DISUSUN OLEH:
MATAKULIAH:
DOSEN PENGAMPUH:
Puji syukur, kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat, karunia serta berkat yang melimpah sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) dengan baik meskipun masih banyak kekurangan di dalamnya. Dan
saya juga berterimakasih pada Nci Gaby D.J Roring M,E selaku dosen mata kuliah Bank dan
Lembaga Keuangan Lainnya Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Negeri Manado yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami harap makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan dan Ilmu
Pengetahuan kita mengenai materi yang akan dibahas, terutama memgembangkan softskill baik
kami maupun audiens. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang kami buat
menjadi lebih baik kedepannya. Mengingat bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga makalah ini, dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sedikitnya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami dan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Demikian makalah ini kami buat, mohon maaf apabila
ada kesalahan kata-kata yang berkenan di hati pembaca.
Penulis
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................................3
BAB 1 (PENDAHULUAN).........................................................................................................................5
Rumusan Masalah....................................................................................................................................5
Tujuan......................................................................................................................................................6
BAB ll (PEMBAHASAN)...........................................................................................................................6
Kegiatan Dan Usaha Dan Yang Di Larang Oleh Bank Perkreditan Rakyat......................................8
KESIMPULAN..........................................................................................................................................12
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan salah satu jenis bank yang dikenal melayani
kalangan pengusaha mikro, kecil dan menengah. BPR merupakan lembaga perbankan resmi
yang diatur berdasarkan 1Undang- Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan dan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 10 tahun 1998. BPR adalah sebuah
lembaga Intermediasi keuangan yang umumnya didirikan dengan kewenangan untuk
menerima simpanan uang, menjamin uang, dan menerbitkan janji atau yang dikenal sebagai
uang kertas. Menurut undang-undang perbankan, bank adalah sebuah lembaga yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak. BPR adalah bank yang menyelenggarakan kegiatan secara konvensional
atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran.
1.2 Tujuan
BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito
berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan
dana sebagai usaha BPR. Status BPR diberikan kepada Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar,
Bank Pegawai, Lumbung Pitih Nagari (LPN), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Badan Kredit
Desa (BKD), Badan Kredit Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK), Lembaga
Perkreditan Kecamatan (LPK), Bank Karya Produksi Desa (BKPD), dan/atau lembaga-lembaga
lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan UU Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dengan
memenuhi persyaratan tatacara yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah sebuah lembaga keuangan yang mengutamakan rasa
saling percaya dalam memutuskan untuk memberikan produk pinjaman kepada masyarakat,
terutama untuk pemodalan usaha mikro dan kecil menengah (UMKM). BPR dilarang menerima
simpanan kegiatan valas dan perassuransian, dan kegiatan utamanya adalah menyalurkan kredit
kepada masyarakat, pengusaha mikro, kecil dan menengah, dan sebagai lembaga simpanan yang
terpercaya dengan pelayanan dan persyaratan yang cepat dan sederhana. BPR adalah
pengembangan dari lembaga simpan pinjam yang dahulu dikenal dengan sebutan Lumbung
Desa, Bank Desa, Bank Tani atau Bank Pasar.
Sejarah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dimulai pada abad ke-19 dari keinginan untuk
membantu para petani, pegawai, dan buruh untuk melepaskan diri dari jerat pelepas uang
(rentenir) yang memberikan kredit dengan bunga tinggi.
Berawal dari Lumbung Desa, Bank Desa, Bank Tani, dan Bank Dagang Desa, Bank Perkreditan
Rakyat (BPR) berkembang menjadi lembaga keuangan yang membantu masyarakat pedesaan.
Pasca Kemerdekaan Indonesia, didirikan beberapa jenis lembaga keuangan kecil dan lembaga
keuangan di pedesaan seperti Bank Pasar, Bank Karya.
