Anda di halaman 1dari 7

RESUME MATERI

PERTEMUAN 6

BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

Kelompok 4: Monica Verawati Sirait (7203142024)


Xarina Margaretta Sihite (7203142021)

Pengertian Bank Perkreditan Rakyat


Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah lembaga keuangan bank yang hanya menerima simpanan
dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, atau yang lainnya dengan menyalurkan dana sebagai
usaha BPR. Berdasarkan Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang
No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkn prinsip syariah yang dalam kegiatannnya tidak
memberikan jasa dalam dalam lalu lintas pembayaran.
Landasan Hukum BPR
Landasan Hukum BPR adalah UU No.7/1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
UU No.10/1998. Menurut pasal 13 UU Perbankan No. 10 tahun 1998, Bank Perkreditan Rakyat
memiliki suatu kegiatan usaha diantaranya seperti berikut ini :
• Untuk menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang berupa deposito
berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
• Bertugas memberikan kredit.
• Untuk menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah, sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
• Untuk menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah, sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
• Untuk menempatkan dana masyarakat dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),
deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain
Sejarah Perkembangan BPR
Runtutan sejarah panjang BPR dapat diuraikan sebagai berikut:
• Abad ke-19 : Dibentuk Lumbung Desa, Bank Desa, Bank Tani, dan Bank Dagang Desa.
• Pasca kemerdekaan Indonesia : Didirikan Bank Pasar, Bank Karya Produksi Desa (BKPD).
• Awal 1970an : Didirikan Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LDKP) oleh Pemerintah
Daerah.
• Tahun 1988 : Dikeluarkan Paket Kebijakan Oktober 1988 (PAKTO 1988) melalui
Keputusan Presiden RI No. 38 yang menjadi momentum awal pendirian BPR-BPR baru.
Kebijakan tersebut memberikan kejelasan mengenai keberadaan dan kegiatan usaha “Bank
Perkreditan Rakyat” atau BPR yang bertujuan untuk melayani masyarakat golongan mikro,
kecil, dan menengah.
• Tahun 1992 : Dikeluarkan Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan dan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 tahun 1998, sebagai landasan
hukum yang jelas terhadap BPR untuk diakui sebagai salah satu jenis bank selain Bank
Umum. Sejak saat itu di Indonesia mulai dikenal ada 2 lembaga keuangan setara bank yang
diakui, yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat.
• Tahun 2004 : Dikeluarkan Undang-Undang No. 24 tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS), suatu lembaga independen yang berfungsi menjamin simpanan nasabah
di bank yang beroperasional di wilayah hukum Indonesia, termasuk BPR. Sejak saat itu,
tingkat keamanan masyarakat untuk menabungkan atau mendepositokan uangnya di BPR
menjadi sama amannya dengan di Bank Umum selama besaran nilai simpanan dan suku
bunga yang diberikan oleh bank sesuai dengan aturan yang berlaku.
Tujuan BPR
Pendirian BPR memiliki tujuan, yaitu :
• Diarahkan untuk memenuhi kebutuhan jasa pelayanan perbankan bagi masyarakat
pedesaan
• Menunjang pertumbuhan dan modernisasi ekonomi pedesaan sehingga para petani,
nelayan dan para pedagang kecil di desa dapat terhindar dari lintah darat, pengijon dan
pelepas uang
• Melayani kebutuhan modal dengan prosedur pemberian kredit yang mudah dan
sesederhana mungkin sebab yang dilayani adalah orang-orang relatif rendah
pendidikannya
• Ikut serta memobilisasi modal untuk keperluan pembangunan dan turut membantu rakyat
dalam berhemat dan menabung dengan menyediakan tempat yang dekat, aman, dan mudah
untuk menyimpan uang bagi penabung kecil.
Fungsi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Adapun fungsi BPR adalah sebagai berikut :
• Memberi pelayanan perbankan kepada masyarakat yang sulit atau tidak memiliki akses ke
bank umum
• Membantu pemerintah mendidik masyarakat dalam memahami pola nasional agar
ekselarasi pembangunan di sektor pedesaan dapat lebih dipercepat
• Menciptakan pemerataan kesempatan berusaha terutama bagi masyarakat pedesaan
• Mendidik dan mempercepat pemahaman masyarakat terhadap pemanfaatan lembaga
keuangan formal sehingga terhindar dari jeratan rentenir
Sasaran BPR
Melayani kebutuhan petani, peternak, nelayan, pedagang, pengusaha kecil, pega-wai, dan
pensiunan karena sasaran ini belum dapat terjangkau oleh bank umum dan untuk lebih
mewujudkan pemerataan layanan perbankan, pemerataan kesem-patan berusaha, pemerataan
pendapatan, dan agar mereka tidak jatuh ke tangan para pelepas uang (rentenir dan pengijon).

