Anda di halaman 1dari 78

Albertus Eko Kuswinoto

Perkembangan Peraturan Internasional


tentang Pencegahan Pencemaran di Laut

Tahun 1926 : masalah pencemaran dilaut diterima dengan pengakuan


Internasional di Washington D.C.

Tema “the International Conference on Pollution of the Sea by Oil”


Usul² yang diajukan dalam konferensi ini
1. Mewajibkan pemasangan perlengkapan pemisah air berminyak
(OWS = “Oily Water Separator”) di kapal² yang memakai BBM
atau mengangkut minyak sebagai muatan kapal
2. Menetapkan zona-zona lautan dimana tidak diperkenankan
membuang minyak
3. Belgia, Belanda, Swedia, Inggris dan USA menerima ketentuan
batas 50 mil dari daratan (garis pantai) merupakan zona
pembuangan terlarang

4. Tahun 1934: “the International Sea Pollution Agreement”

5. Tahun 1954: konvensi Internasional tentang Pencegahan


Pencemaran di Laut oleh Minyak
6. Oilpol 1954 menetapkan zona² terlarang sejauh paling sedikit 50
mil dari daratan terdekat dimana pembuangan minyak atau
campuran² berminyak yang melampaui kadar minyak 100 ppm
dilarang dan persyaratan pemakaian Buku Catatan Minyak (Oil
Record Book)
 Tahun 1959: berdirinya “Inter-Governmental Maritime
Consultative Organization” = IMCO
 Tahun 1962: amandemen konvensi 1954 dengan
memasukan kapal² berukuran lebih kecil dan memperluas
zona² terlarang dan diberlakukan sejak bulan Mei 1967
 Tahun 1969: amandemen² konvensi 1954 yang melarang
pembuangan minyak dari pengoperasian kapal² secara
normal, kecuali:
 Total pembuangan minyak on ballast voyage tidak
melebihi 1/15.000 total kapasitas muatan
 Pembuangan rata² minyak tidak melampaui 60 ltr/mil
laut
 Kapal melakukan pembuangan minyak pada posisi se-
kurang²nya 50 mil dari daratan
Tahun 1971 : perubahan konvensi 1954

1. Perlindungan khusus untuk daerah “Great


Barrier Reef” di Australia yang dianggap
sebagai daratan

2. Tata susunan tangki² dan batas² ukuran tangki


kapal telah disetujui untuk memperkecil jumlah
minyak yang hilang dalam kecelakaan kapal dan
khususnya diterapkan pada ”Very Large Crude
Carriers” (VLCC)

3. Tahun 1973: konvensi baru yang menggantikan


konvensi 1954 yang mencakup seluruh aspek
pencemaran dari kapal²,kecuali pemasukan
sisa² (waste) kelaut secara dumping
Tahun 1971 : perubahan konvensi 1954

 Konvensi 1973 tidak mengatur pencemaran


oleh minyak yang terjadi pada tempat
eksplorasi dan eksploitasi dasar laut untuk
sumber² mineral.
 Konvensi ini dikenal dengan sebutan
“the International Convention for the
Prevention of Pollution from
Ships,1973” , disingkat dengan MARPOL
1973, sedangkan sebelumnya disingkat
dengan OILPOL 1954
Marpol 73/78 Berisikan
 Annex I =Peraturan2 untuk pencegahan pencemaran
oleh minyak.
 Annex II =Peraturan2 utk pengawasan pencemaran
oleh zat-zat cair beracun dalam jumlah besar.
 Annex III = Peraturan pencegahan pencemaran oleh
zat berbahaya dalam bentuk kemasan,mobil2 tanki.
 AnneIV = Peraturan pencegahan kotoran dari kapal.
 AnneX V = Peraturan pencegahan pencemaran sampah
dari kapal
 Annex VI = Peraturan pencegahan polusi udara oleh
kapal
Tanggal pemberlakuan

 Konvensi Marpol 1973 : 10 Februari 1983


 Annex I : 2 Oktober 1983
 Annex II : 1 April 1987
 Annex III : 1 Juli 1992
 Annex IV : 27 september 2003
 Annex V : 31 Desember 1988
 Annex VI : 19 mei 2005
Daerah Khusus (Special Area)

 Suatu daerah laut utk alasan2 teknis yg diakui


dlm hubungannya dgn kondisi geografis &
linkungannya untuk pencegahan pencemaran laut
oleh minyak. Daerah khusus : Laut Baltik,
Laut Hitam,daerah teluk-teluk, Laut Tengah
(Mediterranean) Laut Merah (red sea.)
 Pd Daerah khusus setiap kapal dilarang
membuang minyak /campuran mengandung minyak
ke laut. kecuali pembuangan air bilge yg diperoses
dr ruangan2 permesinan
Daerah Khusus (Special Area)

Daerah laut dimana, untuk alasan² teknis


yang diakui dalam hubungannya dengan
kondisi geografis laut dan lingkungannya
serta untuk sifat tertentu dari lalu-
lintasnya, pengesahan metode² khusus
yang wajib disyaratkan untuk pencegahan
pencemaran laut oleh minyak
Tolak Bara Bersih (Clean Ballast)

Tolak bara dalam suatu tangki dimana,


sejak terakhir minyak diangkut
didalamnya, telah bersih dari muatan yang
telah dikeluarkan dari kapal dalam kondisi
air tenang pada hari yang cerah dan
tidak nampak tanda² minyak tumpah pada
permukaan air atau pada garis pantai
yang menghubungkannya atau yang
menyebabkan suatu limbah atau emulsi
yang terjadi dibawah permukaan air atau
garis pantai yang menghubungkannya
Syarat utk pembuanan bilge ke laut
daerah Khusus(special Area)
 Air bilge tdk langsung berasal dr ruang
pompa bilge.
 Air bilge tdk bercampur dgn residu2
minyak muatan manapun.
 Kapal sedang melaju dalam pelayaran.
 Kandungan minyak dr aliran,tanpa
larut,tdk melampaui 15 ppm
 Kapal mengoperaikan sistem penyaringan
minyak (oil filtering system)
 System penyaringan minyak dilengkapi dgn
alat utk menghentikan
Annex I

PERATURAN-PERATURAN
UNTUK PENCEGAHAN
PEN CEMARAN OLEH
MINYAK
Lampiran 1.

tetap memelihara tolok ukur


pembuangan minyak yang
ditetapkan dalam
Amandemen 1969 dengan
penjelasan tambahan sbb
Lampiran 1.
1. New tankers, dibatasi thd suatu batas pembu-angan minyak maksimum pada pelayaran tolak-bara sebanyak 1/30.000
dari jumlah muatan

2. Old tankers tetap memakai standard 1/15.000

3. Definisi minyak diperluas termasuk minyak ² yang tidak keras sebagaimana minyak hitam

4. Konsep daerah² khusus, seperti : laut Tengah, laut Hitam, laut Baltic, laut Merah dan teluk Persi
Ketentuan pembuangan dari tangki muatan kapal²
tangki minyak (Oil Tankers)
Pembuangan di luar daerah khusus tidak boleh dilakukan, kecuali :
 Bersih atau tolak bara terpisah (segregated ballast)
 Posisi kapal > 50 mil laut dari daratan terdekat
 Dalam pelayaran / perjalanan
 Debit pembuangan tidak melampaui 60 ltr/mil laut
 1/15.000 (old tankers) atau 1/30.000 (new tankers) dari muatan yang
diangkut pada pelayaran sebelumnya
 Sistem pemonitoran dan pengendalian pembuangan serta tangki endap
dioperasikan

Pembuangan di dalam daerah khusus tidak boleh dilakukan kecuali


bersih atau tolak bara terpisah
Konstruksi kapal² tangki minyak baru
1. Kapal² tangki minyak baru dengan
ukuran lebih dari 70.000 dwt
disyaratkan dengan konstruksi tangki²
tolak-bara terpisah (Segregated Ballast
Tanks) yang memadai. Persyaratan ini
memperkenankan cara pencucian tangki²
muatan dengan minyak mentah
muatannya (Crude Oil Washing)
2. Persyaratan² tambahan diwajibkan
adalah menyangkut sub-divisi dan
stabilitas kerusakan (damage stability)
Aturan 13F, Annex I, MARPOL 73 / 78

 Persyaratan2 struktural untuk kapal2 tangki minyak baru


dengan ukuran ≥ 600 tdw :
(a) kontrak pembangunan pada atau setelah tanggal
6 Juli 1993
(b) peletakan lunas kapal pada atau setelah tanggal
6 Januari 1994
(c ) pelepasan kapal pada atau setelah tanggal 6 Juli 1996
(d) kapal sementara diadakan perubahan besar (major
conversion) :
(i) tanggal kontrak setelah 6 Juli 1993
(ii) pembangunan dimulai setelah tgl 6 Januari 1994
(iii) konversi selesai dikerjakan setelah tgl 6 Juli 1996
 Oily-water Separating Equipment : Aturan 16 (6)
Suatu pemisah / penyaring / kombinasi apapun dari keduanya,
yang didisain untuk menghasilkan aliran yang mengandung
minyak < 100 ppm

 Oil Filtering Equipment : Aturan 16 (6) dan (7)


suatu kombinasi apapun dari suatu pemisah dan suatu
penyaring atau “coalester” yang didisain utk menghasilkan
aliran yang mengandung minyak tidak lebih dari 15 ppm

 Oil / Water Interface Detector :


Suatu perlengkapan untuk menentukan batas minyak / air,
sehingga pembuangan dapat dihentikan sebelum batas
tersebut dicapai
“Oil Discharge Monitoring and Control Systems”

 Terdiri dari 4 sistem utama :

 Sebuah meter kandungan minyak (oil content meter)

 Sebuah meter aliran (flow meter)

 Sebuah unit penghitung (computing unit)

 Suatu sistem pengendalian aliran yang menggunakan katup


penghenti aliran keluar kapal (overboard valve control system)
Perlengkapan dan penataan yang dipasang pada kapal
barang berukuran > 400 GT untuk pengawasan
pembuangan minyak dari ruang² permesinan

1. Perlengkapan Pemisah Air Berminyak (Oily Water


Separating System)

2. Tangki² dengan kapasitas yang cukup untuk menampung


residu² minyak (endapan/lumpur)

3. Sambungan standar pembuangan (Standard Discharge


Connection)

4. Sistem² pemompaan dan penataan pipa² yang terkait


(Associated Piping and Pumping Systems)
Perlengkapan dan penataan yang dipasang pada
kapal² tangki minyak untuk pengawasan
pembuangan minyak dari tangki² muatan
1. Sistem pemonitoran dan pengendalian kandungan minyak untuk
pembuangan² ke-luar kapal [ aturan 15 (3) (a) ]

2. Detektor permukaan antara minyak / air (Oil / Water Interface


Detector) [ aturan 15 (3) (b) ]

3. Penataan² tangki endap =slop tank arrangements [ Aturan 15 (3)


(c) ]

4. Penataan² pemompaan, pipa² dan pembuangan (pumping, piping


and discharge arrangements) [ Aturan 18 ]
Pelaksanaan Peraturan (enforcement)

1. Setiap pelanggaran suatu standar yang telah


ditetapkan IMO / pelanggaran pembuangan,
dapat dikenakan hukuman oleh negara bendera
kapal yang bersangkutan
2. Setiap kapal dalam daerah yuridiksi negara
peserta konvensi, maka hukuman pelanggaran
didasarkan pada undang-undang negara
tersebut atau negara bendera kapal
Pemeriksaan Kapal
1. Kapal² disyaratkan membawa “International
Oil Pollution Prevention Certificate” / IOPP
certificate atau Sertifikat Penyesuaian
persyaratan dalam Konvensi MARPOL 1973
selama negara bendera kapal belum
meratifikasi konvensi
2. Bila kapal tidak memenuhi persyaratan atau
sertipikat hilang atau telah habis masa
berlakunya, maka inspektur negara konvensi
dapat melakukan pemeriksaan
Fasilitas Penampungan (Reception Facilities)

Negara-negara peserta konvensi MARPOL


1973 menerima kewajiban pengadaan dan
memelihara fasilitas-fasilitas penampungan
yang cukup untuk menampung sisa-sisa minyak
dan zat-zat kimia beracun, termasuk kotoran
dan sampah dari kapal-kapal. Negara-negara
pantai sekitar batas daerah-daerah khusus
dikenakan kewajiban tambahan
London, Dumping Convention 1972

 Kovensi tentang Pencegahan Pencemaran Maritim oleh


Dumping, Sisa-sisa buangan dan Unsur-unsur lainnya,
1972, yang disebut : “the International Convention on
the Prevention of Marine Pollution by Dumping of
Waste and Other Matters, 1972”,

 dan diberlakukan secara international pada tahun 1975.

 Konvensi ini mengatur pembuangan sisa² zat beracun


dan menetapkan prosedur administratip dan standar²
tempat pembuangan
Konferensi International tentang Keselamatan Kapal Tangki
Minyak dan Pencegahan Pencemaran, 1978

Dokumen dasar :
 “the International Convention for the Safety of Life at Sea, 1974”, dan
 “the International Convention for the Prevention of Pollution from Ships, 1973”
Hasil:
Hasil:
 Parameter reka bentuk tangki tolak bara / balas terpisah (SBT)
 Konsep tangki tolak bara bersih (CBT)-utk COW
 Sistim gas lembam (IGS)
 Sistim pencegahan pelanggaran (CAS)
Konvensi yang mengatur kewajiban ganti rugi
akibat pencemaran oleh minyak

1. “the International Convention Relating to


Intervention on the High Seas in cases of Oil
Pollution Casualties”: hak negara untuk campur
tangan pada kecelakaan kapal dilaut bebas yang
dapat mengakibatkan pencemaran minyak

2. “the International Convention on Civil Liability


for Oil Pollution Damage, 1969” (CLC 1969):
menjamin bahwa kompensasi yang cukup/sesuai
diterima oleh korban dan menempatkan
kewajiban akan kerusakan pada pemilik kapal

Berlaku secara internasional tahun 1975


“the International Fund for Compensation
for Oil Pollution Damage, 1971”, (FUND 1971)

 Konvensi ini disyahkan karena dirasakan bahwa batas²


kewajiban terlalu rendah/tidak sesuai dan berlaku
secara internasional tahun 1978.
 Hukum Internasional yang mengatur tentang
kewajiban ganti rugi dan biaya pembersihan akibat
pencemaran oleh minyak :
1. The International Convention on Civil Liability for Oil
Pollution Damage, 1969
2. The International Convention on the Establishment of
an International Fund for Compensation for Oil
Pollution Damage, 1971
“ Protocol 1978 “

