20
9. Menemui bahaya navigasi, misalnya gunung es atau kerangka

kapal;

10. Menghadapi setiap keadaan darurat.

e. Tugas Jaga Menghadapi Bahaya Tubrukan

Perwira jaga harus:

1) Mengussai dan memahami Peraturan Nasional untuk mencegah

tubrukan di laut (COLREG) 1972.

2) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan semua aturan dalam

COLREG 1972, (sesuai aturan 2)

3) Melaksanakan pengamatan (lok out) keliling yang layak (aturan

5)

4) Menggerakkan kapal dengan kecepatan aman (aturan 6)

5) Mengantisipasi dan mendeteksi adanya bahaya tubrukan serta

mengambil tindakan dengan cepat untuk menghindari bahaya

tubrukan.

f. Tugas jaga pada setiap keadaan dan daerah pelayaran (Watch keeping

under different condition and different area)

1) Cuaca baik:

a) Mengambil baringan secara berkala terhadap kapal-

kapal yang mendekat untuk mendeteksi adanya

bahaya tubrukan secara dini;

b) Senantiasa mengingat, bahwa resiko tubrukan masih

tetap ada, walaupun terjadi perubahan baringan , yaitu

terhadap kapal-kapal besar atau sedang digandeng;

21
c) Mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencegah

tubrukan, sesui Colreg 1972;

d) Memastikan bahwa tindakan yang diambil

memberikan hasil yang seperti yang diinginkan.

2) Tampak terbatas

a) Jika jarak nampak berkurang atau diperkirakan akan

berkurang, maka sesui Colreg 72, harus berlayar

dengan kecepatan aman dan menyiapkan mesin untuk

olah gerak, disamping itu:

1) Memberi tahu nahkoda;

2) Menempatkan pengamat dengan baik;

3) Menghidupkan lampu-lampu navigasi;

4) Mengoperasikan radar;

5) Membuat situasi di dek dalam keadaan tenang;

6) Kemudi otomatis segera diganti tangan;

7) Semboyan kabut.

b) Pada waktu hari mulai gelap, perwira jaga

meningkatkan pengamatan dengan menempatkan

pengamat, menyiapkan peralatan navigasi yang

diperlukan serta tindakan-tindakan pengamanan lain

yang diperlukan

c) Apabila kapal berlayar di dekat pantai, pergunakanlah

peta skala besar yang sesuai;

d) Menentukan posisi secara berkala dan sesering

mungkin , dengan menggunakan dengan tidak hanya

22
satu cara

e) Perwira jaga harus dapat mengindentifikasi setiap

benda navigasi (landmark)yang relevan dan ada bi

peta.

3) Kapal berlabuh jangkar

Jika diperlukan, nahkoda menetapkan untuk

dilaksanakan jaga navigasi secara rerus menerus (jaga Laut),

bukan jaga pelabuhan;

a) Segera setelah selesai berlabuh, tentukan possisi kapal pada

peta yang sesuai;

b) Perwira jaga memeriksa posisi kapal secara berkala, apakah

tidak berubah dan tidak hanyut;

c) Jika kapal hanyut, lakukan langkah-langkah yang perlu dan

lapor nahkoda secepatnya;

d) Memeriksa seluruh kapal (ronda keliling);

e) Memeriksa cuaca dan arus serta pasang surut, serta

mengamati keadaan laut.

f) Tanda-tanda siang hari dan malam hari’

g) Memastikan bahwa kesiapan mesin induk dan mesin-mesin

lain pada keadaan yang sesuai dengan pesan nahkoda;

h) Pastiakan bahwa lampu-lampu tanda berlabuh jangkar atau

tanda-tanda siang hari terpasang dengan benar;

i) Melakukan langkah-langkah pencegahan pencemaran sesuai

dengan peraturan yang berlaku.

4) Keadaan cuaca berkabut

23
Pengamat harus ditingkatkan dengan cara:

a) Memperhatikan semboyan bunyi dari kapal lain dan

memperkirakan ada atau tidaknya bahaya pelayaran.

b) Megadakan pengamatan terus-menerus sampai

kemungkinan adanya bahaya pelanggaran berlalu

c) Membunyikan semboyan bunyi bila ada perintah dari

perwira jaga .

d) Menyalakan lampu navigasi

5) Didaerah bagan pemisah lalu lintas

a) Menerima petugas tambahan untuk memegangi

kemudi tangan ;

b) Meningkatkan pengamatan keliling terutama pada:

a. Kapal karena keadaannya sulit berolah gerak

(kapal kerja, kapal survey)

b. Kapal terkungkung oleh saratnya (kapal VLOC)

c. Kapal-kapal ikan dan kapal-kapal yang tidak

dapat di olahgerak (rusak)

6) Didaerah musim dingin

a) Perhatikan hujan salju, bila sudah menumpuk di dek

kapal mengganggu stabilitas kapal;

b) Memberitahukan petugas untuk membersihkan dek

dari salju;

c) Perhatikan gunung es dan bongkahan es yang hanyut.

g. Tugas Mendampingin Pandu

1) Pandu harus membawa nota / kartu persetujuan

24
2) Harus di beritahukan kepada pandu letak alat-alat keselamatan

yang diperlukan untuk digunakan.

3) Rencana pelayaran, keadaan cuaca, pengaturan menyandarkan

kapal , penggunaan kapal tunda dan fasilitas-fasilitas lain yang

tersedia harus dijelaskan oleh pandu dan dimengerti oleh semua

perwira dan nahkoda.

4) Gerakan kapal dan semua perintah-perintah pandu harus dipantau

dengan baik oleh nahkoda/perwira jaga.

5) Keberadaan pandu tidak mengambil tugas dan tangung jawab

perwira dan nahkoda.

6) Perwira, nahkoda dan pandu harus saling tukar informasi dan

bekerja sama;

7) Jika ada keraguan mengenai tindakan pandu, perwira atau nahkoda

meminta penjelasan kepada pandu.

