Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
Kelompok 3
KELAS MBS 1D
MANAJEMEN BISNIS SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS SYARIAH
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
MARET 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya
sehingga makalah ini dapat terusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkomtribusi
dengan membeian sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II .................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
PENUTUP ............................................................................................................ 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Rukhul Amin dkk, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Non-Performing Financing: Studi Kasus
Pada Bank dan BPR Syariah di Indonesia”, Jurnal Masharif al-Syariah: Jurnal Ekonomi dan
Perbankan Syariah, Vol. 2 No. 2 (Universitas Muhammadiyah Surabaya: 2017), hal. 2.
1
6. Apa kendala dan strategi pengembangan BPR Syariah?
7. Bagaimana BPR Syariah di Indonesia?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
Agus Salihin, Pengantar kembaga Keuangan Syariah, (Jawa Barat: Guepedia, 2021), hal. 95.
3
Muhammad Kurniawan, Bank & Lembaga Keuangan Syariah (Teori dan Aplikasi), (Jawa Barat:
Penerbit Adab CV. Adanu Abimata, 2021), hal. 92.
4
Darmawan dan Muhammad Iqbal Fasa, Manajemen Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta:
UNY Press, 2020), hal. 125.
3
pelayanan kas, yaitu dengan kegiatan kas keliling dan payment point. Kegiatan
kas keliling adalah kegiatan pelayanan kas secara berpindah-pindah lokasi
dengan menggunakan alat transportasi. Kas keliling ini diantaranya, kas mobil,
kas terapung atau counter bank tidak permanen. Payment point adalah kegiatan
penerimaan pembayaran melalui kerjasama antara BPR Syariah dengan pihak
lain pada lokasi tertentu. Payment point diantaranya, penerimaan pembayaran
tagihan telepon, tagihan listrik, dan penerimaan setoran dari pihak ketiga.
4
a) Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat islam, terutama dari
masyarakat pedesaan yang kurang mampu atau juga yang lemah.
b) Meningkatkan lapangan pekerjaan sehingga dapat mengurangi tingkat
urbanisasi, terutama yang berada di tingkat kecamatan.
c) Menambah serta membina semangat ukhuwah islamiyah dengan melalui
kegiatan ekonomi dalam meningkatkan pendapatan perkapita menuju
hidup yang memadai.
5
Rachmadi Usman, “Produk dan akad perbankan syariah di Indonesia”, (PT. Citra Aditya Bakti,
thn 2009). hal. 57-58.
5
dilakukan.6 Proses analisis permohonan izin usaha BPRS dilakukan
dalam jangka waktu tertentu yang diatur dalam ketentuan intern Bank
Indonesia.
B. Pendiri dan kepemilikan BPR Syariah
Bank pengkreditan rakyat syariah hanya dimiliki pihak domestik, bisa
perseorangan atau badan hukum. Ketentuan dalam pasal 5 peraturan bank
Indonesia no. 6/17/PBI/2004 sebagaimana telah diubah dengan peraturan
bank Indonesia no. 8/25/PBI/2006 menentukan bahwa BPRS hanya dapat
didirikan dan dimiliki oleh:
a) Warga negara Indonesia
b) Badan hukum Indonesia
c) Pemerintah daerah
d) Dua pihak atau lebih diantara warga negara Indonesia
6
ibid. hal.58
7
Ibid.hal.60.
6
perbankan, yang merupakan sumber utama bagi pengaturan perbankan di
Indonesia.
Ketentuan mengenai bank syariah antara lain diatur dalam pasal 6 huruf
(m) dan pasal 13 (c) yang menyatakan bahwa usaha bank umum dan bank
pengkreditan rakyat antara lain adalah menyediakan pembiayaan dan
melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh bank Indonesia.8
8
Cik Basir, “Penyelesaian sengketa perbankan syariah”, (Jakarta, Kencana, 2009) hal.42.
7
berakhir atau meninggal dunia. Direksi juga bisa diberhentikan
berdasarkan RUPS ketika ditemukan tindakan direksi yang dapat
merugikan BPRS, alasan sendiri atau tidak melaksanakan tugas
sebagaimana mestinya.
b) Dewan Komisaris
Tugas utama dewan komisaris adalah menetapkan kebijakan umum,
pengawasan, pengendalian dan pembinaan terhadap BPRS. Dalam
menjalankan tugasnya, dewan komisaris menyusun tata cara pengawasan
dan pengelolaan BPRS, mengawasi kepengurusan, menetapkan
kebijakan anggaran dan keuangan BPRS serta membina dan
mengembangkan BPRS. Dewan komisaris dilarang memiliki hubungan
kekeluargaan dengan anggota dewan komisaris lain, atau dengan direksi
untuk menjaga integritas dewan komisaris. Pemberhentian dewan
komisaris kurang lebih sama dengan direksi selain habis masa periode
atau meninggal pemberhentian komisaris berdasarkan hasil keputusan
RUPS.
