1972
DIKLAT PANDU
Capt. Yan Risuandi, M.Sc.
COLLISION REGULATION
• It is one of the most important International
Convention that all seagoing Officers must have full
knowledge, and the implementation skills, before
taking charge for Bridge navigation duties. However,
a case law, (MARS 2005) indicate that many of the
basic principles of collision avoidance are improperly
understood.
• It is also a common practice to use VHF Radio in
collision avoidance procedures although it is not
prescribed or stated in the Colregs
TANGGUNG JAWAB NAKHODA / OFFICER OF WATCH
The Officer of the watch is the Master’s representative and his/her
responsibility at all times is the safe navigation of the ship. He/she should at
all times comply with the applicable regulations for preventing
collision at sea.
A
o o
o B
o o
TUBRUKAN
A W B
14(a):
Bilamana dua kapal tenaga sedang bertemu dengan haluan – haluan
berlawanan atau hampir berlawanan sehingga akan mengakibatkan
bahaya tubrukan, masing – masing harus mengubah haluannya ke kanan
sehingga masing – masing akan berpapasan di lambung kirinya.
SALING MELIHAT
KAPAL YANG SEDANG MENUNDA VS KAPAL TENAGA
Tubrukan
Kapal tenaga
KAPAL B, LABUH
JANGKAR
Rule 39
Definitions
(a) Audit means a systematic, independent and documented process for
obtaining audit evidence and evaluating it objectively to determine the
extent to which audit criteria are fulfilled.
(b) Audit Scheme means the IMO Member State Audit Scheme established by
the Organization and taking into account the guidelines developed by the
Organization*.
(c) Code for Implementation means the IMO Instruments Implementation Code
(III Code) adopted by the Organization by resolution A.1070(28).
(d) Audit Standard means the Code for Implementation.
Rule 40
Application
Contracting Parties shall use the provisions of the Code for Implementation in
the execution of their obligations and responsibilities contained in the present
Convention.
Rule 41
Verification of compliance
(a) Every Contracting Party shall be subject to periodic audits by the
Organization in accordance with the audit standard to verify compliance
with and implementation of the present Convention.
(b) The Secretary-General of the Organization shall have responsibility for
administering the Audit Scheme, based on the guidelines developed by the
Organization*.
(c) Every Contracting Party shall have responsibility for facilitating the conduct
of the audit and implementation of a programme of actions to address the
findings, based on the guidelines developed by the Organization*.
(d) Audit of all Contracting Parties shall be:
(i) based on an overall schedule developed by the Secretary-General of the
Organization, taking into account the guidelines developed by the
Organization*; and
(ii) conducted at periodic intervals, taking into account the guidelines developed
by the Organization*.
PART C
• KAPAL TENAGA (PDV)
• KAPAL TUNDA DAN DITUNDA (TB)
• KAPAL LAYAR (SV)
• KAPAL SEDANG MENANGKAP IKAN (FISHING V/L)
• KAPAL TERBATAS OLAH GERAKNYA (RAM) DAN
KAPAL TIDAK TERKENDALI (NUC), MINE CLEARENCE.
• KAPAL TERKENDALA OLEH SARATNYA (CBD)
• KAPAL LABUH JANGKAR DAN KAPAL KANDAS
PART D
• ISYARAT SALING MELIHAT ( olah gerak dan
perairan sempit / narrow channel and
fairway)
• ISYARAT PENGLIHATAN TERBATAS :
- KAPAL TENAGA (under way, making way)
- SELAIN KAPAL TENAGA YANG BERLAYAR
- KAPAL SEDANG LABUH JANGKAR
- KAPAL KANDAS
PEMBERLAKUAN (APPLICATION)
• ATURAN 1.
• ATURAN 4.
• ATURAN 11.
• ATURAN 20.
ATURAN 1
ATURAN 1
Pemberlakuan
a. Aturan – aturan ini berlaku bagi semua kapal di laut bebas dan semua perairan yang
berhubungan dengan laut bebas yang dapat dilayari oleh kapal - kapal laut.
b.Tidak sesuatupun dalam aturan – aturan ini akan menghalangi berlakunya aturan – aturan
khusus yang dibuat oleh penguasa yang berwenang atas pelabuhan – pelabuhan, bandar –
bandar, sungai – sungai, danau – danau, perairan pedalaman yang ada hubungannya dengan
laut bebas dan dapat dilayari oleh kapal – kapal laut. Aturan – aturan khusus demikian harus
semirip mungkin dengan aturan – aturan ini.
c. Tidak ada sesuatupun di dalam aturan – aturan ini akan menghalangi berlakunya aturan – aturan
khusus apapun yang dibuat oleh Pemerintah setiap Negara sehubungan dengan kedudukan
atau lampu – lampu isyarat atau isyarat – isyarat suling atau sosok benda tambahan bagi kapal –
kapal perang dan kapal dalam iring – iringan, atau yang berkenaan dengan kedudukan tambahan
atau lampu – lampu atau sosok benda, isyarat tambahan bagi kapal – kapal ikan yang sedang
menangkap ikan sebagai suatu armada. Kedudukan atau lampu – lampu isyarat atau sosok –
sosok benda atau isyarat – isyarat suling tambahan ini harus semirip mungkin sehingga tidak
terkelirukan dengan setiap lampu, sosok benda, atau isyarat yang diharuskan atau dibolehkan
dimanapun didalam aturan – aturan ini.
d. Tata pemisahan lalu lintas dapat diterima secara sah oleh
organisasi untuk memenuhi maksud aturan – aturan ini.