2. Jaga Pelabuhan

Tugas dan Tanggung Tawab Perwira Jaga di Pelabuhan

(WATCKEEPING ON THE PORT). Perwia jaga diharuskan untuk selalu

berada di kapal dan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh juru

mudi atau panjarwala secara bergiliran dan pada waktu-waktu tertentu

harus melakukan perondaan keliling.

Secara umum tanggung jawab perwira jaga pelabuhan,

meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Menjaga keamanan kapal antara lain : pencurian, hanyut, kandas,

kebakaran dan lain-lain.

2. Menjalankan perintah nahkoda antara lain: standing order, tingkat

25
order yang sifatnya umum atau khusus.

3. Menjalankan perintah / ketentuan yang berlaku antara lain:

pemasangan penerangan, mencegah polusi air / udara, memasang

bendera / semboyan yang diharuskan serta mengikuti peraturan

Bandar.

Petugas jaga di pelabuhan terdiri dari: perwira tugas jaga

dibantu oleh juru mudi dan panjarwala / kelasi jaga dan selalu berada di

kapal.

a. Memimpin mengkoordinir regu jaga;

b. Menjaga keamanan terhadap: pencurian, kebakaran,

c. pencemaran, kerusakan, kecelakaan, kapal hanyut, kapal

d. kandas dan sebagainya;

e. Menjalankan peraturan dan ketentuan yang berlaku;

f. Melaksanakan perintah instruksi perusahaan maupun

g. dari nahkoda (Standing order, bridge order, dll)

h. Melapor kepada nahkoda apabila terjadi hal-hal yang

i. luar biasa (ragu-ragu).

j. Mampu melaksanakan tugas jaga pada saat kapal sedang berlabuh

jangkar, sandar di dermaga, terkepil pada pelampung kepil, berolah

gerak, bongkar muat dan menerima / menurunkan pandu.

k. Mengambil tindakan yang cepat dan tepat bila situasi

l. mengharuskan untuk keamanan kapal.

m. Mempersiapkan kapal berangkat ship’s condition.

Pelaksanaan tugas jaga di pelabuhan:

26
1. Kapal sedang berlabuh jangkar

2. Kapal sedang sandar di dermaga dan kapal terkepil pada pelampung

kepil.

3. Kapal sedang berolah gerak:

a. tiba di pelabuhan

b. berangkat dari pelabuhan

4. Kapal sedang melakukan bongkar muat

5. Kapal sedang menerima / menurunkan pandu

Tugas dan Tanggung Jawab Perwira Jaga saat Kapal Pelabuhan

Jangkar:

a) Mengontrol keliling kapal terhadap perahu-perahu pencuri, maupun

bahaya-bahaya lain.

b) Memeriksa posisi jangkat setiap saat, apakah jangkar meggaruk,

khususnya pada cuaca buruk, angin keras.

c) Menyalakan penerangan yang sesuai bagi kapal berlabuh pada

malam hari, dan memasang bola jangkar pada siang hari serta

memberikan isyarat bunyi dalam tampak terbatas.

d) Meronda peranginan palka, kran-kran air, lashing muatan, cerobong

asap.

e) Membaca draft dan mencatat ship’s condition.

Tugas dan Tanggung Jawab Perwira Jaga Saat Kapal Sandar di

Dermaga / terikat di Pelampung Kepil:

a) Meronda keliling pada saat-saat tertentu pada bagian-bagian kapal.

b) Memperlihatkan pasang surut air pelabuhan

27
c) Memperhatikan tangga, tros-tros, serta memasang rat guard pada tali

kepil.

d) Melarang orang yang tidak berkepentingan naik ke kapal

e) Membaca draft dan mencatat ship’s condition

f) Mencegah polusi air maupun udara

3. Jaga Radio (Radio Watch)

a. Ketentuan Umum :

1) Pemerintah diwajibkan memberikan perhatian kepada peru

sahaan, Nahkoda dan operator radio di kapal, untuk mematuhi

setiap ketentuan yang berlaku untuk menjamin agar

pelaksanaan Jaga Radio secara aman selama kapal berlayar.

2) Didalam mematuhi ketentuan-ketentuan harus memperhatikan

Peraturan Radio (Radio Regulator) yang berlaku.

b. Pengaturan Jaga :

1) Didalam menetapkan pelaksanaan jaga radio, nahkoda Wajib :

a) Menjamin bahwa jaga radio dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan-ketentuan yang ada didalam radioregulator

dan Solas Convention.

b) Menjamin bahwa tugas-tugas utama didalam jaga radio

tidak terganggu oleh lalu lintas berita yang tidak relevan

dengan keselamatan pelayaran dan navigasi kapal.

c) Memperhatikan peralatan radio yang ada di kapal dan

kemampuan operasionalnya.

c. Pelaksanaan Jaga Radio :

1) Pada waktu melaksanakan tugas jaga radio, operator harus:

28
Menjamin bahwa radio berada pada frekwensi gelombang radio

yang ditetapkan didalam redio regulator dan Solas Convention.

2) Selama tugas jaga selalu memeriksa peralatan-peralatan yang

dipakai serta sumber tenaga dan memberi tahu nahkoda apabila

tidak berfungsi sebagaimana seharusnya.

3) Menyelenggarakan jurnal radio, sesuai dengan ketentuan Radio

Regulator dan Solas Convention, termasuk pada saat

komunikasi marabahaya (Radio Comunication during Distress):

a) Catatan ringkas mengenai komunikasi distress urgency dan

safety;

b) Kejadian penting berkaitan dengan pelayanan radio;

c) Posisi kapal, paling tidak satu kali dalam sehari;

d) Catatan ringkas tentang keadaan peralatan radio termasuk

sumber tenaga yang dipergunakan.

