Anda di halaman 1dari 6

Nama: Nabilah Syakirah Rangkuti

NIM: 1219230170
Kelas: 5E
Manajemen Keuangan Syariah

1. Lembaga Keuangan Syariah, khusunya Bank Syariah berkembang dengan pesat di


Indonesia
a. Jelaskan dengan rinci pengertian bank dan bank syariah sesuai perundang-undangan
yang berlaku?
Jawaban: Menurut Undang Undang No.21 Tahun 2008, Bank adalah badan usaha yang
menghimpun uang atau dana masayarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana
himpunan kepada masyarakat yang memerlukan dan dalam bentuk kredit atau pinjaman, hal
ini bertujuan untuk menaikkan taraf hidup masyarakat. (Harahap, Wiroso, & Yusuf, 2010)
Sedangkan, Bank Syariah dalam Undang Undang No.21 Tahun 2008 memiliki pengertian
bank yang dalam kegiatannya dijalankan berdasaerkan prinsip syariah dan menurut jenisnya
terbagi menjadi 2, yaitu Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS). (Harahap, Wiroso, & Yusuf, 2010)
b. Jelaskan perkembangan bank syariah di Indonesia dan dasar hukumnya?
Jawaban: Perkembangan bank syariah di Indonesia dibagi menjadi 4 tahap periode:
 Periode sebelum tahun 1992
Pada saat sebelum tahun 1992 belum berdiri atau belum ada Bank Umum Syariah, pada
saat itu yang ada yaitu Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), pada saat itu belum ada
ketentuan atau peraturan yang mengatur BPRS. Tapi, BPRS ini tidak bertahan lama
karena pada saat itu masih kurangnya minat masyarakat dengan transaksi syariah.
 Periode tahun 1992 sampai tahun 1998
Pada periode ini puluhan BPRS didirikan, dan ada satu Bank Umum Syariah pertama di
Indonesia yang didirikan pada tahun 1998, yaitu Bank Muamalat Indonesia. Pada periode
ini Bank Syariah didirikan berdasarkan Undang Undang Nomor 7 tahun 1992, tetapi
dalam Undang Undang ini belum dibahas secara jelas dan lengkap tentang kegiatan dan
operasional Bank Syariah.
Pada periode ini tidak ada ketentuan lain kecuali ketentuan yang ada pada Peraturan
Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992, yang menjelaskan tentang sistem bagi hasil pada
kegiatan usaha Bank Umum Syariah dan BPRS.
 Periode tahun 1998 sampai tahun 2008
Pada periode ini Bank Syariah sudah mulai mendapat perhatian dari masyarakat dan
pemerintah, sehingga dibuatlah Undang Undang baru untuk menyempurnakan Undang
Undang sebelum yaitu Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998. Dalam Undang Undang
Nomor 10 Tahun 1998 dibahas lebih rinci tentang ketentuan-ketentuan yang ada di
Perbankan Syariah. Pada periode ini, Bank Indonesia pada tahun 1999 mulai mebuat
peraturan pelaksanaan untuk Bank Syariah.
 Periode setelah tahun 2008
Pada periode ini Bank Syariah sudah memiliki Undang Undang resmi yang mengatur
pelaksanaan Perbankan Syariah di Indonesai, yaitu Undang Undang Nomor 21 Tahun
2008. Sedangkan Untuk Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998 masih berlaku, asal tidak
bertentangan dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 2008. (Harahap, Wiroso, &
Yusuf, 2010)
2. Bank Syariah memiliki karakter yang berbeda dengan bank konvensional
a. Jelaskan pembagian bank syariah menurut ketentuan perundang-undangan yang
berlaku
Jawaban: Menurut Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998, pembagian Bank Syariah sebagai
berikut:
 Bank Umum Syariah
Bank umum syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya sesuai dengan
prinsip syariah baik kantor pusat yang paling atas sampai kanor layanan yang dibawah.