Produksi Desa (BKPD), dan mulai awal tahun 1970an, Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LDKP)
oleh Pemerintah Daerah. Pada tahun 1988, Pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober
1988 (PAKTO 1988) melalui Keputusan Presiden RI No.38 yang menjadi momentum awal
berdirinya BPR- BPR baru. Kebijakan tersebut memberikan kejelasan mengenai keberadaan dan
kegiatan usaha “Bank Perkreditan Rakyat” atau BPR.
Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan memberikan landasan hukum yang jelas
sebagai salah satu jenis bank selain Bank Umum. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No.7
tentang Perbankan tahun 1992 (UU No.7/1992 tentang Perbankan), BPR diberikan landasan
hukum yang jelas sebagai salah satu jenis bank selain Bank Umum. Sesuai UU No.7/1992
tentang
Perbankan, BPR merupakan salah satu jenis bank yang dikenal melayani kebutuhan keuangan
masyarakat pedesaan dan perkotaan, terutama masyarakat kecil dan masyarakat yang tidak
memiliki akses ke jasa keuangan lainnya.
Fungsi BPR
• Memberi pelayanan perbankan kepada masyarakat yang sulit atau tidak memiliki
• Akses ke bank umum
• Membantu pemerintah mendidik masyarakat dalam memahami pola nasional agar
ekselarasi pembangunan di sektor pedesaan dapat lebih dipercepat
• Menciptakan pemerataan kesempatan berusaha terutama bagi masyarakat pedesaan.
• Mendidik dan mempercepat pemahaman masyarakat terhadap pemanfaatan
• Lembaga keuangan formal sehingga terhindar dari jeratan rentenir
2.4 Kegiatan Dan Usaha Yang Dapat Dilakukan Dan Yang Di Larang Oleh Bank
Perkreditan Rakyat
Kegiatan usaha yang tidak dapat dilakukan / yang dilarang oleh BPR
1. Menerima jenis simpanan berupa giro dan ikut serta dalam melakukan lalu lintas
pembayaran.
2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing kecuali sebagai pelaku pedagang valuta
asing (dengan izin Bank Indonesia).
3. Melakukan penyertaan modal.
4. Melakukan usaha perasuransian.
5. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana disebutkan pada butir 1.
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka,
tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
2. Memberikan kredit.
3. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah. Menempatkan dananya dalam
bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau
tabungan pada bank lain. SBI adalah sertifikat yang ditawarkan Bank Indonesia kepada
BPR apabila BPR mengalami over likuiditas.
Ada beberapa jenis usaha seperti yang dilakukan bank umum tetapi tidak boleh dilakukan BPR.
Usaha yang tidak boleh dilakukan BPR adalah :
1. Menerima simpanan berupa giro.
2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.
3. Melakukan penyertaan modal dengan prinsip prudent banking dan concern Terhadap
layanan kebutuhan masyarakat menengah ke bawah.
4. Melakukan usaha perasuransian.
5. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana yang dimaksud dalam usaha
BPR.
Alokasi kredit Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah salah satu tujuan untuk memberikan
pinjaman kepada melalui masyarakat kredit. Pemberian kredit oleh BPR harus memenuhi
beberapa syarat, seperti memastikan bahwa kredit akan digunakan untuk tujuan yang dapat
diterima sesuai dengan kebijakan bank kredit, pemeriksaan karakter debitur, kualitas manajemen,
pengalaman, pendidikan, profil risiko terkini debitur, dan aspek hukum dan agunan.
Dalam mengalokasikan kredit, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh BPR, yaitu :
1. Dalam memberikan kredit, BPR wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan
Kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan perjanjian.
2. Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia.
Mengenai batas maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan, atau hal lain yang
serupa, yang dapat dilakukan oleh BPR kepada peminjam atau sekelompok peminjam
yang terkait, termasuk kepada perusahaan-perusahaan dalam kelompok yang sama
dengan BPR tersebut. Batas maksimum tersebut adalah tidak melebihi 30% dari
modal yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.
3. Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia
mengenai batas maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan, atau hal lain yang
serupa, yang dapat dilakukan oleh BPR kepada pemegang saham (dan keluarga) yang
memiliki 10% atau lebih dari modal disetor, anggota dewan komisaris (dan keluarga),
anggota direksi (dan keluarga), pejabat BPR lainnya, serta perusahaan-perusahaan
yang di dalamnya terdapat kepentingan pihak pemegang saham (dan keluarga) yang
memiliki 10% atau lebih dari modal disetor, anggota dewan komisaris (dan keluarga),
anggota direksi (dan keluarga), pejabat BPR lainnya. Batas maksimum tersebut tidak
melebihi 10% dari modal yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank
Indonesia.
Kelembagaan bank perkreditan rakyat (BPR) adalah struktur organisasi dan sistem peraturan
yang mendukung operasi dan pengelolaan bank perkreditan rakyat. Ini termasuk peraturan
otoritas jasa keuangan, perizinan, kegiatan usaha, wilayah jaringan kantor, dan kebijakan
konsolidasi yang mengatur bagaimana BPR dapat menjalankan dan mengembangkan usaha
mereka. Kelembagaan
BPR juga mencakup pengaturan kepemilikan, penambahan modal, pengawasan dewan
komisaris, pelaporan pengurus, dan pemanfaatan informasi teknologi dalam pelaksanaan
kegiatan perbankan.
1. Perijinan BPR
Usaha BPR harus mendapatkan ijin dari Menteri Keuangan, kecuali apabila kegiatan
menghimpun dana dari masyarakat diatur dengan undang-undang tersendiri.
Ijin usaha BPR diberikan Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia.
3. Kepemilikan BPR
BPR hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh warga negara Indonesia, badan hukum Indonesia
yang seluruh pemiliknya warga negara Indonesia, pemerintah daerah, atau dapat dimiliki
bersama di antara warga negara Indonesia, badan hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya
warga negara Indonesia, dan pemerintah daerah.
BPR yang berbentuk hukum koperasi, kepemilikannya diatur berdasarkan ketentuan dalam
undang-undang tentang perkoperasian yang berlaku.
BPR yang berbentuk hukum perseroan terbatas, sahamnya hanya dapat diterbitkan dalam bentuk
saham atas nama.
Perubahan kepemilikan BPR wajib dilaporkan kepada Bank Indonesia.
Merger dan konsolidasi antara BPR, serta akuisisi BPR wajib mendapat ijin Merited Keuangan
sebelumnya setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia. Ketentuan mengenai merger,
konsolidasi, dan akuisisi ditetapkan clengan Peraturan Pemerintah.
a. BPR yang terdapat di daerah pedesaan sebagai pengganti Bank Desa, kedudukannya
ditingkatkan ke kecamatan dan diadakan penggabungan Bank Desa yang ada dan
kegiatannya diarahkan kepada layanan kebutuhan kredit kecil untuk pengusaha,
pengrajin, pedagang kecil, atau kepada mereka yang tinggal dan berusaha di desa
tersebut tetapi tidak atau belum menjadi anggota KUD dan menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
b. KUD bekerja sebagai lembaga perkreditan kecil di desa yang memberikan Pinjaman
kepada petani, peternak, dan nelayan yang menjadi anggotanya. Dana untuk
pemberian kredit berasal dari dana yang dihimpun dari anggota KUD dan kredit yang
disalurkan oleh BRI dan BI.
c. BPR yang terdapat di daerah perkotaan adalah Bank Pasar, Bank Pegawai, atau Bank
yang sejenis yang melayani kebutuhan kredit pengusaha dan pedagang kecil di pasar
dan di kampung. Sumber pembiayaan kredit ini adalah berasal dari dana masyarakat
yang dihimpun dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu. BRI melayani langsung kredit yang relatif besar atau
kredit yang dipinjamkan kepada pengusaha menengah di pedesaan atau di perkotaan.
2.7 Strategi Pengembangan Bank Perkreditan Rakyat
Strategi bank perkreditan rakyat (BPR) terdiri dari beberapa aspek yang penting. Berikut adalah
beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh BPR:
1. Penghimpunan dana : Penghimpunan dana adalah unsur utama dalam BPR. BPR harus
memiliki strategi yang efektif dalam mendapatkan dana dari masyarakat, sehingga dapat
menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan atau kredit
2. Membangun profesionalisme : BPR harus membangun profesionalisme dalam
mempengaruhi masyarakat untuk menempatkan dana kepada BPR. Hal ini dapat
dilakukan dengan membangun jaringan dan meningkatkan kemampuan khusus dalam
memperluas jaringan kepada pihak yang memiliki dana besar.
3. Pelayanan prima : Pelayanan prima merupakan unsur penting dalam eksistensi
perbankan. BPR harus membangun sarana dan prasarana untuk pelayanan prima nasabah
kepada dan masyarakat, serta melatih karyawan untuk melayani nasabah dengan baik.
4. Kegiatan operasional efisien : Kegiatan operasional perbankan dapat dilihat dari
keteguhan dalam memegang peranan efisiensi, efektifitas, dan produktivitas. Faktor yang
perlu diperhatikan adalah hubungan baik antar bagian dalam struktur perbankan, maupun
struktur perbankan dengan para nasabah
5. Pengembangan bisnis inti : BPR harus fokus pada bisnis inti, yaitu pembiayaan proyek-
proyek pertanian dan usaha kecil dan menengah (UKM). Hal ini meliputi pembiayaan
proyek-proyek pertanian dengan memberikan pinjaman untuk konstruksi, pembelian
peralatan dan kebutuhan lain di sektor pertanian, serta pembiayaan pinjaman UKM tanpa
jaminan dengan suku bunga yang bersaing.
6. Pengembangan pasar : BPR harus mengembangkan pasar dengan menggunakan strategi
tingkat bunga yang kompetitif dan meningkatkan proses pencairan/realisasi kredit. Hal
ini dapat dilakukan dengan mempercepat proses pencairan/realisasi kredit dan
mempertahankan loyalitas nasabah.
7. Pengembangan sumber daya manusia : Keberhasilan suatu usaha yang ditentukan oleh
sumber daya manusia yang kompeten dan profesional. BPR harus terus berupaya
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan sumber daya manusia.
8. Pengembangan sistem informasi keuangan : BPR harus memiliki perangkat teknologi
informasi untuk mendukung kegiatan operasional dan meningkatkan kemampuan akses
terhadap informasi yang cepat, lengkap, dan akurat.
9. Perkara ngembangan komunitas : BPR harus membangun dan mendekati komunitas
masyarakat, terutama bendahara komunitas, untuk menempatkan dana komunitas kepada
BPR.
10. Pengembangan produk dan layanan : BPR harus mengembangkan produk dan layanan
yang menarik bagi nasabah, sehingga dapat melayani secara khusus kebutuhan nasabah
dan meningkatkan penjualan
Dengan mengimplementasikan strategi-strategi ini, BPR dapat meningkatkan kinerja dan
meningkatkan kepuasan nasabah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank devisa daerah yang memiliki peran penting dalam
meningkatkan simpanan daerah dan memajukan perekonomian masyarakat. BPR Gunung Talang
misalnya, mengutamakan tingkat pelayanan yang baik dan berkualitas, dan melakukan kegiatan
pemasaran jasa dengan penetapan harga yang kompetitif. Untuk mengoptimalkan kegiatan
pemberian kredit, BPR harus banyak memberikan perhatian terhadap sektor industri rumah
tangga dan usaha kecil menengah, dan mengoptimalkan pemberian kredit kepada pengusaha
yang bergerak di bidang tersebut. Selain itu, BPR harus mengambil langkah-langkah untuk
memperbaiki kecukupan modalnya dan mengoptimalkan kegiatan penghimpunan dana
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. H. Mohamad Nasir, Ph.D., Ak dan Tim OJK, BUKU PERBANKAN, 2016