4) Buku catatan radio harus selalu dipelihara sehubungan dengan

komunikasi marabahaya ( distess ) dan selalu siap diperiksa

oleh Nahkoda, selalu siap diperiksa oleh petugas yang

berwenang dari pemerintah yang berkaitan ( flag state dan port

state ).

5) Standart - standart yang berkaitan dengan tugas jaga

a. Fitnes (kebugaran) untuk menjalankan bertugas

1) Semua orang yang ditunjuk untuk menjalankan tugas

Sebagai perwira yang melaksankan suatu tugas jaga, atau

sebagai petugas bawahan yang ambil bagian dalam suatu

29
tugas jaga harus diberi waktu istirahat paling sedikit 10

jam setiap pereode 24 jam

2) Jam-jam istirahat ini hanya boleh dibagi paling banyak

menjadi 2 pereode istirahat yang salah satunya paling

sedikit tidak kurang dari 6 jam.

3) Persyaratan untuk pereode istirahat yang diuraikan

didalam paragraf 1 dan paragraf 2 di atas, tidak harus di

ikuti jika terjadi sesuatu situasi darurat atau situasi

latihan atau terjadi kondisi-kondisi operasional yang

mendesak.

4) Meskipun adanya ketentuan-ketentuan paragraf 1 dan

paragraf 2 di atas, tetapi pereode minimum 10 jam

tersebut dapat dikurangi menjadi paling sedikit 6 jam

berturut-turut asalkan pengurangan semacam ini tidak

lebih dari 2 hari, dan paling sedikit harus ada 70 jam

istirahat selama pereode 7 hari.

5) Pemerintah-pemerintah yang bersangkutan harus

menetapkan agar jadwal-jadwal jaga ditempatkan pada

tempat-tempat yang mudah dilihat.

6) Pengaturan tugas jaga dan prinsip - prinsip yang harus

diperhatikan

1) Sertifikasi

a) Perwira yang melaksanakan tugas jaga navigasi atau

tugas jaga dek harus memenuhi syarat sesuai dengan

ketentuan-ketentuan didalam Bab II atau Bab VII

30
tentang tugas-tugas yang berkaitan dengan jaga

navigasi atau tugas jaga dek.

b) Perwira yang bertugas jaga mesin harus memenuhi

syarat sesuai dengan ketentuan-ketentuan di dalam

Bab III atau Bab VII tentang tugas-tugas yang

berkaitan dengan tugas jaga mesin.

4. Tugas Jaga di Laut

a.Prinsip yang berlaku untuk tugas jaga pada umumnya

1) Pihak-pihak peserta konvensi harus mengarahkan agar

perhatian perusahaan, nahkoda, kepala kamar mesin dan

personel tugas jaga, ditujukan pada prinsip-prinsip dibawah ini,

yang harus diperhatikan untuk menjamin bahwa pelaksanaan

tugas jaga secara aman selalu terpelihara

2) Nahkoda setiap kapal wajib menjamin bahwa pengaturan

petugas jaga telah memadai untuk selalu melaksanakan secara

aman. Dibawah pengaturan nahkoda, perwira-perwira tugas

jaga bertanggung jawab melaksanakan navigasi secara aman

selama pereode tugas jaga masing-masing.

3) Melalui musyawarah dengan nahkoda, kepala kamar mesin

wajib menjamin bahwa pengaturan tugas jaga telah memadai

untuk memelihara suatu tugas jaga mesin yang aman.

b. Perlindungan Lingkungan Laut

Nahkoda, perwira dan bawahan harus menetahui akibat

serius dari pencemaran karena operasional atau pencemaran

karena kecelakaan bagi lingkungan laut, dan harus menjaga

31
kecermatan untuk mencegah pencemaran, terutama sesuai

dengan peraturan-peraturan internasional dan peraturan-

peraturan yang berlaku disuatu pelabuhan.

c. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan suatu

tugas jaga navigasi.

Perwira yang bertugas jaga navigasi merupakan wakil nahkoda,

dan terutama selalu bertanggung jawab atas navigasi yang aman, dan

mematuhi peraturan internasional pencegahan tubrukan di laut antara

lain:

1) Pengamatan ( Look-Out )

a) Suatu pengamatan yang baik harus selalu dilaksanakan

sesuai dengan aturan 5 peraturan internasional

Pencegahan Tubrukan di Laut, 1972 dan harus sesuai

dengan tujuan untuk :

1. Menjaga kewaspadaan secara terus menerus

dengan penglihatan dan pendengaran dan

dengan sarana lain yang ada. Sehubungan

dengan setiap perubahan penting dalam hal

suasana pengoperasian;

2. Memperhatikan sepenuhnya situasi-situasi dan

resiko-resiko Tubrukan, kandas dan bahaya

navigasi lain;

3. Mendeteksi kapal-kapal atau pesawat terbang

yang sedang dalam bahaya, orang-orang yang

32
mengalami kecelakaan kapal, kerangka kapal

dan bahaya-bahaya lain yang mengancam

navigasi.

b) Petugas pengamat harus mampu memberikan perhatian

penuh untuk menjamin suatu pengamatan yang baik,

dan tidak boleh diberikan tugas lain kepada seorang

pengamat karena dapat mengganggu pelaksanaan

pengamatan.

c) Tugas seorang pengamat dan tugas seorang pemegang

kemudi harus terpisah, dan pemegang kemudi tidak

boleh merangkap atau dianggap merangkap tugas

pengamatan kecuali pada kapal-kapal kecil dimana

pandangan kesegala arah tidak terhalang dari tempat

kemudi, dan tidak ada gangguan pandangan pada

malam hari. Perwira yang melaksanakan tugas jaga

navigasi dapat merupakan satu-satunya orang yang

melakukan pengamatan pada siang hari, asalkan :

1. Situasi yang ada telah diperhitungkan secara

cermat dan tidak diragukan lagi keamanannya.