 Cabang Syariah Bank Konvensional (Unit Usaha Syariah)
Bank konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah sebagai bagian dari bisnisnya,
UUS ini masih dibawah kendali direksi kantor pusat Bank Umum Konvensional, hanya
saja sistem kerja dan kegiatan usahanya menggunakan prinsip syariah.
 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Ini merupakan Bank Perkreditan Rakyat yang dijalankan sesuai dengan prinsip syariah.
Kemudian, menurut Undang Undang Nomor 21 Tahun 2008, nama tersebut diganti
menjadi Bank pembiayaan Rakyat Syariah. (Harahap, Wiroso, & Yusuf, 2010)
b. Jelaskan dengan rinci perbedaan kegiatan usaha bank syariah dan bank konvensional
Jawaban:
 Dalam hal menghimpun dana
Bank Syariah: Bank syariah tidak menerapkan sistem bunga pada simpanan nasabah,
tetapi dengan sistem bagi hasil yang besarannya sudah disepakati di awal akad, yaitu di
akad mudharabah dan musyarakah.
Bank konvensional: Bank konvensional menerapkan sistem bunga kegiatan usaha
menghimpun dana, yang mana bunga ini bersifat tetap sesuai dengan jenis produk yang
dipilih oleh nasabah, baik itu produk giro maupun deposito.
Jelaskan dengan rinci perbedaan kegiatan usaha bank syariah dan bank konvensional.
 Dalam hal menyalurkan dana
Bank syariah: Bank syariah menyalurkan dana kepada nasabah dalam bentuk
pembiayaan, yang mana pembiayaan tersebut digunakan oleh nasabah untuk mengurus
usahanya sendiri seperti mudharabah dan musyarakah, dengan sistem bagi hasil sebagai
keuntungan bagi bank syariah.
Bank konvensional: menyalurkan dana untuk kredit / utang kepada nasabah dan
menerapkan sistem bunga untuk mendapatkan keuntungan. (HAIDIR, 2019)
3. Jelaskan secara rinci dan lengkap alur kegiatan usaha yang dilakuken oleh bank syariah?
Jawaban: Secara umum alur kegiatan usaha yang dilakukan bank syariah hampir sama baik
BUS, UUS dan BPRS, yang membedakannya adalah skala bisnisnya dan risiko yang bisa
ditanggung bank syariah.
 Dalam penghimpunan dana bank syariah
Bank syariah bisa mendapatkan sumber modal dari dua prinsip bank syariah yaitu prinsip
wadi’ah yad dhamanah (giro wadi’ah dan tabungan wadi’ah) dan prinsip mudharabah
mutlaqah (deposito mudharabah dan tabungan mudharabah). Selain itu bank syariah bisa
mendapatkan modal tambahan lagi dari modal sendiri.
 Dana bank syariah yang dihimpun
Dana yang dikumpulkan disalurkan dengan pola pola yang sesuai dengan prinsip syariah.
Penyaluran ini bisa dilakukan dengan tiga pola yaitu prinsip jual beli (murabahah, salam,
salam paralel, istishna, dan istishna paralel), prinsip bagi hasil (pembiayaan mudharabah dan
pembiayaan musyarakah), dan prinsip ujrah (Ijarah dan IMBT). Dana dan tersebut dicampur
dalam bentuk polling dana, sehingga dana yang disalurkan tidak diketahui dengan jelas dari
prinsip mana sumber dana tersebut.
 Perolehan pendapatan
Dari penyaluran dana tersebut dapat diperoleh sumber pendapatan, jika dari prinsip jual beli
akan menghasilkan keuntungan, jika dari prinsip bagi hasil maka akan menghasilkan
keuntungan dari bagi hasil pada usaha yang dijalankan nasabah, dan jika dari prinsip ujrah
akan mendapatkan uang sewa atau upah. Hasil dari pendapatan ini akan disalurkan lagi
kepada pihak pihak nasabah investor. Selain dari pendapata ketiga prinsip tadi, bank syariah
juga mendapatkan pendapatan dari jasa layanan bank, yang mana pendapatan tersebut
sepenuhnya milik bank syariah yang tidak perlu dibagi hasilkan.