ATURAN/PASAL 1
PEMBERLAKUAN
Terdapat beberapa aturan/pasal dengan judul pemberlakuan, namun
untuk maksud yang berbeda walaupun judul sama. Aturan/pasal
dengan judul pemberlakuan yaitu: Aturan/Pasal 1, 4, 11 dan 20.
Aturan 1 pemberlakuan konvensi ini, kepada siapa, di mana dan
pemberian kewenangan Pemerintah suatu negara untuk mengatur hal
hal tertentu sebagaimana dijelaskan kemudian dalam ayat ayatnya.
b. Dalam menafsirkan dan memenuhi aturan – aturan ini harus benar – benar
memperhatikan semua bahaya navigasi dan bahaya tubrukan, serta setiap
keadaan khusus termasuk keterbatasan – keterbatasan dari kapal – kapal
yang terlibat yang dapat memaksa menyimpang dari aturan – aturan ini
untuk menghindari bahaya mendadak.
“ordinary practice of seaman”
PADA SITUASI PENYUSULAN DI
TSS DI GAMBAR SEBELAH KIRI
INI , RULE 13 TIDAK MENGATUR
MENYUSUL DARI SISI KANAN
ATAUPUN SISI KIRI.
PADA SISI MANA JIKA SAUDARA
YANG MENYUSUL.
• Kata “kapal” mencakup setiap jenis pesawat air, termasuk pesawat tanpa
berat benaman, pesawat WIG dan pesawat terbang laut yang digunakan
sebagai sarana angkutan di air.
• “Kapal yang tidak terkendali”: keadaan luar biasa tidak mampu berolah
gerak krnnya tidak mampu menghindari kapal lain.
• “Kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas”:kemampuan olah
geraknya terbatas akibat dari sifat pekerjaannya karenanya tidak mampu
menghindari kapal lain. (note: penundaan yg mengakibatkan kemampuan
olah geraknya terbatas)
• “Kapal terkendala oleh sarat/draftnya”: kapal tenaga sehubungan dgn
draftnya terhadap kedalaman dan lebarnya perairan mengakibatkan
membatasinya untuk menyimpang dari haluannya.
• “Keadaan saling melihat (sight of one another)”: hanya bila kapal yang
satu dapat diamati secara visual oleh yang lainnya.
• “Penglihatan terbatas”: keadan penglihatan dibatasi oleh kabut, halimun,
salju, hujan badai, badai pasir dan penyebab lain yang sejenis.
• “Pesawat Wing In Ground (WIG)”: pesawat multi moda yg mode operasi
utamanya terbang dekat permukaan bumi dengan penggunaan efek
permukaan/surface.
W IG craft
BAGIAN B
ATURAN – ATURAN MENGEMUDIKAN KAPAL DAN
MELAYARKAN KAPAL
SEKSI I
SIKAP KAPAL DALAM SETIAP KEADAAN
PENGLIHATAN
ATURAN 4
Pemberlakuan
(BINGUNG/KEKACAUAN)
(TIDAK CAKAP)
(MASALAH KOMUNIKASI)
LOOKOUT / PENGAMATAN
Kecepatan Aman
Setiap kapal harus senantiasa bergerak dengan kecepatan aman sehingga
dapat mengambil tindakan yang tepat dan berhasil guna untuk menghindari
tubrukan dan dapat diberhentikan dalam suatu jarak yang sesuai dengan
keadaan dan suasana yang ada.
Dalam menentukan kecepatan aman, faktor – faktor berikut ini termasuk
faktor yang harus diperhatikan.
(a). Oleh semua kapal
i. Keadaan penglihatan.
ii. Keadaan lalu lintas, termasuk pemusatan – pemusatan kapal ikan atau
kapal lain apapun.
iii. Kemampuan olah gerak kapal dengan acuan khusus pada jarak henti dan
kemampuan berputar dalam keadaan yang ada.
iv. Pada malam hari ada cahaya latar belakang seperti yang berasal dari
lampu – lampu darat atau hambur pantul dari lampu – lampu sendiri.
v. Keadaan angin, laut dan arus serta adanya bahaya – bahaya navigasi
disekitarnya.
vi. Sarat berhubungan dengan kedalaman air yang ada.
LANJUTAN ATURAN 6
S 16K
P
E
C
E
D 12K
BB
/ A
K
E 8K
C
E
P 4K
A
T
A
N
4 8 12 16 20 24
WAKTU DALAM MENIT
PERHITUNGAN SQUAT
Bahaya Tubrukan
a. Setiap kapal harus menggunakan semua sarana yang tersedia sesuai dengan keadaan dan
suasana yang ada untuk mementukan ada atau tidak adanya bahaya tubrukan. Jika timbul
keragu – raguan maka bahaya demikian harus dianggap ada.
b. Penggunaan pesawat radar harus dilakukan dengan tepat, jika dipasangi dan bekerja dengan
baik, termasuk penyimakan jarak jauh untuk memperoleh peringatan dini akan adanya bahaya
tubrukan dan pelacakan posisi radar atau pengamatan sistematis yang sepadan atas benda –
benda yang terindera.
c. Praduga – praduga tidak boleh dibuat berdasarkan keterangan – keterangan yang kurang sekali,
khususnya keterangan radar yang kurang sekali.
d. Dalam menentukan ada atau tidak adanya bahaya tubrukan, pertimbangan – pertimbangan
berikut ini termasuk pertimbangan – pertimbangan yang harus diperhitungkan.
i. Bahaya demikian harus dianggap ada jika baringan pedoman kapal yang sedang
mendekat tidak menunjukkan perubahan yang berarti.
ii. Bahaya demikian kadang – kadang mungkin ada, walaupun perubahan baringan
yang berarti itu nyata sekali, terutama bilamana sedang mendekati kapal yang
sangat besar atau suatu tundaan atau sedang menghampiri sebuah kapal
dengan jarak yang dekat sekali.
SARANA UTAMA UNTUK KESIMPULAN
TUBRUKAN
• KOMPAS DAN RADAR.
• TIDAK HANYA DARI AIS
• MAMPU MENGINTERPRETASI INFORMASI
RADAR (RELATVE AND TRUE MOTION). Oleh
karenanya Deck Officers harus serta dalam
RADAR and ARPA TRAINING.
AKAN BERTUBRUKAN DENGAN KAPAL B. TERHADAP KAPAL A MEMOTONG DI
DEPAN. BERAPA JARAK CPA DAN TIME CPA DENGAN KAPAL A TERSEBUT ?.
DIPERLUKAN INFORMASI JARAK CPA, UNTUK INFORMASI APAKAH BERKEMBANG
CQS.
0˚ Heading
A
o o
o B
o o
.
NAVIGASI CARGO HANDLING PENGENDALIAN OPERASI KAPAL
1.PLAN AND CONDUCT A dan PERLINDUNGAN ORANG DI
PASSAGE AND DETERMINE KAPAL
1. MONITOR THE
POSITION
2.MAINTAIN A SAFE LOADING, STOWAGE, 1.ENSURE COMPLIANCE WITH
NAVIGATIONAL WATCH SECURING,CARE POLLUTION PREVENTION
3.USE OF RADAR AND ARPA TO DURING THE VOYAGE REQUIREMENTS
MAINTAIN SAFETY AND THE UNLOADING 2.MAINTAIN SEAWORTHINESS OF
NAVIGATION OF CARGOES. THE SHIP
4.USE OF ECDIS TO MAINTAIN 3.PREVENT, CONTROL AND FIGHT
SAFETY NAVIGATION FIRES ON BOARD
2. INSPECT AND REPORT
5.RESPOND TO EMERGENCIES 4.OPERATE LIFE-SAVING
6.RESPOND TO A DISTRESS DEFECT S AND APPLIANCES
SIGNAL AT SEA DAMAGE TO CARGO 5.APPLY MEDICAL FIRST AID ON
7.USE THE IMO SMCP AND USE SPACES, HATCH BOARD SHIP.
ENGLISH IN WRITTEN AND COVERS AND BALLAST 6.MONITOR COMPLIANCE WITH
ORAL FORM TANKS LEGISLATIVE REQUIREMENTS
8.TRANSMIT AND RECEIVE 7.APPLICATION OF LEADERSHIP
INFORMATION BY VISUAL AND TEAMWORKING SKILLS
SIGNALLING 8.CONTRIBUTE TO THE SAFETY
9.MANOEUVRE THE SHIP OF PERSONNEL AND SHIP
RAGU-RAGU TUBRUKAN atau tidak
a. SETIAP KAPAL harus melakukan penilaian akan bahaya tubrukan dgn
menggunakan semua sarana yg tersedia untuk menentukan akan ada atau
tidak ada bahaya tubrukan. JIKA RAGU-RAGU HARUS DIANGGAP AKAN
TERJADI TUBRUKAN.
Jika RAGU-RAGU
simpulkan AKAN TERJADI
TUBRUKAN
ATURAN/PASAL 7 – BAHAYA TUBRUKAN
3. ragu-ragu
FLOWCHART PEMILIHAN ATURAN PADA BAGIAN B, JIKA AKAN TERJADI RESIKO
TUBRUKAN
YES NO
APAKAH LAMPU BURITAN TAMPAK?
