Anda di halaman 1dari 25

ISU BARU PENGATURAN

PERBANKAN SYARIAH
Bahan Kuliah
UNDANG-UNDANG NO.21 TAHUN
2008 TENTANG
PERBANKAN SYARIAH

Bahan Kuliah

2
PROSES PENYUSUNAN
UU PERBANKAN SYARIAH

 Merupakan usulan dari Komisi XI DPR RI (hak inisiatif)


 Proses penyusunan sudah dimulai sejak:
 Tahun 2002 yaitu BI melakukan kajian dan hasilnya
berupa Naskah Akademis;
 Tahun 2003 Naskah Akademis disampaikan kepada
DPR RI & Pemerintah untuk dijadikan pertimbangan
penyusunan RUU;
 Penyusunan Draft RUU oleh DPR RI dimulai sejak
tahun 2005;
 Pembahasan Draft RUU oleh Pemerintah (Depkeu,
Depag, Depkumham) dimulai sejak Februari 2007 s/d
Juni 2008.

3
STRUKTUR UU
Terdiri dari:
13 Bab dan 70 Pasal, meliputi:
Bab 1 Ketentuan Umum
Bab 2 Asas, Tujuan dan Fungsi
Bab 3 Perizinan, Bentuk Badan Hukum, Anggaran Dasar, dan Kepemilikan
Bab 4 Jenis dan Kegiatan Usaha, Kelayakan Penyaluran Dana, dan Larangan Bagi Bank Syariah
dan UUS
Bab 5 Pemegang Saham Pengendali, Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah, Direksi, dan
Tenaga Kerja Asing
Bab 6 Tata Kelola, Prinsip Kehati-hatian, dan Pengelolaan Risiko Perbankan Syariah
Bab 7 Rahasia Bank
Bab 8 Pembinaan dan Pengawasan
Bab 9 Penyelesaian Sengketa
Bab 10 Sanksi Administratif
Bab 11 Ketentuan Denda
Bab 12 Ketentuan Peralihan
Bab 13 Ketentuan Penutup

4
ISU-ISU BARU DALAM
UU PERBANKAN SYARIAH

5
DEFINISI
Ketentuan Umum, Pasal 1, angka 9
BPRS = Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Ketentuan Umum, Pasal 1, angka 25


Definisi Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berupa:
a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;
b. transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli (ijarah
muntahiya bittamlik);
c. transaksi jual beli dalam bentuk murabahah, salam dan istishna’;
d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk qardh;
e. transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara BS/UUS dan pihak lain
yang dibiayai/menerima fasilitas dana dan wajib dikembalikan setelah
jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi
hasil.

6
ASAS PERBANKAN SYARIAH
Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya
berasaskan Prinsip Syariah, demokrasi ekonomi, dan
prinsip kehati-hatian.(Pasal 2)
Kegiatan usaha yang berasaskan Prinsip Syariah, antara lain, adalah kegiatan
usaha yang tidak mengandung unsur Riba, Maisir, Gharar, Haram, Zalim.
Yang dimaksud dengan “demokrasi ekonomi” adalah kegiatan ekonomi syariah
yang mengandung nilai keadilan, kebersamaan, pemerataan, dan kemanfaatan.
Yang dimaksud dengan “prinsip kehati-hatian” adalah pedoman pengelolaan
Bank yang wajib dianut guna mewujudkan perbankan yang sehat, kuat dan
efisien sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

7
TUJUAN PERBANKAN SYARIAH
Perbankan Syariah bertujuan menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan
keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan
rakyat.(Pasal 3)

Dalam mencapai tujuan menunjang pelaksanaan pembangunan


nasional, Perbankan Syariah tetap berpegang pada Prinsip Syariah
secara menyeluruh (kaffah) dan konsisten (istiqamah).

8
FUNGSI SOSIAL BANK SYARIAH

Pasal 4, ayat (1) dan (2)

Bank Syariah & UUS dapat menjalankan fungsi sosial


sebagai lembaga Baitul Maal yaitu menerima zakat,
infaq, sedekah, hibah atau dana sosial lainnya (a.l. denda
terhadap nasabah/ta’zir) dan menyalurkannya kepada
organisasi pengelola zakat.

Bank Syariah & UUS dapat menghimpun dana sosial dari


wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf
(nazhir) sesuai kehendak pemberi wakaf (wakif).
9
PERIZINAN BANK SYARIAH
UU No.10 Th 1998, Pasal 16 UU Perbankan Syariah, Pasal 5
Setiap pihak yg melakukan Setiap pihak yg akan melakukan
kegiatan menghimpun dana kegiatan usaha BS/UUS wajib
masyarakat berupa simpanan, terlebih dahulu memperoleh izin
wajib terlebih dahulu usaha sebagai BS/UUS dari BI.
memperoleh izin usaha sebagai
BU/BPR dari BI.
Pasal 22
Setiap pihak dilarang melakukan
kegiatan penghimpunan dana
dalam bentuk simpanan atau
investasi berdasarkan prinsip
syariah tanpa izin terlebih dahulu
dari BI, kecuali diatur dalam UU
lain.