 Pembagian hasil dari operasional utama
Dari pendapatan operasional utama yang benar benar terjadi ini lah yang akan disalurkan
(bagi hasil) kepada pemilik dan pengelolah modal. Dalam akad mudharabah, bank syariah
yang berperan sebagai mudharib akan melakukan penghimpunan dan dan penghitungan hasil
distribusi hasil usaha yang dilakukan oleh bank syariah. Sedangkan dalam akad mudharabah
yang dimana nasabah yang berperan sebagai mudharib, maka bank syariah akan melakukan
penyaluran dana dan nasabah akan melakukan penghitungan hasil distribusi usaha yang
dilakukan oleh nasabah.
 Pendapatan dari modal sendiri
Ada pendapatan bank syariah yang sepenuhnya milik bank syariah sehingga tidak perlu di
bagi hasilkan dengan pihak lain, yaitu pendapatan atas jasa layanan (fee kliring, fee transfer,
fee inkaso, fee pembayaran payroll) yang diberikan bank syariah. Disamping itu ada juga
pendapatan yang sepenuhnya milik bank syariah yang didapatkan melalui produk
mudharabah muqayyadah dimana bank syariah bertindak sebagai agen. (Harahap, Wiroso, &
Yusuf, 2010)
4. Dalam undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, salah satu pasal
pengatur kegiatan usaha bank syariah
a. Jelaskan kegiatan usaha yang dilakukan oleh bank umum syariah, BPR Syariah dan
Unit Usaha Syariah
Jawaban:
 Kegiatan Usaha Bank Umum Syariah
Kagiatan Usaha BUS menurut Undang Undang Pasal 19 ayat 1:
Dalam hal pengelolahan dana, BUS memberikan pembiayaan, dan menawarkan layanan
berdasarkan prinsip-prinsip syariah. BUS menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan seperti giro, tabungan, dan lainnya sesuai dengan akad wadi'ah atau
akad lain yang sesuai dengan prinsip syariah. Selain itu, BUS juga menyalurkan
pembiayaan kepada nasabah dengan berbagai akad seperti mudharabah, musyarakah,
murabahah, dan lainnya yang sesuai dengan prinsip syariah. Selain itu, BUS juga
melakukan berbagai aktivitas lain seperti penyewaan barang, pengambilalihan utang, dan
penyediaan fasilitas letter of credit berdasarkan prinsip syariah. Semua kegiatan ini
dilakukan dengan menjaga kesesuaian dengan prinsip syariah dan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Tidak hanya itu, BUS juga berperan pada investasi dalam surat berharga yang sesuai
dengan prinsip syariah, seperti akad ijarah, musyarakah, mudharabah, dan lainnya. BUS
menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga, melakukan perhitungan dengan
pihak ketiga, dan menyediakan tempat untuk menyimpan barang serta surat berharga
berdasarkan prinsip syariah. Selain itu, BUS juga memindahkan uang untuk kepentingan
sendiri maupun nasabah, menjalankan fungsi sebagai wali amanat berdasarkan akad
wakalah, dan memberikan fasilitas bank garansi berdasarkan prinsip syariah.
 Kegiatan Usaha Unit Usaha Syariah
Kagiatan Usaha Unit Usaha Syariah menurut Undang Undang Pasal 19 ayat 2:
UUS melakukan kegiatan usaha dengan mengumpulkan dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan seperti giro, tabungan, dan lainnya, dengan menggunakan akad wadi'ah
atau akad yang sesuai dengan prinsip syariah. UUS menghimpun dana untuk investasi
melalui deposito dan tabungan dengan akad mudharabah atau akad yang sesuai dengan
prinsip syariah. Selain itu, UUS juga memberikan pembiayaan kepada nasabah
berdasarkan akad mudharabah, akad musyarakah, atau akad lain yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah. UUS juga menawarkan pembiayaan berdasarkan akad
murabahah, akad salam, akad istishna, serta akad-akad lain yang sesuai dengan prinsip
syariah.