A-14 YES NO
YES NO yes no
a. Setiap tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan harus dilakukan sesuai dengan
Aturan-aturan dari Bagian ini dan jika keadaan mengizinkan harus tegas, dilakukan dalam
waktu yang cukup lapang dan benar – benar memperhatikan syarat – syarat kepelautan yang
baik.
b. Setiap perubahan haluan dan atau kecepatan untuk menghindari tubrukan jika keadaan
mengizinkan harus cukup besar sehingga segera menjadi jelas bagi kapal lain yang sedang
mengamati dengan penglihatan atau dengan radar, serangkaian perubahan kecil dari haluan
atau kecepatan hendaknya dihindari.
c. Jika ada runag gerak yang cukup perubahan haluan saja mungkin merupakan tindakan yang
paling berhasil guna menghindari situasi saling mendekat terlalu rapat, dengan ketentuan
bahwa perubahan itu dilakukan dalam waktu cukup dini, bersungguh – sungguh dan tidak
mengakibatkan terjadinya situasi saling mendekat terlalu rapat lainnya.
d. Tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan dengan kapal lain harus sedemikian
rupa sehingga menghasilkan pelewatan dengan jarak aman. Hasil guna tindakan itu harus
dikaji dengan seksama sampai kapal yang lain itu pada akhirnya terlewati dan bebas sama
sekali.
e. Jika diperlukan untuk menghindari tubrukan atau untuk memberikan waktu yang lebih
banyak untuk menilai keadaan, kapal harus mengurangi kecepatannya atau menghilangkan
kecepatannya sama sekali dengan memberhentikan atau menjalankan mundur sarana
penggeraknya.
LANJUTAN ATURAN 8
f. ((i) Kapal yang oleh aturan – aturan ini diwajibkan tidak boleh merintangi
jalan atau jalan aman kapal lainnya, bilamana diwajibkan oleh suatu
keadaan harus mengambil tindakan sedini mungkin untuk memberi ruang
gerak yang cukup bagi jalan aman kapal lainnya.
(ii) Kapal yang diwajibkan untuk tidak merintangi jalannya atau jalan aman
kapal lain, tidak dibebaskan atas kewajiban ini jika mendekati kapal lain
mengakibatkan bahaya tubrukan, bilamana akan mengambil tindakan
harus memperhatikan tindakan yang diwajibkan oleh aturan – aturan lain
dalam bagian ini.
(iii) Kapal yang jalannya tidak boleh dirintangi tetapi wajib sepenuhnya untuk
melaksanakan aturan – aturan dari bagian ini bilamana kedua kapal itu
sedang berdekatan satu dengan lainnya yang mengakibatkan bahaya
tubrukan.
CASE STUDY 2
ATURAN/PASAL 8 – TINDAKAN MENGHINDARI TUBRUKAN
KPL TENAGA
KPL YANG TDK BLH DIRINTANGI JALANNYA, TETAP
WAJIB MELAKSANAKAN ATURAN 4 – 19 BILAMANA
AKAN MENGAKIBATKAN TUBRUKAN
WAJIB
INGAT MESIN DISEDIAKAN UTK DIGUNAKAN.
MENGHINDAR
M
V
ATURAN 9
a. Kapal yang sedang berlayar menyusuri alur pelayaran sempit harus berlayar
sedekat mungkin dengan batas luar alur pelayaran atau air pelayaran yang
terletak di sisi kanannya bilamana hal itu aman dan dapat dilaksanakan.
b. Kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter atau kapal layar tidak boleh
merintangi jalan kapal yang hanya dapat berlayar dengan aman di dalam alur
pelayaran atau air pelayaran sempit.
c. Kapal yang sedang menangkap ikan tidak boleh merintangi jalan setiap kapal
lain yang sedang berlayar di dalam alur pelayaran atau air pelayaran sempit.
d. Kapal tidak boleh memotong alur pelayaran atau air pelayaran sempit jika
pemotongan demikian merintangi jalan kapal yang hanya dapat berlayar
dengan aman di dalam alur pelayaran atau air pelayaran sempit yang
demikian itu. Kapal yang disebutkan belakangan itu boleh menggunakan
isyarat bunyi yang ditentukan dalam aturan 34 (d), jika ragu – ragu terhadap
maksud kapal yang memotong.
LANJUTAN ATURAN 9
e. (i) Di alur pelayaran atau air pelayaran sempit jika penyusulan hanya dapat
dilakukan jika kapal yang disusul itu harus melakukan tindakan untuk
memungkinkan pelewatan dengan aman, maka kapal yang bermaksud
menyusul itu harus menyatakan maksudnya dengan memperdengarkan
isyarat yang sesuai dengan yang ditentukan di dalam Aturan 34 (c) (ii)
dan mengambil langkah untuk dilewatinya dengan aman. Jika ragu –
ragu, kapal itu boleh memperdengarkan isyarat – isyarat yang ditentukan
didalam Aturan 34 (d).