 Adalah hasil konperensi keselamatan kapal


tangki minyak dan pencegahan pencemaran
yang diselenggarakan pada bulan Feb 1978
 Konvensi Marpol 1973 beserta Protocolnya
disebut:”Konvensi Marpol 73/78”, dan
diberlakukan internasional tanggal 2
Oktober 1983
 Tanggal 22 Mei 1982 IMCO berubah
menjadi IMO
Annex II
PERATURAN-PERATURAN
UNTUK PENGAWASAN
PENCEMARAN OLEH ZAT-ZAT
CAIR BERACUN DALAM
JUMLAH BESAR
Annex II

Ketentuan pembuangan ke laut dan


dari substansi² zat cair beracun
dalam kategori B yang diatur dalam
Aturan 5, Annex II, Konvensi
MARPOL 73/78
ANNEX II
 Substansi² dlm kategori B [aturan (3) (1) (b)-Annex II]
yang terkandung dalam air balas, pencucian² tangki, atau
residu² lain atau campuran² yang mengandung substansi
tersebut dilarang dibuang kelaut, kecuali :
(a) Tangki telah dicuci dahulu (prewash)
(b) Kecepatan se-kurang2 nya 7 knots untuk yang bergerak
sendiri dan 4 knots untuk yang tidak digerakan sendiri
(c) Konsentrasi dan debit pembuangan dalam air di buritan
tidak melampaui 1 ppm
(d) Pembuangan dilakukan dibawah garis air, dengan
memperhatikan lokasi dari hisapan air laut
(e) Pembuangan dilakukan pada suatu jarak tidak kurang dari
12 mil laut dari daratan terdekat dan dalam kedalaman ≥
25 mtr
Lampiran II ( ANNEX II )

Tujuan :
1. Pencegahan pencemaran operasional
oleh zat² cair beracun (Noxious Liquid
Substances = NLS) yang diangkut kapal
dalam jumlah besar
2. Mengurangi kemungkinan bahwa zat2
beracun akibat kecelakaan, akan lepas
kedalam lingkungan laut (marine
environment)
Cara pembuangan zat cair beracun (NLS)
kategori A diluar daerah khusus
 Pembuangan substansi kategori A yg bercampur dengan air tolak bara, air pencucian tangki,
atau residu² lainnya atau campuran² yg mengandung substansi tersebut adalah dilarang.

 Jika demikian, harus dibuang ke fasilitas penampungan didarat pada kosentrasi dibawah 0,1
% berat, kecuali fosfor kuning atau putih dimana kosentrasi residu adalah 0,01 %
Persyaratan angkutan muatan cair beracun
dalam jumlah besar (lampiran II)

1. Pembatasan terhadap tempat² pembuangan dan


prosedur untuk pencucian tangki serta
persyarat-an² untuk hasil pencucian dapat
dibuang ke fasilitas² penampungan (reception
facilities)
2. Pembuangan zat² cair beracun tidak
diperkenan-kan dalam batas 12 mil dari daratan
terdekat
3. Laut Baltic dan laut Hitam sbg daerah² khusus
4. Persyaratan² label, tempat penyimpanan dan
standar² lainnya untuk pengepakan serta
penanganan zat² berbahaya terbungkus
 Setiap air yang kemudian ditambahkan kedalam tangki
dapat dibuang kedalam laut, jika kondisi² berikut ini
dipenuhi :

(a) Kapal sedang melaju pada kecepatan se-kurang²


nya 7 knots jika kapal digerakan sendiri atau se-kurang²
nya 4 knots jika kapal tidak digerakan sendiri

(b) Pembuangan dilakukan dibawah garis air, dengan


memperhatikan lokasi hisapan air laut

(c) Pembuangan dilakukan pada suatu jarak tidak kurang dari


12 mil laut dari daratan terdekat dalam suatu kedalaman
air tidak kurang dari 25 meter
Dasar falsafah dibalik konsep Annex II

Tujuan akan tercapai dengan baik oleh


adanya suatu jaminan bahwa kapal²,
setelah membongkar suatu jenis muatan
NLS, tidak dibenarkan berlayar kecuali
residu muatan dalam tangki² dan saluran
pipa² yang berhubungan telah berkurang
hingga jumlah tertentu yang tidak
berarti
Kategori Zat-zat Cair Beracun
 Dibagi dalam 4 kategori yaitu : A, B, C dan D, sesuai tingkat ² bahaya yang dimiliki terhadap lingkungan laut

 Tingkat² bahaya ini ditetapkan oleh kelompok ahli mengenai aspek² ilmiah akan pencemaran laut (the Group of
Experts on Scientific Aspects of Marine Pollution = GESAMP)

 Zat² dalam kategori “A” memiliki tingkat bahaya tertinggi dan “D” memiliki tingkat bahaya terendah terhadap
lingkungan laut
Persyaratan Annex II Konvensi MARPOL 73/78

