Anda di halaman 1dari 11

BANK PEREDITAN RAKYAT SYARIAH ( BPRS )

( Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bank dan Lembaga Keuangan
Syariah)

Dosen Pengampu : Fatih Fuandi,S.E.I., M.S.I.

Disusun Oleh :

Aldo Pratama Digantara ( 1951040226 )

Anggun Fadila ( 1951040235 )

Yuria Meliyantika ( 1951040207 )

Zulfani Azizah ( 1951040210 )

Semester/Kelas: 4/C

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. Yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Bank Umum Syariah”. Sebagai mata kuliah Bank dan
Lembaga Keuangan Syariah.

Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan dalam makalah


ini karena itu, kami sangat mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca
untuk melengkapi segala kekurangan dan kesalahan makalah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu selama
proses penyusunan makalah ini.

Bandar Lampung, 31 Maret 2021

Tim Penyusun,

i
DAFTAR ISI

COVER...............................................................................................................1

KATA PENGANTAR.......................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................1

B. Rumusan Masalah....................................................................................2

C. Tujuan......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian dan landasan hokum BPR........................................................3

B. tujuan dan fungsi BPR................................................................................4

C. pengembangan BPR dan BPR Syariah......................................................5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPR-Syariah) adalah salah satu lembaga keuangan
perbankan syariah, yang pola operasionalnya mengikuti prinsip–prinsip syariah ataupun
muamalah islam.
Istilah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dikenalkan pertama kali oleh Bank Rakyat
Indonesia (BRI) pada akhir tahun 1977, ketika BRI mulai menjalankan tugasnya sebagai
Bank pembina lumbung desa, bank pasar, bank desa, bank pegawai dan bank- bank
sejenis lainnya. Pada masa pembinaan yang dilakukan oleh BRI, seluruh bank tersebut
diberi nama Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pertama kali diakui sebagai bagian dari Paket
Kebijakan Keuangan, Moneter, dan perbankan. Secara historis, BPR adalah penjelmaan
dari beberapa lembaga keuangan, seperti Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank
Pegawai Lumbung Pilih Nagari (LPN), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Badan Kredit
Desa (BKD), Badan Kredit Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK),
Lembaga perkreditan Kecamatan (LPK), Bank Karya Desa (BKPD) dan atau lembaga
lainnya yang dapat disamakan dengan itu.
Dalam perkembangan selanjutnya perkembangan BPR yang tumbuh semakin banyak
dengan menggunakan prosedur-prosedur Hukum Islam sebagai dasar pelaksanaannya
serta diberi nama BPR Syariah. BPR Syariah yang pertama kali berdiri adalah PT. BPR
Dana Mardhatillah, kec. Margahayu, Bandung, PT. BPR Berkah Amal Sejahtera, kec.
Padalarang, Bandung dan PT. BPR Amanah Rabbaniyah, kec. Banjaran, Bandung. Pada
tanggal 8 Oktober 1990, ketiga BPR Syariah tersebut telah mendapat ijin prinsip dari
Menteri Keuangan RI dan mulai beroperasi pada tanggal 19 Agustus 1991.

1
Selain itu, latar belakang didirikannya BPR Syariah adalah sebagai langkah aktif
dalam rangka restrukturasi perekonomian Indonesia yang dituangkan dalam berbagai
paket kebijakan keuangan, moneter, dan perbankan secara umum.
Dengan adanya perkembangan teknologi berbasis mobile yang sangat pesat
menyebabkan banyak suatu instansi yang memanfaatkan smartphone dan koneksi
internet sebagai fasilitas instansi tersebut, salah satunya yaitu pembuatan aplikasi Mobile
Banking pada Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS).Mobile Banking ini diharapkan
dapat memberikan fasilitas dan kepuasan tersendiri bagi penggunanya (user).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian BPR dan Landasan Hukum ?
2. Apa Tujuan dan Fungsi BPR ?
3. Apa Perkembangan BPR dan BPR Syariah ?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa pengertian BPR dan Landasan Hukum
2. Mengetahui Tujuan dan Fungsi BPR
3. Mengetahui Perkembangan BPR dan BPR syariah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian BPR dan Landasan Hukum


1. Pengertian Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah
Sebelum lahirnya BPR Syari’ah di Indonesia, masyarakat terlebih
dahulu mengenal adanya Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Menurut UU No.
21 Tahun 2008 disebutkan bahwa BPR adalah bank konvensional yang
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Dimana BPR konvensional masih menerapkan sistem bunga dalam
operasionalnya. Maka dari itu, harus dibedakan antara BPR Konvensional
dan BPR Syari’ah
Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah (BPRS) adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prisnsip Syari’ah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bentuk
hukumnya dapat berupa : Perseroan Terbatas/PT, Koperasi atau Perusahaan
Daerah (Pasal 2 PBI No. 6/17/PBI/2004). Undang-undang Nomor 21 Tahun
2008 menyebutkan Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS) yaitu Bank
Syari’ah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.Yang perlu diperhatikan dari ketentuan diatas adalah
kepanjangan dari BPR Syari’ah yang berupa Bank Perkreditan Syari’ah. Ini
berarti semua peraturan perundangan-undangan yang menyebut BPR Syari’ah
dengan Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah harus dibaca dengan
Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS).
Undang-Undang (UU) Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Bank Syari’ah
telah mengatur secara khusus eksistensi Bank Syari’ah di Indonesia.
Undang-Undang tersebut melengkapi dan menyempurnakan UU No. 7
Tahun 1992 Tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No.
10 Tahun 1998 yang belum spesifik sehingga perlu diatur khusus dalam
Undang-Undang tersendiri. Menurut Pasal 18 UU No. 21 Tahun 2008, Bank
Syari’ah terdiri atas Bank Umum Syari’ah dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syari’ah.

3
Pasal 1 UU No. 21 Tahun 2008 tentang Ketentuan Umum disebutkan
pengertian dari Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS) adalah Bank
Syari’ah yang dalam kegiatanya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.1

B. Tujuan dan Fungsi BPR


Adapun fungsi BPR adalah sebagai berikut :2
1. Memberi pelayanan perbankan kepada masyarakat yang sulit atau tidak memiliki
akses ke bank umum
2. Membantu pemerintah mendidik masyarakat dalam memahami pola nasional agar
ekselarasi pembangunan di sektor pedesaan dapat lebih dipercepat
3. Menciptakan pemerataan kesempatan berusaha terutama bagi masyarakat
pedesaan
4. Mendidik dan mempercepat pemahaman masyarakat terhadap pemanfaatan
lembaga keuangan formal sehingga terhindar dari jeratan rentenir

Tujuan utama BPR adalah

memberikan pelayanan kepada usaha mikro kecil dan menengah serta masyarakat
sekitar. Bentuk hukum Bank Perkreditan Rakyat adalah Perseroan Terbatas, Koperasi
atau Perusahaan Daerah. Ternyata dengan adanya BPR memberikan dampak positif
dalam perkembangan perekonomian Indonesia, khususnya pada kegiatan usaha kecil
mikro, sedang dan menengah. BPR berperan dalam pemberian kredit bagi usaha kecil
dan menengan sehingga dapat membantu menciptakan lapangan pekerjaan,
pemerataan pendapatan dan pemerataan kesempatan berusaha di Indonesia

1
Zubairi Hasan, Undang-Undang Perbankan Syari’ah Titik Temu Hukum Islam dan Hukum Nasional, Jakarta: PT
Rajagrafindo persada, 2009, h. 7.
2
Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syari’ah Suatu Kajian Teoritis Praktis, Bandung: CV Pustaka Setia, 2012,
h. 200.

4
C. Pengembangan BPR dan BPR Sayriah
1. Tinjauan dan Karakteristik BPR Syari’ah
Ada beberapa tujuan yang dikehendaki dari pendirian BPR Syari’ah di dalam
perekonomian, yaitu sebagai berikut:
a. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam, terutama masyarakat golongan
ekonomi lemah yang pada umumnya berada di daerah pedesaan.
b. Menambah lapangan kerja, terutama ditingkat kecamatan sehingga dapat
mengurangi arus urbanisasi.
c. Membina semangat ukhuwah islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka
meningkatkan pendapatan perkapita menuju kualitas hidup yang memadai.
d. Untuk mempercepat perputaran aktivitas perekonomian karena sektor real akan
bergairah.

Dalam aktivitas operasional perbankannya berdasarkan UU No. 21 Tahun 2008, Bank


Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS) dilarang:

a. Melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip Syari’ah.


b. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran.
c. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing, kecuali penukaran uang asing
dengan izin Bank Indonesia.
d. Melakukan kegiatan usaha perasuransian, kecuali sebagai agen pemasaran
produk asuransi Syari’ah.
e. Melakukan penyertaan modal, kecuali pada lembaga yang dibentuk untuk
menanggulangi kesulitan likuiditas Bank Pemiayaan Rakyat Syari’ah.
f. Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha yang telah diatur dalam Undang-
Undang.