UUS juga melakukan berbagai aktivitas lainnya, seperti penyewaan barang bergerak atau
tidak bergerak dengan akad ijarah dan sewa beli sesuai dengan prinsip syariah, serta
pengambilalihan utang dengan akad hawalah atau akad lain yang sesuai dengan prinsip
syariah. Selain itu, mereka melayani usaha kartu debit dan kartu pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah, serta melakukan transaksi surat berharga pihak ketiga dengan akad-akad
yang sesuai dengan prinsip syariah seperti ijarah, musyarakah, mudharabah, murabahah,
kafalah, atau hawalah. Bank Syariah juga terlibat dalam pembelian surat berharga yang
diterbitkan oleh pemerintah atau Bank Indonesia berdasarkan prinsip syariah. Semua
aktivitas ini dilakukan dengan menjaga kesesuaian dengan prinsip syariah dan mematuhi
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Kegiatan Usaha Bank Pembiayaan Syariah
Kagiatan Usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah menurut Undang Undang Pasal 21:
BPRS menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan seperti tabungan, serta
investasi dalam bentuk deposito dan tabungan berdasarkan akad mudharabah atau akad
lain yang sesuai dengan prinsip syariah. Lalu, BPRS menyalurkan dana kepada
masyarakat dalam bentuk pembiayaan, seperti pembiayaan bagi hasil dengan akad
mudharabah atau musyarakah, pembiayaan berdasarkan akad murabahah, salam, atau
istishna, pembiayaan berdasarkan akad gardh, penyewaan barang bergerak atau tidak
bergerak kepada nasabah dengan akad ijarah atau sewa beli dalam bentuk sarah
muntahiya bittamlik, serta melakukan pengambilalihan utang dengan akad hawalah.
Selain itu, BPRS juga memiliki fungsi lain, seperti menempatkan dana pada bank syariah
lain dalam bentuk titipan berdasarkan akad wadi'ah atau investasi berdasarkan akad
mudharabah dan/atau akad lain yang sesuai dengan prinsip syariah. BPRS juga
memindahkan uang untuk kepentingan sendiri dan nasabah melalui rekening bank
pembiayaan rakyat syariah yang ada di bank umum syariah, bank umum konvensional,
dan UUS. BPRS ini dapat melakukan kegiatan usaha lain yang sesuai dengan prinsip
syariah berdasarkan persetujuan dari Bank Indonesia. Semua kegiatan ini dijalankan
dengan mematuhi prinsip-prinsip syariah. (Harahap, Wiroso, & Yusuf, 2010)
b. Jelaskan kegiatan usaha yang dilarang untuk dilakukan oleh bank umum syariah, BPR
Syariah dan Unit Usaha Syariah
Jawaban:
 Kegiatan usaha yang dilarang dilakukan di Bank Umum Syariah
Ada beberapa kegiatan usaha yang tidak boleh dilakukan oleh Bank Umum Syariah,
seperti kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah, BUS juga tidak
diperkenankan untuk melakukan jual beli saham secara langsung di pasar modal.
Kegiatan usaha perasuransian juga tidak diperbolehkan dilakukan oleh BUS, kecuali agen
pemasaran produk asuransi syariah.
 Kegiatan usaha yang dilarang dilakukan di Unit Usaha Syariah
Ada beberapa kegiatan usaha yang tidak boleh dilakukan oleh Unit Usaha Syariah, seperti
kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah, UUS juga tidak diperkenankan
untuk melakukan jual beli saham secara langsung di pasar modal. Kegiatan usaha
perasuransian juga tidak diperbolehkan dilakukan oleh UUS, kecuali agen pemasaran
produk asuransi syariah.