2. Seluruh faktor yang relevan telah diperhitungkan

sepenuhnya, termasuk :

- keadaan cuaca

- jarak tampak

- kepadatan lalu lintas

- bahaya-bahaya navigasi

33
- perhatian yang perlu diberikan jika

sedang melakukan navigasi di dalam atau

di dekat jalur-jalur pemisah lalu lintas.

3. Bantuan secepatnya dapat diberikan ke anjungan

jika setiap perubahan situasi memang

memerlukannya.

d) Dalam menentukan bahwa komposisi tugas jaga

navigasi telah memadai untuk menjamin

dilaksanakannya pengamatan yang baik secara terus

menerus, nahkoda harus mempertimbangkan semua

faktor yang relevan, termasuk yang diuraikan di dalam

section kode STCW ini, dan juga faktor-faktor sebagai

berikut :

1) Jarak tampak, keadaan cuaca dan laut

2) Kepadatan lalu lintas dan aktifitas-aktifitas lain

yang terjadi di daerah dimana kapal sedang

melakukan navigasi

3) Perhatian yang perlu jika sedang melakukan

navigasi di dalam atau di dekat jalur-jalur

pemisah lalu lintas, atau langkah-langkah lain

yang berkaitan dengan penentuan rute.

4) Beban kerja tambahan yang disebabkan oleh

sifat fungsi kapal, oleh kebutuhan pengoperasian

yang bersifat mendadak dan olah gerak yang

diperkirakan harus dilakukan.

34
5) Kemampuan untuk menjalankan tugas setiap

anggota tugas jaga

6) Pengetahuan dan keyakinan kompetensi

profesional para perwira dan para awak kapal.

7) Pengalaman setiap perwira yang melakukan

tugas jaga navigasi, dan pengtahuan perwira

tugas jaga yang bersangkutan tentang peralatan,

prosedur-prosedur dan kemampuan olah gerak

kapal.

8) Kegiatan-kegiatan yang terjadi sewaktu-waktu,

termasuk kegiatan-kegiatan komunikasi radio

dan tersedianya bantuan secepatnya ke

anjungan jika diperlukan.

9) Kemampuan operasional instrumen-instrumen

dan alat-alat pengendali di anjungan, termasuk

sistem tanda bahaya.

10) Daun kemudi, baling-baling serta sifat olah

gerak kapal.

11) Ukuran kapal dan medan pandangan dari tempat

pengamat.

12) Tata ruang anjungan, sampai pada tingkat

dimana tata ruang yang bersangkutan mungkin

dapat menghalangi seorang awak kapal, yang

melakukan tugas jaga, dalam mendeteksi setiap

35
perkembangan situasi dengan penglihatan dan

pendengaran.

2) Pengaturan Tugas Jaga

Jika mengambil keputusan tentang komposisi tugas jaga

di anjungan, dan dapat termasuk bawahan yang memenuhi

syarat, faktor-faktor berikut harus di pertimbangkan :

a. Anjungan tidak pernah boleh ditinggalkan tanpa

seoarangpun menjaganya.

b. Kondisi cuaca, jarak tampak dan apakah siang atau

malam hari.

c. Adanya bahaya-bahaya navigasi yang dapat

memungkinkan perwira yang sedang melaksanakan

tugas jaga harus menjalankan tugas-tugas tambahan.

d. Penggunaan dan kondisi alat bantu navigasi seperti

radar atau alat-alat penentu posisi electronic, dan

peralatan lain yang mempengaruhi keamanan navigasi.

e. Apakah kapal yang sedang bersangkutan dilengkapi

dengan kemudi otomatis atau tidak.

f. Apakah ada tugas-tugas radio yang harus dilaksanakan.

g. Pengendali UMS (Unmanned Machinary Space/kamar

mesin yang tidak di jaga), tanda bahaya dan indikator

yang ada di anjungan, prosedur untuk penggunaannya

dan keterbatasannya.

36
h. Setiap kebutuhan luar biasa pada tugas jaga navigasi,

yang dapat terjadi karena keadaan khusus.

3) Serah Terima Tugas Jaga

a) Perwira pengganti harus menjamin bahwa

anggota-anggota tugas jaga yang membantunya

sepenuhnya mampu menjalankan tugas-tugas khususnya

berhubungan dengan penyesuaian diri dengan

pandangan di malam hari. Perwira pengganti tidak

boleh mengambil alih tugas jaga sebelum daya

pandangnya sepenuhnya telah menyesuaikan dengan

kondisi cahaya yang ada.

b) Sebelum mengambil alih tugas jaga,

perwira pengganti harus mendapat kepastian tentang

posisi yang sebenarnya atau posisi duga kapal dan harus

mendapat kejelasan tentang haluan dan kecepatan kapal.

Pengendalian UMS (Unmanned Machinary Space), dan

harus mencatat tentang kemungkinan bahaya navigasi

selama tugas jaganya.

c) Perwira pengganti harus memperoleh

kepastian dalam hal :

1) Perintah-perintah harian dan petunjuk-petunjuk

khusus lain dari nahkoda, yang berkaitan dengan

navigasi.

37
2) Posisi, haluan, kecepatan dan sarat kapal.

3) Gelombang laut pada saat itu atau yang

diperkirakan, arus laut, cuaca, jarak tampak dan

pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap haluan

dan kecepatan kapal.

d) Jika pada suatu saat perwira tugas jaga

navigasi harus diganti dalam keadaan sedang

melakukan olah gerak atau tindakan tertentu lain untuk

menghindari setiap bahaya yang sedang mengancam,

maka penggantian tugas jaga ini harus di tangguhkan

sampai tindakan atau olah gerak yang bersangkutan

telah selesai.