2. Kegiatan Usaha BPR Syari’ah


Adapun kegiatan usaha dari BPR Syari’ah intinya hampir sama dengan kegiatan dari
Bank Umum Syari’ah, yaitu berupa penghimpunan dana, penyaluran dana, dan
kegiatan di bidang jasa. Yang membedakannya adalah bahwa BPR Syari’ah tidak
diperkenankan memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, misalnya ikut dalam
kegiatan kliring, inkaso, dan menertibkan giro. Kegiatan usaha yang dapat dilakukan

5
oleh BPR Syari’ah versi Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syari’ah diatur dalam Pasal 21, yaitu bahwa kegiatan usaha Bank Pembiayaan Rakyat
Syari’ah meliputi :3
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk:
1. Simpanan berupa tabungan atau yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan
prinsip Syari’ah; dan
2. Investasi berupa deposito atau tabungan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah atau akad lain
yang tidak bertentangan dengan prinsip Syari’ah.
b. Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk:
1. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah atau
musyarakah.
2. Pembiayaan berdasarkan akad murabahah, salam, atau istishna’.
3. Pembiayaan berdasarkan akad qardh.
4. Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada
nasabah berdasarkan akad ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah
muntahiya bittamlik; dan
5. Pengambilalihan utang berdasarkan akad hawalah.
c. Menempatkan dana pada Bank Syari’ah lain dalam bentuk titipan berdasarkan
akad wadi’ah atau investasi berdasarkan akad mudharabah dan atau akad lain
yang tidak bertentangan dengan prinsip Syari’ah.

d. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk


kepentingan nasabah melalui rekening Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah
yang ada di Bank Umum Syari’ah , Bank Umum Konvensional dan UUS.4

3
Khotibul Umam, S.H.,LL.M. Ibid, h. 55.
4
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani, 2011, h. 160 .

6
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pengertian Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah Sebelum lahirnya BPR Syari’ah


di Indonesia, masyarakat terlebih dahulu mengenal adanya Bank Perkreditan
Rakyat (BPR). Menurut UU No.21 Tahun 2008 disebutkan bahwa BPR adalah
bank konvensional yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran. Dimana BPR konvensional masih menerapkan sistem bunga
dalam operasionalnya. Maka dari itu, harus dibedakan antara BPR Konvensional
dan BPR Syari’ah. Perbedaan Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS) dengan
Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Kegiatan usaha BPR Syari’ah secara teknis operasional berkaitan dengan


produk-produknya mendasarkan pada Pasal 2 dan Pasal 3 PBI No. 9/19/PBI/2007
tentang pelaksanaan prinsip Syari’ah dalam kegiatan penghimpunan dana dan
penyaluran dana serta pelayanan jasa Bank Syari’ah sebagaimana telah diubah
dengan PBI No. 10/16/PBI/2008. Lebih teknis lagi mengacu SEBI No.
10/14/DPbS Jakarta, 17 Maret 2008 perihal pelaksanaan prinsip dalam kegiatan
penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa Bank Syari’ah.
Perlu ditekankan disini bahwa setiap pihak dilarang melakukan kegiatan
penghimpunan dana dalam bentuk simpanan atau investasi berdasarkan prinsip
Syari’ah tanpa izin terlebih dahulu dari Bank Indonesia, kecuali diatur dalam
undang-undang lain. Dengan demikian untuk dapat melakukan kegiatan-kegiatan
sebagaimana dimaksud di atas secara a contrario dapat ditafsirkan harus ada izin
terlebih dahulu dari Bank Indonesi

DAFTAR PUSTAKA

7
Zubairi Hasan, Undang-Undang Perbankan Syari’ah Titik Temu Hukum Islam dan
Hukum Nasional, Jakarta: PT Rajagrafindo persada, 2009, h. 7.

Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syari’ah Suatu Kajian Teoritis Praktis,
Bandung: CV Pustaka Setia, 2012, h. 200.

Khotibul Umam, S.H.,LL.M. Ibid, h. 55.

Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema
Insani, 2011, h. 160 .

Anda mungkin juga menyukai