ekonominya pun ikut berkembang. Olehkarena itu hal ini perlu ditanggapi dengan
Islam. Dunia perbankan Islam saat ini mulai maju, dengan diperluasnya lembaga, produk dan
inovasi yang tetap memenuhi peraturan perundang-undangan. Salah satu lembaga keuangan
syariah.
Bank perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) adalah salah satu jenis bank Syariah yang
ada di Indonesia, yangmana dalam menjalankan kegiatannyya BPRS tetap dibawah peraturan
Undang-Undang yang ditetapkan pemerrintah dan diawasi oleh dewan pengawas syariah
(DPS). Dalam skala dan operasionalnya BPRS lebih sempit dibandingkan bang umum
syariah. Oleh karena itu terdapat undang-undang tersendiri yang mengatur beroperasinya
BPRS.
Secara umum bank perkreditan rakyat (BPR) memiliki tujuan untuk membantu
pergerakan ekonomi masyarakat dalam skala tertentu, misalnya kecamatan dimana BPR ini
didirikan. Oleh karena itu BPR mengemban amanat pemerintah untuk ikut serta dalam
usahanya (BPR) diatur oleh pemerintah dengan penetapan keputusan presiden tahun1998
antara lain:
1. Menghimpun dana dari mayarakat dalam bentuk simpanan berupa depositu berjangka,
tabungan dan atau jenis lain yang memiliki kesamaan dengan itu.
2. Menyalurkan kredit.
3. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah dengan menarik bagi hasil sesuai dengan
4. Menempatkan dana nya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), depositi
1. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalulintas pembayaran.
5. Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha yang telah disebutkan sebagai usaha-
Sedangkan Bank perkreditan rakyat syariah (BPRS) adalah salah satu lembaga
undang pemerintah), sebagai lembaga Keuangan Islam, BPRS juga harus paruh terhadap
Bank perkreditan rakyat (BPRS) dalam sejarahnya tidak terlepas dari sejarah
berdirinya bank umum syariah. Dalam usman (2007) dijelaskan bagaimana sejarah perbankan
di Indonesia sampai lahirnya bank umum Syariah, yang disertai lahirnya BPRS. Perbankan
indonesia mulanya belum mengenal sistim bagi hasil yang mana sistim yang digunakan
adalah sistim bunga. Industri perbankan pada masa orde baru (1980an) mengalami stagnansi,
dimana sukubunga sangat dintervensi dan bergantung pada liquiditas Bank Indonesia. Hal ini
keputusan presiden yang dituangkan dalam keputusan mentri keuangan tahun 1988 (seperti
yang ditulis diatas). Keputusan presiden tersebut terkait bank desa, lumbung desa bank
pegawai dan bank-bank lainnya yang diwakili dengan diakuinya BPR, termasuk memicu
Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama islam sangat sesuai
jika penerapan instrumen perbankan dengan bagi hasil, akan tetapai pada masa itu (orde baru)
industri perbankan belum menerapkan sistim bagi hasil. Hal ini karena ada beberapa faktor
yang menyebabkan hal tersebut terjadi, termasuk banyaknya perbankan asing yang
nomor 7 tahun 1992 terkait penerapan sistim bagi hasil, dalam undang-undang ini mencakup
bank perkreditan rakyat yang melakukan usaha semata-mata berdasarkan prinsip bagi
hasil.”
Prinsip agi hasil diatas menunjukan bahwa bagi hasil sesuai dengan yangdi maksud dalam
bagi hasil secara syariat Islam. Undang-undang inilah yang kemudian memicu tumbuhnya
lembaga perbankan baik bank umum syariah maupun bank perlreditan rakyat syariah.
1998 tentang perbankan, bahwa penggunaan nama bank berdasarkan peinsip bagi hasil dapat
diganti dengan bank berdasarkan prinsip syariah, syariah disini tentu saja syariah Islam.
Undang-undang inilah yang kemudian munculkan nama bank umum syariah dan bank
bank umum syaria yaitu bank muamalah dan 78 BPRS. Diantara BPRS yang pertama kali
berdiri adalah BPR Dana Mardhatillah, Kecamatan Padalarang, Bandung, PT. BPR Amanah
daerah lain. Secara umum berdirinya lembaga-lembaga keuangan Islam (termasuk BPRS)
selain sebagai peluang ekonomi, juga sebagai perkembangan dari sistem lembaga keuangan
yang dulu hanya mengenal sistem bunga, sekarang menjadi mengenal sistimbangihasil, yang
mana sebenarnya jika sistim bagi hasil dijalankan dengan sebenarnya (bukan hanya sekedar
nama) maka akan sangat mebantu menggerakkan roda perekonomian daerah khususnya dan
Setiap lembaga yang didirikan oleh perseorangan maupun kelompok, pasti memiliki
tujuan atau visi dan misi yang ingin dicapai. Begitu juga dengan BPRS sebagai lembaga
perbankan yang bebrbadan hukum pasti juga memiliki tujuan yang ingin dicapai dalam
operasinya. Adapun disini akan kita bahas tujuan dari berdirinya BPRS dan apasajakah
manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat khusunya dan perekonomian negara pada
umumnya.
Pada dasarnya BPRS memiliki misi yang diemban dalam kaitannya memajukan
2. Menciptakan lapanga kerja, terutama diwilayah kecamatan, hal ini lah yang
masyarakat desa yang pindah kekota adalah untuk mencari pekerjaan, oleh karena
kuat, begitu juga denga tingkat kriminalitas akan semakin rendah, jika kesejah
bergairahnya sektor riel. Kemajuan sektor riel yang dalam hal ini bisa dicontohkan
hal ini akan meningkatkan konsumsi masyarakat, yang pada akhirnya PDRBpun
Dari fungsi dan Tujuan BPRS seperti yang dijelaskan diatas, dapat kita lihat bahwa
BPRS memiliki tanggung jawab sosial ekonomi untuk membangun perekonomian Indonesia.
Meskipun seperti yang kita ketahui, bahwa BPRS juga memiliki tujuan pribadi sebagai
lembaga yang bergerak di industri keuangan, yang tentunya juga mencari keuntungan lewat
Sebagai lembaga keuangan yang berbadan hukum tentunya BPRS terikat pada
peraturan peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh pemerintah, yang dalam hal ini
yaitu Bank Indonesia. Oleh karena itu untuk mendirikan BPRS terdapat syarat-syarat tertentu
yang harus dipenuhi oleh pihak (baik individu maupun kelompok) yang ingin mendirikan
BPRS.
Adapun sebelumnya pihak yang mendirikan BPR harus memnuhi syarat-syarat yang
negara Indonesia.
dimiliki. Dalam Usman (2009) berdasarkan keputusan direksi bank Indonesia tahun 1999
bersumber dari modal bersih badan hukum itu sendiri. Perhitungan ini dapat
Modal yang digunakan untuk mendirikan BPRS bukan dari pembiayaan badan
Permodalan bukan bersumber dari hasil kegiatan yang melanggar hukum atau
Setelah kriteria pihak yang ingin mendirikan dan sumber modal terpenuhi, selanjutnya
yaitu syarat besaran minimum modal yang harus dimiliki untuk mendirikan BPRS. Adapun
BI sendiri telah menentukan dalam peraturan bank indonesia dan mengkalsifikasikan terkait
permodalan BPRS. Sesuai peraturan nomor 8/25/PBI 2006 menentukan bahwa modal disetor
sekurang-kurangnya sebesar:
1. RP 2.000.000.000,00 untuk BPRS yang didirikan di wilayah Daerah Khusus Ibukota
3. RP 500.000.000,00 untuk BPRS yang didirikan selain daerah yang disebutkan diatas.
Setelah semua syarat terpenuhi, barulah pengajuan pendirian BPRS dapat diajuakn kepada
Bank Indonesia. Untuk pembukaan kantor dibawah kantor canbang tanpa mendapatkan harus
Sebagai badan hukum BPRS berbentuk sebagaimana bank umum syariah. Dalam
ketetapan yang diten tukan oleh Bnak Indonesia BPRS sebagai badan hukum bisa berbentuk
perseroan terbatas, koperasi, dan perusahaan daerah (Usman, 2009: 58). Jika dilihat dari
kriteria bagaimana BPRS dibentuk, maka dapat diketahui bagaimana kepemilikian BPRS
tersebut.