Usaha Yang Di Lakukan BPR


Usaha BPR meliputi usaha untuk menghimpun dan menyalurkan dana dengan tujuan
mendapatkan keuntungan. Keuntungan BPR diperoleh dari spread effect dan pendapatan
bunga. Adapun usaha-usaha BPR adalah : Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu.
1. Memberikan kredit.
2. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.
3. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka,
sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain. SBI adalah sertifikat yang ditawarkan
Bank Indonesia kepada BPR apabila BPR mengalami over liquidity atau kelebihan
likuiditas.
Usaha yang Tidak Boleh Dilakukan BPR
Ada beberapa jenis usaha seperti yang dilakukan bank umum tetapi tidak boleh dilakukan BPR.
Usaha yang tidak boleh dilakukan BPR adalah :
1. Menerima simpanan berupa giro.
2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.
3. Melakukan penyertaan modal dengan prinsip prudent banking dan concern terhadap
layanan kebutuhan masyarakat menengah ke bawah.
4. Melakukan usaha perasuransian. 5. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha
sebagaimana yang dimaksud dalam usaha BPR.
Peran Bank Perkreditan Rakyat
BPR diharapkan dapat menunjang dalam melaksanakan pembangunan nasional. BPR juga
diharapkan mampu berperan aktif dalam peningkatan pemerataan, pertumbuhan ekonomi,
serta stabilitas nasional kea rah peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Realisasi misi dari BPR ialah melayani kebutuhan dari masyarakat umum seperti pedagang,
peternak, petani, nelayan, pengusaha kecil, pehawai dan juga pensiunan. Target dalam
pelayanan di jasa ini masih belum terjangkau pada Bank Umum. Jadi BPR bisa lebih
mewujudkan dalam pemerataan layanan perbankan, kesempatan usaha, pendapatan, dan
masyarakat terhindar dari rentenir.
Perbedaan Bank Umum dan BPR
Bank umum dan BPR memiliki beberapa perbedaan, yaitu:
1. Target Nasabah
Sebagai bank, fungsi BPR sebenarnya masih sama dengan lembaga perbankan umum,
yakni untuk menjadi intermediator atau perantara keuangan yang mengumpulkan dana
masyarakat dan menyalurkannya kembali ke masyarakat– entah dalam bentuk kredit
pinjaman, kredit usaha, atau lainnya. Namun, perbedaan bank umum dan BPR terletak
pada cakupan operasionalnya. Fungsi BPR lebih diutamakan sebagai institusi keuangan
mikro, sehingga identik sebagai bank yang melayani pengusaha mikro, kecil, dan
menengah.
2. Jangkauan Wilayah
Karena berfokus untuk melayani area mikro, maka BPR lebih banyak ditemui di
kabupaten hingga pelosok kecamatan. Peran BPR sangat penting dalam melayani
transaksi perbankan dalam kehidupan masyarakat, terutama di wilayah-wilayah yang
selama ini belum terjangkau secara maksimal oleh bank umum. Sementara itu, bank
umum lebih banyak ditemui di kota-kota besar, atau bahkan beberapa diantaranya telah
memiliki jaringan internasional.
3. Jenis Kegiatan Usaha
Perbedaan bank umum dan BPR selanjutnya terletak pada cakupan kegiatan usaha.
Karena tidak membebankan biaya jasa dalam memfasilitasi transaksi pembayaran
nasabah, otomatis kegiatan usaha BPR tidak seluas bank umum. BPR juga tidak
diperbolehkan untuk menerima simpanan giro, melakukan jual-beli valuta asing
(valas), menjalankan penyertaan modal dengan prinsip prudent banking, serta
menawarkan produk asuransi. Sesuai namanya, fokus utama dari Bank Perkreditan
Rakyat adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali
dengan tujuan memperoleh keuntungan melalui spread effect dan bunga. Karena itu,