(ii) Aturan ini tidak membebaskan kapal yang menyusul dari kewajibannya
menurut Aturan 13.
f. Kapal yang sedang mendekati tikungan atau daerah alur atau air
pelayaran sempit yang di tempat itu kapal – kapal lain dapat terhalang
oleh alingan, harus berlayar dengan kewaspadaan khusus dan berhati –
hati serta harus memperdengarkan isyarat yang sesuai dengan yang
ditentukan di dalam Aturan 34 (e).
g. Setiap kapal, jika keadaan mengijinkan harus menghindari dirinya
berlabuh jangkar di dalam alur pelayaran sempit.
ATURAN/PASAL 9 – ALUR PELAYARAN SEMPIT
a. Pasal ini berlaku bagi Tata Pemisahan lalu lintas yang diterima secara sah oleh
Organisasi dan tidak membebaskan setiap kapal dari kewajibannya untuk
melaksanakan aturan lainnya.
b. Kapal yang sedang menggunakan Tata Pemisahan lalu lintas harus ;
i. Berlayar di dalam jalur lalu lintas yang sesuai dengan arah lalu lintas umum untuk jalur itu.
ii. Sedapat mungkin tetap bebas dari garis pemisah atau zona pemisah lalu lintas.
iii. Jalur lalu lintas dimasuki atau ditinggalkan pada umumnya dari ujung jalur, tetapi bilamana
tindakan memasuki atau meninggalkan jalur itu dilakukan dari salah satu sisi, tindakan itu harus
dilakukan sedemikian rupa hingga membentuk sebuah sudut yang sekecil – kecilnya terhadap
arah lalu lintas umum.
c. Sedapat mungkin, kapal harus menghindari memotong jalur – jalur lalu lintas
tetapi jika terpaksa melakukannya, harus memotong dengan haluan sedapat
mungkin tegak lurus terhadap arah lalu lintas umum.
d. (i) Kapal yang berada di zona sekitar Tata Pemisah lalu lintas tidak boleh
menggunakan zona lalu lintas dekat pantai bilamana ia dapat menggunakan jalur
lalu lintas yang sesuai dengan aman. Akan tetapi kapal yang panjangnya kurang
dari 20 meter, kapal layar dan kapal yang sedang menangkap ikan boleh
menggunakan zona lalu lintas dekat pantai.
(ii) Lepas dari sub ayat (d) (i), kapal boleh menggunakan zona lalu lintas dekat
pantai bilamana sedang berlayar menuju atau dari sebuah pelabuhan, instalasi
atau bangunan lepas pantai, stasiun pandu atau setiap tempat yang berlokasi di
dalam zona lalu lintas dekat pantai atau untuk menghindari bahaya mendadak.
LANJUTAN ATURAN 10
e. Kapal, kecuali sebuah kapal yang sedang memotong atau kapal yang sedang
memasuki atau sedang meninggalkan jalur, pada umumnya tidak boleh memasuki
zona pemisah atau memotong garis pemisah kecuali :
(i) Dalam keadaan darurat untuk menghindari bahaya mendadak.
(ii) Untuk menangkap ikan dalam zona pemisah.
f. Kapal yang sedang berlayar di daerah – daerah ujung Tata Pemisah lalu lintas harus
berlayar dengan sangat hati – hati.
g. Sedapat mungkin, kapal harus menghindari dirinya berlabuh jangkar di daerah Tata
Pemisah atau di daerah – daerah dekat ujung - ujungnya.
h. Kapal yang tidak menggunakan Tata Pemisah lalu lintas harus menghindarinya
dengan ambang batas selebar – lebarnya.
i. Kapal yang sedang menangkap ikan tidak boleh merintangi jalan setiap kapal.
j. Kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter atau kapal – kapal layar tidak boleh
merintangi jalan aman kapal tenaga yang sedang mengikuti jalur lalu lintas.
k. Kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas, bilamana sedang melakukan
operasi untuk merawat sarana keselamatan pelayaran di dalam Tata Pemisahan lalu
lintas dibebaskan dari kewajiban untuk memenuhi aturan ini karena pentingnya
penyelenggaraan operasi itu.
l. Kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas, bilamana sedang melakukan operasi
untuk meletakkan, memperbaiki atau mengangkat kabel laut di dalam Tata
Pemisahan lalu lintas dibebaskan dari kewajiban untuk memenuhi aturan ini sekedar
untuk melakukan operasi itu.
CASE STUDY 4
ATURAN/PASAL 10 – TATA PEMISAHAN LALULINTAS
a. PASAL INI BERLAKU PADA TATA PEMISAHAN LALU LINTAS YG DIADOP OLEH IMO, DAN TIDAK
MEMBEBASKAN SETIAP KAPAL ATAS KEWAJIBAN UNTUK MELAKSANAKAN ATURAN ATURAN
LAINNYA.
