Anda di halaman 1dari 4

Bank Perkreditan Rakyat Syariah

Iqbal firmani (18)

Kelas A

Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) adalah salah satu lembaga keuangan yang

beroprasi berdasarkan undang-undang syariah (UUS). Dalam praktiknya BPRS lebih sempit

dibanding bank umum syariah, dimana secara praktik terdapat produk-produk yang tidak

boleh dipakai oleh BPR

Pendirian BPRS ini tentunya memiliki syarat-syarat tertentu. Persyaratan pendirian

BPRS telah ditetapkan oleh BI (bank Indonesia), selain itu jenis-jenis kegiatannya pun telah

ditetapkan sihingga dalam operasinya jelas dapat dibedakan antara BORS dengan bankan

umum syariah. Pendirian bank syariah sendiri disyaratkan bahwa pemilik BPRS harus orang

asli Indonesai atau badan hukum, pemerintah daerah, atau perseroan yang seluh bserikatnya

adalah orang indonesia (sesuai undang-undang no 21 tahun 2008 pasal 9 ayat 2).

Permodalan dalam BPRS tidak boleh menyimpang dengan peraturan-peraturan

syariat. Adapun BI sendiri telah menentukan dalam peraturan bank indonesia dan

mengkalsifikasikan terkait permodalan BPRS. Sesuai peraturan nomor 8/25/PBI 2006

menentukan bahwa modal disetor sekurang-kurangnya sebesar:

1- RP 2.000.000.000,00 untuk BPRS yang didirikan di wilayah Daerah Khusus Ibukota

Jakarta dan kabupaten/kota Tangerang, Depok Bekasi.

2- RP 1.000.000.000,00 untuk BPRS yang didirikan di wilayah ibukota provinsi diluar

Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan kabupaten/kota Tangerang, Depok Bekasi.

3- RP 500.000.000,00 untuk BPRS yang didirikan selain daerah yang disebutkan diatas.
Namun sebagai lembaga keuangan yang lebih kecil sesuai dengan UU perbankan no 10 tahun

1998, BPR hanya diperkenankan melakukan usaha-usaha sebgai berikut:

- Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito

berjangka, tabungan dan atau yang dipersamakan dengan itu.

- Membherikan kredit.

- Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah sesuai

dengan ketentuan yang ditetapkan oleh BI.

- Menetapkan dananya dalam bentuk sertifikat bank indonesia, deposito berjangka,

sertifikat deposito dan atau tabungan pada bank lain.

Secara lebih tegas pembatasan kegiatan BPRS lebih tegas dijelaskan dalam pasal 27

SK direktur BI No. 32/36/KEP/DIR/1999. Menurut penjelasan undang-undang ini dapat

disebutan apasaja kegiatan BPRS:

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang meliputi;

- Tabungan berdasarkan prinsip wadiah atau mudharabah

- Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah

- Bentuk lain yang menggunakan prinsip wadiah dan mudharabah

b. Melakukan penyaluran dana yang meliputi

- Transaksi jualbeli berdasarkan prinsip mudharabah, istitsna, ijarah, salam atau jualbeli

lainnya.

- Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip syariah mudharabah, musyarakah atau

bagihasillainnya.

- Pembiayaan lain berdasarkan prinsip rahn dan qard.

c. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh BPRS selama disetujui oleh

Dewan Syariah Nasional


Dibanding bank syariah umum BPRS lebih terbatas. Keterbatasan ini dapat dilihat

dari produk-produk yang tidak boleh dilakukan oleh BPRS. Ketentuan ini telah diatur dalam

SK direkturt BI no. 32/36/KEP/DIR/1999, bahwa BPRS dilarang menerima dana simpanan

dalam bentuk giro sekalipun simpanan giro tersebut dilakukan dengan akad wadiah. BPRS

juga dilarang untuk:

 Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing

 Melakukan pernyataan modal

 Melakuka perusahaan perasuransian.

Tujuan didirikannya BPRS adalah untuk tujuan sosial, disamping mencari

keungtungan sepertihalnya lembaga keuangan lain. Adapun urain tujunnya sebagai berikut:

1- Meningkatkan perekonomian golongan lemah, terutama yang ada di pedesaan.

2- Ikutserta mengurangi tingkat pengangguran terutama yang ada di wilayah kantorl,

yaitu wilayah kecamatannya. Sehingga dengan adanya pekeerjaan timgkat urbanisasi

masyarakat lebih rendah.

3- Ikut serta meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat, dimana denga terjalinnya

ukhuwah umat akan tercipta pendapatan mayarakat yang memadai dan taraf hidup

masyarakat akan meningkat.

Pustaka

Usman Rahmadi. Produk dan Akad Perbankan Syariah di Indonesia (implementasi dan

Aspek hukum). 2009. Citra aditya bakti. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai