Anda di halaman 1dari 101

Proses Bisnis menyeluruh bidang Nautika Kapal Penangkap Ikan

Judul Modul Ajar Dasar-Dasar Nautika Kapal Penangkap


Ikan
Peruntukan Modul Kelas X
Program Keahlian Nautika Kapal Penangkap Ikan
Penulis Idza Zulzilatin MF, S.Pi
Jumlah Jam 18 JP (3x6x45 menit)
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami proses bisnis nautika kapal penangkap
ikan sebagai bagian integral dari bisnis pelayaran perikanan, antara lain tentang penerapan
prosedur darurat dan K3LH, persyaratan kerja di kapal, kontrak kerja, buku pelaut,
sertifikasi, hukum maritim dan hukum perikanan, penangkapan ikan
PERTEMUAN 1
(6JP)
TUJUAN PEMBELAJARAN KRITERIA KETERCAPAIAN
Memahami proses bisnis nautika kapal  Menerapkan prosedur darurat dalam
penangkap ikan sebagai bagian integral dari melakukan evakuasi bahaya di tempat
bisnis pelayaran perikanan kerja
 Menerapkan K3LH untuk memelihara
dan melindungi rekan kerja di
lingkungan kerja

KONSEP UTAMA PENGETAHUAN/KETERAMPILAN


PRASYARAT
Memahami proses bisnis nautika kapal Mampu menjelaskan proses bisnis di bidang
penangkap ikan kemaritiman

PROFIL PELAJAR PANCASILA


1. Beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia: Peserta
didik mengembangkan kemampuan beriman, bertakwa kepada Tuhan YME dengan
menciptakan karya yang berhubungan dengan Tuhan YME, dirinya sendiri, orang lain
maupun lingkungan
2. Mandiri : Peserta didik mengembangkan sikap mandiri untuk mengekspresikan dirinya
dalam bentuk karya
3. Bernalar Kritis : Peserta didik Merefleksi dan mengevaluasi pemikirannya sendiri
4. Gotong Royong : Peserta didik memiliki kemampuan gotong royong, yang memiliki
kemampuan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama agar pekerjaan berjalan
lancar
KATA KUNCI, TOPIK/KONTEN INTI
Prosedur darurat, K3LH
SARANA DAN PRASARANA
Laptop/Gadget/Komputer, Jaringan Interbnet, Proyektor/LCD
KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK
Target perangkat ajar ini dapat digunakan guru untuk mengajar:
Peserta didik regular/tipikal (tanpa ketunaan dan kesulitan belajar atau berpencapaian tinggi)
Jumlah peserta didik dalam pembelajaran untuk maksimal 28 peserta didik
MODEL PEMBELAJARAN
Problem Based Learning
 Tatap Muka
ASESMEN JENIS ASESMEN
Individu Perfoma dalam presentasi hasil
Kelompok Tertulis (tes objektif, esai)

KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pengaturan Peserta Didik
 Berkelompok (5-6 orang)
Metode
 Ceramah
 Diskusi
 Presentasi
MATERI, ALAT DAN BAHAN
 Materi Ajar
Ruang Lingkup Materi:
1. Prosedur Darurat
2. K3LH
PROSEDUR DARURAT

A. Deskripsi
Kecelakaan dapat terjadi pada kapal dalam pelayaran, sedang berlabuh atau sedang
melakukan kegiatan bongkar muat di pelabuhan/terminal meskipun sudah dilakukan usaha
supaya yang kuat untuk menghindarinya. Untuk melindungi pelaut dan mencegah resiko dalam
suatu aktifitas di kapal, manajemen harus memperhatikan ketentuan yang diatur dalam Health
and Safety work Act, 1974 terutama menyangkut kesehatan dan keselamatan kerja, baik dalam
keadaan normal maupun darurat. Karena suatu keadaan darurat biasanya terjadi sebagai akibat
tidak bekerja normalnya suatu sistem secara prosedural ataupun karena gangguan alam.
Kapal sebagai bangunan terapung yang bergerak dengan daya dorong pada kecepatan
yang bervariasi melintasi berbagai daerah pelayaran dalam kurun waktu tertentu akan
mengalami berbagai problematika yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti cuaca,
keadaan alur pelayaran, manusia, kapal itu sendiri dan lain-lain yang belum dapat diduga oleh
kemampuan manusia, yang pada akhirnya menimbulkan gangguan pelayaran dari kapal.
Prosedur adalah suatu tata cara atau pedoman kerja yang harus diikuti dalam
melaksanakan suatu kegiatan agar mendapat hasil yang baik. Keadaan darurat adalah Keadaan
yang lain dari keadaan normal yang mempunyai kecenderungan atau potensi tingkat yang
membahayakan baik bagi keselamatan manusia, harta benda maupun lingkungan. Dari
pengertian tersebut diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa Prosedur keadaan darurat adalah
tata cara/pedoman kerja dalam menanggulangi suatu keadaan darurat, dengan maksud untuk
mencegah atau mengurangi kerugian lebih lanjut atau semakin besar. Di bawah ini akan di
uraikan Jenis jenis Prosedur Keadaan Darurat antara lain :
1. Prosedur intern (lokal) Prosedur Ini merupakan pedoman pelaksanaan untuk masing-
masing bagian/ departemen, dengan pengertian keadaan darurat yang terjadi masih dapat
di atasi oleh bagian-bagian yang bersangkutan, di kapal secara terkoordinasi dan
terintegrasi dari semua unit satuan tugas di kapal dan di darat (Manajemen Respon
Team/MRT) sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP), antara lain :
 Tugas dan tanggung jawab awak kapal sesuai peraturan dinas awak kapal (PDAK) dan
penanggulangan keadaan darurat sesuai Muster List.
 Tindakan penanggulangan keadaan darurat (Contingen Plant).
 Ketentuan meninggalkan kapal (Abandon Ship)
 Cara bertahan hidup di laut (Sea Survival).
 Prosedur umum (utama)
Prosedur umum merupakan pedoman perusahaan secara keseluruhan dan telah
menyangkut keadaan darurat yang cukup besar atau paling tidak dapat membahayakan
kapal-kapal lain atau dermaga/terminal. Dari segi penanggulangannya diperlukan
pengerahan tenaga yang banyak atau melibatkan kapal-kapal / pengusaha pelabuhan
setempat (MRT).
Kesiapan menghadapi keadaan darurat adalah kemampuan atau kecakapan awak
kapal dan orang-orang pekerja lainnya untuk bekerja di kapal secara profesional (terlatih)
sehingga mampu menanggulangi keadaan darurat di kapal dan apabila harus meninggalkan
kapal dapat bertahan hidup di laut (sea Survival) sampai bantuan tiba atau dapat
menyelamatkan diri. Untuk dapat memahami dalam menghadapi keadaan darurat
diperlukan :
a. Pemahaman (sosialisasi) prosedur penanggulangan keadaan darurat
b. Familiarisasi tugas individu dan kelompok
c. Latihan penanggulangan keadaan darurat secara rutin
d. Kegiatan fisik dan mental
e. Kerjasama kelompok.
2. Jenis-Jenis Keadaan Darurat
Gangguan pelayaran pada dasarnya dapat berupa gangguan yang dapat langsung
diatasi, bahkan perlu mendapat bantuan langsung dari pihak tertentu, atau gangguan yang
mengakibatkan Nakhoda dan seluruh anak buah kapal harus terlibat baik untuk mengatasi
gangguan tersebut atau untuk hares meninggalkan kapal. Keadaan gangguan pelayaran tersebut
sesuai situasi dapat dikelompokkan menjadi keadaan darurat yang didasarkan pada jenis
kejadian itu sendiri, sehingga keadaan darurat ini dapat disusun sebagai berikut :
a. Tubrukan
b. Kebakaran/ledakan
c. Kandas
d. Kebocoran/tenggelam.
e. Orang jatuh ke laut
f. Pencemaran
Dan bahaya-bahaya lain yang mengancam keselamatan kapal sehingga dapat digolongkan
keadaan darurat antara lain :
a. Kerusakan mesin induk atau mesin bantu
b. Kehilangan kemudi, baling-baling dan jangkar
c. Cuaca buruk (kabut, ombak, badai, taipon badai pasir dan salju)
d. Berlayar masuk pada daerah berbahaya alur pelayaran sempit dan dangkal
e. Berlayar masuk daerah musuh/ranjau
f. Terjadi perompakan, teroris dan perusakan
Keadaan darurat di kapal dapat merugikan Nakhoda dan anak buah kapal serta pemilik
kapal maupun Iingkungan taut bahkan juga dapat menyebabkan terganggunya 'ekosistem' dasar
taut, sehingga perlu untuk memahami kondisi keadaan darurat itu sebaik mungkin guna
memiliki kemampuan dasar untuk dapat mengindentifikasi tanda-tanda keadaan darurat agar
situasi tersebut dapat diatasi oleh Nakhoda dan anak buah kapal maupun kerjasama dengan
pihak yang terkait.
Dibawah ini akan diuraikan jenis-jenis keadaan darurat :
1) Tubrukan
Keadaan darurat karena tubrukan kapal dengan kapal atau kapal dengan dermaga
maupun dengan benda tertentu akan mungkin terdapat situasi kerusakan pada kapal, korban
manusia, tumpahan minyak ke laut (kapal tangki), pencemaran dan kebakaran. Situasi Iainnya
adalah kepanikan atau ketakutan petugas di kapal yang justru memperlambat tindakan,
pengamanan, penyelamatan dan penanggulangan keadaan darurat tersebut.
Gambar 1. Tubrukan di laut
(Google Image, 2021)
2) Kebakaran / ledakan
Kebakaran di kapal dapat terjadi di berbagai lokasi yang rawan terhadap kebakaran,
misalnya di kamar mesin, ruang muatan, gudang penyimpanan perlengkapan kapal, instalasi
listrik dan tempat akomodasi Nakhoda dan anak buah kapal.
Sedangkan ledakan dapat terjadi karena kebakaran atau sebaliknya kebakaran terjadi
karena ledakan, yang pasti kedua-duanya dapat menimbulkan situasi darurat serta perlu
untuk diatasi.
Keadaan darurat pada situasi kebakaran dan ledakan tentu sangat berbeda dengan
keadaan darurat karena tubrukan, sebab pada situasi yang demikian terdapat kondisi yang
panas dan ruang gerak terbatas dan kadangkadang kepanikan atau ketidaksiapan petugas
untuk bertindak mengatasi keadaan maupun peralatan yang digunakan sudah tidak layak
atau tempat penyimpanan telah berubah.
3) Kandas
Kapal kandas pada umumnya didahului dengan tanda-tanda putaran baling-baling
terasa berat, asap di cerobong mendadak menghitam, badan kapal bergetar dan kecepatan
kapal berubah kemudian berhenti mendadak.Pada saat kapal kandas tidak bergerak, posisi
kapal akan sangat tergantung pada permukaan dasar taut atau sungai dan situasi di dalam
kapal tentu akan tergantung juga pada keadaan kapal tersebut.
Pada kapal kandas terdapat kemungkinan kapal bocor dan menimbulkan
pencemaran atau bahaya tenggelam kalau air yang masuk ke dalam kapal tidak dapat
diatasi, sedangkan bahaya kebakaran tentu akan dapat saja terjadi apabila bahan bakar atau
minyak terkondisi dengan jaringan listrik yang rusak menimbulkan nyala api dan tidak
terdeteksi sehingga menimbulkan kebakaran. Kemungkinan kecelakaan manusia akibat
kapal kandas dapat saja terjadi karena situasi yang tidak terduga atau terjatuh saat terjadi
perubahan posisi kapal.
Kapal kandas sifatnya dapat permanen dan dapat pula bersifat sementara
tergantung pada posisi permukaan dasar laut atau sungai, ataupun cara mengatasinya
sehingga keadaan darurat seperti ini akan membuat situasi di lingkungan kapal akan terjadi
rumit.
Gambar 2. Kapal Kandas
4) Kebocoran/Tenggelam
Kebocoran pada kapal dapat terjadi karena kapal kandas, tetapi dapat juga terjadi
karena tubrukan maupun kebakaran serta kerusakan kulit pelat kapal ka rena korosi,
sehingga kalau tidak segera diatasi kapal akan segera tenggelam.
Air yang masuk dengan cepat sementara kemampuan mengatasi kebocoran
terbatas, bahkan kapal menjadi miring membuat situasi sulit diatasi. Keadaan darurat ini
akan menjadi rumit apabila pengambilan keputusan dan pelaksanaannya tidak didukung
sepenuhnya oleh seluruh anak buah kapal, karena upaya untuk mengatasi keadaan tidak
didasarkan pada azas keselamatan dan kebersamaan.
5) Orang jatuh ke laut
Orang jatuh ke laut merupakan salah satu bentuk kecelakaan yang membuat situasi
menjadi darurat dalam upaya melakukan penyelamatan. Pertolongan yang diberikan tidak
dengan mudah dilakukan karena akan sangat tergantung pada keadaan cuaca saat itu serta
kemampuan yang akan memberi pertolongan, maupun fasilitas yang tersedia.
6) Pencemaran
Pencemaran laut dapat terjadi karena buangan sampah dan tumpahan minyak saat
bunkering, buangan limbah muatan kapal tangki, buangan limbah kamar mesin yang
melebihi ambang 15 ppm dan karena muatan kapal tangki yang tertumpah akibat tubrukan
atau kebocoran.
Upaya untuk mengatasi pencemaran yang terjadi merupakan hal yang sulit karena
untuk mengatasi pencemaran yang terjadi memerlukan peralatan, tenaga manusia yang
terlatih dan kemungkinan-kemungkinan resiko yang harus ditanggung oleh pihak yang
melanggar ketentuan tentang pencegahan pencemaran.

3. Denah Keadaan Darurat


a. Persiapan.
Perencanaan dan persiapan adalah syarat utama untuk mencapai keberhasilan
pelaksanaan keadaan darurat dikapal.
Nahkoda dan para perwira harus menyadari apa yang mereka harus lakukan pada
keadaan darurat yang bermacam-macam, misalnya kebakaran di tangki muatan, kamar mesin,
kamar A.B.K. dan orang pingsan di dalam tangki, kapal lepas dari dermaga dan Hanyut, cara
kapal lepas dermaga dan lain-lain. Harus dapat secara cepat dan tepat mengambil keputusan
apa yang harus dilakukan untuk mengatasi segala macam keadaan darurat.
Data/info yang selalu harus siap
 Jenis jumlah dan pengaturan muatan.
 Apakah ada cairan kimia yang berbahaya.
 General arrangement dan stabilitas info, serta
 Rencana peralatan pemadam kebakaran.
b. Organisasi keadaan darurat
Suatu organisasi keadaan darurat harus disusun untuk operasi keadaan darurat.
Maksud dan tujuan organisasi bagi setiap situasi adalah untuk :
 Menghidupkan tanda bahaya.
 Menemukan dan menaksir besarnya kejadian dan kemungkinan bahayanya.
 Mengorganisasi tenaga dan peralatan.
Ada empat petunjuk perencanaan yang perlu diikuti :
 Pusat komando (Bridge Manajement)
Kelompok yang mengontrol kegiatan di bawah pimpinan Nahkoda atau perwira senior
serta dilengkapi perangkap komunikasi intern dan extern.
 Satuan kesadaran darurat (regu darurat)
Kelompok di bawah perwira senior yang dapat menaksir keadaan, melapor kepusat
komando menyarankan tindakan apa yang harus diambil apa dan dari mana bantuan
dibutuhkan.
 Satuan pendukung (regu penolong)
Kelompok pendukung ini di bawah seorang perwira harus selalu slap membantu kelompok
induk dengan perintah pusat komando dan menyediakan bantuan pendukung seperti
peralatan, perbekalan, bantuan medis, termasuk alat bantuan pernapasan dan lain-lain.
 Kelompok ahli mesin
Kelompok di bawah satuan pendukung Engineer atau Senior Engineer menyediakan
bantuan atas perintah pusat komando.Tanggung jawab utamanya di ruang kamar mesin, dan
bisa memberi bantuan bila diperlukan.
c. Tindakan pendahuluan
Seseorang yang menemukan keadaan darurat harus membunyikan tanda bahaya,
laporkan kepada perwira jaga yang kemudian menyiapkan organisasi, sementara itu yang
berada dilokasi segera mengambil tindakan untuk mengendalikan keadaan sampai diambil alih
oleh organisasi keadaan darurat. Personil yang berada ditempat kejadian keadaan darurat
segera melakukan tindakan awal untuk mengendalikan keadaan sampai diambil alih oleh
organisasi keadaan darurat. Setiap orang harus tahu dimana tempatnya dan apa tugasnya
termasuk kelompok pendukung harus stand-by menunggu perintah selanjutnya.
d. Alarm kebakaran kapal.
Pada saat berada di teminal, alarm ini harus diikuti dengan beberapa tiupan panjang
dengan waktu antara tidak kurang dari 10 detik.
e. Denah peralatan pemadam kebakaran.
Denah peralatan ini harus dipasang tetap pada tempat yang mudah dilihat disetiap
geladak.
f. Pengawasan dan pemeliharaan.
Karena peralatan pemadam kebakaran harus selalu slap untuk dipergunakan setiap saat,
maka perlu adanya pengecekan secara periodik dan dilaksanakan oleh perwira yang
bertanggung jawab akan pemeliharaan/perbaikan atau pengisian tabung harus tepat waktu.
g. Latihan
Untuk menjaga ketrampilan dan kesiapan anak buah maka harus diadakan latihan balk
teori atau praktek secara berkala dan teratur. Bila ada kesempatan untuk mengadakan latihan
bersama atau pertemuan pemadaman kebakaran dengan personil darat maka harus diadakan
tukar informasi balk mengenai jumlah maupun letak alat pemadam kebakaran guna
memperlancar pelaksanaan bila terjadi kebakaran di kapal. Keuntungan dibuat organisasi
penanggulangan keadaan darurat, antara lain :
 Tugas dan tanggung jawab tidak terlalu berat, karena dipikul bersama-sama serta berbeda-
beda.
 Tugas dan tanggung jawab dapat tertulis dengan jelas dengan demikian dapat mengurangi
tindakan-tindakan yang kurang disiplin.
 Hanya ada satu pimpinan (komando), sehingga perintah, instruksi dan lainlain akan lebih
terarah, teratur dan terpadu, terhindar dari kesimpangsiuran.
 Dapat terhindar dari hambatan hirarki formal yang selalu ada dalam perusahaan, karena
petugas dari berbagai bidang yang diperlukan semuanya sudah tergabung dalam satu bentuk
organisasi.
4. Pola Penanggulangan Keadaan Darurat
Penanggulangan keadaan darurat didasarkan pada suatu pola terpadu yang mampu
mengintegrasikan aktivitas atau upaya. Penanggulangan keadaan darurat tersebut secara cepat,
tepat dan terkendali atas dukungan dari instansi terkait dan sumber daya manusia serta fasilitas
yang tersedia.
Dengan memahami pola penanggulangan keadaan darurat ini dapat diperoleh manfaat :
 Mencegah (menghilangkan) kemungkinan kerusakan akibat meluasnya kejadian darurat itu.
 Memperkecil kerusakan-kerusakan mated dan lingkungan.
 Dapat menguasai keadaan (Under control).
Untuk menanggulangi keadaan darurat diperlukan beberapa Iangkah mengantisipasi
yang terdiri dari :
a. Pendataan
Dalam menghadapi setia keadaan darurat dikenal selalu diputuskan tindakan yang akan
dilakukan untuk mengatasi peristiwa tersebut maka perlu dilakukan pendataan sejauh mana
keadaan darurat tersebut dapat membahayakan manusia (pelayar), kapal dan lingkungannya
serta bagaimana cara mengatasinya disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang tersedia.
Langkah-Langkah pendataan
 Tingkat kerusakan kapal
 Gangguan keselamatan kapal (Stabilitas)
 Keselamatan manusia
 Kondisi muatan
 Pengaruh kerusakan pada lingkungan
 Kemungkinan membahayakan terhadap dermaga atau kapal lain.
b. Peralatan
Sarana dan prasarana yang akan digunakan disesuaikan dengan keadaan darurat yang
dialami dengan memperhatikan kemampuan kapal dan manusia untuk melepaskan diri dari
keadaan darurat tersebut hingga kondisi normal kembali.
Petugas atau anak buah kapal yang terlibat dalam operasi mengatasi keadaan darurat
ini seharusnya mampu untuk bekerjasama dengan pihak lain bila mana diperlukan (dermaga,
kapal lain/team SAR). Secara keseluruhan peralatan yang dipergunakan dalam keadaan darurat
adalah:
 Breathing Apparatus
 Alarm
 Fireman Out Fit
 Tandu
 Alat Komunikasi
 dan lain-lain disesuaikan dengan keadaan daruratnya.
5. Pengenalan Isyarat Bahaya
Tanda untuk mengingatkan anak buah kapal tentang adanya suatu keadaan darurat atau
bahaya adalah dengan kode bahaya.
a. Sesuai peraturan Internasional isyarat-isyarat bahaya dapat digunakan secara umum untuk
kapal laut adalah sebagai berikut:
 Satu isyarat letusan yang diperdengarkan dengan selang waktu kira-kira 1 (satu) menit.
 Bunyi yang diperdengarkan secara terus-menerus oleh pesawat pemberi isyarat kabut
(smoke signal)
 Cerawat - cerawat atau peluru-peluru cahaya yang memancarkan bintangbintang memerah
yang ditembakkan satu demi satu dengan selang waktu yang pendek.
 Isyarat yang dibuat oleh radio telegrafi atau sistim pengisyaratan lain yang terdiri atas
kelompok SOS dari kode morse.
 Isyarat yang dipancarkan dengan menggunakan pesawat radio telepon yang terdiri atas kata
yang diucapkan "Mede" (mayday)
 Kode isyarat bahaya internasional yang ditujukan dengan NC.
 Isyarat yang terdiri atas sehelai bendera segi empat yang di atas atau sesuatu yang
menyerupai bola.
 Nyala api di kapal (misalnya yang berasal dari sebuah tong minyak dan sebagainya, yang
sedang menyala).
 Cerawat payung atau cerawat tangan yang memancarkan cahaya merah.
 Isyarat asap yang menyebarkan sejumlah asa jingga (orange).
 Menaik-turunkan lengan-lengan yang terentang kesamping secara perlahanlahan dan
berulang- ulang.
 Isyarat alarm radio telegrafi
 Isyarat alarm radio teleponi
 Isyarat yang dipancarkan oleh rambu-rambu radio petunjuk posisi darurat
Gambar 3. Alat Komunikasi
(Google Images, 2021)

Sesuai dengan kemungkinan terjadinya situasi darurat di kapal, isyarat bahaya yang
umumnya dapat terjadi adalah :
1) Isyarat kebakaran (fire)
Apabila terjadi kebakaran di atas kapal maka setiap orang di atas kapal yang
pertama kali melihat adanya kebakaran wajib melaporkan kejadian tersebut pada mualim
jaga di anjungan.
Mualim jaga akan terus memantau perkembangan upaya pemadaman kebakaran
dan apabila kebakaran tersebut tidak dapat di atasi dengan alat-alat pemadam portable dan
dipandang perlu untuk menggunakan peralatan pemadam kebakaran tetap serta
membutuhkan peran seluruh anak buah kapal, maka atas keputusan dan perintah Nakhoda
isyarat kebakaran wajib dibunyikan dengan kode suling atau bel satu pendek dan satu
panjang secara terus menerus seperti berikut :
Setiap anak buah kapal yang mendengar isyarat kebakaran wajib melaksanakan
tugasnya sesuai dengan perannya pada sijil kebakaran dan segera menuju ke tempat
tugasnya untuk menunggu perintah lebih lanjut dari komandan regu pemadam kebakaran.
2) Isyarat sekoci / meninggalkan kapal
Dalam keadaan darurat yang menghendaki Nakhoda dan seluruh anak buah kapal
harus meninggalkan kapal maka kode isyarat yang dibunyikan adalah melalui bel atau suling
kapal sebanyak 7 (tujuh) pendek dan satu panjang secara terus menerus seperti berikut :
3) Isyarat orang jatuh ke Laut
Dalam pelayaran sebuah kapal dapat saja terjadi orang jatuh ke laut, bila seorang
awak kapal melihat orang jatuh ke laut, maka tindakan yang harus dilakukan adalah :
• Berteriak "Orang jatuh ke laut"
• Melempar pelampung penolong (lifebuoy)
• Melapor ke Mualim jaga.
Selanjutnya Mualim jaga yang menerima laporan adanya orang jatuh ke laut dapat
melakukan manouver kapal untuk berputar mengikuti ketentuan "Willemson Turn" atau
"Carnoevan turn" untuk melakukan pertolongan. Bila ternyata korban tidak dapat ditolong
maka kapal yang bersangkutan wajib menaikkan bendera internasional huruf "O".
3) Isyarat Bahaya lainnya
Dalam hal-hal tertentu bila terjadi kecelakaan atau keadaan darurat yang sangat
mendesak dengan pertimbangan bahwa bantuan pertolongan dari pihak lain sangat
dibutuhkan maka setiap awak kapal wajib segera memberikan tanda perhatian dengan
membunyikan bel atau benda lainnya maupun berteriak untuk meminta pertolongan.
Tindakan ini dimaksud agar mendapat bantuan secepatnya sehingga korban dapat
segera ditolong dan untuk mencegah timbulnya korban yang lain atau kecelakaan maupun
bahaya yang sedang terjadi tidak meluas.
Dalam keadaan bahaya atau darurat maka peralatan yang dapat digunakan adalah
peralatan atau mesin-mesin maupun pesawat-pesawat yang mampu beroperasi dalam
keadaan tersebut. Sebuah kapal didesain dengan memperhitungkan dapat beroperasi pada
kondisi normal dan kondisi darurat.
Oleh sebab itu pada kapal dilengkapi juga dengan mesin atau pesawat yang mampu
beroperasi pada kondisi darurat. Adapun mesin-mesin atau pesawat-pesawat yang dapat
beroperasi pada keadaan darurat terdiri dari :
 Emergency steering gear
 Emergency generator
 Emergency radio communication
 Emergency fire pump
 Emergency ladder
 Emergency buoy
 Emergency escape trunk
 Emergency alarm di kamar pendingin, cargo space, engine room space,
accomodation space
Setiap mesin atau pesawat tersebut di atas telah ditetapkan berdasarkan ketentuan
SOLAS 1974 tentang penataan dan kapasitas atau kemampuan operasi. Sebagai contoh
Emergency Fire Pump (pompa pemadam darurat) berdasarkan ketentuan wajib dipasang di
luar kamar mesin dan mempunyai tekanan kerja antara 3 - 5 kilogram per sentimeter persegi
dan digerakkan oleh tenaga penggerak tersendiri. Sehingga dalam keadaan darurat bila
pompa pemadam utama tidak dapat beroperasi, maka alternatif lain hanya dapat
menggunakan pompa pemadam darurat dengan aman di luar kamar mesin

6. Tindakan Dalam Keadaan Darurat


a. Sijil bahaya atau darurat
Dalam keadaan darurat atau bahaya setia awak kapal wajib bertindak sesuai
ketentuan sijil darurat, oleh sebab itu sijil darurat senantiasa dibuat dan diinformasikan pada
seluruh awak kapal.
Sijil darurat di kapal perlu di gantungkan di tempat yang strategis, sesuai, mudah dicapai,
mudah dilihat dan mudah dibaca oleh seluruh pelayar dan memberikan perincian prosedur
dalam keadaan darurat, seperti :
1) Tugas-tugas khusus yang harus ditanggulangi di dalam keadaan darurat oleh setiap anak
buah kapal.
2) Sijil darurat selain menunjukkan tugas-tugas khusus, juga tempat berkumpul (kemana
setiap awak kapal harus pergi).
3) Sijil darurat bagi setiap penumpang harus dibuat dalam bentuk yang ditetapkan oleh
pemerintah. 4) Sebelum kapal berangkat, sijil darurat harus sudah dibuat dan salinannya
digantungkan di beberapa tempat yang strategis di kapal, terutama di ruang ABK.
5) Di dalam sijil darurat juga diberikan pembagian tugas yang berlainan bagi setiap ABK,
misalnya:
 Menutup pintu kedap air, katup-katup, bagian mekanis dari lubang-lubang pembuangan
air di kapal d1l,
 Perlengkapan sekoci penolong termasuk perangkat radio jinjing maupun perlengkapan
Iainnya. - Menurunkan sekoci penolong.
 Persiapan umum alat-alat penolong / penyelamat lainnya.
 Tempat berkumpul dalam keadaan darurat bagi penumpang.
 Alat-alat pemadam kebakaran termasuk panel kontrol kebakaran.
6) Selain itu di dalam sijil darurat disebutkan tugas-tugas khusus yang dikerjakan oleh anak
buah kapal bagian CID (koki, pelayan d1l), seperti :
 Memberikan peringatan kepada penumpang.
 Memperhatikan apakah mereka memakai rompi renang mereka secara semestinya atau
tidak.
 Mengumpulkan para penumpang di tempat berkumpul darurat.
 Mengawasi gerakan dari para penumpang dan memberikan petunjuk di gang-gang atau
di tangga.
 Memastikan bahwa persediaan selimut telah dibawa sekoci / rakit penolong.
7) Dalam hal yang menyangkut pemadaman kebakaran, sijil darurat memberikan petunjuk
cara-cara yang biasanya dikerjakan dalam terjadi kebakaran, serta tugas-tugas khusus
yang harus dilaksanakan dalam hubungan dengan operasi pemadaman, peralatan-
peralatan dan instalasi pemadam kebakaran di kapal.
8) Sijil darurat harus membedakan secara khusus semboyan-semboyan panggilan bagi ASK
untuk berkumpul di sekoci penolong mereka masingmasing, di rakit penolong atau di
tempat berkumpul untuk memadamkan kebakaran. Semboyan-semboyan tersebut
diberikan dengan menggunakan ruling kapal atau sirine, kecuali di kapal penumpang
untuk pelayaran internasional jarak pendek dan di kapal barang yang panjangnya kurang
dari 150 kaki (45,7m), yang harus dilengkapi dengan semboyan--semboyan yang
dijalankan secara elektronis, semua semboyan ini dibunyikan dan anjungan.

Untuk mampu bertindak dalam situasi darurat maka setiap awak kapal harus
mengetahui dan terampil menggunakan perlengkapan keselamatan jiwa di laut dan mampu
menggunakan sekoci dan peralatannya maupun cakap menggunakan peralatan pemadam
kebakaran. Adapun perlengkapan keselamatan jiwa di laut meliputi:
 Life saving
 Appliances
 Life boatLife jacket
 Life raft
 Bouyant apparatus
 Life buoy
 Line throwing gun
 Life line
 Emergency signal (parachute signal, red hand flare, orange smoke signal)
a) Fire fighting equipment
 Emergency fire pump, fire hydrants
 Hose dan nozzles
 Fire extinguishers (fixed and portable)
 Smoke detector and fire detector system
 C02 Installation
 Sprinkler system (Automatic water spray)
 Axes and crow bars - Fireman outfits and breathing apparatus
 Sand in boxes.
b) Tata cara khusus dalam prosedur keadaan darurat
1. Kejadian Tubrukan (Imminent collision)
 Bunyikan sirine bahaya (Emergency alarm sounded)
 Menggerakkan kapal sedemikian rupa untuk mengurangi pengaruh tubrukan
 Pintu-pintu kedap air dan pintu-pintu kebakaran otomatis di tutup
 Lampu-lampu dek dinyalakan
 Nakhoda diberi tahu
 Kamar mesin diberi tahu
 VHF dipindah ke chanel 16
 Awak kapal dan penumpang dikumpulkan di stasiun darurat
 Posisi kapal tersedia di ruangan radio dan diperbaharui bila ada perubahan.
 Setelah tubrukan got-got dan tangki-tangki di ukur.
2. Kandas, Terdampar (Stranding)
 Stop mesin
 Bunyikan sirine bahaya
 Pintu-pintu kedap air di tutup
 Nakhoda diberi tahu
 Kamar mesin diberi tahu fVHF di pindah ke chanel 16
 Tanda-tanda bunyi kapal kandas dibunyikan
 Lampu dan sosok-sosok benda diperlihatkan
 Lampu dek dinyalakan
 Got-got dan tangki-tangki diukur/sounding
 Kedalaman laut disekitar kapal diukur.
 Posisi kapal tersedia di kamar radio dan diperbaharui bila ada perubahan.
3. Kebakaran/Fire
 Sirine bahaya dibunyikan (internal clan eksternal)
 Regu-regu pemadam kebakaran yang bersangkutan siap dan mengetahui lokasi
kebakaran.
 Ventilasi, pintu-pintu kebakaran otomatis, pintu-pintu kedap air di tutup.
 Lampu-lampu di dek dinyalakan
 Nakhoda diberi tahu
 Kamar mesin diberi tahu
 Posisi kapal tersedia di kamar radio dan diperbaharui bila ada perubahan
4. Air masuk ke dalam ruangan (Flooding)
 Sirine bahaya dibunyikan (internal dan eksternal)
 Siap-siap dalam keadaan darurat
 Pintu-pintu kedap air di tutup
 Nakhoda diberi tahu
 Kamar mesin diberi tahu
 Posisi kapal tersedia di kamar radio dan diperbaharui bila ada perubahan
5. Berkumpul di sekoci/rakit penolong (meninggalkan kapal)
 Sirine tanda berkumpul di sekoci/rakit penolong untuk meninggalkan kapal,
misalnya kapal akan tenggelam yang dibunyikan atas perintah Nakhoda
 Awak kapal berkumpul di sekoci/rakit penolong
6. Orang jatuh ke laut (Man overboard)
 Lemparkan pelampung yang sudah dilengkapi dengan lampu apung dan asap
sedekat orang yang jatuh
 Usahakan orang yang jatuh terhindar dari benturan kapal dan baling-baling
 Posisi dan letak pelampung diamati
 Mengatur gerak untuk menolong (bila tempat untuk mengatur gerak cukup
disarankan menggunakan metode "Williamson" Turn)
 Tugaskan seseorang untuk mengawasi orang yang jatuh agar tetap terlihat
 Bunyikan tiga suling panjang dan diulang sesuai kebutuhan
 Regu penolong slap di sekoci
 Nakhoda diberi tahu
 Kamar mesin diberi tahu
 Letak atau posisi kapal relatif terhadap orang yang jatuh di plot Posisi kapal
tersedia di kamar radio dan diperbaharui bila ada perubahan
7. Pencarian dan Penyelamatan (Search and Rescue)
 Mengambil pesan bahaya dengan menggunakan radio pencari arah
 Pesan bahaya atau S.O.S dipancarkan ulang
 Mendengarkan poly semua frekwensi bahaya secara terus menerus
 Mempelajari buku petunjuk terbitan SAR (MERSAR)
 Mengadakan hubungan antar SAR laut dengan SAR udara pada frekwensi 2182 K
dan atau chanel 16
 Posisi, haluan dan kecepatan penolong yang lain di plot
K3LH (Kesehatan, Keselamatan, Kerja dan Lingkungan Hidup)

B. Deskripsi
Menurut Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970, kecelakaan diartikan suatu kejadian
yang tidak diinginkan yang mengakibatkan cedera terhadap manusia atau kerusakan terhadap
harta benda serta lingkungan kerja, yang meliputi:
1) Kecelakaan kerja
2) Kebakaran
3) Peledakan
4) Penyakit akibat kerja
Peraturan Kerja adalah Peraturan yang digunakan untuk mengatasi keselamatan dari
pekerjaan sipekerja serta untuk membatasi perintah sewenangwenang dari majikan yang tidak
sesuai dengan peraturan.
Kecelakaan kerja adalah suatu kecelakaan yang terjadi pada seseorang karena
hubungan kerja dan kemungkinan besar disebabkan karena adanya kaitan bahaya dengan
pekerja dalam jam kerja. Keselamatan kerja adalah suatu bentuk usaha atau kegiatan untuk
menciptakan lingkungan kerja yang aman dan mencegah semua bentuk kecelakaan. Kesehatan
kerja adalah suatu usaha tentang cara-cara peningkatan dan pemeliharaan kesehatan tenaga
kerja pada tahap yang setinggi-tingginya baik jasmani, rohani maupun sosial. Bahaya adalah
suatu keadaan atau perubahan lingkungan yang mengandung potensi untuk menyebabkan
cedera, penyakit, kerusakan harta benda
Peraturan International Maritim Of Organization (IMO) mengenai pencegahan
kecelakaan dan kesehatan kerja, dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja
terutama bagi pelaut. Faktor kecelakaan di laut menjadi perhatian berbagai pihak termasuk
usaha pencegahannya. Untuk itu IMO membuat petunjuk yang berkenaan dengan pencegahan
kelelahan agar siap untuk melaksanakan tugas (Fitness Duty), petunjuk-petunjuk tersebut
antara lain
1. Maksimum jam kerja di kapal rata-rata tidak lebih dari 12 jam perhari. Setiap perwira dan
rating yang akan diberikan tugas jaga harus minimal 10 jam istirahat dalam periode 24 jam.
2. Jumlah jam istirahat boleh dibagi tidak lebih dari 2 periode yang salah satu periodenya
paling sedikit 6 jam lamanya.
3. Pengecualian dari kondisi butir 1 dan 2 diatas, sepuluh jam minimal istirahat boleh
dikurangi, akan tetapi tidak boleh kurang dari 6 jam secara terus menerus dan pengurangan
tersebut tidak melebihi dari 2 hari dan tidak kurang dari 70 jam istirahat untuk periode 7
hari.
Kecelakaan dalam berbagai bentuk dan akibatnya dapat merugikan pengusaha dan
masyarakat, karena kecelakaan akan menimbulkan penderitaan lahir bathin atau kerugian yang
bersifat ekonomis. Sebaliknya dengan terselenggaranya kesehatan dan keselamatan kerja
dengan baik dan tepat akan memberi ketenangan dan kegairahan kerja yang menunjang
pertumbuhan dan perkembangan produksidan produktifitas serta memberi iklim yang baik
dalam menimbulkan stabilitas sosial, terutama dikalangan masyakarakat ketenagakerjaan.
Sehingga dari permasalahan tersebut diatas diperoleh gambaran bahwa kesehatan dan
keselamatan kerja merupakan masalah bersama semua pihak yang terlibat dalam proses proses
produksi barang dan jasa yaitu pemerintah, pengusaha, tenaga kerja dan masyarakat.
Kecelakaan kerja dapat membawa akibat kerugian berupa tambahan pengeluaran
biaya berupa biaya nyata maupun biaya tidak nyata bagi pihak yang terkait dengan perusahaan.
Kerugian tersebut tersebut dapat berupa biaya nyata dan biaya biaya tidak nyata. Biaya yang
timbul akibat kecelakaan kerja yang merupakan tambahan biaya pada pihak terkait dengan
perusahaan (biaya Nyata) antara lain adalah :
1) Bagi karyawan
• Kematian/cacat tetap
• Persoalan kejiwaan akibat cacat tetap, kerusakan bentuk tubuh atau kehilangan harta.
• Kesedihan/penderitaan keluarga akibat kehilangan salah satu seorang anggota
keluarga.
• Beban masa depan.
2) Perusahaan
• Biaya pengobatan dan kegiatan pertolongan
• Biaya ganti rugi yang harus dibayar
• Upah yang dibayar selama korban tak bekerja
• Biaya lembur
• Hilangnya kepercayaan masyarakat
• Penurunan produktifitas korban setelah bekerja kembali
3) Bagi Masyarakat
• Menimbulkan korban jiwa/cacat,
• kerusakan lingkungan.
• Kerusakan harta, dan Lain-lain.

Sebab-Sebab Terjadinya Kecelakaan


Kecelakaan umumnya diakibatkan karena berhubungan dengan sumber tenaga,
misalnya tenaga gerak, kimia, panas, listrik, dan lain-lain di atas ambang dari tubuh atau
struktur bangunan. Kerugian-kerugian tersebut tidak sedikit menelan biaya. Untuk mengatasi
hal demikian maka perlu sekali adanya usaha pencegahan, yaitu melalui usaha keselamatan
kerja yang baik. Usaha keselamatan kerja merupakan suatu kegiatan yang ditujukan untuk
mengendalikan terjadinya kecelakaan berkaitan dengan lingkungan kerja. Usaha keselamatan
kerja ini mengandung beberapatujuan yaitu ;
a. Kemanusiaan, karena berusaha mencegah penderitaan bagi buruh serta kut menciptakan
terwujudnya kesejahteraan kerja yang merupakan idaman setiap manusia.
b. Ekonomi, karena menghindarkan terjadinya kerugian bagi perusahaan. Sampai saat ini di
Indonesia motif ekonomi masih sering dilupakan karena kesulitan untuk menghukum
besarnya kerugian akibat kecelakaan.
c. Sosial, karena menghindarkan kerugian bagi masyarakat.
d. Hukum, karena usaha keselamatan kerja dilaksanakan untuk memenuhi persyaratan
hukum yang telah ditentukan pemerintah bagi perusahaan yang ada.
Tujuan-tujuan diatas menjadi pendorong mengapa usaha keselamatan kerja itu perlu.
Usaha keselamatan kerja dapat berhasil dengan baik apabila kita mengetahu penyebab
kecelakaan sehingga dapat kita tentukan angkah apa yang harus diambil untuk
menghindarinya. Secara mikro (lingkup perusahaan) sebab kecelakaan umumnya terletak pada
unsur sistem produksi. Jika ditinjau pada setiap produksi di perusahaan maka akan ditemui
unsur utama yang menunjang secara langsung kegiatan operasi tersebut karena kegiatan operasi
merupakan suatu sistem.
Proses Terjadinya Kecelakaan
Dari hasil penyelidikan, ternyata faktor manusia dalam menimbulkan kesalahan
sehingga terjadinya kecelakaan sangat dominan. Menurut data statistik bahwa 80 - 85%
kecelakaan disebabkan oleh kesalahan manusia, sehingga ada suatu pendapat bahwa akhirnya
langsung atau tidak langsung semua adalah karena faktor manusia. Kalau dibatasi pada lingkup
perusahaan (segi mikro), tampak bahwa terjadinya kecelakaan dikarenakan adanya
ketimpangan diantara ketiga unsur utama produksi (sub sistem manusia lingkungan phisik dan
manajemen) sehingga mengakibatkan terjadinya tindakan dan keadaan tidak aman.
Secara langsung terjadinya kecelakaan ditempat kerja dapat dikelompokkan secara
garis besar menjadi dua penyebab;
1.Tindakan tidak aman dari manusia (UNSAFE ACT), misalnya :
 bekerja tanpa wewenang;
 gagal untuk memberi peringatan;
 bekerja dengan kecepatan salah;
 menyebabkan alat pelindung tak berfungsi;
 menggunakan alat yang rusak;
 bekerja tanpa prosedur yang benar;
 tidak memakai alat keselatan kerja;
 menggunakan alat secara salah;
 melanggar peraturan keselamatan kerja;
 bergurau ditempat kerja;
 mabuk, ngantuk.

Seseorang melakukan tindakan tidak aman atau kesalahan yang mengakibatkan kecelakaan
karena :
a. Tidak tahu; Yang bersangkutan tidak mengetahui bagaimana melakukan pekerjaan dengan
aman dan tidak tahu bahaya-bahayanya sehingga terjadi kecelakaan.
b. Tidak mampu/tidak bisa; Yang bersangkutan telah mengetahui cara yang aman, bahaya-
bahayanya, tetapi karena belum/kurang terampil atau ahli, akhirnya melakukan kesalahan dan
gagal.
c. Tidak mau; Walaupun telah mengetahui dengan jelas cara kerja/peraturan dan bahaya-
bahaya yang ada serta yang bersangkutan dapat melakukannya, tetapi karena kemauan tidak
ada, akhirnya melakukan kesalahan atau mengakibatkan kecelakaan.

2. Keadaan tidak aman (UNSAFE CONDITION), misalnya :


 peralatan pengamanan yang tidak memenuhi syarat;
 bahan / peralatan yang rusak atau tidak dapat dipakai;
 ventilasi dan penerangan kurang;
 lingkungan yang terlalu sesak, lembab dan bising;
 bahaya ledakan/terbakar;
 kurang sarana pemberi tanda;
 keadaan udara beracun : gas, debu dan uap.
Tindakan tidak aman dan keadaan tidak aman inilah yang selanjutnya akan menimbulkan
insiden/kecelakan dalam bentuk:
 terjatuh
 terbakar/terkena ledakan
 tertimpa benda jatuh;
 terkena tegangan listrik;
 kontak dengan benda berbahaya atau radiasi
 terjepit benda.
Alat Keselamatan Kerja

Berikut ini adalah peralatan dasar pelindung diri yang harus ada di kapal untuk menjamin
keselamatan pekerjaan:
1. Pakaian Pelindung
Pakaian pelindung adalah coverall yang melindungi tubuh anggota awak dari bahan-
bahan berbahaya seperti minyak panas, air, percikan pengelasan dan lainnya.
2. Helm
Bagian paling penting bagi tubuh manusia adalah kepala. Perlu perlindungan terbaik
yang disediakan oleh helm plastik keras di atas kapal. Sebuah tali dagu juga disediakan dengan
helm yang menjaga helm di tempat ketika perjalanan atau terjatuh.
3. Sepatu Safety
Maksimal dari ruang internal kapal digunakan oleh kargo dan mesin, terbuat dari logam
keras yang sangat berbahaya bagi pekerja. Manfaat Sepatu Safety di sini untuk memastikan
bahwa tidak ada luka yang terjadi di kaki para pekerja atau crew di atas kapal.
4. Sarung Tangan
Berbagai jenis sarung tangan disediakan di kapal, sarung tangan ini digunakan dalam
operasi di mana hal ini menjadi keharusan untuk melindungi tangan. Beberapa sarung tangan
yang diberikan adalah sarung tangan tahan panas untuk bekerja di permukaan yang panas,
sarung tangan kapas untuk operasi pekerjaan yang normal, sarung tangan las, dan sarung tangan
kimia.
5.Googless Mata
Bagian paling sensitif dari tubuh manusia dan pada operasi sehari-hari memiliki
kemungkinan besar untuk cedera mata, kaca pelindung atau kaca mata digunakan untuk
perlindungan mata, sedangkan kaca mata las digunakan untuk operasi pengelasan yang
melindungi mata dari percikan intensitas tinggi.
6.Plug
Di ruang mesin kapal menghasilkan frekuensi suara yang sangat tinggi untuk telinga
manusia, bahkan dalam beberapa menit dapat menyebabkan sakit kepala, iritasi dan gangguan
pendengaran. Sebuah penutup telinga atau stiker telinga digunakan pada kapal untuk
mengimbangi suara yang didengar oleh manusia dengan aman.
7.Safety Harness Operasi
Kapal rutin mencakup perbaikan dan pengecetan permukaan yang tinggi memerlukan
anggota crew untuk menjangkau daerah-daerah yang tidak mudah diakses. Safety harness
digunakan oleh operator di suatu ujung dan diikat pada titik kuat pada ujung talinya.
8.Masker Kain
Karbon yang melibatkan partikel berbahaya dan menor yang berbahaya bagi tubuh
manusia jika terhirup secara langsung. Untuk menghindari, masker wajah digunakan sebagai
perisai dari partikel berbahaya.
9.Chemical Suit
Bahan kiami di atas kapal sangat sering digunakan dan beberapa bahan kimia sangat
berbahaya bila berkontak langsung dengan kulit manusia. Chemical suit digunakan untuk
menghindari situasi seperti itu.
10. Welding Perisai
Welding adalah kegiatan yang umum di atas kapal untuk perbaikan struktural dan lain-
lain. Juru las yang dilengkapi dengan perisai las atau topeng yang melindungi mata dari kontak
langsung dengan sinar ultraviolet dari percikan las. Hal ini harus diperhatikan dan sebaiknya
pemakaian Welding perisai sangat diharuskan untuk keselamatan pekerja.
Adapun jenis-jenis perlengkapan kerja, seperti yang dimaksud pada pasal 13 dan pasal
14 Undang-undang Keselamatan Kerja N0.1 Tahun 1970 adalah :
a) Alat-alat pelindung batok kepala.
b) Alat-alat pelindung muka dan mata.
c) Alat-alat pelindung badan.
d) Alat-alat pelindung anggota badan seperti lengan dan kaki.
e) Alat-alat pelindung pernafasan.
f) Alat-alat Pencegah jantung.
g) Alat-alat pelindung pendengaran.
h) Alat-alat pencegah tenggelam.
Jenis dan Kegunaan Alat Keselamatan Kerja Adapun jenis peralatan keselamatan kerja beserta
kegunaannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:’