4) Melaksanakan Tugas Jaga Navigasi

a. Perwira yang melakukan tugas jaga navigasi harus :

1. Melaksanakan tugas jaga di anjungan

2. Sama sekali tidak pernah boleh meninggalkan

anjungan sebelum diganti.

3. Terus melakukan tanggung jawab navigasi

secara aman, meskipun nahkoda ada di

anjungan, kecuali jika diberi tahu secara khusus

bahwa nahkoda telah mengambil alih tanggung

jawab dan pemberitahuan harus saling

dimengerti.

38
4. Jika merasa ragu tentang tindakan apa yang

harus dilakukan demi keselamatan kapal, harus

memberitahu nahkoda.

b. Selama tugas jaga, haluan, posisi dan kecepatan kapal

harus diperiksa secara berkala, dengan menggunakan

setiap peralatan navigasi yang ada, untuk menjamin

bahwa kapal berada pada haluan yang telah

direncanakan.

c. Perwira tugas jaga harus memiliki pengetahuan penuh

tentang letak dan pengoperasian seluruh peralatan

navigasi yang ada, dan mengetahui dan

mempertimbangkan keterbatasan kemampuan

operasional peralatan yang bersangkutan.

d. Perwira yang bertanggung jawab dalam tugas jaga

navigasi tidak boleh merangkap atau diberi tugas-tugas

lain yang mengganggu keselamatan navigasi.

e. Perwira tugas jaga navigasi harus menggunakan seluruh

peralatan navigasi seefektif mungkin.

f. Jika menggunakan radar, perwira tugas jaga navigasi

harus selalu mengingat pada ketentuan-ketentuan yang

termuat didalam peraturan internasional pencegahan

tubrukan laut, sehubungan dengan cara menggunakan

radar.

g. Jika diperlukan perwira tugas jaga navigasi tidak boleh

ragu dalam menggunakan kemudi, mesin dan sistem

39
semboyan bunyi yang ada, tetapi pemberitahuan dalam

waktu yang tepat tentang perubahan kecepatan mesin

harus dilakukan, atau pengendalian secara efektif alat

kendali UMS (Unmanned Machinary Space) yang ada

di anjungan harus sesuai dengan prosedur-prosedur

yang berlaku.

h. Perwira-perwira tugas jaga navigasi harus mengetahui

sifat olah gerak kapal, termasuk jarak henti, dan harus

mempertimbangkan bahwa kapal-kapal lain memiliki

sifat olah gerak yang berbeda-beda.

i. Harus dilakukan pencatatan secara baik selama tugas

jaga, sehubungan dengan olah gerak dan aktifitas-

aktifitas yang berkaitan dengan navigasi.

j. Perwira tugas jaga harus selalu menjamin bahwa

pengamatan secara baik dilakukan terus menerus. Pada

kapal yang memiki kamar peta yang terpisah, perwira

tugas jaga navigasi boleh mengunjungi kamar peta ini

jika memang perlu untuk kepentingan tugas navigasi,

asalkan terlebih dahulu memastikan bahwa tidakannya

bersifat aman dan pengamatan tetap dilaksanakan.

k. Pengujian kemampuan operasional peralatan navigasi

harus dilakukan sesering yang dapat dilaksanakan dan

sesuai dengan situasi yang membahayakan. Pengujian-

pengujian semacam ini harus di catat, dan pengujian-

40
pengujian semacam ini juga harus dilakukan sebelum

tiba sebelum berangkat dari pelabuhan

l. Perwira tugas jaga navigasi harus melakukan

pemeriksaan tetap untuk menjamin bahwa :

1. Kemudi otomatis atau orang-orang yang

menjalankan kemudi tangan mengikuti haluan

yang benar.

2. Kesalahan pada standard kompas ditentukan

paling sedikit sekali setiap putaran tugas jaga,

dan setelah perubahan haluan yang cukup

besar: kompas standard dan kompas gyro sering

dibandingkan, dan repeater-repeater disamakan

dengan kompas induk.

3. Kemudi otomatis harus diuji secara manual

paling sedikit setiap satu putaran tugas jaga.

4. Lampu navigasi dan lampu isyarat dan

peralatan navigasi lain berfungsi dengan baik.

5. Peralatan radio berfungsi dengan baik sesuai

dengan paragrap 86.

6. Alat kendali UMS, tanda bahaya, dan indikator-

indikator berfungsi dengan baik.

m. Perwira tugas jaga navigasi harus ingat untuk selalu

mematuhi persyaratan-persyaratan SOLAS tahun 1974,

dia harus mempertimbangkan :

41
1. Keharusan untuk memempatkan seorang awak

kapal untuk mengemudikan kapal dan untuk

beralih ke kemudi tangan dalam situasi yang

mengijinkan guna memungkinkan

penanggulangan setiap kemungkinan bahaya

secara aman.

2. Bahwa kapal sedang menggunakan kemudi

otomatis, akan sangat berbahaya jika terus

membiarkannya berkembangnya situasi sampai

pada suatu tingkat dimana perwira tugas jaga

tidak memperoleh bantuan dan harus

menghentikan pelaksanaan pengamatannya

karena harus mengambil suatu tindakan darurat

tertentu.

5) Tugas jaga dalam kondisi-kondisi dan daerah-daerah yang

berbeda-beda

a. Cuaca baik

1. Perwira tugas jaga navigasi harus sering

melakukan baringan-baringan terhadap kapal-

kapal yang mendekat secara tepat, untuk

dijadikan petunjuk pendeteksian adanya resiko

tubrukan secara dini dan harus selalu ingat

bahwa resiko tubrukan masih ada meskipun

adanya perubahan baringan yang cukup besar,

khususnya jika sedang mendekati sebuah kapal

42
yang sangat besar atau sebuah kapal tunda, atau

jika sangat dekat dengan sebuah kapal lain.