c) Dewan Pengawas Syariah
BPRS wajib memiliki dewan pengawas syariah yang berkerja di kantor
pusat minimal satu orang dan maksimal tiga orang. Tugas dan fungsi
utama dari dewan pengawas syariah adalah memastikan dan mengawasi
operasional kegiatan usaha dari BPRS berdasarkan ketentuan syariah
yang diatur dalam fatwa DSN-MUI. Pemberhentian anggota DPS
berdasarkan hasil RUPS, habis masa periode atau meninggal dunia.
Untuk menjaga konsistensi dan kelangsungan BPRS ditentukan:
a) BPR Syariah dilarang melakukan kegiatan usaha secara konvensional.
b) BPR Syariah tidak diperkenankan untuk mengubah kegiatan usahanya
menjadi BPR konvensional.
c) BPR Syariah yang semula memiliki ijin usaha nya sebagai BPR
konvensional dan telah memperoleh izin perubahan kegiatan usaha
menjadi berdasarkan prinsip syariah, tidak diperkenankan untuk
mengubah status menjadi BPR konvensional.
8
BPR syariah yang telah mendapatkan ijin usaha dari direksi bank
Indonesia wajib melakukan kegiatan usaha selambat-lambatnya 60 hari
perhitungan sejak tanggal ijin usaha dikeluarkan. Sedangkan laporan
pelaksanaan kegiatan usaha wajib disampaikan oleh direksi BPR Syariah
kepada bank Indonesia selambat-lambatnya 10 hari setelah tanggal
dimulainya kegiatan operasional. Apabila dalam waktu melakukan kegiatan
usaha lebih dari waktu yang telah ditentukan maka direksi bank Indonesia
membatalkan ijin usaha yang telah dikeluarkan.
B. Pembukaan kantor cabang
BPR syariah dapat membuka kantor cabang hanya dalam wilayah
provinsi yang sama dengan kantor pusatnya. Pembukaan kantor cabang
syariah dapat dilakukan hanya dengan izin direksi bank Indonesia. Rencana
pembukaan kantor cabang wajib dicantumkan dalam rencana kerja tahunan
BPR Syariah. BPR Syariah yang akan membuka kantor cabang wajib
memenuhi persyaratan tingkat kesehatan selama 12 bulan terakhir tergolong
sehat dan dalam pembukaan kantor cabang BPR Syariah wajib menambah
modal disetor sekurang-kurangnya sebesar jumlah untuk mendirikan BPR
Syariah untuk setiap kantor.
9
namun bank akan memberikan bonus dari bagi hasil keuntungan yang
diproleh bank melalui pembiayaan pada nasabah.
b) Tabungan wadiah
Dalam tabungan bank menerima tabungan dari nasabah dalam bentuk
tabungan bebas. Sedangkan akad yang di lakukan oleh bank dengan nasabah
dalam bentuk wadiah. Titipan nasabah tersebut tidak mengandung resiko
kerugian, dan bank memberikan bonus kepada nasabah lainnya. Bonus
tabungan wadiah itu dapat di perhitungkan secara harian dan dibayarkan
kepada nasabah setiap bulannya.
c) Deposito wadiah mudharaah
Dalam bank menerima deposito berjangka dari nasabah akad yang
dilakukan dapat membentuk wadiah dan dapat pula berbentuk mudharabah.
Lazimnya jangka waktu deposito itu adalah 1, 2, 3, 4, 5, 6, 12 bulan sebagai
bentuk penyertaan modal sementara. Maka nasabah/deposito mendapatkan
bonus keuntungan dari bagi hasil yang diperoleh bank dari pembiyaan/
kredit yang di lakukan pada nasabah-nasabah lainnya.
Dalam BPR Syariah terdapat kegiatan yang dilarang, antara lain:
a) Menerima simpanan dalam bentuk giro dan ikut serta dalam lalu lintas
pembayaran.
b) Melakukan kegiatan usaha dalam bentuk valuta asing.
c) Melakukan penyertaan modal.
d) Melakukan usaha perasuransian.
e) Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana disebutkan pada
kegiatan usaha yang boleh di lakukan BPRS.