bank-bank syariah lainnya. Dalam Usman (2009) dijelaskan bahwa pengawasan terhadap
1. Pengawasan umum
Pengawasan umum pada BPRS adalah pengawasa oleh bank sentral yang mana
pengawasan pada lembaga keuanagan bank syariah lain dan bank konvensional
yang ada di Indonesia. Pengawasan internal ini dilakukan sebagaimana yang telah
ditetap kan oleh Bank Indonesia pada pasal 50 undang-undang no 21 tahun 2008,
yang berisi “Pembinaan dan pengawasan Bank Syariah dan UUS dilakukan oleh
Bank Indonesia”. Disamping itu pengawasan internal ini juga dilakukan oleh
2. Pengwasan khusus
Pengawasan khusus pada BPRS ialah pengawasan terkait aspek syariah, atau
dilakukan oleh Dewan Syariah Nasioanal (DSN) dan Dewan Pengawas Syariah
(DPS). DSN adalah dewan pengawas yang dibentuk oleh Majelis Ulama
dalam operasinya, sedangkan DPS adalah dewan pengawas yang dibentuk DSN,
yang wajib dimiliki oleh masing-masing bank yang mana berkedudukan di kantor
pusat bank yang bersangkutan. Fungsi adanya DPS dimasing-masing bank adalah
kembali pada masyarakat dalam bentuk produk-produk perbankan. Adapun ketentuan tentand
produk apa saja yang boleh diopersaikan oleh BPRS telah dibahas pada sub bab sebelumnya.
Yang menjadi penekanan disi adalah segala opersaional BPRS tidak boleh melanggar
undang-undang yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia dan UUS atau fatwa datwa DSN
MUI.
Bank Indonesia
DSN MUI
OJK DPS
komisaris opeasiona
BPRS
nasabah kreditur
Profit share Profit share
produk penghimpunan dana dari masyarakat (mengelola dana) maupun produk penyaluran
dana untuk masyarakat. Yang membedakan BPRS dengan bank-bank umum (syariah) adalah
skala jangkauan BPRS adalah masyarakat yang ada pada wilayah dimana BPRS tersebut
berdii, dan terdapat bebrapa pruduk bank umum yang tidak boleh dikerjakan atau dikeluarkan
oleh BPRS.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, terdapat beberapa larangan produk-produk
bank umum yang tidak boleh di operasikan oleh BPRS, prosuk-produk tersebut antara lain;
menerima simpanan giro, melakukan kegiatan usaha yang berhubungan dengan valuta asing,
usaha selain kegiatan yang telah ditentukan oleh otoriatas jasa keuangan.
BPRS sebagai salah satu lembaga keuangan islam dalam mengeluarkan produk-
produk perbankannya, tentu saja harus menggunakan akad-akad yang sesuai dengan akad-
akad Islam, dan dalam pengambilan keuntungan harus berdasarkan asas bagi hasil (profit
sharing) dan ujroh (upah). Dalam Heri (2003) dijelaskan bahwa produk-produk perbankan
yang dapat dikeluarkan BPRS terbagi menjadi 2, yaitu produk pengeloalaan dan produk
1. Produk pengelolaan
- Simpanan amanah
Dalam menghimpun dana BPRS juga menerima zakat infaq dan sodaqoh
- Tabungan wadiah
Simpanan wadiah ialah penghimpunan modal oleh BPRS yang diterima dari
nasabah dengan akad wadiah. Akad wadiah disini adalah menggunakan dasar
penghimpunan dana atas dasar titipan tanpa resiko, nasabah ,mendapatkan bagi
hasil tertentu atas penyaliran dananya yang dikelola oleh BPRS untuk produk
pembiayannya. Pembagian profit share ini dibagian setiap bulan atas jumalah
BPRS juga investasi yang berupa deposito dari nasabah. Akad yang digunaka
dalam deposito BPRS bisa wadiah bisa juga Mudlorobah. Jika menggunakan akad
wadiah keuntungan dari bagi hasil yang diperoleh BPRS lebih kecil dibandingka
berjangka satu, tiga, enam bulan atau juga bisa satu tahun, dimana bank
2. Produk penyaluran
- Pembiayaan mudhorobah
- Pembiayaan musyarakah
- Pembiayaan murabahah
Dalam menjalankan produk-produk perbankan tersebut BPRS harus tetap patuh pada
peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia dan DSN MUI.
Meskipun dalam praktiknya terdapat berbagai macam kendala, BPRS mempunyai strategi-
strategi yang dilakukan untuk membuat produknya tetap diminati oleh masyarakat. Diantara
salah satu usaha BPRS dalam memasarkan produknya ialah langsung terjun kelapanga untuk