Tabel 1. Jenis dan Kegunaan Alat-alat Keselamatan Kerja


NAMA ALAT FUNGSI
KESELAMATAN
Topi keselamatan Pelindung batok kepala dari tertumbuk dan
benda-benda jatuh
Topi penyemprot pasir Pekerjaan menyemprot dengan pasir atau
bekerja dalam tangki dengan memakai tali/line
penolong.
Kap las tangan/dipegang Pelindung muka dan mata sewaktu mengelas
listrik
Kap las kepala Pelindung muka, mata dan batok kepala sewaktu
mengelas
Pelindung muka Mengadah atau bekerja dengan ramuanramuan
kimia
Pelindung mata Mengasah, menetak, bekerja dengan ramuan-
ramuan
Mengelas mata las Mengelas dengan karbit
Kaca mata karet Bekerja dengan debu-debu.
Kacamata keselamatan Kerja mengecat, menetak beton dan
sebagainya.
Sarung tangun karet putih a. Bekerja di instalasi TEL
(plastik) b. Membersihkan tanki-tanki bensin yang
mengandung TEL
Sepatu karet panjang a. Bahan-bahan kimia (asam, garam, soda,
asam belerang, dsb)
b. Komponen minyak kasar (bensin, minyak
dan gas)
c. Kerja tanah dan kerja kotor lain-lain
Sepatu keselamatan Pelindung jari-jari kaki dari tertumbuk atau
tertimpa benda-benda jatuh/berat
Sepatu karet panjang putih a. Bekerja di instalsi TEL
b. Membersihkan tanki-tanki bensin yang
mengandung TEL
Sepatu keselamatan Pelindung jari-jari kaki dari tertumbuk atau
tertimpa benda-benda jatuh/berat
Sepatu karet panjang a. Bahan-bahan kimia (asam, garam, soda,
asam belerang, dsb)
b. Komponen minyak kasar (bensin, minyak
dan gas)
c. Kerja tanah dan kerja kotor lain-lain
Pengeruk Pekerjaan menemukan orang-orang yang jatuh
terbenam dalam air, atau barang yang terjatuh
dalam air
Ear plug Dipakai untuk mengurangi suara yang masuk
telinga
Ear muff Dipakai untuk mengurangi suara yang bernada
tinggi atau keras
Life jacket/pelampung dada (pada Dipakai oleh pekerja yang bertugas diatas
waktu dipakai jangan memukul si perairan, dimana pengguna tali pinggang
pemakai/dagu) keselamatan tidak mungkin dipakai

Tali pinggang keselamatan Mengelas listrik karbit


Helm Safety Melindungi Kepala
Sarung tangan Melindungi tangan
Liferaft sebutan untuk perahu karet dengan tenda
pelindung dan dilengkapi obat-obatan,
perbekalan makanan dan minuman untuk
keadaan darurat
Sekoci Merupakan salah satu jenis perlengkapan yang
harus ada di dalam kapal laut karena perannya
yang penting sebagai penolong di keadaan
darurat untuk para awak dan penumpang kapal
Pelampung mengapung dalam air dengan kondisi mulut
dan hidung yang tetap aman berada di atas air.
Jas Hujan meminimalkan masuknya air yang mengenai
bagian tubuh dan pakaian.
Wearpack Baju Kerja
Peluit sebagai alat peringatan atau sebagai alat
pengaman yang berfungsi untuk menarik
perhatian pengguna.
Suar salah satu bentuk piroteknik yang
menghasilkan cahaya yang sangat terang atau
panas tinggi tanpa menghasilkan ledakan
Lifebuoy Pelampung yang akan dilempar ke laut apabila
ada satu orang penumpang yang jatuh ke laut
PERSIAPAN PEMBELAJARAN
Proses bisnis meyeluruh bidang nautika kapal penangkap ikan

Persiapan yang dilakukan sebelum pembelajaran dimulai:

✔ Membaca materi pembelajaran


✔ Menyiapkan lembar kerja peserta didik
✔ Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam pembelajaran

URUTAN KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kegiatan Sintak Deskripsi Kegiatan


Pendahuluan Guru menunjuk ketua kelas untuk
(20 menit) melakukan doa sebelum
pembelajaran
Guru melakukan presensi
kehadiran terhadap peserta didik
Guru bertanya tentang keadaan
peserta didik
Guru menerima penjelasan tujuan
dan materi yang akan dicapai serta
metode penilaian yang akan
dilaksanakan
Guru menyampaikan kepada
peserta didik bahwa materi yang
akan dipelajari adalah tentang
prosedur darurat dan K3LH diatas
kapal
Guru memberikan pertanyaan
pemantik kepada peserta didik:
1. Apa yang kalian ketahui tentang
keadaan darurat?
2. Apakah K3LH sangat penting
ketika berada di atas kapal?
Guru mengaitkan prosedur keadaan
darurat dan K3LH saling
keterkaitan satu sama lain saat
diatas kapal
Kegiatan Inti Orientasi siswa pada Guru menyampaikan tujuan
(240 menit) masalah pembelajaran mengenai topic yang
akan dibahas
Peserta didik menerima informasi
kompetensi materi dan tujuan
pembelajaranyang akan
dilaksanakan
Guru menyarankan untuk
menyiapkan media, alat dan buku
untuk pembelajaran
Guru membagi peserta didik
menjadi 4 kelompok yang
maksimal terdiri 7 orang
menyesuaikan jumlah peserta didik
 Kelompok 1-2 : membahas
tentang prosedur keadaan
darurat
 Kelompok 3-4: membahas
tentang K3LH
Peserta didik dalam kelompok
mengamati tayangan video yang
disajikan oleh guru
Guru memberikan pertanyaan
pemantik kepada peserta didik:
1. Setelah melihat tayangan video
tersebut, apa tanggapanmu?
2. Apakah setelah melihat
tayangan video tersebut sudah
dapat menggambarkan tugas
yang akan kalian kerjakan?
Peserta didik mengamati dan
menperhatikan penjelasan yang
diberikan guru
Guru membagikan Lembar Kerja
dan peserta didik membaca
petunjuk
Guru memotivasi peserta didik
dalam kelompok atau individu
untuk menuliskan atau
menanyakan permasalahan yang
belum dipahami dari masalah yang
disajikan dalam Lembar Kerja,
serta guru mempersilahkan peserta
didik dari kelompok lain untuk
memberi tanggapan
Mengorganisasi siswa Peserta didik melakukan diskusi
dalam kelompok masing-masing
atau individual dengan guru
berdasarkan petunjuk yang ada
dalam LK (misalkan: dalam LK
berisikan permasalahan dan
langkah-langkah pemecahan serta
meminta peserta didik dalam
kelompok untuk bekerja sama
untuk menyelesaikan masalah
berkaitan dengan pembahasan).
Peserta didik dalam kelompok atau
individual melakukan bertukar
fikiran dengan cara berbagi
informasi, dan klarifikasi informasi
tentang permasalahan yang dibahas
dalam kehidupan sehari-hari.
Membimbing Peserta didik masing-masing
Penyelidikan kelompok atau individual juga
membahas dan berdiskusi tentang
permasalahan berdasarkan
petunjuk LK untuk:
 Menemukan materi
pembahasan melalui
penyelidikan dan diskusi
tentang prosedur darurat dan
K3LH dalam melakukan
evakuasi bahaya di tempat
kerja
 Menemukan informasi yang
relevan berkaitan dengan
prosedur darurat dan K3LH
dalam melakukan evakuasi
bahaya di tempat kerja
 Mengaplikasikan prosedur
darurat dan K3LH dalam
melakukan evakuasi bahaya di
tempat kerja dalam
penyelesaian masalah
Peserta didik melakukan eksplorasi
dimana mereka juga diharapkan
mengaitkan pada saat diatas kapal

Guru memberikan bantuan kepada


peserta didik dalam kelompok atau
indivisual untuk masalah yang sulit
bagi peserta didik

Guru mengarahkan peserta didik


dalam kelompok atau indivisual
untuk menyelesaikan permasalahan
dengan cermat dan teliti
Mengembangkan dan Guru meminta peserta didik untuk
menyajikan hasil mendiskusikan cara yang
digunakan untuk menemukan
semua kemungkinan pemecahan
masalah terkait masalah yang
diberikan
Peserta didik dalam kelompok
masing-masing atau individual
dengan bimbingan guru untuk
dapat mengaitkan, merumuskan,
dan menyimpulkan tentang
prosedur darurat dan K3LH dalam
melakukan evakuasi bahaya di
tempat kerja serta memberikan
bantuan untuk menyajikan hasil
pemecahan masalah yang telah
diperoleh.

Peserta didik dalam kelompok atau


individual menyusun laporan hasil
diskusi penyelesaian masalah yang
diberikan terkait prosedur darurat
dan K3LH dalam melakukan
evakuasi bahaya di tempat kerja
sesuai materi yang didapat oleh
masing-masing kelompok
Menganalisis dan Guru menginstruksikan kepada
evaluasi masalah peserta didik untuk
mempresentasikan hasil temuan
bersama kelompoknya

Beberapa perwakilan kelompok


atau secara individual menyajikan
secara tertulis dan lisan hasil
pembelajaran atau apa yang telah
dipelajari pada tingkat kelas atau
tingkat kelompok mulai dari apa
yang telah dipahami berkaitan
dengan permasahan kehidupan
sehari-hari berdasarkan hasil
diskusi dan pengamatan.
Peserta didik yang lain dan guru
memberikan tanggapan dan
menganalisis hasil presentasi
meliputi tanya jawab untuk
mengkonfirmasi, memberikan
tambahan informasi, melengkapi
informasi ataupun tanggapan
lainnya.
Refleksi Peserta didik melakukan refleksi,
resume dan membuat kesimpulan
secara lengkap, komprehensif dan
dibantu guru dari materi yang yang
telah dipelajari terkait
perkembangan teknologi
pengolahan hasil pertanian.

Guru memberikan apresiasi atas


partisipasi semua peserta didik
Penutup Guru menggunakan metode tanya
(10 Menit) jawab kepada peserta didik
Peserta didik mendengarkan arahan
guru pada materi selanjutnya
Untuk memperkuat materi
pertemuan kedua, guru
memberikan referensi materi dari
buku maupun dari internet untuk
persiapan pertemuan kedua
Guru menutup pembelajaran
dengan mengucapkan syukur dan
berdoa menurut keyakinan masing-
masing

KRITERIA PENGUKURAN KETERCAPAIAN


Kompetensi yang harus dikuasai peserta didik:
 Peserta didik mampu menjelaskan prosedur darurat diatas kapal
 Peserta didik mampu menjelaskan K3LH
STRATEGI ASESMEN
 Observasi guru selama kegiatan belajar berlangsung
1. Keaktifan peserta didik saat tanya jawab
2. Kesantunan dalam proses belajar
 Penilaian hasil presentasi hasil diskusi
 Penilaian hasil lembar kerja peserta didik
 Asesmen tulis
Soal Essay
1. Jelaskan bagaimana prosedur darurat diatas kapal
2. Sebutkan jenis-jenis keadaan darurat diatas kapal
3. Bahaya apa sajakah mengancam keselamatan para pelaut?
4. Bagaimana tugas dan tindakan nahakoda dan perwira saat terjadi keadaan darurat?
5. Apa saja perlengkapan keselamatan di atas kapal?
REFLEKSI

Peserta Didik Guru


1. Apakah kalian memahami tentang prosedur 1. Apakah dalam membuka pelajaran dan
darurat dan K3LH dalam melakukan memberikan penjelasan teknis atau intruksi
evakuasi bahaya di tempat kerja? yang disampaikan untuk pembelajaran yang
akan dilakukan dapat dipahami oleh peserta
2. Apakah kalian dapat dari darurat dalam
didik
melakukan evakuasi bahaya di tempat 2. Bagain manakah pada rencana pembelajaran
kerja? yang perlu diperbaiki?
3. Apakah kalian dapat menjelaskan K3LH? 3. Bagaimana tanggapan peserta didik terhadap
4. Manfaat apa yang kamu peroleh dari materi materi atau bahan ajar, pengelolaan kelas,
pembelajaran? latihan dan penilaian yang telah dilakukan
5. Sikap positif apa yang kamu peroleh selama dalam pembelajaran?
4. Apakah dalam berjalannya proses
mengikuti kegiatan pembelajaran?
pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan?
6. Kesulitan apa yang kamu alami dalam 5. Apakah arahan dan penguatan materi yang
pembelajaran? telah dipelajari dapat dipahami oleh peserta
7. Apa saja yang kamu lakukan untuk belajar didik?
yang lebih baik?
GLOSARIUM

IMO (International Maritime Organisasi Maritim Internasional bergerak di


Organitation): bidang keselamatan laut
Fitness Duty Kemampuan untuk bertugas dari masing-masing
personel yang melakukan dinas tugas jaga navigasi
di kapal
Unsafe Act Tindakan – tindakan yang tidak aman dan
berbahaya bagi para pekerja.
Unsafe Condition kondisi – kondisi yang tidak aman dan berbahaya
bagi para pekerja, misalnya; Tempat Kerja Yang
Tidak Memenuhi Standar / Syarat.
Safety suatu keadaan aman, dalam suatu kondisi yang
aman secara fisik, sosial, spiritual, finansial,
politis, emosional, pekerjaan, psikologis, ataupun
pendidikan dan terhindar dari ancaman terhadap
faktor-faktor tersebut
Crew Awak kapal
Sea survival ketahanan di laut meliputi pengenalan perangkat
keamanan dan keselamatan di laut atau air, nama-
namanya dan jenis-jenisnya serta cara
pengoperasiannya dan sekaligus prakteknya.
Abadon Ship perintah untuk meninggalkan kapal. Perintah
abandon ship diberikan nakhoda sebagai pilihan
terakhir atas keadaan darurat yang tidak bisa
diatasi.
Muster list daftar yang berisi nama dan jabatan serta tugas
khusus dan tanggung jawab yang harus
dilaksanakan pada saat terjadi keadaan
darurat/latihan keselamatan meninggalkan kapal
DAFTAR PUSTAKA

Adi, D. Bambang Setiono dan kawan-kawan, 2008. Nautika Kapal Penangkap Ikan Untuk
SMK Jilid 1, 2 Dan 3. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan,
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta.
Dasar-Dasar Keselamatan Di Laut. Buku Kurikulum 2013. Paket Keahlian Teknika kapal
Penangkap Ikan. Kelas X Semester 1, 2. Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah
Kejuruan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Dit. PKK Pertamina, Personal Survival Techniques, Jakarta
Hartina. 2017. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Kapal Niaga. Direktorat Jenderal
Guru dan Tenaga Kependidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pusdiklat DKP, Konvensi STCW-F’95, Jakarta 2001
Prosedur Darurat dan SAR. 2013. Diklat Pelaut V (DP-V) Penjenjangan ANT Lima (ANTV).
Kementerian perhubungan.

REMEDIAL DAN PENGAYAAN

a. Remedial
Remedial dilakukan apanila tujuan pembelajaran belum tercapai. Belum tercapainya tujuan
pembelajaran dapat diketahui apabila skor perolehan dari instrument penilaian/assesmen masih
dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)

b. Pengayaan
Merujuk pada sumber belajar lainnya dalam menambah wawasan peserta didik disajikan pada
video https://www.youtube.com/watch?v=AEqEBUOUv8U
Dan penanganan kebakaran https://www.youtube.com/watch?v=MZqdI3HQge0
Lampiran

1. Lembar Kerja Siswa


2. Asesmen Tertulis
3. Rubrik Penilaian Individu dan kelompok
LEMBAR KERJA SISWA

PROSEDUR DARURAT SAAT DIATAS KAPAL


Kelompok : 1
Anggota : …
Kelas : ...

I. KOMPETENSI DASAR
Menerapkan prosedur darurat saat diatas kapal

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah menyimak materi prosedur darurat , peserta didik dapat mengidentifikasi


tindakan saat di atas kapal

III. RINGKASAN MATERI

Prosedur intern (lokal) Prosedur Ini merupakan pedoman pelaksanaan untuk masing-
masing bagian/ departemen, dengan pengertian keadaan darurat yang terjadi masih dapat
di atasi oleh bagian-bagian yang bersangkutan, di kapal secara terkoordinasi dan
terintegrasi dari semua unit satuan tugas di kapal dan di darat (Manajemen Respon
Team/MRT) sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP), antara lain :
 Tugas dan tanggung jawab awak kapal sesuai peraturan dinas awak kapal (PDAK) dan
penanggulangan keadaan darurat sesuai Muster List.
 Tindakan penanggulangan keadaan darurat (Contingen Plant).
 Ketentuan meninggalkan kapal (Abandon Ship)
 Cara bertahan hidup di laut (Sea Survival).
 Prosedur umum (utama)
Prosedur umum merupakan pedoman perusahaan secara keseluruhan dan telah
menyangkut keadaan darurat yang cukup besar atau paling tidak dapat membahayakan
kapal-kapal lain atau dermaga/terminal. Dari segi penanggulangannya diperlukan
pengerahan tenaga yang banyak atau melibatkan kapal-kapal / pengusaha pelabuhan
setempat (MRT).
Kesiapan menghadapi keadaan darurat adalah kemampuan atau kecakapan awak
kapal dan orang-orang pekerja lainnya untuk bekerja di kapal secara profesional (terlatih)
sehingga mampu menanggulangi keadaan darurat di kapal dan apabila harus meninggalkan
kapal dapat bertahan hidup di laut (sea Survival) sampai bantuan tiba atau dapat
menyelamatkan diri. Untuk dapat memahami dalam menghadapi keadaan darurat
diperlukan :
f. Pemahaman (sosialisasi) prosedur penanggulangan keadaan darurat
g. Familiarisasi tugas individu dan kelompok
h. Latihan penanggulangan keadaan darurat secara rutin
i. Kegiatan fisik dan mental
j. Kerjasama kelompok.
IV. MARI BERDISKUSI

A. Abadon Ship (Meninggalkan Kapal)


Perhatikan gambar-gambar dibawah ini.

Berdasarkan gambar diatas, diskusikanlah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini bersama


Teman-temanmu.

1.Siapakah yang harus di selamatkan pertama saat terjadi keadaan darurat?


Jawab:
............................................................................................................................
2. Analisislah mengapa prosedur meninggalkan kapal harus segera dilaksanakan?
Jawab:
............................................................................................................................
3. Apa saja tindakan setelah meninggalkan kapal?
Jawab:
…………………………………………………………………………………............
4. Berdasarkan kegiatan ini, bagaimana cara bertahan hidup di laut sebelum bantuan datang
Jawab:
………………………………………………………………………………..
LEMBAR KERJA SISWA

PROSEDUR DARURAT SAAT KEBAKARAN DIATAS KAPAL


Kelompok : 2
Anggota : …
Kelas : ...

I. KOMPETENSI DASAR
Menerapkan prosedur darurat saat kebakaran diatas kapal

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah menyimak materi prosedur darurat , peserta didik dapat mengidentifikasi


tindakan kebakaran saat di atas kapal

III. RINGKASAN MATERI

Kebakaran di kapal dapat terjadi di berbagai lokasi yang rawan terhadap kebakaran,
misalnya di kamar mesin, ruang muatan, gudang penyimpanan perlengkapan kapal, instalasi
listrik dan tempat akomodasi Nakhoda dan anak buah kapal.
Sedangkan ledakan dapat terjadi karena kebakaran atau sebaliknya kebakaran terjadi
karena ledakan, yang pasti kedua-duanya dapat menimbulkan situasi darurat serta perlu
untuk diatasi.
Keadaan darurat pada situasi kebakaran dan ledakan tentu sangat berbeda dengan
keadaan darurat karena tubrukan, sebab pada situasi yang demikian terdapat kondisi yang
panas dan ruang gerak terbatas dan kadangkadang kepanikan atau ketidaksiapan petugas
untuk bertindak mengatasi keadaan maupun peralatan yang digunakan sudah tidak layak
atau tempat penyimpanan telah berubah.

IV. MARI BERDISKUSI

A. Kebakaran di atas kapal


Perhatikan gambar-gambar dibawah ini.
Berdasarkan gambar diatas, diskusikanlah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini bersama
Teman-temanmu.

1. Sebutkan jenis dan kegunaaan masing-masing dari keempat APAR diatas?


Jawab:
............................................................................................................................
2. Analisislah kesesuaian kebakaran menurut kelasnya?
Jawab:
............................................................................................................................
3. Pada tingakatan Kelas E (terjadi kebakaran pada peralatan listrik), Bagaimana
tindakanmu jika terjadi kebakaran listrik ?
Jawab:
…………………………………………………………………………………............
4. Berdasarkan kegiatan ini, bagaimana cara bertindak mengatasi seseorang yang tidak
sadarkan diri akibat kebakaran? Jawab:
………………………………………………………………………………..
LEMBAR KERJA SISWA
Fasilitas Keselamatan diatas kapal
Kelompok : 3
Anggota : …
Kelas : ...

I. KOMPETENSI DASAR
Menerapkan fasilitas keselamatan diatas kapal sesuai tindakan isyarat bahaya

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah menyimak materi prosedur darurat , peserta didik dapat mengidentifikasi


tindakan kebakaran saat di atas kapal

III. RINGKASAN MATERI

Sarana dan perlengkapan keselamatan yang harus dimiliki sebuah kapal sesuai
Amandemen 1983 adalah:
1) Alat-alat penolong perorangan
2) Pesawat luput maut
3) Sekoci penyelamat
4) Alat-alat peluncuran dan embarkasi
5) Isyarat-isyarat visual
Alat-alat penolong lain Pemakaian dan penempatan sarana dan perlengkapan
keselamatan diatur sedemikian rupa agar mudah terlihat, dijangkau dan dikenakan oleh
setiap orang dilengkapi dengan petunjuk penyimpanan dan pemakaian.

IV. MARI BERDISKUSI


A. Fasilitas Keselamatan diatas kapal

1. Sebutkan sarana dan prasarana yang harus dimiliki pada sebuah kapal?
Jawab:
............................................................................................................................
2.Bagaimana perancagan layak untuk rompi penolong ?
Jawab:
............................................................................................................................
3. Bagaimana pengaturan penyimpanan lifebuoy alat keselamatan agar dapat terlepas sendiri
?
Jawab:
…………………………………………………………………………………............
4. Berdasarkan kegiatan ini, bagaimana cara mengatur kapasistas sekoci penolong ? Jawab:
………………………………………………………………………………..
Rubrik Penilaian Individu

1. Metode dan Bentuk Instrumen


Ranah Metode Bentuk
Sikap Pengamatan Sikap Lembar Penilaian sikap
Pengetahuan Tes Tertulis Tes Tertulis
Keterampilann Observasi Lembar Observasi
keterampilan

2. Instrumen dan Rubrik Penilaian


a. Instrumen dan Rubrik Penilaian Sikap
1) Instrumen Penilaian Sikap
Berilah tanda checklist pada skor 1,2,3, atau 4 berdasarkan pekerjaan siswa dalam
pembelajaran!
Lembar Penilaian Sikap
Aktif dalam Kerjasama Santun dalam Skor Perolehan
kegiatan dalam kegiatan menyampaikan
Nama Siswa diskusi diskusi hasil diskusi
kelompok kelompok
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2) Rubrik Penilaian Sikap
Aspek yang Indikator penilaian Penilaian
dinilai
Aktif dalam  Melakukan diskusi dan Skor 4 : jika 4 indikator
kegiatan diskusi pengamatan bersama dilakukan semua
kelompok dengan rekan kelompok. Skor 3: jika hanya 3
 Melakukan diskusi, indikator yang
pengamatan, dan dilakukan.
mengajukan pertanyaan Skor 2: jika hanya 2
dalam kegiatan diskusi indikator yang
kelompok. dilakukan.
 Melakukan diskusi, Skor ≤ 1: jika hanya 1
pengamatan, dan indikator
mengajukan pertanyaan, yang dilakukan.
dan menyampaikan opini
saat kegiatan diskusi
kelompok.
 Melakukan diskusi,
pengamatan, dan
mengajukan pertanyaan,
dan menyampaikan opini,
dan menanggapi pertanyaan
maupun sanggahan dari
siswa lain saat kegiatan
diskusi kelompok.

Kerjasama dalam  Berinteraksi dengan 1 Skor 4 : jika 4 indikator


kegiatan diskusi orang anggota dalam dilakukan semua
kelompok kegiatan diskusi Skor 3: jika hanya 3
kelompok. indikator yang
 Berinteraksi dengan 2 dilakukan.
orang anggota dalam Skor 2: jika hanya 2
kegiatan diskusi indikator yang
kelompok. dilakukan.
 Berinteraksi dengan 3 Skor ≤ 1: jika hanya 1
orang anggota dalam indikator
kegiatan diskusi yang dilakukan.
kelompok.
 Berinteraksi dengan
semua anggota dalam
kegiatan diskusi
kelompok.

Santun dalam  Menggunakan bahasa yang Skor 4 : jika 4 indikator


menyampaikan baik saat menyampaikan dilakukan semua
hasildiskusi hasil diskusi. Skor 3: jika hanya 3
indikator yang
 Menggunakan bahasa yang dilakukan.
baik dan runtut dalam Skor 2: jika hanya 2
menyampaikan hasil indikator yang
diskusi. dilakukan.
 Menggunakan bahasa yang Skor ≤ 1: jika hanya 1
baik dan runtut dengan indikator
mumik dan gesture yang yang dilakukan.
jelas dan tidak berlebihan
dalam menyampaikan hasil
diskusi.
 Menggunakan bahasa yang
baik, runtut, dan lancer
dengan mimic dan gesture
yang jelas serta tidak
berlebihan dalam
menyampaikan hasil
diskusi.