Setiap kapal yang mengangkut zat-


zat cair beracun (NLS) dalam
jumlah besar, harus dilengkapi
dengan sebuah Buku Pedoman
tentang Prosedur dan Tata-
Susunan (Procedures and
Arrangements Manual) yang
disetujui oleh Badan Administrasi
Peraturan-peraturan dalam ANNEX II
 Pengawasan pembuangan operasional zat-
zat cair beracun dan membatasi sekecil
mungkin “accidental discharge”
 Buangan ada 2 macam :

a. accidental discharge: tumpahan muatan


akibat kerusakan ruang muatan atau
muatan yang melimpah keluar kapal
b. operational dicharge: pembuangan
sebagai hasil pencucian tangki muatan dan
pipa saluran, pembuangan tolak bara atau
residu lainnya serta bilga dari ruang
pompa muatan
Maksud dari P & A
(Procedure & Arangement) Manual
 Untuk mengidentifikasi tata susunan dan
perlengkapan yang dibutuhkan serta
memberi petunjuk kepada perwira kapal
akan prosedur operasional penanganan
muatan, pembersihan tangki muatan,
penanganan limbah, pembuangan residu,
pengisian dan pembuangan tolak bara
 P & A Manual beserta Buku Catatan
Muatan (Cargo Record Book) dan
Sertipikat NLS digunakan Badan
Administrasi untuk pengawasan
Annex III

Peraturan pencegahan
pencemaran oleh zat
berbahaya dalam bentuk
kemasan,mobil2 tanki.
Annex III , MARPOL 73 / 78
Peraturan² untuk Pencegahan Pencemaran oleh Substansi² berbahaya
yang diangkut melalui lautan dalam bentuk kemasan
Aturan 1 : Aplikasi
Aturan 2 : Pengepakan / Pengemasan (Packing)
Aturan 3 : Pemberian tanda dan label (Marking and
Labeling)
Aturan 4 : Dokumentasi (Documentation)
Aturan 5 : Penimbunan, penumpukan, pemadatan
atau pemuatan (Stowage)
Aturan 6 : Pembatasan jumlah (Quantity limitations)
Aturan 7 : Pengecualian (Exceptions)
Aturan 8 : Pengawasan Negara Pelabuhan akan persyaratan²
operasional (Port State Control on Operational
requirements)
Annex IV

Peraturan pencegahan
kotoran dari kapal.
Pembuangan kotoran (sewage) menurut aturan 8,
lampiran (Annex) IV, Konvensi MARPOL 73/78

Kapal membuang kotoran yang telah bebas


bakteri (comminuted and disinfected)
menggunakan suatu sistem (sewage treatment
plant) yang diakui Administrasi sesuai aturan 3(1)
(a) pada suatu jarak > 4nm dari daratan terdekat,
atau kotoran yang tidak dibebas bakterikan
dibuang pada suatu jarak ≥ 12 nm dari daratan
terdekat.
Kotoran yang telah ditampung dalam suatu tangki
(holding tanks) tidak boleh dibuang secara
serentak tetapi dengan aliran yang sedang pada
saat kapal melaju pada kecepatan ≥ 4 knots
Annex IV MARPOL 73 / 78
Aturan 2 :
a. (i) kapal² baru dari 200 tons GT dan keatas ;
(ii) kapal² baru dari < 200 tons GT yang
disertifikasi untuk mengangkut > 10 orang
(iii) kapal² baru yang tidak memiliki suatu GT terukur dan
disertifikasikan untuk mengangkut > 10 orang

b. (i) kapal² lama dari 200 tons GT dan keatas, 10 tahun setelah
tanggal Annex ini diberlakukan;
(ii) kapal² lama dari < 200 tons GT yang disertifkasikan untuk
mengangkut > 10 orang, 10 tahun setelah tanggal Annex
diberlakukan
(iii) kapal² lama yang tidak memiliki suatu GT terukur dan
disertifikasikan untuk mengangkut > 10 orang, 10 tahun
setelah tanggal Annex diberlakukan
Annex IV MARPOL 73 / 78
 Aturan 4 : Sertifikat :  ISPP Certificate
International Sewage Pollution Prevention Certificate (1973)

 Aturan 8 :- “ Discharge of Sewage “


1. Mengacu pada aturan 9 (exceptions), pembuangan kotoran kelaut
dilarang, kecuali jika :
(a) telah dimurnikan/dibasmi hamakan
(b) persyaratan operasional “STP”:
(i) hasil tes instalasi dituliskan dalam sertipikat ISPP (1973)
(ii) aliran tidak menghasilkan bagian padat yang nampak mengapung,
atau
(c) kapal berada dalam perairan dibawah yuridiksi suatu
negara dan membuang kotoran sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan oleh negara ybs
2. Bila kotoran dicampur dengan limbah yang memiliki persyaratan
pembuangan berbeda, maka persyaratan akan lebih ketat
Annex IV MARPOL 73 / 78