10
SPIN OFF

Pasal 16, ayat (1)


UUS dapat menjadi BUS tersendiri setelah mendapat
izin dari BI.

Pasal 17, ayat (2)


Dalam hal terjadi penggabungan atau peleburan BS
dengan Bank lainnya,Bank hasil penggabungan atau
peleburan tersebut wajib menjadi BS.

11
KEGIATAN USAHA BPRS
UU No. 7/1992 dan UU Perbankan Syariah, Pasal 21
UU No.10/1998, Pasal 13
Menghimpun dana masyarakat Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk: simpanan berupa
dalam bentuk simpanan berupa tabungan atau yg dipersamakan dg itu berdasarkan akad
deposito berjangka, tabungan wadi’ah atau akad lain yg tdk bertentangan dengan prinsip
dan/atau bentuk lainnya yg syariah; dan investasi berupa deposito atau tabungan atau
dipersamakan dengan itu. bentuk lainnya yg dipersamakan dengan itu berdasarkan akad
mudharabah atau akad lain yg tidak bertentangan dengan
prinsip syariah.
Memberikan kredit. Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk:
pembiayaan bagi hasil (mudharabah/musyarakah), pembiayaan
transaksi jual beli (murabahah, salam, istishna’), pinjaman
(qardh), pembiayaan sewa menyewa (ijarah) atau sewa beli
(Ijarah MBT), dan pengambilalihan utang (hawalah).
Menyediakan pembiayaan dan Menempatkan dana pada BS lain dalam bentuk: titipan (akad
penempatan dana berdasarkan wadi’ah) atau investasi (akad mudharabah) dan/atau akad lain yg
prinsip syariah sesuai ketentuan tdk bertentangan dg prinsip syariah.
yg ditetapkan BI.
Menempatkan dana dalam SBI, Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun
deposito berjangka, sertifikat untuk kepentingan nasabah melalui rekening BPRS yg ada di
deposito dan/atau tabungan pada BUS/BUK/UUS.
bank lain.
Menyediakan produk/melakukan kegiatan usaha BS lainnya sesuai
prinsip syariah berdasarkan persetujuan BI.
12
KEGIATAN USAHA BPRS YANG DILARANG
UU No. 7/1992, Pasal 14 UU Perbankan Syariah, Pasal 25
Melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan
prinsip syariah
Menerima simpanan berupa Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam
giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran.
lalu lintas pembayaran.
Melakukan kegiatan usaha Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing, kecuali
dalam valuta asing. penukaran uang asing dengan izin BI.
Melakukan penyertaan Melakukan penyertaan modal, kecuali pada lembaga
modal. yang dibentuk untuk menanggulangi kesulitan likuiditas
BPRS.
Melakukan usaha Melakukan usaha perasuransian, kecuali sebagai agen
perasuransian. pemasaran produk asuransi syariah.
Melakukan usaha lain diluar Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha
kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21.
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13

13
KOMITE PERBANKAN SYARIAH

Pasal 26, ayat (4) dan (5)

 Dalam rangka penyusunan Peraturan Bank Indonesia (PBI),


BI membentuk Komite Perbankan Syariah (KPS).
Penjelasan:
Komite Perbankan Syariah beranggotakan unsur-unsur dari BI,
Departemen Agama dan unsur masyarakat dengan komposisi
berimbang, memiliki keahlian di bidang syariah dan berjumlah paling
banyak 11 orang.
 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan,
keanggotaan dan tugas Komite Perbankan Syariah
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan PBI.

14
DEWAN PENGAWAS SYARIAH
Pasal 32, ayat (1), (2), (3) dan (4)
 Dewan Pengawas Syariah (DPS) wajib dibentuk di BS dan BUK
yang memiliki UUS;
 DPS diangkat oleh RUPS atas rekomendasi MUI;
 DPS bertugas memberikan nasihat dan saran kepada direksi
serta mengawasi kegiatan Bank agar sesuai dengan prinsip
syariah;
 Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan DPS diatur
dengan PBI, yang sekurang-kurangnya meliputi:
 Ruang lingkup, tugas dan fungsi DPS
 Jumlah anggota DPS
 Masa kerja
 Komposisi keahlian
 Maksimal jabatan rangkap
 Pelaporan DPS
15
TAMBAHAN WEWENANG DALAM
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 52, ayat (3)

Dalam rangka pelaksanaan tugas pengawasan, BI


berwenang:
 Memeriksa dan mengambil data/dokumen dari setiap tempat
yang terkait dengan Bank;
 Memeriksa dan mengambil data/dokumen dan keterangan
dari setiap pihak yang menurut penilaian BI memiliki
pengaruh terhadap Bank; dan
 Memerintahkan Bank melakukan pemblokiran rekening
tertentu, baik rekening simpanan maupun rekening
pembiayaan.