produk BPR banyak berkisar di simpanan, berupa deposito berjangka, tabungan,
penempatan dana Sertifikat Bank Indonesia, hingga sertifikat deposito.
4. Syarat dan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat
Adapun persyaratan dan ketentuan yang harus dipatuhi oleh BPR yaitu:
• Tidak boleh menerima dana dari masyarakat yang disimpan dalam bentuk simpanan giro
• Tidak boleh mengikuti kegiatan jasa lalu lintas pembayaran atau kliring
• Tidak boleh melakukan kegiatan usaha perdagangan valuta asing
• Tidak boleh melakukan kegiatan usaha perasuransian
• Tidak boleh melakukan kegiatan usaha diluar kegiatan usaha yang telah ditetapkan dalam
undang-undang.
Jenis-jenis BPR
Data OJK pada bulan Agustus 2021 menyebutkan bahwa setidaknya terdapat 1.484 BPR yang
tersebar di seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, ada beberapa kategori jenis BPR yang
penting untuk diketahui:
1. Berdasarkan Kepemilikan
Jenis BPR berdasarkan kepemilikannya dapat dibagi menjadi dua, yaitu BPR yang dimiliki
oleh Pemerintah (biasanya Pemerintah Daerah Tingkat II, seperti Kabupaten dan
Kotamadya); serta BPR yang dimiliki oleh pihak swasta.
2. Berdasarkan Pengelolaan
Sama seperti bank umum, pengelolaan BPR terbagi menjadi dua, yaitu BPR konvensional
(BPR) dan BPR yang menjalankan proses perbankan syariah (BPRS).
3. Berdasarkan Jenis Usaha
Jenis BPR bisa dibagi menjadi tiga berdasarkan fokus usahanya. Pertama adalah BPR Badan
Kredit Desa (BKD), yang beroperasi di wilayah pedesaan. Bank Desa dan Lumbung Desa
adalah contoh dari jenis BPR BKD. Yang kedua adalah BPR Bukan Badan Kredit Desa, seperti
Bank Pasar, Bank Karya Produksi Desa (BKPD), dan Bank Pegawai. Jenis BPR ketiga adalah
Lembaga Dana dan Kredit Pedesaan (LDKP), yang bisa berupa perusahaan daerah (PD),
koperasi, perseroan terbatas (PT), dan bentuk lainnya yang ditetapkan dengan peraturan
pemerintah.
Produk BPR
1. Tabungan BPR
Berbeda dari bank umum, ketika nasabah memutuskan untuk mulai menabung di BPR,
tidak ada biaya administrasi apapun yang dikenakan. Biaya setoran awal yang dibutuhkan
pun terbilang kecil, yakni minimal Rp10.000–Rp100.000. Nasabah bisa mencairkan dana
tabungan kapan saja, kecuali jika uang disimpan dalam tabungan berjangka. Lebih jauh,
produk BPR yang satu ini juga memiliki suku bunga tabungan di kisaran 2-6% per bulan.
Sementara di BPR Syariah, biasanya berlaku sistem bagi hasil 75:25 atau jika dikonversi
ke suku bunga berkisar di angka 5%.
2. Deposito BPR
Deposito BPR memiliki bunga yang kurang lebih sama dengan yang ditawarkan bank
umum, dengan mengikuti perkembangan terbaru dari Bank Indonesia. Skema
penyimpanan produk BPR yang satu ini tersedia di jangka waktu 1, 3, 6, dan 12 bulan.
Namun, jika sewaktu-waktu membutuhkan, nasabah juga tetap bisa menarik depositonya
kapan saja tanpa dikenakan penalti.
3. Kredit Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Salah satu produk BPR yang paling populer adalah kredit atau pinjaman. Pilihan kredit di
BPR memang cukup terbatas, tidak seperti di bank umum yang bisa memfasilitasi pinjaman
sektor konsumtif. Secara umum, fasilitas kredit yang ditawarkan BPR adalah kredit usaha,
kepemilikan rumah, usaha kecil, kepemilikan tanah, dan kredit multiguna. Untuk
mengajukan kredit BPR, maka nasabah perlu memenuhi persyaratan yang berlaku, seperti
minimal penghasilan, jumlah karyawan, kepemilikan tempat usaha dan rumah tinggal, dan
sebagainya.
4. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. BPR
diperbolehkan untuk menghimpun dana nasabah dan menempatkan dananya dalam bentuk
SBI. SBI juga merupakan sertifikat yang ditawarkan Bank Indonesia kepada BPR apabila
BPR mengalami over liquidity atau kelebihan likuiditas
Kelebihan Bank Perkreditan Rakyat
1. Persyaratan Jaminan Tidak Sulit
Dalam Bank Perkreditan Rakyat, jaminan bukan merupakan syarat utama dalam
mempertimbangan pemberian kredit. Pada pinjaman BPR, yang menjadi pertimbangkan
utama dalam menyetujui pinjaman ialah prospek usaha dengan jangka panjang atau
seberapa besar kemungkinan bisnis kamu sukses. Maka, jaminan yang diagunkan tidak
harus secara likuid dan mudah dijual. Kelebihan ini bisa menjadi manfaat bagi kamu yang
ingin meminjam uang tetapi tidak mempunyai aset berharga yang likuid seperti kendaraan
bermotor atau rumah.
2. Mengutamakan Unsur Kepercayaan
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ini bukanlah sebuah lembaga keuangan yang
memprioritaskan keuntungan atau profit. Hal yang menjadi utama dari BPR ialah unsur
saling percaya. Unsur kepercayaan pun diterapkan pada saat BPR memberikan produk
pinjaman pada nasabah.Kelebihan ini bermanfaat karena kamu bisa memperoleh jumlah
pinjaman yang lebih besar pada pinjaman berikutnya selama kamu telah memiliki reputasi
baik.
3. Memiliki Sistem Pemasaran yang Baik
Dengan visinya untuk membantu pengembangan usaha mikro dan kecil menengah
(UMKM) dari unsur modal, BPR selalu berusaha untuk menjangkau UMKM yang berada
di pedesaan atau wilayah terpenci,dengan tujuan menjangkau para nasabah atau calon
debitur yang merupakan pelaku usaha mikro dan kecil menengah (UMKM) tersebut.
4. Pencairan Dana Cepat dan Mudah
Karena tujuannya adalah untuk menolong pemodalan usaha mikro dan kecil menengah
(UMKM), maka pencairan dananya dipercepat yaitu hanya sekitar 2 hingga 3 hari kerja.
Setelah semua persyaratan dilengkapi dan terpenuhi, maka pihak BPR akan langsung
mengecek dan juga menganalisis data. Jika data sudah memadai, survei lapangan segera
dijalankan untuk melihat usaha yang sedang dijalani oleh calon debitur atau peminjam
secara langsung
Kekurangan BPR
1. Tidak Memiliki ATM, Kartu Kredit, dan e-Banking
Salah satu kekurangan BPR dibandingkan bank umum adalah keterbatasan fasilitas
keuangan yang tersedia. Misalnya saja, walaupun bisa menabung di BPR, namun BPR
tidak memiliki mesin ATM, kartu kredit, atau aplikasi tersendiri untuk pengambilan uang
sewaktu-waktu atau transaksi online. Hal ini tentu bisa membuat nasabah harus bolak-balik
ke kantor BPR ketika sedang butuh melakukan transaksi keuangan.
2. Keterbatasan Jaringan dan Layanan
Berfokus di kabupaten dan kotamadya, daerah cakupan BPR sangat terbatas, bahkan hanya
sedikit yang sampai memiliki cabang ke kota-kota lain. Karena itu, kekurangan BPR yang
satu ini bisa menghambat nasabah ketika membutuhkan penarikan tabungan sewaktu-
waktu dari luar daerah.
Lebih jauh, kebutuhan perbankan adalah salah satu yang paling esensial dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat Indonesia. Baik itu untuk menabung, melakukan pembayaran,
hingga membayar cicilan, nasabah tentunya ingin memiliki rekening tabungan dengan
fasilitas dan layanan lengkap, sehingga bisa lebih praktis mengelola keuangannya. Ketika
nasabah BPR mulai membutuhkan layanan lain, maka ada kemungkinan besar mereka akan
beralih ke bank umum karena BPR tidak menyediakan layanan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai