Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH ANK PEMBIAYAAN RAKYAT


SYARIAH (BPRS)

Dosen Pengampu: Nadia S. Sy., M.H

Disusun Oleh Kelompok 5


Faiga 22307033
Aisyah Alkaf 223070005

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI DATOKARAMA PALU
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT, karna berkat rahmat-Nya lah makalah ini
dapat kami selesaikan. Shalawat dan salam tertuju buat Rasullullah SAW, yang telah sukses
mengembangkan agama islam dalam kehidupan manusia. Terima kasih kepada dosen yang
mengajar mata kuliah Lembaga Keuangan Syariah Ibu Nadia S. Sy., M.H yang telah membimbing
kami dalam pembuatan makalah iniyang membahas tentang “Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS)”.Sesuai dengan materi yang akan kami diskusikan yaitu “Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS)” maka kami mencoba mengeluarkan makalah kami yang mungkin
keberadaannya kurang sempurna.
Maka kami selaku mahasiswa yang masih dalam prosespencarian ilmu, mengharapkan
masukan dan saran kepada dosen yang bersangkutan. Karna kami menyadari sepenuhnya bahwa
makalah kami sangat jauh dari kesempurnaan dalam segala hal. Untuk itu kepada para pembaca
kami juga sangat mengharapkan saran dan kritiknya demi kesempurnaan makalah kami ini

Penyusun

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii


BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................. 2
A. Pengertian BPRS ............................................................................................................. 2
B. Latar Belakang Pendirian BPRS ...................................................................................... 2
C. Dasar Hukum BPRS ........................................................................................................ 3
D. Prinsip Operasional BPRS ............................................................................................... 4
E. Perbedaan BPRS dengan Bank Umum Syariah ................................................................ 6

BAB III PENUTUP .................................................................................................................... 7


Kesimpulan ................................................................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ekonimi syariah mengalami perkembangan cukup pesat terutama
dalam bidang jasa perbankan. Gagasan adanya lembaga perbankan berprinsip syariah Islam
berkaitan erat dengan terbentuknya ekonomi Islam yang berseumber dari Al-quran dan
hadist. Larangan terutama pada kegiatan kegiatan perbankan yang diklasifikasikan sebagai
riba. Perbedaan utama antara kegiatan yang dilakukan bank konvensional dengan bank
syariah ada pada simstem imbalan atau jasa dari dana.
Bank pengkreditan Rakyat (BPR) menurut Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun
1992 adalah Lembaga Keuangan Bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk
deposito berjangka, tabungan dan bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu
menyalurkan dana sebagai usaha BPR. BPRS didirikan sebagai langkah restrukturisasi
perekonomian Indonesia yang dituangkan dalam kebijakan keuangan, moneter, secara
umum dan khusus mengisi peluang terhadap bank konvensional dalam penetapan tingkat
suku bunga. Untuk selanjutnya BPRS dikenal sebagai sistem perbankan bagi hasil atau
sistem perbankan Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah?
2. Apa yang melatarbelakangi berdirinya Bank Pembiayaan Rakyat Syariah?
3. Apa saja dasar hukum Bank Pembiayaan Rakyat Syariah?
4. Bagaimana prinsip operasional Bank Pembiayaan Rakyat Syariah?
5. Apa perbedaan antara Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dengan bank umum syariah?

C. Tujuan
1. Memahami pengertian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
2. Mengetahui latar belakang berdirinya Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
3. Mengetahui dasar hukum Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
4. Mengetahui prinsip operasional Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
5. Memahami perbedaan Bank Pembiayaan Syariah dengan bank umum syariah

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)


Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syari'ah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. Bentuk hukumnya dapat berupa: Perseroan Terbatas (PT),
Koperasi atau Perusahaan Daerah (Pasal 2 PBI No. 6/17/PBI/2004). Undang-Undang
nomor 21 tahun 2008 menyebutkan Bank Pembiayaan Rakyat Syari'ah yaitu Bank Syariah
yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayarwpembayaran.
Yang perlu diperhatikan dari ketentuan diatas adalah kepanjangan dari BPR Syariah yang
berupa Bank Perkredu Syariah. Ini berarti semua, peraturan perundang-undangan apa yang
akan harus dibaca dengan Bank Pembiayaan Rakyat Syari'ah. 1