Perwira tugas jaga harus mengambil tindakan

dini yang positif sesuai dengan peraturan

internasional pencegahan tubrukan dilaut tahun

1972 dan kemudian memastikan bahwa

tindakannya telah memberikan hasil yang

diinginkan.

2. Dalam cuaca baik dan kapanpun dapat

dilakukan, perwira tugas jaga navigasi harus

melakukan pengoperasian tugas radar.

b. Jarak nampak terbatas

Jika jarak tampak berkurang atau diperkirakan

akan berkurang, tanggung jawab pertama perwira tugas

jaga navigasi adalah menganut pada peraturan-peraturan

sesuai dengan peraturan internasional pencegahan

tubrukan dilaut tahun 1972, dengan perhatian khusus

pada isyarat kabut, melaju dengan kecepatan yang aman

dan menyiapkan mesin untuk melakukan olah gerak

setiap saat. Selain itu, perwira tugas jaga navigasi ini

juga harus :

1. Memberi tahu nahkoda

2. Menempatkan seorang pengamat yang baik

3. Menghidupkan lampu-lampu navigasi yang baik

4. Mengoperasikan dan menggunakan radar

43
c. Pada waktu gelap

Jika menyusun tugas pengawasan, nahkoda dan

perwira tugas jaga navigasi harus mempertimbangkan

peralatan yang ada dianjungan dan peralatan bantu

nafigasi yang siap digunakan beserta keterbatasan-

keterbatasannya, prosedur-prosedur dan kecermatan

yang harus dilakukan.

d. Perairan pantai dan perairan padat lalu lintas

1. Harus menggunakan peta yang mempunyai

skala terbesar dan sesuai dengan daerah yang

bersangkutan, dan harus dikoreksi sesuai

dengan informasi yang diperoleh paling akhir.

Penentuan posisi harus sering dilakukan dengan

berbagai macam cara.

2. Perwira tugas jaga navigasi harus

mengidentifikasi seluruh rambu-rambu navigasi

yang relevan secara benar.

e. Navigasi ketika sedang ada pandu diatas kapal

1. Meskipun adanya tugas-tugas dan kewajiban

seoarang pandu, tetapi keberadaan pandu diatas

kapal tidak mengganti tugas dan tanggung jawab

nahkoda dan perwira tugas jaga atas

keselamatan kapal. Nahkoda dan pandu harus

saling bertukar informasi dalam hal prosedur-

44
prosedur navigasi, kondisi setempat, dan sifat-

sifat kapal. Nahkoda dan / perwira tugas jaga

harus saling bekerja sama dengan pandu dan

memeriksa posisi dan gerakan kapal secara

akurat.

2. Jika terjadi keraguan tentang tindakan dan

maksud-maksud pandu, maka perwira tugas jaga

navigasi harus minta penjelasan dari pandu, dan

jika keraguan tetap berlanjut harus memberi tahu

nahkoda secepatnya dan mengambil tindakan

apa saja yang perlu sebelum nahkoda datang.

f. Kapal berlabuh jangkar

Jika nahkoda mempertimbangkan perlu suatu

tugas jaga navigasi harus terus dilakukan ketika sedang

berlabuh jangkar, ketika sedang berlabuh jangkar,

perwira tugas jaga harus :

1. Menentukan dan menggambar posisi kapal pada

peta sedini mungkin.

2. Jika situasi mengijinkan, melakukan

pemeriksaan dengan selang-selang waktu yang

memadai untuk memastikan bahwa kapal tetap

pada posisi labuh jangkar aman, dengan

memeriksa baringan-baringan rambu-rambu

navigasi permanen yang ada atau obyek-obyek

pantai yang ada.

45
3. Menjamin bahwa pengamatan yang baik terus

dilaksanakan.

4. Memastikan bahwa pemeriksaan kapal

dilakukan secara berkala.

5. Mengamati keadaan gelombang dan cuaca serta

keadaan laut.

6. Memberi tahu nahkoda dan mengambil langkah-

langkah yang perlu jika jangkar menggaruk atau

hanyut.

6) Tugas jaga di Pelabuhan

Prinsip-prinsip yang berlaku untuk semua tugas jaga :

1. Umum

Pada setiap kapal yang bersandar dengan aman sesuai

situasi-situasi normal dipelabuhan, nahkoda harus mengatur

agar tugas jaga yang memadai dan efektif tetap dijalankan

untuk tujuan keselamtan. Persyaratn-persyartan mungkin

dilakukan untuk jenis-jenis khusus sistem penggerak kapal

atau peralatan baru, untuk kapal-kapl yang membaya muatan

yang berbahaya, beracun atau mudah terbakar, atau jenis-jenis

khusus muatan lain.

2. Pengaturan Tugas Jaga

a) Pengaturan untuk melaksanakan tugas jaga dek

ketika kapal berada dipelabuhan harus selalu

memadai :

46
1. Menjamin keselamatan jiwa, pelabuhan

dan lingkungan, serta pengoperasian

seluruh peralatan yang berkaitan dengan

penaganan muatan.

2. Memperhatikan peraturan-peraturan

internasional, nasional dan setempat

3. Menjaga ketertiban dan rutinitas normal

kapal.

b) Nahkoda harus memutuskan komposisi dan lama

tugas jaga dek

c) Jika dipertimbangkan perlu olah nahkoda,

seoarang perwira yang memenuhi syarat harus

bertanggung jawab dalam tugas jaga dek.

d) Peralatan yang perlu hatus di atur sedemikian

rupa untuk menghaslkan tugas jaga yang

effisien.

e) Melalui musyawarah dengan nahkoda, kepala

kamar mesin harus menjamin bahwa pengaturan

tugas jaga mesin tetap memadai untuk

mempertahankan suatu tugas jaga mesin yang

aman dipelabuhan. Ketika memutuskan

pengaturan komposisi

f) Tugas jaga mesin, yang dapat melibatkan

bawahan-bawahan

C. Pemecahan Masalah

47
Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka penulis mencari dua

permasalahan utama yaitu :

a. Kurangnya pengawasan pelaksanaan manajemen keselamatan kerja

Kurangnya pengawasan dalam pelaksanaan manajemen keselamatan

kerja dapat menimbulkan adanya resiko bahaya kerja, karena tidak semua ABK

melaksanakan tugasnya dengan disiplin. Jadi harus selalu diawasi untuk

meminimalisir terjadinya resiko kecelakaan kerja.

b. Kurangnya sosialisasi manajemen keselamatan kerja di atas kapal

Kurangnya sosialisasi terhadap manajemen keselamatan kerja dapat

mengakibatkan terjadinya resiko kecelakaan kerja, karena awak kapal tersebut

tidak sepenuhnya memahami tugas dan tanggung jawabnya dalam hal

manajemen keselamatan kerja yang sesuai dengan prosedur.

Untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja, maka penulis mencari

pemecahan masalah atau solusi dalam rangka dinas jaga kapal di MV.FUYO 18

diantaranya yaitu sebagai berikut :

1) Kurangnya pengawasan pelaksanaan manajemen keselamatan kerja

Dari permasalahan tersebut diatas, penulis menganalisis dan mencari solusi

pemecahannya sebagai berikut:

a) Pelaksanaan sosialisasi kepada pengawas mengenai pelaksanaan

manajemen keselamatan

Pada waktu perekrutan Safety Officer maupun Anak Buah

Kapal sebelum naik ke kapal, pihak perusahaan bagian keselamatan

khususnya dalam hal ini adalah DPA dengan dibantu oleh Company

Safety Officer harus lebih meningkatkan lagi dengan waktu yang cukup

48
pensosialisasian dan pembinaan awal ( briefing ) terhadap Safety

Officer yang akan di tempatkan di kapal.

Di dalam pensosialisasian dan pembinaan awal pelaksanaan ISM

Code tersebut diutamakan kepada Safety Officer mengenai kebijakan –

kebijakan dalam pelaksanaan ISM Code di kapal yang salah satunya

adalah pelaksanaan SMS manual. Perusahaan harus menjelaskan

apakah itu SMS Manual, apakah itu prosedur – prosedur keselamatan

kerja, tujuan dan manfaatnya, menjelaskan bagaiman cara

melaksanakannya dan pengawasannya, serta cara membuat laporan

kerjanya, juga menjelaskan akibatnya kalau tidak melaksanakannya.

Tentu dengan langkah pensosialisasian dan pembinaan awal seperti ini

diharapkan agar bagi perwira kapal terutama kepada Chief Officer dan

Ship Safety Officer di atas kapal yang baru atau belum pernah

berpengalaman akan mengerti, bagi ABK yang telah berpengalaman

untuk mengingat kembali pelaksanaan ISM Code tersebut sehingga

dapat meningkatkan pengetahuan mereka sebagai pengawas terhadap

pengawasan pelaksanaan prosedur keselamatan kerja tersebut.

b) Pemberian sanksi kepada pengawas yang tidak tegas pada saat melakukan

tugas

Sanksi adalah perlakuan tertentu yang sifatnya tidak

mengenakkan atau menimbulkan penderitaan, yang diberikan kepada

pihak pelaku karena melakukan perilaku atau tindakan yang menyimpang.

Hukuman semestinya diberikan sebanding dengan kualitas penyimpangan

yang dilakukan. Pemberian hukuman tidak bisa dilakukan oleh sembarang

orang. Safety Officer yang tidak menjalankan tugas dengan baik

49
hendaknya diberi sanksi agar kelalaian dan kesalahannya tidak terjadi lagi

diwaktu yang akan datang.

Apabila sanksi berupa teguran atau peringatan yang diberikan

oleh Nakhoda masih tetap diabaikan oleh Safety Officer dan masih terus

ada kelalaian dan pelanggaran yang dilakukan Safety Officer atau crew

yang lain maka sanksi utama yaitu Nakhoda melaporkan crew tersebut ke

perusahaan.

Pihak Manajemen Perusahaan akan menegur langsung crew

yang bermasalah tersebut atau mengirimkan surat peringatan .Apabila hal

tersebut ternyata tidak dapat mengatasi masalah yang ada maka pihak

manajemen perusahaan memberikan sanksi penurunan crew itu sebelum

kontrak kerjanya habis.

Pemberian sanksi ini bertujuan agar tidak terjadi kesalahan

yang sama diwaktu yang akan datang, sehingga manajemen keselamatan

kerja dapat dipatuhi dan dijalankan dengan baik sehingga mencegah

resiko kecelakaan..

c) Kurangnya sosialisasi manajemen keselamatan kerja di atas kapal

Dari permasalahan tersebut diatas, penulis menganalisa dan

mencari solusi pemecahan sebagai berikut :

a) Pelaksanaan sosialisasi manajemen keselamatan kerja di atas

kapal

Sosialisasi sangat diperlukan bagi ABK yang akan

bekerja di atas kapal minimal 3 hari setelah di atas kapal.

Sosialisasi yang dilakukan tidak sampai 1 hari ternyata tidak

efektif bagi ABK yang akan joint diatas kapal. ABK yang baru

50
joint di atas kapal kurang mendapatkan sosialisasi karena

jadwal kapal yang padat.

Untuk mengatasinya ABK yang akan turun diikutkan

lagi di atas kapal untuk mendampingi ABK yang baru yang

akan menggantikan pekerjaannya. ABK yang lama memberi

pengarahan mengenai tugas – tugas yang harus dikerjakan,

tanggung jawab dan hal –hal lainnya yang berkaitan dengan

pekerjaan ABK yang lama tersebut. Pengarahan atau petunjuk

yang diberikan ABK lama bertujuan agar ABK yang baru

mengetahui dan mengerti manajemen kerja yang benar di atas

kapal.

