RAKYAT SYARIAH
1. Yanda Eka Agustina (1114000026)
2. Feni Fairani (1114000018)
BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS)
Apa itu BPR Syariah?
Tanggal 8 Oktober 1990, ketiga BPR syariah tersebut telah mendapatkan ijin prinsip dari Menteri keuangan RI.
Untuk mempercepat proses berdirinya BPR-BPR syariah yang lain dibentuklah lembaga-lembaga penunjang,
antara lain:
1) Institute for Syariah Economic Development (ISED)
2) Yayasan Pendidikan dan Pengembangan Bank Syariah (YPPBS)
Perbedaan antara bank Syariah dengan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS)
Menurut UU 21 2008,
Perbedaan Bank Umum Syariah (BUS) dengan BPRS adalah yang mana BUS adalah bank yang melakukan atau
memberikan jasa lalu lintas pembayaran, sedangkan BPRS adalah bank yang tidak dapat menjalankan lalu lintas
pembayaran.
Perbedaan Bank Umum Syariah dengan BPR Syariah dalam Perijinan
1. Memperoleh izin dari Bank Indonesia 1. Milik WNI 100% saham milik WNI
4. WNI bekerjasama dengan WNA atau WNA 4. Modal minimal, 2 milyar Daerah Khusus Ibukota
menjalin kemitraan dengan maksimal saham 99%. Jakarta Raya dan Kabupaten/Kota Bogor, Depok,
Tangerang dan Bekasi. 1 milyar diluar kota provinsi
yang dicantumkan diatas. 500 juta di wilayah diluar
yang disebutkan diatas.
5. Pemerintah daerah
Tujuan dan Fungsi Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)
Kegiatan usaha yang tidak dapat dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan Undang-Undang
Perbankan No.7 tahun 1992, meliputi:
1. Menerima simpanan yang berupa giro dan ikut serta dalam penyediaan lalu lintas pembayaran.
2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing terkecuali sebagai pedagang valuta asing (dengan izin
Bank Indonesia).
3. Melakukan penyertaan modal.
4. Melaksanakan kegiatan usaha dalam bidang asuransi.
Produk dan Jasa Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Produk-produk yang ditawarkan oleh BPR Syariah secara garis besar adalah sebagai berikut
(Rodoni dan Hamid : 45)
A. Mobilisasi Dana Masyarakat
1) Simpanan Amanah
2) Tabungan Wadiah
3) Deposito Wadiah atau Deposito Mudharabah
B. Penyaluran dana BPR syariah (Rodoni dan Hamid : 46) sebagai berikut:
1) Pembiayan Mudharabah
2) Pembiayan Musyarakah
3) Pembiayan Bai’bitsaman Ajil
4) Pembiayaan Murabahah
5) Pembiayaan Qardhul Hasan
C. Jasa Perbankan Lainnya
Ketentuan dalam pendirian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
1. Syarat Pendirian
Dalam mendirikan BPR syariah harus mengacu pada bentuk hukum BPR syariah yang telah ditentukan dalam UU
Perbankan. Sebagaimana dalam UU Perbankan No. 10 tahun 1998 pasal 2, bentuk hukum suatu BPR syarat dapat
berupa:
a. Perseroan Terbatas
b. Koperasi; atau
c. Perusahaan Daerah
Pendirian ijin pendirian BPR syariah, sebagaimana dimaksud di atas dapat dilakukan dengan dua tahap:
a. Persetujuan prinsip
b. Ijin usaha
SK DIR BI No. 32/36/1999 tidak memberikan kemungkinan bagi pihak asing untuk
mendirikan BPR syariah. Menurut ketentuan pasal 15 SK DIR tersebut, yang dapat
menjadi pemilik BPR syariah adalah pihak-pihak yang:
a. Tidak termasuk dalam daftar orang tercela di bidang perbankan sesuai dengan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia.
b. Menurut penilaian Bank Indonesia yang bersangkutan memiliki integritas yang baik,
antara lain:
1) Memiliki akhlak dan moral yang baik.
2) Mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3) Bersedia mengembangkan pembiayaan rakyat syariah yang sehat.
2. Modal
Modal yang harus disetor untuk mendirikan BPR syariah ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar:
a. Rp2.000.000.000,- (dua milliar rupiah) untuk BPR syariah yang didirikan di wilayah Daerah Khusus Ibu Kota
Jakarta Raya dan Kabupaten/Kotamadya Tangerang, Bogor, Bekasi, dan Karawang.
b. Rp1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) untuk BPR syariah yang didirikan di wilayah Ibu Kota Propinsi di luar
wilayah seperti tersebut pada butir a di atas.
c. Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) untuk BPR syariah yang didirikan di luar wilayah yang disebut pada
butir a dan b di atas.
Modal yang disetor tersebut, digunakan untuk modal kerja bagi BPR syariah, wajib sekurang-kurangnya berjumlah
50% (lima puluh persen). Dengan kata lain, biaya investasi dalam rangka pendirian BPR syariah itu tidak boleh
melebihi 50% dari modal yang disetor oleh pendirinya. Sumber dana yang digunakan dalam rangka kepemilikan
dilarang:
a. Berasal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun dari bank dan atau pihak lain di
Indonesia.
b. Berasal dari sumber yang diharamkan menurut prinsip syariah, termasuk kegiatan-kegiatan yang melanggar
hukum.
Kendala dan strategi dalam pengembangan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS)
Dalam prakteknya BPR syariah mengalami berbagai kendala, kendala tersebut diantaranya
adalah:
1. Kiprah BPR syariah kurang dikenal masyarakat sebagai BPR yang berprinsipkan syariah,
bahkan beberpa pihak menganggap BPR syariah sama dengan BPR konvensional.
2. Upaya untuk meningkatkan profesionalitas kadang terhalang rendahnya sumber daya yang
dimiliki oleh BPR syariah sehingga sehingga proses BPR syariah dalam melakukan
aktivitasnya cenderung lambat dan respon terhadap permasalahan ekonomi rendah.
3. Kurang adanya koordinasi di antara BPR syariah, demikian juga dengan bank syariah dan
BMT, sebagai lembaga keuangan yang mempunyai tujuan syiar Islam tentunya langkah
koordinasi dalam rangka mendapatkan strategi yang terpadu dapat dilakukan guna
mengangkat ekonomi masyarakat.
4. Sebagai lembaga keuangan yang memiliki konsep Islam tentunya juga bertanggung jjawab
terhadap nilai-nilai keislaman masyarakat yang ada disekitar BPR syariah tersebut.
5. Nama Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, masih menyisakan kesan sistem BPR syariah
menggunakan sistem BPR konvensional. Kata “perkreditan” tidak ada dalam terminology
bank dan lembaga kaeuangan syariah.
Adapun strategi pengembangan BPR syariah yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut:
1. Langkah-langkah untuk mensosialisasikan keberadaan BPR syariah, bukan saja
produknya tetapi sistem yang digunakannya perlu diperhatikan.
2. Usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas SDM dapat dilakukan melalui pelatihan-
pelatihan mengenai lembaga keuangan syariah serta lingkungan yang
mempengaruhinya.
3. Melalui pemetaan potensi dan optimasi ekonomi daerah akan diketahui berapa besar
kemampuan BPR syariah dan lembaga keuangan syariah yang lain dalam mengelola
sumber-sumber ekonomi yang ada.
4. BPR syariah bertanggung jawab terhadap masalah keislaman masyarakat dimana
BPR syariah tersebut berada.