B. Latar Belakang Pendirian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah


Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dikenalkan pertama kali oleh Bank Rakyat
Indonesia (BRI) pada akhir tahun 1977, BRI yang mempunyai tugas sebagai Bank Pembina
lembaga – lembaga keuangan lokal (dalam lingkup tertentu) seperti , Lumbung Desa, Bank
Pasar, Bank Desa, Bank Pegawai dan bank – bank lain yang sejenisnya. Pada masa
pembinaan yang dilakukan oleh BRI, seluruh bank tersebut diberi nama Bank Perkreditan
Rakyat (BPR). Menurut Keppres No. 38 tahun 1988 yang dimaksud dengan Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) adalah jenis bank yang tercantum dalam ayat (1) pasal 4 UU.
No. 14 tahun 1967 yang meliputi bank desa, lumbung desa, bank pasar, bank pegawai dan
bank lainnya.
Dalam pakta tanggal 27 oktober 1988 Status hukum Bank Perkreditan Rakyat
(BPR) pertama kali diakui, sebagai bagian dari Paket Kebijakan Keuangan, Moneter, dan
perbankan. BPR adalah perwujudan dari beberapa lembaga keuangan, seperti Bank Desa,
Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai Lumbung Pilih Nagari (LPN), Lembaga
Perkreditan Desa (LPD), Badan Kredit Desa (BKD), Badan Kredit Kecamatan (BKK),
Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK), Lembaga perkreditan Kecamatan (LPK), Bank Karya
Desa (BKPD) dan atau lembaga lain yang semacamnya. Sejak dikeluarkannya UU No. 7
tahun 1992 tentang Pokok Perbankan, keberadaan lembaga-lembaga keuangan tersebut
status hukumnya diperjelas melalui izin dari Menteri Keuangan.
Dalam perkembangannya muncul BPR yang berprinsip pada hukum islam. BPR
tersebut di beri nama Bank Perkreditan Rakyat Syariah(BPRS). BPR Syariah yang pertama
kali berdiri adalah adalah PT. BPR Dana Mardhatillah, kec. Margahayu, Bandung, PT.

1
Zubairi Hasan, Undang-Undang Perbankan SyariahTititk Temu Hukum Islamdan Hukum Nasional, (Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2009), hlm. 7

2
BPR Berkah Amal Sejahtera, kec. Padalarang, Bandung dan PT. BPR Amanah
Rabbaniyah, kec. Banjaran, Bandung. Pada tanggal 8 Oktober 1990, ketiga BPR Syariah
tersebut telah mendapat izin prinsip dari menteri keuanganRI dan mulai beroperasi pada
tanggal 19 Agustus 1991. Selain itu, latar belakang didirikannya BPR Syariah adalah
sebagai langkah aktif dalam rangka restrukturasi perekonomian Indonesia yang dituangkan
dalam berbagai paket kebijakan keuangan, moneter, dan perbankan secara umum. 2
Bank pembiayaan rakyat syariah adalah salah satu lembaga keuangan perbankan
syariah, yang pola operasionalnya mengikuti prinsip–prinsip syariah ataupun muamalah
islam. BPR Syariah didirikan berdasarkan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan
Peraturan Pemerintah (PP) No.72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi
Hasil. Pasal 1 (butir 4) UU No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No.7 Tahun
1992 tentang Perbankan, disebutkan bahwa BPR Syariah adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. BPR yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah selanjutnya diatur menurut Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia No.
32/36/KEP/DIR/1999 tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan
Prinsip Syariah. Secara teknis BPR Syariah bisa diartikan sebagai lembaga keuangan
sebagaimana BPR konvensional, yang operasinya menggunakan prinsip-prinsip syariah.