b. KAPAL YG MENGGUNAKAN TSS HARUS:
(I) BERLAYAR DI DALAM JALUR LALULINTAS YG SESUAI DGN ARAH LL UMUM UTK JALUR
ITU
(II) TETAP BEBAS DARI GARIS PEMISAH ATAU ZONE PEMISAH LALULINTAS
(III) MEMASUKI DAN MENINGGALKAN JALUR DARI UJUNG JALUR, JIKA PADA SISISEDAPAT
MUNGKIN DENGAN SUDUT KECIL TERHADAP ARAH UMUM JALUR
JALUR LALULINTAS
ZONA PEMISAH
UJUNG JALUR
GARIS PEMISAH
ZONA LALULINTAS DEKAT PANTAI
DARAT/SHORE
TSS
c. KAPAL SEDAPAT MUNGKIN UTK TIDAK MEMOTONG TRAFFIC LANE/JALUR LL
TETAPI JIKA TERPAKSA HARUS MEMOTONG MAKA DENGAN HEADING TEGAK
LURUS TERHADAP ARAH JALUR UMUM
d. (i) KAPAL TIDAK BOLEH MENGGUNAKAN ZONA LALU LINTAS DEKAT PANTAI
JIKA IA DAPAT MENGGUNAKAN JALUR LL DENGAN AMAN , NAMUN KAPAL-
KAPAL PANJANG <20 m DAN KAPAL LAYAR BOLEH MENGGUNAKAN ZONA LL
DEKAT PANTAI
(ii) KAPAL BOLEH MENGGUNAKAN ZONA LL DEKAT PANTAI BILAMANA
MENUJU ATAU BERTOLAK DARI PELABUHAN, OFFSHORE INSTALLATION,
PILOT STATION ATAU SUATU TEMPAT YANG BERADA PADA JALUR LALU
LINTAS DEKAT PANTAI ATAU MENGHINDARI BAHAYA MENDADAK
e. KAPAL, KECUALI SEDANG MEMOTONG ATAU MEMASUKI ATAU
MENINGGALKAN JALUR LL TIDAK BOLEH MEMASUKI ZONA PEMISAH ATAU
MEMOTONG GARIS PEMISAH, KECUALI:
(I) DALAM KEADAAN DARURAT UNTUK MENGHINDARI BAHAYA MENDADAK
(ii) UNTUK MENANGKAP IKAN DALAM ZONA PEMISAH
TSS
f. KAPAL YANG BERADA DI DEKAT AREA UJUNG TSS HARUS BERLAYAR DENGAN HATI-HATI/PERHATIAN
KHUSUS
HATI-
HATI
g. KAPAL HARUS MENGHINDARI BERLABUH JANGKAR PADA TSS DAN DI DAERAH DEKAT UJUNG
JALURNYA
h. KAPAL YANG TIDAK MENGGUNAKAN TSS HARUS MELINTAS SEJAUH MUNGKIN DARI GARIS
PEMISAH (>2 MIL)
i. KAPAL YANG SEDANG MENANGKAP IKAN TIDAK BOLEH MERINTANGI JALAN KAPAL-KAPAL YANG
SEDANG BERLAYAR MENGIKUTI JALUR LL.
j. KAPAL PANJANG <20 m DAN KAPAL LAYAR DILARANG MERINTANGI JALANNYA KAPAL TENAGA
YANG SEDANG BERLAYAR MENGIKUTI JALUR LL
TSS
SHORE
SHORE
MEMASUKI/MENINGGALKAN JALUR
ATURAN 11
SEKSI II
PERILAKU KAPAL – KAPAL DALAM KEADAAN SALING
MELIHAT
ATURAN 11
Pemberlakuan
a. Bilamana dua kapal layar sedang saling mendekat sedemikian rupa sehingga
akan mengakibatkan bahaya tubrukan, salah satu dari kedua kapal itu harus
menghindari kapal yang lain sebagai berikut :
i. Bilamana masing – masing mendapat angin lambung yang berlainan, maka
kapal yang mendapat angin di lambung kiri harus menghindari kapal yang
lain.
ii. Bilamana kedua – duanya mendapat angin di lambung yang sama maka kapal yang ada di
atas angin harus menghindari kapal yang ada di bawah angin.
iii. Jika kapal mendapat angin di lambung kiri melihat sebuah kapal diatas
angin tidak dapat menentukan dengan pasti apakah kapal lain itu mendapat
angin di lambung kiri atau di lambung kanan, maka kapal itu harus
menghindari kapal yang lain itu.
b. Untuk memenuhi maksud aturan ini, sisi atas angin harus dianggap sisi yang
berlawanan dengan sisi tempat layar utama berada atau bagi kapal dengan
layar segi empat adalah sisi yang berlawanan dengan sisi tempat layar
membujur itu berada.