Setelah itu, Nakhoda memberitahu kepada perusahaan

mengenai ABK lama yang masih mengikuti pelayaran

mendampingi ABK baru, agar diberikan bonus sesuai dengan

waktu tambahan selama di atas kapal. Selain itu, ABK baru

juga mendapat bimbingan dan pengarahan dari Safety Officer

dengan memberikan bimbingan dan pengenalan awal secara

bijaksana terhadap ABK yang baru naik kapal.

Safety Officer akan menjelaskan prosedur – prosedur

yang berlaku di atas kapal, tentang keselamatan kerja dan

peraturan – peraturan di kapal sesuai dengan kebijakan

perusahaan, termasuk pelaksanaan manajemen keselamatan

kerja. Safety Officer melaksanakan pengarahan secara rutin.

Pengarahan tersebut berupa sosialisasi manajemen keselamatan

kerja yang dikerjakan setiap dua kali dalam sebulan.

51
Sosialisasi ini bertujuan agar ABK dapat mengambil

pelajaran berharga, dimana dalam pengarahan tersebut Safety

Officer memberikan program yang berkaitan tentang

pentingnya keselamatan kerja. Program tersebut diantaranya

berupa pengarahan, pelatihan dan penayangan video – video

tentang manajemen keselamatan kerja yang apabila tidak

diterapkan dalam melaksanakan pekerjaan di atas kapal maka

akan menimbulkan bahaya dan resiko kecelakaan kerja.

Dengan meningkatkan sosialisasi manajemen

keselamatan kerja terhadap ABK di atas kapal dengan

memberikan pengarahan dari ABK lama dan bimbingan

prosedur keselamatan kerja dari Safety Officer. Hal tersebut

dapat memberikan pengetahuan tentang Manajemen

keselamatan kerja agar ABK dapat mengetahui dan mengerti

tugas dan tanggung jawabnya serta meningkatkan kesadaran

ABK akan pentingnya keselamatan kerja di atas kapal .

52
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dalam Bab III, maka penulis mengambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Keselamatan pelayaran ditentukan oleh berbagai faktor, dan salah satu faktor

yang memegang peranan penting adalah terselenggaranya tugas/dinas jaga

secara bertanggung jawab.

2. Tiga hal penting yang melekat pada tugas jaga adalah kecermatan, tingkat

pengawasan yang tinggi dan kewaspadaan yang maksimal.

3. Lokasi jaga di kapal adalah di dek/geladak sekeliling kapal. Petugas jaga tidak

diperkenankan meninggalkan lokasi tanpa seizin Perwira jaga.

4. Petugas jaga tidak boleh merangkap tugas-tugas lainnya kecuali atas perintah

Nakhoda atau Perwira Jaga.

5. Pembagian kelompok jaga ditentukan oleh Perwira jaga dan umumnya setiap

kelompok jaga bertugas selama empat jam, namun ketentuan ini tidak berlaku

jika kapal dalam keadaan darurat.

6. Hal-hal penting yang terjadi selama periode waktu jaga perlu ditulis di dalam

Buku/Jurnal Harian Dek.

53
7. Perhatian lebih/ekstra harus diberikan kepada muatan atau barang-barang di

kapal yang bersifat berbahaya, beracun atau mudah terbakar.

B. Saran

1. Hendaknya perusahaan memberikan sosialisasi kepada pengawas terhadap

pelaksanaan manajemen keselamatan kerja agar setiap pekerjaan di atas kapal

dilaksanakan sesuai manajemen keselamatan kerja dengan jalan pembinaan

awal setidaknya satu kali sebelum ditempatkan di atas kapal dan hendaknya

perusahaan meningkatkan rasa tanggung jawab pengawas terhadap

manajemen keselamatan kerja dengan melakukan pengarahan dan

meningkatkan pemahaman sebelum bekerja di atas kapal, serta kesadaran

terhadap pelaksanaan manajemen keselamatan kerja.

2. Hendaknya perusahaan memberikan sosialisasi dan pelatihan khusus tentang

pelaksanaan prosedur manajemen keselamatan kerja “Training before joint

Ship” agar pelaksanaan manajemen keselamatan di atas kapal dapat

terlaksana dengan baik dan dapat menghindari terjadinya kecelakaan diatas

kapal.

54
DAFTAR PUSTAKA

Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, jakarta. Jatim, Rozaimi, (2003)

Kodefikasi Manajemen Keselamatan Internasional (ISM CODE). Penerbit Yayasan

Bina Citra samudra Jakarta.

55
LAMPIRAN

LOADING AT PORT OF LOMBOK

56
SAILING AT SINGAPORE STRAIT

ACCOMODATION DAILY WORKING

PILOT ON BOARD CREW OF MV.FUYO 18

57
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Data Pribadi

Nama : Ricky Dermawan

Jenis Kelamin : Laki - laki

Tempat, Tanggal Lahir : Pekalongan, 12 September 1992

Kewarganegaraan : Indonesia

Status Perkawinan : Belum Menikah

Tinggi, Berat Badan : 164 cm, 68 Kg

Agama : Islam

Alamat Tinggal : Kandang Panjang. Kec.Pekalongan Utara.

Prov.Jawa Tengah. Kab.Pekalongan

Pendidikan Terakhir : ANT III - AKMI Suaka Bahari Cirebon

Telepn/Hp : 081261778303

E-mail : rickydarmawan175@gmail.com

Pendidikan Formal

1. SDN Bendan 01 Pekalongan : 2003 - 2009

2. SMP N 4 Pekalongan : 2009 - 2012

3. SMA N 2 Pekalongan : 2012 - 2015

4. Akademi Maritim (AKMI) Suaka Bahari Cirebon : 2015 - 2019

58
Pengalaman

1. Cadet Deck di MV.FUYO 18 selama 1 tahun

59

Anda mungkin juga menyukai