C. Dasar Hukum Bank Pembiayaan Rakyat Syariah


Undang-Undang (UU) Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Bank Syari’ah telah
mengatur secara khusus eksistensi Bank Syari’ah di Indonesia. Undang-Undang tersebut
melengkapi dan menyempurnakan UU No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan sebagaimana
telah diubah dengan UU No.10 Tahun 1998 yang belum spesifik sehingga perlu diatur
khusus dalam Undang-Undang tersendiri. Menurut Pasal 18 UU No. 21 Tahun 2008, Bank
Syari’ah terdiri atas Bank Umum Syari’ah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah.
Pasal 1 UU No. 21 Tahun 2008 tentang Ketentuan Umum disebutkan pengertian
dari Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS) adalah Bank Syari’ah yang dalam
kegiatanya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 3 Sedangkan Pasal 2 UU
No. 21 Tahun 2008 dijelaskan bahwa Perbankan Syari’ah dalam melakukan kegiatan
usahanya berasaskan Prinsip Syari’ah.4 demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian.5
Dasar hukum bank pembiayaan rakyat syariah di Indonesia terdapat dalam Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Dalam undang-undang ini,
bank pembiayaan rakyat syariah diatur sebagai lembaga keuangan yang bergerak dalam
bidang pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip syariah.

2
C, Ardianty, “GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN” (Riau: repository.uir.ac.id, 2018), hlm. 49
3
Ahmad Ifham, Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010, h. 3
4
Menurut pasal 1 UU No. 21 Tahun 2008 yang dimaksud prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam
kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan
fatwa di bidang syariah
5
Ahmad Ifham, Opcit, h. 3

3
Selain itu, bank pembiayaan rakyat syariah juga mengacu pada prinsip-prinsip
dalam perbankan syariah yang meliputi prinsip syariah, prinsip kehati-hatian, prinsip
keterbukaan, prinsip etika bisnis Islam, dan prinsip keadilan sosial.
Selanjutnya, bank pembiayaan rakyat syariah juga diatur dalam Peraturan Bank
Indonesia Nomor 9/17/PBI/2007 tentang Implementasi Aspek Kesehatan Bank Syariah
yang memuat ketentuan-ketentuan mengenai kesehatan bank pembiayaan rakyat syariah.
Selain itu, terdapat juga regulasi-regulasi lain yang mengatur tentang penyelesaian
sengketa, pembentukan dewan pengawas, tata kelola perusahaan, dan sebagainya dalam
bank pembiayaan rakyat syariah.

D. Prinsip Operasional Bank Pembiayaan Rakyat Syariah


Sesuai dengan era globalisasi ekonomi, dimana UU No. 21 tahun 2008
menyatakan bahwa bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah salah satunya yaitu bank pembiayaan rakyat syariah.
 Prinsip-prinsip Operasional
Secara umum, setiap bank Islam dalam menjalankan usahanya minimal mempunyai
lima prinsip operasional, yaitu sebagai berikut: 6
a. Prinsip simpanan giro, yaitu fasilitas yang diberika oleh bank untuk memberikan
kesempatan pada pihak yang kelebihan dana untuk menyimpan dananya dalam
bentuk al wadiah, yang diberikan untuk tujuan keamanan dan pemindahbukuan,
bukan untuk tujuan investasi guna mendapatkan keuntungan seperti halnya
tabungan atau deposito.
b. Prinsip bagi hasil, yaitu meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara pemilik
dana (shahibul mal) dan pengelola dana (mudharib). Pembagian hasil usaha ini
dapat terjadi antara bank dengan penyimpan dana maupun antara bank dengan
nasabah penerima dana. Prinsip ini dapat digunakan sebagai dasar untuk produksi
pendanaan (tabungan dan deposito) maupun pembiayaan.
c. Prinsip jual-beli dan mark-up, yaitu pembiayaan bank yang diperhitungkan secara
lump-sum dalam bentuk nominal diatas nilai kredit yang diterima nasabah
penerima kredit dari bank. Biaya bank tersebut ditetapkan sesuai dengan
kesepakatan antara bank dengan nasabah.
d. Prinsip sewa, terdiri dari dua macam, yaitu sewa murni (operating lease/ijaroh)
dan sewa beli (financial lease/bai al tajir)
e. Prinsip jasa (fee), meliputi seluruh kekayaan non-pembiayaan yang diberikan bank
seperti kliring, inkaso, transfer dan sebagainya.