ATURAN/PASAL 11 - PEMBERLAKUAN
a. Lepas daripada segala sesuatu yang tercantum di dalam aturan – aturan bagian
B seksi I dan II, setiap kapal yang sedang menyusul setiap kapal lain harus
menghindari kapal lain yang sedang disusul itu.
b. Kapal harus dianggap menyusul bilamana sedang mendekati kapal lain dari
arah yang lebih besar daripada 22,5 derajat di belakang arah melintang, yakni
dalam suatu kedudukan sedemikian sehingga terhadap kapal yang sedang
disusul itu pada malam hari hanya dapat melihat lampu buritan, tetapi tidak
satupun dari lampu – lampu lambungnya.
c. Bilamana kapal dalam keadaan ragu – ragu apakah ia sedang menyusul kapal
lain atau tidak, kapal itu harus beranggapan bahwa demikianlah halnya dan
bertindak sesuai dengan itu.
d. Setiap perubahan baringan antara kedua kapal yang terjadi kemudian tidak
akan mengakibatkan kapal yang sedang memotong dalam pengertian aturan –
aturan ini atau membebaskannya dari kewajiban untuk menghindari kapal
yang sedang disusul itu sampai kapal tersebut dilewati dan bebas sama sekali.
ATURAN/PASAL 13 - PENYUSULAN
a. SETIAP KAPAL YANG MENYUSUL KAPAL LAIN, KAPAL YANG MENYUSUL WAJIB
MENGHINDARI KAPAL YANG DISUSUL TANPA MEMPERHATIKAN JENIS/TYPE
KAPAL YANG DISUSUL. ATURAN 13 MENGUNGGULI ATURAN ATURAN PADA
SEKSI I DAN II BAGIAN B , TERMASUK ATURAN 18.
b. KAPAL DIKATEGORIKAN/DIANGGAP SEDANG MENYUSUL BILA MENDEKATI
KAPAL LAIN DARI ARAH >22,5 DERAJAT DIBELAKANG ARAH MELINTANG
KAPAL LAIN TERSEBUT. PADA MALAM HARI HANYA DAPAT MELIHAT LAMPU
BURITAN KAPAL LAIN. (BACA ATURAN/PASAL 22 –VISIBILITY OF LIGHTS)
SESUAI JARAK TAMPAK LAMPU BURITAN 2 – 3 mil, KAPAL DIANGGAP
MENYUSUL JIKA JARAKNYA TERHADAP KAPAL YANG DI DEPANNYA 2 – 3 mil.
SETELAH BERADA PADA JARAK 2 – 3 mil , SEBAGAI KAPAL YANG MENYUSUL
BERKEWAJIBAN MENGHINDARI KAPAL YANG DISUSUL
c. BILA RAGU-RAGU APAKAH SEDANG MENYUSUL ATAU TIDAK/BUKAN MAKA
HARUS DIANGGAP MENYUSUL, DAN BERTINDAK SEBAGAI KAPAL YANG
SEDANG MENYUSUL
PENYUSULAN/OVERTAKING
PENYUSULAN YANG DIATUR DALAM ATURAN INI HANYA PENYUSULAN DALAM
KEADAAN SALING MELIHAT.
M= MENYUSUL
R = RAGU-RAGU
MENGHINDAR
ATAU
BERTAHAN ?
MENYUSUL = KAPAL YANG MENDEKATI KAPAL LAIN DARI SEKTOR 22,5˚
DIBELAKANG ARAH MELINTANG DAN JARAK TERHADAP KAPAL YANG
DI DEPAN 2 – 3 MIL
• SITUASI RAGU-RAGU DALAM PENYUSULAN JIKA TERJADI SAAT KAPAL
PADA POSISI SEDANG DALAM SITUASI MENYUSUL ATAU SEDANG
BERSILANGAN YAITU PADA KEDUDUKAN ± 22,5˚ DI BELAKANG ARAH
MELINTANG SISIH KANAN KAPAL YANG DI DEPANNYA.
RAGU-RAHU
• TIDAK RAGU-RAGU, KARENA ANGGAPAN SITUASI
PENYUSULAN ATAUPUN PERSILANGAN TETAP WAJIB
MENGHINDAR.
1 MIL PENYUSULAN
ATURAN/PASAL - 13
BUKAN KASUS PENYUSULAN
PERSILANGAN/CROSSING
5 mil
SHORE
ATURAN/PASAL - 13
b. Situasi demikian itu harus dianggap ada bilamana kapal melihat kapal lain
tepat atau hampir didepan dan pada malam hari kapal itu dapat melihat
lampu – lampu tiang kapal lain tersebut terletak segaris atau hampir segaris
dan atau kedua lampu lambung serta pada siang hari kapal itu mengamati
gatra (aspek) yang sesuai mengenai kapal lain tersebut.
UNTUK DAPAT DIBERLAKUKAN ATURAN/PASAL INI, KONDISI BERIKUT HARUS TERPENUHI : 1. KEADAAN
SALING MELIHAT
2. KEDUA NYA KAPAL TENAGA
3. HALUAN SALING BERLAWANAN ATAU HAMPIR BERLAWANAN, MALAM HARI MELIHAT KEDUA LAMPU
LAMBUNG DAN LAMPU TIANG SEGARIS ATAU HAMPIR SEGARIS
4. AKAN MENGAKIBATKAN TUBRUKAN
YANG DIMAKSUDKAN HALUAN BERLAWANAN ADALAH HEADINGNYA BERLAWANAN, BUKAN COURSE MADE
GOODNYA
3 -5 MIL
H M
PERKATAAN MELIHAT LAMPU LAMBUNG DAN TIANG MENGINDIKASIKAN JARAK SUDAH HARUS
BERTINDAK SAAT JARAK TIDAK KURANG 2 – 3 mil.