Kriteria penilaian:
Sangat Baik (SB) : apabila memperoleh skor rata-rata: 3 < skor rata-rata ≤ 4
Baik (B) : apabila memperoleh skor rata-rata: 2 < skor rata-rata ≤ 3
Cukup (C) : apabila memperoleh skor rata-rata: 1 < skor rata-rata ≤ 2
Kurang (K) : apabila memperoleh skor rata-rata: skor rata-rata ≤ 1
PERTEMUAN 2
(6JP)
TUJUAN PEMBELAJARAN KRITERIA KETERCAPAIAN
Memahami proses bisnis nautika kapal  Memahami persyaratan sertifikat
penangkap ikan sebagai bagian integral dari Keahlian Pelaut sabagai ijazah atau
bisnis pelayaran perikanan surat izin yang menegaskan bahwa
pemegang memiliki pengetahuan dan
keahlian untuk berlayar
 Memahami kontrak kerja di kapal untuk
mengetahui dasar hukum perjanjian
kerja laut antara pemberi pekerjaaan
dengan penerima pekerjaan

KONSEP UTAMA PENGETAHUAN/KETERAMPILAN


PRASYARAT
Memahami proses bisnis nautika kapal Mampu menjelaskan sertifikat keahlian pelaut
penangkap ikan dan kontrak kerja

PROFIL PELAJAR PANCASILA


1. Beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia: Peserta
didik mengembangkan kemampuan beriman, bertakwa kepada Tuhan YME dengan
menciptakan karya yang berhubungan dengan Tuhan YME, dirinya sendiri, orang lain
maupun lingkungan
2. Mandiri : Peserta didik mengembangkan sikap mandiri untuk mengekspresikan dirinya
dalam bentuk karya
3. Bernalar Kritis : Peserta didik Merefleksi dan mengevaluasi pemikirannya sendiri
4. Gotong Royong : Peserta didik memiliki kemampuan gotong royong, yang memiliki
kemampuan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama agar pekerjaan berjalan
lancar
KATA KUNCI, TOPIK/KONTEN INTI
Sertifikasi Pelaut Perikanan, Kontrak kerja
SARANA DAN PRASARANA
Laptop/Gadget/Komputer, Jaringan Interbnet, Proyektor/LCD
KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK
Target perangkat ajar ini dapat digunakan guru untuk mengajar:
Peserta didik regular/tipikal (tanpa ketunaan dan kesulitan belajar atau berpencapaian tinggi)
Jumlah peserta didik dalam pembelajaran untuk maksimal 28 peserta didik
MODEL PEMBELAJARAN
Discoveru Learning
 Tatap Muka
ASESMEN JENIS ASESMEN
Individu Perfoma dalam presentasi hasil
Kelompok Tertulis (tes objektif, esai)
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pengaturan Peserta Didik
 Berkelompok (5-6 orang)
Metode
 Ceramah
 Diskusi
 Penugasan
MATERI, ALAT DAN BAHAN
 Materi Ajar
Ruang Lingkup Materi:
1. Perjanjian Kerja Laut
2. Sertifikasi Keahlian Pelaut
PERJANJIAN KERJA LAUT
A. Deskripsi
Perjanjian Kerja Laut (PKL) adalah perjanjian yang dibuat antara seorang
pengusaha kapal disatu pihak dengan seorang buruh dipihak lain,dengan mana pihak
tersebut terakhir menyanggupi untuk dibawah perintah pengusaha itu melakukan pekerjaan
dengan mendapat upah baik sebagai nakhoda atau anak kapal
Menurut Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
42/Permen-Kp/2016 Tentang Perjanjian Kerja Laut Bagi Awak Kapal Perikanan :
1. Perjanjian Kerja Laut adalah kesepakatan antara awak Kapal Perikanan dengan pemilik
Kapal Perikanan atau operator Kapal Perikanan atau nakhoda Kapal Perikanan atau
dengan agen Awak Kapal Perikanan yang memuat persyaratan kerja, jaminan
kelayakan kerja, jaminan upah, jaminan kesehatan, jaminan asuransi kecelakaan dan
musibah, jaminan keamanan, serta jaminan hukum yang mengacu pada ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2. Penangkapan Ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam
keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang
menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut menyimpan, mendinginkan,
menangani, mengolah, dan atau mengawetkannya.
3. Kapal Perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang dipergunakan untuk
melakukan penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan
ikan, pelatihan Perikanan, dan penelitian/eksplorasi Perikanan.
4. Awak Kapal Perikanan (fisher) adalah setiap orang yang dipekerjakan di kapal
Perikanan untuk kegiatan usaha Perikanan tangkap.
5. Nakhoda Kapal Perikanan adalah Awak Kapal Perikanan yang menjadi pimpinan di
Kapal Perikanan yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab tertentu sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan di bidang keselamatan pelayaran.
6. Pemilik Kapal Perikanan adalah setiap orang atau perusahaan baik berbadan hukum
maupun tidak berbadan hukum dan berdasarkan akta notaris memiliki Kapal Perikanan
dan bertanggung jawab terhadap operasional Kapal Perikanan.
7. Operator Kapal Perikanan adalah setiap orang atau perusahaan baik berbadan hukum
maupun tidak berbadan hukum yang menyewa atau mengoperasikan dan bertanggung
jawab terhadap operasional Kapal Perikanan.
8. Agen Awak Kapal Perikanan adalah perusahaan atau sekolah atau instansi pemerintah
yang merekrut, mempersiapkan, menyalurkan, menempatkan, dan mempekerjakan
Awak Kapal Perikanan pada Kapal Perikanan di dalam negeri dan/atau di luar negeri.
9. Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) adalah wilayah
pengelolaan Perikanan untuk Penangkapan Ikan yang meliputi perairan pedalaman,
perairan kepulauan, laut teritorial, zona tambahan, dan zona ekonomi eksklusif
Indonesia.
10. Perjanjian Kerja Bersama/Collective Bargaining Agreement, yang selanjutnya
disingkat PKB/CBA, adalah perjanjian antara pemilik Kapal Perikanan, operator Kapal
Perikanan, agen Awak Kapal Perikanan dengan Direktur Jenderal untuk menjamin
terlaksananya ketentuan ketenagakerjaan di bidang Perikanan tangkap.

a. Prinsip, Tujuan dan Sasaran Perjanjian Kerja Laut (PKL) sebagai berikut:
PKL bagi Awak Kapal Perikanan dilaksanakan berdasarkan prinsip
 Kesetaraan hak dan kewajiban
 kesejahteraan, keamanan, kenyamanan, keselamatan, dan
kesehatan kerja
 Jaminan asuransi
 Jaminan hukum
PKL disusun dengan disusun dengan tujuan untuk memastikan terpenuhinya
persyaratan kerja, kondisi kerja, upah, jaminan kesehatan, jaminan asuransi
kecelakaan, musibah, kematian, jaminan hukum, serta jaminan keamanan bagi awak
Kapal Perikanan
PKL disusun dengan sasaran untuk menjamin:
 Perlindungan dan kesejahteraan bagi Awak Kapal Perikanan
 Awak Kapal Perikanan yang dipekerjakan memiliki kompetensi, dokumen Awak
Kapal Perikanan, dan bersedia bekerja
PKL disusun dalam rangka memberikan perlindungan bagi Awak Kapal
Perikanan dari risiko kerja dan bagi pemilik Kapal Perikanan, Operator Kapal
Perikanan, Agen Awak Kapal Perikanan, atau Nakhoda Kapal Perikanan dari risiko
usaha dalam hal tersebut perlunya persiapan menghadapi:
 jam kerja yang tidak menentu dan cenderung lebih lama
 tidak ada standar jam kerja dan/atau jam istirahat
 musim Penangkapan Ikan menuntut Awak Kapal Perikanan bekerja terus-menerus
 daerah operasi Penangkapan Ikan memiliki gelombang dan cuaca yang berbahaya
 perbekalan makanan dan minuman di Kapal Perikanan terbatas
 kecelakaan kerja
 ketidakpastian hasil Penangkapan Ikan.
b. Wilayah hukum Perjanjian Kerja Laut
Wilayah hukum PKL bagi Awak Kapal Perikanan meliputi:
 WPPNRI
 Laut Lepas
 Perairan Negara lain
PKL bagi Awak Kapal Perikanan dilaksanakan untuk:
 Awak Kapal Perikanan yang bekerja di Kapal Perikanan berbendera Indonesia yang
beroperasi di WPPNRI
 Awak Kapal Perikanan yang bekerja di Kapal Perikanan berbendera Indonesia yang
beroperasi di laut lepas
 Awak Kapal Perikanan yang bekerja di Kapal Perikanan berbendera asing yang
beroperasi di perairan negara bendera kapal dan laut lepas (high seas)
 Awak Kapal Perikanan yang bekerja di Kapal Perikanan berbendera asing yang
beroperasi di perairan negara lain.
PKL bagi Awak Kapal Perikanan yang bekerja pada Kapal Perikanan berbendera
asing dapat diperiksa oleh Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri di negara
operasional Penangkapan Ikan.
c. Jenis Perjanjian Kerja Laut
PKL bagi Awak Kapal Perikanan dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
 PKL waktu untuk waktu terbatas
 PKL untuk waktu satu kali operasi Kapal Perikanan
 PKL untuk jangka waktu tidak terbatas
d. Kondisi dan Persyaratan Kerja di Kapal Perikanan
 Setiap orang yang dipekerjakan sebagai Awak Kapal Perikanan harus memenuhi
persyaratan standar umur dan standar kesehatan
 setiap orang dapat melaksanakan beberapa tugas di Kapal Perikanan
 standar umur sebagai awak kapal perikanan paling rendah 18 tahun
 tidak membahayakan kesehatan dan keselamatan serta tidak merusak moral
(penyalahgunaan seksual/sexsual abuse) Awak Kapal Perikanan
 Awak Kapal Perikanan harus memenuhi persyaratan standar kesehatan dibuktikan
secara tertulis dalam bentuk surat keterangan sehat dari unit kesehatan setempat yang
menyatakan bahwa:
a. kondisi panca indera dan fisik memenuhi syarat untuk bekerja di Kapal Perikanan
b. tidak menderita penyakit yang mungkin bertambah buruk jika bekerja di Kapal
Perikanan atau membahayakan keselamatan atau kesehatan orang lain di Kapal
Perikanan.
 Unit kesehatan yang ditunjuk dan ditetapkan oleh instansi yang berwenang di bidang
Perikanan tangkap atau di bidang ketenagakerjaan atau di bidang pelayaran.
SERTIFKASI KEAHLIAN PELAUT
A. Deskripsi
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Repubilk Indonesia
Nomor per.07/men/2011 tentang sistem standar mutu pendidikan dan pelatihan, ujian serta
sertifikasi pelaut kapal penangkap ikan bahwa :
1. untuk menjamin keselamatan pelayaran bagi kapal penangkap ikan diperlukan adanya
awak kapal yang memiliki keahlian dan keterampilan, sehingga cakap untuk
melakukan tugas di atas kapal penangkap ikan sesuai dengan posisinya
2. dalam rangka mewujudkan awak kapal penangkap ikan yang memiliki keahlian dan
keterampilan perlu adanya suatu sistem standar mutu pendidikan dan pelatihan, ujian,
dan sertifikasi pelaut kapal penangkap ikan

Gambar 4. Tugas dan tanggung jawab diatas kapal


(Google image, 2021)

3. Standar mutu pendidikan dan pelatihan, ujian, serta sertifikasi pelaut kapal penangkap
ikan adalah kriteria minimum mengenai jenis dan tingkat mutu pendidikan dan
pelatihan, ujian, serta sertifikasi untuk pelaut kapal penangkap ikan.
4. Sistem standar mutu pendidikan dan pelatihan, ujian, serta sertifikasi pelaut kapal
penangkap ikan adalah keseluruhan komponen standar mutu yang saling terkait dan
terpadu untuk melakukan pendidikan dan pelatihan, ujian, dan sertifikasi pelaut kapal
penangkap ikan dalam rangka mewujudkan pelaut kapal penangkap ikan yang ahli dan
terampil.
5. Pelaut kapal penangkap ikan adalah setiap orang yang mempunyai kualifikasi keahlian
dan/atau keterampilan sebagai awak kapal penangkap ikan.
6. Pendidikan dan pelatihan keahlian pelaut kapal penangkap ikan adalah pendidikan dan
pelatihan berdasarkan jenis dan jenjang keahlian pelaut kapal penangkap ikan melalui
jalur pendidikan dan pelatihan profesional atau fungsional
Tabel 1. Sertifikat Keterampilan
SERTIFIKAT KETERANGAN
KETERAMPILAN
1 BST-F (Basic Safety Pelatihan Dasar Keselamatan
Training for All Fishing untuk semua kapal
Vessel Personnel) penangkapan ikan
2 BST Niaga (umum) Pelatihan Dasar Keselamatan
Niaga (umum)
3 BST-KLM (Kapal Layar Pelatihan Dasar Keselamatan
Motor) Kapal Layar Motor
4 AFF (Advanced Fire Sertifikat Lanjutan
Fighting) Penanggulangan Kebakaran
5 SAT (Security Awareness Pelatihan Kesadaran Keamanan
Training) Organisasi
6 Medical Emergency First Sertifikat Pertolongan Medis
Aid Darurat
7 Medical Care On Board Sertifikat Perawatan Medis di
atas Kapal
8 Radar Simulator Sertifikat Simulasi RADAR
9 ARPA Simulator Sertifikat Simulasi ARPA
10 General Radio Operator Sertifikat Operator Radio Umum
untuk GMDSS
11 Restricted Radio Operator Sertifikat Operator Radio
Terbatas untuk GMDSS
12 Profiency In Survival Craft Sertifikat Kecakapan Pesawat
and Rescue Boats Luput Maut dan Sekoci
Penyelamat
13 Ship Security Officer Sertifikat Perwira Keamanan
Kapl

Tabel 2. Sertifikat Keahlian Pelaut Perikanan


SERTIFIKAT AHLI SERTIFIKAT AHLI JENJANG
NAUTIKA KAPAL TEKNIKA KAPAL
PENANGKAP IKAN PENANGKAP IKAN
1 Ahli Nautika Kapal 1 Ahli Teknika Kapal Akademisi
Penangkap Ikan Penangkap Ikan
Tingkat I (ANKAPIN- Tingkat I (ATKAPIN-
I) I)
2 Ahli Nautika Kapal 2 Ahli Teknika Kapal SMK
Penangkap Ikan Penangkap Ikan
Tingkat I (ANKAPIN- Tingkat I (ATKAPIN-
II) II)
3 Ahli Nautika Kapal 3 Ahli Teknika Kapal Nelayan
Penangkap Ikan Penangkap Ikan
Tingkat I (ANKAPIN- Tingkat I (ATKAPIN-
III) III)

Tabel 3. Sertifikat Awak Kapal Perikanan


SERTIFIKAT AWAK KAPAL KETERANGAN
1 AAPi Ahli Alat Penangkap Ikan
2 SKPi Sertifikat Keterampilan Penanganan Ikan

7. Sertifikat keahlian pelaut kapal penangkap ikan adalah sertifikat yang diberikan
sebagai pengakuan terhadap kompetensi untuk melakukan pekerjaan pelaut kapal
penangkap ikan.
8. Sertifikat keterampilan pelaut kapal penangkap ikan adalah sertifikat yang diberikan
sebagai pengakuan terhadap keterampilan untuk melakukan pekerjaan tertentu di kapal
penangkap ikan.
9. Sertifikat pengukuhan pelaut kapal penangkap ikan adalah sertifikat yang diberikan
sebagai pengakuan pemberian kewenangan jabatan di atas kapal penangkap ikan bagi
seseorang sesuai dengan jenis dan tingkat sertifikat, ukuran kapal dan daerah
pelayaran.
Syarat untuk dapat bekerja di kapal adalah harus menandatangani:
1. Perjanjian kerja laut antara pengusaha dan nakhoda dan ABK.
2. Sijil awak kapal antara nakhoda/wakil dengan syahbandar/wakil.
3. Dan lain-lain sesuai dengan hukum perkapalan.
ABK yang siap bekerja di kapal harus memiliki persyaratan berikut:
1. Sertifikat Pre Sailing Health Certificate.
2. Buku Pelaut.
3. Ijazah bagi perwira.
4. Sertifikat ketrampilan Pelaut.
5. Surat Kontrak
PERSIAPAN PEMBELAJARAN
Proses bisnis meyeluruh bidang nautika kapal penangkap ikan

Persiapan yang dilakukan sebelum pembelajaran dimulai:

✔ Membaca materi pembelajaran


✔ Menyiapkan lembar kerja peserta didik
✔ Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam pembelajaran

URUTAN KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kegiatan Sintak Deskripsi Kegiatan


Pendahuluan Guru menunjuk ketua kelas untuk
(20 menit) melakukan doa sebelum
pembelajaran
Guru melakukan presensi
kehadiran terhadap peserta didik
Guru bertanya tentang keadaan
peserta didik
Guru menerima penjelasan tujuan
dan materi yang akan dicapai serta
metode penilaian yang akan
dilaksanakan
Guru menyampaikan kepada
peserta didik bahwa materi yang
akan dipelajari adalah tentang
Perjanjian Kerja Laut dan
Sertifikasi Keahlian Pelaut
Guru memaparkan bahwa
pentingnya Perjanjian Kerja Laut
dan Sertifikasi Keahlian Pelaut
dalam dunia kerja
Kegiatan Inti Stimulasi Guru menyampaikan tujuan
(240 menit) pembelajaran mengenai topic yang
akan dibahas
Peserta didik menerima informasi
kompetensi materi dan tujuan
pembelajaranyang akan
dilaksanakan
Guru mmberikan pertanyaan
pemantik kepada peserta didik:
1. Apa yang kamu ketahui
tentang Perjanjian Kerja
Laut?
2. Apa hal yang menguntungkan
dalam mempelajari Perjanjian
Kerja laut?
Guru menyarankan untuk
menyiapkan media, alat dan buku
untuk pembelajaran

Guru menampilkan materi yang


disajikan
Peserta didik mengamati dan
menperhatikan penjelasan yang
diberikan guru
Guru membagikan Lembar Kerja
dan peserta didik membaca
petunjuk
Guru memotivasi peserta didik
dalam kelompok atau individu
untuk menuliskan atau menanyakan
permasalahan yang belum
dipahami dari masalah yang
disajikan dalam Lembar Kerja
Menyajikan masalah Peserta didik melakukan diskusi
dalam kelompok masing-masing
atau individual dengan guru
berdasarkan petunjuk yang ada
dalam LK (misalkan: dalam LK
berisikan permasalahan dan
langkah-langkah pemecahan serta
meminta peserta didik dalam
kelompok untuk bekerja sama
untuk menyelesaikan masalah
berkaitan dengan pembahasan).
Peserta didik dalam kelompok atau
individual melakukan bertukar
fikiran dengan cara berbagi
informasi, dan klarifikasi informasi
tentang permasalahan yang dibahas
dalam kehidupan sehari-hari.
Pengumpulan Data Peserta didik masing-masing
membahas dan berdiskusi tentang
permasalahan berdasarkan petunjuk
LK untuk:
 Memahami Perjanjian Kerja
Laut bagi awak kapal
penangkap ikan
 Memahami tentang Sertifikat
Keahlian Pelaut Perikanan

Peserta didik melakukan eksplorasi


dimana mereka juga diharapkan
mengaitkan materi yang akan di
implemantasikan saat di dunia
kerja
Guru memberikan bantuan kepada
peserta didik untuk masalah yang
sulit bagi peserta didik

Guru mengarahkan peserta didik


untuk menyelesaikan permasalahan
dengan cermat dan teliti
Pembuktian data Guru meminta peserta didik untuk
mendiskusikan cara yang
digunakan untuk menemukan
semua kemungkinan pemecahan
masalah terkait masalah yang
diberikan
Peserta didik dengan bimbingan
guru untuk dapat mengaitkan,
merumuskan, dan menyimpulkan
tentang Perjanjian Kerja Laut dan
Sertifikasi Keahlian Pelaut
perikanan

Peserta didik menyelesaikan


perintah soal-soal pada Lembar
Kerja yang disediakan oleh guru.
Guru memberikan pertanyaan
pemantik kepada peseta didik:
1. Apakah kalian sudah
memahami tentang soal-soal
yang di berikan oleh guru?
Kesimpulan Guru menyimpulkan materi yang
telah di berikan, peserta didik
menyajikan secara tertulis dan lisan
hasil pembelajaran atau apa yang
telah dipelajari
Peserta didik yang lain dan guru
memberikan tanggapan dan
menganalisis hasil diskusi meliputi
tanya jawab untuk
mengkonfirmasi, memberikan
tambahan informasi, melengkapi
informasi ataupun tanggapan
lainnya.

Refleksi Peserta didik melakukan refleksi,


resume dan membuat kesimpulan
secara lengkap, komprehensif dan
dibantu guru dari materi yang yang
telah dipelajari terkait Perjanjian
Kerja Laut dan Sertifikasi Keahlian
Pelaut Perikanan

Guru memberikan apresiasi atas


partisipasi semua peserta didik
Penutup Guru menggunakan metode tanya
(10 Menit) jawab kepada peserta didik
Peserta didik mendengarkan arahan
guru pada materi selanjutnya
Untuk memperkuat materi
pertemuan kedua, guru
memberikan referensi materi dari
buku maupun dari internet untuk
persiapan pertemuan kedua
Guru menutup pembelajaran
dengan mengucapkan syukur dan
berdoa menurut keyakinan masing-
masing

KRITERIA PENGUKURAN KETERCAPAIAN


Kompetensi yang harus dikuasai peserta didik:
 Peserta didik mampu menjelaskan Perjanjian Kerja Laut
 Peserta didik mampu menjelaskan Sertifikasi Keahlian Pelaut
STRATEGI ASESMEN
 Observasi guru selama kegiatan belajar berlangsung
1.Keaktifan peserta didik saat tanya jawab
2.Kesantunan dalam proses belajar

 Penilaian hasil presentasi hasil diskusi


 Penilaian hasil lembar kerja peserta didik
 Asesmen tulis
Soal Essay
1. Apa yang di maksud dari Perjanjian Kerja Laut?
2. Apa saja tujuan di susunnya Perjanjian Kerja Laut?
3. Sebutkan dan jelaskan maksud dari Jenis-jenis Perjanjian Kerja Laut?
4. Apa saja jaminan yang diberikan saat melakukan Perjanjian Kerja laut?
REFLEKSI

PESERTA DIDIK GURU


2. Apakah kalian memahami tentang 1. Apakah dalam membuka pelajaran dan
Perjanjian Kerja Laut dan Sertifikasi memberikan penjelasan teknis atau
Keahlian Pelaut? intruksi yang disampaikan untuk
pembelajaran yang akan dilakukan dapat
3. Apakah yang kalian dapatkan dari
dipahami oleh peserta didik
Perjanjian Kerja Laut? 2. Bagainmanakah pada rencana
4. Apakah kalian dapat menjelaskan pembelajaran yang perlu diperbaiki?
manfaat dari Sertifikasi Keahlian 3. Bagaimana tanggapan peserta didik
Pelaut? terhadap materi atau bahan ajar,
5. Manfaat apa yang kamu peroleh dari pengelolaan kelas, latihan dan penilaian
materi pembelajaran? yang telah dilakukan dalam pembelajaran?
4. Apakah dalam berjalannya proses
6. Sikap positif apa yang kamu peroleh
pembelajaran sesuai dengan yang
selama mengikuti kegiatan diharapkan?
pembelajaran? 5. Apakah arahan dan penguatan materi yang
7. Kesulitan apa yang kamu alami dalam telah dipelajari dapat dipahami oleh
pembelajaran? peserta didik?
8. Apa saja yang kamu lakukan untuk
belajar yang lebih baik?
GLOSARIUM