6
LH Putri, “Tinjauan Umum Bank Syariah”, (Bandung: repository.ekuitas.ac.id, 2016), hlm. 25

4
Adapun hal-hal yang ada dalam Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yaitu:
1. Dalam BPRS akad yang dilakukan memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi
karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum islam.
2. Adanya dewan pengawas syariah dalam struktur organisasinya yang bertujuan
mengawasi praktik operasional BPRS agar tidak menyimpang dari prinsip
syariah.
3. Penyelesaian sengketa yang terjadi dapat diselesaikan melalui arbitrase syariah
maupun pengadilan agama.
4. Bisnis dan usaha yang dibiayai tidak boleh bisnis yang haram, syubhat ataupun
dapat menimbulkan kemadharatan bagi pihak lain.
5. Praktik operasional BPRS menggunakan sistem bagi hasil dan tidak
menggunakan sistem bunga. 7
Prinsip Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah prinsip-prinsip yang dijalankan
oleh bank syariah dalam memberikan pembiayaan kepada masyarakat. Adapun
prinsip lainnya tersebut antara lain:
1. Prinsip keadilan: Bank pembiayaan rakyat syariah harus menjalankan prinsip
keadilan dalam memberikan pembiayaan kepada masyarakat. Pembiayaan
harus diberikan dengan cara yang adil dan tidak merugikan pihak lain.
2. Prinsip kerjasama: Bank pembiayaan rakyat syariah menganut prinsip
kerjasama antara pihak bank dan pihak peminjam. Pembiayaan diberikan
secara saling menguntungkan dan berdasarkan kesepakatan antara kedua belah
pihak.
3. Prinsip tanggung jawab sosial: Bank pembiayaan rakyat syariah memiliki
tanggung jawab sosial terhadap masyarakat. Pembiayaan yang diberikan harus
memberikan manfaat sosial kepada masyarakat dan membantu masyarakat
meningkatkan kesejahteraannya.
4. Prinsip keberlanjutan: Bank pembiayaan rakyat syariah harus menjalankan
prinsip keberlanjutan dalam memberikan pembiayaan. Pembiayaan harus
diberikan secara berkelanjutan dan berkelanjutan yang berkelanjutan dan
berkelanjutan.
5. Prinsip keberagaman: Bank pembiayaan rakyat syariah harus menerima
peminjam dari berbagai latar belakang dan agama. Prinsip ini mendorong bank
untuk memberikan pembiayaan kepada masyarakat agar dapat diterima dan
digunakan oleh semua orang.
6. Prinsip keberpihakan kepada pihak lemah: Bank pembiayaan rakyat syariah
harus memberikan prioritas kepada masyarakat yang lebih lemah dan
membutuhkan. Prinsip ini memastikan bahwa pembiayaan diberikan kepada

7
Muhammad, Manajemen Bank Syariah,(Yogyakarta: UPP AMP, 2002), hlm. 56

5
mereka yang benar-benar membutuhkan dan dapat membantu mereka
meningkatkan kondisi keuangan mereka.

E. Perbedaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dan Bank Umum Syariah


Menurut Otoritas Jasa Keuangan, berikut lima perbedaan Bank Umum Syariah dan BPRS:8
1. Menghimpun dan menyalurkan dana ke masyarakat
Secara umum Bank Umum Syariah dan BPRS sama-sama memiliki fungsi
menghimpun dan menyalurkan dana ke publik. Namun dalam BPRS, simpanan berupa
tabungan atau investasi berupa deposito berdasarkan akad wadi'ah dan mudharabah
atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
BPRS juga hanya dapat menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk
pembiayaan bagi hasil, pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak
kepada nasabah berdasarkan akad ijarah atau sewa beli serta pengambilalihan utang
berdasarkan akad hawalah. Sedangkan bank syariah cenderung bersifat umum.
2. Fungsi Sosial
Bank Syariah dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal,
yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial
lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat. Sementara BPRS
tidak terdapat fungsi sosial.
3. Penempatan Pada Bank Lain
BPRS menempatkan dana pada bank syariah lain dalam bentuk titipan berdasarkan
akad wadi'ah atau investasi berdasarkan akad mudharabah dan atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.
4. Penghimpunan Dana
Bank Syariah dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan
menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi
wakaf (wakif). Sedangkan BPRS memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri
maupun untuk kepentingan nasabah melalui rekening Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah yang ada di Bank Umum Syariah, Bank Umum Konvensional, dan UUS.
5. Penyediaan Produk
Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan pada prinsip
syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. Secara kelembagaan bank
umum syariah ada yang berbentuk bank syariah penuh (full-pledged) dan terdapat pula
dalam bentuk UUS dari bank umum konvensional. Sedangkan BPRS menyediakan
produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syariah lainnya yang sesuai dengan
Prinsip Syariah berdasarkan persetujuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

8
Gita Amanda, Perbedaan Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Syariah, diakses dari
https://ekonomi.republika.co.id/berita/q1mot5423/perbedaan-bank-umum-syariah-dan-bank-pembiayaan-syariah,
pada tanggal 04 eptember 2023, pukul14.52

6
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syari'ah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran.
2. Latar belakang didirikannya BPR Syariah adalah sebagai langkah aktif dalam rangka
restrukturasi perekonomian Indonesia yang dituangkan dalam berbagai paket kebijakan
keuangan, moneter, dan perbankan secara umum.
3. Undang-Undang (UU) Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Bank Syari’ah telah mengatur
secara khusus eksistensi Bank Syari’ah di Indonesia. Undang-Undang tersebut melengkapi
dan menyempurnakan UU No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan sebagaimana telah diubah
dengan UU No. 10 Tahun 1998 yang belum spesifik sehingga perlu diatur khusus dalam
Undang-Undang tersendiri. Menurut Pasal 18 UU No. 21 Tahun 2008, Bank Syari’ah
terdiri atas Bank Umum Syari’ah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah.
4. Prinsip operasional BPRS tidak jauh berbeda dengan prinsip operasional yang dijalankan
Bank Muamalat Indonesiam. Setidaknya ada 5 prinsip operasional yang dijalankan BPRS
yaitu (Usman, 2002, p. 95):
a. Prinsip bagun hasil.
b. Prinsip jual beli dengan margin keuntungan.
c. Prinsip simpanan murni.
d. Prinsip sewa.
e. Prinsip pemberian fee.
5. Perbedaan bank umum syariah dengan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yaitu:
a. Menghimpun dan menyalurkan dana ke masyarakat
b. Fungsi sosial
c. Penempatan pada bank lain
d. Penghimpunan dana
e. Penyediaan produk

7
DAFTAR PUSTAKA

[Hasan, Zubairi. Undang-Undang Perbankan Syariah Titik Temu Hukum Islam dan Hukum
Nasional. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2009]
C, Ardianty. 2018. “GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN”. Universitas Islam Riau

[Ifham, Ahmad.Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2010)

REPUBLIKA. “Perbedaan Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Syariah”. Republika
adalah Koran nasional yang dilahirkan oleh kalangan komunitas muslim bagi publik di Indonesia.
Penerbitan tersebut merupakan puncak dari upaya panjang kalangan umat Islam, khususnya para
wartawan professional muda yang dipimpin oleh eks wartawan Tempo, Zaim Uchrowi yang telah
menempuh berbagai langkah. 28 November 2019.
https://ekonomi.republika.co.id/berita/q1mot5423/perbedaan-bank-umum-syariah-dan-bank-
pembiayaan-syariah. Diakses pada 04 September 2023 pukul 14.52

LH, Putri. 2016. “Tinjauan Umum Bank Syariah”. STIE EKUITAS


[Muhammad. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP, 2002)

Anda mungkin juga menyukai