 Aturan 11: Standard Discharge Connections

 Ukuran flens :
Diameter luar : 210 mm
Diameter dalam : sesuai dengan diameter
luar pipa
Diameter tusuk : 170 mm
Lebar slot : 18 mm
Jumlah baut : 4 dengan diameter 16 mm
Tebal flens : 16 mm
Revisi Annex IV
( Sidang MEPC ke-44, 20 Oktober 1999 )

 Aturan 2 :
1. Kapal² baru dari 400 tons GT dan keatas;
2. Kapal² baru kurang dari 400 tons GT yang
disertifikasikan untuk mengangkut > 15 orang;
3. Kapal² lama dari 400 tons GT dan keatas, 5
tahun setelah tanggal diberlakukan Annex ini;
4. Kapal² lama < 400 tons GT yang
disertifikasikan untuk mengangkut > 15 orang, 5
tahun setelah tanggal diberlakukan Annex ini,
yang terlibat dalam pelayaran Internasional.
Discharge conditions for sewage from ships

 Sea Area
 Discharge Criteria
 With 4 nm from land
 No discharge except from approved sewage treatment certified
 Between 4 & 12 nm from land
 No discharge except from:
 Approved sewage treatment plant certified
 An approved system for comminuting and disinfecting sewage
 More than 12 nm from land
 Discharge from (1) or (2) above; or sewage which is not
comminuted or disinfected when ship is en route and proceeding at
speed not less than 4 knots
Annex V

Peraturan pencegahan
pencemaran sampah
dari kapal
“ Garbage Management Plan “

 Prosedur² tertulis yang dibuat adalah


untuk :
> pengumpulan (collecting)
> penyimpanan (storing)
> pemrosesan dan pembuangan sampah,
termasuk pemakaian peralatan dikapal

Juga akan menunjuk personil yang


bertanggung jawab untuk melaksanakan
rencana manajemen ini
Sampah ( Garbage )
 Semua jenis makanan, limbah domestik dan
operasional kecuali ikan segar
 Tidak ada perlengkapan khusus, servei atau
sertifikat yang disyaratkan
 Pembuangan plastik, tali sintetis, jaringan ikan
dan kantung plastik dilarang
 Berikut ini dapat dibuang:
> 25 nm dari daratan: “dunnage”, bahan² tali dan
paking yang terapung
> 12 nm dari daratan: kertas, kain
gosok/majun,metal,botol sisa makanan
> 3 nm dari daratan : kertas, kain gosok/majun,
metal, barang pecah belah dan sisa makanan
terserak
Larangan pembuangan kotoran
dan sampah dari kapal
 Pembuangan kotoran dari kapal tidak diperkenankan
dalam batas 4 mil dari daratan kecuali kapal
diperlengkapi dengan instalasi pemurnian operasional
(Sewage Treatment Plant). Pembuangan kotoran dari
kapal dalam batas 4 hingga 12 mil dari daratan harus
melalui proses pembasmian hama atau kuman
(disinfected).

 Jarak² minimum ditetapkan sehubungan dengan


pembuangan sampah dari kapal². Pembuangan semua
jenis plastik ke-laut adalah sama sekali dilarang.
The following stipulations apply :

1. The disposal of any plastic garbage into


the sea, including, but not limited to
synthetic fishing nets, ropes and plastic
rubbish bags, is prohibited;
2. Dunnage, lining, and packing material
which float shall only be disposed of sea
more than 25 nm from land;
3. Food wastes and all other garbage
(including paper products, rags, metal,
bottles, and crockery) shall not be
discharged within 12 nm
Larangan pembuangan sampah sesuai dgn jenisnya

< 3 mil 3 mil -12 mil 12 mil - 25 mil > 25 mil


plastik plastik plastik plastik
kertas terap (dunnage) terap (dunnage)
kain lap / dilarang * dalam daerah
majun membuang bila khusus, pembu-
Gelas kedalaman air angan
pecah-belah < 25 m makanan sisa
Kertas kelaut dilakukan
terap
kain lap / majun sejauh mungkin
(dunnage)
metal dari darat, tidak
makanan kurang 12 mil
Gelas
dari garis dasar
Pecah belah (base lines)
makanan
Annex VI

Peraturan pencegahan polusi


udara oleh kapal
Tanggal 26 September 1997,
peserta konvensi MARPOL 1973 /
Protokol 1978, mengadopsi Annex
VI : Peraturan² untuk Pencegahan
Pencemaran Udara dari kapal²
(1997 Protokol)
 Bahaya-bahaya yang mengancam kapal :
* internal dan
* external
 Bahaya yang mengancam kelestarian
lingkungan laut :
* minyak
* zat-zat cair beracun (NLS)
* barang² berbahaya dalam bentuk kemasan
(harmful goods in packaged form)
* sewage
* sampah (garbage)
 Yang mengancam Atmosfir :
* pengeluaran ke atmosfir :
- kelebihan SO2dari pembakaran bahan
bakar dan NO2 dari motor diesel
- kompon organik yang mudah menguap
dari muatan tanker
- gas-gas yang merusak lapisan ozon
seperti CFCs
Aturan 9 : Buku Catatan Muatan
(Cargo Record Book)

 memuat & membongkar muatan


 Mengangsur antar tangki muatan
 Membersihkan tangki-tangki muatan
 Mengisi dan membuang balas ke/dari
tangki-tangki muatan
 Mengangsur residu-residu
kefasilitas penampungan dipelabuhan
 Pembuangan kelaut atau penguapan
oleh ventilasi
Pembuangan dari ruang² permesinan pada semua
kapal ukuran ≥ 400 GT (termasuk tankers)