16
PENYELESAIAN SENGKETA
Pasal 55, ayat (1) dan (2)

 Penyelesaian sengketa Perbankan Syariah dilakukan oleh pengadilan


dalam lingkungan Peradilan Agama;
 Dalam hal para pihak telah memperjanjikan penyelesaian sengketa
selain Peradilan Agama, penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan isi
Akad.

Penjelasan (TIDAK BERLAKU DENGAN KEPUTUSAN MK)


Yang dimaksud dengan “penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan isi Akad”
adalah upaya sebagai berikut:
 Musyawarah;
 mediasi perbankan;
 Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas) atau lembaga arbitrase lain;
 Melalui pengadilan di lingkungan Peradilan Umum.

17
KETENTUAN PERALIHAN
JANGKA WAKTU PENYESUAIAN
Pasal 67, ayat (1) dan (2)

 Bank Syariah/UUS yang telah memiliki izin usaha pada


saat UU ini mulai berlaku dinyatakan telah memperoleh
izin usaha berdasarkan UU ini.
 Bank Syariah/UUS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib menyesuaikan dengan ketentuan dalam UU ini
paling lama 1 tahun sejak mulai berlakunya UU ini.

18
KETENTUAN PERALIHAN
SPIN OFF WAJIB
Pasal 68, ayat (1) dan (2)

 Dalam hal BUK memiliki UUS yang nilai asetnya telah


mencapai paling sedikit 50% dari total nilai aset bank
induknya atau 15 tahun sejak berlakunya UU ini, maka BUK
dimaksud wajib melakukan pemisahan UUS tersebut menjadi
BUS.
 Ketentuan lebih lanjut mengenai pemisahan dan sanksi
bagi BUK yang tidak melakukan pemisahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan PBI.

19
HIRARKI KETENTUAN BANK INDONESIA

UUD 1945

UU Bank Indonesia UU Perbankan Syariah

DSN dan KPS PBI PDG

SE Ektern SE Intern

Ekstern & Intern Intern


Regulasi Perbankan Syariah

I. Kelembagaan Bank Syariah


II. Prinsip kehati-hatian (Prudential)
III. Sistem Pembayaran/Pasar Keuangan
& Moneter
IV. Standar Akuntansi / Pelaporan
Regulasi Perbankan Syariah

I. Kelembagaan Bank Syariah


II. Prinsip kehati-hatian (Prudential)
III. Sistem •Pembayaran/Pasar Keuangan
PENDIRIAN BANK UMUM SYARIAH
& Moneter
• PENDIRIAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT
SYARIAH
IV. Standar• Akuntansi / Pelaporan
PERUBAHAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM
KONVENSIONAL MENJADI BANK UMUM
SYARIAH (KONVERSI)
• PEMBUKAAN UNI T USAHA SYARIAH
Regulasi Perbankan Syariah

I. Kelembagaan Bank Syariah


II. Prinsip kehati-hatian (Prudential)
III. Sistem Pembayaran/Pasar Keuangan
& Moneter
• PENILAIAN KUALITAS ASSET DAN PENYISIHAN
PENGHAPUSAN AKTIVA

IV.KEWAJIBAN


Standar Akuntansi / Pelaporan
PENYEDIAAN MODAL MINIMUM
AKAD PENGHIMPUNAN DAN PENYALURAN DANA
• BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT (BMPK)
Regulasi Perbankan Syariah
• GIRO WAJIB MINIMUM SYARIAH
• KLIRING
• FASILITAS PEMBIAYAAN JANGKA
PENDEK SYARIAH
• SBI SYARIAH
I. Kelembagaan Bank Syariah
• PUAS

II. Prinsip kehati-hatian (Prudential)


III. Sistem Pembayaran/Pasar Keuangan
& Moneter
IV. Standar Akuntansi / Pelaporan
Regulasi Perbankan Syariah
• LAPORAN BULANAN BANK UMUM SYARIAH
DAN BPRS
• LAPORAN HARIAN BANK UMUM (LHBU)
I. Kelembagaan

Bank Syariah
LAPORAN BERKALA BANK UMUM SYARIAH
(LHBUS)
II. Prinsip kehati-hatian

(Prudential)
STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH
& PEDOMAN AKUNTANSI PERBANKAN
III. Sistem Pembayaran/Pasar Keuangan
SYARIAH.
& Moneter
IV. Standar Akuntansi / Pelaporan

Anda mungkin juga menyukai