JIKA KAPAL YANG SATU TELAH BERTINDAK MERUBAH HALUANNYA KE KANAN BUKAN BERARTI
KAPAL SENDIRI TELAH BEBAS DARI KEWAJIBAN MERUBAH HALUANNYA KE KANAN
ATURAN 15
Situasi Memotong
X
TUBRUKAN
ATURAN 16
Tindakan Kapal yang Menghindar
TINDAKAN TIDAK
SESUAI DENGAN
ATURAN 16, YANG
SEHARUSNYA
SEDINI MUNGKIN.
ATURAN 17
Tindakan Kapal yang Bertahan
a. (i) Apabila salah satu dari dua kapal diwajibkan menghindar, maka kapal yang lainnya harus
mempertahankan haluan dan kecepatannya.
(ii) Tetapi kapal yang disebutkan terakhir itu boleh melakukan tindakan untuk menghindari
tubrukan hanya dengan olah geraknya, segera setelah jelas baginya bahwa kapal yang
diwajibkan menghindar itu tidak melakukan tindakan yang tepat sesuai dengan aturan – aturan
ini.
b. Bilamana, karena suatu sebab, kapal yang diwajibkan mempertahankan haluan dan
kecepatannya itu berada sedemikian dekatnya sehingga tubrukan tidak dapat dihindari dengan
tindakan kapal yang menghindar saja, maka kapal tersebut harus melakukan tindakan
sedemikian rupa sehingga akan membantu penghindaran tubrukan dengan sebaik – baiknya.
c. Kapal tenaga yang melakukan tindakan dalam situasi memotong sesuai dengan sub paragraf (a)
(ii) aturan ini untuk mengindari tubrukan dengan kapal tenaga lain, jika keadaan mengizinkan,
tidak boleh mengubah haluan ke kiri terhadap kapal yang ada di sisi kirinya.
d. Aturan ini tidak membebaskan kapal yang wajib menghindar dari kewajibannya untuk
menghindar.
ATURAN/PASAL 17- TINDAKAN KAPAL YANG
BERTAHAN/STAND-ON
X TUBRUKAN
A-17(b):HARUS BERTINDAK
A-15+17(d): WAJIB
MENGHINDAR 1 – 0,5 mil A-17©:DILARANG KE
(12L – 4L)
KIRI
A-17(ii) BOLEH
A-15+17(d): WAJIB BERTINDAK
MENGHINDAR
3 – 2 mil
A-15: WAJIB
MENGHINDAR
A-17(i):
BERTAHAN
5 – 3 mil
TINDAKAN KAPAL YANG BERTAHAN
JIKA TINDAKAN DILAKUKAN PADA TAHAP INI ( SEBAIKNYA TINDAKAN DILAKUKAN PADA
TAHAP INI SETELAH MEYAKINI KAPAL YANG DIWAJIBKAN MENGHINDAR TIDAK
MELAKSANAKAN KEWAJIBANNYA, JANGAN MENUNGGU MASUK KE TAHAP BERIKUTNYA)
SEBAGAI GOOD SEAMANSHIP LAKUKAN BERIKUT:
1. BERI ISYARAT BUNYI 34(d) [5 tiup pendek/5 kedip dengan aldish]
2. JIKA BUKAN SEBAGAI NAKHODA (OOW), LAPOR NAKHODA
3. SET KEMUDI MENJADI MANUAL
4. ORDER KAMAR MESIN UNTUK ENGINE STAND BY DAN CATATKAN PADA LOG BOOK.
5. AGAR TINDAKAN DIPAHAMI OLEH KAPAL LAIN, GUNAKAN ISYARAT 34(a) jika perlu juga
34(b)
TAHAP HARUS BERTINDAK
TINDAKAN KAPAL YANG BERTAHAN/STAND-ON
?
JANGAN TERLANJUR MASUK PADA SITUASI
INI
ATURAN 18
a. Aturan ini berlaku bagi kapal – kapal yang tidak saling melihat
bilamana sedang berlayar di suatu daerah yang
berpenglihatan terbatas atau didekatnya.
1
2 TURN TO STB
TURN TO STB
TURN TO STB
3 TURN TO PORT
4
• Vessels of less than 12m in length use any efficient sound signal
Manoeuvring and warning signals when
vessels are in sight of one another
Description Signal
• I am altering my course to
starboard
• I am altering my course to port
• I am operating astern propulsion
• Signal to alert another vessel that
you are unsure of its intentions,
or doubt whether you are taking
enough action to avoid collision
Warning signals – vessels in narrow channels
Description Signal
• I intend to overtake on your starboard
Vessel at anchor (100m or more in length) BELL every one Bell and
rung for five seconds from the bow of the vessel minutes gong
and then – GONG rung five seconds from the aft
of the vessel immediately following bell signal