Perjanjian Kerja Laut Perjanjian yang dibuat antara seorang pengusaha


: kapal disatu pihak dengan seorang buruh dipihak
lain,dengan mana pihak tersebut terakhir
menyanggupi untuk dibawah perintah pengusaha itu
melakukan pekerjaan dengan mendapat upah baik
sebagai nakhoda atau anak kapal
Awak kapal orang yang bekerja atau dipekerjakan di atas kapal
: oleh pemilik atau operator kapal untuk melakukan
tugas di atas kapal
Nakhoda Seorang pemimpin kapal
:
WPPNRI Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik
: Indonesia
High Sea Laut lepas
:
Sertifikasi suatu penetapan yang diberikan oleh suatu
: organisasi profesional terhadap seseorang untuk
menunjukkan bahwa orang tersebut mampu untuk
melakukan suatu pekerjaan atau tugas spesifik
Sijil daftar nama orang yang bertugas sebagai awak
: kapal, yang disahkan oleh syahbandar.
Buku pelaut sebuah buku untuk mereka yang akan melakukan
: kegiatan berlayar, menggunakan kapal. Buku pelaut
ini wajib dimiliki setiap pelaut layaknya SIM,
karena jika pelaut tidak memiliki buku pelaut,
mereka bisa saja diturunkan dari atas kapal.
Anak Buah Kapal seorang yang bekerja di atas kapal sebagai bagian
: dari awaknya, dan dapat bekerja di salah satu dari
sejumlah bidang yang berbeda yang terkait dengan
operasi dan pemeliharaan kapal.
DAFTAR PUSTAKA

Netanyahu E.K., Emma V.T.Senewe. Friend. H. Anis. 2020. Perlindungan Hukum Terhadap
Pekerja Laut dalam Pemutusan Hubungan Kerja . Lex Administratum. Vol.
VII/No.5/Nov/EdisiKhusus
Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 42/Permen-Kp/2016
Tentang Perjanjian Kerja Laut Bagi Awak Kapal Perikanan
Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
Per.07/Men/2011Tentang Sistem Standar Mutu Pendidikan Dan Pelatihan, Ujian,
Serta Sertifikasi Pelaut Kapal Penangkap Ikan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 9 Tahun 2005 tentang Pendidikan dan Pelatihan,
Ujian, serta Sertifikasi Pelaut Kapal Penangkap Ikan
Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pengesahan STCW-F 1995
REMEDIAL

a. Remedial
Remedial dilakukan apanila tujuan pembelajaran belum tercapai. Belum tercapainya tujuan
pembelajaran dapat diketahui apabila skor perolehan dari instrument penilaian/assesmen masih
dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)

b. Pengayaan
Tugas
1. Diskusikan lah pernyataandi bawah ini bersama teman sebangkumu, Peraturan Menteri
yang berhubungan dengan Perjanjian Kerja laut, beserta hak-hak sebagai seorang pelaut
2. Kedudukan perjanjian kerja laut pada dasarnya sama dengan perjanjian kerja pada
umumnya, yang membedakan perjanjian kerja laut khusus dibuat untuk pelaut yang
memiliki keahlian atau keterampilan khusus sebagai awak kapal. Bagaimana tindakanmu
apabila sebagai seorang pelaut anda berada di posisi diperlakukan tidak sesuai Peraturan
menteri
3. Presentasikan di depan kelas hasil belajarmu
LEMBAR KERJA SISWA

Tugas
a. Carilah pelanggaran dalam Perjanjian Kerja Laut yang bersumber dari Undang-
undang yang berlaku
b. Catat dan identifikasi, Bagaimana Upaya pemerintah menanggapi pelanggaran
terkait PKL
c. Presentasikan di depan Kelas untuk berbagi informasi dengan teman belajar

Tes Formatif

1. Beberapa kesepakatan awak kapal Perikanan dengan pemilik Kapal Perikanan yang
digunakan dalam Perjanjian Kerja Laut di bawah ini adalah. . .

a.Jaminan kelayakan kerja


b.Jaminan Upah
c.Jaminan hukum dan Keamanan
d. Semua BENAR

2. Setiap orang atau perusahaan baik berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum
dan berdasarkan akta notaris memiliki Kapal Perikanan dan bertanggung jawab
terhadap operasional Kapal Perikanan adalah. . .
a.Agen Awak Kapal
b.Pemilik Kapal
c.Operator Kapal Perikanan
d. Penangkapan Ikan

3. Awak Kapal Perikanan yang menjadi pimpinan di Kapal Perikanan yang mempunyai
wewenang dan tanggung jawab tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan-undangan di bidang keselamatan pelayaran adalah. . .
a.Agen Awak Kapal
b.Pemilik Kapal
c.Nahkoda Kapal Perikanan
d.Penangkapan Ikan

4. Berikut ini resiko yang harus dihadapi sebagai pemilik kapal, awak kapal, nahkoda
kapal dan operator kapal perikanan
a.Musim penangkapan ikan menuntut Awak kapal Perikanan bekerja terus menerus
b. Musim tangkap yang menentu
c.Terdapat standart kerja
d.Jam kerja yang menentu
5. Berikut ini Wilayah Hukum Perjanjian Kerja Laut
a. ZEEI, zona tambahan
b. Perairan kepulauan
c. Laut Teritorial, zona tambahan
d.WPPNRI, Laut Lepas, Perairan Negara Lain

6. Setiap orang yang dipekerjakan sebagai Awak Kapal Perikanan harus memenuhi
persyaratan standar umur dan standar kesehatan, unit kesehatan yang ditunjuk untuk
pemeriksaan kesehatan adalah

a. Rumah sakit umum


b. Unit Kesehatan dari instansi yang berwenang
c.Instansi pemerintah
d. Jawaban salah semua
7. Sertifikat Ahli Pelaut Perikanan untuk bidang Mesin pada jenjang SMK adalah. . .
a. Ahli Nautika Kapal Penangkap Ikan Tingkat 1
b. Ahli Nautika Kapal Penangkap Ikan Tingkat II
c. Ahli Teknika Kapal Penangkap Ikan Tingkat I
d. Ahli Teknika Kapal Penangkap Ikan Tingkat II
8. Tujuan Uji Keahlian Pelaut adalah. . .

a. sertifikat yang diberikan sebagai pengakuan terhadap kompetensi untuk melakukan


pekerjaan pelaut kapal penangkap ikan.

b. untuk membuktikan kepada dunia bahwa kita seorang pelaut


c.sertifikat yang menjadi pelengkap ijazah sekolah
d.sebagai portofolio tambahan
9. BST-F adalah
a. Pelatihan dasar keselamatan
b. Pelatihan dasar keselamatan khusus untuk kapal penangkap ikan
c. Pelatihan Dasar kesemalatan Niaga
d. Pelatihan dasar keselamatan diatas kapal

10. Pendidikan dan pelatihan keahlian pelaut kapal penangkap ikan adalah pendidikan
dan pelatihan berdasarkan jenis dan jenjang keahlian pelaut kapal penangkap ikan
melalui jalur pendidikan dan pelatihan profesional atau fungsional
a. SD, SMP dan SMA
b. Nelayan, SMK, Akademisi
c. SMA,SMK, Perkuliahan umum
d. SMA, SMK, Nelayan
RUBRIK DAN KRITERIA PENILAIAN

a. Rubrik Sikap Ilmiah


Skor
No Aspek
4 3 2 1
1. Menanya
2. Mengamati
3. Menalar
4. Mengolah data
5. Menyimpulkan
6. Menyaji
Kriteria:
1. Aspek Menanya

Jika pertanyaan yang diajukan sesuai dengan permasalahan yang


Skor 4 :
sedang dibahas
Jika pertanyaan yang diajukan cukup sesuai dengan permasalahan
Skor 3 :
yang sedang dibahas
Jika pertanyaan yang diajukan kurang sesuai dengan
Skor 2 :
permasalahan yang sedang dibahas
Skor 1 : Tidak menanya
2. Aspek Mengamati

Skor 4 : Terlibat dalam pengamatan dan aktif dalam memberikan pendapat


Skor 3 : Terlibat dalam pengamatan
Skor 2 : Berusaha terlibat dalam pengamatan
Skor 1 : Diam tidak aktif
3. Aspek Menalar

Skor 4 : Jika menalar dengan benar


Skor 3 : Jika menalar hanya sebagian yang benar
Skor 2 : Mencoba bernalar walau masih salah
Skor 1 : Diam tidak menalar
4. Aspek Mengolah Data

Skor 4 : Jika Hasil Pengolahan data benar semua


Skor 3 : Jika hasil pengolahan data sebagian besar benar
Skor 2 : Jika hasil pengolahan data sebagian kecil benar
Skor 1 : Jika hasil pengolahan data salah semua

5. Aspek Menyimpulkan

Skor 4 : jika kesimpulan yang dibuat seluruhnya benar


Skor 3 : jika kesimpulan yang dibuat seluruhnya benar
Skor 2 : kesimpulan yang dibuat sebagian kecil benar
Skor 1 : Jika kesimpulan yang dibuat seluruhnya salah
6. Aspek Menyajikan

Skor 4 : jika laporan disajikan secara baik dan dapat menjawabsemua


petanyaan dengan benar
Skor 3 : Jika laporan disajikan secara baik dan hanya dapat menjawab
sebagian pertanyaan
Skor 2 : Jika laporan disajikan secara cukup baik dan hanya sebagian kecil
pertanyaan yang dapat di jawab
Skor 1 : Jika laporan disajikan secara kurang baik dan tidak dapat
menjawab pertanyaan
b. Rubrik Penilaian Diskusi
Skor
No Aspek
4 3 2 1
1. Terlibat Penuh
2. Bertanya
3. Menjawab
4. Memberikan
Gagasan/Ide
5. Kerja Sama
6. Tertib
1. Aspek Terlibat Penuh

Skor 4 : Dalam diskusi kelompok terlihat aktif, tanggung jawab,


mempunyai pemikiran/ide, berani berpendapat
Skor 3 : Dalam diskusi kelompok terlihat aktif, dan berani berpendapat
Skor 2 : Dalam diskusi kelompok kadang-kadang berpendapat
Skor 1 : Diam sama sekali tidak terlibat
2. Aspek Bertanya

Skor 4 : Memberikan pertanyaan dalam kelompok dengan bahasa yang


jelas
Skor 3 : Memberikan pertanyaan dalam kelompok dengan bahasa yang
kurang jelas
Skor 2 : Kadang-kadang memberikan pertanyaan
Skor 1 : Sama sekali tidak bertanya

3. Aspek Menjawab

Skor 4 : Memberikan jawaban dari pertanyaan dalam kelompok dengan


bahasa yang jelas
Skor 3 : Memberikan jawaban dari pertanyaan dalam kelompok dengan
bahasa yang kurang jelas
Skor 2 : Kadang-kadang memberikan jawaban dari pertanyaan
kelompoknya
Skor 1 : Diam tidak pernah menjawab pertanyaan
4. Aspek Memberikan Gagasan/Ide

Skor 4 : Memberikan gagasan/ide yang orisinil berdasarkan pemikiran


sendiri
Skor 3 : Memberikan gagasan/ide yang didapat dari buku bacaan
Skor 2 : Kadang-kadang memberikan gagasan/ide
Skor 1 : Diam tidak pernah memberikan gagasan
5. Aspek Kerjasama

Skor 4 : Dalam diskusi kelompok terlibat aktif, tanggung jawab dalam


tugas, dan membuat teman-temannya nyaman dengan
keberadaannya
Skor 3 : Dalam diskusi kelompok terlibat aktif tapi kadang-kadang
membuat teman-temannya kurang nyaman dengan keberadaannya
Skor 2 : Dalam diskusi kelompok kurang terlibat aktif
Skor 1 : Diam tidak aktif
6. Aspek Tertib

Skor 4 : Dalam diskusi kelompok aktif, santun, sabar mendengarkan


pendapat teman-temannya
Skor 3 : Dalam diskusi kelompok tampak aktif tapi kurang santun
Skor 2 : Dalam diskusi kelompok suka menyela pendapat orang lain
Skor 1 : Selama terjadi diskusi sibuk sendiri dengan cara berjalan kesana
kemari

c. Rubrik Presentasi
Skor
No Aspek
4 3 2 1
1. Kejelasan Presentasi
2. Pengetahuan
3. Penampilan
1. Kejelasan Presentasi

Skor 4 : Sistematika penjelasan logis dengan bahasa dan suara yang sangat
jelas
Skor 3 : Sistematika penjelasan logis dan bahasa sangat jelas tetapi suara
kurang jelas
Skor 2 : Sistematika penjelasan tidak logis meskipun menggunakan bahasa
dan suara cukup jelas
Skor 1 : Sistematika penjelasan tidak logis meskipun menggunakan bahasa
dan suara cukup jelas
2. Pengetahuan

Skor 4 : Menguasai materi presentasi dan dapat menjawab pertanyaan


dengan baik dan kesimpulan mendukung topik yang dibahas
Skor 3 : Menguasai materi presentasi dan dapat menjawab pertanyaan
dengan baik dan kesimpulan mendukung topik yang dibahas
Skor 2 : Penguasaan materi kurang meskipun bisa menjawab seluruh
pertanyaan dan kesimpulan tidak berhubungan dengan topik yang
dibahas
Skor 1 : Materi kurang dikuasai serta tidak bisa menjawab seluruh
pertanyaan dan kesimpulan tidak mendukung topik
3. Penampilan

Skor 4 : Penampilan menarik, sopan dan rapi, dengan penuh percaya diri
serta menggunakan alat bantu
Skor 3 : Penampilan cukup menarik, sopan, rapih dan percaya diri
menggunakan alat bantu
Skor 2 : Penampilan kurang menarik, sopan, rapi tetapi kurang percaya
diri serta menggunakan alat bantu
Skor 1 : Penampilan kurang menarik, sopan, rapi tetapi tidak percaya diri
dan tidak menggunakan alat bantu

d. Rubrik Penilaian Pelaksanaan Praktikum


Skor
No Aspek
4 3 2 1
1. Cara menyiapkan alat
dan bahan
2. Proses pelaksanaan
selama praktikum
3. Kebersihan dan
penataan alat
1. Cara Menyiapkan Alat dan Bahan

Skor 4 : jika seluruh alat dan bahan disiapkan sesuai dengan prosedur
Skor 3 : jika sebagian besar alat dan bahan disiapkan sesuai dengan
prosedur
Skor 2 : jika sebagian kecil alat dan bahan disiapkan sesuai dengan
prosedur
Skor 1 : jika alat dan bahan tidak disiapkan sesuai dengan prosedur
2. Proses Pelaksanaan Selama Praktikum

Skor 4 : jika selama pelaksanaan praktikum melaksanakan seluruh proses


dengan benar
Skor 3 : jika selama pelaksanaan praktikum melaksanakan sebagian besar
proses dengan benar
Skor 2 : jika selama pelaksanaan praktikum melaksanakan sebagian kecil
proses dengan benar
Skor 1 : jika selama pelaksanaan praktikum tidak ada proses yang
dilakukan dengan benar dengan benar
3. Kebersihan dan Penataan Alat

Skor 4 : jika seluruh alat dibersihkan dan ditata kembali dengan benar
Skor 3 : jika sebagian besar alat dibersihkan dan ditata kembali dengan
benar
Skor 2 : jika sebagian kecil alat dibersihkan dan ditata kembali dengan
benar
Skor 1 : jika tidak ada hasil alat dibersihkan dan ditata kembali dengan
benar
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami proses bisnis nautika kapal penangkap
ikan sebagai bagian integral dari bisnis pelayaran perikanan, antara lain tentang penerapan
prosedur darurat dan K3LH, persyaratan kerja di kapal, kontrak kerja, buku pelaut,
sertifikasi, hukum maritim dan hukum perikanan, penangkapan ikan
PERTEMUAN 3
(6JP)
TUJUAN PEMBELAJARAN KRITERIA KETERCAPAIAN
Memahami proses bisnis nautika kapal  Memahami dan menerapkan hukum
penangkap ikan sebagai bagian integral dari maritim dan hukum perikanan untuk
bisnis pelayaran perikanan mengetahui kebijakan dan pencegahan
polusi laut
 Menerapkan penangkapan dan
penanganan pasca penangkapan ikan
untuk memahami perikanan
berkelanjutan dan tanggung jawab

KONSEP UTAMA PENGETAHUAN/KETERAMPILAN


PRASYARAT
Memahami proses bisnis nautika kapal Mampu menjelaskan hukum maritime dan
penangkap ikan perikanan serta penangkapan dan
penanganan ikan

PROFIL PELAJAR PANCASILA


1. Beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia: Peserta
didik mengembangkan kemampuan beriman, bertakwa kepada Tuhan YME dengan
menciptakan karya yang berhubungan dengan Tuhan YME, dirinya sendiri, orang lain
maupun lingkungan
2. Mandiri : Peserta didik mengembangkan sikap mandiri untuk mengekspresikan dirinya
dalam bentuk karya
3. Bernalar Kritis : Peserta didik Merefleksi dan mengevaluasi pemikirannya sendiri
4. Gotong Royong : Peserta didik memiliki kemampuan gotong royong, yang memiliki
kemampuan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama agar pekerjaan berjalan
lancar
KATA KUNCI, TOPIK/KONTEN INTI
Hukum maritime dan Perikanan, Penangkapan, Penanganan Ikan
SARANA DAN PRASARANA
Laptop/Gadget/Komputer, Jaringan Interbnet, Proyektor/LCD
KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK
Target perangkat ajar ini dapat digunakan guru untuk mengajar:
Peserta didik regular/tipikal (tanpa ketunaan dan kesulitan belajar atau berpencapaian tinggi)
Jumlah peserta didik dalam pembelajaran untuk maksimal 28 peserta didik
MODEL PEMBELAJARAN
Problem Based Learning
 Tatap Muka
ASESMEN JENIS ASESMEN
Individu Perfoma dalam presentasi hasil
Kelompok Tertulis (tes objektif, esai)

KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pengaturan Peserta Didik
 Berkelompok (5-6 orang)
Metode
 Ceramah
 Diskusi
 Presentasi
MATERI, ALAT DAN BAHAN
 Materi Ajar
Ruang Lingkup Materi:
1. Hukum maritim dan hukum perikanan
2. Penangkapan dan penanganan pasca penangkapan ikan
HUKUM MARITIM DAN HUKUM PERIKANAN

A. Deskripsi
Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2019 Tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan, bahwa
:
1. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan sumber
daya perikanan.
2. Sumber Daya Perikanan adalah potensi semua sumber daya ikan,
sumber daya lingkungan, dan segala sumber daya buatan manusia yang
digunakan untuk memanfaatkan sumber daya ikan.
3. Sumber Daya Ikan adalah potensi semua jenis ikan dan organisme lain
yang berhubungan dengan ikan.
4. Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari
siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan.
5. Pengelolaan Perikanan adalah upaya pelindungan, pemanfaatan, dan
pelestarian Perikanan, untuk mencapai kelangsungan produktivitas
Sumber Daya Perikanan yang berkelanjutan.
6. Penangkapan Ikan adalah kegiatan untuk memperoleh Ikan di perairan
yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat dan cara yang
mengedepankan asas keberlanjutan dan kelestarian, termasuk kegiatan
yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan,
mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya.
Pengelolaan Perikanan dalam WPPNKRI dilakukan untuk melindungi,
memanfaatkan, dan melestarikan Sumber Daya Perikanan secara optimal
dan berkelanjutan, dengan mempertimbangkan potensi Sumber Daya
Perikanan Indonesia. Setiap Orang yang melakukan usaha Perikanan di WPPNKRI wajib
memiliki SIUP, Kewajiban memiliki SIUP dikecualikan bagi Nelayan Kecil, Nelayan
Tradisional, dan/atau Pembudi Daya Ikan Kecil. Nelayan Kecil, Nelayan Tradisional, dan
Pembudi Daya Ikan Kecil harus mendaftarkan diri, usaha, dan kegiatannya kepada instansi
Perikanan setempat tanpa dikenakan biaya. SIUP untuk jenis usaha Penangkapan Ikan
mencantumkan koordinat daerah Penangkapan Ikan, jumlah dan ukuran kapal Perikanan,
jenis alat penangkap Ikan yang digunakan, dan pelabuhan pangkalan.
Pemerintah sendiri sebagai upaya menjaga keberlanjutan aktivitas
penangkapan ikan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 29
tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan Perikanan
Bidang Penangkapan Ikan, pasal 8, disebutkan apabila tingkat pemanfaatan
statusnya sudah mencapai O (Over fishing) atau F (Fully Fishing) untuk
sementara pemerintah, dalam permen yang sama pasal 9 telah mengeluarkan
kebijakan antara lain:
Tabel 4. Kebijakan Pemerintah Menghadapi Over dan Fully Exploited

Status Potensi Kebijakan Pemerintah


Perikanan
Over Exploited (O)  Tidak memperpanjang Surat Izin
Penangkapan Ikan (SIPI) yang telah habis
masa berlakunya dan/atau
 Pengurangan kapasitas alat penangkap ikan
atau alat bantu penangkapan ikan dalam
rangka mengurangi ikan hasil tangkapan
Fully Exploited (F)  Tidak menerbitkan Surat izin Penangkapan
Ikan (SIPI) yang baru, dan/atau
 Tidak melakukan perubahan SIPI yang
berakibat pada meningkatnya jumlah hasil
tangkapan

Upaya tersebut ditujukan sebagai upaya mengurangi tekanan di samping sebagai


langkah mengembalikan keseimbangan stok sumber daya ikan sendiri. Selama ini dunia
perikanan lebih mengenal ancaman over fishing sebagai musuh utama aktivitas perikanan
tangkap. Padahal dunia internasional telah memberikan peringatan trilogi permasalahan
utama perikanan tangkap yaitu:

a. Illegal Fishing; pencurian ikan, penangkapan di wilayah negara lain tanpa


izin pemeritah / otoritas setempat;
b. Unreported Fishing; penangkapan ikan yang tidak dilaporkan sehingga
pemerintah kesulitan menduga ketersediaan stok yang tersisa
c. Unregulated Fishing; penangkapan ikan yang tidak sesuai dengan peraturan
(misal dengan alat penangkap ikan yang dilarang oleh pemerintah).

Pengelolaan perikanan di Indonesia selama ini didasarkan pada konsep maksimum


yang lestari (Maximum Sustainable Yield) dimana konsep intinya adalah menjaga
keseimbangan biologi dari sumber daya ikan agar dapat dimanfaatkan secara maksimum
dalam waktu yang panjang. Dalam konsep ini hanya mempertimbangkan faktor biologi semata.
Konsep ini hanya berangkat dari dinamika suatu stok ikan yang dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor
utama yaitu; tambahan individu ikan (recruitment), pertumbuhan individu ikan (growth) dan
kematian individu ikan (mortalitas).
Yang menjadi garapan penting serta tanggung jawab pemerintah adalah
menduga/ mengestimasi potensi perikanan diwilayahnya setelah di hitung jumlah hasil
tangkapan yang didaratkan di pelabuhan perikanan sebagai barometer tinggi rendahnya
mortalitas melalui penangkapan. Dari perhitungan tersebut, maka pemerintah akan
mengeluarkan status perairan yang dikelolanya untuk diketahui khalayak khususnya nelayan.
Status tadi memberikan gambaran tentang pemanfaatan sumber daya perikanan di wilayah
tersebut. Sehingga para pemegang kebijakan di daerah bisa mengambil langkah-langkah sesuai
dengan otoritas pusat dalam upaya menyelamatkan sumber daya ikan yang ada.
Tabel 5. Status Pemanfaatan Sumber Daya Ikan
No Status Pengertian
1 Unexploited Stok sumber daya ikan berada pada kondisi belum
tereksplotasi, sehingga aktivitas penangkapan ikan sangat
dianjurkan diperairan ini guna mendapatkan keuntungan
dari produksi
2 Lightly Exploited Stok sumber daya ikan baru tereksplotasi dalam jumlah
sedikit (kurang dari 25% MSY). Pada kondisi ini,
peningkatan jumlah usaha penangkapan sangat dianjurkan
karena tidak mengganggu kelestarian
sumber daya ikan dan hasil tangkapan per unit upaya (Catch
per Unit Effort-CPUE)
masih mungkin meningkat.