 Diluar daerah khusus:


* tidak boleh dilakukan pembuangan kecuali
1. Kandungan minyak tidak melampui 15 ppm
2. Dalam pelayaran
3. Pada posisi 12 mil dari daratan dan kandungan minyak dapat
< 100 ppm
4. Monitor pembuangan minyak dan pemisah air berminyak
beroperasi / bekerja

 Didalam daerah khusus:


* kecuali dalam perjalanan dengan menggunakan alat
penyaringan dan pemutus aliran otomatik yang akan
bekerja jika kandungan minyak melampaui 15 ppm
Pemisah air-berminyak (Oily-Water Separator)

 Harus didisain, dikonstruksikan, memiliki kapasitas dan kekuatan


yang memadai
 Dipasang pembatas tekanan – lebih
 Kapasitas pompa tidak boleh lebih dari kapasitas yang didisain dari
separator
 Harus mampu memisahkan campuran minyak dengan berat jenis
tidak kurang dari 0,94
 Kandungan minyak dari aliran pembuangan tidak melampaui 100
ppm
 Harus ada kemudahan untuk pembersihan dan pemeriksaan
 Harus memiliki: (i) sebuah pengukur tekanan
(ii) sebuah katup cerat
(iii) alat pencegah aliran balik
(iv) sarana untuk mengambil contoh pada inlet/outlet
Kapal tangki minyak baru (New Oil Tanker)

(a) Kontrak pembangunan setelah tgl 1 Juni 1979


(b) Peletakan lunas kapal setelah tgl 1 Januari
1980
(c) Penyerahan kapal setelah tgl 1 Juni 1982
(d) Telah menjalankan perubahan/konversi:
(i) kontrak dibuat setelah tgl 1 Juni 1979
(ii) pekerjaan pembangunan dimulai setelah
tgl 1 Januari 1980
(iii) yang diselesaikan setelah tgl 1 Juni 1982
Ukuran “ Slop Tank” untuk kapal tangki minyak (tanker)

Slop tank / tangki endap harus memiliki


kapasitas yang diperlukan untuk menahan
endapan yang dihasilkan dari pencucian²
tangki, residu² minyak dan residu² balas
kotor. Total kapasitas dari slop tank tidak
boleh kurang dari 3% kapasitas angkut
minyak dari kapal, kecuali Administrasi
menetapkan lain.
Kegiatan² yang ditulis didalam
Buku Catatan Minyak ( Oil Record Book )

Setiap kapal berukuran ≥ 400 GT harus


dilengkapi dengan sebuah Buku Catatan
Minyak Bagian I (operasi-operasi ruang
permesinan) dan setiap kapal tangki
minyak berukuran ≥ 150 GT juga harus
dilengkapi dengan Buku Catatan Minyak
Bagian II (operasi-operasi muatan /
balas)
 Buku Catatan Minyak harus diisi pd setiap kejadian :
(a) operasi² ruang permesinan (semua kapal) :
(i) isi balas/membersihkan tangki² bhn bakar
(ii) buang balas kotor/air cucian sub (a) (i)
(iii) pembuangan residu² berminyak (lumpur)
(iv) pembuangan kecuali air bilga yang telah akumulasi dalam ruang
permesinan
(b) operasi-operasi muatan / balas (oil tankers) :
(i) muat minyak muatan
(ii) angsur minyak muatan antar tangki
(ii) bongkar minyak muatan
(iv isi balas ketangki muatan dan DCBT
(v) bersihkan tangki muatan termasuk COW
(vi) buang balas kecuali dari SBT
(vii) buang air dari “slope tanks”
(viii) menutup semua katup yang dipakai/alat sejenis setelah
operasi pembuangan dari slop tanks
(ix) menutup katup yang diperlukan untuk isolasi DCBT muatan &
saluran “stripping” setelah operasi pembuangan sloptank
(x) pembuangan resiu-residu
Jenis-jenis pemeriksaan (survey) untuk tanker
yang berkaitan dengan sertfikat IOPP
 Sebelum sertifikat IOPP diterbitkan untuk pertama kali,
harus dilakukan pemeriksaan I (Initial Survey).

