Disusun oleh :
1. Dela Puspita
2. Tiara Nurdiniyah
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Bank Perkreditan Rakyat dan Bank
Syari’ah ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada Mata
Kuliah Bank dan Lembaga Keuangan lainnya. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang sejarah perbankan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Fitri, selaku dosen pada mata kuliah Bank dan
Lembaga Keuangan Lainnyayang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambahpengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan.........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Bank Perkreditan Rakyat .......................................................................3
2.1.1 Sejarah Bank Perkreditan Rakyat................................................3
2.1.2 Pengertian Bank Perkreditan Rakyat...........................................4
2.1.3 Fungsi Bank Perkreditan Rakyat.................................................5
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini adalah sebagai
berikut:
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dipersamakan dengan itu dapat diberikan status sebagai BPR dengan memenuhi
persyaratan dan tata cara yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah (PP).
4
Kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum
karena BPR dilarang menerima simpanan giro, kegiatan valas, dan perasuransian.
Jenis BPR yang terdapat di desa adalah BPR mencakup lumbung desa dan
bank desa. Pada dasarnya, BPR bukanlah badan kredit desa seperti halnya LDKP,
bank pasar, BKPD, atau bank pegawai.
Adapun jenis BPR yang termasuk ke LDKP ini adalah perusahaan daerah,
koperasi, PT dan beberapa jenis BPR lainnya. Tentunya, BPR yang berada di desa ini
mampu menyediakan layanan perbankan untuk masyarakat desa.
Saat ini, masih banyak sekali masyarakat yang awam tentang fungsi dan juga tugas
utama BPR. Terlebih lagi untuk mereka yang tinggal desa, mereka masih ragu untuk
menyimpan uangnya di bank. Sehingga, kebanyakan dari mereka lebih memilih
untuk menyimpannya di rumah saja.
Oleh karena itu, salah satu fungsi dari BPR adalah memberikan edukasi mendasar
pada masyarakat terkait sistem perbankan.
Di zaman yang serba digital seperti saat ini, banyak anak muda yang mempunyai ide
bisnis yang unik dan baru. Ketika ide ini perlu diwujudkan, tentunya mereka
memerlukan modal keuangan yang cukup. Oleh karena itulah BPR hadir
5
Terlebih lagi, berbagai ide bisnis yang unik ini tidak hanya berasal dari masyarakat
perkotaan saja, tapi bisa juga pada remaja yang tinggal di pedesaan. Fungsi
selanjutnya dari BPR ini adalah menciptakan kesempatan bagi seluruh masyarakat
untuk membuka usaha.
BPR memang lebih banyak di bangun di desa. Untuk itu, fungsi lain dari BPR adalah
membantu mempercepat pembangunan yang ada di dalam suatu desa. Sehingga,
seluruh desa yang ada di Indonesia tidak lagi ketinggalan zaman karena kekurangan
informasi terkait dunia usaha.
Dalam hal ini, peran BPR adalah guna memberikan edukasi pada masyarakat terkait
pola pembangunan nasional saat ini. Selain itu, mereka juga bertugas membuat suatu
desa agar lebih maju dari yang sebelumnya. BPR akan memberikan dana pinjaman
pada desa agar mereka bisa melakukan pembangunan desa lebih cepat.
Fungsi utama lainnya dari BPR adalah menyediakan pelayanan perbankan yang bisa
digunakan oleh setiap warga pedesaan. Pelayanan perbankan yang disediakan oleh
BPR ini bisa dibilang sangatlah membantu, terlebih lagi bila lokasi desa jaraknya
sangatlah jauh dengan bank umum yang berada di pusat kota.
6
5. Kegiatan Usaha Bank Perkreditan Rakyat
Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka,
tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Memberikan kredit.
Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan Prinsip Syariah,sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito
berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain.
Dalam memberikan kredit, BPR wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan
kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya berdasarkan dengan akad.
Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi kepastian Bank Indonesia mengenai
batas maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan, atau hal lain yang serupa, yang
bisa dilakukan oleh BPR untuk peminjam atau sekelompok peminjam yang terkait,
termasuk untuk perusahaan-perusahaan dalam kumpulan yang sama dengan BPR
tersebut. Batas maksimum tersebut adalah tidak melebihi 30% dari modal yang
berdasarkan dengan kepastian yang dikuatkan Bank Indonesia.
Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi kepastian Bank Indonesia mengenai
batas maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan, atau hal lain yang serupa, yang
bisa dilakukan oleh BPR untuk pemegang saham (dan keluarga) yang memiliki 10% atau
lebih dari modal disetor, anggota dewan komisaris (dan keluarga), anggota direksi (dan
keluarga), pejabat BPR lainnya, serta perusahaan-perusahaan yang di dalamnya terdapat
kebutuhan pihak pemegang saham (dan keluarga) yang memiliki 10% atau lebih dari
modal disetor, anggota dewan komisaris (dan keluarga), anggota direksi (dan keluarga),
7
pejabat BPR lainnya. Batas maksimum tersebut tidak melebihi 10% dari modal yang
berdasarkan dengan kepastian yang dikuatkan Bank Indonesia.
8
7. Ketentuan kelembagaan bank perkreditan rakyat
Perizinan BPR
o Usaha BPR harus mendapatkan izin dari menteri keuangan, kecuali apabila
kegiatan menghimpun dana dari masyarakat diatur dengan UU tersendiri
o Izin usaha BPR diberikan menteri keuangan setelah mendengar pertimbangan
Bank Indonesia
Sesuai UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank Syariah adalah bank
yang menjalankan kegiatan berdasarkan prinsip syariah, atau prinsip hukum islam yang diatur
dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia seperti prinsip keadilan dan keseimbangan
8
(adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah) , universalisme (alamiyah), serta tidak
mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan obyek yang haram. Selain itu, UU Perbankan
Syariah juga mengamanahkan bank syariah untuk menjalankan fungsi sosial dengan
menjalankan fungsi seperti lembaga baitul mal,
Sistem dan mekanisme untuk menjamin kepatuhan terhadap syariah yang menjadi isu
penting dalam pengaturan bank syariah. Dalam kaitan ini lembaga yang memiliki peran
penting adalah Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI. Undang-undang No. 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah memberikan kewenangan kepada MUI yang dijalankan oleh organ
khususnya DSN-MUI untuk menerbitkan fatwa suatu produk bank. Kemudian Peraturan Bank
Indonesia (sekarang POJK) menegaskan bahwa semua produk perbankan syariah hanya boleh
ditawarkan kepada masyarakat setelah bank mendapat fatwa dari DSN-MUI dan memperoleh
izin dari OJK. Pada tataran operasional pada setiap bank syariah juga diwajibkan memiliki
Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang memiliki fungsi, pertama fungsi pengawasan syariah
dan kedua fungsi penasehat (penasehat) ketika bank mengajukan pertanyaan mengenai apakah
suatu aktivitasnya sesuai syariah apa tidak, serta dalam proses pengembangan produk yang
akan disampaikan kepada DSN untuk memperoleh fatwa. Selain fungsi-fungsi itu, dalam
perbankan syariah juga diarahkan fungsi audit internal yang fokus pada kepatuhan syariah
untuk membantu DPS, serta dalam pelaksanaan audit eksternal yang digunakan bank syariah
adalah auditor yang memiliki kualifikasi dan kompetensi di bidang syariah.
9
Secara umum terdapat bentuk usaha bank syariah terdiri atas Bank Umum dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), dengan perbedaan pokok BPRS dilarang menerima
simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas sistem pembayaran. Secara kelembagaan
bank umum syariah ada yang berbentuk bank syariah penuh dan terdapat pula dalam bentuk
Unit Usaha Syariah (UUS) dari bank umum konvensional. Pembagian tersebut serupa dengan
bank konvensional, dan sebagaimana diatur dalam UU perbankan, UU Perbankan Syariah
juga mewajibkan setiap pihak yang melakukan kegiatan penghimpunan dana masyarakat
dalam bentuk simpanan atau investasi berdasarkan prinsip syariah harus terlebih dahulu
mendapat izin OJK.
Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan yang berasaskan pada Prinsip Syariah,
ekonomi, dan kehati-hatian. Perbankan Syariah bertujuan mendukung pelaksanaan nasional
dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat.
1. Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan mengalirkan
dana masyarakat.
2. Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk baitul mal,
yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana
sosial lainnya dan mengalirkannya kepada organisasi pengelola zakat.
3. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf
uang dan mengalirkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan
kehendak pemberi wakaf (wakif).
4. Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
10
2.2.3 Struktur Perbankan Syariah
1) Bank Umum Syariah Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
1. menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan, atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad wadi'ah atau Akad lain
yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
2. menghimpun dana dalam bentuk Investasi berupa Deposito, Tabungan, atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad mudharabah
atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
3. mengalirkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah, Akad
musyarakah, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
4. mengalirkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad salam, Akad
istishna', atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
5. mengalirkan Pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah;
6. mengalirkan Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada
nasabah berdasarkan Akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk ijarah
muntahiya bittamlik atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip
Syariah;
7. melakukan pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah atau Akad lain
yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
8. melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan berdasarkan Prinsip
Syariah;
9. membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri surat berharga pihak ketiga
yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan Prinsip Syariah, antara
11
lain, seperti Akad ijarah, musyarakah, mudharabah, murabahah, kafalah, atau
hawalah;
10. surat membeli berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan oleh
pemerintah dan/atau Bank Indonesia;
11. menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan pihak ketiga atau antarpihak ketiga berdasarkan Prinsip
Syariah;
12. melakukan Penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu Akad yang
berdasarkan Prinsip Syariah;
13. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga berdasarkan
Prinsip Syariah;
14. memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan
nasabah berdasarkan Prinsip Syariah;
15. melakukan fungsi sebagai Wali Amanat berdasarkan Akad wakalah;
16. memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan Prinsip
Syariah; dan
17. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di perbankan dan di bidang sosial
sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Perbankan mempunyai peranan yang penting dalam lembaga ekonomi. Kegiatan utama
dari perbankan adalah menyerap dana dari masyarakat untuk kemudian disalurkan kembali
kepada masyarakat. Dengan demikian, dunia perbankan dapat menjembatani antara pihak yang
kekurangan dana dengan pihak yang klebihan dana. Perbankan dapat menjalankan fumgsinya
tersebut perlu diterapkan prinsip hati-hati terutama pada saat akan menyalurkan dana kepada
masyarakat, artinya bank mengadakan penilaian kelayakan dan seleksi yang tepat pada setiap
nasabah dan calon pengguna dana bank. Di Indonesia lembaga perbankan dibedakan menjadi
dua yaitu Bank Umum dan BPR. Bank Umum terdiri dari bank milik sendiri Pemerintah maupun
swasta, dan masih terbagi menjadi bank Konvensional dan Bank berdasarkan Syariah (Bank
Syariah).
13
DAFTAR PUSTAKA
Ascarya, 2008, Akad & Produk Bank Syariah, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Al Qur’an dan
terjemahannya dalam Word, tidak diterbitkan.
Dewan Syariah Nasional (DSN), 2006, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia, Ciputat: CV Gaung Persada.
Edwin, Mustafa, 2010, Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana. Gita Danupranata, 2013,
Buku Ajar Manajemen Perbankan Syariah, Jakarta: Salemba Empat.
14