3 Moderatly Exploited Stok sumber daya ikan sudah terekspoitasi ½ dari MSY.
Pada kondisi ini peningkatan jumlah upaya penangkapan
masih dianjurkan tanpa mengganggu kelestarian sumber
daya ikan, akan tetapi hasil tangkapan per unit upaya
mungkin makin menurun
4 Fully Exploited Stok sumber daya ikan sudah tereksploitasi mendekati nilai
MSY. Disini peningkatan jumlah upaya penangkapan
sangat tidak dianjurkan, walaupun hasil tangkapan masih
dapat meningkat. Peningkatan upaya
penangkapan akan mengganggu kelestarian
sumber daya ikan, dan hasil tangkapan per
unit upaya pasti turun
5 Over Exploited Stok sumber daya ikan sudah menurun,
karena tereksplotasi melebihi nilai MSY. Pada kondisi ini,
upaya penangkapan harus diturunkan agar kelestarian
sumber daya ikan tidak terganggu.
6 Depleted Stok sumber daya ikan dari tahun ke tahun
jumlahnya mengalami penurunan secara
drastis, dan upaya penangkapan sangat dianjurkan untuk
dihentikan. Hal ini
berkaitan dengan kondisi kelestarian sumber daya ikan yang
sudah sangat terancam
Sumber: Suyasa (2007)
Untuk mempermudah pengawasan dan penandaan status wilayah pengelolaan
perikanan, Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI nomor Per.02/MEN/
2011 memberikan kejelasan, Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia adalah yang
selanjutnya disebut WPPRI adalah wilayah pengelolaan perikanan untuk penangkapan ikan
yang meliputi perairan pedalaman, perairan kepulauan, laut teritorial, zona tambahan dan Zona
Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI). Khusus pada wilayah ZEE ini, Indonesia hanya memiliki
hak berdaulat dalam pengelolaan sumber daya ikan sehingga dalam penerapan hukum nasional
di wilayah ini perlu memperhatikan juga hukum internasional. Misalnya dalam UNCLOS 1982
pasal 62, negara pantai wajib memberikan kesempatan atau akses kepada pihak asing untuk
memanfaatkan potensi sumber daya perikanan di ZEE-nya. Pembagian WPPRI ini berdasarkan
pada daerah tempat ikan hasil tangkapan didaratkan dipelabuhan.
Siombo (2010) menjelaskan, pengaturan WPPRI ini dimaksudkan agar tercapainya
pemanfaatan yang optimal dan berkelanjutan dalam pengelolaan perikanan serta terjaminnya
kelestarian sumber daya ikan dan lingkungan. Baru-baru ini pada tahun 2011 pemerintah
melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 45 tahun 2011 tentang Estimasi
Potensi Sumber Daya Ikan Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia,
mengeluarkan hasil perhitungan terakhir yang menyatakan kelimpahan potensi ikan Indonesia
pada tahun 2011 adalah sekitar 6,520 juta ton / tahun. Potensi kekayaan bangsa ini
ditabulasikan dari potensi 11 (sebelas) Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia
(WPPRI).
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan di atas membagi wilayah perairan Republik
Indonesia ke dalam 11 (sebelas) Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia yang
diberikan kode angka berdasarkan wilayahnya

Tabel 6. Pembagian Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Indonesia (WPPRI)


berdasarkan Kepmen No. 45 tahun 2011 tentang Estimasi Potensi Sumber Daya Ikan
Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.

NO WPPRI Wilayah
1 5-71 Selat Malaka dan laut Andaman
2 5-72 Samudera Hindia, sebelah Barat Sumatera dan Selat Sunda
3 5-73 Samudera Hindia, Selatan Jawa sampai sebelah selatan Nusa
Tenggara, Laut Sawu dan Laut Timor Bagian Barat
4 7-11 Laut China Selatan, Perairan Selat Karimata dan Laut Natuna
5 7-12 Perairan Laut Jawa
6 7-13 Selat Makasar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali
7 7-14 Laut Banda dan Perairan teluk Tolo
8 7-15 Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan
Teluk Berau
9 7-16 Laut Sulawesi dan Sebelah Utara Pulau Halmahera
10 7-17 Perairan Teluk Cendrawasih dan Samudera Pasifik
11 7-18 Laut Aru, Laut Arafura dan Laut Timor Bagian Timur

WPPRI ini selanjutnya dibagi menjadi jalur-jalur penangkapan yang bertujuan untuk
membatasi ruang gerak penangkapan ikan yang berlebihan. Pembatasan ini diuraikan didalam
pasal 4 Kepmen Kelautan dan Perikanan nomor 02 /MEN/ 2011 yang nantinya akan terkait
dengan pengaturan jenis dan ukuran alat tangkap serta ukuran Gross Tonage (GT) kapal
penangkap ikan yang dioperasikan. Berikut pembagian Jalur Penangkapan Ikan berdasarkan
Kepmen di atas:
Tabel 7. Pembagian Jalur Penangkapan Ikan berdasarkan Kepmen KP No. 02 /
2011 Tentang Jalur Penangkapan Ikan dan Penempatan Alat Penangkap Ikan dan Alat
Bantu Penangkapan Ikan Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik
Indonesia.

NO Jalur Penangkapan Area


Ikan
1 IA Meliputi perairan pantai sampai 2 (dua) mil laut yang
diukur dari laut pada saat surut terendah
IB Meliputi perairan pantai diluar 2 (dua) mil laut sampai
dengan 4 (empat) mil laut
2 II Meliputi daerah di luar jalur penangkapan ikan I sampai
dengan 12 (dua belas) mil di laut diukur dari permukaan
air laut pada saat surut terendah
3 III Meliputi Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI) dan
perairan di luar jalur penangkapan ikan II

Pencegahan Polusi Lingkungan Laut

Polusi laut merupakan suatu peristiwa masuknya material pencemar seperti partikel
kimia, limbah industri, limbah pertanian dan perumahan, ke dalam laut, yang bisa merusak
kondisi lingkungan laut. Material berbahaya tersebut memiliki dampak yang bermacam-
macam dalam lingkungan laut dan dalam kehidupan manusia. Ada yang berdampak langsung,
maupun tidak langsung
Sebagian besar sumber pencemaran laut berasal dari daratan, baik tertiup angin,
terhanyut dari sungai , gunung, maupun melalui tumpahan apapun yang tidak dihasilkan oleh
alam. Salah satu penyebab pencemaran laut adalah operasional kapal yang dapat mencemari
sungai dan samudera dalam banyak cara. Melalui tetesan dan tumpahan minyak, air penyaring
dan residu bahan bakar. Pencemaran dari kapal dapat mencemari pelabuhan, sungai dan lautan.
Kapal juga membuat polusi suara yang mengganggu kehidupan organisme perairan, dan air
dari balast tank yang bisa mempengaruhi suhu air sehingga menganggu kenyamanan organisme
yang hidup dalam air.

Gambar Pencemaran laut limbah cair


(Google images, 2021)
Berbagai jenis sampah yang sampai ke laut seperti pestisida dan plastik, merupakan
jenis sampah buatan manusia, sebagai zat asing yang muncul dan tidak ada di alam secara
alami. Berbeda dengan beberapa bahan berikut ini memang ada dan disediakan di alam secara
alami:
a. Bahan organik yang bisa terdegradasi;
b. Logam dari pengikisan batuan;
c. Minyak dari rekahan alam;
d. Bahan tersuspensi dari erosi;
e. Air panas dari sumber air panas;
f. Radioaktif dari alam
Sedangkan untuk kata “polusi” biasa digunakan untuk memberi arti khusus pada
kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh sampah yang dibuang ke laut. Sehingga Polusi
Laut (Marine Pollution) sering diartikan sebagai kerusakan lingkungan laut akibat masuknya
berbagai jenis “sampah” buata manusia yang tidak ada di alam sehingga menghasilkan efek
berbahaya bagi ekologi manusia maupun bagi ekologi di laut itu sendiri. Sebagian besar sumber
pencemaran laut berasal dari daratan, baik tertiup angin, terhanyut maupun melalui tumpahan.
Berikut beberapa sumber polutan yang masuk ke laut.
a. Buangan Kapal
b. Plastik
c. Racun
d. Eutrofikasi
e. Peningkatan keasaman
f. Polusi Kebisingan
g. Tindakan Pencegahan
Beberapa jenis bahan pencemar yang mudah ditemui di laut
Beberapa jenis “bahan” pencemar yang mudah kita temui di laut antara lain:
a. Keberadaan sampah di laut;
b. Sampah itu sendiri;
c. Sampah terdegradasi;
d. Pupuk;
e. Sampah / Polusi yang dihamburkan;
f. Sampah konservatif: logam berat, pestisida, radioaktif;dan
g. Sampah padat: dredging, hasil tambang

Pola masuknya bahan pencemar tersebut bisa berupa masukan langsung maupun
masukan tidak langsung. Beberapa masukan langsung bisa didapat dari:
a. Estuaria;
b. Kota pantai;
c. Industri di pantai;
d. Sungai;
e. Kapal/perkapalan;
f. Masukan dari lepas pantai
g. Dredging;
h. Lumpur;
i. Industri lepas pantai; dan
j. Masukan dari atmosfer.
Sedangkan masukan yang tidak langsung contoh disebabkan oleh terjadinya booming
beberapa jenis organisme di laut (seperti alga-algaan) sehingga mempengaruhi kualitas air di
perairan tersebut. Akibatnya akan terjadi mortalitas pada organisme lain yang tak mampu
menyesuaikan diri dengan kualitas lingkungannya.
PENTINGNYA PEMBERLAKUAN KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG
PENCEGAHAN POLUSI LAUT

Sejarah mencatat, sejak tahun 1885 kapal pengangkut minyak pertama dilayarkan
dengan menggunakan mesin diesel. Sejak itulah ancaman terbesar terhadap pencemaran laut
dimulai. Dunia internasional selah terjadinya perang dunia ke II mulai serius membahas
pencegahan dan penanggulangan pencemaran laut yang disebabkan oleh tumpahan minyak.
Terlebih setelah terbentuknya lembaga International Maritime Organization (IMO) dalam
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1948.
Upaya dunia internasional semakin serius ketika pada tahun 1967 terjadi bencana
terbesar ketika kapal tanker Torrey Canyon yang kandas di pantai selatan Inggris telah
menumpahkan 35 juta gallons crude oil dan mengakibatkan pencamaran dalam skala besar.
Sebagai hasil dari tragedi di atas lahirlah International for prevention of Pollution from Ship
pada tahun 1973 yang kemudian disempurnakan dengan Tanker Safety and Pollution
Prevention (TSPP) sesuai protokol tahun 1978 dan konvensi ini terkenal dengan istilah
MARPOL 1973/19 Selanjutnya pada tahun 1970-an IMO membuat peraturan yang lebih
berhubungan dengan maritime pollution, yakni melakukan kontrol yang ketat pada struktur
kapal untuk mencegah jangan sampai terjadi tumpahan minyak atau pembuangan campuran
minyak ke laut.
Dengan pendekatan demikian, MARPOL ’73/78 memuat peraturan untuk mencegah
sebanyak mungkin minyak yang akan mencemari laut. Tapi kemudian pada tahun 1984
dilakukan beberapa modifikasi oleh IMO yang menitik beratkan pencegahan pada kegiatan
operasi tanker pada Annex I dan yang terutama adalah keharusan kapal untuk dilengkapi
dengan Oil Water Separating Equipment dan Oil Dischare Monitoring System.
Karena itu pada peraturan MARPOL ’73/78 dapat dibagi dalam 3 (tiga) kategori :
a. Peraturan untuk mencegah terjadinya pencemaran;
b. Peraturan untuk menanggulangi pencemaran ;dan
c. Peraturan untuk melaksanakan ketentuan tersebut

Dokumen penting yang menjadi bagian intergral dari Annex I adalah:

a. Appendix I Mengenai daftar dan jenis minyak


b. Appendix II Bentuk format dari IOPP Certificate
c. Appendix III Bentuk format dari Oil Record Book

Berikut ini adalah isi dan bentuk dari dokumen dimaksud berdasarkan MARPOL ‘73/78
seperti terlampir

1. List of Oil atau daftar minyak sesuai Appendix I MARPOL ’73/78; adalah daftar dari
minyak yang akan menyebabkan pencemaran apabila tumpah ke laut dimana daftar tersebut
tidak akan sama dengan daftar minyak sesuai kriteria industri perminyakan.
2. International Oil Pollution Prevetion Certificate (IOCP Certificate); Untuk semua kapal
dagang dimana supplement atau lampiran mengenai ”Record of Contruction an Equiepment
for Other tahn Oil Tankers and Oil Tankers” dijelaskan secara terpisah di dalam Appendix
II MARPOL ‘73/78 dimana struktur, peralatan, system, kelengkapan perencanaan dan
kondisi kapal memuaskan dan memenuhi ketentuan sesuai Annex I Konvensi MARPOL
1973.
3. Oil Record Book Buku ini merupakan buku catatan minyak yang ditempatkan di atas kapal,
untuk mencatat semua kegiatan penanganan pembuangan sisa-sisa minyak, campuran
minyak dan air got (bilga) di kamar mesin, semua jenis kapal dan untuk kegiatan bongkar
muat muatan dan air ballast pada kapal tank

Tabel 14. Lampiran dalam MARPOL 1973 / 1978


LAMPIRAN Materi yang dibahas
(ANNEX)
Annex 1 Peraturan untuk pencegahan pencemaran oleh minyak
Annex 2 Peraturan tentang bahan cair beracun dalam bentuk curah
Annex 3 Peraturan tentang barang berbahaya dalam bentuk kon
Annex 4 Peraturan tentang berbagai macam kotoran dari ka
Annex 5 Peraturan tentang pencemaran sampah dari kapa
Annex 6 Tentang pencemaran laut dari udara

TINDAKAN PENCEGAHAN TERHADAP PENCEMARAN LAUT SESUAI


DENGAN
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MARPOL ’73/74

a. Oil Record Book


Buku ini merupakan buku catatan minyak yang ditempatkan di atas kapal, untuk
mencatat semua kegiatan penanganan pembuangan sisa-sisa minyak, campuran minyak
dan air got (bilga) di kamar mesin, semua jenis kapal dan untuk kegiatan bongkar muat
muatan dan air ballast pada kapal tanker.
b. Prosedur Kegiatan Bunker
 Pekerjaan muatan harus dipimpin oleh seorang Mualim I yang cakap, bertanggung
jawab dan memenuhi persyaratan ijazah untuk kapal itu.
 Sebelum pemuatan atau pembongkaran dimulai, nakhoda atau mualim I diharuskan
untuk memeriksa dan mengisi sendiri di formulir Check-List, bahwa ketentuan
setempat mengenai keselamatan, pencegahan kebakaran dan pencegahan pencemaran
laut telah dilaksanakan.
 Di pelabuhan bongkar atau muat, nakhoda, kepala kamar mesin, dan mualim-mualim
yang bertugas diharuskan mengetahui fasilitas-fasilitas setempat yang ada serta
mengetahui cara-cara yang tepat untuk menghubungi instalasi darat, regu pemadam
kebakaran dan pencegahan pencemaran.
 Pekerjaan muatan dan pengisian bahan bakar harus dilakukan dengan hati-hati untuk
mencegah terjadinya tumpahan minyak.
 Selama pemuatan dan pembongkaran, jika tak ada bak penampungan yang tetap harus
ditempatkan loyang penampung minyak yang cukup besar gergaji dan biserpant yang
setiap saat dapat dipergunakan
c. Pengenalan Peralatan Pencegahan Pencemaran Laut Untuk memastikan pembuangan
keluar tabung kapla dan kamar mesin sesuai dengan peraturan pembuangan, maka perlu
memperhatikan peralatan agar bekerja dengan baik sesuai denga ketentuan yang ada:
 Peralatan tersebut adalah sebagai berikut:
 Oil Water Separator dari filter dapat bekerja pada kadar 15 ppm
 Oil discharge monitoring dan sytem control
 Automatic Stop dan alarm pada DWS (Deck Water Seal)
 Standar sambungan buangan.
 Peralatan yag diperlukan untuk kapal tanker adalah:
 Crude oil washing & Equipment Manual
 Oil Record Cargo Book
 Segregated clean ballast tank
 Dedicated clean ballast tank
 Oil Discharge monitoring

d. Pengoperasian Dan Perawatan Peralatan Pencegahan Pencemaran Laut


Untuk mengontrol memonitoring pembuangan minyak digunakan alat Oily Discharge
Monitoring dan System Control dan Oil Separator untuk memisahkan antara minyak dan
air yang akan memudahkan pompa pembuangan, yang diatur dakam peraturan MARPOL
’73/78 Annex I Reg. 1.6. menyebutkan bahwa:

 Kapal ukuran 400 GT atau lebih tetapi lebih kecil dari 1000 GT harus dilengkapi
dengan Oil Separator Equipment yang dapat menjamin pembuangan minyak kel laut
setalh melalui system tersbut denga kandunga minyak kurang dari 100 ppm.
 Kapal ukuran 10.000 GT atau lebih harus dilengkapi dengan: kombinasi antara Oily
Water Separating Equipment dengan Oil Discharge and Controling system atau
dilengkapi dengan oil Filter Equipment yang dapat mengatur buangan. Campurkan
minyak ke laut tidak lebih dari 15 ppm, (alarm akan berbunyi bila melebihi ukuran
tersebut).

e. Pencegahan Dan Penanggulangan Pencemaran Laut Pembagian bahan-bahan yang


berbahaya GESAMP (Group of Expert on the Scientific Aspect of Marine Pollution atau
kelompok ahli di bidang ilmu pencemaran lingkungan laut diminta untuk membuat item
evaluasi bahan-bahan ini di dasarkan atas pengaruh pada:
1) Kehidupan bila terakumulasi
2) Kerusakan pada sumber daya
3) Bahaya pada kesehatan manusia (bila tertelan)
4) Bahaya pada kesehatan manusia (bila terkena kulit)
5) Degradasi kehidupan

f. Prosedur Pembersihan Tumpahan Minyak Banyak pengalaman menunjukan bahwa cara


pembersihan minyak tidak selalu sama. Area tumpahan yang kecil dan dapat diisolir
tentu lebih mudah dibandingkan dengan area yang luas.
 Menghilangkan minyak secara mekanik Memakai bom atau barier, pemakaian bom ini
akan baik pada laut yang tidak berombak, dan arusnya tidak kuat (maksimum 1 knot).
Juga tebal minyak yang tidak melampaui tinggi bom
 Absorbents Zat untuk mengabsor minyak, ditaburkan di atas tumpahan minyak
tersebut kemudian zat tersebut diangkut yang berarti minyak akan turut terangkut
bersamanya.
 Menengelamkan minyak Suatu campuran 3000 ton Calcium Carbonate yang ditambah
dengan 1% Sodium pernah dicoba dan berhasil menenggelamkan 20000 ton minyak.
Setelah 14 bulan kemudian tidak lagi ditemui tanda-tanda adanya minyak di dasar laut
tersebut.
 Dispersant Fungsi Dipersant adalah guna pencampuran dengan 2 komponen yang lain
dan masuk ke lapisan minyak kemudian membentuk emulsi. Stabilizer akan menjaga
polusi tadi tidak pecah. Dispersant ini menenggelamkan minyak dari permukaan air.
Keuntungan cara ini adalah mempercepat hilangnya minyak dari permukaan dan
mempercepat proses penghancuran secara mikroba.
 Pembakaran
Pembakaran minyak di atas laut umumnya sedikit sekali dapat berhasil, karena minyak
yang terkandung telah menguap secara cepat. Juga panas yang dibutuhkan guna
menahan api cepat sekali diserap oleh air sehinga panas tidak cukup untuk mendukung
pembakaran tersebut. Banyak teknik baru yang dikembangkan, contohnya adalah
menaburkan zat-zat ringan di atas lapisan minyak tersebut yang nantinya berfungsi
untuk menambahkan api dengan air. Teknik pembakaran ini akan mengakibatkan
polusi udara
g. Tumpahan Minyak Di Pelabuhan
 Jika terjadi tumpahan minyak di geladak supaya tumpahan itu dibersihkan dengan
segera dan diusahakan agar tidak ada yang mengalir ke laut.
 Jika terjadi tumpahan minyak dari kapal ke laut, supaya segera dihilangkan dengan
dispersant yang tersedia. Kalau tumpahan minyak terlalu banyak dan sulit dihilangkan.

Penangkapan dan penanganan pasca penangkapan ikan


A. Penangkapan Ikan
Keberhasilan kegiatan penangkapan ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
adalah keahlian nelayan dalam mengoperasikan alat tangkap (teknik penangkapan), daerah
penangkapan yang tepat, dan masih banyak lagi faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam
sebuah operasi penangkapan ikan. Jika melihat berbagai jenis alat tangkap yang beroperasi di
suatu perairan, sangatlah beragam. Tentu dari masing-masing alat tangkap membutuhkan
teknik pengoperasian yang berbeda-beda.
Berbagai jenis alat tangkap telah dikembangkan untuk membantu mempermudah
proses berburu di laut. Alat tangkap dikembangkan dengan mengacu pada tingkah laku jenis
ikan dan habitat dimana ikan berada. Berdasarkan habitat ikan, sumber daya ikan dapat
dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu ikan pelagis (permukaan) dan ikan demersal
(ikan dasar). Jenis-jenis ikan dasar, biasanya adalah ikan karnivora yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi, seperti: ikan-ikan karang, kerapu, cucut, dan sebagainya
Menangkap ikan di air lebih mudah daripada menangkap hewan di darat, sebab
menangkap ikan hanya memerlukan alat yang sederhana sedangkan untuk berburu hewan di
darat memerlukan alat dan keahlian yang lebih baik.
Perkembangan sejarah berdirinya suatu negara ditinjau dari sudut pandang lain,
keduanya berkembang dalam jalur yang berbeda. Seorang pemburu keterampilannya akan
semakin meningkat dan tidak tertutup kemungkinannya untuk menjadi seorang prajurit dengan
status yang lebih terhormat, sedangkan keterampilan seorang penangkap ikan akan tetap seperti
itu dan tetap akan berada pada kelompok orang kebanyakan dengan status “golongan rendah”.
Upaya menangkap ikan dalam jumlah besar memerlukan waktu, jumlah alat lebih besar,
peningkatan intensitas pengoperasiannya, dan efisiensi serta ukurannya. Penangkapan ikan
seekor-seekor, atau dalam jumlah kecil seperti dalam perikanan subsisten telah beralih menjadi
suatu artisanal commercial fishery yang terkadang harus mengikuti permintaan khusus pasar.
Sekaligus juga mendorong upaya peningkatan metoda penangkapan.

a. Sport Fishing dan Commercial Fisheries


Sport fishing dari sudut pandang perikanan dapat digolongkan kedalam perikanan skala
kecil yang didisain tidak untuk memenuhi kebutuhan hidup dari hasil tangkapannya tapi untuk
mengkonsentrasikan keterampilan agar memperoleh kesenangan dan kepuasan. Pada
penangkapan ikan dengan alat long line (ribuan pancing) atau hand line dengan hanya beberapa
buah pancing berharap memperoleh hasil tangkapan yang baik, tapi dalam sport fishing yang
diharapkan adalah dapat menangkap ikan yang mampu melawan dan meronta-ronta dengan
ganas (strong fighting game fish) baik dengan alat tangkap yang sederhana atau yang canggih
(terkadang mahal).
Penangkapan ikan dengan pancing merupakan metoda yang digunakan oleh setiap
orang. Dewasa ini sport fishing bukan lagi milik orang-orang kaya tertentu tapi telah pula
digunakan oleh masyarakat umum sebagai suatu bentuk rekreasi yang penting. Sport fisherman
digolongkan sebagai pemburu, hidup bebas di lingkungan yang terbatas, seolah merasa menjadi
manusia terakhir yang menghubungkan antara manusia dan alam. Dalam kehidupan modern di
beberapa negara, terutama negara yang berkembang pesat industrinya, seni dan budayanya,
penangkapan ikan dibagi dua, satu sebagai simbul (sport fishing) dan lainnya adalah pemenuh
kebutuhan pangan.

b. Alat tangkap pasif dan aktif

Penangkapan ikan ada yang membagi dalam kategori alat yang aktif dan pasif. Alat
penangkap ikan yang pasif ikan harus datang dengan sendirinya, seperti dalam perangkap,
gillnet, dan juga pada beberapa tipe penangkapan dengan pancing. Sedangkan alat yang aktif
seperti, draggers, trawl, dan cast nets, dan juga tombak dan harpoon dan beberapa alat tangkap
drive-in fisheries tergantung pada keahlian operatornya.
Pengelompokkan ke dalam alat yang pasif dan aktif tidak ada kaitannya dengan prinsip
menangkap. Sebagai contoh dalam beberapa kelompok metoda penangkapan ikan terdapat satu
jenis alat penangkap ikan. Harus dipahami bahwa tidak saja ukuran tapi juga kecepatan
penarikan (towing speed) dari satu alat aktif akan mempengaruhi efisiensinya. Peningkatan
ukuran dan kecepatan memerlukan tenaga ekstra untuk mengoperasikan suatu alat aktif. Jangan
terkelirukan dengan alat penangkap ikan bergerak (moving) dan diam (stasioner). Stasioner set
line dan troll line keduanya termasuk alat pasif, keduanya harus disukai oleh ikan dan juga
merupakan metoda alat penangkap ikan pasif dengan pancing. Sebaliknya ripping hook (otrek,
Jawa Tengah) digerakkan naik dan turun, dalam beberapa kasus, alat penangkap ikan aktif,
menangkap (dalam hal ini menipu ikan) secara acak dengan bentuk tertentu tali dan pancing.

c. Teknologi Penangkapan ikan

Prinsip menangkap dapat digunakan dalam berbagai cara dan kadang-kadang harus
ditunjang oleh taktik penangkapan ikan (fishing tactics), yang sebagian besar didasarkan pada
metoda memikat ikan, tanpa harus menakut-nakutinya.
Konstruksi, pengoperasian alat dan taktik penangkapan ikan dianggap sebagai bagian
dari teknologi penangkapan ikan. Namun demikian, teknologi penangkapan ikan menyertakan
bahan dalam konstruksi alat, sejauh hal itu diperlukan disertakan pula kapal penangkapan ikan

d. Klasifikasi Motode Penangkapan Ikan


1. Prinsip klasifikasi metode penangkapan berdasarkan faktor
Dasar pengklasifikasiannya adalah prinsip bagaimana ikan ditangkap. Arti menangkap
ini tidak sama dengan metoda dimana ikan dipindahkan dari air. Ketentuan dalam metoda
penangkapan ikan didasarkan pada fakta bahwa ikan ditangani dalam suatu kondisi dimana
kemungkinan meloloskan diri diabaikan. Sebagai contoh dalam penangkapan ikan dengan
purse seine, melingkari adalah ketentuannya, bukan ikan diangkat dengan caduk (scoop nets)
atau pompa ikan (fish pump). Keduanya hanya pelengkap saja Sama seperti penggunaan caduk
dalam sport fishing .
Didasarkan pada prinsip bagaimana ikan ditangkap, beberapa kelompok metoda
penangkapan ikan telah lama dikenal sejak dulu. Kendalanya adalah tidak semua para ahli
mengelompokkan dalam bentuk yang sama tergantung dari sudut pandang masing-masing dan
juga tergantung pada kepentingan daerah setempat.