 Kegiatan usaha yang dilarang dilakukan di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Ada beberapa kegiatan usaha yang tidak boleh dilakukan oleh Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah, seperti kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah, BPRS tidak
boleh menerima simpanan berbentuk giro dan tidak boleh melakukan lalu lintas
pembayaran. Kegiatan usaha valuta asing tidak diperbolehkan kecuali kegiatan penukaran
uang asing jika sudah mendapatkan izin dari Bank Indonesia. Kegiatan usaha
perasuransian juga tidak diperbolehkan dilakukan oleh UUS, kecuali agen pemasaran
produk asuransi syariah. Penyertaan modal juga tidak dapat dilakukan kecuali ada
lembaga yang dibentuk untuk membantu masalah likuiditas BPRS. (Harahap, Wiroso, &
Yusuf, 2010)
5. Bank Syariah melaksanakan fungsi yang berbeda dengan bank konvensional
a. Jelaskan dengan rinci dan lengkap fungsi yang dilaksanakan oleh bank syariah.
Jawaban: Bank syariah harus menjalankan fungsi utamanya yaitu menghimpun dana
masyarakat serta menyalurkan dan masyarakat. Bank Syariah boleh menjalankan fungsi
sosialnya dengan menghimpun dana berupa zakat, infaq, sedekah, hibah dan dana sosial
lainnya yang diperuntukkan untuk masyarakat yang membutuhkan, yang mana dana tersebut
akan salurkan serta dikelolah oleh organisasi zakat. Bank Syariah juga bisa menghimpun
dana sosial berupa wakaf yang akan di salurkan kepada pengelolah wakaf yang sudah
dikehendaki oleh pemberi wakaf. (Harahap, Wiroso, & Yusuf, 2010)
b. Jelaskan perbedaan fungsi yang dilaksanakan oleh bank syariah dan bank kovensional
Jawaban:
 Fungsi Manajer Investasi
Bank Syariah: Sebagai manajer investasi, Bank Syariah akan berhati hati dalam
pengelolahan data terutama pada penyaluran dana. Penyaluran dana harus disalurkan di
sektor rill dan tidak melanggar prinsip syariah. Karena keputusan penyaluran ini akan
membawa dampak bagi pemilik modal, Bank Syariah harus berhati hati dalam penyaluran
dana agar memperkecil risiko dari pemilik modal.
Bank Konvensional: Pemilik modal yang menyimpan modal di Bank Konvensional tidak
menanggung risiko atas keputusan Bank Konvensional dalam menyalurkan dana, hal ini
karena deposan (pemilik dana) sudah dijanjikan mendapatkan bunga tetap dari deposito
yang sudah diperjanjikan.
 Fungsi Investor
Bank Syariah: Bank Syariah menggunakan prinsip bagi hasil, besarnya keuntungan bagi
hasil tergantung pada hasil usaha yang diperoleh dari nasabah sebagai pengelolah modal.
Bank Konvensional: Bank Konvensional memakai sistem bunga. Besaran bunga
disepakati dari awal kontrak perjanjian. Jadi apabila nasabah (pengelolah dana) tidak
dapat membayar utang dan bunganya sesuai yang sudah diperhitungkan di awal, maka
kekurangan dari pembayaran akan dicatat sebagai utang nasabah.

 Fungsi Sosial
Bank Syariah: Bank Syariah tidak lepas dari fungsi sosialnya untuk membantu
masyarakat. Bank syariah akan menghimpun dana berupa zakat, yang mana dana tersebut
akan diperuntukkan untuk layanan sosial berupa produk Qardh.
Bank Konvensional: Tidak ada ketentuan khusus di Bank Konvensional mengenai fungsi
sosial. Fungsi sosial ini dilakukan atas kesadaran individu (nasabah) masing masing saja.
(Harahap, Wiroso, & Yusuf, 2010)

Bibliography

HAIDIR, R. P. (2019). Komparasi Kegiatan Usaha Bank Konvensional Dan Bank Syariah. Skripsi.
Harahap, S., Wiroso, & Yusuf, M. (2010). Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta Barat: LPFE Usakti.

Anda mungkin juga menyukai