 Pemeriksaan berikutnya adalah :

* pemeriksaan tahunan (Annual Survey),


dilaksanakan dalam kurun waktu 3 bln sebelum
atau sesudah tanggal ulang tahun sertfikat tsb

* pemeriksaan antara (Intermediate Survey),


dilaksanakan dalam kurun waktu 6 bulan
sebelum atau sesudah tanggal pertengahan
periode berlakunya sertifikat
Dokumen² yang harus dibawa oleh kapal² tangki
minyak selama berlayar sebagai alat pengontrol
pencegahan dan penaggulangan pencemaran :
Sertifikat IOPP beserta supplement B
Buku petunjuk kerja dan perlengkapan COW
Buku petunjuk kerja dan perlengkapan IGS
Oil Record Book, part I & II
SOPEP
Garbage Management Plan
Garbage Record Book
Sertifikat Keselamatan Perlengkapan Kapal untuk
meyakini bahwa sistem gas lembam (IGS) sesuai
dengan peraturan
Jenis² pencemaran yang diatur
dalam Konvensi MARPOL 73/78

 Pencemaran oleh minyak


 Pencemaran oleh zat² cair beracun dalam
bentuk curahan
 Pencemaran oleh zat² yang merugikan diangkut
dalam bentuk terbungkus, peti kemas, tangki
lepas atau mobil² tangki dan gerbong² tangki
 Pencemaran oleh kotoran dari kapal²
 Pencemaran oleh sampah dari kapal²
 Pencemaran udara dari kapal²
Guna lambung ganda (double hull)

untuk memperhitungkan “Oil Outflow


Performance” dalam kejadian
tubrukan atau kandas .

Secara khusus guna lambung ini


adalah untuk mencegah mengalirnya
minyak keluar dari kapal bila terjadi
tubrukan atau kandas
Isi dari “ P & A Manual “ yang harus dibawa oleh “
Chemical Tankers”

 Pendahuluan :

1. Gambaran utama dari Annex II, Konvensi MARPOL


73/78
2. Uraian dari perlengkapan dan tata-susunan kapal
3. Prosedur² pembongkaran muatan dan penipisan isi tangki
muatan (tank stripping)
4. Prosedur² yang berhubungan dengan pembersih-an tangki²
muatan, pembuangan residu, pengisian dan pembuangan
tolak bara dst
Prosedur “Load On Top” pada “Crude Oil
Tanker”
 Prosedur ini adalah salah satu upaya anti-polusi yang biasa dilakukan
oleh kapal² tangki minyak mentah (crude oil tankers)

 Selama pencucian tangki dengan air, residu2 minyak atau emulsi air
bekas pencucian dipompakan ke dalam tangki endap (slop tank)

 Pengendapan dilakukan beberapa hari, sebagian besar minyak


memisahkan diri pada permukaan air / campuran, kadang2 dibantu
dengan coil pemanas yang terletak di-tengah2 tangki

 Air bersih mengendap dibagian dasar tangki dan antara keduanya ada
suatu lapisan dari suatu emulsi (campuran) minyak dan air
 Tinggi / tebal “interface” dapat diukur oleh suatu detektor yang
disebut “Oil / Water Interface Detector”

 Setelah memastikan jumlah air bersih yang terkumpul, maka dapat


dibuang kelaut melalui alat pemonitoran air berminyak (Oily Water
Monitoring Equipment)

 Setelah air bersih dibuang, minyak yang tertinggal, jumlah air dan
emulsi dihitung

 Jumlah yang diperoleh berlainan dengan muatan sebelumnya serta


ukuran tangki2 muatan, apakah centre or wing tank dan apakah COW
telah dilakukan. Suatu formula empiris dimungkinkan untuk “cargo
inspector” menghitung perkiraan jumlah yang diperoleh

 Pada pelabuhan pemuatan, jumlah yang tertinggal dikapal dilaporkan


dan muatan baru dimuat kedalam tangki yang sama
Ketentuan pembuangan dari ruang² permesinan pada
semua kapal berukuran ≥ 400 GT
Pembuangan di luar daerah khusus, tidak boleh dilakukan, kecuali :
 Kandungan minyak tidak melampaui 15 ppm
 Kapal dalam pelayaran
 Posisi kapal 12 mil laut dari daratan terdekat dan kandungan minyak
dapat < 100 ppm
 Pemonitoran pembuangan minyak dan pemisah air berminyak
dioperasikan / bekerja

Pembuangan di dalam daerah khusus, tidak boleh dilakukan, kecuali :


 Dalam pelayaran menggunakan alat penyaringan dan pemutus aliran
otomatik yang akan bekerja jika kandungan minyak melampaui 15
ppm
Terhitung tanggal 6 Juli 1998 :

 Pembuangan hanya dilakukan dalam perjalanan /


pelayaran
 Kandungan minyak tidak melampaui 15 ppm
 Pemonitoran pembuangan minyak dan pemisah air
berminyak (OWS) harus dioperasikan
 Kapal² harus dipasang perlengkapan yang akan
menahan minyak tidak lepas ke dalam bilga kecuali
kapal dipasang pemisah air berminyak

Anda mungkin juga menyukai