2. Klasifikasi berdasarkan faktor material

Berbagai alat penangkap ikan awalnya telah dibuat dari kayu, termasuk cabang-
cabangnya, dll. Kontrasnya terhadap alat penangkap ikan ini sekarang dibuat dari serat, alami
atau serat buatan, terkadang juga dari wire, dan ada juga alat penangkap ikan yang seutuhnya
atau sebagian terbuat dari besi atau baja, atau cetakan plastik

3. Klasifikas berdasarkan faktor konstruksi

Setiap prinsip penangkapan dapat diwujudkan dalam berbagai konstruksi. Perbedaan


konstruksi termasuk juga ukuran alat penangkap ikan (misalnya fike nets dan pound nets
menangkap ikan dengan prinsip yang sama, tapi keduanya berdasarkan alasan tertentu
dianggap sebagai tipe dari kelompok yang berbeda).

4. Klasifikasi berdasarkan faktor teknik pengoperasian

Pada dasarnya pemasangan alat tangkap ikan memiliki penempatan yang berbeda yaitu
pada dasar perairan, ditarik, didorong, dilempar, diangkat, mengapung atau dihanyutkan. Akan
menarik pula jika dijelaskan apakah dioperasikan dengan tangan, atau mekanik sehingga
memerlukan penataan khusus seperti gallows, dan/atau memerlukan sebuah kapal.

5. Kelompok utama metode penangkapan berdasarkan alat penangkap ikan

Sebagian besar klasifikasi alat penangkap ikan terbatas hanya untuk satu negara saja,
kawasan yang lebih sempit, atau metoda yang digunakan untuk menangkap ikan tertentu.
Secara keseluruhan, klasifikasi di seluruh dunia, sering berdasarkan penggunaan yang
dilakukan secara etnologis. Namun demikian, dari kesemuanya dapat dirangkum sebagai
berikut:
 Melukai (wounding) dengan metoda menusuk atau menancapkan seperti harpoon, panah
 Tali dan pancing (Lines) seperti hand line dan long line
 Perangkap (Traps) seperti pots, fyke nets, weirs, dan pound nets.
 Trawl seperti trawl dasar (bottom trawl) dan trawl pertengahan (mid-water trawl)
 Seine nets, seperti soma dampar (beach seine), boats seine, dan Danish seine.
 Surrounding nets seperti lampara, purse seine, dan rings nets.
 Lift net
 Gillnets, yang dipasang tetap (set gillnet) atau dihanyutkan (drift gillnet)
 Trammel net.
Tujuan penangkapan menentukan kelompok utama. Bagaimana ikan dibawa, atau
datang, hubungannya dengan alat dapat diperlakukan cara yang berbeda bahkan dengan alat
yang sama. Oleh karenanya tidak dapat menjadi bagian dari kelompok utama. Ikan dapat
dipikat dengan menggunakan sarana kemikal (umpan), optical (cahaya), acoustical (suara) atau
electrical. Oleh karenanya “light fishing” tidak dapat dimasukkan ke dalam kelompok utama.
Sebagian orang tidak merasa keberatan jika “electrical fishing” merupakan metoda
penangkapan ikan khusus. Tapi ada beberapa kasus dimana memabukkan dengan listrik
merupakan bagian esensial daripada metoda, dan alat yang digunakan (caduk kecil) tidak akan
berguna tanpa menggunakan listrik. Dalam hal ini bukan alat penangkap yang dilistriki hanya
untuk meningkatkan efisiensi, tapi kaitannya dengan tujuan penangkapan harus dimasukkan ke
dalam metoda penangkapan ikan.
B. Penanganan ikan pasca Penangkapan
Teknik penangkapan dan cara mati ikan merupakan faktor utama yang memengaruhi
laju kecepatan perubahan biokimiawi dalam tubuh ikan. Ikan yang langsung dibunuh pada saat
penangkapan akan mempunyai laju kecepatan rigor mortis yang lebih lambat daripada ikan
yang tidak langsung mati pada saat penangkapan (terjerat dan meronta-ronta dalam jaring
penangkap terlebih dahulu). Rigor mortis adalah kondisi ketika jaringan otot ikan tidak mampu
lagi mempertahankan fleksibilitasnya (kekenyalannya) karena terjadinya penurunan proses
metabolisme dalam tubuh ikan. Ukuran tubuh dan tinggi rendahnya suhu penyimpanan ikan
segar juga akan memengaruhi laju kecepatan perubahan biokimiawi dalam tubuh ikan tersebut.
Semakin besar ukuran tubuh dan semakin rendah suhu penyimpanan, semakin rendah laju
kecepatan fase rigor mortis ikan.Tahapan kegiatan penanganan ikan di kapal penangkap
sebagai berikut:
1. Pengangkatan ikan dari air dan melepasnya dari alat tangkap.
2. Pendinginan ikan.
3. Penyiangan ikan untuk ikan besar.
4. Pencucian ikan dengan air dingin.
5. Penempatan ikan dalam wadah portable sesuai dengan jenis, ukuran, dan mutu ikan.
6. Sortasi ikan.
7. Pemberian es dengan jumlah yang cukup.
8. Penyimpanan dalam palka.
9. Menjaga kondisi ikan selama penyimpanan hingga saat pembongkaran

Hasil perikanan laut merupakan yang terbesar dengan berbagai macam ikan yang bisa
diperoleh. Laut merupakan daerah penangkapan ikan yang terluas dan terbanyak dibandingkan
air payau ataupun air tawar. Hasil perikanan laut berdasarkan jenis tempat hidupnya terbagi
atas berikut ini.
1. Golongan Demersal
Golongan ini merupakan ikan yang hidup di dasar laut dan umumnya diperoleh dari
lautan yang dalam, misalnya ikan kod dan kakap merah.
a. Ikan kod
Ikan kod termasuk jenis ikan yang sangat mudah berkembang biak. Dalam sekali
bertelur, induk betina bisa menghasilkan jutaan telur. Hal ini menyebabkan populasi ikan ini
melimpah di lautan. Minyak ikan kod mengandung asam lemak omega 3, yaitu
eicosapentaenoic acid (EPA) dan docosahexaenoic acid (DHA) yang berfungsi untuk
membantu mengoptimalkan perkembangan fungsi otak pada anak-anak yang sedang dalam
proses tumbuh kembang.
b. Ikan kakap merah
Ikan kakap merah mempunyai badan yang memanjang, dapat mencapai panjang 200
cm, umumnya 25-100 cm, gepeng, batang sirip ekor lebar, mulut lebar, sedikit serong, dan
gigi-gigi halus. Ikan kakap merah merupakan salah satu ikan yang mengandung protein tinggi.
Bagian ikan kakap merah yang paling banyak dimanfaatkan adalah bagian daging dan bagian
kepala. Filet diproduksi untuk diekspor dan dijual ke supermarket atau pasar semimodern,
sedangkan kepala ikan kakap merah biasanya dijual ke rumah makan padang yang
menyediakan masakan gulai kepala kakap atau dijual ke pelelangan ikan dan pasar tradisional.
2. Golongan Pelagik Kecil
Golongan ini merupakan jenis ikan kecil yang hidupnya di daerah permukaan laut,
contohnya ikan teri dan kembung.
a. Ikan teri
Ikan teri atau ikan bilis adalah sekelompok ikan laut kecil anggota keluarga
Engraulidae. Nama ini mencakup berbagai ikan dengan warna tubuh perak kehijauan atau
kebiruan, tetapi ada yang memiliki panjang maksimum 23 cm. Nama ikan teri biasanya
diberikan bagi ikan dengan panjang maksimum 5 cm. Moncongnya tumpul dengan gigi yang
kecil dan tajam pada kedua rahangnya. Mangsa utama ikan teri ialah plankton. Ikan teri biasa
digoreng dan dihidangkan dengan sambal serta nasi hangat atau nasi lemak.
b. Ikan kembung
Kembung termasuk ikan pelagis kecil yang memiliki nilai ekonomis menengah
sehingga terhitung sebagai komoditas yang cukup penting bagi nelayan lokal. Kembung
biasanya dijual segar atau diproses menjadi ikan pindang dan ikan asin yang lebih tahan lama.
Ikan kembung yang masih kecil juga sering digunakan sebagai umpan hidup untuk memancing
cakalang.
3. Golongan Pelagik Besar
Golongan ini merupakan jenis ikan besar yang hidupnya di permukaan laut, contohnya
ikan tuna, cakalang, dan tongkol.
a. Ikan tuna
Daging ikan tuna berwarna merah muda sampai merah tua. Warna daging ini
disebabkan oleh otot tuna lebih banyak mengandung mioglobin daripada ikan lainnya.
Beberapa spesies tuna yang lebih besar, seperti tuna sirip biru (Thunnus thynnus), dapat
menaikkan suhu darahnya di atas suhu air dengan aktivitas ototnya. Hal ini menyebabkan
mereka dapat hidup di air yang lebih dingin dan dapat bertahan dalam kondisi yang beragam.
Ikan tuna umumnya bertubuh besar dan memiliki nilai komersial tinggi.
b. Ikan cakalang
Ikan cakalang juga merupakan ikan bernilai komersial tinggi dan dijual dalam bentuk
segar, beku, atau diproses sebagai ikan kaleng, ikan kering, atau ikan asap. Di Manado dan
Maluku, ikan cakalang diawetkan dengan cara pengasapan dan disebut cakalang fufu (cakalang
asap). Cakalang dibudidayakan sebagai salah satu sumber devisa negara. Cakalang merupakan
salah satu sumber protein hewani dengan kandungan omega 3 yang tinggi.
4. Golongan Anadromus
Golongan ini merupakan jenis ikan atau hasil perikanan yang mula-mula hidupnya di
laut, kemudian mengadakan migrasi ke air tawar, lalu ke pertemuannya, contohnya ikan salem.
Ikan salem kembali ke perairan air tawar yang deras untuk berkembang biak. Metode navigasi
kemungkinan dilakukan dengan indra penciumannya. Setengah dari salmon dewasa akan mati
dalam beberapa hari hingga minggu setelah berkembang biak. Salmon dewasa akan kembali
ke tempat di mana dia dilahirkan untuk berkembang biak. Salmon dapat mengarungi arus
sungai sejauh 1.400 km dan mendaki setinggi 2.100 m dari lautan menuju tempat di mana
mereka dilahirkan
.
5. Golongan Katradromus
Golongan ini merupakan jenis-jenis ikan atau hasil perikanan yang mula-mula
hidupnya di air tawar, kemudian mengadakan migrasi ke laut, lalu ke pertemuannya, contohnya
belut laut.
6. Pencegahan Kerusakan ikan pasca penangkapan
Prinsip mencegah atau menghambat kerusakan ikan oleh faktor komposisi fisik dan
kimiawi ikan sebagai berikut.
1. Memberi perlakuan suhu rendah terhadap ikan segera setelah ditangkap atau dipanen.
Proses enzimatis dan aktivitas mikroba pengurai daging akan sangat dihambat pada suhu
mendekati 0ºC (3 s/d 5ºC). Suhu rendah ikan ini harus dipertahankan selama pencucian,
penyiangan, pengemasan, penyimpanan, dan distribusinya.
2. Mempercepat dan mempermudah kematian ikan segera setelah diangkat dari air dengan
cara mendinginkannya dalam air es dingin atau segera memukul kepalanya tepat di bagian
otak untuk ikan-ikan berukuran besar, seperti tuna dan layaran, yang ditangkap dengan alat
penangkapan pancing.
3. Mencuci ikan segera setelah ditangkap, mati, dan disiangi dengan tujuan membersihkan
lendir di permukaan tubuhnya yang merupakan salah satu pusat konsentrasi mikroba
pembusuk yang secara alami ada di tubuh ikan dan sisa-sisa darah selama proses
penyiangan.
Waktu perjalanan di kapal harus diperhitungkan. Jumlah ikan yang berhasil ditangkap
dan diangkut harus disesuaikan dengan jumlah es yang dibutuhkan. Apabila kapal pencari ikan
berencana untuk melaut dalam waktu yang cukup panjang, sangat dianjurkan dalam kapal ini
terdapat fasilitas pendinginan dan pembekuan.
Proses pendinginan akan lebih efektif jika dilaksanakan sebelum fase rigor mortis
berakhir. Pertama-tama, pisahkan ikan yang akan didinginkan menjadi beberapa kelompok
berdasarkan jenis, ukuran, dan tingkat kesegarannya. Ikan besar harus disiangi lebih dahulu,
lalu dibuang isi perut dan insangnya. Ikan kecil tidak perlu disiangi, cukup dicuci sampai
bersih.
Bahan-bahan yang umum digunakan dalam proses pendinginan hasil perikanan dengan
pendinginan es curai, es curai merupakan es yang berbentuk butiran-butiran yang sangat halus
dengan diameter 2 mm dan tekstur lembek, umumnya sedikit berair. Es ini lebih cepat meleleh
sehingga proses pendinginan lebih cepat terjadi. Di lain pihak, akan banyak es yang hilang
sehingga dibutuhkan lebih banyak es. Hal yang sama juga terjadi dengan es yang berukuran
kecil. Ukuran es yang semakin kecilmenyebabkan ikan akan lebih cepat mendingin. Untuk
mengatasi kelemahan tersebut, es halus perlu disimpan dan diangkut di dalam kotak yang
berinsulasi atau jika memungkinkan dengan mesin pendingin. Keuntungan lainnya adalah lebih
mudah penggunaannya, tidak perlu dihancurkan sebelum digunakan. Kelemahan es curai
memerlukan ruang penyimpanan yang lebih besar karena permukaan es lebih luas dan banyak
rongga udara sehingga meleleh lebih cepat karena dalam proses pembuatannya kurang dari titik
beku.
Metode pendinginan dengan pemberian es dianggap paling menguntungkan karena
a. dapat menurunkan suhu tubuh ikan dengan cepat;
b. biaya lebih murah;
c. tidak merusak fisik ikan secara berlebihan;
d. membersihkan kotoran-kotoran ikan.
Prosedur kerja pendinginan ikan melalui pemberian es sebagai berikut.
a. Mula-mula ikan disiangi dan mulut ikan ditutup dengan menggunakan kawat pengikat.
b. Rongga insang dan perut diisi es curai yang lembut. Hal ini harus dilakukan dengan hati-
hati karena, apabila terlalu lebar membuka insang, hal itu akan merusak otot punggung.
c. Tempat penyimpanan ikan harus bersih dan diupayakan sedemikian rupa sehingga air
lelehan es tidak menggenangi bagian bawah ikan.
d. Selanjutnya, dalam palka, ikan harus disimpan dalam rak yang ditimbuni dengan es. Suhu
ruang palka kapal ikan adalah sekitar 2oC-5oC.

Bentuk es yang digunakan untuk proses pendinginan adalah bentuk curai


(flaked/crushed ice). Es ini lebih efektif (cepat) dalam mendinginkan daripada bentuk es balok
(block ice) karena permukaannya lebih luas sehingga juga lebih cepat cair. Dengan kata lain,
semakin kecil ukuran butiran es, semakin cepat kemampuan mendinginkannya dan semakin
mudah mencair.
Dalam menghitung kebutuhan es untuk kegiatan penanganan ikan, selain sifat fisik es,
juga harus diketahui kondisi fisik lingkungan, sifat fisik wadah (cool box), sifat fisik ikan dan
lama penyimpanan. Fakta ini diperlukan dalam menghitung jumlah panas yang harus diambil
oleh es yang digunakan untuk pendinginan. Perbandingan es dan ikan yang ideal untuk
penyimpanan dingin dengan es adalah 1 : 1.

Contoh cara menghitung jumlah es yang diperlukan untuk mendinginkan satu peti ikan
yang suhunya 10oC dan beratnya 15 kg agar suhunya menjadi 0oC adalah sebagai berikut.
Tahap pertama yang harus dihitung adalah jumlah panas yang dilepaskan oleh ikan.
Panas yang dilepaskan = berat ikan × perbedaan suhu × panas spesifik ikan
= 15 kg × (10 – 0)oC × 0,84 kilo kalori/kg0C
= 126 kilo kalori
Oleh karena es menyerap 80 kilokalori per kg es yang meleleh, berat es yang
dibutuhkan untuk mendinginkan ikan itu menjadi 00C adalah 126/80 = 1,575 kg es dibulatkan
menjadi 1,6 kg es. Pada kenyataannya, untuk mendinginkan ikan yang akan diangkut dari
pelabuhan ke pasar di pedalaman, sebagian dari es digunakan untuk mendinginkan petinya
sendiri dan sebagian lainnya lagi meleleh selama perjalanan karena panas yang masuk ke dalam
peti sehingga es yang diperlukan lebih dari 1,6 kg. Volume kotak yang lebih luas akan
mempercepat pencairan es. Semakin besar luas permukaan kotak, panas yang masuk ke dalam
kotak akan semakin besar pula.
Jenis material kotak peng-es-an yang saat ini sering digunakan oleh para pelaku
penanganan ikan di Indonesia, antara lain kayu, plastik polietilen, fiberglass, dan styrofoam.
Dari berbagai macam kemasan tersebut, urutan jenis kemasan yang dapat memperlambat
peleburan es adalah styrofoam, kemudian diikuti dengan plastik polietilen, fiberglass, dan
kayu. Namun, dalam praktiknya, kotak atau wadah untuk pendinginan ikan dengan es
umumnya dibuat dari kombinasi berbagai jenis material, misalnya styrofoam dengan kayu atau
plastik dengan kayu. Penggunaan isolasi dalam wadah pendingin dimaksudkan untuk
memperkecil jumlah panas yang masuk dari luar ke dalam kemasan sehingga es menjadi lebih
lama untuk melebur. Suhu luar kemasan yang tinggi akan menyebabkan panas yang masuk ke
dalam kemasan juga besar sehingga peleburan es semakin cepat.

Cara penyimpanan ikan di dalam palka sebagai berikut:


a. Shelfing
Dilakukan untuk ikan-ikan berukuran besar. Ikan yang satu dengan yang lain harus
dibatasi dengan es dan tidak bersentuhan dengan badan ikan yang lain. Ikan disusun dalam rak-
rak yang hanya menampung satu lapis ikan. Penyusunan ikan dengan cara ini dianggap
menghabiskan lebih banyak waktu, tenaga, dan tempat. Namun demikian, dengan cara ini,
mutu ikan tetap baik dan menurunkan kehilangan berat karena risiko tertekan dapat dikurangi
Gambar. Penyimpanan metode Shelfing
b. Bulking
Cara ini biasanya dilakukan untuk ikan-ikan yang mempunyai harga ekonomi rendah.
Ikan dengan es batu disusun berlapis-lapis dalam sebuah wadah/rak. Bagian dasar dan bagian
tepi wadah diberi lapisan es batu setebal 15 cm untuk mencegah perambatan panas dari udara
luar. Tebal antara lapisan ikan dan lapisan es batu sebaiknya sama dan usahakan agar setiap
tubuh ikan terbungkus oleh es batu sehingga lebih cepat dingin. Ikan dibelah perutnya, lalu
disimpan dengan bagian perutnya di bawah agar air/cairan tidak tertampung dalam perutnya,
tetapi mengalir ke dasar palka. Lapisan ikan tidak boleh terlalu tebal agar pendinginannya
merata. Cairan dari pelelehan es diusahakan tidak mengalir ke lapisan bawahnya. Jadi, diberi
kemiringan pada lapisan dasar agar air dapat mengalir ke pinggir, lalu dibuang.

Gambar Peyimpanan metode Bulking yang benar

Gambar Peyimpanan metode Bulking yang salah


c. Boxing
Dalam palka kapal, disediakan peti-peti (box) penyimpanan ikan yang terbuat dari kayu,
aluminium atau plastik. Misalnya, satu peti hanya untuk diisi 1-2 ekor ikan yang sudah
dicampur dengan es curai. Kelebihan alat ini adalah menghasilkan ikan dengan kualitas lebih
baik karena ikan tidak mendapatkan tekanan sehingga beratnya tidak berkurang. Selain itu, saat
pembongkaran juga jadi lebih mudah dan cepat. Kerugian dari metode ini adalah terlalu banyak
memakan tempat dalam kapal.