10
b) Upaya peningkatan profesionalisme terkadang terkendala oleh
keterbatasan sumber daya BPR Syariah, sehingga proses BPR syariah
dalam melaksanakan kegiatan biasanya lamban dan respon terhadap
masalah keuangan rendah. Dengan demikian maka diperlukan usaha
untuk meningkatkan sumberdaya manusia disemua posisi.
c) Kurangnya koordinasi antara BPRS syariah dengan bank syariah dan
BMT. Sebagai lembaga keuangan yang bertujuan untuk menyebarkan
agama Islam, tentunya tindakan koordinasi dapat dilakukan untuk
memiliki strategi terpadu dalam memajukan perekonomian masyarakat.
Oleh karena itu, diperlukan suatu kerangka acuan yang dapat dijadikan
sebagai kerangka acuan antar lembaga keuangan di tingkat
pemerintahan, kecamatan, desa, atau pasar dalam menjalankan
kegiatannya, tanpa melupakan keberadaan lembaga keuangan lainnya.
d) Sebagai lembaga keuangan yang berwawasan islami tentunya juga turut
bertanggung jawab terhadap nilai-nilai islami masyarakat di sekitar BPR
Syariah. Kegiatan BPR Syariah di bidang keuangan seringkali tidak
menyisakan waktu untuk melakukan kegiatan yang berkaitan dengan
syiar Islam, artinya kegiatan keuangan BPR Syariah melibatkan syiar
islam di bidang keuangan, tetapi juga harus memperhitungkan kegiatan
islam yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat pada umumnya.
BPR syariah harus dimulai dari pembentukan formasi taklim dan
sejenisnya.
e) Nama “Bank Perkreditan Rakyat Syariah” masih memberikan kesan
bahwa sistem BPR menggunakan sistem BPR konvensional. Kata
perkreditan tidak ada dalam terminologi bank dan lembaga keuangan
syariah, sehingga alangkah baiknya jika nama BPR Syariah diubah.
B. Strategi pengembangan BPR Syariah
a) Langkah mensosialisasikan keberadaan BPR Syariah, harus diperhatikan
tidak hanya produknya, tetapi juga sistem yang digunakan. Aspirasi ini
dapat diwujudkan oleh BPR Syariah itu sendiri dengan menggunakan
strategi pemasaran halal seperti: melalui informasi tentang BPR Syriah
di media massa. Hal lain yang dibahas adalah perlunya kerjasama BPR
11
Syariah dengan lembaga pendidikan yang relevan dengan tugas BPR
Syariah mensosialisasikan keberadaan BPR Syariah.
b) Peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dilakukan dengan
mendidik lembaga keuangan syariah dan lingkungan yang
mempengaruhinya. Sehingga dalam hal ini diperlukan kerjasama antara
BPR Syariah atau BPR Syariah dengan lembaga pendidikan untuk
membuka Pusat Pelatihan Lembaga Keuangan Syariah atau Short
Courses Lembaga Keuangan Syariah. Tujuan diadakannya training
center ini adalah untuk membekali personel yang ingin bekerja di
lembaga keuangan syariah, khususnya bagi BPR Syariah.
c) Dengan memetakan dan mengoptimalkan perekonomian daerah, dapat
diketahui sejauh mana kemampuan BPR Syariah dan lembaga keuangan
syariah lainnya dalam mengelola sumber daya ekonomi yang ada.
Dengan demikian, kesinambungan kerja antara BPR syariah dan
kesinambungan BPR syariah dengan bank dan BMT syariah juga dapat
terlihat. Sehingga hal ini akan meningkatkan koordinasi lembaga
keuangan syariah.
d) BPR Syariah bertanggung jawab atas permasalahan keislaman
masyarakat dimana BPR Syariah tersebut berada. Dengan demikian perlu
dilakukan kegiatan rutin keagamaan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran akan peran islam dalam ekonomi. Demikian pula model BPR
Syariah ini dapat membantu mengidentifikasi gejala sosial ekonomi yang
ada di masyarakat, sehingga BPR Syariah di sektor keuangan lebih
mencerminkan kondisi masyarakat.
12
melakukan kegiatan usaha bank.9 Syariat dalam BPR yang dimaksud ialah
bank yang kegiatan usahanya dijalankan berdasarkan syariat atau sesuai
dengan hukum islam.
9
Rachmadi Usman, Produk dan Akad Perbankan Syariah di Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 2009), hal. 04.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Kegiatan usaha BPR Syariah pada umumya hampir sama dengan Bank
Umum Syariah, yang membedakannya adalah BPR Syariah tidak
diperkenankan memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, misalnya
kegiatan kliring, inkaso, dan menertibkan giro. Sebagai lembaga keuangan
syariah, BPR Syariah dapat memberikan jasa-jasa keuangan yang berupa bank
umum syariah.
14
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan, M. (2021). Bank dan Keuangan Syariah (Teori dan Aplikasi). Jawa
Barat: Penerbit Adab CV, Adanu Abimata.
15