Gambar Penyimpanan Metode Boxing

Metode boxing ini paling baik untuk diterapkan karena


1) memudahkan pembongkaran;
2) menjamin ikan tidak mudah rusak;
3) menghemat ruangan;
4) memudahkan segi pengangkutan;
5) tingkat kesegaran ikan tidak banyak mengalami perubahan.
PERSIAPAN PEMBELAJARAN
Proses bisnis meyeluruh bidang nautika kapal penangkap ikan

Persiapan yang dilakukan sebelum pembelajaran dimulai:


✔ Membaca materi pembelajaran
✔ Menyiapkan lembar kerja peserta didik
✔ Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam pembelajaran

URUTAN KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kegiatan Sintak Deskripsi Kegiatan


Pendahuluan Guru menunjuk ketua kelas untuk
(20 menit) melakukan doa sebelum
pembelajaran
Guru melakukan presensi
kehadiran terhadap peserta didik
Guru bertanya tentang keadaan
peserta didik
Guru menerima penjelasan tujuan
dan materi yang akan dicapai serta
metode penilaian yang akan
dilaksanakan
Guru menyampaikan kepada
peserta didik bahwa materi yang
akan dipelajari adalah tentang
Hukum Maritim dan Hukum
Perikanan, Penangkapan dan
penanganan pasca penangkapan
ikan
Guru mengaitkan Hukum Maritim
dan Hukum Perikanan,
Penangkapan dan penanganan
pasca penangkapan ikan saat diatas
kapal
Kegiatan Inti Orientasi siswa pada Guru menyampaikan tujuan
(240 menit) masalah pembelajaran mengenai topic yang
akan dibahas
Guru memberikan pertanyaan
kepada peserta didik:
1. Apa yang kalian pahami tentang
hukum maritime dan hukum
perikanan?
2. Apa keuntungan kita
mempelajari hukum maritime
dan hukum perikanan di
Indonesia?
3. Indonesia memiliki garis pantai
yang sangat panjang dan
memiliki kekayaan alam yang
sangat melimpah, apakah
hukum maritime dan peraturan
perikanan di Indonesia sudah
terlaksana dengan baik?
Peserta didik menerima informasi
kompetensi materi dan tujuan
pembelajaranyang akan
dilaksanakan
Guru menyarankan untuk
menyiapkan media, alat dan buku
untuk pembelajaran
Guru membagi peserta didik
menjadi 4 kelompok yang
maksimal terdiri 7 orang
menyesuaikan jumlah peserta didik
 Kelompok 1-2 : membahas
tentang Hukum Perikanan dan
Hukum Perikanan
 Kelompok 3-4: membahas
tentang Penangkapan dan
penanganan pasca penangkapan
ikan
Peserta didik dalam kelompok
mengamati tayangan video yang
disajikan oleh guru
Peserta didik mengamati dan
menperhatikan penjelasan yang
diberikan guru
Guru membagikan Lembar Kerja
dan peserta didik membaca
petunjuk
Guru memotivasi peserta didik
dalam kelompok atau individu
untuk menuliskan atau
menanyakan permasalahan yang
belum dipahami dari masalah yang
disajikan dalam Lembar Kerja,
serta guru mempersilahkan peserta
didik dari kelompok lain untuk
memberi tanggapan
Mengorganisasi siswa Peserta didik melakukan diskusi
dalam kelompok masing-masing
atau individual dengan guru
berdasarkan petunjuk yang ada
dalam LK (misalkan: dalam LK
berisikan permasalahan dan
langkah-langkah pemecahan serta
meminta peserta didik dalam
kelompok untuk bekerja sama
untuk menyelesaikan masalah
berkaitan dengan pembahasan).
Peserta didik dalam kelompok atau
individual melakukan bertukar
fikiran dengan cara berbagi
informasi, dan klarifikasi informasi
tentang permasalahan yang dibahas
dalam kehidupan sehari-hari.
Membimbing Peserta didik masing-masing
Penyelidikan kelompok atau individual juga
membahas dan berdiskusi tentang
permasalahan berdasarkan petunjuk
LK untuk:
 Menemukan materi
pembahasan melalui
penyelidikan dan diskusi
tentang Hukum maritime dan
hukum Perikanan
 Menemukan informasi yang
relevan berkaitan dengan
Penangkapan dan penanganan
pasca penangkapan ikan
 Mengaplikasikan Hukum
maritime dan hukum
Perikanan dan Penangkapan
dan penanganan pasca
penangkapan ikan untuk
penyelesaian masalah
Peserta didik melakukan eksplorasi
dimana mereka juga diharapkan
mengaitkan pada saat diatas kapal

Guru memberikan bantuan kepada


peserta didik dalam kelompok atau
individual untuk masalah yang sulit
bagi peserta didik

Guru mengarahkan peserta didik


dalam kelompok atau indivisual
untuk menyelesaikan permasalahan
dengan cermat dan teliti
Mengembangkan dan Guru meminta peserta didik untuk
menyajikan hasil mendiskusikan cara yang
digunakan untuk menemukan
semua kemungkinan pemecahan
masalah terkait masalah yang
diberikan
Peserta didik dalam kelompok
masing-masing atau individual
dengan bimbingan guru untuk
dapat mengaitkan, merumuskan,
dan menyimpulkan tentang Hukum
maritime dan hukum Perikanan,
Penangkapan dan penanganan
pasca penangkapan ikan untuk
menyajikan hasil pemecahan
masalah yang telah diperoleh.
Peserta didik dalam kelompok atau
individual menyusun laporan hasil
diskusi penyelesaian masalah yang
diberikan terkait tentang Hukum
maritime dan hukum Perikanan,
Penangkapan dan penanganan
pasca penangkapan ikan dalam
melakukan evakuasi bahaya di
tempat kerja sesuai materi yang
didapat oleh masing-masing
kelompok
Menganalisis dan Guru menginstruksikan kepada
evaluasi masalah peserta didik untuk
mempresentasikan hasil temuan
bersama kelompoknya

Beberapa perwakilan kelompok


atau secara individual menyajikan
secara tertulis dan lisan hasil
pembelajaran atau apa yang telah
dipelajari pada tingkat kelas atau
tingkat kelompok mulai dari apa
yang telah dipahami berkaitan
dengan permasahan kehidupan
sehari-hari berdasarkan hasil
diskusi dan pengamatan.
Peserta didik yang lain dan guru
memberikan tanggapan dan
menganalisis hasil presentasi
meliputi tanya jawab untuk
mengkonfirmasi, memberikan
tambahan informasi, melengkapi
informasi ataupun tanggapan
lainnya.
Refleksi Peserta didik melakukan refleksi,
resume dan membuat kesimpulan
secara lengkap, komprehensif dan
dibantu guru dari materi yang yang
telah dipelajari terkait
perkembangan teknologi
pengolahan hasil pertanian.

Guru memberikan apresiasi atas


partisipasi semua peserta didik
Penutup Guru menggunakan metode tanya
(10 Menit) jawab kepada peserta didik
Guru memberikan pertanyaan
pemantik kepada peserta didik:
1. Apa yang kalian pahami tentang
penangkapan ikan?
2. Bagaimana jalur penangkapan
di Indonesia yang sudah di
tentukan?
3. Apakah penanganan hasil
tangkapan dapat
menguntungkan konsumen?
Peserta didik mendengarkan arahan
guru pada materi selanjutnya
Untuk memperkuat materi guru
memberikan referensi materi dari
buku maupun dari internet untuk
persiapan ujian
Guru menutup pembelajaran
dengan mengucapkan syukur dan
berdoa menurut keyakinan masing-
masing

KRITERIA PENGUKURAN KETERCAPAIAN


Kompetensi yang harus dikuasai peserta didik:
 Peserta didik mampu menjelaskan Hukum maritime dan Hukum Perikanan
 Peserta didik mampu menjelaskan Penangkapan dan penanganan pasca penangkapan ikan
STRATEGI ASESMEN
 Observasi guru selama kegiatan belajar berlangsung
1. Keaktifan peserta didik saat tanya jawab
2. Kesantunan dalam proses belajar
 Penilaian hasil presentasi hasil diskusi
 Penilaian hasil lembar kerja peserta didik
 Asesmen tulis
Soal Essay
1. Bagaimana Pengelolaan perikanan di Indonesia saat ini?
2. Sebutkan status Pemanfaatan Sumber daya Ikan!
3. Sebutkan 11 Pembagian Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia?
4. Apa yang kalian ketahui tentang Oil Record Book?
5. Apa yang dimaksud Penangkapan Ikan?

REFLEKSI

PESERTA DIDIK GURU


1. Manfaat apa yang kamu peroleh dari 1. Apakah dalam membuka pelajaran dan
materi pembelajaran? memberikan penjelasan teknis atau
2. Sikap positif apa yang kamu peroleh intruksi yang disampaikan untuk
selama mengikuti kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan
pembelajaran? dapat dipahami oleh peserta didik?
3. Kesulitan apa yang kamu alami dalam 2. Bagain manakah pada rencana
pembelajaran? pembelajaran yang perlu diperbaiki?
4. Apa saja yang kamu lakukan untuk 3. Bagaimana tanggapan peserta didik
belajar yang lebih baik? terhadap materi atau bahan ajar,
pengelolaan kelas, latihan dan penilaian
yang telah dilakukan dalam
pembelajaran?
4. Apakah dalam berjalannya proses
pembelajaran sesuai dengan yang
diharapkan?
5. Apakah arahan dan penguatan materi
yang telah dipelajari dapat dipahami
oleh peserta didik?
GLOSARIUM
WPPNRI :Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik
Indonesia
SIUP : Surat Izin Usaha Perdagangan
SIPI : Surat Izin Penangkapan Ikan
Nelayan kecil : Orang yang mata pencahariannya melakukan
penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari yang menggunakan kapal
perikanan berukuran paling besar 5 (lima) gross
ton (GT).
Nelayan Tradisional : melakukan penangkapan ikan di perairan yang
merupakan hak Perikanan tradisional yang telah
dimanfaatkan secara turun-temurun sesuai dengan
budaya dan kearifan lokal.
Over Fishing : salah satu bentuk eksploitasi berlebihan terhadap
populasi ikan hingga mencapai tingkat yang
membahayakan
Fully Fishing : tingkat penangkapan berada pada level MSY
MSY (Maximum Suistinable Yield) : secara teoritis memiliki pengertian sebagai jumlah
tangkapan ikan (predator) terbesar yang dapat
diambil dari persediaan suatu jenis ikan (prey)
dalam jangka waktu yang tak terbatas.
ZEEI (Zona Ekonomi Eksklusif Jalur di luar dan berbatasan dengan laut teritorial
Indonesia) : Indonesia sebagaimana ditetapkan berdasarkan
Undang-Undang yang berlaku tentang perairan
Indonesia yang meliputi dasar laut, tanah di
bawahnya dan air di atasnya dengan batas terluar
UNCLOS : Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang
Hukum Laut juga disebut Konvensi Hukum Laut
Internasional atau Hukum Perjanjian Laut
Marpol (Marine Pollution) : terjadi ketika efek berbahaya, atau mungkin
berbahaya, terjadi akibat masuknya bahan-bahan
kimia, partikel, limbah industri, pertanian, dan
perumahan, bunyi, atau ketersebaran organisme
invasif.
Oil water separating : alat khusus yang berfungsi untuk memisahkan dan
menyaring campuran minyak dan air yang berasal
dari sistem air bilga kapal sebelum air limbah
tersebut boleh dibuang ke sungai, danau, ataupun
laut.
Oil Record book : Sebuah buku berwarna merah yang berada di kamar
mesin, yang diisi setiap ada kegiatan yang berkaitan
yang berkaitan dengan kegiatan minyak dikapal
Deck water seal : sebagai bagian alat untuk mencegah jangan sampai
terjadi aliran balik
Filter : Penyaring
Oil discharger : Sistem ini dapat beroperasi pada salah satu dari
beberapa prinsip, tetapi harus disertifikasi untuk
memenuhi spesifikasi kinerja diadopsi oleh IMO,
termasuk peralatan perekam yang menunjukkan
kandungan minyak dan laju discharge
Crude Oil Washing sistem yang menggunakan Crude Oil atau minyak
: mentah sebagai medium pencuci
GESAMP (Group of Experts on the Kelompok Ahli Aspek Ilmiah Perlindungan
Scientific Aspects of Marine Lingkungan Laut
Environmental Protection)
Sport fishing memancing ynag lebih menitikberatkan pada
: aktifitas fisik, yang diperoleh saat strike
Commercial fishing : ktivitas penangkapan ikan dan boga bahari lainnya
untuk tujuan keuntungan komersial. Sebagian
besar dalam bentuk perikanan tangkap, sebagian
lainnya berupa perikanan budi daya
Scoop net Alat bantu yang digunakan jaring Caduk adalah
: atraktor lampu sebagai penarik ikan untuk
berkumpul.
Fish pump Alat bantu pemompa ikan
:
DAFTAR PUSTAKA

Adi, BS dkk. 2008. Nautika Kapal Penangkap Ikan, Jilid 2 . Departemen Pendidikan Nasional,
Jakarta.
Ardidja Supardi. 2007. Metode Penangkapan Ikan. Program Studi Teknologi Penangkapan
Ikan. Jurusan Teknologi Penangkapan Ikan. Sekolah Tinggi Perikanan. Jakarta
Astawan Made. Penanganan dan Pengolahan Hasil Perikanan di Atas Kapal.
PANG4314/Modul 1
FAO. 1995. Tata Laksana Untuk Perikanan Yang Bertanggung Jawab (Code Of Conduct For
Responsible Fisheries). FAO. Jakarta.
Hukum Maritim, Peraturan Perikanan dan Pencegahan Polusi Lingkungan Laut. Buku
Kurikulum 2013. Paket Keahlian Nautika kapal Penangkap Ikan. Kelas X Semester
1. Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kejuruan Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia

REMEDIAL DAN PENGAYAAN

a. Remedial
Remedial dilakukan apabila tujuan pembelajaran belum tercapai. Belum tercapainya tujuan
pembelajaran dapat diketahui apabila skor perolehan dari instrument penilaian/assesmen masih
dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)

c. Pengayaan
Tugas
1. Buatlah tugas makalah tentang potensi daerah penangkapan di Indonesia sesuai dengan
WPPNRI
LEMBAR KERJA SISWA
Hukum Maritim
Kelompok : 1
Anggota : …
Kelas : ...

I. KOMPETENSI DASAR
Memahami dan menjelaskan Hukum maritim
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah menyimak materi hukum maritime, peserta didik dapat mengidentifikasi
kebijakan yang harus di patuhi saat berada di laut

III. RINGKASAN MATERI

Polusi laut merupakan suatu peristiwa masuknya material pencemar seperti partikel kimia,
limbah industri, limbah pertanian dan perumahan, ke dalam laut, yang bisa merusak kondisi
lingkungan laut. Material berbahaya tersebut memiliki dampak yang bermacam-macam dalam
lingkungan laut dan dalam kehidupan manusia. Ada yang berdampak langsung, maupun tidak
langsung
Sebagian besar sumber pencemaran laut berasal dari daratan, baik tertiup angin,
terhanyut dari sungai , gunung, maupun melalui tumpahan apapun yang tidak dihasilkan oleh
alam. Salah satu penyebab pencemaran laut adalah operasional kapal yang dapat mencemari
sungai dan samudera dalam banyak cara. Melalui tetesan dan tumpahan minyak, air penyaring
dan residu bahan bakar. Pencemaran dari kapal dapat mencemari pelabuhan, sungai dan lautan.
Kapal juga membuat polusi suara yang mengganggu kehidupan organisme perairan, dan air
dari balast tank yang bisa mempengaruhi suhu air sehingga menganggu kenyamanan organisme
yang hidup dalam air.

Gambar Pencemaran laut limbah cair


(Google images, 2021)

Berbagai jenis sampah yang sampai ke laut seperti pestisida dan plastik, merupakan
jenis sampah buatan manusia, sebagai zat asing yang muncul dan tidak ada di alam secara
alami. Berbeda dengan beberapa bahan berikut ini memang ada dan disediakan di alam secara
alami:
a. Bahan organik yang bisa terdegradasi;
b. Logam dari pengikisan batuan;
c. Minyak dari rekahan alam;
d. Bahan tersuspensi dari erosi;
e. Air panas dari sumber air panas;
f. Radioaktif dari alam
Sedangkan untuk kata “polusi” biasa digunakan untuk memberi arti khusus pada
kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh sampah yang dibuang ke laut. Sehingga Polusi
Laut (Marine Pollution) sering diartikan sebagai kerusakan lingkungan laut akibat masuknya
berbagai jenis “sampah” buata manusia yang tidak ada di alam sehingga menghasilkan efek
berbahaya bagi ekologi manusia maupun bagi ekologi di laut itu sendiri. Sebagian besar sumber
pencemaran laut berasal dari daratan, baik tertiup angin, terhanyut maupun melalui tumpahan.
Berikut beberapa sumber polutan yang masuk ke laut.
h. Buangan Kapal
i. Plastik
j. Racun
k. Eutrofikasi
l. Peningkatan keasaman
m. Polusi Kebisingan
n. Tindakan Pencegahan
Beberapa jenis bahan pencemar yang mudah ditemui di laut
Beberapa jenis “bahan” pencemar yang mudah kita temui di laut antara lain:
a. Keberadaan sampah di laut;
b. Sampah itu sendiri;
c. Sampah terdegradasi;
d. Pupuk;
e. Sampah / Polusi yang dihamburkan;
f. Sampah konservatif: logam berat, pestisida, radioaktif;dan
g. Sampah padat: dredging, hasil tambang
Pola masuknya bahan pencemar tersebut bisa berupa masukan langsung maupun
masukan tidak langsung. Beberapa masukan langsung bisa didapat dari:
a. Estuaria;
b. Kota pantai;
c. Industri di pantai;
d. Sungai;
e. Kapal/perkapalan;
f. Masukan dari lepas pantai
g. Dredging;
h. Lumpur;
i. Industri lepas pantai; dan
j. Masukan dari atmosfer.
Sedangkan masukan yang tidak langsung contoh disebabkan oleh terjadinya booming
beberapa jenis organisme di laut (seperti alga-algaan) sehingga mempengaruhi kualitas air di
perairan tersebut. Akibatnya akan terjadi mortalitas pada organisme lain yang tak mampu
menyesuaikan diri dengan kualitas lingkungannya.
IV. MARI BERDISKUSI

A. Polusi Lingkungan di Laut


Perhatikan gambar-gambar dibawah ini.

Berdasarkan gambar diatas, diskusikanlah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini bersama


Teman-temanmu.

1.Bagaimana pengoperasian dan perawatan peralatan pencegahan pencemaran laut?


Jawab:
............................................................................................................................
2. Analisislah Bagaimana prosedur pembersihan tumpahan minyak?
Jawab:
............................................................................................................................
3. Apa saja isi dari dokumen berdasarkan MARPOL 73/78?
Jawab:
…………………………………………………………………………………............
4. Berdasarkan kegiatan ini, bagaimana cara menanggulangi tumpahan minyak di
laut?Jawab:
………………………………………………………………………………..
LEMBAR KERJA SISWA
Hukum Perikanan
Kelompok : 3
Anggota : …
Kelas : ...

I. KOMPETENSI DASAR
Memahami dan menjelaskan Hukum Perikanan
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah menyimak materi hukum maritime, peserta didik dapat mengidentifikasi
kebijakan yang harus di patuhi saat berada di laut

III. RINGKASAN MATERI


Pengelolaan Perikanan dalam WPPNKRI dilakukan untuk melindungi,
memanfaatkan, dan melestarikan Sumber Daya Perikanan secara optimal dan berkelanjutan,
dengan mempertimbangkan potensi Sumber Daya Perikanan Indonesia. Setiap Orang yang
melakukan usaha Perikanan di WPPNKRI wajib memiliki SIUP, Kewajiban memiliki SIUP
dikecualikan bagi Nelayan Kecil, Nelayan Tradisional, dan/atau Pembudi Daya Ikan Kecil.
Nelayan Kecil, Nelayan Tradisional, dan Pembudi Daya Ikan Kecil harus mendaftarkan diri,
usaha, dan kegiatannya kepada instansi Perikanan setempat tanpa dikenakan biaya. SIUP
untuk jenis usaha Penangkapan Ikan mencantumkan koordinat daerah Penangkapan Ikan,
jumlah dan ukuran kapal Perikanan, jenis alat penangkap Ikan yang digunakan, dan pelabuhan
pangkalan.
Pemerintah sendiri sebagai upaya menjaga keberlanjutan aktivitas penangkapan ikan
dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 29 tahun 2012 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Pengelolaan Perikanan Bidang Penangkapan Ikan, pasal 8, disebutkan
apabila tingkat pemanfaatan statusnya sudah mencapai O (Over fishing) atau F (Fully
Fishing) untuk sementara pemerintah, dalam permen yang sama pasal 9 telah mengeluarkan
kebijakan

IV. MARI BERDISKUSI


A. Maksimum Lestari (Maximum Suistinable Yield)
Perhatikan gambar-gambar dibawah ini.
Berdasarkan gambar diatas, diskusikanlah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini bersama
Teman-temanmu.

1.Sebutkan dan jelaskan faktor dinamika stok ikan!


Jawab:
............................................................................................................................
2. Analisislah yang menjadi garapan penting bagi pemerintah apabila dalam suatu wilayah
sudah berstatus overfishing?
Jawab:
............................................................................................................................
3. Apa yang kalian ketahui tentang Over Exploited?
Jawab:
…………………………………………………………………………………............
4. Sebutkan dan jelaskan Wilyah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia!Jawab:
………………………………………………………………………………..
LEMBAR KERJA SISWA
Penaanagan pasca penangkapan ikan
Kelompok : 4
Anggota : …
Kelas : ...

I. KOMPETENSI DASAR
Memahami dan menjelaskan tentang Penanganan pasca penangkapan ikan
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah menyimak materi Penanganan pasca penangkapan ikan, peserta didik dapat
menerapkan penanganan ikan diatas kapal

III. RINGKASAN MATERI


A. Penangkapan Ikan
B. Penanganan ikan pasca Penangkapan
Teknik penangkapan dan cara mati ikan merupakan faktor utama yang memengaruhi
laju kecepatan perubahan biokimiawi dalam tubuh ikan. Ikan yang langsung dibunuh pada saat
penangkapan akan mempunyai laju kecepatan rigor mortis yang lebih lambat daripada ikan
yang tidak langsung mati pada saat penangkapan (terjerat dan meronta-ronta dalam jaring
penangkap terlebih dahulu). Rigor mortis adalah kondisi ketika jaringan otot ikan tidak mampu
lagi mempertahankan fleksibilitasnya (kekenyalannya) karena terjadinya penurunan proses
metabolisme dalam tubuh ikan. Ukuran tubuh dan tinggi rendahnya suhu penyimpanan ikan
segar juga akan memengaruhi laju kecepatan perubahan biokimiawi dalam tubuh ikan tersebut.
Semakin besar ukuran tubuh dan semakin rendah suhu penyimpanan, semakin rendah laju
kecepatan fase rigor mortis ikan.Tahapan kegiatan penanganan ikan di kapal penangkap
sebagai berikut:
1. Pengangkatan ikan dari air dan melepasnya dari alat tangkap.
2. Pendinginan ikan.
3. Penyiangan ikan untuk ikan besar.
4. Pencucian ikan dengan air dingin.
5. Penempatan ikan dalam wadah portable sesuai dengan jenis, ukuran, dan mutu ikan.
6. Sortasi ikan.
7. Pemberian es dengan jumlah yang cukup.
8. Penyimpanan dalam palka.
9. Menjaga kondisi ikan selama penyimpanan hingga saat pembongkaran

IV. MARI BERDISKUSI

Setelah memahami ringkasan materi di atas, diskusikan dengan teman sekelompok anda
mengenai pertanyaan kasus di bawah ini:
1. Ketika dilakukan proses penangkapan ikan, pastilah yang harus dilakukan setelah itu
adalah penanganan ikan diatas kapal, Jelaskan fase-fase saat proses ikan mati!
Jawab:
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
2. Dapatkah kita mempertahanlan kesegaran ikan saat tiba di pelabuhan perikanan? Dengan
cara apa?
Jawab:
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
Rubrik Penilaian Individu

1. Metode dan Bentuk Instrumen


Ranah Metode Bentuk
Sikap Pengamatan Sikap Lembar Penilaian sikap
Pengetahuan Tes Tertulis Tes Tertulis
Keterampilann Observasi Lembar Observasi
keterampilan

2. Instrumen dan Rubrik Penilaian


a. Instrumen dan Rubrik Penilaian Sikap
2) Instrumen Penilaian Sikap
Berilah tanda checklist pada skor 1,2,3, atau 4 berdasarkan pekerjaan siswa dalam
pembelajaran!
Lembar Penilaian Sikap
Aktif dalam Kerjasama Santun dalam Skor Perolehan
kegiatan dalam kegiatan menyampaikan
Nama Siswa diskusi diskusi hasil diskusi
kelompok kelompok
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2) Rubrik Penilaian Sikap
Aspek yang Indikator penilaian Penilaian
dinilai
Aktif dalam  Melakukan diskusi dan Skor 4 : jika 4 indikator
kegiatan diskusi pengamatan bersama dilakukan semua
kelompok dengan rekan kelompok. Skor 3: jika hanya 3
 Melakukan diskusi, indikator yang
pengamatan, dan dilakukan.
mengajukan pertanyaan Skor 2: jika hanya 2
dalam kegiatan diskusi indikator yang
kelompok. dilakukan.
 Melakukan diskusi, Skor ≤ 1: jika hanya 1
pengamatan, dan indikator
mengajukan pertanyaan, yang dilakukan.
dan menyampaikan opini
saat kegiatan diskusi
kelompok.
 Melakukan diskusi,
pengamatan, dan
mengajukan pertanyaan,
dan menyampaikan opini,
dan menanggapi pertanyaan
maupun sanggahan dari
siswa lain saat kegiatan
diskusi kelompok.

Kerjasama dalam  Berinteraksi dengan 1 Skor 4 : jika 4 indikator


kegiatan diskusi orang anggota dalam dilakukan semua
kelompok kegiatan diskusi Skor 3: jika hanya 3
kelompok. indikator yang
 Berinteraksi dengan 2 dilakukan.
orang anggota dalam Skor 2: jika hanya 2
kegiatan diskusi indikator yang
kelompok. dilakukan.
 Berinteraksi dengan 3 Skor ≤ 1: jika hanya 1
orang anggota dalam indikator
kegiatan diskusi yang dilakukan.
kelompok.
 Berinteraksi dengan
semua anggota dalam
kegiatan diskusi
kelompok.

Santun dalam  Menggunakan bahasa yang Skor 4 : jika 4 indikator


menyampaikan baik saat menyampaikan dilakukan semua
hasildiskusi hasil diskusi. Skor 3: jika hanya 3
 Menggunakan bahasa yang indikator yang
baik dan runtut dalam dilakukan.
menyampaikan hasil Skor 2: jika hanya 2
diskusi. indikator yang
 Menggunakan bahasa yang dilakukan.
baik dan runtut dengan Skor ≤ 1: jika hanya 1
mumik dan gesture yang indikator
jelas dan tidak berlebihan yang dilakukan.
dalam menyampaikan hasil
diskusi.
 Menggunakan bahasa yang
baik, runtut, dan lancer
dengan mimic dan gesture
yang jelas serta tidak
berlebihan dalam
menyampaikan hasil
diskusi.

Kriteria penilaian:
Sangat Baik (SB) : apabila memperoleh skor rata-rata: 3 < skor rata-rata ≤ 4
Baik (B) : apabila memperoleh skor rata-rata: 2 < skor rata-rata ≤ 3
Cukup (C) : apabila memperoleh skor rata-rata: 1 < skor rata-rata ≤ 2
Kurang (K) : apabila memperoleh skor rata-rata: skor rata-rata ≤ 1

Anda mungkin juga menyukai